• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Pemberdayaan Psikologis Dengan Kepuasan Kerja Pada Perawat Rumah Sakit X Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Pemberdayaan Psikologis Dengan Kepuasan Kerja Pada Perawat Rumah Sakit X Surabaya"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PEMBERDAYAAN PSIKOLOGIS DENGAN KEPUASAN KERJA PADA

PERAWAT RUMAH SAKIT X SURABAYA

Lidya Siti Nuraini

Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA, email: lidyanuraini@mhs.unesa.ac.id

Umi Anugerah Izzati

Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA, email: umianugerah@unesa.ac.id

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemberdayaan psikologis dengan

kepuasan kerja pada perawat rumah sakit X surabaya. Metode penelitian ini menggunakan penelitian

kuantitatif dengan subyek berjumlah 120 perawat sebagai subjek penelitian. Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah skala pemberdayaan psikologis dan kepuasan kerja. Teknik analisa data dalam

penelitian ini menggunakan korelasi product moment dengan bantuan SPSS 24.00 for windows dan untuk

mencari hubungan antara dua variabel. Hasil analisis data antara kepuasan kerja dengan pemberdayaan

psikologis menunjukan koefisien korelasi sebesar 0,794 (r = 0,794) dengan nilai signifikan sebesar 0,000

(p = 0,000) artinya ada hubungan antara pemberdayaan psikologis dengan kepuasan kerja.

Kata kunci

:

pemberdayaan psikologi, kepuasan kerja, dan perawat

Abstract

The purpose of this study was to determine the relationship between psychological empowerment and job

satisfaction in nurses at X Surabaya hospital. This research method uses quantitative research with a total

of 120 nurses as research subjects. The instrument used in this study was a scale of psychological

empowerment and job satisfaction. Data analysis techniques in this study used product moment

correlation with the help of SPSS 24.00 for windows and to find the relationship between the two

variables. The results of data analysis between job satisfaction with psychological empowerment show a

correlation coefficient of 0.794 (r = 0.794) with a significant value of 0,000 (p = 0,000) meaning that

there is a relationship between psychological empowerment and job satisfaction.

Keywords: psychological empowerment, job satisfaction, and nurses

PENDAHULUAN

Sumber daya manusia merupakan aspek paling

berpengaruh dalam suatu organisasi. Menurut Handoko

(2014) sumber daya manusia adalah satuan tenaga

organisasi yang berperan penting bagi pencapaian tujuan

organisasi, dan pemanfaatan berbagai fungsi dan kegiatan

personalia untuk menjamin bahwa sumber daya manusia

tersebut digunakan secara efektif serta bijaksana agar

bermanfaat bagi individu dan organisasi. Salah satu

sumber daya manusia yang bekerja di rumah sakit adalah

perawat. Menurut Arifiani dkk (2016) perawat merupakan

seseorang

yang

melakukan

pekerjaan

melayani

masyarakat dalam hal kesehatan dan memiliki keterkaitan

dengan

perilaku-perilaku

sosial

perilaku

yang

dimunculkan bisa bersifat sukarela maupun tuntutan tugas

yang wajib dilakukan yang diberikan oleh pimpinan.

Perawat di rumah sakit merupakan salah satu sumber

daya manusia yang berperan penting dalam proses

pelayanan pada pasien. Pentingnya para perawat dalam

memberikan pelayanan maka pihak manajemen Rumah

Sakit perlu memperhatikan kenyamanan dalam hal

kepuasan kerja pada perawat.

Menurut Wolo dkk (2015) kepuasan kerja pada

perawat akan menjadikan pelayanan medis yang diberikan

oleh perawat itu menjadi lebih baik dan positif, sehingga

perawat akan mendapatkan penilaian yang baik.

Sementara itu Robbins (2013) mengungkapkan kepuasan

kerja merupakan suatu perasaan positif tentang pekerjaan

seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi

karakteristiknya. Menurut Hoppeck (2010) kepuasan

kerja merupakan penilaian dari pekerja yaitu seberapa

jauh

pekerjaanya

secara

keseluruhan

memuaskan

kebutuhannya. Kebutuhannya dalam hal ini bukan hanya

berupa kebutuhan material, melainkan juga meliputi

kebutuhan sosial. Kepuasan kerja ditunjukkan dengan

kepuasan akan gaji, promosi, supervisi, tunjangan

tambahan, penghargaan , prosedur, rekan kerja, pekerjaan

itu sendiri, dan komunikasi (Spector, 1997). Hal ini

diungkapkan Hurriyati (2017) mengungkapkan bahwa

ciri-ciri karyawan yang memiliki kepuasan kerja adalah

mempunyai motivasi tinggi untuk bekerja dan merasa

(2)

