• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PROGRAM DAN INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA PROGRAM DAN INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR VI-1 Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

6.1 KERANGKA KELEMBAGAAN

6.1.1 Struktur Organisasi, Tugas, dan Fungsi Masing – masing Unit yang Terkait Dengan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya.

Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah struktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.

Instansi pemerintahan yang berwenang dalam penyelenggaraan RPIJM, yaitu kegiatan pengelolaan dan pengembangan sarana dan prasarana dalam mendukung pembangunan wilayah Kabupaten Banyuwangi yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Pekerjaan Umum Binamarga, Cipta Karya dan Tata Ruang (DPU BCT), Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) dan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Banyuwangi. Pada umumnya kewenangan dan tanggung jawab dari instansi-instansi pemerintahan tersebut dalam menjalankan dan melaksanakan program-program pembangunan daerah sudah cukup baik.

(2)

LAPORAN AKHIR VI-2 Di Kabupaten Banyuwangi, pengelolaan dan pengembangan bidang-bidang sarana dan prasarana permukiman dilakukan oleh tiap-tiap dinas dalam bertindak sebagai pengelola, juga berfungsi sebagai pengatur, pengawas dan pembina pengelola. Sebagai pengatur, Dinas-dinas tersebut bertugas membuat peraturan-peraturan yang harus dilaksanakan dalam tata pengelolaan dan pembangunan sarana dan prasarana permukiman. Sebagai pengawas, fungsi instansi-instansi pemerintahan tersebut adalah mengawasi pelaksanaan peraturan-peraturan yang telah dibuat dan memberikan sangsi bila dalam pelaksanaan tugasnya tidak mencapai kinerja yang telah ditetapkan. Fungsi sebagai pembina pengelolaan pada instansi-instansi pemerintahan tersebut adalah melakukan peningkatan kemampuan. Pembinaan tersebut dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan maupun menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sebagai upaya peningkatan dan pengembangan pelayanan pengelolaan infrastruktur di wilayah Kabupaten Banyuwangi.

Dalam manajemen pengelolaan dan pengembangan sarana dan prasarana wilayah yang dioperasionalkan, tiap-tiap instansi pemerintahan tersebut juga mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam penyediaan pembiayaan pengelolaan prasarana dan sarana wilayah yang didapatkan dari sumber-sumber pemerintah daerah dan retribusi jasa pelayanan.

Kelembagaan Pemerintah kabupaten Banyuwangi yang menangani bidang Cipta Karya, sesuai dengan Perda Banyuwangi Nomor 6 Tahun 2011 adalah sebagai berikut :

A. BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah unsur pendukung tugas kepala daerah di bidang perencanaan pembangunan di daerah. Dipimpin oleh seorang kepala badan yang mempunyai tugas membantu Bupati di bidang perencanaan pembangunan di daerah serta penilaian atas pelaksanaannya.

Tugas pokok BAPPEDA adalah membantu Bupati dalam menyelenggara-kan Pemerintahan Kabupaten dibidang perencanaan pembangunan daerah dan penanaman modal. Selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 6.1, mengenai Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

(3)

LAPORAN AKHIR VI-3 B. DINAS PEKERJAAN UMUM BINAMARGA, CIPTA KARYA DAN TATA RUANG

Dinas Pekerjaan Umum adalah unsur pendukung tugas kepala daerah di bidang pekerjaan umum di daerah. Dipimpin oleh seorang kepala dinas yang mempunyai tugas memimpin, melaksanakan koordinasi dalam merumuskan perencanaan kebijaksanaan, pengawasan dan pengendalian dalam penyelenggaraan kegiatan dibidang Pekerjaan Umum.

Dinas PU Binamarga, Cipta Karya, dan Tata Ruang merupakan unsur pelaksana bidang binamarga, cipta karya, dan tata ruang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, yang mempunyai tugas membantu Bupati dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan, melaksanakan urusan binamarga, cipta karya, dan tata ruang berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi Jawa Timur. Selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 6.2, tentang Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang.

C. DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN (DKP)

Dinas Kebersihan dan Pertamanan merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah di bidang kebersihan dan pertamanan di daerah. Dipimpin oleh seorang kepala dinas yang mempunyai tugas memimpin, melaksanakan koordinasi dalam merumuskan perencanaan kebijaksanaan, pengawasan dan pengendalian dalam penyelenggaraan kegiatan dibidang kebersihan dan pertamanan.

Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Banyuwangi baru terbentuk pada tanggal 5 September 2011, karena sebelumnya masalah persampahan menjadi tugas dari bidang Kebersihan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Banyuwangi.

Dinas Kebersihan dan Pertamanan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kebersihan dan pertamanan, pencegahan dan penanggulangan kebakaran serta penerangan jalan. Selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 6.3, tentang Susunan Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan.

(4)

LAPORAN AKHIR VI-4 D. BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Badan Lingkungan Hidup merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah di bidang Lingkungan Hidup di daerah. Dipimpin oleh seorang kepala badan yang mempunyai tugas memimpin, melaksanakan koordinasi dalam merumuskan perencanaan kebijaksanaan, pengawasan dan pengendalian dalam penyelenggaraan kegiatan dibidang Lingkungan Hidup.

Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang lingkungan hidup. Selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 6.4, tentang Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup (BLH).

E. PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi No.8 Tahun 1974 tanggal 25 September 1974 disyahkan dengan Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Timur No. Hk/474/152.4/SK tanggal 7 November 1974, diundangkan dalam Lembaran Daerah Provinsi Dati I Jatim pada tanggal 8 November 1974 no. 180/c, terakhir ditinjau kembali dan diterbitkan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1988 tanggal 29 Januari 1988 tentang pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Banyuwangi disyahkan dengan Keputusan Gubernur KDH Tk I Jatim tanggal 27 Mei 1988 No. 221/P Tahun 1988 diundangkan dalam lembaran Daerah Tk.II Banyuwangi Tahun 1988 pada tanggal 11 Juni 1988 nomor 4c.

Tujuan dan Fungsi PDAM Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) dan sebagai sarana pengembangan perekonomian dalam rangka Pembangunan Daerah. Selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 6.5, tentang Susunan Organisasi Perusahaan Derah Air Minum (PDAM).

(5)

LAPORAN AKHIR VI-5

Gambar 6.1. Susunan Organisasi BAPPEDA Kabupaten Banyuwangi KEPALA BADAN SEKRETARIS SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN KEUANGAN DAN PERLENGKAPAN SUB BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM

BIDANG DATA DAN PENGENDALIAN

PEMBANGUNAN BIDANG EKONOMI

BIDANG SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

HIDUP

BIDANG FISIK DAN PRASARANA BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PEMERINTAHAN SUB BIDANG PENGENDALIAN PEMBANGUNAN

SUB BIDANG KERJASAMA EKONOMI DAN INVESTASI

SUB BIDANG PERTANIAN DAN PARIWISATA SUB BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG PENDIDIKAN DAN KESEHATAN SUB BIDANG DATA,

PENELITIAN DAN PELAPORAN SUB BIDANG PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN KOPERASI DAN UMUM

SUB BIDANG ESDM DAN LINGKUNGAN HIDUP

SUB BIDANG TATA RUANG DAN PERHUBUNGAN SUB BIDANG PENDIDIKAN DAN KESEHATAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

(6)

LAPORAN AKHIR VI-6

Gambar 6.2. Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Kab. Banyuwangi

UPTD dDDD

SEKSI LABORAT DAN LEGER JALAN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

KEPALA DINAS

SEKRETARIS

SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN KEUANGAN DAN PERLENGKAPAN SUB BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM BIDANG BINA MARGA

BIDANG TATA BANGUNAN DAN TATA RUANG

BIDANG PERMUKIMAN SEKSI PEMBANGUNAN

JALAN & JEMBATAN SEKSI

TATA BANGUNAN

SEKSI PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN SEKSI PEMELIHARAAN

JALAN & JEMBATAN

SEKSI TATA RUANG

SEKSI AIR BERSIH AIR BERSIH

(7)

LAPORAN AKHIR VI-7

(8)

LAPORAN AKHIR VI-8

Gambar 6.4. Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kab. Banyuwangi

UPT Lab.Lingk

(9)

LAPORAN AKHIR VI-9

(10)

LAPORAN AKHIR VI-10 6.1.2 Potensi dan Persoalan Terkait Dengan Organisasi Dan Tata Laksana Pembangunan

Infrastruktur Bidang Cipta Karya.

Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang Cipta Karya. Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.

(11)

LAPORAN AKHIR VI-11 Tabel 6.1. Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

No. Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK menangani Bidang Unit/Bagian yg CK

1 Bappeda - Perumusan kebijakan teknis dibidang perencanaan pembangunan dan ekonomi

- Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan dan ekonomi

- Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan dan ekonomi.

 Bidang Fisik dan Prasarana,  Sub Bidang Pekerjaan Umum 2 Dinas PU Binamarga, Cipta Karya dan Tata Ruang

- Pelaksanaan, pembinaan dan pengaturan serta verifikasi teknis bangunan gedung pemerintah;

- Pelaksanaan penyusunan perencanaan tata ruang; - Pelaksanaan penyusunan rencana teknis dan rencana

detail tata ruang;

- Pelaksanaan pembinaan, pengendalian pemanfaatan ruang kabupaten dan kawasan;

- Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan penyuluhan di bidang penataan ruang

- Penyiapan kebijakan dan strategi pembangunan permukiman;

- Pelaksanaan, pembinaan dan pengaturan serta pengendalian pembangunan perumahan dan pemukiman;

- Pelaksanaan, pembinaan dan pengaturan serta pengendalian pembangunan sarana air bersih, sanitasi dan drainase di perkotaan dan pedesaan;

- Pengelolaan dan analisis data dalam rangka penyusunan rencana dan dokumentasi.

 Bidang Tata Bangunan & Tata Ruang

 Seksi Tata Bangunan

 Seksi Tata Ruang

 Bidang Permukiman

 Seksi PLP

 Seksi Air Bersih

3 Dinas Kebersihan dan

Pertamanan (DKP)

- Pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan perencanaan teknis pembangunan, peningkatan dan sarana dan prasarana kebersihan;

- Pembinaan pengelolaan administrasi teknis pelaksanaan pembangunan, peningkatan, sarana dan prasarana kebersihan;

- Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana kebersihan

 Bidang Kebersihan  Seksi Kebersihan  Seksi Normalisasi Saluran dan Pembuangan Air Kotor 4 Badan Lingkungan Hidup (BLH)

- Perumusan kebijakan operasional pencegahan, pengendalian dan penaggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan hidup dan pemulihan kualitas lingkungan.

- Pengawasan terhadap sumber dan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran dan perusakan lingkungan serta pengawasan pelaksanaan AMDAL, UKL, UPL. - Pelaksanaan pengelolaan pengendalian dan pemulihan

kualitas lingkungan.

- Pemantauan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penerapan AMDAL, UKL, UPL.

- Sosialisasi peningkatan peran serta masyarakat terhadap penerapan dan pengembangan fungsi informasi

 Bidang Pemantauan dan Pemulihan  Subid Pemantauan dan Pengkajian Kualitas Lingk.  Subid Pemulihan Kualitas Lingk.

(12)

LAPORAN AKHIR VI-12

No. Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK menangani Bidang Unit/Bagian yg CK

lingkungan.

- Pelaksanaan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.

- Pemrosesan pemberian rekomendasi perijinan di bidang ingkungan hidup

5 PDAM - Membantu, memelihara dan menjalankan operasi sarana penyediaan air minum

- Memperlancar, menyempurnakan dan mengawasi pemakaian air secara merata dan efisien

- Menyelenggarakan pengaturan untuk mencegah adanya pengambilan air secara liar

- Menyelenggarakan pelayanan air minum kepada masyarakat secara tertib dan teratur.

