• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesantunan Permintaan : Interaksi Mahasiswa Dan Dosen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kesantunan Permintaan : Interaksi Mahasiswa Dan Dosen"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KESANTUNAN PERMINTAAN :

INTERAKSI MAHASISWA DAN DOSEN

Widya Fhitri

Bahasa dan Sastra Inggris, Universitas Dharma Andalas, Jl. Sawahan No.103 Email:widya_fhitri@yahoo.com

Submitted : 10-02-2017, Reviewed:20-03-2017, Accepted:30-04-2017 http://dx.doi.org/10.22202/JG.2017.V3i1.1793

Abstract

This research is aimed at describing and explaining the forms of sentences, the marker of politeness, and the reason of the college student used requesting politeness to the lecturer in Dharma Andalas University. It is a descriptive qualitative research. The data of the research are taken from the requesting utterances between college students and the lecturer. Based on the analysis of the data shows the forms of the sentences which often used by the college student is imperative sentence then followed by interrogative sentence and declarative sentence. Although the college student used imperative sentence, it does not mean that it is college student utterances is impolite because it is completed by the marker of requesting politeness and also the reason of using it. Some of the marker of requesting politeness are by using the word of tolong, bisa, and –lah particle. Generally, the college student used the meaning of utterances as the biggest reason when using requesting politeness to the lecturer. Besides that, another reason which also influence the college student used requesting politeness are the first person, the second person, and the emotion of the speaker.

Key Words: politeness, requesting, utterances, college student, lecturer Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk kalimat, penanda kesopanan, dan alasan dari mahasiswa digunakan meminta kesopanan dengan dosen di Dharma Universitas Andalas. Ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian diambil dari ucapan-ucapan yang meminta antara mahasiswa dan dosen. Berdasarkan analisis data menunjukkan bentuk kalimat yang sering digunakan oleh mahasiswa adalah kalimat perintah kemudian diikuti oleh kalimat tanya dan kalimat deklaratif. Meskipun mahasiswa digunakan kalimat penting, itu tidak berarti bahwa itu adalah perguruan ucapan mahasiswa tidak sopan karena dilengkapi dengan penanda meminta kesopanan dan juga alasan menggunakannya. Beberapa penanda meminta kesopanan adalah dengan menggunakan kata tolong, can, dan -lah partikel. Umumnya, mahasiswa digunakan makna ucapan sebagai alasan terbesar saat menggunakan meminta kesopanan untuk dosen. Selain itu, alasan lain yang juga mempengaruhi mahasiswa yang digunakan meminta kesopanan adalah orang pertama, orang kedua, dan emosi pembicara.

Kata Kunci: kesopanan, meminta, ucapan, mahasiswa, dosen

PENDAHULUAN

Peneliti tertarik melakukan penelitian ini berkaitan dengan kegiatan interaksi antara mahasiswa dan peneliti yang terjadi. Kesantunan berbahasa dalam interkasi merupakan suatu perilaku bahasa yang dalam setiap ujaran yang dihasilkan tidak menimbulkan goresan hati antara penutur dan mitra tuturnya. Pada hakikatnya, bahasa yang dimiliki dan digunakan oleh manusia tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Seandainya ada

bahasa yang sudah mampu mengungkapkan sebagian besar pikiran dan perasaan lebih dari bahasa yang lain, bukan karena bahasa itu lebih baik tetapi karena pemilik dan pemakai bahasa sudah mampu menggali potensi bahasa itu lebih dari yang lain. Ini artinya, yang lebih baik bukan bahasanya tetapi kemampuan manusianya. Semua bahasa hakikatnya sama, yaitu sebagai alat komunikasi, namun pengemasannya saja yang berbeda. Pengemasan bahasa yang lebih baik akan menghasilkan bahasa yang lebih santun dan sopan; dan sebaliknya,

(2)

pengemasan bahasa yang kurang baik akan menjadikan bahasa itu kurang sopan dan santun pula.

Hal ini didukung oleh pendapat Sapir dan Worf (dalam Wahab, 1995) menyatakan bahwa bahasa menentukan perilaku budaya manusia memang ada benarnya. Orang yang ketika berbicara menggunakan pilihan kata, ungkapan yang santun, struktur kalimat yang baik menandakan bahwa kepribadian orang itu memang baik. Sebaliknya, jika ada orang yang sebenarnya kepribadiannya tidak baik, meskipun berusaha berbahasa secara baik, benar, dan santun di hadapan orang lain; pada suatu saat tidak mampu menutup-nutupi kepribadian buruknya sehingga muncul pilihan kata, ungkapan, atau struktur kalimat yang tidak baik dan tidak santun.

Selain itu, berbahasa (percakapan) merupakan interaksi verbal yang berlangsung secara tertib dan teratur yang melibatkan dua pihak atau lebih guna mencapai tujuan tertentu sebagai wujud peristiwa komunikasi. Interaksi bahasa antara pihak-pihak yang terlibat di dalam tindak berbahasa itu melibatkan unsur manusia dan unsur non-manusia. Unsur pertama adalah penutur dan mitra tuturnya. Sementara itu, unsur yang kedua mencakupi tujuan dan aspek-aspek fisik yang berkenaan dengan ruang dan waktu.Penutur membangun komunikasi dengan baik terhadap mitra tutur bertujuan untuk menciptakan keharmonisan berkomunikasi dengan mitra tutur. Pengemasan tuturan secara santun diharapkan tidak menyinggung perasaan mitra tutur ketika dalam proses kegiatan komunikasi. Dalam situasi yang formal sudah menjadi kewajiban pemakai bahasa dalam beromunikasi untuk bersikap santun ketika berbahasa. Kesantunan berbahasa bisa dalam bentuk kesantunan permintaan dan penolakan. Namun, secara umum dalam kesantunan berbahasa ada beberapa teori yang mendasarinya yaitu teori Lakoff, teori Brown dan Levinson, teori Grice teori

Yueguo Gu, dan teori Pranowo. Robin Lakoff dalam Eelen (2001:2) menjelaskan bahwa kesantunan adalah suatu sistem hubungan antar manusia yang diciptakan untuk mempermudah hubungan dengan meminimalkan potensi konflik dan perlawanan yang melekat dalam segala kegiatan manusia.

Dengan demikian perlu adanya prinsip, skala, dan strategi agar penutur dan mitra tutur dapat berkomunikasi dengan baik dan kedua belah pihak saling menguntungkan tanpa ada kerugian yang dialami salah satu atau bahkan kedua belah pihak. Kesantunan berbahasa dapat terjadi disemua situasi dan kondisi apa pun, seperti di lingkungan keluarga, sekolah dan perkantoran serta bermasyarakat. Namun, secara umum banyak alasan mengapa seseorang berbahasa sopan dan santun. Pernyataan ini didukung oleh Penelope Brown, 1990 yang menjelaskan ada tiga alasan kesantunan berbahasa terjadi, yaitu: (1) karena hubungan sosial lebih superior (dosen dan mahasiswa) atau secara sosial penting (presiden, dokter dan kyiai); (2) karena hubungan yang berjarak, misalnya: orang yang tidak dikenal, orang asing dan orang yang cara hidupnya berbeda; (3) karena wajah terancam sehingga orang cenderung memilih kesantunan. Alasan inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai kesantunan berbahasa dalam lingkungan pendidikan antara dosen dan mahasiswakhususnya kesantunan permintaan.Kesantunan permintaan di sini maksudnya adalah bagaimana seorang mahasiswa meminta izin kepada dosen jika mahasiswa hendak pergi/ meninggalkan kelas atau bahkan meminta atas sesuatu.Selain itu, penulis tertarik meneliti penerapan prinsip kesantunan apakah yang digunakan oleh mahasiswakepadadosen serta apakah mahasiswa jujur dalam menggunakan kesantunan tersebut atau tidak.Hal ini disebabkan, di dalam pra-penelitian yang telah penulis lakukan,penulis melihat ketidakjujuran

(3)

kesantunan berbahasa yang digunakan oleh mahasiswa terhadap dosen.Hal ini dapat dilihat dari cara, gerak tubuh atau mimik dari mahasiswatersebut. Namun, beberapa fenomena yang penulis teliti, sesuatu yang dianggap santun oleh seseorang belum tentu santun menurut orang lain dan sebaliknya, sesuatu yang dianggap tidak santun belum tentu tidak santun juga menurut orang lain.Inilah yang menarik untuk penulis teliti, seberapa santunkah seorang mahasiswa kepada dosennya.