senang melakukan tugas dalam pekerjaanya, yaitu dengan

datang tepat waktu, tidak terlambat dan melaksanakan

apel pagi dan setelah itu melaksanakan tugas disatuannya

masing-masing.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti

melakukan studi pendahuluan di salah satu Rumah Sakit

X di Surabaya. Berdasarkan studi pendahuluan yang

dilakukan

peneliti

dengan

menggunakan

metode

wawancara, Berdasarkan studi pendahuluan yang telah

dilakukan

peneliti

dengan

menggunakan

metode

wawancara kepada satu orang HRD rumah sakit X

Surabaya dan lima orang perawat rawat inap Rumah

Sakit X Surabaya. Perawat selalu datang tepat waktu

sesuai dengan gilirannya dan perawat selalu bekerja

dengan tanggung jawab sesuai dengan bagian-bagiannya

serta perawat selalu ramah dengan

pengunjung-pengunjung di rumah sakit X Surabaya. Perawat selalu

menaati peraturan yang ditentukan oleh rumah sakit.

Perawat di rumah sakit X Surabaya dalam

pekerjaanya sudah ditentukan dengan tugas pokok dan

fungsi dan ada dua bagian di ruang rawat inap ada katim,

perawat pelaksana. Selanjutnya untuk kepala tim bertugas

di ruangan rawat inap dan untuk perawat pelaksana lebih

ke tindakan pasien dan untuk yang bertanggung jawab

pada di setiap ruangan rawat inap adalah katim.

Kepuasan terhadap pekerjaan ini ditunjukan oleh

perilaku perawat yang datang tepat waktu sesuai dengan

jadwal shifnya,perawat tidak malu untuk saling bertanya

kepada kepala katimnya ataupun dengan rekan kerjanya

dan

bertukar

ilmu

untuk

mengembangkan

kemampuannya, selalu menaati SOP rumah sakit, dan

mayoritas ingin berkarir lama di rumah sakit “X” di

Surabaya ini. Perawat yang memiliki kepuasan kerja

yang baik adalah yang pertama membuat pekerjaan

menjadi menyenangkan, yang kedua memiliki gaji,

tunjangan dan kesempatan promosi yang adil, yang

ketiga menyesuaikan orang dengan pekerjaan yang sesuai

dengan minat dan keahlian mereka, yang ke empat

merancang pekerjaan agar menarik dan menyenangkan.

Di rumah sakit X Surabaya bahwa para perawat

memiliki kepuasan kerja yang baik karena pada saat

peneliti melakukan wawancara dengan perawat tersebut

bahwa dilihat kepuasan mereka adalah dengan

rekan-rekan kerja baik. Untuk pekerjaanya sesuai tingkat atau

tugas yang diberikan, dan pencapaian yang didapat

adalah puas pada perawat tersebut dan di rumah sakit X

setiap tahun akan memberikan reward kepada perawat

seperti umroh, naik haji atau biaya studi mereka.

Fenomena di rumah sakit X pada perawat dibagian rawat

inap masa kerja 2 tahun tersebut sangat senang dengan

pekerjaanya dan dilihat dari perilakunya bahwa perawat

tersebut mempunyai perilaku yang baik dengan atasannya

dan rekan kerjanya. Para perawat di rumah sakit X

Surabaya

.

Hasil nya menunjukkan bahwa perawat

memiliki kepuasan kerja, misalnya mempunyai motivasi

yang tinggi dalam bekerja, senang melakukan tugas

dalam pekerjaannya, dan perawat selalu datang tepat

waktu dan tidak terlambat dalam melaksanakan apel pagi.

Dampak kepuasan kerja menurut Kaswan (2017)

kepuasan kerja menjadi sikap kerja yang positif,

menurunkan

konflik,

kepuasan

hidup,

kepuasan

pelanggan, dan menurunkan pergantian pegawai. dampak

kepuasan kerja pada perawat di rumah sakit X Surabaya

adalah perawat mendapatkan reward seperti umroh, atau

biaya studi untuk mereka yang ingin bersekolah lagi.

