• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN. Kompetensi Guru SD Kelas Tinggi di Jakarta Timur: Hubungan antara Latar Belakang Pendidikan, Usia terhadap nilai UKG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN. Kompetensi Guru SD Kelas Tinggi di Jakarta Timur: Hubungan antara Latar Belakang Pendidikan, Usia terhadap nilai UKG."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN

Kompetensi Guru SD Kelas Tinggi di Jakarta Timur:

Hubungan antara Latar Belakang Pendidikan, Usia terhadap nilai UKG

Oleh

Nama : Dr. Nurhayani Saragih

Dr. Rini Sudarmanti

Tri Wahyuti, M.Si.

Lembaga asal : Universitas Paramadina

DIRETORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Kompetensi Guru SD Kelas Tinggi d Jakarta Timur: Hubungan antara Latar Belakang Pendidikan, Usia terhadap nilai UKG tahun 2015

2. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Dr. Nurhayani Saragih b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. NIP : ... d. Program Studi /

Jurusan

: Ilmu Komunikasi

e. Alamat Kantor : Jl. Gatot Subroto Kav 97, Jakarta 12790 f. Telepon/Faks : 021.7918.1188/0812.852.8623

g. E-mail : Nurhayani.saragih@paramadina.ac.id 3. Jumlah Anggota : 2 orang

4. Jangka Waktu Penelitian : 1 (satu) bulan

5. Pembiayaan : Rp 20.000.000. (dua puluh juta rupiah)

Bandung, 21 Desember 2015 Disampaikan oleh,

Dr. Nurhayani Saragih

Mengetahui:

Ketua Jurusan, Ketua /Pimpinan Instansi

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, akhirnya laporan studi

evaluasi UKG yang berjudul Kompetensi Guru SD Kelas Tinggi di Jakarta

Timur: Hubungan antara Latar Belakang Pendidikan, Usia terhadap nilai UKG, dapat selesai pada waktunya.

Studi evaluasi hasil UKG untuk guru SD kelas tinggi (4-6) ini akan mendalami hubungan antara latar belakang pendidikan guru, dan usia dengan nilai UKG di wilayah Jakarta Timur. Adapun tujuan dari laporan ini diharapkan dapat menjadi gambaran umum kompetensi guru kelas tinggi, serta menjadi masukan pada pemerintah dalam jangka panjang dan berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi guru.

Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak memberikan andil dalam proses penelitian ini.

1. Diretorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang telah memberikan kepercayaannya kepada peneliti dalam pelaksanaan dan pembuatan laporan studi ini.

2. Segenap Civitas Akademika Univeritas Paramadina yang telah memberikan dukungan moril dan materil pada pelaksanaan studi.

3. Guru-guru di SDN Kebon Pala 13 Pagi, SDN Kebon Pala 09 Pagi, SDN Kebon Pala 10 Petang, SDN Kebon Pala 14 Pagi, SDN Kebon Pala 07 Pagi, SDN Kebon Pala 15 Pagi, SDN Kebon Pala 12 Pagi.

Peneliti berharap semoga studi ini bermanfaat bagi kita semua, baik di lingkungan akademis maupun praktis. Atas segala kekurangan yang terdapat dalam studi ini penulis dengan tulus ikhlas mengharapkan saran dan koreksi dari semua pihak untuk penyempurnaan.

Jakarta, 20 Desember 2015

(4)

DAFTAR ISI Lembar Pengesahan 1 Kata Pengantar 2 Daftar Isi 3 Ringkasan Proposal 4 Bab 1 Pendahuluan 5

Bab 2 Studi Pustaka 7

Bab 3 Metode Penelitian 10

Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan 13

Lampiran 2 Jadwal Penelitian 23

(5)

RINGKASAN PROPOSAL

Siswa SD kelas tinggi sebagai generasi muda penerus bangsa, selayaknya mendapat bekal masa depan dari guru-guru terbaik. Mereka akan menempati berbagai sektor produktif di tanah air menghadapi era global. Era global dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi peluang dan momentum pemerintah untuk memacu diri menyiapkan generasi muda untuk siap menghadapi masa depan.