Dalam penelitian ini, penulis ingin melihat kesantunan berbahasa, khususnya kesantunan permintaan seorangmahasiswa kepada dosennya yang terjadi di Universitas Dharma Andalas. Penulis membatasi masalah sejauh mana bentuk kalimat kesantunan permintaan diaplikasikan/ diterapkan oleh seorang mahasiswa terhadap dosennya.Selain itu, penulis ingin mengetahui apakah kesantunan berbahasa yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut memiliki pemarkah yang khusus guna menandai tuturan santun tersebut atau tidak. Inilah hal yang paling menarik untuk diteliti dan alasan apaserta alasan mahasiswa menggunakan kesantunan permintaan tersebut kepada dosennya.

Penelitian kesantunan permintaan seorang mahasiswa kepada dosennya ini merupakan upaya untuk mengetahui adanya kesantunan dalam dunia pendidikanantara dosen dengan mahasiswanya. Oleh karena itu, untuk menjelaskannya, maka rumusan masalah yang terdapat pada penelitian ini adalah:

1) Apakah bentuk kalimat permintaan yang digunakan mahasiswa ketika bertutur kepada dosennya?

2) Apakah pemarkah kesantunan yang digunakan mahasiswa dalam tuturannya kepada dosennya? 3) Apakah alasan mahasiswa

menggunakan kesantunan berbahasa kepada dosennya?

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menjelaskan kesantunan permintaan antara

mahasiswakepada dosennya. Berdasarkan tujuan umum tersebut, maka dirumuskan tujuan khususnya, yaitu:

1) Untuk mengetahui bentuk kalimat yang digunakanmahasiswaketika bertutur kepada dosennya

2) Untuk mengetahui pemarkah apa saja yang digunakan mahasiswa di dlama tuturan permintaannya

3) Untuk

mengetahuialasanmahasiswamengg unakan kesantunan berbahasa kepada dosennya

Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari tiga sisi. Pertama adalah penulis berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada bidang ilmu linguistik karena dengan penelitian ini, orang-orang akan lebih memahami dan mendapat informasi yang lebih baik tentang seberapa pentingnya kesantunan permintaan itu dalam setiap komunikasi. Penulis juga berharap bahwa kesantunan permintaan ini hendaknya diaplikasikan dalam setiap peristiwa tutur karena hal ini sangat bermanfaat demi mencapai tujuan yang ingin dicapai antara penutur dan lawan tutur.

Kedua, penulisan ini bermanfaat sebagai acuan bahwa kesantunan tidak hanya dapat dilihat dari sisi positifnya tetapi kesantunan juga dapat bermakna negatif yang semua itu tergantung dari perspektif seseorang dalam melihat peristiwa tutur yang ada. Artinya, ketidakjujuran kesantunan yang terjadi dapat memberikan dampak positif juga bagi berlangsungnya hubungan komunikasi. Ketiga, kepenulisan ini memberikan informasi kepada pembaca bahwa terdapat banyak alasan ketika seseorang berbahasa santun terhadap lawan tuturnya khususnya antara mahasiswa kepada dosennya.

METODE PENELITIAN

Penelitian adalah upaya untuk menghasilkan sebuah temuan. Penelitian adalah suatu kegiatan yang mempunyai

(4)

banyak ragam yang telah ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari informasinya untuk ditarik kesimpulannya (Rahmat, 2014). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deksriptif. Data selalu bersifat linear karena dia merupakan wujud konkret bahasa, dengan kata lain, data juga bersifat segmental. Dapat dirumuskan bahwa data adalah objek plus segmen atau plus potongan atau unsur sisanya.Unsur sisa atau potongan sisa yang segmental itu dapat disebut konteks. Data pada penelitian ini adalah tuturan yang mempresentasikan kesantunan permintaan yang dituturkan oleh mahasiswa kepada dosennya. Data memiliki sumber. Sumber data terbagi dua jenis berdasarkan jenis relasinya, yaitu sumber substansif dan sumber lokasional. Sumber substansif adalah bahan mentah data yang dalam bentuk kongkret tampak sebagai tuturan-tuturan yang berada pada tataran dialog yang biasanya disebut sampel atau percontoh. Sumber lokasional adalah sumber yang merupakan asal muasalnya data lingual. Sumber itu adalah si pencipta bahasa yang tak lain adalah penutur, orang yang menuturkan data beserta sampel asal substansif data yang biasanya disebut narasumber.

Sumber data lokasional penelitian ini berasal dari tuturan yang dituturkan oleh mahasiswa universitas dharma andalas. Sedangkan data substantif dari penelitian ini adalah beberapa mahasiswa yang berhasil penulis amati tuturannya kepada dosennya. Populasi merupakan keseluruhan pemakaian bahasa yang tidak tertentu jumlahnya. Hal ini berarti, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tuturan yang dituturkan oleh mahasiswa kepada dosennya. Sampel ialah tuturan yang mengandung kelimpahan data.Di dalam data terdapat objek sasaran penelitian. Sampel merupakan perwakilan dari populasi. Dalam penelitian ini, yang merupakan sampel adalah tuturan kesantunan permintaan yang dituturkan

oleh mahasiswa kepada dosennya di sebuah kampus di kota Padang.

Metode pengumpulan data yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah metode simak. Metode ini dinamakan simak karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan meyimak peggunaan bahasa atau tuturan yang dituturkan oleh mahasiswa saat menghadap dosennya. Penyimakan tersebut diwujudkan dengan teknik ”sadap” sebagai

teknik dasarnya, yakni menyadap pembicaraan penutur dan mitra tuturnya. Penulis melakukan metode simak ini didukung dengan teknik simak bebas libat cakap (SLBC) yang dipaparkan oleh Sudaryanto, yakni penulis hanya bertindak sebagai pemerhati, mendengarkan interaksi yang terjadi antara mahasiswa kepada dosennya. Teknik ini juga dilakukan dengan pencatatan pada kartu data. Teknik yang seperti itulah yang dikatakan teknik catat. Teknik ini berguna agar data yang didapat lebih akurat dan mencatat hal-hal yang secara suprasegmentalnya tidak dapat direkam, kondisi atau situasi pada saat kejadian berlangsung dan juga untuk mengantisipasi hilangnya data. Selain itu, teknik rekamlah yang paling penting penulis gunakan dalam pengambilan data. Pada teknik rekam, penulis merekam tanpa diketahui oleh penutur dan mitra tutur.Hal ini dilakukan agar mereka tidak merasa terganggu dan sadar bahwa mereka sedang berada dalam penelitian penulis.Selanjutnya, hasil rekaman penulis transkripsikan. Setelah pengumpulan data yang ditandai dengan pencatatan itu dirasa cukup, kemudian dipilih dan dipilah-pilah dengan mengelompokkan data yang tidak diperlukan serta menata dengan mengurutkan sesuai dengan bidang yang akan penulis bahas.

Data yang telah didapat dan ditranskripsikan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode padan dan metode agih. Metode padan adalah metode yang menggunakan alat penentu di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari

(5)

bahasa yang bersangkutan. Metode padan menggunakan teknik pilah unsur penentu yang dilanjutkan dengan teknik hubung banding menyamakan dan teknik hubung banding membedakan. Berdasarkan alat penentunya, metode padan memiliki lima sub-jenis metode yaitu: referensial, fonetis artikulatis, translasional, ortografis dan pragmatis. Khusus dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode padan referensial, metode padan transisional dan metode pragmatis.

Metode padan referensial digunakan untuk menentukan referen bahasa.alat penentunya adalah kenyataan yang dibentuk bahasa. Tuturan yang berisikan kesantunan permintaan yang digunakan oleh penutur (mahasiswa) dianalisis dengan menggunakan metode padan referensial.Metode padan translasional diperlukan untuk mengalih bahasakan data tuturan berbahasa Minangkabau ke bahasa Indonesia.Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam pemahaman analisis data. Metode padan pragmatis adalah suatu metode dengan alat penentunya adalah mitra wicara yang memaknai maksud tuturan berdasaarkan konteks. Metode ini memungkinkan alasan mengapa kesantunan permintaan terjadi yang dikaitkan dengan prinsip kerja sama Grice dalam hal kesantunan berbahasa.

