• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komposisi siaran dakwah di televisi lokal Kota Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Komposisi siaran dakwah di televisi lokal Kota Semarang"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

i

KOMPOSISI SIARAN DAKWAH DI TELEVISI LOKAL KOTA

SEMARANG

SKRIPSI

untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar strata satu

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

AFIF NUR HIDAYAH

091211004

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2016

(2)
(3)
(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmatNya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Komposisi Siaran Dakwah di Teevisi

Lokal Kota Semarang

untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Sosial

Islam pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Walisongo Semarang. Keberhasilan dalam penyusunan skripsi

ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1.

Bapak Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag. selaku rektor UIN Walisongo

Semarang.

2.

Bapak Dr. H. Awaludin Pimay, Lc. M.Ag. selaku Dekan Fakultas Dakwah

dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang.

3.

Bapak DR. H. Najahan Musyafak, M. A. dan Ibu Hasyim Hasanah, M. S. I.

Selaku pembimbing I dan II atas bimbingan, serta arahan kepada penulis

hingga selesainya skripsi ini.

4.

Bapak Khotibul Umam, M. Kom. Selaku wali studi yang telah membimbing

penulis selama masa perkuliahan.

5.

Para dosen, dan staf karyawan di lingkungan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Walisongo Semarang atas arahan, dan bantuan yang

diberikan.

(6)

vi

6.

Keluarga besar

crew

keempat televisi lokal di kota Semarang yang telah

membantu terlaksananya penelitian ini.

7.

Bapak, dan ibu tercinta yang telah berjasa dalam kehidupan penulis.

8.

Pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, dan tak

dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga seluruh bantuan dan kebaikannya menjadi amal shalih dan skripsi ini

dapat membawa manfaat.

Semarang, 16 Mei 2016

Penulis

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini Saya persembahkan untuk:

1.

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang

2.

Bapak Sumaidi dan Ibu Musriah tercinta yang telah mendidik, serta mencurahkan kasih

sayangnya

3.

Adiku Ahmad Labib yang ku sayangi

(8)

viii

MOTTO

لأا ورمع نب ةبقع دوعسم ًبأ نع الله لوسر لاق ونع الله ًضر - يردبلا يراصن

ولعاف رجأ لثم ولف ،ٍريخ ىلع َّلد نم ملسو ويلع الله ىلص

(ملسم هاور )

Dari Abu Mas’ud uqbah bin Amr al Ansari al Badri ra, berkata Rasulullah

saw: “Barang siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya

pahala seperti orang yang melaksanakannya”

(HR Muslim)

(9)

ix

ABSTRAK

Pemanfaatan media televisi lokal dalam aktifitas dakwah, terbukti dari

adanya acara-acara dakwah yang telah diproduksi dan disiarkan oleh televisi lokal

di kota Semarang, diantaranya: Embun Pagi di Kompas TV Jawa Tengah, Lentera

Illahhi di iNews TV Semarang, Bengkel Rohani di TVKU. Pada

perkembangannya, media nasional telah mengakuisisi sebagian besar televisi

lokal di kota Semarang, sehingga televisi lokal harus merelai program-program

acara dari televisi nasional induknya. Disisi lain, dampak dari sistem akuisisi

menyebabkan televisi lokal terbatas dalam memproduksi maupun menyiarkan

acara-acara lokalnya, termasuk acara dakwah di televisi lokal.

Penelitian Komposisi Siaran Dakwah di Televisi Lokal Kota Semarang

bertujuan untuk menggambarkan komposisi siaran dakwah di TV lokal kota

Semarang, menemukan, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

persentase komposisi siaran dakwah di TV lokal di kota Semarang, serta

menganalisis komposisi siaran dakwah di TV lokal kota Semarang. penelitian ini

adalah penelitian kualitatif, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

komunikasi dakwah, spesifikasi penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.

Penelitian ini menggunakan analisis interaktif model milles and Huberman.

Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi siaran dakwah di televisi

lokal kota Semarang mempunyai persentase 8,9% dari keseluruhan program acara

lokal yang diproduksi oleh empat stasiun televisi lokal kota Semarang. Analisis

dalam penelitian ini menunjukkan bahwa minimnya komposisi siaran dakwah di

televisi lokal kota Semarang disebabkan karena belum berjalannya regulasi

Sistem Siaran Berjaringan (SSJ) dengan baik. Belum berjalannya SSJ

menyebabkan sepinya pasar iklan di TV lokal. Sepinya pasar iklan menyebabkan

sebagian besar TV lokal bersedia untuk diakuisisi oleh media nasional. Akuisisi

menyebabkan TV lokal harus merelay program siaran televisi induknya, sehingga

TV lokal mempunyai jam tayang yang terbatas dalam menyiarkan siaran lokal,

termasuk menyiarkan siaran dakwah.

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

HALAMAN PERNYATAAN………. iv

KATA PENGANTAR………. v

PERSEMBAHAN……… vii

MOTTO……… viii

ABSTRAK………... ix

DAFTAR ISI……… xi

BAB I : PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang………. 1

B.

Rumusan Masalah……… 5

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 5

D.

Tinjauan Pustaka………. 6

E.

Metodologi Penelitian………. 8

F.

Sistematika Penulisan……….. 15

BAB II: LANDASAN TEORI

A.

Komposisi Siaran Dakwah………... 17

B.

Televisi Lokal………... 32

C.

Siaran yang Mengandung Muatan Dakwah……….…. 50

(11)

xi

BAB III: PROFIL TELEVISI LOKAL KOTA SEMARANG

A.

Kompas TV Jawa Tengah………...

55

B.

Televisi Kampus Universitas Dian Nuswantara (TVKU)…...

60

C.

PRO TV (iNews TV) Semarang……….

64

D.

Cakra Semarang TV………....

68

BAB IV: ANALISIS KOMPOSISI SIARAN DAKWAH

DI TELEVISI LOKAL KOTA SEMARANG………... 79

BAB V: PENUTUP

A.

Kesimpulan………... 94

B.

Saran……….. 94

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Dakwah merupakan sebuah kewajiban yang dimiliki oleh setiap Muslim sebagaimana firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 104:





















































Artinya: Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung (Q. S. Ali Imran: 104) (Departemen Agama Republik Indonesia, 2004: 64).

Seiring dengan kemajuan teknologi, dakwah dituntut untuk lebih efektif dan efisien agar pesan dakwah sampai pada sasaran dakwah. Dalam mencapai keberhasilan dakwah secara efektif dan efisien, diperlukan pengaturan unsur-unsur dakwah secara baik dan tepat. Salah satu unsur penunjang keberhasilan dakwah yang harus terorganisir dengan baik adalah media dakwah (Munir, 2009:6). Media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk menyampaikan pesan dakwah. Adapun salah satu media yang dapat dijadikan sebagai media dakwah adalah televisi (Munir, 2009: 54).