Menurut Syafrina (2018) ada dua faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja, faktor yang ada pada diri

karyawan meliputi kecerdasan, kecakapan khusus, umur,

jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman

kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir,

persepsi dan sikap kerja dan faktor pekerjaannya meliputi

jenis pekerjaan, struktur pekerjaan, pangkat, kedudukan,

mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi

jabatan, interaksi sosial dan hubungan kerja. Sementara

itu Debora (2016) menyatakan bahwa kepuasan kerja

dapat dipengaruh oleh pemberdayaan psikologis.

Menurut Spreitzer, Kiziloz, dan Nasson (1997)

berpendapat bahwa makna pemberdayaan psikologis itu

penting untuk kepuasan kerja, sebagai individu hanya

dapat memperoleh kepuasan dari pekerjaanya ketika

terlibat dalam pekerjaan yang berarti. Individu akan

mendapatkan

kepuasan

dalam

pekerjaannya

jika

pemberdayaan psikologisnya tercapai. Spreitzer (dalam

Jeanne & Theron, 2010) mendefinisikan pemberdayaan

psikologis

sebagai pengalaman motivasi instrinsik dalam

menyelesaikan tugas yang didasarkan pada kognisi dalam

dirinya yang berkaitan dengan peran pekerjaanya. Seibert

(2004) menjelaskan bahwa kepuasan kerja terbukti

menjadi hasil penting dari psikologis pemberdayaan.

Pemberdayaan psikologis yang dirasakan oleh perawat

adalah menyukai pekerjaannya dan telah sesuai dengan

keterampilan yang dimiliki sesuai bidangnya, dan untuk

motivasinya pada perawat sangat mendukung dalam

pekerjaanya. Kepuasan yang dimiliki perawat adalah

bahwa perawat di rumah sakit X sangat mendukung

dengan kompetensi dalam bekerja.

Konzakh, Stelly, dan Trusty (2000) menyatakan

pemberdayaan psikologis digambarkan sebagai proses

meningkatkan perasaan kepercayaan diri di antara anggota

organisasi. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti

tertarik

untuk

mengetahui

hubungan

antara

pemberdayaan psikologis dengan kepuasan kerja pada

perawat di Rumah Sakit Umum X Surabaya.

METODE

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Penelitian

ini menggunakan pendekatan kuantitatif, seperti yang

dijelaskan oleh Arikunto (2013), bahwa penelitian

kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan angka,

mulai dari pengumpulan data, penafsiran data yang

diperoleh serta penampilan dari hasilnya. Penelitian

dengan metode kuantitatif dapat menekankan analisis

pada data-data numerikal dan pada umumnya penelitian

(3)

kuantitatif merupakan penelitian dengan sampel besar

(Azwar, 2015). Penelitian ini menggunakan analisis

korelasional yang digunakan untuk mengetahui hubungan

antara pemberdayaan psikologis dengan kepuasan kerja.

Dan teknik analisis yang digunakan berguna untuk

mengetahui seberapa besar hubungan variabel bebas

terhadap variabel terikat. Subyek dalam penelitian ini

berjumlah 120 perawat.

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian

ini adalah uji korelasi product moment, dimana teknik

tersebut digunakan untuk mengetahui hubungan pada dua

variabel yakni kepuasan kerja dan pemberdayaan

psikologis. Persyaratan analisis statistik parametik, uji

asumsi yang meliputi uji normalitas yang menggunakan

test of normality Kolmoogrov-Smirnov

dan uji linearitas

yang menggunakan

test for linearity dengan taraf

signifikansi (p<0,05), dan uji hipotesis dengan teknik

korelasi product moment. Keseluruhan teknik analisis data

dilakukan bantuan SPSS 24.00 for windows

HASIL PENELITIAN

Peneliti melakukan scoring dan pengolahan data terhadap

kedua scala yang telah dibagikan kepada subyek

penelitian. Selanjutnya dicari nilai rata-rata (mean),

standar deviasi, nilai minimum dan maksimum yang

diperoleh dengan bantuan SPSS 24.0 for windows.

1.

Hasil Uji Asumsi

a.

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah

variabel pemberdayaan psikologis dan variabel kepuasan

kerja yang diteliti berdistribusi normal atau tidak.

