• Tidak ada hasil yang ditemukan

HOMOFOBIA PADA AKUN INSTAGRAM ISLAMI PENDUKUNG (COMPUTER MEDIATED DISCOURSE ANALYSIS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HOMOFOBIA PADA AKUN INSTAGRAM ISLAMI PENDUKUNG (COMPUTER MEDIATED DISCOURSE ANALYSIS)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HOMOFOBIA PADA AKUN INSTAGRAM ISLAMI PENDUKUNG LGBT “@IMAANLGBTQI” (COMPUTER MEDIATED DISCOURSE ANALYSIS)

Anisa Amielia, Aceng Ruhendi Saifullah, Wawan Gunawan Universitas Pendidikan Indonesia

anisaamielia@upi.edu, acengruhendisaifullah@upi.edu, wagoen@upi.edu ABSTRAK

Media sosial seperti Instagram merupakan media komunikasi yang populer pada masa ini, dimana masyarakat juga akan semakin mudah mendapatkan ragam bahasa dan lingkungan dengan variasi yang berbeda pula, salah satunya adalah lingkungan kelompok LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender) yang merupakan kelompok dengan memiliki penyimpangan sexual. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya penggunaan Instagram yang dijadikan media untuk menyerukan pendapat dan hak-hak kaum LGBT sehingga menimbulkan sikap homofobia oleh kelompok yang lain. Pengguna akun Instagram yang peneliti teliti adalah akun Instagram “@imaanlgbtqi” yang menyatakan bahwa mereka adalah kelompok Muslim yang mendukung LGBT selama 20 tahun, sehingga tidak sedikit timbulah sikap homobia dari kaum Muslim yang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur dan makna yang terkandung pada tuturan penutur yaitu penulis akun Instagram “@imaanlgbtqi” dan petutur yaitu dari Kaum Muslim yang memberikan komentar pada caption di Instagram tersebut. Berdasarkan permasalahan yang diangkat, penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ujaran yang berbentuk tulisan ataupun teks yang dapat diamati dari subjek itu sendiri. Penelitian ini menggunakan pendekatan Computer Mediated Discourse Analysis (CMDA). Data yang dihasilkan berdasarkan 2 dari 4 domain CMDA keseluruhan yang dinyatakan oleh Herring (2004), peneliti berfokus pada domain struktur dan makna saja. Pada domain struktur yaitu peneliti meneliti kalimat persuasif pada ujaran penutur penulis akun Instagram “@imaanlgbtqi” dengan menggunakan teori dari Keraf (1994). Sedangkan untuk domain makna, peneliti meneliti jenis tindak tutur ilokusi yang dilakukan oleh petutur yaitu kaum Muslim yang menuliskan komentar pada akun Instagram “@imaanlgbtqi” dengan menggunakan teori dari Searle (1987). Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan domain struktur yaitu teknik persuasif yang digunakan oleh penutur yaitu; 1) rasional; 2) identifikasi; 3) sugesti; 4) konformitas; 5) kompensasi; dan 6) proyeksi. Kemudian berdasarkan domain makna yaitu jenis tindak ilokusi oleh petutur yang ditemukan yaitu; 1) tindak tutur asertif; 2) tindak tutur direktif; 3) tindak tutur ekspresif; dan 4) tindak tutur deklaratif.

Kata kunci: Homofobia, LGBT, CMDA, Teknik Persuasif, Tindak Tutur Ilokusi PENDAHULUAN