(13)

Televisi dapat digunakan sebagai media penyampai pesan-pesan dakwah karena kemampuannya yang dapat menjangkau daerah yang luas. Pesan dakwah yang disampaikan melalui media televisi, dikemas dalam bentuk audio visual, sehingga pesan mudah diterima dan dipahami oleh audien. Televisi telah mengalami perkembangan secara pesat, ditandai dengan banyaknya jumlah stasiun televisi di berbagai daerah di Indonesia. Perkembangan tersebut tidak hanya terjadi pada televisi nasional, tetapi juga televisi lokal. Televisi lokal merupakan media yang dekat dengan masyarakat, karena televisi lokal mampu mengangkat isu-isu atau persoalan lokal yang dihadapi oleh masyarakat dibandingkan televisi nasional (Munir, 2009: 120).

Televisi lokal menambah variasi atau pilihan masyarakat untuk mendapatkan informasi, hiburan, dan pendidikan. Program acara bernuansa lokal menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik minat masyarakat menonton televisi lokal (Rukmana, 1996: 50). Televisi lokal semakin berkembang, ketika Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI) berdiri pada 26 Juli 2003 di Bali. ATVLI telah memiliki anggota stasiun televisi lokal yang tersebar di berbagai daerah, salah satunya di kota Semarang. Kota Semarang memiliki empat stasiun televisi lokal, yaitu: TV Borobudur atau yang telah bekerjasama dengan Kompas dan menjadi Kompas TV Jateng, Pro TV Semarang yang telah

(14)

3 bekerja sama dengan Sindo TV (kini menjadi i-news TV), Televisi Kampus Universitas Dian Nuswantoro (TVKU) yang telah bergabung dengan Rajawali Televisi, serta Cakra Semarang TV (Frima, 2014: 4).

Dakwah melalui media televisi memiliki relevansi sosiologis dengan masyarakat, mengingat pemirsa televisi di Indonesia mayoritas beragama Islam. Televisi lokal dapat menjadi media dakwah yang mampu menjangkau masyarakat lokal. Televisi lokal sebagai media dakwah merupakan suatu penerapan dan pemanfaatan teknologi modern dalam aktifitas dakwah. Siaran dakwah di televisi lokal dapat disajikan dengan menyesuaikan kearifan lokal yang ada di daerah stasiun televisi tersebut dikelola (Muhtadi, 2000: 98).

Pemanfaatan televisi lokal dalam aktifitas dakwah telah diterapkan, salah satunya di televisi lokal kota Semarang. Bentuk pemanfaatan televisi lokal dalam aktifitas dakwah, terbukti dari adanya acara-acara dakwah yang telah diproduksi dan disiarkan oleh televisi lokal di kota Semarang. Pada tahun 2013, Televisi Kampus Universitas Dian Nuswantara (TVKU) Semarang menayangkan beberapa siaran dakwah, diantaranya: klinik sakinah, bengkel rohani, dan seni menata hati. Pada tahun 2013 televisi Borobudur (Kompas TV Jateng) Semarang menyiarkan acara dakwah musyafir, dan Embun pagi (http//www.tvborobudur.com.15 September 2014).

(15)

Pada perkembangannya, sebagian besar televisi lokal di kota Semarang telah diakuisisi oleh media nasional, sehingga televisi lokal harus merelai program-program acara dari televisi nasional induknya. Sepinya pasar iklan di televisi lokal telah menyebabkan kerugian finansial, sehingga televisi lokal merelakan untuk diakuisisi oleh televisi nasional. Televisi nasional melakukan akuisisi terhadap televisi-televisi lokal agar kualitas siaran televisi nasional menjadi baik, jernih, dan siarannya dapat diterima oleh pemirsanya diberbagai daerah, sehingga jaringan televisi nasional semakin luas dengan memanfaatkan daya siar televisi lokal (Frima, 2014).

Disisi lain, dampak dari sistem akuisisi yang dilakukan televisi nasional terhadap televisi lokal menyebabkan televisi lokal menjadi terbatas dalam memproduksi maupun menyiarkan acara-acara lokalnya, dan hal tersebut berdampak pula terhadap produksi dan penyiaran acara dakwah di televisi lokal. Beberapa televisi lokal di Semarang yang pada mulanya mempunyai beberapa acara lokal dan acara dakwah, setelah diakuisisi oleh televisi nasional, acara-acara lokal dan acara dakwah di televisi lokal Semarang menjadi banyak yang berkurang atau tidak lagi ditayangkan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimanakah komposisi siaran dakwah di stasiun televisi lokal kota Semarang, setelah banyaknya

(16)

5 televisi lokal kota Semarang yang telah diakuisisi oleh televisi nasional. Penelitian ini fokus pada program-program di televisi lokal kota Semarang.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah komposisi siaran dakwah di televisi lokal Kota Semarang.

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan, menggambarkan, mengidentifikasi, dan menganalisis komposisi siaran dakwah di televisi lokal kota Semarang.

2. Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat dalam penelitian ini, yaitu teoritis dan praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan kajian studi keilmuan dakwah dan komunikasi dalam bidang penyiaran dakwah melalui media televisi, memberikan gambaran tentang komposisi siaran dakwah di televisi lokal serta dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang komposisi siaran dakwah di televisi.

(17)

Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan masukan bagi pelaku dakwah dalam hal ini produser dan para pelaku penyiaran televisi untuk dapat meningkatkan kualitas siaran, termasuk siaran dakwah di televisi lokal kota Semarang, dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk melakukan pengawasan terhadap siaran televisi lokal agar lebih berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat khususnya masyarakat Jawa Tengah, serta dapat menjadi bahan pertimbangan masyarakat untuk lebih selektif dalam memilih tayangan yang berkualitas untuk ditonton.

D.

Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari kesamaan penelitian dan plagiasi, maka akan dipaparkan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi dengan penelitian ini:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayah (2011) yang berjudul Proporsionalitas Tayangan Local Wisdom (Kearifan Lokal) Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur Semarang (Analisis Perspektif Dakwah). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui proporsionalitas tayangan local wisdom Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur Semarang, serta jika ditinjau dari perspektif dakwahnya. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tayangan yang mengandung kearifan

(18)

7 lokal Jawa Tengah di stasiun televisi Borobudur Jawa Tengah sudah proporsional sesuai dengan peraturan Menkominfo dan peraturan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Analisis penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak semua acara yang mengandung kearifan lokal juga bermuatan dakwah.