MEA adalah era kompetisi. Jika generasi muda lemah, maka posisi-posisi strategis dalam perekonomian Indonesia akan diserbu pekerja-pekerja dan profesional dari luar negeri. Jika kemampuan berkompetisi generasi muda Indonesia lemah, dapat dipastikan daya saing generasi Indonesia akan sangat lemah, dan mereka sulit mempertahankan Negara kedaulatan negara. Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun 2015 memberi kesempatan pada publik untuk mengevaluasi kompetensi guru, baik dari segi pedagogis, profesional, maupun gabungan antara keduanya.

Studi evaluasi hasil UKG untuk guru SD kelas tinggi (4-6) ini akan mendalami hubungan antara latar belakang pendidikan guru, dan usia dengan nilai UKG di wilayah Jakarta Timur. Studi ini diharapkan dapat menjadi gambaran umum kompetensi guru kelas tinggi, serta menjadi masukan pada pemerintah dalam jangka panjang dan berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi guru.

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang awal pendidikan untuk menyiapkan generasi muda yang handal. Siswa SD kelas tinggi (kelas 4-6) selayaknya juga mendapat bekal untuk mempersiapkan dirinya menghadapi masa depan dari guru-guru terbaik. Kecukupan bekal mereka ini menentukan bagaimana mereka mampu menempati berbagai sektor produktif di tanah air terutama menghadapi era global.

Era global dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi peluang dan momentum pemerintah untuk memacu diri menyiapkan generasi muda untuk siap menghadapi masa depan. MEA adalah era kompetisi dimana jika generasi muda bangsa Indonesia lemah, maka posisi-posisi strategis dalam perekonomian Indonesia akan diserbu oleh pekerja-pekerja dan profesional dari luar negeri.

Uji Kompetensi Guru (UKG) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menjamin bahwa para siswa SD generasi penerus bangsa ini didampingi oleh orang yang memang memiliki kemampuan yang dibutuhkan. Pengujian ini mengevaluasi kompetensi guru, baik dari segi pedagogis, profesional, maupun gabungan antara keduanya.

Pemerintah berupaya meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan Undang-undang (UU) Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. UU tersebut mensyaratkan guru memiliki kualifikasi akademik pendidikan tinggi program sarjana. Selain itu, masih ada UU Nomor 20 Tahun 1999 tentang otonomi daerah yang berakibat pada otonomi penyelenggaraan pendidikan dalam konteks otonomi sekolah. Otonomi sekolah ini dapat menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki guru. Untuk mewujudkan hal tersebut salah satu upaya peningkatan kualitas guru yaitu melalui latar belakang pendidikan Strata 1 (S1) dan juga didukung dengan pelatihan/penataran bagi guru di sekolah.

Studi ini mencoba untuk mengksplorasi hasil evaluasi UKG yang telah dilakukan oleh para guru SD kelas tinggi (4-6). Terdapat asumsi bahwa latar belakang pendidikan guru, dan usia memiliki hubngan dengan perolehan nilai UKG.

(7)

Pembatasan wilayah studi ditentukan untuk hasil uji UKG di wilayah kota administratif Jakarta Timur. Studi ini diharapkan dapat menjadi gambaran umum kompetensi guru kelas tinggi, serta menjadi masukan pada pemerintah dalam jangka panjang dan berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi guru.

I.2 LUARAN PENELITIAN

Penelitian atau studi evaluasi hasil UKG untuk guru SD tingkat tinggi (4-6) di wilayah kota administratif Jakarta Timur ini berupaya untuk mengeksplorasi:

1. Data deskriptif:

a. Latar Belakang Pendidikan (SMA, D2, D3, S1, dan lain-lain)

b. Usia

c. Nilai UKG: pedagogis, profesional, dan gabungan

pedagogis-profesional.

2. Data korelasi antara latar belakang pendidikan guru, usia, nilai UKG, dengan pedagogis, profesional, dan gabungan pedagogis-profesional.

3. Persepsi para guru SD tingkat tinggi tentang pelaksanaan dan persiapan mereka dalam menghadapi UKG

I.3 MANFAAT PENELITIAN

Studi ini diharapkan dapat menjadi acuan tinjauan umum berkenaan dengan perolehan hasil UKG secara menyeluruh dan komprehensif. Hasil akhir ini diharapkan dapat mengusulkan bentuk pelatihan yang berkelanjutan dalam meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional para guru SD tingkat tinggi.