Metode agih berbeda dengan metode padan karena alat penentu metode agih adalah bagian dari bahasa itu sendiri.Metode agih diuraikan dalam teknik bagi unsur langsung yang analisis awalnya membagi satuan lingual dan menjadi beberapa bagian. Selanjutnya, data dianalisis dengan teknik lesap, teknik ganti, perluas, teknik sisip, dan teknik balik, teknik ubah ujud, dan teknik ulang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bentuk Kalimat Kesantunan Permintaan yang Digunakan Mahasiswa kepada Dosennya.

Kalimat Berita

Kalimat berita merupakan kalimat yang mengandung maksud memberitakan sesuatu kepada mitra tutur. Tuturan data yang menggunakan kalimat berita ketika bertutur meminta antara mahasiswa dan dosen adalah sebagai berikut:

Datum 7

Mahasiswa : “Miss, Saya mau ujian susulan Miss.”

Dosen : “Mengapa saudara ujian susulan?”

Mahasiswa : “Ya, karena waktu ujian

semester yang lalu Saya

sakit Miss.”

Dosen : “Mana suratnya?”

Mahasiswa :” Ini miss.” (menyerahkan

surat)

Dosen : “Ok. Kita ujian hari Kamis ya, di ruangan saya.”

Mahasiswa : “Siap Miss. Terima kasihh Miss.”

Konteks : Dituturkan oleh seorang mahasiswa yang memberitahukan bahwa mahasiswa tersebut ingin meminta izin untuk ujian susulan dikarenakan dia sakit sewaktu ujian semester berlangsung.

Percakapan di atas terjadi di depan ruang akademik Universitas Dharma Andalas. Tuturan di atas terjadi karena seorang mahasiswa ingin memberitahukan bahwasanya dia tidak mengikuti ujian semeter yang telah lewat. Tuturan tersebut memiliki makna bahwa Mahasiswa tersebut ingin meminta izin kepada dosen yang bersangkutan untuk dapat di beri izin mengikuti ujian susulan dengan menggunakan kalimat berita. Sebelum mahasiswa tadi bertutur meminta, mahasiswa tersebut melihat kondisi dan lingkungan saya apakah saya sedang sibuk atau tidak. Ini di buktikan oleh tututannya

yang berbunyi “bu, apakah Ibu sedang sibuk?” Kalimat tersebut membuktikaan

bahwa mahasiswa tersebut benar-benar mengharapkan izin dari dosennya untuk mengikuti ujian susulaan. Dalam meminta,

(6)

mahasiswa tersebut terlihat santai dan tenang.

Dikategorikan sebagai kalimat berita karena di dalam tuturan di atas terlihat jelas bahwa mahasiswa tersebut memberitakan dirinya tidak ikut ujian semester yang lalu. Penjelasan ini didukung oleh Ramlan (1987) bahwa kalimat berita merupakan kalimat yang bermaksud memberitakan sesuatu hal kepada mitra tuturnya yang dalam hal ini antara mahasiswa dan dosen. Tidak hanya memberitakan dirinya tetapi mahasiswa tersebut sangat berharp untuk dapat mengikuti ujian susulan semester. Mahasiswa mengharapkan tanggapan positif dari dosen yang bersangkutan. Ini terlihat jelas dari pilihan kata yang digunakan mahasiswa tersebut.

Kalimat Tanya

Selain kalimat berita, kalimat tanya kerap digunakan ketika seseorang ingin meminta sesuatu kepada mitra tuturnya. Ini didukung oleh pernyataan Ramlan (1987) menjelaskan bahwa kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuat. Kalimat ini memiliki pola intonasi yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita. Perbedaannya terutama terletak pada nada akhirnya. Pola intonasi kalimat tanya bernada akhir naik, di samping nada suku terakhir yang lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan nada suku terakhir pola intonasi kalimat berita. Di samping itu, kalimat tanya juga membutuhkan jawaban dari mitra tuturnya. Bentuk kalimat tanya banyak dijumpai di dalam tuturan permintaan berikut ini:

Datum 2

Mahasiswa : “Miss bagaimana dengan tugas Fero Miss?”

“Ada tugas untuk Fero Miss?”

Dosen : “Tidak. Tidak ada tugas.”

Mahasiswa : “Tolonglah Miss. Berikan Fero tugas. Ya Miss.”

Dosen : “Tidak. Cukup dengan ujian tertulis saja.”

Konteks : Dituturkan oleh seorang mahasiswa yang meminta izin kepada dosennya untuk diberikan tugas sebagai pengganti ujian susulan. Percakapan di atas langsung dituturkan oleh mahasiswa yang bertanya apakah dosen yang bersangkutan memberi izin kepada mahasiswa untuk diberikan tugas atau tidak sebagai pengganti ujian susulan. Situasi yang terjadi pada saat itu adalah seorang mahasiswa memasuki ruangan dosennya dengan mengetuk pintu dan mengucapkan salam, lalu dosen mengizinkan mahasiswa tersebut untuk memasuki ruangan. Terlihat dari gaya bahasa dan pilihan kata yang digunakan mahasiswa tersebut, kalimat yang dituturkannya terkesan memaksa. Namun, kalimat tanya tersebut masih memiliki faktor kesantunan. Terlihat jelas di awal kalimat tanya yang menyatakan, “Miss, bagaimana dengan tugas Fero Miss? Ada tugas Fero Miss?”. Penggunaan kata yang berulang merupakan bukti penegasan bahwasanya mahasiswa tersebut meminta kepada dosennya agar ia diberikan tugas sebagai pengganti ujian susulan. Kalimat tanya yang ia tuturkan pastilah

membutuhkan jawaban “iya” dari mitra

tuturnya. Seperti yang tergambar dari percakapan di atas, seorang dosen menolak untuk memberi tugas kepada mahasiswanya. Selain itu, penggunaan kata

tolong juga merupakan bagian dari penegasan kalimat yang dituturkan oleh mahasiswa.

Meskipun demikian, mahasiswa tersebut masih berusaha untuk meminta izin kepada dosennya agar di beri tigas dengan penegasan lagi di akhir tuturannya,

yaitu, “ya Miss, ada tugas Miss.

Kesantunan masih tergambar dalam tuturan di atas.

Datum 3

Mahasiswa : “Mis, boleh Via minta tanda tangan Miss?”

(7)

Mahasiswa : “untuk persetujuan KRS

Miss. Boleh Miss?”

Dosen : “oh.. oke. “

Mahasiswa : “terima kasih Miss.”

Konteks : Dituturkan oleh mahasiswa yang ingin meminta izin kepada dosennya untuk persetujuan KRS.

Percakapan di atas terjadi ketika seorang melakukan panggilan telepon dengan dosennya. Mahasiswa bertanya kepada dosennya bahwa bolehkah ia meminta tanda tangan hari ini atau tidak dalam hal persetujuan KRS dengan dosen PA. Dalam datum ini tidak terlihat jelas mimik wajah, gerak tubuh yang digunakan mahasiswa. Hanya suara dan penggunaan kata yang dapat dijadikan bukti bahwa tuturan tersebut merupakan tuturan santun. Terdengar jelas suara lembut dan sopan yang dituturkan oleh mahasiwa kendatipun ini merupakan kalimat tanya yang seharusnya di akhinya memiliki nada yang tinggi dari biasanya.

Selain itu, penegasan kata yang

dituturkan berupa, “boleh Miss?”

merupakan kalimat tanya penegasan meminta terhadap lawan tutur yang tentu saja mengharapkan jawaban atau respon dari mitra tuturnya (dosen).

Kalimat suruh merupakan kalimat yang berfungsi untuk menyuruh dan mengharapkan tanggapan berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara (Ramlan, 1987). Kalimat suruh juga dapat digunakan ketika meminta sesuatu kepada mitra tutur. Seperti halnya tuturan berikut, seorang mahasiswa menggunakan kalimat suruh di dalam tuturan mereka kepada dosennya. Beberapa tuturan mahasiswa yang menggunakan kalimat suruh adalah:

Datum 1

Mahasiswa : “Miss, Senin pagi Fero temui Miss, ya?”

