• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPIJM 5.1 PETUNJUK UMUM. 1 bab 5. Safeguard pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RPIJM 5.1 PETUNJUK UMUM. 1 bab 5. Safeguard pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 |bab 5

5.1

PETUNJUK UMUM

Sejak awal perencanaan suatu proyek, pemerintah sudah menghendaki diadakan studi Penyajian Informasi Lingkungan atau PIL. PIL merupakan suatu alat pemerintah untuk memutuskan apakah proyek yang diusulkan ini perlu ANDAL atau tidak. Dengan mempelajari laporan PIL, pemerintah sebagai pengambil keputusan menilai apakah proyek yang diusulkan ini potensial menimbulkan dampak yang besar atau tidak. Kalau dianggap berpotensi besar untuk menimbulkan dampak terutama yang negatif, maka pengambil keputusan akan mengharuskan pemilik proyek melakukan ANDAL dan AMDAL. Sebaliknya apabila dianggap tidak menimbulkan dampak yang berarti, maka pemilik proyek tersebut tidak perlu melakukan ANDAL maupun AMDAL dan dapat mulai membangun proyeknya dengan diberikan pedoman pengelolaan dan pemantauannya.

Dengan dimasukkannya analisis mengenai dampak lingkungan hidup ke dalam proses perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan, maka pengambil keputusan akan memperoleh pandangan yang lebih luas dan mendalam mengenai berbagai aspek usaha dan/atau kegiatan tersebut, sehingga dapat diambil keputusan optimal dari berbagai alternatif yang tersedia. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup merupakan salah satu alat bagi pengambil keputusan untuk mempertimbangkan akibat yang mungkin ditimbulkan oleh suatu rencana usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup guna mempersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif.

Safeguard pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wastewater) yang

(2)

2 |bab 5

terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera dan lain-lain.

5.1.1 PRINSIP DASAR SAFEGUARD

Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin bahwa program investasi infrastruktur tidak membiayai investasi apapun yang dapat mengakibatkan dampak negatif yang serius yang tidak dapat diperbaiki/dipulihkan, yang tertuang dalam suatu bentuk kerangka safeguard yang jelas kaitannya dengan rencana investasi, serta mudah dimengerti oleh masyarakat, yang sebelumnya telah disepakati oleh berbagai pihak. Bila terjadi dampak negatif maka perlu dipastikan adanya upaya mitigasi yang dapat meminimalkan dampak negatif tersebut, baik pada tahap perencanaan, persiapan maupun tahap pelaksanaannya.

Untuk memastikan bahwa safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar, maka diperlukan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Identifkasi, penyaringan dan pengelompokkan (kategorisasi) dampak;

2. Studi dan penilaian mengenai tindakan yang perlu dan dapat dilakukan. Pada saat yang sama, juga perlu didiseminasikan dan didiskusikan dampak dan alternatif rencana tindak penanganannya;

3. Perumusan dan pelaksanaan rencana tindak;

4. Pemantauan dan pengkajian terhadap semua proses di atas; dan

5. Perumusan mekanisme penanganan dan penyelesaian keluhan (complaints) yang cepat dan efektif.

5.1.2 KERANGKA SAFEGUARD

Sesuai dengan karakteristik kegiatan yang didanai dalam rencana program investasi infrastruktur, kerangka safeguard RPIJM infrastruktur bidang PU/Cipta Karya terdiri dari 2 komponen yakni:

1. Safeguard lingkungan, kerangka ini dimaksudkan untuk membantu peserta Kota Rantauprapat untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan, pengurangan dan pengelolaan resiko lingkungan yang tidak

(3)

3 |bab 5

diinginkan, promosi manfaat lingkungan, dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak atau PAP.

Menurut SK Menteri Lingkungan Hidup No.86/2003, Dinas/Instansi yang berkecimpung dalam masalah lingkungan hidup (Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Labuhanbatu) bertanggung jawab untuk mengkaji dan memberikan persetujuan untuk mengkaji dan memberikan persetujuan terhadap UPL/UKL yang diprakarsa kegiatan. Dalam pelaksanaan RPIJM, Badan Lingkungan Hidup juga bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelaksanaan RKL/RPL serta melakukan pemantauan terhadap lingkungan secara umum.