Hadirnya fenomena LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender) yang merupakan kelompok dengan memiliki penyimpangan sexual, masih menuai kontroversi saat ini, tidak jarang kelompok tersebut mendapatkan penolakan dikarenakan dianggap menyalahi norma dan beberapa agama di dunia. Salah satu agama yang mengecam LGBT adalah agama Islam. Homoseksualitas menurut Olson (2000: 10) adalah kesenangan erotis yang terus menerus berulang dengan melibatkan pelaku sesama jenis, sehingga hal ini menimbulkan adanya perencanaan yang disengaja untuk memuaskan diri dan terlibat dalam fantasi atau perilaku seksual dengan sesama jenis. Sedangkan dari sudut pandang agama Islam, LGBT telah terkenal sejak dahulu ketika pada masa Nabi Luth AS. LGBT dalam Islam dikenal dengan “Liwath” yang secara harfiah mengandung makna cinta yang melekat di hati dan pelakunya disebut luthy (Rohmawati, 2016). Liwath selain memiliki arti sebagai perilaku seksual dan orientasi seksual yang melakukan kegiatan seks sesama jenis namun juga hubungan sesama jenis yang dilandasi rasa cinta walau tanpa melakukan seks. Dalam Al-Qur‟an terdapat 27 ayat yang memuat mengenai kisah kaum Sodom pada masa Nabi Luth AS, tiga ayat di antaranya menyebutkan perilaku kaum Sodom sebagai fahisyah atau sebagai perbuatan atau perkataan yang sangat buruk, yaitu terdapat pada Surat al-A‟raf [7]: 80, al-Naml [27]: 54 dan al-„Ankabut [29]: 28.

Dengan adanya penolakan atas kehadiran kelompok LGBT pada umat Muslim, maka timbulah homophobia yang berdasarkan psikolog asal Amerika Serikat yaitu George Weinberg, bahwa homophobia adalah sebuah ketakutan yang dialami seseorang ketika berada dalam keadaan dekat dengan homoseksual (Plummer,1999:4). Sanders dan Kroll (2000) menambahkan bahwa homofobia dapat berbentuk perilaku atau tindakan yang ditujukan pada pelaku homoseksual. Kemudian dijelaskan pula bahwa homofobia adalah ketakutan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan para pelaku homoseksul karena dianggap dapat membawa pengaruh buruk bagi mereka yang tidak menjadi pelaku homoseksual (Polimeni, Hardie & Buzwell, 2000). Dengan ketakutan tak terhindarkan tersebut dapat mengarah pada suatu bentuk penghinaan dan penganiayaan bagi para kelompok homoseksual (Sears, 1997:8). Sehingga,

(2)

dari definisi-definisi tersebut homophobia dapat dijelaskan sebagai wujud emosi berupa ketakutan pada pelaku homoseksual yang disebabkan oleh kepercayaan seseorang tersebut.

Dalam konteks penelitian ini, Computer Mediated Discourse Analysis (CMDA) menyediakan perangkat untuk mempelajari dan menjelaskan bagaimana teknologi media baru menjadi tempat berkomunikasi antara pelaku LGBT dan respon umat muslim dunia dalam menghadapi keberadaannya. Dengan menerapkan kerangka kerja metodologis dan analitis berbasis wacana yang menggabungkan sumber dari CMC dan Discourse Analysis (DA), penelitian ini menunjukkan bagaimana alat media sosial memainkan peran penting dalam membentuk sebuah wacana publik atas adanya pelaku LGBT yang mengatasnamakan Islam dengan kemudian adanya respon umat muslim di dunia sehingga dianggap homophobia atas keberadaan LGBT. Herring (2004) menyebutkan bahwa setidaknya CMDA memiliki 4 domain utama yaitu struktur, makna, interaksi sosial dan perilaku sosial namun penulis hanya menggunakan 2 domain yaitu domain struktur, yaitu mengenai teknik persuasif yang digunakan oleh penutur dan makna, yaitu terkait tindak tutur ilokusi antara penutur dan petutur untuk diulas pada akun Instagram @imaanlgbtqi. Akun Instagram @imaanlgbtqi adalah akun pendukung LGBT yang mengaku sebagai umat Muslim, sehingga dengan keberadaannya selama 20 tahun tentunya menarik untuk diteliti karena terkait apa yang mereka bagikan di Instagram menimbulkan pro dan kontra antara penulis akun sebagai penutur dan pembaca Muslim sebagai petutur.

Metode dan Desain Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang di atas, peneliti menggunakan metode kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif seperti; tulisan, ucapan ataupun perilaku yang dapat diamati dari subjek itu sendiri (Fuchran, 1998:11). Kemudian, penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menggunakan pengukuran yang cermat terhadap suatu fenomena sosial. Sesuai dengan objek kajian penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi.