Dosen : “Ada apa Fero?”

Mahasiswa : “Fero mau ujian sama

Miss, Jam berapa Fero bisa

ujian Miss?”

Dosen : “Kita ujian jam 10 pagi. Ujiannya di ruangan saya.”

Mahasiswa : “Ok Mis.. Terima kasih Miss.”

Konteks : Dituturkan oleh seorang mahasiswa yang ingin meminta izin untuk mengikuti ujian susulan. Percakapan di atas terjadi ketika seorang mahasiswa menemui dosennya yang sedang berjalan memasuki ruangannya. Mahasiswa tersebut tiba-tiba menghampiri dosen tersebut dan langsung bertutur, “Miss, Senin pagi Fero temui Miss, ya?. Dosen tersebut langsung kaget

dan melihat mahasiswa tersebut sambil

berkata, “ada apa Fero?”. Tuturan tersebut

sponta dituturkan dosen karena pada saat itu dosen tidak dan belum mengetahui maksud dari tuturan mahasiswanya. Tiba-tiba dosen berhenti dan melakukan beberapa percakapan dengan mahasiswa tersebut. Barulah mahasiswa tersebut memliki jawaban atau respon dari kalimat yang dituturkan mahasiwa kepada dosennya itu.

Tuturan permintaan mahasiswa di atas dapat dikategorikan sebagai bentuk kalimat permintaan berupa kalimat suruh, karena setelah kalimat di atas dituturkan maka akan ada suatu tindakan yang akan dilakukan oleh mitra tutur. Menurut Ramlan (1987), kalimat suruh merupakan kalimat yang mengharapkan tanggapan berupa tindakan tertentu dari mitra tuturnya. Berdasarkan konteks di atas, seorang mahasiswa bertutur “Miss, Senin pagi Fero temui Miss, ya?” maksudnya adalah, mahasiswa tersebut secara tidak langsung menyuruh dosen tersebut untuk dapat hadir di kampus. Jenis kalimat suruh di atas termasuk kalimat suruh halus dan tidak langsung. Tentu saja kalimat tersebut mengharapkan sebuah tindakan, yaitu agar dosen tersebut dapat hadir pada hari senin dan mengizinkan mahasiswa terebut untuk mengikuti ujian.

(8)

Mahasiswa : “Miss, hari ini Miss ke

kampus kan? Nisa mau minta tanda tangan Miss. Di mana Miss sekarang? Ada

di kampus Miss?”

Dosen : “Saya sedang tidak berada di kampus Nisa.”

Mahasiswa : “Kapan bisa Miss?”

Dosen : “Sore nanti saya ke kampus.”

Mahasiswa : ‘Oke Miss.”

Konteks : Dituturkan oleh seorang mahasiwa yang ingin meminta izin kepada dosennya untuk mendapatkan tanda tangan guna pengurusan KRS. Tuturan di atas terjadi antara mahasiwa dan dosennya dengan menggunakan telepon genggam. Seorang mahasiwa melakukan panggilak kepada dosennya di lingkungan kampus. Mahasiswa yang sudah berada di kampus meminta dosen pembimbing akademiknya untuk datang dikarenakan mahasiswa tersebut ingin memperoleh tanda tangan dosen yang bersangkutan.

Tuturan permintaan di atas termasuk ke dalam bentuk kalimat suruh karena secara langsung mahasiswa menyuruh dosennya untuk dapat hadir ke kampus sesegera mungkin. Hal ini dibuktikan oleh tuturan mahasiwa yang terburu-buru dan bersifat sedikit memaksa yang berbunyi,

“Miss, hari ini Miss ke kampus kan? Nisa mau mintak tanda tangan Miss. Di mana Miss sekarang? Ada di kampus Miss?”.

Tuturan mahasiwa tersebut di kategorikan sebagai tuturan permintaan dengan bentuk kalimat suruh dan masih termasuk kalimat santun. Meskipun kalimat tersebut terkesan meemaksa, namun mahasiswa tersebut masih menghormati tanggapan atau jawaban yang dikeluarkan oleh dosennya.Hal ini terbukti dari tuturan dosen yang berbunyi, “Saya sedang tidak berada di kampus”. Dosen tersebut meminta mahasiwa untuk dapat bersabar karena dosen tersebut akan ke kampus sore nanti.

Lalu mahasiswa tersebut pun menyetujui jawaban yang dituturkan dosennya lewat tuturan yang berbunyi,“Oke Miss.”

Datum 5

Mahasiswa : Assalammu’alaikum Bu,

Apa kabar?

Maaf sebelumnya Bu, Oh ya Bu,nilai saya sudah di

inputkan kan bu?

Dosen : Wa’alaikum salam. Iya

sudah. Nilai nya sudah saya berikan ke bagian ICT. Silahkan saudara buka portal.

Mahasiswa : Oh gitu ya Bu. Terima kasih kalo begitu Bu.

Konteks : Dituturkan oleh mahasiwa yang ingin mengetahui apakah nilainya sudah dimasukkan ke dalam portal atau belum.

Percakapan di atas terjadi ketika seorang mahasiswa bertemu dosennya di ruangannya. Kesantunan permintaan kental jika dilihat dari tuturan yang dituturkan. Ucapan salam yang didahului dengan mengetuk pintu ruangan dosen dan tuturan yang diucapkan dengan nada lembut dan sopan sangat terasa dalam tuturan ini. Meskipun demikian, bentuk kalimat permintaan yang digunakan oleh mahasiswa di atas termasuk ke dalam bentuk kalimat suruh yang identik dengan kesan yang sedikit memaksa.

Kalimat suruh dibuktikan oleh tuturan mahasiswa berupa, Oh ya Bu, nilai

saya sudah di inputkan kan bu?”. Tuturan yang lugas dan bermakna penuh ini tentu saja mengharapkan tanggapan atau jawaban dari mitra tuturnya. Mahasiswa ini sangat berharap agar dosen yang bersangkutan telah memasukkan nilainya ke dalam portal. Dan ternyata benar, bahwa dosen tersebut telah memenuhi permintaan mahasiswanya. Dengan begitu, kalimat permintaan kesantunan yang menggunakan kalimat suruh ini telah mencapai tujuannya.

(9)

Mahasiswa : “Miss, nilai Dodi A kan Miss?”

Dosen : “ sudah lihat portal

belum?coba cek di sana.”

Mahasiswa : “belum Miss.”

Dosen : “coba saudara lihat dahulu.”

Mahasiswa : “A lah Miss nilai Dodi. Ya Miss.“

Dosen : “(menghela nafas)”

Konteks : Dituturkan oleh seorang mahasiwa yang sangat ingin memperoleh nilai A di dalam ujian akhir semesternya

Percakapan di atas terjadi di ruangan akademik Universitas Dharma Andalas. Pada saat itu, dosen yang bersangkutan datang dari arah luar dan memasuki ruangan akademik, tanpa basa basi tiba tiba seorang mahasiswa menghampiri dosen tersebut dan langsung bertutur, “Miss, nilai Dodi A kan Miss?”.

Dosen tersebut langsung melihat ke arah

mahasiwa tersebut dan berkata,“ sudah lihat portal belum?coba cek di sana.” Kemudian

mahasiwa tersebut terlihat sedikit malu karena mahasiswa itu pun belum melihat nilainya di dalam portal. Dosen hanya menghela nafas melihat sikap mahasiswa tersebut yang langsung menanyakan bahwa ia pantas mendapatkan nilai A.

Meskipun demikian, tuturan tersebut dikategorikan sebagai tututran kesantunan permintaan disebabkan oleh pemarkah dan alasan penggunaan tuturan tersebut ia tuturkan.

Pemarkah Kesantunan Permintaan yang Digunakan Mahasiswa kepada Dosennya di Lingkungan Universitas Dharma Andalas

Sub bab ini, berisi analisis data berupa pemarkah kesantunan permintaan yang digunakan mahasiswa dalam bertutur ketika meminta sesuatu kepada dosennya. Pemarkah kesantunan dalam analisis berikut ini adalah pemarkah kesantunan linguistik yang merujuk pada teori Pranowo (2009), Revita (2009), dan Rahardi (2005).

Selain itu, pemarkah kesantunan non-linguistik (gerak tubuh, mimik, dan intonasi) juga ikut mendukung analisis. Berikut uraian selengkapnya tentang pemarkah kesantunan permintaan.