Di Kabupaten Labuhanbatu, Badan Lingkungan Hidup merupakan anggota tetap Komisi AMDAL yang berwenang dan bertanggung jawab untuk melakukan kajian dan persetujuan terhadap KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL yang dirumuskan oleh pemrakarsa kegiatan dan penyampaian laporan hasil kajian yang dilakukan kepada Bupati Kabupaten Labuhanbatu.

2. Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali, Kerangka ini dimaksudkan untuk membantu Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam pananganan, pengurangan dan pengelolaan resiko sosial yang tidak diinginkan, promosi manfaat sosial, dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak pemindahan atau DP.

Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, memperbaiki pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak kegiatan pengadaan tanah.

Pengadaan tanah dan permukiman kembali atau land acquistion and resettlement untuk kegiatan RPIJM mengacu pada prinsip-prinsip transparan, partisipatif, adil, warga yang terkena dampak harus sepakat atas ganti rugi yang ditetapkan. Keputusan Presiden No. 55/1993 tentang pembebasan tanah untuk pembangunan

bagi kepentingan umum. Prosedur pelaksanaan safeguard pembebasan tanah dan permukiman kembali terdiri dari beberapa kegiatan utama yang meliputi: pentapisan awal untuk melihat apakah kegiatan yang bersangkutan memerlukan pembebasan tanah atau kegiatan permukiman kembali atau tidak. Perumusan Rencana Tindak Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali (RTPTPK) sederhana atau menyeluruh harus didukung SK Gubernur/Bupati/Walikota.

(4)

4 |bab 5

Pembebasan tanah (dan permukiman kembali) yang telah selesai sebelum usulan disampaikan, harus diperiksa kembali (recheck) dengan tracer studi yang dimaksudkan untuk menjamin bahwa proses pembebasan tanah telah sesuai dengan standar yang berlaku.

5.1.3 PEMBIAYAAN

Pembiayaan program dan proyek pengelolaan safeguard ini direncanakan untuk safeguard lingkungan dibiayai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dengan dana pendamping dari Pemerintah Kabupaten Labbuhanbatu. Sedangkan pembiayaan safeguard pengadaan tanah dan permukiman direncanakan dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu.

5.2

KOMPONEN SAFEGUARD

5.2.1 KOMPONEN SOSIAL EKONOMI

Pelaksanaan safeguard di Kabupaten Labuhanbatu dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain adalah komponen sosial ekonomi. Komponen tersebut antara lain tingkat pendidikan, tingkat kesejahteraan dan pendapatan perkapita, tingkat kesehatan, tingkat nilai sumber daya masyarakat.

5.2.2 KOMPONEN SOSIAL BUDAYA

Sosial budaya yang mempengaruhi pelaksanaan safeguard dilatarbelakangi oleh suku asal penduduk Kota Rantauprapat yang mayoritas bersuku batak, melayu dan jawa. Dengan beragamnya suku bangsa beserta adat istiadatnya, maka akan beragam pula masing-masing penduduk akan kepekaannya terhadap pelaksanaan safeguard. 5.2.3 KOMPONEN LINGKUNGAN

Masyarakat beserta lingkungan sekitarnya yang berpartisipasi terhadap safeguard tentu sangat diharapkan peran sertanya yang juga didukung oleh ketersediaan lahan terbuka hijau. Untuk lebih jelasnya lihat pada tabel berikut ini :

(5)

5 |bab 5

GAMBAR 5.1

KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM MEKANISME PELAKSANAAN SAFEGUARD SEKTOR AMDAL

5.3 METODA PENDUGAAN DAMPAK

Metoda pendugaan dampak digunakan untuk menentukan perubahan kuantitatif yang meliputi dimensi waktu dan ruang yang akan terjadi pada suatu kegiatan investasi bidang keciptakaryaan yang akan dilaksanakan di Kabupaten Labuhanbatu. Metoda pendugaan dampak berdasarkan cara dampak ditetapkan dapat diklasifikasikan menjadi: MULAI

Proses AMDAL

PENAPISAN PELINGKUPAN Kesepakatan KA-ANDAL

Penyusunan ANDAL, RKL & RPL

Keputusan Kelayakan Atas ANDAL, RKL & RPL SELESAI PENGUMUMAN KONSULTASI MASYARAKAT PARTISIPASI MASYARAKAT (melalui Wakil-nya) Kesempatan Keterlibatan Masyarakat

(6)

6 |bab 5

Metoda Ad Hoc

a. Sangat sedikit memberikan pedoman cara melakukan pendugaan bagi anggota timnya;

b. Anggota tim bebas menggunakan keahliannya dalam melakukan pendugaan; c. Komponen lingkungan yang digunakan biasanya merupakan bidang yang luas,

contoh: dampak pada hutan, danau dll.