Pengujian

normalitas

data

pada

penelitian

ini

menggunakan Kolmogrov-Smirnov dengan bantuan

SPSS 24.0 for windows. Bila nilai signifikan lebih dari

0,05 (p > 0,05), maka sebaran data dapat dikatakan

berdistribusi normal , begitupun sebaliknya, apabila nilai

signifikansinya kurang dari 0,05 (p <0,05) sebaran data

dikatakan tidak berdistribusi normal (Siregar, 2013)

Berdasarkan penelitian bahwa nilai signifikansi

variabel pemberdayaan psikologis sebesar p=0,135 (p >

0,05) dan nilai signifikansi untuk variabel kepuasan kerja

p=0,093 (p > 0,05). Hasil tersebut dapat diinterpretasikan

bahwa kedua variabel tersebut memiliki data yang

berdistribusi normal dengan nilai signifikansinnya lebih

dari 0,05 (p > 0,05).

b.

Uji Linearitas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah

variabel pemberdayaan psikologis dengan variabel

kepuasan kerja mempunyai hubungan linier atau secara

signifikan. Data tersebut diuji menggunakan Test for

linearity dengan bantuan SPSS 24.0 For windows.

Kriteria dalam menguji lineritas menurut Siregar (2013)

yaitu data dapat dikatakan linear apabila linearity

memiliki nilai signifikan kurang dari 0,05 atau p < 0,05.

Berdasarkan penelitian bahwa nilai signifikansi

variabel pemberdayaan psikologis dengan kepuasan kerja

sebesar 0,000, dapat diartikan bahwa nilai signifikansi

tersebut kurang dari 0,05 (p < 0,05), dan diinterpretasikan

bahwa variabel pemberdayaan psikologis dengan

kepuasan kerja adalah linier.

2.

Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan

rumusan

masalah

dan

pembahasan

mengenai aspek-aspek yang dimuat dalam penelitian ini,

maka pernyataan hipotesis yang akan dibuktikan adalah

“adanya hubungan antara pemberdayaan psikologis

dengan kepuasan kerja pada perawat rumah sakit X

surabaya”. Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan teknik korelasi product moment

dan

penghitungan

korelasi

product

moment

menggunakan bantuan program SPSS (statistical Product

and Service Solution) 24.0 for windows.

Taraf signifikansi (tingkat kesalahan ) yang

digunakan sebesar 5%, hubungan antar variabel akan

dinyatakan signifikan apabila nilai signifikan kurang dari

0,05 (p < 0,05, sebaliknya apabila nilai signifikan lebih

dari 0,05 (p > 0,05) maka hubungan antar variabel

dinyatakan tidak signifikan (Sugiyono, 2012). Memberi

interpretasi terhadap kuatnya hubungan antara dua

variabel, maka dapat digunakan pedoman seperti yang

tertera dalam tabel berikut (Sugiyono, 2012):

Hasil korelasi

product moment dalam uji hipotesis

sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Uji Hipotesis

Pemberdayaan psikologis Kepuasan kerja Pemberdayaan psikologis Pearson correlation 1 ,794** Sig. (2-tailed) ,000 N 120 120

Kepuasan kerja Pearson correlation ,794** 1 Sig. (2-tailed) ,000 N 120 120

**.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan

pada

hasil

uji

hipotesis

nilai

signifikansi menunjukkan nilai sebesar 0,000 sehingga

nilai p kurang dari 0,05 (p < 0,05) dengan demikian maka

persyaratan tersebut menjelaskan bahwa terdapat

hubungan yang antara pemberdayaan psikologis dengan

kepuasa kerja perawat rumah sakit x surabaya. Nilai r

menunjukan nilai sebesar 0,794 sehingga dapat dikatakan

(4)

bahwa variabel pemberdayaan psikologis memiliki

hubungan yang cukup dengan kepuasan kerja.

Pada arah hubungan ditunjukan melalui tanda positif (+)

maupun tanda negatif (-) pada koefisien korelasi. Tanda

positif menunjukan bahwa arah hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat searah, sehingga memiliki

makna semakin meningkat variabel bebas maka variabel

terikat juga meningkat, begitu pula sebaliknya jika

variabel bebas menurun maka variabel terikat akan

menurun dan tanda negatif menunjukan arah hubungan

yang berlawanan, memiliki makna semakin meningkat

variabel bebas maka variabel terikat akan semakin

menurun, begitu pula sebaliknya apabila variabel bebas

menurun maka variabel terikat akan meningkat.