Penggunaan kata tolong

Penggunaan kata tolong merupakan salah satu indikator yang sangat sering digunakan oleh penutur ketika bertutur dengan mitra tuturnya. Kata tolong

biasanya digunakan dalam meminta bantuan kepada mitra tuturnya. Salah satu contoh data yang menggunakan kata tolong sebagai pemarkah kesantunan permintaan adalah sebagai berikut.

Datum 2

Mahasiswa : “Miss bagaimana dengan tugas Fero Miss?”

“Ada tugas untuk Fero Miss?”

Dosen : “Tidak. Tidak ada tugas.”

Mahasiswa : “Tolonglah Miss. Berikan Fero tugas. Ya Miss.”

Dosen : “Tidak. Cukup dengan ujian tertulis saja.”

Konteks : Dituturkan oleh seorang mahasiswa yang meminta izin kepada dosennya untuk diberikan tugas sebagai pengganti ujian susulan. Tuturan di atas terjadi di ruangan seorang dosen salah satu jurusan di Universitas Dharma Andalas. Seorang mahasiswa datang menemui dosennya untuk menanyakan apakah ada tugas pengganti untuknnya sebagai ganti dari ujian susulan yang harus ia jalani. Terlihat jelas tuturan yang dituturkan oleh mahasiswa tersebut merupakan kategori tuturan santun. Hal ini dibuktikan oleh gaya bahasa, pilihan kata dan intonansi yang digunakan mahasiswa. Mahasiswa tersebut memilih menggunakan kata tolong sebagai penegasan bahwa mahasiswa tersebut sangat ingin sekali diberikan tugas oleh dosennya. Pernyataan ini didukung oleh Pranowo (2009) menjelaskan bahwa penggunaan kata tolong merupakan salah

(10)

indikator seseorang berbahasa santundalam meminta. Ini artinya data 2 di atas merupakan tuturan permintaan yang santun.

Penggunaan kata nio (mau / ingin)

Tidak hanya penggunaan kata

tolong yang merupakan pemarkah kesantunan dalam bertutur, namun penggunaan kata nio(mau / ingin) dalam tuturan permintaan juga merupakan penanda kesantunan. Berikut ini adalah salah satu contoh tuturan permintaan yang peemarkah kesantunannya berupa kata nio

(mau / ingin). Datum 4

Mahasiswa : “Miss, hari ini Miss ke

kampus kan? Nisa mau minta tanda tangan Miss. Di mana Miss sekarang? Ada

di kampus Miss?”

Dosen : “Saya sedang tidak berada di kampus Nisa.”

Mahasiswa : “Kapan bisa Miss?”

Dosen : “Sore nanti saya ke kampus.”

Mahasiswa : ‘Oke Miss.”

Konteks : Dituturkan oleh seorang mahasiwa yang ingin meminta izin kepada dosennya untuk mendapatkan tanda tangan guna pengurusan KRS. Tuturan yang dituturkan mahasiswa di atas juga termasuk kalimat permintaan santun yang ditandai oleh pemarkah kesantunan. Adapun pemarkah kesantunan yang digunakan oleh mahasiswa tersebut adalah penggunaan kata nio (mau / ingin). Hal ini tergambar jelas dari tuturannya sebagai berikut, Nisa mau minta tanda

tangan Miss. Maksud dari tuturan tersebut

adalah mahasiswa ingin meminta tanda tangan dosennya untuk pengisian dan persetujuan KRS. Selain pemarkah kesantunan linguistik, pemarkah kesantunan non-linguistik juga tergambar dari mimik muka yang ramah dan intonasi yang lembut ketika meminta tanda tangan kepada dosennya.

Datum 7

Mahasiswa : “Miss, Saya mau ujian susulan Miss.”

Dosen : “Mengapa saudara ujian susulan?”

Mahasiswa : “Ya, karena waktu ujian

semester yang lalu Saya

sakit Miss.”

Dosen : “Mana suratnya?”

Mahasiswa :” Ini miss.” (menyerahkan

surat)

Dosen : “Ok. Kita ujian hari Kamis ya, di ruangan saya.”

Mahasiswa : “Siap Miss. Terima kasihh Miss.”

Konteks : Dituturkan oleh seorang mahasiswa yang memberitahukan bahwa mahasiswa tersebut ingin meminta izin untuk ujian susulan dikarenakan dia sakit sewaktu ujian semester berlangsung.

Pada data 7 di atas, juga menggambarkan tuturan permintaan santun. Hal ini disebabkan terdapatnya kata nio

(mau / ingin) yang berfungsi untuk menghaluskan tuturan. Seorang mahasiswa yang bertutur meminta izin agar di izinkan untuk mengikuti ujian susulan dikarenakan sakit dan tidak hadir pada saat ujian semester berlangsung. Selain itu, gerak tubuh yang sedikit membungkuk ketika sedang bertutur dengan mitra tutur menguatkan alasan bahwa tuturan di atas termamsuk tuturan permintaan santun.

Penggunaan Kata Sapaan Bapak/ Ibu/ Kakak/ Nama seseorang

Penggunaan kata sapaan Bapak/Ibu/Kakak/Nama seseorang juga merupakan salah satu indikator /pemarkah kesantunan yang digunakan oleh mahasiswa ketika bertutur dengan dosennya. Seperti yang dijelaskan oleh Pranowo (2009), bahwa penggunaan kata

Bapak, Ibu untuk menyebut orang dewasa

(11)

pilihan kata seseorang berbahasa santun atau tidak. Oleh sebab itu, bagi tuturan data yang memiliki kata sapaan Bapak, Ibu,

Kakak, nama seseorang dapat dikatakan

bahwa pada data tersebut termasuk santun. Bisa saja penanda kesantunan lainnya ditandai oleh pemarkah kesantunan permintaan yang lebih spesifik / khusus. Umumnya, semua data yang ada dan dianalisis memiliki kata sapaan, namun pada data di bawah ini, kata sapaanlah yang menjadi pemarkah kesantunan tunggal. Berikut uraian tuturan yang mengandung pemarkah kesantunan dengan kata sapaan.

Datum 1

Mahasiswa : “Miss, Senin pagi Fero temui Miss, ya?”

Dosen : “Ada apa Fero?”

Mahasiswa : “Fero mau ujian sama

Miss, Jam berapa Fero bisa

ujian Miss?”

Dosen : “Kita ujian jam 10 pagi. Ujiannya di ruangan saya.”

Mahasiswa : “Ok Mis.. Terima kasih Miss.”

Konteks : Dituturkan oleh seorang mahasiswa yang ingin meminta izin untuk mengikuti ujian susulan Tuturan data 1 merupakan salah satu dari contoh kalimat permintaan yang santun dengan pemarkah kesantunan berupa kata sapaan Ibu. Hal ini dibuktikan dari tuturan seorang mahasiswa kepada

dosennya berikut ini, “Miss, Senin pagi Fero temui Miss, ya?” Miss yang dalam artian di sini adalah panggilan yang bermakna ibu diucapkan dua kali oleh mahasiswa di atas. Pengulangan kata sapaan di atas terjadi bermaksud untuk mengulang dan mempertegas kalimatyang suruh yang dihasilkan mahasiswa tersebut. Kata sapaan yang berada di posisi awal dan akhir kalimat permintaan yang dihasilkan oleh seorang mahasiswa merupakan salah satu bukti tunggal (linguistik) bahwa kalimat di atas termasuk kalimat permintaan yang santun.

Datum 5

Mahasiswa : Assalammu’alaikum Bu, Apa kabar?

Maaf sebelumnya Bu, Oh ya Bu,nilai saya sudah di

inputkan kan bu?

Dosen : Wa’alaikum salam. Iya

sudah. Nilai nya sudah saya berikan ke bagian ICT. Silahkan saudara buka portal.

Mahasiswa : Oh gitu ya Bu. Terima kasih kalo begitu Bu.

Konteks : Dituturkan oleh mahasiwa yang ingin mengetahui apakah nilainya sudah dimasukkan ke dalam portal atau belum.