Kedua, penelitian Banani (2003) yang berjudul Studi Tentang Program Siaran Sentuhan Qalbu Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV). Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui dan menganalisis format acara siaran Sentuhan Qalbu, serta mengetahui faktor penghambat serta pendorongnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa format acara Sentuhan Qalbu berbentuk monologis, dialogis dan liputan perjalanan. Faktor penghambat acara Sentuhan Qalbu diantaranya adalah durasi waktu kurang, kesulitan penyesuaian jadwal da’i, pertanyaan pemirsa di luar tema yang dibahas. Faktor pendorong acara siaran Sentuhan Qalbu adalah jama’ah dan bintang tamu cukup mudah, ketertarikan da’i atau pada saat ditawari untuk diangkat profilnya, materi sesuai dengan tema-tema Sentuhan Qalbu.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Asyiah (2005) yang berjudul Analisis Terhadap Program Siaran Dakwah TPI pada Bulan Ramadhan 2004 H. Tujuan dari penelitian ini adalah format program siaran dakwah Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), dan materi yang terkandung dalam program

(19)

siaran pada bulan Ramadhan 2004. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa format siaran dakwah yang ditayangkan TPI pada bulan Ramadhan 2004 telah representatif.

Keseluruhan penelitian-penelitian tersebut memiliki persamaan pembahasan dengan penelitian ini, yaitu sama-sama menganalisis tentang program siaran televisi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah berbeda pada fokus penelitian. Penelitian ini membahas mengenai persentase siaran dakwah serta menganalisis komposisi siaran dakwah di televisi lokal kota Semarang, sedangkan ketiga penelitian dalam tinjauan pustaka yaitu menganalisis tentang proporsi tayangan yang mengandung local wisdom, dan menganalisis tentang format program acara. Sejauh penelusuran yang dilakukan peneliti, belum terdapat penelitian sebelumnya yang sama dengan penelitian ini.

E.

Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis (Sugiyono, 2012: 81). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan komunikasi dakwah, karena penelitian ini masuk dalam ruang lingkup komunikasi dakwah.

(20)

9 Spesifikasi penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian untuk mengeksplorasi dan mengklasifikasikan suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jelas mendeskripsikan variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian yang tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan (Suharsimi, 1993: 310).

Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana komposisi siaran dakwah di televisi lokal kota Semarang.

2. Sumber dan Jenis Data

Ada dua jenis data dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder.Data Primer adalah data pokok yang berkaitan dan diperoleh langsung dari subjek penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah program-program acara dakwah yang ditayangkan oleh televisi lokal kota Semarang, yaitu: Kompas TV Jateng, Cakra Semarang TV, Pro TV (i-news TV) dan Televisi Kampus Universitas Dian Nuswantara (TVKU) Semarang, berupa rekaman video siaran dakwah. Data sekunder adalah informasi yang tidak berkaitan langsung dengan objek penelitian dan hanya menjadi pendukung

(21)

dari keberadaan data primer (Subagyo, 1991: 88). Data sekunder dalam penelitian ini adalah literatur buku-buku dan artikel tentang wacana dakwah, televisi, komposisi dan siaran yang mempunyai kaitan erat dengan penelitian ini.

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi, 2006:130). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah program-program tayangan televisi lokal Kompas TV Jateng, Cakra Semarang TV, Pro TV (i-news TV) dan TVKU Semarang, selama satu bulan yaitu Bulan Oktober 2015.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi, 2006: 130). penelitian ini menggunakan taknik sampling sederhana, dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Kriyantono, 2007: 150). Sampel yang diperlukan adalah tayangan selama seminggu (tujuh hari), karena dalam tayangan televisi, tayangan selama seminggu mewakili tayangan satu bulan. Stasiun Kompas TV Jateng mempunyai 6 program acara lokal dalam tayangan selama satu minggu pada bulan Oktober 2015,

(22)

11 diantaranya: Embun Pagi, kuthane dewe, seputar Jateng, kompas Jateng sore, berita kampus, dan target operasi.

Stasiun TVKU (RTV) Semarang mempunyai 2 program acara lokal dalam tayangan selama satu minggu pada bulan Oktober 2015, yaitu: kabar Jateng siang, dan kabar Jateng sore. Stasiun Pro TV (i-news TV) mempunyai 6 program acara lokal dalam tayangan selama satu minggu pada bulan Oktober 2015, diantaranya: lestari budaya, sekitar Jateng, gitaran sore-sore, lentera Illahi, tongsis, dan lintas raya. Semarang Stasiun Cakra Semarang TV mempunyai 22 program acara dalam tayangan selama satu minggu pada bulan Oktober 2015, diantaranya: pawartos Jawi Tengah, lentera budaya, taman sari, dan lain sebagainya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah proses mendapatkan data empiris melalui responden dengan menggunakan metode tertentu (Silalahi, 2010: 280). Teknik pengumpulan data, berarti cara untuk mengumpulkan data. Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(23)

a. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Nawawi, 1998: 100). Penggunakan metode observasi, diharapkan peneliti dapat memperoleh gambaran secara objektif keadaan yang akan diteliti. Metode observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati serta mencatat semua program acara Kompas TV Jateng, Cakra Semarang TV, Pro TV (i-news TV) dan TVKU Semarang selama bulan Oktober 2015.

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Moleong, 2004: 215). Dalam hal ini, wawancara dilakukan kepada personil stasiun televisi lokal kota Semarang yaitu Fredy Priyanto (eksekutif produser di Kompas TV Jateng), Desi Pangastika (penanggung jawab program di Cakra Semarang TV), Ario Wirawan (eksekutif produser di Pro TV (i-news TV)), dan Anindita Laksi Putri (Public Relation di TVKU Semarang).

(24)

13 c. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan metode mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, rekaman, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Moleong, 2004: 218). Dokumentasi dalam penelitian ini berupa rekaman video acara-acara Kompas TV Jateng, Cakra Semarang TV, Pro TV (i-news TV) dan TVKU Semarang pada bulan Oktober 2015. Selain itu, buku-buku, artikel dan data dari internet tentang komposisi, siaran dakwah dan siaran televisi juga digunakan dalam penelitian ini. Metode dokumentasi untuk membantu memudahkan analisis dalam penelitian ini.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif deskripstif model Miles and Huberman. Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas. Terdapat tiga alur analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2012: 341).

(25)

1. Reduksi data

Reduksi data adalah proses penyederhanaan, merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, transformasi data yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan, data dihimpun dari berbagai sumber dilapangan, disederhanakan kemudian mencari tema dan polanya (Sugiyono, 2012: 342).

Reduksi data pada penelitian ini, peneliti merangkum semua program acara yang disiarkan oleh Televisi lokal kota Semarang, yaitu: Kompas TV Jateng, TVKU Semarang, ProTV (i-news TV) Semarang, dan Cakra Semarang TV. Seluruh program acara yang disiarkan televisi lokal kota Semarang, kemudian disederhanakan untuk fokus pada program acara lokal yang diproduksi oleh TV lokal kota Semarang pada bulan Oktober 2015.

2. Penyajian data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun, memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Setelah dilakukan penyajian data, peneliti dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan bagi peneliti melihat gambaran secara

(26)

15 keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian, sehingga dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012: 343).

Penyajian data pada penelitian ini, peneliti menyajikan data berupa program acara lokal dan acara dakwah yang diproduksi oleh Kompas TV Jateng, TVKU (RTV) Semarang , Pro TV (i-news TV) Semarang, dan Cakra Semarang TV pada bulan Oktober 2015.