Berdasarkan Marzuki (2000), metode observasi adalah pengamatan dan pencacatan sistematis terhadap suatu gejala atau fenomena yang diselidiki. Metode ini akan dilakukan dengan membaca secara cermat teks komentar pada akun Instagram @imaanlgbtqi . Setiap aspek dari teks komentar tersebut mulai dari menganalisis struktur kemudian makna antara penutur dan petutur pada kolom komentar akun Instagram @imaanlgbtqi. Selanjutnya, untuk metode dokumentasi menekankan pada pengumpulan data-data berupa caption Instagram yang merupakan ujaran penutur dan kolom komentar dari caption tersebut yang merupakan ujaran antara penutur dan petutur .

HASIL PENELITIAN Struktur

Penggunaan Teknik Persuasif

Menurut Keraf (1994: 124) teknik-teknik persuasif dibagi menjadi 7 tekhnik, yaitu; rasional, identifikasi, sugesti, konformitas, kompensasi, subtitusi dan proyeksi.

a. Rasional

Teknik persuasif ini adalah dengan membatasi akal untuk memberikan suatu dasar pembenaran kepada suatu persoalan yang mana dasar atau alasan tersebut bukanlah merupakan sebab langsung dari suatu masalah. Berikut adalah pembahasan tentang teknik rasional pada penelitian ini.

1) ALLAH LOVES EQUALITY!

#pride #muslims #lgbt #pridelondon #london

Pada kalimat (1) ditulis bahwa Allah mencintai kesetaraan. Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Menurut KBBI, sederajat artinya sama tingkatan (kedudukan, pangkat). Dengan demikian, kesetaraan atau kesederajatan menunjukkan suatu adanya tingkatan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama lain.

Dalam pemahaman umat Muslim, kesetaraan bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Allah memiliki tingkat atau kedudukan yang sama. Di hadapan Allah, semua manusia adalah sama derajat, kedudukan atau tingkatannya dengan yang membedakannya hanyalah tingkat ketakwaan manusia tersebut terhadap Allah. Sehingga, berdasarkan kalimat (1) bila dibaca sekilas tentunya pendapat yang dituliskan adalah benar. Namun, makna implisit yang dituliskan penulis yaitu kesetaraan dengan makna mencintai dengan jenis kelamin yang sama. Kemudian yang ingin ditekankan oleh penulis adalah bila Allah mencintai kesetaraan mengapa tidak untuk manusia yang diciptakanNya? Tentunya tulisan yang pada mulanya terlihat rasional, bila ditelaah lagi ternyata memiliki kandungan makna

(3)

cukup, tentulah akan dengan mudah tertarik dan percaya dengan apa yang dituliskan karena penulis mengajak dengan memberikan contoh “Allah” sebagai objek kebenaran tersebut.

b. Identifikasi

Identifikasi adalah salah satu bentuk teknik persuasif yang bercirikan suatu usaha untuk mengidentifikasikan atau penyamaan diri pelaku persuasi dengan suatu objek yang lain.

2) For #LGBTQI #muslims #pride, can be a difficult time. Coming out is often a privilege not afforded to us. If you are spending #pride2019 in the closet, Imaan sends you a message to say that we see you, we are you, be where you feel safe, #happypride and remember #Allahlovesequality and #Allahlovesyou

Pada kalimat (2) dituliskan bahwa menjadi muslim LGBTQI dapat menempatkan seseorang kepada masa yang sulit. Penunjukan jati diri adalah sebuah hak istimewa yang tidak diberikan kepada mereka. Bagi mereka yang tidak dapat menghabiskan waktu perayaan festival LGBTQI 2019 bersama, Imaan mengirimi mereka pesan bahwa Imaan melihat mereka, mereka adalah satu, Imaan adalah dimana tempat mereka merasa aman dan untuk mengingat selalu bahwa Allah mencintai kesetaraan dan mencintai mereka. Imaan sebagai penggerak kelompok LGBTQI tersebut ingin meyakinkan orang-orang LGBT untuk tidak merasa sendiri dengan adanya bentuk ketidakadilan yang mereka rasakan. Dengan menuliskan pernyataan yang menunjukan kepedulian dan menawarkan rasa aman, Imaan juga menegaskan bahwa Allah mencintai semua umatnya dengan tentunya kesetaraan yang di mata Allah semua manusia adalah sama. Kemudian, Imaan juga ingin menunjukan bahwa Allah tidak membeda-bedakan umatNya, sehingga tetaplah untuk bahagia dan yakin bahwa mereka tidaklah salah dengan adanya perbedaan yang mereka dapatkan dari masyarakat. Sehingga jelas, bahwa kalimat yang dituliskan oleh Imaan adalah ingin mengidentifikasikan komunitasnya bahwa mereka tidak melanggar aturan Islam, orang-orang LGBT tidaklah salah dan berbeda karena Tuhan mereka yaitu Allah saja mencintai keseteraan dan tidak membeda-bedakan umatNya.