Selain tuturan yang terdapat pada data 1, tuturan pada data 5 juga dikategorikan sebagai tututran pemintaan yang memiliki kata santun santun tunggal dengan pemarkah berupa kata sapaan

Bapak / Ibu. Tergambar jelas di dalam

tuturan yang dihasilkan oleh mahasiswa berikut, Maaf sebelumnya Bu, Oh ya Bu,

nilai saya sudah di inputkan, kan bu?

Pemarkah kesantunan yang digunakan adalah kata sapaan Ibu yang digunakan secara berulang yaitu berada pada posisi awal dan di akhir tuturan. Contoh ini, memiliki kesamaan dengan tuturan data sebelumnya. Dengan kata sapan Bu, maka tuturan ini menjadi tuturan santun. Selain kata sapaan, pemarkah no-linguistik juga terlihat jelas pada data tuturan ini. Sikap santun dan intonasi yang rendah yang dihasilkan oleh mahasiswa tersebut menambah bukti bahwa kalimat di atas masih tergolong tuturan santun.

Penggunaan Kata boleh, bisa, dan biar

Penggunaan kata boleh juga merupakan pemarkah lainnya yang dpaat dijadikan sebagai penanda kesantunan permintaan. Penggunaan kata boleh

biasanya digunakan penutur untuk meminta izin akan sesuatu hal kepada mitra tuturnya. Salah satu data yang menggunakan kata

(12)

Datum 3

Mahasiswa : “Mis, boleh Via minta tanda tangan Miss?”

Dosen : “Boleh. Untuk apa Via?”

Mahasiswa : “untuk persetujuan KRS Miss. Boleh Miss?”

Dosen : “oh.. oke. “

Mahasiswa : “terima kasih Miss.”

Konteks : Dituturkan oleh mahasiswa yang ingin meminta izin kepada dosennya untuk persetujuan KRS.

Kata boleh di dalam tuturan di atas dapat dikatakan sebagai kata yang berfungsi sebagai penanda santun atau tidaknya tuturan seseorang. Tuturan yang dihasilkan mahasiswa seperti yang terdapat pada tuturan data di atas merupakan salah satu contoh kesantunan permintaan yang dilakukan oleh seorang mahasiswa kepada dosennya. Kata boleh dikategorikan sebagai kata yang memarkahi kesantunan permintaan karena kata tersebut berfungsi untuk meminta izin akan suatu hal sebelum mitra tutur (dosen) mengizinkan suatu hal terjadi pada penuturnya (mahahsiswa).

Konteks tuturan yang terdapat pada data tuturan di atas adalah bahwa mahasiswa meminta izin kepada dosennya untuk meminta tanda tangan guna pengisian dan persetujuan KRS oleh dosen pembimbing akademiknya. Jika, kata boleh tidak dituturkan oleh mahasiswa tersebut maka akan mengurangi nilai santunnya sebuah tuturan.

Penggunaan partikel–lah, ciek, dih

Selain pemarkah kesantunan yang telah di jelaskan di atas, penggunaan partikel –lah, ciek, dih juga dapat digunakan sebagai pemarkah kesantunan (Revita: 2009). Berikut salah satu contoh tuturan mahasiswa yang menggunakan partikel–lah, ciek, dih

Datum 6

Mahasiswa : “Miss, nilai Dodi A kan Miss?”

Dosen : “ sudah lihat portal

belum?coba cek di sana.”

Mahasiswa : “belum Miss.”

Dosen : “coba saudara lihat dahulu.”

Mahasiswa : “A lah Miss nilai Dodi. Ya Miss.“

Dosen : “(menghela nafas)”

Konteks : Dituturkan oleh seorang mahasiwa yang sangat ingin memperoleh nilai A di dalam ujian akhir semesternya

Pada saat tuturan 6 berlangsung, mahasiswa tersebut menjumpai dosennya, ketika dosennya memasuki lingkungan kampus dan ingin mengambil absen. Lalu mahasiswa tersebut menghampiri dosennya langsung dan berkata “A lah Miss nilai Dodi. Ya Miss.“ Sekilas tuturan di atas dapat dikategorikan sebagai tuturan yang kurang santun. Hal ini disebabkan oleh kalimat yang dituturkan mahasiswa tersebut terkesan memaksa dan berintonasi keras. Namun, ketika di dalam tuturan tersebut terdapat partikel –lah , maka tuturan

tersebut bisa di kategorikan sbagai tuturan permintaan santun. Partikel –lah di dalam

tuturan di atas berfungsi untuk memperhalus bunyi/ intonasi tuturan yang dihasilkan oleh mahasiswa kepada dosennya.Oleh karena itu, tuturan pada data 6 tergolong tuturan santun.

Alasan Mahasiswa Menggunakan

Kesantunan Permintaan Kepada

Dosennya

Setelah melakukan wawancara dengan mahasiswa yang menghasilkan tuturan santun, maka terdapat beberapa alasan menggunakan kesantunan tersebut. Alasan tersebut tidak datang dari pribadi mahasiswa sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor/komponen tutur lainnya. Dalsam penguraian komponen tutur, sebuah tuturan tidaklah mengharuskan terpenuhinya semua komponen tutur tersebut. Adapun komponen tutur yang diakronimkan dengan OOOE MAU BICARA oleh Poedjosoedarmo (1985:79), yaitu orang

(13)

pertama (O1), orang kedua (O2), orang ketiga (O3), emosi, maksud tuturan, adanya ekologi tutur, registe, dan aturan. Komponen tutur inilah yang akan melengkapi alasan mahasiswa menggunakan kesantunan permintaan kepada dosennya.

Orang Pertama (O1)

Datum 5

Mahasiswa : Assalammu’alaikum Bu,

Apa kabar?

Maaf sebelumnya Bu, Oh ya Bu,nilai saya sudah di

inputkan kan bu?

Dosen : Wa’alaikum salam. Iya

sudah. Nilai nya sudah saya berikan ke bagian ICT. Silahkan saudara buka portal.

Mahasiswa : Oh gitu ya Bu. Terima kasih kalo begitu Bu.

Konteks : Dituturkan oleh mahasiwa yang ingin mengetahui apakah nilainya sudah dimasukkan ke dalam portal atau belum.

Alasan mahasiswa menggunakan kesantunan permintaan kepada dosennya sebagaimana yang terlihat pada ujaran (5) adalah berasal dari diri penutur itu sendiri. Mahasiswa mengakui, tuturan yang dihasilkan di atas merupakan tuturan yang secara tidak sengaja dituturkan mahasiswa. Tanpa berpikir panjang, mahasiswa meminta maaf terlebih dahulu kepada dosen dan barulah menanyakan perihal nilai mahasiswa tersebut. Mahasiswa ingin segera mengetahui nilai yang diperolehnya di dalam ujian susulan yang telah ia lakukan.

Ketika peneliti menanyakan alasan penggunaan kesantunan tersebut, mahasiswa sedikit bingung menjawabnya. Namun, setelah melakukan pengamatan terhadap sikap mahasiswa dan keseharian dari mahasiswa tersebut, mahasiswa yang dimaksud memang memiliki kepribadian santun kepada semua dosen. Hal inilah yang ikut mempengaruhi tuturan yang

dihasilkan mahasiswa di atas. Penutur merupakan pribadi yang santun.

Berdasarkan uraian di atas, faktor yang paling cocok dengan konteks yang ada pada data 12 adalah orang pertama (O1). Orang pertama merupakan salah satu komponen tutur yang tepat untuk mempengaruhi seseorang bertutur santun atau tidak. Orang pertama yang dimaksud di sini adalah pribasdi penutur sendiri karena sedikit banyaknya ujaran sewajarnyalah ditentukan oleh pribadi penutur. Komponen ini meliputi siapakah orang pertama dan dari manakah asalnya. Sipenutur akan diamati dari jenis kelamin, umur, asal, pendidikan, profesi dan kepercayaan (Poedjosoedarmo:1985).

Oleh sebab itu, setelah melakukan pengamatan mengenai keseharian si penutur, maka penutur (mahasiswa) berumur 24 tahun yang berjenis kelamin laki-laki dan berasal dari sumatera utara. Penutur merupakan seorang pekerja lepas yang memiliki status sosial yang kurang mampu. Namun, dengan kekurangannya penutur memiliki semangat kuliah yang tinggi untuk bisa lulus kuliah secepat mungkin. Hal inilah yang meyebabkan mahasiswa menggunakan kesantunan permintaan ketka bertutur kepada dosennya.