 Bagian Teknik

 Subbag Perencanaan

Tabel 6.2. Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya

No. Nama SOP Instansi yg Terlibat Tugas & Fungsi Instansi dalam SOP 1 Pengembangan Permukiman (Bangkim) Bappeda Kajian, studi

DPU BCT Pelaksanaan fisik 2 Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) Bappeda Kajian, studi

DPU BCT Pelaksanaan fisik

3 Pengembangan Air Minum Bappeda Kajian, studi

DPU BCT Pelaksanaan fisik

PDAM Pelaksanaan fisik

4 Pengembangan PLP

 Air LImbah Bappeda Kajian, studi

DPU BCT Pelaksanaan fisik

DKP Pelaksanaan fisik

BLH Pelaksanaan fisik

 Persampahan Bappeda Kajian, studi

DKP Pelaksanaan fisik

BLH Pelaksanaan fisik

 Drainase Bappeda Kajian, studi

DKP Pelaksanaan fisik

DPU BCT Pelaksanaan fisik

Bidang Infrastruktur sebagian besar dilaksanakan oleh Dinas PU Binamarga, Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banyuwangi; yang meliputi Sektor Pengembangan Permukiman (Bangkim), sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL).

Pada sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP), urusan subsektor air limbah domestik ditangani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) bersama dengan

(13)

LAPORAN AKHIR VI-13 Dinas PU BCT, sedangkan air limbah industri menjadi bagian dari Badan Lingkungan Hidup (BLH). Urusan subsektor Persampahan ditangani oleh DKP bersama dengan BLH. Sedangkan subsektor Drainase menjadi urusan Dinas PU BCT dan DKP.

Sektor pengembangan air minum menjadi urusan utama PDAM, tetapi untuk pengembangan air minum perdesaan ditangani oleh Dinas PU BCT.; sedangkan untuk sektor Pengembangan Bendungan dan Irigasi ditangani oleh Dinas Pengairan.

Beberapa sektor atau subsektor infrastruktur dalam RPI2-JM ditangani oleh instansi yang berbeda, oleh karena itu peran Bappeda sangat penting agar di Kabupaten Banyuwangi terjadi koordinasi dan integrasi dalam pembangunan.

Rencana untuk meningkatkan tata laksana penyelenggaraan RPIJM adalah dengan pengusulan adanya kebutuhan akan pembentukan Peraturan Daerah baru untuk mendukung penyelenggaraan program pembangunan prasarana kota di Kabupaten Banyuwangi.

6.1.3. Analisis Kebutuhan SDM Dibandingkan Dengan Kondisi Eksisting

Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya.

Permasalahan yang sering dihadapi antara lain terbatasnya jumlah aparatur, tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan dari aparatur/ sumber daya manusia (SDM) yang menangani/ mengelola Bidang PU Cipta Karya di Kabupaten Banyuwangi. Peningkatan pendidikan formal para aparatur, kursus singkat, pelatihan dan lain-lain masih sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas sehingga kualitas SDM Bidang Cipta Karya semakin tahun semakin meningkat.

Selain masih terbatasnya SDM Bidang Cipta Karya, prasarana dan sarana kerja juga masih terbatas seperti : ruang kerja, perangkat komputer, perangkat survey, kendaraan operasional dan lain-lain sehingga belum optimal dalam pelaksanaan kerja.

(14)

LAPORAN AKHIR VI-14 Permasalahan yang dihadapi dalam hal kondisi SDM adalah sumber daya manusia baik pada level pemerintahan maupun masyarakat yang masih belum memadai dan kapabel dalam menangani persoalan penanganan dan pengelolaan sarana dan prasarana permukiman di daerah. Permasalahan sumber daya manusia merupakan hal cukup penting, karena sebagai pondasi dasar dalam pemahaman dan kesadaran dalam kegiatan pembangunan wilayah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia pada daerah Kabupaten Banyuwangi akan menghambat proses percepatan pembangunan. Untuk itu program-program peningkatan kemampuan aparatur pemerintahan serta kelompok-kelompok masyarakat dirasa sangat perlu sebagai genertor bagi perkembangan wilayah kabupaten. Ketidakmampuan aparatur pemeritahan dalam pelaksanaan pembangunan daerah perlu mendapat stimulan, baik yang berupa program-program peningkatan kemampuan secara kelembagaan maupun indvidual organisasi pemeritah agar kinerja dan proses pembangunan dapat terlaksana dan tercapai dengan optimal.