c. Sugesti

Sugesti adalah suatu usaha yang melibatkan kekuatan emosional yang berasal dari kekuatan atau kepatuhan kepada seseorang. Berikut teknik persuasive sugesti yang digunakan;

3) Listen up: Love is not haram. Hate, bullying and persecution are all haram. #lgbt #muslim #pride #PrideLondon

Dalam kalimat (3), penulis menuliskan bahwa cinta itu tidak haram. Kebencian, intimidasi, dan penganiayaanlah yang haram. Sugesti yang dituliskan sangatlah jelas terlihat dengan menuliskan kata-kata yang berdasarkan fakta dimana semua orang menyutujuinya. Mencintai, membenci, mengintimidasi dan menganiaya adalah sebuah aksi yang bermula dari emosi, namun berbeda dengan mencintai yang memiliki perasaan positif. Penulis menegaskan bahwa mencintai tidaklah salah, tidak ada aturan yang melarang untuk mencintai. Namun bila ditelisik kembali, “mencintai” dengan jenis kelamin yang sama tentulah tidak dibenarkan karena sudah dianggap melanggar aturan dalam Islam. d. Konformitas

Konformitas adalah suatu keinginan atau tindakan untuk membuat diri serupa dengan sesuatu yang lain. Selain itu konformitas juga berarti suatu mekanisme mental untuk menyesuaikan diri atau mencocokan diri dengan sesuatu yang diinginkan.

4) LGBTQI Muslims are caught in the crossfire of so much that impacts mental health: family rejection, homophobia, trans phobia, anti Muslim hate, racism – that’s why for 20 years we’ve worked to help our community flourish in the face of adversity. #mentalillness #depression #help #helpingothers #stigma #lgbt #muslim #Allah #family

Pada kalimat (4) teknik persuasif yang berupa konformitas ditandai dengan adanya kalimat “we’ve worked to help our community flourish in the face of adversity” yang berarti penulis ingin membantu komunitas mereka berkembang dalam menghadapi kesulitan. Penulis ingin menunjukan bahwa mereka adalah penolong bagi anggota komunitas mereka dan mereka hadir tidak untuk membuat perselihan namun sebaliknya. Mereka ingin meyakinkan bahwa orang-orang LGBTQI tidaklah sendiri dan tidak perlu takut dalam menunjukan jati diri mereka kepada yang lain. Di sisi lain, penulis ingin memperlihatkan bahwa dampak yang dialami oleh mereka cukuplah serius, mereka diperlakukan tidak adil dengan orang-orang yang tidak menerima mereka, sehingga diharapkan dengan menuliskan kesulitan yang mereka hadapi para pembaca dapat lebih menerima mereka. e. Kompensasi

Kompensasi adalah suatu tindakan atau hasil dari usaha untuk mencari suatu pengganti (subtitute) bagi suatu hal yang tidak dapat diterima, atau suatu sikap, atau keadaan yang tidak dapat

(4)

dipertahankan. Usaha mencari subtitute terjadi karena tindakan atau keadaan yang asli sudah mengalami frustasi.