Orang Kedua (O2)

Datum 4

Mahasiswa : “Miss, hari ini Miss ke

kampus kan? Nisa mau minta tanda tangan Miss. Di mana Miss sekarang? Ada

di kampus Miss?”

Dosen : “Saya sedang tidak berada di kampus Nisa.”

Mahasiswa : “Kapan bisa Miss?”

Dosen : “Sore nanti saya ke kampus.”

Mahasiswa : ‘Oke Miss.”

Konteks : Dituturkan oleh seorang mahasiwa yang ingin meminta izin kepada dosennya untuk

(14)

mendapatkan tanda tangan guna pengurusan KRS. Alasan kesantunan permintaan yang terjadi pada tuturan data 4 adalah mahasiswa merasa memiliki hubungan yang akrab dengan dosennya. Karena, jika dilihat dari segi umur, jarak umur antara mahasiswa dengan dosennya tidak terlalu jauh. Oleh karena itu, mahasiswa hanya menggunakan kata sapaan Miss sebagai bentuk hormat kepada dosennya. Tidak terlihat pemarkah kesantunan yang lebih khusus dari tuturan data 4 tersebut.

Mahasiswa menambahkan, faktor keakraban juga mempengaruhi untuk menghasilkan tuturan di atas. Sebelumnya, dosen dan mahasiswa sudah memiliki hubungan yang akrab, karena dosen tersebut merupakan dosen pembimbing akademik mahasiswa itu sendiri. Jadi komunikasi yang terjalin sudah begitu dekat. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Poedjosoedarmo (1985) tidak hanya faktor umur orang ke dua yang dapat mempengaruhi bentuk tuturan penutur tetapi juga faktor sosial. Jika tingkat sosial penutur lebih rendah dari mitra tuturnya, maka penutur akan memilih tuturan permintaan yang lebih sopan, seperti yang terjadi pada tuturan

Emosi Penutur

Datum 1

Mahasiswa : “Miss, Senin pagi Fero temui Miss, ya?”

Dosen : “Ada apa Fero?”

Mahasiswa : “Fero mau ujian sama

Miss, Jam berapa Fero bisa ujian Miss?”

Dosen : “Kita ujian jam 10 pagi. Ujiannya di ruangan saya.”

Mahasiswa : “Ok Mis.. Terima kasih Miss.”

Konteks : Dituturkan oleh seorang mahasiswa yang ingin meminta izin untuk mengikuti ujian susulan. Alasan mahasiswa menggunakan kesantunan permintaan pada tuturan data di atas adalah mahasiswa sedikit memiliki

emosi dengan sikap dosen yang mengundur jadwal ujian susulan. Hal ini tergambar dari situasi yang terjadi pada saat tuturan berlangsung yaitu mahasiswa menggunakan intonasi / nada yang cukup tinggi dan menggunakan tuturan langsung serta mimik muka yang mencoba menahan emosi.

Seorang mahasiswa yang mencoba menemui dosennya kembali untuk diberikan ujian susulan, namun dosen tersebut beberapa kali berhalangan hadir untuk memenuhi permintaan mahasiswa tersebut. Kemampuan pengontrolan emosi penutur akan berdampak kepada pilihan kata yang sopan atau tidak. Jika emosi penutur dalam keadaan baik, maka tuturn yang dihasilkan juga akan baik pula, sebaliknya (Poedjosoedarmo: 1985).

Walaupun demikian, tak sepenuhnya kondisi tersebut terjadi karena pada konteks tuturan di atas, mahasiswa masih menggunakan tuturan yang santun ketika meminta dalam emosi yang kurang baik kepada dosennya. Hal ini dimungkinkan, sikap yang demikian jauh akan lebih menguntungkan mahasiswa daripada bertutur tidak yang santun ketika meminta kepada dosennya. Hal tersebut justru akan dapat memperburuk keadaan. Oleh karena itu, mahasiswa memilih untuk bertutur santun ketika meminta kepada dosennya.

Maksud Tuturan

Datum 2

Mahasiswa : “Miss bagaimana dengan

tugas Fero Miss?”

“Ada tugas untuk Fero Miss?”

Dosen : “Tidak. Tidak ada tugas.”

Mahasiswa : “Tolonglah Miss. Berikan Fero tugas. Ya Miss.”

Dosen : “Tidak. Cukup dengan ujian tertulis saja.”

Konteks : Dituturkan oleh seorang mahasiswa yang meminta izin kepada dosennya untuk diberikan tugas sebagai pengganti ujian susulan.

(15)

Setelah dilakukan wawancara, alasan mahasiswa menggunakan kesantunan permintaan kepada dosennya pada tuturan data (2) adalah agar dosen memberikan tugas kepada mahasiswa guna sebagai pengganti ujian susulannya. Kesantunan yang digunakan mahasiswa dimaksudkan agar permintaan yang diajukan dapat dipenuhi dan dikabulkan oleh dosen.

Hal ini didukung oleh konsep Poedjosoedarmo (1985) yang menjelaskan bahwa salah satu faktor yag mempengaruhi seseorang bertutur santun adalah maksud tuturan. Maksud tuturan akan mempengaruhi pemilihan bahasa, ragam, idiolek, dan dialek dari pemilihan unsur suprasegmental. Ketika penutur (mahasiswa) memiliki harapan yang sangat besar, demi tercapainya permintaan tersebut, maka penutur akan memilih bahasa yang lebih santun dari pada tututan langsung. Hal ini juga didukung oleh penggunaan pilihan kata yang digunakan, selain memiliki maksud tuturan, mahasiswa juga menggunakan kata tolong yng sangat jelas fungsinya adalah untuk membuat tuturan menjadi lebih santun.

Datum 3

Mahasiswa : “Mis, boleh Via minta tanda tangan Miss?”

Dosen : “Boleh. Untuk apa Via?”

Mahasiswa : “untuk persetujuan KRS Miss. Boleh Miss?”

Dosen : “oh.. oke. “

Mahasiswa : “terima kasih Miss.”

Konteks : Dituturkan oleh mahasiswa yang ingin meminta izin kepada dosennya untuk persetujuan KRS.

Pada tuturan data (3), mahasiswa mengungkapkan alasan menggunakan kesantunan permintaan adalah terdapatnya maksud tuturan yang ingin diicapai mahasiswa tersebut. Di dalam konteks tuturan di atas, seorang mahasiwa sangat ingin sekali memperoleh tanda tangan dosennya guna pengurusan KRS. Oleh karena itu, demi tercapai maksud dan

tujuan dari tuturan mahasiswa tersebut, maka mahasiswa tersebut meminta izin dengan cara bertutur santun keepada dosennya. Tuturan yang lemah lembut akan memberi kemungkinan besar untuk tercapainya makssud dan tujuan mahasiswa tersebut. Hal ini dapat dibuktikan melalui respon / tanggapan mitra tutur (dosen) yang memenuhi permintaan si penutur (mahasiswa) berupa oh.. oke.

Datum 7

Mahasiswa : “Miss, Saya mau ujian susulan Miss.”

Dosen : “Mengapa saudara ujian susulan?”

Mahasiswa : “Ya, karena waktu ujian

semester yang lalu Saya

sakit Miss.”

Dosen : “Mana suratnya?”

Mahasiswa :” Ini miss.” (menyerahkan

surat)

Dosen : “Ok. Kita ujian hari Kamis ya, di ruangan saya.”

Mahasiswa : “Siap Miss. Terima kasihh Miss.”

Konteks : Dituturkan oleh seorang mahasiswa yang memberitahukan bahwa mahasiswa tersebut ingin meminta izin untuk ujian susulan dikarenakan dia sakit sewaktu ujian semester berlangsung.

Pada tuturan data (7), terlihat jelas alasan yang digunakan mahasiswa memilih tuturan santun adalah karena maksud tuturan yang ingin dicapai mahasiswa. Dalam konteksnya, seorang mahasiswa yang meminta izin kepda dosennya untuk mengikuti ujian susulan dikarenakan sakit sebelumnya. Jika mahasiswa tersebut menggunakan bahasa yang langsung tanpa ditandai deengan pemarkah kesantunan, maka bisa saja tujuan yang ingin dicapai mahasiswa tersebut tidak tercapai. Oleh sebab itu, mahasiswa memilih sikap aman dengan cara bertutur santun agar maksud tuturan dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.