Demikian juga sama halnya dengan prasarana fisik pendukung. Prasarana kantor dengan kondisi yang baik dan lengkap akan sangat penting artinya bagi kelancaran pembangunan yang efektif dan efisien. Sebaliknya, kurangnya kualitas dan kuantitas fasilitas pendukung ini dapat mengakibatkan kurang optimalnya kinerja bagi proses pembangunan, sehingga perlu mendapat perhatian, agar peningkatan kemampuan dan kinerja dapat berjalan optimal.

Rencana peningkatan SDM adalah dengan mengusulkan adanya penambahan tenaga atau mengusulkan kebutuhan akan training. Sedangkan dalam hal peningkatan sarana dan prasarana kerja yaitu dengan penambahan kebutuhan akan prasarana dan peralatan.

(15)

LAPORAN AKHIR VI-15 Tabel 6.3. Pelatihan Bidang Cipta Karya

6.2. KERANGKA REGULASI

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 23/2014 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

No Jenis Pelatihan

1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara 3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan

5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan

6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL

Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan 9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan 10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan

Infrastruktur Publik Bidang Cipta Karya

11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana

12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara 13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN

14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai 15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai 16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

17 Diklat Jabatan Fungsional 7

(16)

LAPORAN AKHIR VI-16 Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

(17)

LAPORAN AKHIR VI-17 3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masingmasing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

Gambar 6.6 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota

4. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.

Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).

(18)

LAPORAN AKHIR VI-18 Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat; 4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan

tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan system manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan. Sumber: Road Map Reformasi Birokrasi

5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

(19)

LAPORAN AKHIR VI-19 Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masingmasing.

Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM.

Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

(20)

LAPORAN AKHIR VI-20 Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

8. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

9. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

Gambar

Gambar 6.1.  Susunan Organisasi BAPPEDA Kabupaten Banyuwangi KEPALA BADAN  SEKRETARIS SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN  SUB BAGIAN  KEUANGAN DAN PERLENGKAPAN  SUB BAGIAN  PENYUSUNAN PROGRAM
Gambar 6.2.  Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Kab
Gambar 6.3.  Susunan Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kab. Banyuwangi
Gambar 6.4.  Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kab. Banyuwangi UPT
+6

Referensi

Dokumen terkait

Potem pa sproti ane, ker lahko je veste, se alergija pojavi tudi, ne vem, v devetem razredu, kar iznenada nekaj ane, pa sproti potem to rešujemo ane, gremo pa tudi na roko, ne

Yang dimaksud dengan kontraktor dalam peraturan dan syarat-syarat adalah yang diserahi tugas pelaksanaan pekerjaan, yang disebut sebagai pihak kedua dalam surat

Hasil yang diperoleh dari kajian dan analisis teori yang terkait terhadap kondisi lapangan dengan kajian teori mengenai fungsi dan aktifitas ruang publik di Taman

Muttaqin desa Bedanten Kee. Argumentasi atau alasan panitia Masjid Baitul Muttaqin desa Bedanten Kee. Gresik melakukan jual beli kulit hewan Qurban. digilib.uinsby.ac.id

Koefisien estimasi yang dihasilkan bernilai positif yang memiliki arti bahwa semakin tinggi motivasi kerja, maka kinerja dari karyawan akan semakin meningkat secara nyata

Selain itu pemberian masalah diawali dengan masalah yang sederhana untuk siswa kemudian menuju ke masalah yang lebih sulit Pemberian masalah yang tidak tepat

Untuk mendukung pencapaian visi Kabupaten Malang yaitu Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Malang yang Mandiri, Agamis, Demokratis, Produktif, Maju, Aman, Tertib dan

Untuk megetahui pengaruh simultan Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM), Cash Ratio (CR), dan Quick Ratio (QR) variabel terhadap harga saham perusahaan makanan dan