(8)

BAB II

STUDI PUSTAKA

Studi pustaka dilakukan untuk mendapati kerangka teoretis yang menjadi acuan ketika menelaah hasil perolehan nilai UKG. Kerangka teoretis ini membantu peneliti untuk menentukan dan membatasi konsep dasar yang hendak ditelaah.

2.1 PERAN GURU

Peran Guru dalam upaya menyiapkan generasi muda yang handal tidak dapat dipandang sebelah mata. Menurut Mulyasa. (2011: 5),”Guru memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional, khususnya di bidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai tenaga profesi yang berharkat, bermartabat dan profesional” (Mulyasa, 2011: 5). Berdasarkan kutipan ini, dapatlah dipahami bahwa peran Guru dalam menyiapkan generasi muda penerus bangsa memegang peranan penting.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV), menguasai kompetensi (pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Buku Pedoman Pelaksanaan Kompetensi Guru, 2015)

Dalam pelaksanaannya, guru harus menjalankan prinsip prefosionalitas, seperti yang tertuang dalam Undang-undang No 14 Tahu 2005, ayat 7 tentang prinsip profesionalitas, yaitu: Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:

a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;

b. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,

ketakwaan, dan akhlak mulia;

c. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;

(9)

d. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; f. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;

g. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;

h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan; dan

i. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Dalam upaya pemerintah mengukur profesionalitas seorang guru, maka dibutuhkan suatu perangkat ukuran kompetensi guru melalui sebuah Uji Kompetensi Guru (UKG) yang dilakukan secara periodik tiap tahun. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2006: 2), Kompetensi merupakan kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki peserta didik.

UKG mengukur kompetensi dasar tentang bidang studi (subject matter) dan pedagogik dalam domain content. Kompetensi bidang studi yang diujikan sesuai dengan bidang studi sertifikasi (bagi guru yang sudah bersertifikat pendidik) dan sesuai dengan kualifikasi akademik guru (bagi guru yang belum bersertifikat pendidik). Kompetensi pedagogik yang diujikan adalah integrasi konsep pedagogik ke dalam proses pembelajaran bidang studi tersebut dalam kelas.

Guru SD menjadi salah satu penentu terlatihnya bangsa yang kuat dan tangguh dan tidak berhenti untuk melakukan yang terbaik. Guru merupakan orang yang dianggap dapat membantu menyelesaikan permasalahan bangsa dengan mepersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualiatas. Guru yang tangguh akan menghasilkan anak didik yang tangguh pula.

2.2 UJI KOMPETENSI

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2006: 2), “Kompetensi merupakan

kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki peserta didik. Kompetensi merupakan serangkaian kemampuan yang selayaknya dimiliki oleh seorang dosen atau tenaga pendidik ketika melakukan tugasnya dalam proses pembelajaran.

(10)

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 Bab IV pasal 19 ayat 1 mengatakan “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.” Berdasarkant kutipan tersebut dapat dipahami bahwa proses pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai cara. Guru sepantasnya memiliki multi kemampuan tidak hanya untuk mentransfer ilmu, tetapi juga dapat melatih kemandirian anak dan pengembangan diri yang sesuai dengan gambaran psikologis, minat dan bakat masing-masing siswa. Kemampuan mengelola dan menangani proses pembelajaran ini merupakan aspek yang perlu dimiliki oleh seorang guru.

2.3 HASIL PENELITIAN TERDAHULU

Banyak penelitian yang sudah dilakukan berkenaan dengan guru. Salah satu diantaranya adalah penelitian tentang guru yang dilakukan oleh Juli Srijani (2013). Pada studi tersebut ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kompetensi Paedagogik terhadap kualitas pembelajaran Guru SD Kelas VI Di Kota Pacitan, Propinsi Jawa Timur.

Hasil penelitian Ika Cyntia Rismawati (2010) juga menunjukkan adanya hubungan secara parsial antara latar belakang pendidikan guru dengan kinerja guru. Selain itu ditemukan pula adanya hubungan yang signifikan antara pengalaman mengajar dengan kinerja guru.

Hasil penelitian tersebut dapat menguatkan asumsi bahwa kualitas proses pembelajaran tergantung dari kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru dan jam terbang mengajar yang menunjukkan semakin banyaknya pengalaman terlampaui. Sesuai UU Guru dan Dosen, maka guru kelas tinggi juga harus memiliki kompetensi pedagogik dan profesional. Menurut berbagai studi, tunjangan sertifikasi guru tidak memiliki efek positif terhadap dua kompetensi tersebut, meskipun sudah memberikan efek positif di dua kompetensi lainnya, yaitu sosial dan kepribadian. Studi ini akan mengecek kondisi kompetensi pedagogik dan profesional terbaru berdasarkan hasil UKG yang dilaksanakan pada November-Desember 2015 tersebut.