Metoda Overlays

a. Menggunakan sejumlah peta di tempat proyek/ kegiatan yang akan dibangun dan daerah di sekitarnya;

b. Tiap peta menggambarkan komponen lingkungan yang meliputi aspek fisika- kimia, biologi, sosial-ekonomi dan sosial-budaya;

c. Penggabungan dalam bentuk overlays akan menunjukkan kumpulan/ susunan keadaan lingkungan secara keseluruhan;

d. Kelemahannya dalam penyajian dampak secara kuantitatif dan aliran dampak dari komponen lingkungan.

Metoda Checklist

a. Metoda ini berbentuk daftar komponen lingkungan yang kemudian digunakan untuk menentukan komponen mana yang terkena dampak;

b. Awalnya metoda ini sangat sederhana, tetapi kemudian berkembang terus dan hingga dapat mencari pemecahan masalah metoda lain;

c. Berdasarkan perkembangannya metoda ini dapat dibagi menjadi: 1) Checklist sederhana (simple checklist);

2) Checklist dengan uraian (decriptive checklist); 3) Checklist berskala (scaling checklist);

4) Checklist berskala dengan pembobotan (scale weighted checklist).

Metoda Matrices

a. Merupakan bentuk checklist dua dimensi yang menggunakan satu lajur untuk komponen dan satu lajur lagi untuk daftar aktivitas proyek/ kegiatan;

b. Metoda ini tidak dapat menunjukan aliran dampak atau hubungan antar komponen.

Metoda Networks

a. Disebut juga skema aliran (flowchart) atau aliran dampak (impact flow); b. Disusun berdasarkan daftar aktivitas yang saling berhubungan dan komponen

(7)

7 |bab 5

c. Penyusunan aliran dampak ini dapat menggambarkan dampak langsung dan tidak langsung serta hubungan antar komponen sehingga dalam evaluasi keseluruhan dapat dicari aktivitas utama yang perlu dikendalikan.

Metode Modifikasi dan Kombinasi

Menyadari kelemahan masing-masing metoda maka dapat dilakukan modifikasi atau kombinasi dari kelima metoda yang ada. Dampak yang ditinjau dalam proses pendugaan dampak terhadap tidak diberlakukannya safeguard dan lingkungan sosial dalam suatu pembangunan daerah guna investasi jangka menengah terbagi atas dua bagian, yaitu dampak fisik dan non fisik.

Dampak fisik yang ditimbulkan antara lain:

- Kerusakan habitat alam seperti, berkurangnya species binatang langka yang dilindungi;

- Berkurangnya hutan kota, karena sebagian besar lahan digunakan sebagai lahan perkebunan kelapa sawit dan permukiman penduduk;

- Banyaknya sampah dan limbah yang tidak tertangani;

- Terbentuknya permukiman-permukiman kumuh yang baru di tengah kota. Dampak non fisik yang dapat ditimbulkan antara lain:

- Terkotak-kotaknya masyarakat dengan kelas ekonomi dan sosial yang berbeda;

- Menurunnya tingkat kesehatan masyarakat Kota Rantauprapat; - Menurunnya tingkat kesejahteraan dan perekonomian masyarakat;

- Tidak adanya kerjasama pemerintah dengan masyarakat setempat dalam hal pembebasan lahan.

5.4

PEMILIHAN ALTERNATIF

Dalam berbagai perencanaan pembangunan yang mengakibatkan dampak buruk terhadap safeguard dan lingkungan sosial di sekitarnya, tentu saja sudah direncanakan pula berbagai alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Proses pemilihan alternatif tersebut ditentukan dengan cara peninjauan langsung dan dibandingkan dengan peraturan yang ada, yang kemudian disajikan dalam suatu bentuk perbandingan.