5) Just £193 away from £9000- it’s gonna be a nail-biting end to our fundraiser for #Muslim #Pride! For the Love of Allah, put us out of our misery! Donate literally ANYTHING. Or if you can’t donate simply LIKE this post – it will help us show up in other people’s feeds if you do! #pride #muslim #gay #lesbian #trans #bisexual #Islam #Allahlovesyou #Allahlovesdiversity #Allahlovesyou #lgbt #lgbtpride #gaypride

Pada kalimat (5), penulis mengajak para pembaca untuk mendukung mereka dalam mengikuti parade LGBT dengan mendonasikan uang. Penulis menambahkan dengan “For the Love of Allah” yang mana memiliki arti bahwa demi cinta Allah, untuk membantu mereka dari kesulitan keuangan yang mereka alami. Mereka meminta pembaca untuk dapat berdonasi semampu pembaca atau bila tidak pembaca cukup dapat menyukai kiriman mereka agar kiriman mereka terlihat pada laman orang lain, sehingga semakin banyak yang menyukai kiriman mereka maka akan semakin banyak pula yang akan berdonasi. Selanjutnya, mereka juga menggunakan tagar “Allah mencintaimu” dan “Allah mencintai keragaman”, diharapkan pembaca lebih yakin bahwa berdonasi adalah hal yang baik dalam ajaran Islam sehingga Allah akan mencintai mereka, serta ditambahkan juga bahwa keragaman seperti “LGBT” bukanlah suatu kesalahan karena Allah pun mencintai dan menerimanya.

Dengan sikap atau keberadaan kelompok LGBT yang pada mulanya tidak diterima oleh umat Muslim, penulis menuliskan kiriman tersebut sebagai bentuk peralihan atas ketidakterimaan umat Islam akan LGBT dengan mengkaitkan Allah sebagai Tuhan yang mereka patuhi. Penulis berharap bahwa pembaca Muslim lebih dapat mengerti dan dapat merubah pikirannya untuk lebih menerima bahkan membantu mereka dalam menyuarakan keberadaan LGBT.

f. Proyeksi

Proyeksi adalah suatu teknik untuk mengubah sesuatu yang tadinya adalah subyek menjadi obyek. Suatu sifat atau watak yang dimiliki seseorang tidak mau diakui lagi sebagai suatu sifat atau wataknya, tetapi dilontarkan sebagai sifat atau watak orang lain. Jika seseorang diminta untuk mendeskripsikan seseorang yang tidak disenangi, ia akan berusaha untuk mendeskripsikan sesuatu hal-hal yang baik mengenai dirinya sendiri (Keraf, 1994: 131).

6.) We’ve had a massive queer phobic backlash from our appearance at @prideinlondon at the weekend including some VERY unislamic AND Islamaphobic slurs and threats - which we will and do delete and block.

Pada kalimat (6) ditemukan teknik persuasif proyeksi yang mana ditunjukan dengan rasa kekecewaan penulis dengan menambahkan adanya sedikit ancaman kepada para pembaca yang menuliskan komentar berupa penghinaan dan ancaman. Penulis memberikan sedikit ancaman dengan mengatakan akan menghapus dan memblokir komentar ancaman dari petutur namun dengan perilaku ancaman juga, sehingga hal itu termasuk melempar kesalahan orang lain atas kesalahan apa yang mereka lakukan. Jelas terlihat, bahwa selain penulis menunjukan rasa kekecewaan dan ancaman, penulis juga memiliki makna implisit yaitu untuk kepada para pembaca agar lebih menerima kehadiran mereka karena apa yang telah pembaca lakukan menyakitkan hati kelompok LGBT tersebut. Penulis menambahkan bahwa dengan menulis makian dan ancaman sangatlah tidak Islamic dan menunjukan Islamfobia yang mana itu dilarang oleh agama Islam sendiri. Makna implisit di sini menjelaskan bahwa apa yang kelompok LGBT lakukan di “Pride in London” adalah diperbolehkan dalam Islam dan dengan tidak memberikan respect kepada mereka adalah hal yang tidak diperbolehkan dalam Islam.

Makna

Jenis Tindak Tutur Ilokusi

Searle (1979) membedakan tindak ilokusi menjadi lima bagian yaitu tindak ilokusi asertif, direktif, komisif, ekspresif dan deklaratif. Hasil temuan dan pembahasan kelima jenis tindak ilokusi tersebut dapat dilihat sebagai berikut;

1. Tindak Tutur Asertif

Tindak tutur asertif menurut Searle (1979) adalah ilokusi yang dituturkan seperti; menunjukan, menyatakan, mengusulkan, membual, melaporkan.