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 METODE PENELITIAN

Studi ini menggunakan metodologi kuantitatif. Menurut Kriyantono (2008:55), “penelitian kuantitatif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan.” Periset lebih mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau hasil riset dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi.

3.2 POPULASI PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah para guru yang mengikuti kegiatan Ujian Kompetensi Guru 2015. Keseluruhan guru tersebut berjumlah 4296 orang.

3.3 OPERASIONALISASI VARIABEL

Variabel penelitian ini mengikuti komponen yang diukur dalam UKG yaitu latar belakang pendidikan, usia, dan komponen hasil penilaian pedagogis, professional serta penilaian gabungan keduanya.

Analisa kuantitatif meliputi variabel bebas terdiri dari latar belakang pendidikan (SMA, D2, S1), dan usia guru. Variabel terikat terdiri dari nilai UKG yang terdiri dari Hasil/Nilai Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, dan kombinasi nilai Kompetensi Profesional dan Pedagogik.

(12)

3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dalam dua cara, yaitu data primer dan sekunder. Data mentah hasil UKG 2015 merupakan data primer yang diperoleh dari kementrian pendidikan. Data sekunder merupakan data pelengkap penelitian. Peneliti menggunakan data sekunder berupa data hasil wawancara kepada beberapa guru SD kelas tinggi di Kota Jakarta Timur. Pada data sekunder ini peneliti mewawancarai kepada 10 guru SD Kebon Pala Jakarta Timur. Selain wawancara, data sekunder juga dilakukan dengan menggunakan tinjauan pustaka guna menelusuri dan mencari teori-teori yang relevan.

Pengumpulan data sekunder diperoleh dengan mengajukan pertanyaan mengenai persepsi guru terhadap UKG dan persiapan guru dalam menghadapi UKG. Persepsi mengungkapkan pemikiran guru terhadap aktifitas evaluasi yang menyangkut kegiatan profesional mereka. Persepsi positif biasanya membentuk sikap yang baik dan memberikan hasil positif. Sebaliknya, persepsi negatif menimbulkan sikap yang kurang baik dan kemungkinan menyebabkan hasil kurang memuaskan. Selanjutnya, persiapan guru dalam menghadapi UKG menunjukkan kualitas diri sang guru sebagai tenaga profesional. UKG adalah ukuran profesionalisme seorang guru, sebab itu guru akan mempersiapkan dirinya sebaik mungkin. Persiapan yang seadanya atau bahkan tanpa persiapan sama sekali akan menunjukkan sikap diri yang tidak profesional dan bertanggungjawab.

Kelengkapan data dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif. Metode yang digunakan dalam analisa kualitatif adalah wawancara guru-guru kelas tingi di Jakarta Timur.

3.4 TEKNIK ANALISIS DATA

Data primer diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS. Pada pengolahan data digunakan analisa distribusi frekuensi dan tabulasi silang untuk mengetahui deskripsi hasil UKG 2015. Analisa perbandingan hasil (Parored Sample t Test) digunakan untuk membandinga mengetahui korelasi antara latar belakang pendidikan, usia dengan nilai UKG.

(13)

Gambar 2: Proses analisa data secara campuran kuantitatif dan kualitatif

Korelasi atau derajat kekuatan hubungan dapat diketahui dengan menggunakan rumus Pearson Product Momen. Hasil nilai korelasi kemudian dikonfrmasi dengan menggunakan tabel korelasi:

Tabel 1 Nilai Koefisien Korelasi Interval Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan

Kurang dari 0,20 Sangat Rendah

0,20 – 0,39 Rendah

0,40 – 0,70 Cukup

0,71 – 0,90 Tinggi

Lebih dari 0,90 Sangat Tinggi

Sumber: (Kriyantono, 2008: 173).

Kombinasi hubungan yang ada akan terdiri dari enam hubungan, yaitu latar belakang pendidikan dengan tiga nilai hasil UKG, usia dengan tiga nilai hasil UKG.