3. Penarikan kesimpulan

Alur ketiga adalah penarikan kesimpulan. Deskripsi yang telah dibuat pada langkah kedua, selajutnya dapat ditarik kesimpulan hasil pelaksanaan rencana tindakan yang telah dilakukan (Sugiyono, 2012: 344). Peneliti menyimpulkan seberapa banyak jumlah dari program acara dakwah dari stasiun televisi lokal di kota Semarang berdasarkan data program acara yang telah dipaparkan pada langkah kedua. Langkah selanjutnya, peneliti mencari persentase program siaran dakwah terhadap siaran non dakwah pada televisi lokal kota Semarang.

F.

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi merupakan hal yang penting karena mempunyai fungsi menyatakan garis-garis besar dari masing-masing bab yang saling berkaitan, sehingga

(27)

mempermudah penyusunan. Skripsi ini dibagi menjadi 5 bab, yaitu:

Bab pertama, pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoretik, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua, kerangka teoretik meliputi komposisi siaran dakwah, televisi lokal, fungsi televisi, dan bentuk-bentuk siaran dakwah

Bab ketiga, berisi deskripsi tentang stasiun televisi lokal kota Semarang yang meliputi sejarah, visi dan misi, serta jadwal siaran Kompas TV Jateng, Televisi Kampus Universitas Dian Nuswantara (TVKU), dan Cakra Semarang TV Pada bagian ini juga mendeskripsikan tentang dekskripsi komposisi siaran dakwah televisi lokal kota Semarang.

Bab keempat berisi tentang analisis komposisi siaran dakwah di televisi lokal kota Semarang yaitu: Kompas TV Jateng, Televisi Kampus Universitas Dian Nuswantara (TVKU), dan Cakra Semarang TV.

Bab kelima adalah penutup yang meliputi simpulan, dan saran.

(28)

17 BAB II LANDASAN TEORI

A.

Komposisi Siaran Dakwah

1. Pengertian Komposisi Siaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komposisi berarti susunan, tata susun (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2005: 585). Siaran dapat didefinisikan sebagai pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Kata siar berarti menyebarluaskan informasi melalui pemancar. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, siaran berasal dari kata siar yang memiliki kata kerja menyiarkan, diartikan memberitahukan pesan kepada umum, menyebarkan atau mempropagandakan (melalui radio, surat kabar, dan lain sebagainya) (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2001: 935). Menurut Gilang, siaran merupakan serangkaian acara atau sesuatu yang disiarkan dalam berbagai bentuk penikmat oleh stasiun penyiaran (Gilang, 1996: 62).

2. Pengertian Dakwah

Dakwah mengandung makna sebagai aktivitas menyampaikan ajaran Islam, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan mungkar, serta memberi kabar gembira dan peringatan bagi manusia (Munir & Ilahi, 2006: 17). Secara terminologi, dakwah dapat diartikan

(29)

sebagai sisi positif dari ajakan untuk menuju keselamatan dunia akhirat (Aziz, 2004: 4). Para ulama memberikan beberapa definisi dakwah, antara lain:

a). Syeh Ali Mahfudh dalam bukunya (Munir & Ilahi, 2006:19), mengatakan dakwah yaitu mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama) menyeru mereka pada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan munkar agar memperoleh kebahagian dunia akhirat.

b). Nasarudin Latif dalam bukunya (Aziz, 2004: 5), mendefinisikan dakwah sebagai usaha, aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah swt sesuai dengan garis-garis

akidah dan syariat serta akhlak Islamiyah.

c). Toha Yahya Umar dalam bukunya (Munir & Ilahi, 2006: 20), mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.

d). Aboebakar Atjeh dalam bukunya (Aziz, 2004: 6), mengatakan bahwa dakwah adalah seruan kepada seluruh umat manusia untuk kembali kepada ajaran

(30)

19 Allah, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik.

Merujuk dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dakwah merupakan usaha memanggil, menyeru, mengajak, mendorong manusia untuk berbuat kebajikan, mengikuti jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah swt, mencegah mereka dari perbuatan munkar dengan cara bijaksana dan nasihat yang baik agar memperoleh kebahagian dunia akhirat. Komposisi siaran dakwah adalah susunan tentang serangkaian acara atau pesan yang disiarkan, mengandung ajakan berbuat baik, mencegah perbuatan munkar, memberi kabar gembira serta peringatan bagi manusia berdasarkan ajaran Islam melalui media penyiaran (televisi, radio, surat kabar).

3. Dasar Kewajiban Dakwah 1). Surat An Nahl ayat 125



























































Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang

(31)

baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Departemen Agama Republik Indonesia, 1994: 282).

Ayat di atas memerintahkan kaum Muslim untuk berdakwah sekaligus memberi tuntunan bagaimana cara-cara pelaksanaannya, yakni dengan cara yang baik yang sesuai dengan petunjuk agama (Aziz, 2004: 38).

2). Surat Ali ’Imran ayat 110















































































Artinya: “kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (Departemen Agama Republik Indonesia, 2004: 65).

(32)

21 Ayat ini menjelaskan bahwa dakwah dalam arti luas merupakan kewajiban yang harus dipikul oleh tiap-tiap Muslim dan Muslimah. Tidak boleh seorang muslim dan muslimah menghindarkan dari padanya (Natsir, 1984: 109). Kata khaira ummatin ukhrijat linnas mencakup semua orang Islam, baik berbeda suku, warna, bahasa, dan strata sosialnya. Semua muslim wajib berdakwah (Pimay, 2005: 31).

3). Surat Ali ’Imran ayat 104





















































Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung (Departemen Agama Republik Indonesia, 2004: 64).

Sebagian ulama berpendapat bahwa berdakwah itu hukumnya wajib ‘ain (fardhu ‘ain), maksudnya setiap orang Islam yang sudah dewasa, kaya-miskin, pandai-bodoh, wajib melaksanakan dakwah. Pendapat ini didasarkan pada penafsiran kata wa al takun

bahwa setiap perintah Allah wajib dilaksanakan, sedangkan minkum adalah kata keterangan, penjelasan

(33)

(bayaniyah) dan bukan diartikan sebagian (Pimay, 2005: 30). Terdapat perbedaan pendapat dalam mengartikan surat Ali Imran ayat 104, ada yang mengartikan dakwah itu fardhu ‘ain, dan ada yang mengartikan bahwa dakwah itu fardhu kifayah (Aziz, 2004: 44).

4. Unsur-unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah, yaitu: 1. Dai (Pelaku Dakwah)

Dai adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok (Munir dan Illahi, 2006: 21-22). Dari pengertian, dapat diketahui bahwa

dai tidak hanya individu, akan tetapi bisa berupa kelompok, organisasi/lembaga. Dalam kegiatan dakwah peranan dai sangatlah penting, sebab tanpa dai

ajaran Islam hanyalah ideologi yang tidak terwujud dalam kehidupan masyarakat.