Menunjukan

Tindak tutur asertif “menunjukan” adalah tindak tutur yang berisi menunjukan. Hal itu dapat terlihat pada kolom komentar di Instagram @imaanlgbtqi sebagai berikut:

(5)

Tabel.1

1.) Petutur 1 Believe what u want but this is haram, you are encouraging haram acts and you’re trying to change the rules of our religion

2.) Petutur 2 In Islam, homosexuality is a major sin. What’s your excuse?

Pada tabel.1 dengan tuturan yang disampaikan dari Penutur, pada kalimat (1) Petutur 1 menanggapi bahwa apa yang dikatakan penutur adalah LGBT merupakan tindakan yang haram dan Petutur 1 meyakini bahwa apa yang dilakukan Penutur adalah mencoba mengubah peraturan agamanya, yaitu Islam.

Berdasarkan apa yang dinyatakan oleh Petutur 1 termasuk kepada jenis ilokusi representatif, yaitu “menunjukan” karena Petutur 1 mencoba menunjukan bahwa dalam peraturan agama Islam, LGBT adalah sesuatu yang dilarang atau haram, dan apa yang dilakukan oleh Penutur adalah melanggar peraturan dari agama Islam, sehingga Penutur dianggap mencoba mengubah peraturan agama Islam.

Kemudian pada kalimat (2), Petutur 2 “menunjukan” bahwa homoseksualitas tergolong dosa yang besar. Penutur 2 tidak memahami mengapa Penutur menyatakan hal yang dilarang oleh agama Islam. Dalam hal ini, Petutur 2 kembali “menunjukan” seperti Petutur 1 bahwa apa yang dilarang oleh agama adalah tergolong kepada dosa, dan apa yang dilakukan atau dinyatakan oleh Penutur termasuk dosa besar.

2. Tindak Tutur Direktif

Tindak tutur direktif, yaitu ilokusi yang bertujuan menghasikan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh lawan tutur seperti; memesan, memerintah, meminta, merekomendasikan, dan menasihati. Berikut hasil temuan peneliti pada kolom komentar akun Instagram @imaanlgbtqi.

Memerintah

Pada tabel 4 di bawah, ditemukan tindak tutur direktif “memerintah” sebagai sebuah respon atas apa yang dikatakan penutur ataupun sebaliknya.

Tabel 4. 3.) Petutur 1 Don’t rate this

4.) Petutur 2 Don’t bring the religion I got this please

Respon yang ditujukan kepada penutur kali ini berupa “perintah” seperti yang dituliskan oleh Petutur 1 pada kalimat (3) dengan arti bahwa ia tidak menyetujui apa yang dikemukakan oleh Penutur dengan mengatakan “don’t” sehingga bermakna perintah kepada pembaca yang lain untuk tidak menyetujui apa yang Penutur sampaikan. Pada kalimat (4), Petutur 2 menambahkan perintah untuk Penutur untuk tidak membawa sebuah agama atas apa yang ia percayai karena hal itu tidak dapat dibenarkan. Cukup lakukan apa yang mereka inginkan tapi tidak dengan mengatasnamakan agama tertentu, karena itu terlihat ketika Penutur menuliskan “Allah” yang itu merupakan Tuhan kepercayaan agama Islam dan ditambahkan dengan menuliskan tagar (#) muslim sebagai pendukung penyataannya tersebut.

3. Tindak Tutur Ekspresif

Tindak tutur ekspresif, yakni ilokusi yang berfungsi untuk mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam dan berbela sungkawa.

Mengecam

Berdasarkan tabel 5 di bawah ini terdapat beberapa tuturan “mengecam” dari para petutur sebagai respon atas apa yang Penutur (@imaanlgbtqi) tuliskan.

Tabel 5.