Hasil analisa kualitatif berupa uraian mengenai persepsi guru kelas tinggi terhadap pelaksanaan UKG, mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan pemberian hasilnya. Selain itu, ada pernyataan mengenai persiapan guru dalam menghadapi UKG. Kedua informasi tersebut akan menjadi pelengkap hasil studi evaluasi UKG ini agar menjadi bahan evaluasi pelaksanaan UKG di masa mendatang.

(14)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

4.1.1 GAMBARAN IDENTITAS RESPONDEN

Jumlah data yang diolah adalah 4295 hasil UKG para guru di wilayah Kota Jakarta Timur. Usia responden peneliti bagi dalam beberapa kategori berikut untuk memudah analisi hasil;

Kategori I 50 tahun ke atas (50 tahun <) Kategori II 30-50 tahun

Kategori III di bawah 30 tahun (< 30 tahun)

Tabel 2. Usia Responden

Sebagian besar guru berada pada usia produktif antara 30-50 tahun. Hanya sekitar 7% saja yang berada di bawah usia 30 tahun. Sebagian besar responden adalah perempuan. Sebanyak 74% guru adalah perempuan. Nampaknya profesi ini sangat diminati oleh perempuan daripada laki-laki.

(15)

Tabel 3. Jenis kelamin responden

Sebaran latar belakang pendidikan responden yang dalam hal ini para guru Sekolah Dasar tingkat tinggi adalah sebagai berikut

(16)

Jumlah terbanyak adalah guru yang memiliki latar belakang pendidikan strata satu. Namun tidak semua guru yag mengikuti UKG sudah tersertifikasi. Sebagian besar guru belum tersertifikasi.

Tabel 5. Status Sertifikasi

Distribusi frekuensi guru pada nilai UKG dapat digambarkan berikut. Kompetensi pedagogik dikategorikan dalam 3 (kelas) yang rentang nilainya;

Kategori Tinggi : Nilai UKG sekitar 92.60 – 66.40

Kategori Sedang : Nilai UKG sekitar 66.39 – 40.10

Kategori Rendah : Nilai UKG sekitar 40.09 – 13.8

(17)

Sementara Kompetensi professional dikategorikan dalam 3 (kelas) yang rentang nilainya

Kategori Tinggi : Nilai UKG sekitar 99.2 – 73.4 Kategori Sedang : Nilai UKG sekitar 73.3 – 47.5 Kategori Rendah : Nilai UKG sekitar 47.4 – 21.8

Sebaran kelas penilaian kompetensi professional adalah sebagai berikut;

Tabel 7. Kompetensi Professional Responden

Berdasarkan tabel berikut diketahui sebagian besar guru, 66,8% berada pada rentang nilai UKG sedang. Hanya sedikit diantaranya yang berada pada rentang nilai kompetensi tinggi rendah.

Kompetensi gabungan antara professional dan pedagogik juga dikategorikan dalam 3 (kelas) yang rentang nilainya

Kategori Tinggi : Nilai UKG sekitar 90.30 – 67.13 Kategori Sedang : Nilai UKG sekitar 67.12 – 43.98 Kategori Rendah : Nilai UKG sekitar 43.97 – 20.83

Dari data di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar nilai UKG gabungan guru berada pada rentang nilai sedang.

(18)
(19)

4.1.2 HUBUNGAN ANTARA LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DENGAN NILAI UJIAN KOMPETENSI GURU

Dari hasil tabulasi frekuensi diketahui diketahui bahwa memang terdapat perbedaan antara latar belakang pendidikan dengan nilai UKG. Tabel dapat terlihat berikut ini,

(20)

Dari hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa semakin tinggi latar belakang pendidikan guru, semakin baik nilai UKG yang diperolehnya. Meskipun demikian perlu dicermatin bahwa bila dilakukan perbandingan korelasi dengan perolehan nilai UKG, latar belakang pendidikan ini tidak terlalu menentukan nilai.

Tabel 10. Hubungan Pendidikan dan Kompetensi Responden

Pada tabel di atas terlihat bahwa latar belakang pendidikan signifikan mempengaruhi nilai UKG gabungan. Namun nilai korelasi yang paling tinggi terdapat pada hubungan antara latar belakang pendidikan guru dengan kompetensi professional. Nampaknya semakin tinggi pendidikan guru, semakin professional guru menjalankan perannya.