(8)

8 |bab 5

5.4.1 PROSES PEMILIHAN ALTERNATIF

Proses pemilihan alternatif safeguard dan lingkungan sosial pengadaan tanah dan permukiman kembali dimulai dengan studi kelayakan yang menganalisa dampak buruk yang ditimbulkan, yaitu dengan langsung meninjau lokasi, pengambilan sampel baik tanah, udara, air dan yang lainnya. Kemudian menganalisa hasil sampel melalui laboratorium yang kemudian dibandingkan dengan spesifikasi teknis persyaratan pengadaan tanah dan permukiman kembali yang sudah disusun dalam Undang-Undang Dasar No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan dan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan, serta Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air Namun hal tersebut juga tetap diperbandingkan dari tingkat efektifitas pekerjaan, maupun nilai ekonomi.

5.4.2 PENYAJIAN PEMILIHAN ALTERNATIF

Proses penyajian pemilihan alternatif safeguard untuk masing-masing lingkungan dan pengadaan tanah dan permukiman kembali, yaitu dengan memaparkan perbandingan beberapa safeguard yang dinilai lebih efektif, ekonomis dan mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan.

Alternatif yang akan dipilih terlebih dahulu harus melihat berbagai faktor, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan dalam pasal 5 (lima) ayat 1 (satu), yaitu:

- Jumlah manusia yang akan terkena dampak; - Luas wilayah persebaran dampak;

- Intensitas dan lamanya dampak berlangsung;

- Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak; - Sifat kumulatif dampak;

- Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.

(9)

9 |bab 5

TABEL 5.1

DUGAAN DAMPAK PENGADAAN TANAH DAN PERMUKIMAN KEMBALI BESERTA ALTERNATIF

No.

Dugaan Dampak Buruk Terhadap Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali Fisik dan

Non Fisik

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

1

Kerusakan Habitat Alam, seperti berkurangnya species binatang yang dilindungi akibat penebangan hutan guna pengadaan lahan baru

Disediakannya hutan lindung

Diberlakukan sanksi terhadap perlakuan penyimpangan terhadap alam dan hutan

Disediakannya suatu lokasi penangkaran binatang langka yang dibiayai dan diawasi langsung oleh pemerintah kota setempat

2

Berkurangnya hutan kota, karena sebagian besar lahan hutan dialih fungsikan sebagai lahan perkebunan kelapa sawit

Dilakukan reboisasi terhadap penebangan hutan yang terjadi

Diberlakukan sanksi terhadap perlakuan penyimpangan terhadap alam dan hutan

Pen-dwifungsian hutan kota sebagai lahan lindung dan lahan wisata, namun tetap diadakan pengawasan, agar timbulnya kepedulian masyarakat dan pemerintah setempat dalam pelestarian hutan kota.

3 Kebisingan pada saat pelaksanaan pembangunan permukiman

Diadakannya sosialisasi kepada masyarakat sekeliling lokasi pembangunan permukiman

Digunakannya alat-alat berat yang ramah lingkungan dengan kadar volume dan getar yang kecil

Penanaman tanaman peredam kebisingan, seperti tanaman bambu cina

4 Pencemaran air dan tanah dan udara

Dilarangnya penggunaan bahan kimia beracun pada saat penebangan tanaman

Pembuatan daerah tampungan sampah dan limbah sementara

Melakukan penanaman tumbuhan peneduh dan penghalang (berdaun lebar bertajuk tebal) sebagai filter terhadap udara.