5.) Petutur 1 Astaghfirullah if you actually believe this isn’t haram then you really need to do some research, the prophet literally said this is haram, just because you want to do what u want doesn’t mean you are allowed tho

6.) Petutur 2 Allah created Adam and Hawa to complete each other male and female also story of lot they where first to come out with the idea of homosexuality which is haram. If you say they are “born this way” then take it as a test to see how much of a good Muslim you are and just don’t date or try to remove the idea from your mind. Sexuality isn’t everything! Single thing isn’t bad! So please stop spreading bad ideas and extremely wrong ideas about Islam it’s a beautiful religion! Muhammad didn’t say homosexuality is Halal! It’s clearly haram and no proof in Quran or in the talks of Muhammad the messenger proofed it’s halal!

Contoh yang terlihat pada kalimat (5), Petutur 1 mengecam mengecam atas apa yang Penutur tuliskan, karena menurut Petutur 1, Penutur sangatlah tidak bijak untuk menuliskan sesuatu yang

(6)

mereka belum pahami secara keseluruhan. Penutur dianggap menulis dan mengajak kekeliruan yang mereka anggap benar sehingga nantinya akan berdampak kepada hal-hal yang tidak baik.

Selanjutnya, kecaman lain terlihat pada kalimat (6) yang dituliskan oleh Petutur 2. Kecaman yang dituliskan oleh Petutur 2 sangatlah jelas dan berusaha meluruskan atau menunjukan kepada Penutur bahwa apa yang mereka lakukan adalah sebuah kesalahan besar, ditambah mereka mengatasnamakan agama Islam yang mana tidak pernah tertulis dalam bukti apapun dalam agama Islam yang menyatakan bahwa homoseksualitas diperbolehkan. Yang dituliskan dalam Islam adalah hanya mengenai sebuah cerita homoseksualitas yang dilakukan oleh Kaum Nabi Luth yaitu kaum Sodom yang mendapatkan azab dari Allah SWT dikarenakan jelas melakukan pelanggaran yang jelas telah dilarang oleh agama Islam. Berdasarkan cerita tersebut, tentu saja tidak ada pembuktian untuk menunjukan bahwa homoseksualitas itu halal, namun sebaliknya. Petutur 2 menambahkan kepada Penutur agar segera berhenti menyebarkan issue-issue yang pada hakikatnya sudah dilarang oleh agama Islam karena agama Islam adalah agama yang indah dan tidak pernah mengajarkan hal yang dilarang tersebut. Di sisi lain, Petutur 2 merasa bahwa Penutur hanya mencoba menjatuhkan agama Islam dengan membuat pernyataan seperti yang dituliskan, karena bila mereka memang Muslim yang benar-benar taat, tentunya hal seperti “homoseksualitas” akan dijadikannya menjadi sebuah cobaan dari Allah, bukannya menjadi sebuah kebanggaan dengan mengajak para Muslimin yang lain untuk membenarkan apa yang mereka lakukan.

4. Tindak Tutur Deklaratif

Tindak tutur deklaratif, yakni ilokusi yang digunakan untuk memastikan kesesuaian antara isi proposisi dengan kenyataan, misalnya membaptis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman atau mengangkat.

Penamaan

Tabel 6. 7.) Petutur 1 your not a Muslim then

8.) Petutur 2 I think you meant to say your just bisexual.

Pada kalimat (7), Petutur 1 memberikan penamaan pada Penutur (@imaanlgbtqi) dengan “kamu bukanlah seorang Muslim” yang menunjukan bahwa bila seorang Muslim setidaknya memahami bahwa LGBT merupakan hal yang dilarang dalam agama Islam. Sedangkan Penutur, dianggap oleh Petutur 1 tidak memahami hal tersebut. Begitu juga dengan yang disampaikan oleh Petutur 2, bahwasannya Petutur 2 meyakini Penutur adalah seorang bisexual saja, bukanlah seorang Muslim, dikarenakan bila seorang Muslim tidak mungkin menjadi penganut LGBT.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah ditemukan bahwa; penulis akun Instagram @imaanlgbtqi menggunakan beberapa teknik persuasive yaitu rasional, identifikasi, sugesti, konformitas, kompensasi, subtitusi dan proyeksi untuk mengajak para pembaca Muslim agar lebih menerima keberadaan komunitas LGBT; penulis akun Instagram @imaanlgbtqi menggunakan teknik persuasive untuk mendapatkan kepercayaan, dukungan dan perhatian oleh umat Muslim di dunia dengan menggunakan kalimat bersifat rasional, identifikasi, sugesti, konformitas, kompensasi, subtitusi dan proyeksi; dan sikap dari para petutur yaitu umat Muslim di dunia memunculkan beberapa sikap homophobia yang terlihat pada ujaran tindak ilokusi asertif, direktif, ekspresif dan deklaratif.