2. Madu (Penerima dakwah)

Madu yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Kepada manusia

(34)

23 yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas Iman, Islam dan Ihsan. Madu atau mitra dakwah terdiri dari berbagai macam golongan manusia. Madu dapat digolongkan dari berbagai aspek, misalnya dari segi profesi, ekonomi, dan seterusnya (Munir dan Illahi, 2006: 21-22).

Menurut Aziz, respon madu terhadap dakwah dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:

a. Golongan simpatik

Madu golongan simpatik yaitu madu yang menaruh simpati dan secara aktif memberi dukungan moril maupun materiil terhadap kesuksesan dakwah.

b. Golongan pasif, yaitu madu yang masabodoh terhadap dakwah, tidak merintangi dakwah.

c. Golongan antipati, yaitu madu yang tidak rela atau tidak suka terhadap terlaksananya dakwah. Mereka berusaha dengan berbagai cara untuk merintangi dakwah (Aziz, 2004:93).

3. Maddah (Materi dakwah)

Maddah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan dai kepada madu. Dalam hal ini, maddah

(35)

dakwah adalah ajaran Islam. Keseluruhan ajaran Islam yang menjadi materi dakwah bersumber dari alqur’an dan hadits. Materi-materi yang disajikan dalam Al quran dibuktikan kebenarannya dengan argumentasi yang dipaparkan atau yang dibuktikan manusia melalui penalaran akalnya. Materi dakwah tidak hanya sesuatu yang datang dari Allah swt melalui wahyunya atau yang disabdakan oleh nabi Muhammad saw saja, tetapi juga adat istiadat, kebudayaan, atau hasil pemikiran manusia yang baik dan tidak bertentangan dengan akal sehat dan ajaran Islam dapat dijadikan sebagai materi dakwah (Munir dan Illahi, 2006:24).

Ajaran Islam yang dijadikan sebagai maddah

dakwah, secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a). Masalah Keimanan (akidah)

Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah Islamiah. Aspek akidah ini yang akan membentuk moral (akhlak) manusia. Akidah

atau keimanan merupakan hal yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam (Munir dan Ilahi, 2006: 24).

b). Masalah Syari’ah

Menurut Aziz (2004: 95), masalah

(36)

25 1). Ibadah, yang meliputi:

(a).Thaharoh

(b). Shalat (c). Zakat (d). Puasa (e). Haji

2). Menurut Aziz (2004: 96), mu’amalah, meliputi: (a). Al-Qununul Khas (hukum perdata)

(1). Muamalah (hukum niaga) (2). Munakahat (hukum nikah) (3). Waratsah (hukum waris) (b). Al-Qanunul (hukum publik)

(1). Hinayah (hukum pidana) (2). Khilafah (hukum Negara) (3). Jihad (hukum perang dan damai) (c). Masalah Akhlak

Kata akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku atau tabiat. Sedangkan secara terminologi, pembahasan akhlak berkaitan dengan masalah tabiat atau kondisi temperatur batin yang memengaruhi perilaku manusia. Ajaran akhlak dalam Islam pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan

(37)

manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi kejiwaannya. Dengan demikian, yang menjadi materi akhlak dalam Islam adalah mengenai sifat dan kriteria perbuatan manusia serta berbagai kewajiban yang harus dipenuhinya. Materi akhlak ini diorientasikan untuk dapat menentukan baik dan buruk, akal, dan kalbu berupaya untuk menemukan standar umum melalui kebiasaan masyarakat (Munir dan Ilahi, 2006: 28).

Menurut Ali Aziz (2004: 95), materi akhlak ini meliputi akhlak terhadap khalik dan akhlak terhadap makhluk. Makhluk disini tidak hanya manusia, akan tetapi makhluk-makhluk lain seperti hewan, tumbuhan, dan lain sebagainya.

4. Wasilah (Media Dakwah)

Unsur dakwah yang keempat adalah wasilah

(media dakwah), yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada

madu. Untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dapat menggunakan berbagai wasilah. Hamzah Ya’qub dalam bukunya (Munir dan Ilahi, 2006: 32)

(38)

27 membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak.

a). Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

b). Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar, spanduk, dan sebagainya. c). Lukisan, adalah media dakwah melalui gambar,

karikatur, dan sebagainya.

d). Audio visual, adalah media dakwah yang dapat merangsang indera pendengaran, penglihatan, atau kedua-duanya, seperti televisi, film, internet.

e). Akhlak, yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan didengarkan oleh madu (Munir dan Ilahi, 2006: 33).

Penyampaian dakwah, dari segi pesan dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

a). Spoken words, yaitu media dakwah yang membentuk ucapan atau bunyi yang dapat ditangkap dengan indra telinga.

b). Pinted writing, yaitu media dakwah yang membentuk tulisan, gambar, lukisan dan sebagainya yang dapat ditangkap dengan indra mata.

(39)

c). The audio visual, yaitu media dakwah yang berbentuk gambar hidup yang dapat didengar sekaligus dapat dilihat seperti televisi, film, video, dan sebagainya.

Menurut Aziz (2004: 149), wasilah dakwah dari segi sifatnya dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu: a). Media tradisional, yaitu berbagai macam seni

pertunjukan yang secara tradisional dipentaskan di depan umum (khalayak) terutama sebagai sarana hiburan yang memiliki sifat komunikatif, seperti ludruk, wayang, drama, dan sebagainya (Aziz, 2004: 149).

b). Media modern yaitu media yang dilahirkan dari teknologi. Media modern diantaranya adalah: 1). Radio

Radio merupakan media dakwah yang bersifat audio yang berarti dapat didengar. Siaran radio tidak mengenal jarak dan mampu menjangkau daerah-daerah terpencil.

2). Televisi

Televisi merupakan media yang bersifat audio visual, artinya bisa didengar sekaligus dilihat. Dibeberapa daerah terutama di Indonesia, masyarakat banyak menghabiskan waktunya untuk menonton televisi. Jika dakwah

(40)

29 Islam dapat memanfaatkan media ini, maka jangkauan dakwah akan lebih luas (Aziz, 2004: 152).

3). Pers

Dakwah melalui media ini dapat berbentuk berita-berita Islam, artikel-artikel Islam, dan lain sebagainya.

4). Film

Seperti halnya televisi, film juga bersifat audio visual yang bisa dilihat dan didengar. 5). Internet

Internet adalah suatu sistem jaringan komunikasi (berjuta komputer) yang terselubung di seluruh dunia (Aziz, 2004: 154). 5. Thariqah (Metode dakwah)

Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan dai untuk menyampaikan pesan dakwah atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan dakwah (Munir, 2009: 21). Metode sangat penting peranannya, karena sebaik apapun pesan, apabila disampaikan dengan metode yang tidak tepat, maka pesan itu bisa jadi tidak bisa diterima bahkan ditolak oleh madu. Metode dakwah dalamAl quran dijelaskan dalam surat an-Nahl ayat 125, yaitu:

(41)



























































Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah meraka dengan jalan yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Deprtemen Agama Republik Indonesia, 2004: 282).