(16)

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data, terdapat beberapa simpulan terkait dengan kesantunan permintaan yang terjadi antara mahasiswa dan dosen di lingkungan Universitas Dharma Andalas. Secara umum, kesantunan dapat terjadi di lingkungan mana pun, salah satunya di lingkungan kampus. Salah satu kampus yang menerapkan kesantunan permintaan adalah kampus Dharma Andalas. Kesantunan permintaan dapat diidentifikasi melalui berbagai cara, di antaranya yaitu (1) bentuk kalimat, (2) pemarkah kesantunan, dan (3) alasan penggunaan kesantunan tesrebut.

Setelah menganalisis data secara menyeluruh, ditemukan bentuk kalimat suruh yang paling sering digunakan mahasiswa kepada dosennya, dilanjutkan dengan kalimat tanya, dan berita. Kendatipun mahasiswa sebahagian menggunakan kalimat suruh dalam tuturan permintaannya, namun bukan berarti mahasiswa bertutur tidak sopan kepada dosennya. Tuturan tersebut dilengkapi oleh pemarkah yang bisa dikategorikan sebagai tuturan santun. Selain bentuk kalimat, pemarkah kesantunan permintaan kerap kali ditemukan di setiap tuturan yang dihasilkan. Beberapa pe,arkah yang paling sering dipakai oleh mahasiswa adalah penggunan kata tolong, kata nio (mau/ingin), kata sapaan Bapak/ibu, penggunaan partikel –lah, -dih, ciek, dan

penggunakan kata bisa atau boleh. Tidak hanya pemarkah lingusitik yang digunakan mahasiswa, pemarkah non-linguistik seperti, senyuman, membunngkukkan badan, dan wajah yang mengiba juga mendukung tuturan mahasiswa menjadi tuturan santun.

Alasan penutur menggunakan kesantunan permintaan turut dianalisis guna mendapatkan hasil penelitian yang pasti. Hasil yang dicapai adalah sebagian besar mahasiswa menggunakan kesantunan permintaan karena adanya maksud tuturan

yang ingin dicapai. Maksud tuturan merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh mahasiswa. Di samping itu, emosi penutur, orang pertama (O1), orang kedua (O2) juga merupakan faktor penutur menggunakan tuturan kesantunan permintaan di dalam tuturannya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Kesantunan Permintaan: Interkasi Mahasiswa dan Dosen. Shalawat beserta salam juga penulis sampaikan teruntuk Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari masa jahiliyah hingga menjadi zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kepala prodi Sastra Inggris Universitas Dharma Andalas yang telah memberukan dukungan dan bantuan demi kelancaran penulisan hasil penelitian ini dan juga kepada rekan-rekan dosen sastra inggris program studi Sastra Inggris Universitas Dharma Andalas. Selanjutnya, terima kasih kepada para pembimbing yaitu Ibu Ike Revita, M.Hum selaku ketua pembimbing dan Ibu Prof. Dr. Hj.Nadra, M.S. sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis hingga diselesaikannya tessis ini. Selanjutnya terima kasih kepada rekan-rekan di Universitas Dharma Andalas khususnya kepada ketua LPPM Universitas Dharma Andalas yang sudah memberikan dan menyumbangkan dananya untuk kelancaran penelitian ini.

Selanjutnya, terima kasih kepada mahasiswa universitas Dharma Andalas yang telah bersedia menjadi data pada penelitian ini. Penulis juga berterima

(17)

kepada rekan-rekan dosen atas bantaun dan saran demi kesempurnaan penulisan penelitian ini.

Akhirnya, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan penulis menyadari nahwa penulisan hasil penelitian ini masih jauh daei sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon maaf jika terdapat kesalahan di dalamnya yang tidak luput dari ketidaksempurnaan penulis sendiri. Semoga semua pihak yang terlibat dalam penulisan hasil penelitian selalu diridhoi dan dibalas jasanya olh Allah SWT. Aamiin yaa Rabbalalamin.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995.

Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.

Jakarta: Rineka Cipta

Crowley, Terry. 2007. Field Linguistic: A

Beginner’s Guide. New York: Oxford University Press.

Duranti, A. 2002.Linguistic Anthropology. United Kingdom: Cambridge University Press

Eelen, Gino. 2001. Kritik Teori Kesantunan. Surabaya: Airlangga

University Press.

Ikawati, Nur Anisa. 2011. “Kesantunan

Menolak dalam Interaksi Percakapan Keluarga AD di Kompleks Asmil Yonnif 514 Kabupaten Bondowoso (Kajian

Etnografi Komunikasi)”. Tesis.Universitas Negeri Malang

dalam

http://karyailmiah.um.ac.id/index.p hp/disertasi/article/view/10922

diakses 25 Juni 2012.

Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya

Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka.

Kramsch, C. 1998. Language and Culture. Oxford: Oxford University Press Leech, Geoofrey N. 1983. Prinsip-Prinsip

Pragmatik.Jakarta: UI Press.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa:

Tahapan strategi, Metode dan

Tekniknya (ed. Revisi). Jakarta:

Rajawali Press.

Manaf, Ngusman Abdul. 2003.

“Kesantunan Berbahasa Kelompok

Etnik Minangkabau dan

Impilkasinya Terhadap Kesetaraan

Jender” dalamKajian Sastra: Jurnal Kebahasaan, Kesusastraan dan Kebudayaan. Semarang: FS

UNDIP.

Nida, Eugene A. 1970. Morphology: The

Descriptive Analysis of Words.

TheUniversity of Michigan Press

Oktavianus dan Revita. 2010. “Kesantunan dalam Bahasa Minangkabau”

dalam http://Ip.unand.ac.id diakses 25 Juni 2012.

Rahmat, W. (2014). Bahasa Ancaman dalam Teks Kaba Sabai Nan Aluih Berbasis Pendekatan Linguistik Forensik. Arbitrer, 2(7).

Revita, Ike. 2009. “Faktor-Faktor Penanda Kesantunan dalam Permintaan Berbahasa Minangkabau (Kajian

Pragmatik)” dalam Jurnal Bahasa Januari-April 2009. Brunei Darussalam: Syarikat Perniagaan dan Perkhidmatan Percetakan Ezy Sdn.

Sibarani, R. 2004. Antropolinguistik.

Medan: PODA

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa.

Yogyakarta: Duta Wacana.

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2006.

Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan.

Jakarta: Prenada Media Group. Tarigan, Henry G. 1990. Pengajaran

Pragmatik. Bandung: Angkasa

Trosborg, Anna. 1995. Interlanguage Pragmatics: Request, Complaints and Apologies. Berlin; New York:

Mouton de Gruyter.

Wijana, I.D.P. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: ANDI

(18)

Yule, George. 1996. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.

___________. 2000. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.

Referensi

Dokumen terkait

Dari komparasi di atas dapatlah dirumuskan bahwa bagi Panca- sila kebenaran ilmiah harus koheren dengan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan

Wirausahawan muslim haruslah memiliki sifat amanah atau terpercaya dan bertanggung jawab. Dengan sifat amanah wirausahawan muslim akan bertanggungjawab atas segala

Hasil analisis dan perhitungan Tebal struktur perkerasan kaku ruas jalan seputih banyak – rumbia kabupaten lampung tengah provinsi lampung menggunakan metode bina marga

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata pada setiap perlakuan intensitas serangan penyakit Phytophthora pada buah yang menyerang

1.4.2 Keutamaan akan diberikan kepada projek yang mempunyai hubungan kerjasama sekurang-kurangnya selama 6 bulan dengan pihak luar atau industri dan Universiti MTUN

Si deciamos que la primera idea de espacio surge de la de con- tenedor de nosotros mismos, la casa, o de los dioses, el tem- plo, no es de extrañar que, cuando la idea de espacio

Partikel - 이 /- 가 /-i/-ga/ bisa muncul dua kali dengan kemungkinan (1) nomina atau frase nomina pertama merupakan subjek kalimat bermakna ‘pemilik’ dan nomina atau frase

Teori asumtif berhubungan dengan peningkatan kualitas praktik- praktik administrasi dengan menerima kelaziman orang (laki-laki) dalam interaksinya dengan