4.1.2 HUBUNGAN ANTARA USIA GURU DENGAN NILAI UJIAN KOMPETENSI GURU

Sementara itu pada tabel berikut terlihat bahwa usia signifikan mempengaruhi nilai UKG. Nilai korelasi yang paling tinggi terdapat pada hubungan antara latar belakang pendidikan guru dengan kompetensi gabungan antara kompetensi professional dan pedagogik. Perlu dicermati terdapat potensi semakin tua usia semakin menurun kemampuan guru.

(21)

Tabel 11.usia dan nilai UKG

Dari hasil penghitungan diketahui bahwa usia kategori II dan III nyaris tidak terlalu menunjukkan perbedaan berarti. Guru yang berusia 30-50 tahun maupun yang di atas 50 tahun sama-sama menunjukkan kompetensi yang baik. Namun perlu dicermati, ada kecenderungan proporsi nilai UKG rendah lebih banyak pada mereka yang berusia di atas 50 tahun. Memahami hal ini, perlu dilakukan intervensi agar kemampuan guru tidak semakin menurun sejalan dengan bertambahnya usia. Kegiatan penyegaran, seperti seminar, workshop atau studi diperlukan untuk mengasah kemampuan guru.

(22)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sertifikasi guru belum dapat menjadi alternatif untuk mengasah kemampuan guru. Perlu dilakukan studi lebih lanjut kontribusi sertifikasi guru untuk menjamin kompetensi guru. Guru yang sudah tersertifikasi dan yang belum tersertifikasi di wilayah Jakarta Timur tidak menunjukkan perbedaan berarti dalam perolehan nilai UKG. Tapi setidaknya dari hasil UKG 2015, diketahui bahwa mereka yang sudah tersertifikasi memenuhi kompetensi yang lebih tinggi daripada yang belum tersertifikasi.

4.2 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Dari hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa semakin tinggi latar belakang pendidikan guru, semakin baik nilai UKG yang diperolehnya. Meskipun demikian perlu dicermatin bahwa bila dilakukan perbandingan korelasi dengan perolehan nilai UKG, latar belakang pendidikan ini tidak terlalu menentukan nilai.

Latar belakang pendidikan signifikan mempengaruhi nilai UKG gabungan. Namun nilai korelasi yang paling tinggi terdapat pada hubungan antara latar belakang pendidikan guru dengan kompetensi professional. Nampaknya semakin tinggi pendidikan guru, semakin professional guru menjalankan perannya.

Dari hasil penghitungan diketahui bahwa guru yang berusia 30-50 tahun maupun yang di atas 50 tahun sama-sama menunjukkan kompetensi yang baik. Namun perlu dicermati, ada kecenderungan proporsi nilai UKG rendah lebih banyak pada mereka yang berusia di atas 50 tahun. Memahami hal ini, perlu dilakukan intervensi agar kemampuan guru tidak semakin menurun sejalan dengan bertambahnya usia. Kegiatan penyegaran, seperti seminar, workshop atau studi diperlukan untuk mengasah kemampuan guru.

Beberapa guru yang peneliti wawancara menyatakan harapannyya ke depan agar pelaksanaan UKG, guru dibekali pelatihan kompetensi sebelum pelaksanaan ujian. Berikut hasil wawancara peneliti dengan dua guru di SDN Kebon Pala Jakarta Timur:

“Sebaiknya ada pelatihan kompetensi, tujuan yang jelas dan tidak ada ancaman atas penyelenggaraan UKG, sehingga dibantu guru sebagai fungsi pendidik agar

lebih baik dalam mengajar anak didiknya.” (Sumber: Hasil Wawancara dengan

Catharina Apriani , Guru SDN Kebon Pala 13 Pagi, Kamis 10 Desember 2015). “Sebaiknya pelatihan kompetensi, bukan pelatihan yang sekedar sudah dilakukan rutin, seperti bila ada pelatihan dari dinas maka sepertinya sesuatu yang memang sudah dilakukan, karenanya perlu pelatih dari luar dinas yang

(23)

kompeten berupa supervisi penyelesaian masalah, perkembangan anak murid, atau psikologi anak yang semuanya bersifat inovatif.” (Sumber: Hasil Wawancara dengan Ayun Herawati, Guru SDN Kebon Pala 15 Pagi, Rabu 16 Desember 2015).