Dari ayat tersebut terlukiskan bahwa ada tiga metode yang menjadi dasar dakwah, yaitu:

a). Hikmah

Hikmah yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah, sehingga dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya madu tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan (Munir, 2009: 22). Yahya dalam bukunya Munir (2009: 9) menyatakan bahwa hikmah berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan berpikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai dengan

(42)

31 keadaan zaman dengan tidak bertentangan dengan larangan Tuhan. Al hikmah juga diartikan menempatkan sesuatu pada proporsinya (Munir, 2009: 9).

Merujuk dari penjelasan di atas, dapat diambil simpulan bahwa dalam menghadapi madu

yang beragam tingkat pendidikan, strata sosial, dan latar belakang budaya, para dai memerlukan hikmah, sehingga ajaran Islam mampu memasuki ruang hati para madu dengan tepat. Para dai

dituntut untuk mampu mengerti dan memahami sekaligus memanfaatkan latar belakang madu

(Munir, 2009: 11). Mengenal madu sesuai dengan situasi dan kondisinya, menjadikan dakwah dapat diaplikasikan secara efektif. Mengenal madu

berarti melakukan analisis terhadap kondisi madu

yang dikenalnya dengan analisis sosial. Analisis ini menjadi alat untuk mengetahui realitas objektif

madu, baik faktor geografis, antropologis, psikologis, dan agama, karena berbagai faktor tersebut akan memengaruhi cara pandang, sikap, dan tingkah laku seseorang (Syabibi, 2008: 120-122).

Merujuk pada uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, komposisi siaran dakwah

(43)

adalah susunan tentang serangkaian acara atau pesan yang disiarkan dan mengandung ajakan berbuat baik, mencegah perbuatan munkar, memberi kabar gembira serta peringatan bagi manusia berdasarkan ajaran Islam.

B.

Televisi Lokal

1. Pengertian Televisi Lokal

Televisi secara etimologi berasal dari kata tele yang berarti jauh, dan vision yang berarti penglihatan. Television diartikan melihat jauh yaitu antara produksi gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio televisi), kemudian dapat dilihat di tempat lain yang jauh melalui sebuah perangkat penerima yaitu televisi set (Sunandar, 1998: 8). Televisi adalah salah satu jenis media massa yang merupakan sarana atau saluran komunikasi massa (Sutisno, 1993: 9). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, televisi adalah sistem penyiaran gambar disertai bunyi (suara) melalui kabel atau angkasa menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2002: 162).

(44)

33 Televisi lokal merupakan stasiun penyiaran dengan wilayah siaran terkecil yang mencakup satu wilayah kota atau kabupaten. Televisi lokal merupakan media penyiaran televisi yang hanya dapat menjangkau suatu daerah (daya jangkau siaran maksimum dalam satu propinsi atau kota), dengan kemampuan pancar sekitar 20

kilowatt (Kwh). Berbagai informasi tentang keadaan daerah yang tidak terekspose oleh media nasional, mendasari kehadiran televisi lokal di berbagai daerah. Kelebihan yang dimiliki televisi lokal terletak pada kelokalannya yang tidak dimiliki oleh stasiun televisi nasional (Morissan, 2008:105).

Media massa lokal fungsinya hampir sama dengan media massa nasional, perbedaanya pada isi kandungan beritanya yang lebih mengacu dan menyesuaikan pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat di daerah sekitar media massa tersebut dikelola. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang dikutip oleh Zakbah, media massa lokal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a). Media massa tersebut dikelola oleh organisasi yang berasal dari masyarakat setempat.

b). Isi media massa lokal mengacu dan menyesuaikan pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat.

(45)

c). Isi media massa lokal sangat mementingkan berita-berita tentang berbagai peristiwa, kejadian, masalah dan personalia atau tokoh-tokoh pelaku masyarakat setempat.

d). Masyarakat media massa lokal terbatas pada masyarakat yang sewilayah dengan kedudukan tempat media massa dikelola.

e). Masyarakat lokal umumnya kurang bervariasi dalam struktur maupun diferensiasi sosial, bila dibandingkan masyarakat media massa nasional.

Ada beberapa alasan mengapa televisi lokal memungkinkan memiliki daya tarik, antara lain adanya unsur kedekatan (proximity) emosional setiap program yang ditawarkan dengan kondisi warga masyarakat setempat. Jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat dipublikasikannya peristiwa, juga mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan langsung dengan kehidupannya dan lingkungannya. Kehadiran televisi lokal sangat berpengaruh bagi masyarakat lokal yang membutuhkan informasi lokal. Televisi lokal berupaya mempersembahkan yang terbaik bagi masyarakat dengan kearifan lokal yang berbeda-beda (Morissan, 2008:20).

Banyaknya jumlah media Televisi lokal menjadikan persaingan di industri penyiaran semakin meningkat.

(46)

35 Tantangan terbesar televisi lokal adalah persaingan dengan televisi nasional yang telah mempunyai modal, peralatan, serta sumber daya manusia yang kuat. Televisi lokal memerlukan iklan sebagai sumber-sumber kehidupan yang menunjang kelangsungan hidup media. Masuknya iklan yang terbatas, menjadikan kelangsungan televisi lokal terancam dan dapat mati. Keberadaan televisi lokal merupakan aset yang bisa dioptimalkan peranan dan fungsinya sebagai mitra televisi nasional dalam upaya mengembangkan sistem penyiaran lokal yang berkualitas melalui sistem berjaringan. Sistem stasiun jaringan diharapkan mendorong terjadinya pemerataan kesempatan bagi sumber daya lokal untuk mengembangkan potensi daerah (Oktaviarini, 2006: 8).

Merujuk pada pemaparan tentang televisi lokal, maka dapat disimpulkan bahwa televisi lokal adalah salah satu media massa lokal yang mempunyai jangkauan siar dalam daerah tertentu serta mempunyai isi siaran yang dekat dan sesuai dengan budaya masyarakat di sekitar wilayah jangkauan siarnya. Televisi lokal didukung oleh undang-undang penyiaran dan peraturan tentang sistem siaran berjaringan agar televisi lokal dapat bermitra dengan televisi nasional. Pelaksanaan sistem stasiun berjaringan tersebut belum terlaksana dengan baik.