5. Konflik sosial akibat pembeliah lahan masyarakat oleh pemerintah

Diadakannya ganti rugi yang sesuai dengan harga tanah dan bangunan yang berlaku pada saat pembelian lahan

Diadakan kerjasama dengan masyarakat yang lahannya akan dibeli oleh pemerintah ditandai dengan adanya kesepakatan terlebih dahulu

5

Peningkatan timbulan sampah dan limbah di masa yang akan datang, yang

diakibatkan bertambahnya wilayah permukiman

Pembangunan TPA baru

Direncanakannya proses 3R dalam pengelolaan sampah dan limbah

Dibangunnya IPAL dan IPLT baru yang sesuai dengan jumlah penduduk dan jumlah permukiman yang

direncanakan

(10)

10 |bab 5

5.5

RENCANA PENGELOLAAN SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN

5.5.1 SISTEM PENGELOLAAN

Semua kegiatan investasi yang diperkirakan menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup memerlukan kajian lingkungan berupa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Sedangkan kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia tetap menyusun kajian lingkungan. Kajian lingkungan ini berupa Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) sebagai upaya dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

Sistem pengelolaan yang diusulkan adalah dengan sistem terpadu dibawah koordinasi dengan BAPPEDA dengan melibatkan perwakilan masyarakat dan SKPD yang terkait dengan bidang tugas pokok dan fungsi masing-masing.

5.5.2 PELAKSANAAN PENGELOLAAN

Studi AMDAL wajib dilaksanakan dan didiskusikan sebelum suatu proyek/ kegiatan dilaksanakan/ didirikan atau dibangun. Pengelolaan safeguard pengadaan lahan dan permukiman kembali di dikelola oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Labuhanbatu daerah setempat yang bekerjasama dinas lainnya yang terkait serta tidak meninggalkan masyarakat, dengan terlebih dahulu mendapatkan izin usaha atau kegiatan oleh Bupati atau Menteri. Apabila rencana kegiatan mendapat izin dan melanjutkan pelaksanaan kegiatan, pemrakarsa diwajibkan melakukan hal-hal yang telah tertera dalam: Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) untuk mengurangi atau mengendalikan dampak, dan Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) untuk memantau dampak yang terjadi.

5.5.3 PEMBIAYAAN PENGELOLAAN

Pembiayaan keseluruhan pelaksanaan safeguard ini diadakan sharing program dan dana antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Kabupaten.

(11)

11 |bab 5

5.6

RENCANA PEMANTAUAN SAFEGUARD SOSIAL DAN LINGKUNGAN

5.6.1 PROSEDUR PEMANTAUAN

Untuk memastikan bahwa safeguard lingkungan dan safeguard pengadaan tanah dipantau dengan baik, maka diperlukan tahapan prosedur sebagai berikut:

- Identidikasi;

- Studi dan penilaian mengenai tindakan yang perlu dan dapat dilakukan; - Perumusan dan perencanaan pemantauan;

- Pemantauan ulang;

- Perumusan mekanisme pemantauan dan penanganan safeguard. 5.6.2 PELAKSANAAN PEMANTAUAN

Pemantauan pengerjaan safeguard, diawasi langsung oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Labuhanbatu, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Labuhanbatu, lembaga-lembaga non pemerintahan seperti lembaga pencinta lingkungan hidup, maupun seluruh lapisan masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Anggapan ini menyebabkan individu retardasi mental yang sebenarnya menyadari penarnpilan dirinya dan berusaha mengembangkan minat heteroseksual, tidak mendapat bimbingan

Jika kumparan stator mendapatkan suplai arus tiga fasa maka pada kumparan tersebut akan timbul flux magnit putar sehingga mengakibatkan rotor berputar karena

Bila dilihat dari sumber pertumbuhan ekonomi NTB triwulan I-2015, Komponen Ekspor Luar Negeri yang didominasi oleh ekspor konsentrat tembaga menjadi sumber pertumbuhan

Bila secara perhitungan astronomis, rencana penyatuan zona waktu Indonesia tidak mempunyai implikasi yang serius terhadap perhitungan awal waktu salat, maka akan ada

Secara Khusus, program ini bertujuan untuk mengembangkan model program kerja sama Perguruan Tinggi, Industri dan Pemda dalam kegiatan penerapan teknologi yang dibutuhkan

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yang dilakukan oleh peneliti dan guru kolaborator pada IVB Sd Iqra’ melalui 3 siklus. Dimana

Adapun tujuan dari program penelitian veteriner secara menyeluruh yaitu: (i) memenuhi permintaan pengguna dan pasar melalui penciptaan inovasi teknologi veteriner berupa vaksin,

Mengingat luasnya permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Prancis maka masalah yang dapat dibatasi dalam penelitian ini adalah mengenai efektifitas metode kelompok