Para guru sepakat bahwa UKG penting untuk memotivasi para guru untuk selalu membaca (belajar). Sebelum pelaksanaan UKG sebaiknya ada sosialiasasi tujuan dan manfaat UKG. Guru berpendapat bila hasil kompetensi UKG tinggi itu hanya di atas kertas yang belum tentu sesuai dengan kondisi lapangan. Bila ingin mengetahui kualitas seorang guru, maka UKG yang hanya dilaksanakan dalam waktu dua jam tidak dapat mengukur komptensi guru, sekalipun berpengalaman dan waktu mengajarnya sudah sangat lama.

Kemampuan dan pengalaman mengajar seorang guru terlalu sederhana bila dilihat berdasarkan nilai UKG. Informasi mengenai tujuan pelaksanaan UKG, manfaat serta hasil UKG perlu disosialisasikan pada para guru. Materi UKG pun sebaiknya telah diinformasikan pada para guru, sehigga saat UKG berlangsung, yang diajukan adalah materi yang sebelumnya sudah dipelajari. Peningkatan kualitas guru tak hanya berdasar pada UKG saja. Perlu ada pendekatan lain untuk mengetahui sejauh mana kualitas seorang guru berhasil mendidik siswa-siswinya.

(24)

LAMPIRAN 2 JADWAL PENELITIAN

No Kegiatan Waktu

1 Penyediaan format data hasil UKG 4-6 Desember 2015

2 Workshop persiapan studi analisis hasil UKG 6-8 Desember 2015

3 Pelaksanaan studi 10-20 Desember 2015

4 Workshop pelaporan hasil 21-23 Desember 2015 5 Pelaporan akhir dan pertanggungjawaban 24-30 Desember 2015

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional (2006), Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Jani, Juli Sri (2013). Pengelolaan Uji Kompetensi Paedagogi Guru Kelas Vi Sd Di

Kabupaten Pacitan, Universitas Muhammadyah Surakarta, magister

pendididkan. Tersedia on-line di laman: http://eprints.ums.ac.id/27561/23/ Naskah_Publikasi.pdf. Akses 7 Desember 2015.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (2015). Pedoman Pelaksanaan Kompetensi Guru. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

Kriyantono, Rachmat. 2008. Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana

Mulyasa, E. (2011). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rahmawati, M. (2013). Kompetensi Pedagogik Guru Bahasa Inggris Bersertifikat Pendidik di PGRI Kabupaten Kolaka. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tersedia on-line di laman: http://eprints.ums.ac.id/26376/22/ NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Rismawati, Ika Cyntia (2010). Hubungan latar belakang pendidikan guru dan pengalaman mengajar dengan kinerja guru di sekolah menengah pertama

negeri kecamatan balerejo madiun. Dapat ditemukan di laman:

Gambar

Gambar 1: Rangkuman Operasionalisasi antara Variabel Bebas dan Terikat.
Gambar 2: Proses analisa data secara campuran kuantitatif dan kualitatif
Tabel 2. Usia Responden
Tabel 3. Jenis kelamin responden
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pengakuan dalam hukum Internasional adalah tindakan politis suatu negara untuk mengakui negara baru sebagai subyek hukum internasional yang mengakibatkan hukum tertentu... JB Moore

“ pembatasan jumlah Penerimaan CPNS tetap mempertimbangkan PNS yang pensiun dan memperhatikan kebutuhan jabatan prioritas yang tidak dapat di subtitusikan oleh pegawai Non

Pengamatan pada gerak sebuah benda memperlihatkan meskipun benda tersebut berotasi atau bergerak relatif satu dengan yang lain, terdapat satu titik yang bergerak

berkapasitas besar, dengan memory yang kapasitasnya lebih kecil dengan waktu akses yang cepat... Contoh

Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) merumuskan tujuanpembelajaran, (2) menentukan jumlah

Bahan Ajar dalam Pembelajaran English for Specific Purpose pada Jurusan pendidikan bahasa Inggris semester VI belum menggambartkan substansi dan isi ESP dikaitkan dengan

Bukan hanya data dan informasi lokal yang dapat di akses, bahkan data dan informasi internasional pun bisa dengan mudah di akses.. Kesalahan kedua yang sering dilakukan pelajar

hal ini disebabkan beberapa faktor seperti kesulitan mencari dan mendapatkan anggota koperasi yang jujur, berkarakter baik dan berintegrasi tinggi, tingginya risiko yang