(47)

2. Fungsi Televisi

Televisi adalah sumber informasi yang dekat dengan masyarakat. Televisi mempunyai daya jangkau siar yang luas, dan memiliki potensi yang sangat besar dalam membentuk pendapat khalayak. Menurut Mulyana (1997: 168) terdapat beberapa fungsi televisi, antara lain: a). Fungsi informasi

Televisi sebagai media massa pada dasarnya mempunyai fungsi sebagai penyampai informasi. Masyarakat melihat siaran televisi karena membutuhkan informasi mengenai berbagai hal, mengenai peristiwa yang terjadi di sekitarnya, dan dunia. Televisi mampu menyiarkan informasi apa adanya sesuai dengan kenyataan. Stasiun televisi menyiarkan informasi atau berita yang bersifat faktual, dibacakan penyiar dan dilengkapi gambara-gambar, sehingga berita dapat didengar, serta dapat dipandang mata. Masyarakat mengharapkan dengan menonton televisi akan memperoleh berbagai informasi yang bermanfaat bagi dirinya (Mulyana, 1997:168).

Televisi mempunyai jangkauan siar yang luas untuk menjangkau audien dan kecepatan akses yang mudah, sehingga masyarakat mudah dalam mendapatkan informasi. Televisi merupakan salah satu media komunikasi yang sangat efektif untuk memberikan

(48)

37 informasi dibandingkan dengan media lainnya. Kelebihan media televisi dalam menyampaikan pesan adalah pesan-pesan yang disampaikan melalui gambar dan suara secara bersamaan dan memberikan suasana hidup dan sangat mudah diterima oleh pemirsa (Mulyana, 1997:169).

Kehadiran televisi menjadi sangat penting sebagai sarana hubungan interaksi antara yang satu dengan yang lain dalam berbagai hal yang menyangkut perbedaan, dan persamaan persepsi tentang suatu isu yang terjadi di dunia. Massa dapat menjadi objek dari sebuah liputan di televisi. Informasi berkaitan dengan massa kemudian diolah dalam proses olah data audio visual sebagai paket dari pengemasan informasi. Hasil dari pengemasan informasi, kemudian ditransmisikan melalui sebuah pancaran digital yang diterima masyarakat sebagai sumber informasi (Mulyana, 1997:169).

b). Fungsi pendidikan

Media komunikasi massa yaitu televisi merupakan salah satu sarana yang tepat untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak. Kecanggihan televisi mampu memberikan suguhan tayangan-tayangan yang sifatnya mendidik. Pendidikan berarti meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat. Televisi mampu memberikan pendidikan kepada pemirsanya melalui acara-acara yang disiarkanya, sehingga pemirsa televisi

(49)

bertambah pengetahuannya. Pada fungsi ini, diharapkan media televisi dapat memberikan kontribusi dalam mencerdaskan masyarakat.

Stasiun televisi menjadi media pendidikan dengan cara menyiarkan acara-acara pendidikan, misalnya pelajaran bahasa, matematika, pengetahuan alam, dan lain-lain. Stasiun televisi juga menyiarkan berbagai acara yang implisit mengandung pendidikan, acara tersebut seperti sandiwara, ceramah, film dan fragmen (Uchjana, 1993:25). Dakwah melalui media televisi adalah salah satu wujud nyata dari fungsi media televisi sebagai sarana pendidikan. Sebagai media pendidikan, televisi menyampaikan pesan-pesan edukatif baik dalam aspek kognitif, afektif ataupun psikomotorik yang dikemas dalam bentuk program televisi. Dengan kata lain, televisi dapat mengubah pola hidup masyarakat, dengan kecenderungan mengedepankan unsur hiburan dan komersialisme sebagai bagian dari gaya hidup. Gaya hidup berubah akibat berbagai macam informasi yang diasupkan lewat telinga dan mata pemirsa lewat kemasan berbagai tayangan menarik. Televisi sebagai media pendidikan menyampaikan pesan-pesan edukatif baik dalam aspek kognitif, afektif ataupun psikomotorik yang dikemas dalam bentuk program televisi (Uchjana, 1993:30).

(50)

39 c). Fungsi hiburan

Televisi merupakan media hiburan, dari acara-acara yang ditampilkan dapat berisi hal-hal yang lucu, indah, dan menarik. Televisi menayangkan film-film kartun, dan film-film yang bersifat heroik, serta acara-acara yang tidak membutuhkan konsentrasi tinggi dalam dalam menikmatinya. Televisi memenuhi fungsinya sebagai media hiburan, karena dengan menonton televisi pemirsa mengharapkan memperoleh hiburan yang diperlukan, sebagai salah satu kebutuhan hidup (Uchajna, 1993: 26).

Televisi sebagai media hiburan secara eksplisit juga merupakan ancaman bagi pemirsa yang menontonnya. Ada banyak acara-acara yang ditayangkan televisi dengan tujuan menghibur semata justru bertentangan dengan moral dan etika bangsa Indonesia. 3. Bentuk-bentuk Siaran Dakwah di Televisi

Menurut Wibowo (1997: 184), terdapat beberapa bentuk-bentuk siaran dakwah televisi, diantaranya: 1). Ceramah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ceramah diartikan sebagai pidato yang bertujuan untuk memberikan nasehat dan petunjuk-petunjuk, serta terdapat audiensi yang bertindak sebagai pendengar. Ceramah merupakan bentuk dari dakwah bil-kalam yang berarti menyampaikan ajaran-ajaran,

(51)

nasehat, mengajak seseorang dengan melalui lisan. Ceramah adalah suatu cara penyajian materi dakwah oleh dai kepada madu dengan menggunakan lisan (Wibowo, 1997: 185). Unsur-unsur ceramah hampir sama dengan komponen-komponen dakwah, yaitu:

dai (penceramah), madu (sasaran dakwah), maddah ( materi), thariqah ( metode), dan media (washilah)

(Wibowo, 1997: 185). 2). Dialog interaktif

Bentuk dakwah interaktif merupakan usaha dai

dalam menyiarkan ajaran Islam kepada khalayak yang melibatkan madu baik secara langsung atau tidak langsung dalam memberikan tanggapan, pertanyaan atau feed back kepada dai. Format interaktif atau dialogis merupakan proses komunikasi dua arah. Dialog interaktif biasanya dilakukan oleh dua orang (dialog), yang satu bertindak sebagai pewancara dan yang satu bertindak sebagai narasumber, membahas mengenai materi dakwah tertentu. Format dialogis, audien diberikan kesempatan untuk menyampaikan timbal balik atau (feedback). Audien dapat ikut berbicara atau memberikan tanggapan-tanggapan dan pertanyaan yang berkaitan dengan tema pembahasan, sehingga proses dakwah ini disebut format dua arah rumah (Wibowo, 1997: 186).

(52)

41 Bentuk dakwah dialogis umumnya digemari pemirsa karena ada interaksi antar pengisi acara, sehingga acara terasa hidup. Kelebihan format dialog interaktif adalah aspek komunikatif, artinya seorang

dai tidak hanya bersifat memberikan informasi saja, melainkan juga menerima timbal balik dari audien. Pendengar dalam format interaktif bersifat aktif partisipatif (Wibowo, 1997: 186). Seorang dai tidak perlu suatu upaya ekstra untuk selalu jeli dan kritis dalam melihat persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat, karena mereka sendiri yang akan menyampaikan permasalahan yang mereka hadapi kepada seorang dai, sehingga materi yang disampaikan oleh dai adalah apa yang benar-benar dibutuhkan oleh audiens. Format interaktif juga mempunyai kekurangan, yaitu seorang dai harus membekali dirinya dengan pengetahuan dan pengetahuan keagamaan yang lebih, serta kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan audiens yang diharapkan dapat memberi solusi bagi setiap permasalahan audien rumah (Wibowo, 1997: 186).