DAFTAR PUSTAKA

Fitzpatrick, N., & Donnelly, R. (2010). Do You See What I Mean? Computer-Mediated Discourse Analysis. In Donnelly, R., Harvey, J., & O‟Rourke, K. (Eds.).

Foucault, M. (1990). The History of Sexuality Volume 1. New York: Vintage Books. Fuchran, A. (1998). Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: PUN.

Herring, S.C. (2004a). Computer-Mediated Discourse Analysis: An Approach to Researching Online Behavior. In S.A. Barab, R. Kling, & J.H. Gray (Eds.), Designing for virtual communities in the service of learning (pp. 338-376). New York: Cambridge University Press.

Herring, S.C. (2007). A Faceted Classification Scheme for Computer-Mediated Discourse. Language@Internet, 4, Article 1.

Keraf, G. (1994). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Grammedia. Olson, James, T. (2000). Sexuality. New York : Free Press.

(7)

Polimeni, A.-M., Hardie, E., & Buzwell, S. (2000). Homophobia among Australian heterosexuals: The role of sex, gender role ideology, and gender role traits. Current Research in Social Psychology, 5(4).

Rohmawati, R. (2016). Perkawinan lesbian, gay, biseksual dan transgender/transeksual (lgbt) perspektif hukum islam. Jurnal Hukum Islam , 4 (2), 305-326.

Sanders, G. L., & Kroll, I. T. (2000). Generating stories of resilience: Helping gay and lesbian youth and their families. Journal of Marital and Family Therapy, 26, 433-442.

Searle, J. R. 1979. Expression and Meaning: Studies in the Theory of Speech Acts. Essay Collection, (Vol. 49). Spencer, C. (2001). Sejarah Homoseksualitas dari Zaman Kuno hingga Sekarang, diterjemahkan oleh Ninik

Rochani Sjams, Cetakan ke-2. Bantul: Kreasi Wacana. RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap Institusi Pendidikan Minat

Penelitian Anisa Amielia, S.Pd.

Universitas Pendidikan Indonesia S1 Linguistik

Dr. Aceng Ruhendi Saifullah, M.Hum. S3 Linguistik

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel struktur aset memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas, ukuran

Penulisan sejarah dalam bentuk biografi tentang Nasirwan menarik untuk dikaji, karena sebelum ia menjadi anggota DPRD Kabupaten Sijunjung, ia pernah menjadi Ketua Pemuda Jorong

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah struktur kepribadian tokoh utama dalam novel Dua Tanda Kurung karya Handoko F Zainsam: kajian

Sesuai yang dijelaskan diatas maka peneliti tertarik untuk melangsungkan penelitian mengenai piutang air yang ada di PDAM Tirta Kencana Kabupaten Jombang dengan

Teknologi ini mampu meneruskan garis kelongsoran ke tanah yang lebih baik kuat gesernya, akan tetapi kelemahan teknologi ini tidak memiliki kekakuan yang baik sehingga

Hasil analisis (ANAVA) luas zona hambat aktivitas antibakteri ekstrak biji alpukat dengan variasi perlakuan pelarut, kontrol pelarut, dan kontrol ampisilin terhadap kelompok

Dalam perancangan ini dilakukan melalui perpaduan antara ilustrasi dengan narasi yang dapat membangun dan menggambarkan sebuah pesan ataupun makna yang

o Jika pasien menginginkan kehamilan dapat dilakukan D&K dilanjutkan dengan pemberian progestin, analog GnRH atau LNG-IUS selama 6 bulan... o Bila pasien