3). Sinetron islami

Sinetron kepanjangan dari sinema elektronika. Penulisan naskah, penggarapan, maupun

(53)

penayangannya secara teknis hampir sama dengan film. Perbedaan antara sinetron dengan film, terletak pada beberapa peralatan yang digunakan, serta penyajiannya. Film layar lebar menggunakan kamera optik bahan film dan medium, disajikan dalam bentuk proyektor layar putih di dalam gedung bioskop. Pembuatan senetron menggunakan kamera elektronik dengan video recorder. Penyajian sinetron dipancarkan dari stasiun televisi, dan diterima melalui layar kaca pesawat televisi di rumah-rumah (Wibowo, 1997: 186-227). Sinetron-sinetron Islami di Indonesia banyak di tayangkan pada bulan Ramadhan, sedangkan di luar bulan Ramadhan jumlah jam tayangnya masih sedikit.

4). Musik islami

Musik merupakan salah satu media dakwah yang mempunyai peran besar dalam mengkomunikasikan pengetahuan keagamaan kepada umat Islam, karena hampir semua mad'u menyukai musik. Dakwah dengan format musik dapat dilakukan dengan menyisipkan pesan-pesan dakwah dalam lirik lagu dakwah. Program musik Islami dapat ditampilkan melalui dua format, yaitu video klip maupun konser (Morissan, 2008: 210). Konser dapat dilakukan di lapangan (outdoor) ataupun di dalam

(54)

43 studio (indoor). Program musik di televisi saat ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis menarik audien (Morissan, 2008: 211).

5). Video klip

Video klip adalah kumpulan potongan-potongan visual yang dirangkai dengan atau tanpa efek-efek tertentu, dan disesuaikan berdasarkan ketukan-ketukan pada irama lagu, nada, lirik, instrumen, dan penampilan band, kelompok pemusik. Video klip diproduksi untuk mengenalkan dan memasarkan lagu agar masyarakat dapat mengenal lagu yang diproduksi. Video klip merupakan suatu hasil produksi dari penggabungan musik dari suatu band atau penyanyi dengan tampilan visual yang komplementer. Video klip kemudian disiarkan melalui media televisi, dapat juga dijual dalam bentuk Video Compact Disc (VCD) atau Digital Video Disc (DVD). Video klip mempunyai fitur yang pendek dan dapat terus berganti-ganti, sehingga menarik untuk dilihat. Melalui video klip, pesan dakwah yang terdapat dalam sebuah lagu dapat divisualisasikan, sehingga pesan dakwah dapat lebih mudah dipahami oleh audien (Morissan, 2008: 212).

(55)

6). Talk show

Talk show adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara. Talk show keagamaan dapat disajikan dengan menampilkan da’i sebagai nara sumber dengan dipandu oleh pembawa acara yang akan membahas persoalan dalam kehidupan sehari-hari, dilihat dari perspektif Islam (Morissan, 2008: 214).

7). Film dokumenter

Film dokumenter merupakan film yang menyajikan segala sesuatu dan peristiwa apa adanya. Format ini menjadi lebih menarik, karena dilengkapi dengan rekaman kejadian di masa lalu, seperti halnya tentang perjuangan pahlawan Muslim dalam mempertahankan Islam pada masa penjajahan di Indonesia (Sutisno, 1993: 57-60).

8). Film layar kaca

Televisi sering menayangkan film sebagai salah satu jenis program yang masuk dalam kelompok atau kategori drama. Adapun film yang dimaksud di sini adalah film layar lebar yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan film. Film baru bisa ditayangkan di televisi setelah terlebih dahulu dipertunjukkan di bioskop (Muhtadi, dkk, 2000: 100).

(56)

45 9). Drama

Drama adalah pertunjukan yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (yang diperankan oleh pemain) yang dilibatkan konflik dan emosi. Pertunjukkan drama dapat dimanfaatkan sebagai media dalam berdakwah. Pesan dakwah dapat disisipkan dalam cerita drama, dan ditampilkan dalam adegan-adegan drama (Muhtadi, dkk, 2000: 102).

10). Liputan Perjalanan

Liputan perjalanan adalah liputan perjalanan ketempat-tempat yang bernilai sejarah Islam, peninggalan-peninggalan pada jaman kejayaan Islam.

Dapat disimpulkan bahwa, format siaran dakwah di televisi telah mengalami perkembangan secara pesat. Banyaknya format siaran dakwah yang ada, menunjukkan kemajuan kreatifitas para da’i dalam berdakwah melalui media. Adanya berbagai format siaran dakwah di televisi menjadikan siaran dakwah semakin variatif dan tidak monoton, sehingga siaran dakwah menjadi lebih diminati pemirsa televisi (Muhtadi, dkk, 2010: 104).

4. Regulasi media

Regulasi media berfungsi melindungi media massa antara lain regulasi terkait monopoli dan

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal acara lokal Kompas TV Jawa Tengah
Tabel 3.3 Jadwal acara lokal iNews TV Semarang
Tabel 3.4 Jadwal acara lokal Cakra Semarang TV
Tabel  3.5  Persentase  Komposisi  Siaran  TV  Lokal  kota Semarang

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan

(3) Bupati dapat memberikan kelonggaran ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, untuk bangunan umum yang menyediakan ruang terbuka lebih luas dan atau lebih

Como podemos intuir desde la descripción que Boyer hace del método, uno de los inconvenientes del mismo radicará en la dificultad de encontrar condiciones que garanticen que la

Pernyataan Saya minum-minuman keras atau memakai narkoba berlebihan Saya makan makanan yang sehat Saya belajar atau mengerjakan tugas sekolah semalaman ketika sudah mendekati

Hasil penelitian ini sejalan dengan peneli- tian dari Bianti Hastuti di Semarang setelah lati- han fisik jangka pendek dan sebelum latihan fisik jangka pendek menggunakan

Meskipun berbagai penelitian telah banyak membuktikan bahwa rasa percaya merupakan faktor sentral bagi kesuksesan hubungan antara penjual dan pembeli, namun penelitian

Penyebab masalah yang timbul dari tingginya masa tunggu bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok adalah kurang disiplinnya pemilik barang dalam mengurus dokumen yang

Tabel Dwi Arah Interaksi Penambahan Jamur Tiram Putih dan Konsentrasi Penstabil Terhadap Patty Ikan Patin Pada Atribut Mutu Tekstur .... Tabel Pengaruh Karagenan Terhadap Patty