Hasil analisis korelasi menunjukan koefisien korelasi

antara pemberdayaan psikologis dengan kepuasan kerja

yaitu sebesar r= 0,794. Koefisien korelasi pada penelitian

arah hubungan yang positif. Hal ini terlihat tidak adanya

tanda negatif pada koefisien tersebut. Tanda positif

menunjukan bahwa semakin tinggi pemberdayaan

psikologis maka semakin tinggi pula kepuasan kerja dan

juga sebaliknya.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menggunakan nilai signifikansi

korelasi antara variabel pemberdayaan psikologis dengan

kepuasan kerja sebesar 0,000 (Sig<0,05) yang berarti

kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang

signifikansi. Hubungan yang signifikansi dari kedua

variabel membuktikan bahwa hipotesis yang diajukan

yaitu “terdapat hubungan antara pemberdayaan

psikologis dengan kepuasan kerja pada perawat rumah

sakit X Surabaya” dapat diterima.

Berdasarkan uji hipotesis dengan pearson product

moment didapatkan nilai koefisien korelasi (r) yang

menunjukkan nilai sebesar 0,794 (r = 0,794), hal tersebut

menunjukan

bahwa

hubungan

antara

variabel

pemberdayaan

psikologis

dengan

kepuasan

kerja

tergolong kuat. Nilai koefisien korelasi (r) pada uji

hipotesis selain menunjukkan kekuatan hubungan, juga

dapat menunjukkan arah hubungan berupa tanda negatif

atau positif. Tanda pada variabel pemberdayaan

psikologis dan variabel kepuasan kerja pada penelitian ini

mnunjukkan

tanda

positif

pada

nilai

koefisien

korelasinya, sehingga arah hubungan pada variabel

pemberdaaan psikologis dan kepuasan kerja adalah

searah. Hubungan yang searah mengidentifikasi bahwa

semakin rendah pemberdayaan psikologis pada perawat

di rumah sakit X , maka semakin rendah pula kepuasan

kerja tersebut begitu pula sebaliknya.

Kuat dan lemahnya hubungan dari kedua variabel

diukur menggunakan jarak 0-1. Semakin nilai koefisien

korelasi mendekati 1, maka koreasi semakin kuat.

Korelasi yang kuat antara variabel pemberdayaan

psikologis dengan kepuasan kerja menunjukkan bahwa

kedua variabel memiliki hubungan sebab akibat, hal ini

berarti, kedua variabel berkorelasi apabila perubahan

pada variabel X disertai dengan perubahan pada variabel

Y, baik dalam arah yang sama maupun sebaliknya.

Hubungan yang kuat antara variabel pemberdayaan

psikologis dengan kepuasan kerja menunjukkan bahwa

pemberdayaan psikologis yang dimiliki perawat di rumah

sakit X memiliki implikasi terhadap kepuasan kerja.

Bahwa yang diperoleh perawat selama bekerja di rumah

sakit X Surabaya memiliki kepuasan kerja yang baik,

maka

rumah

sakit

perlu

mempertahankan

dan

meningkatkan pemberdayaan psikologis pada perawat.

Ditinjau dari penelitian yang telah dilakukan

,hubungan yang kuat antara pemberdayaan psikologis

dengan kepuasan kerja juga didukung dengan penelitian

yang dilakukan oleh Rohman dkk (2012) yang

memperoleh hasil bahwa pemberdayaan psikologis

memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap

kepuasan kerja. Semakin tinggi pemberdayaan psikologis

yang dimiliki pegawai, maka semakin tinggi pula

kepuasan kerja yang dimiliki masing-masing pegawai.

Hasil yang menguatkan teori yang dinyatakan oleh

Spreitzer (1997) adanya hubungan positif antara keempat

pemberdayaan psikologis yaitu makna atau keberanian

(meaning), kecakapan atau kompeten (competence),

determinasi diri (self determination), dan dampak

(impack) terhadap kepuasan kerja. Penilaian positif ini

yang dirasakan pegawai akan memberikan perilaku yang

baik dan terhadap pekerjaan nya. Berdasarkan penelitian

ini bahwa pemberdayaan psikologis yang dirasakan

pegawai tata kota mataram meningkat, maka kepuasan

kerja yang mereka rasakan akan meningkat pula.

Demikian pula sebaliknya, penurunan tingkat, penurunan

tingkat pemberdayaan psikologis akan diikuti dengan

penurunan kepuasan kerja pegawai. Berdasarkan hasil

analisis lebih lanjut diketahui bahwa pemberdayaan

psikologis memberikan pengaruh positif dan signifikansi

terhadap kepuasan kerja .

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian

yang telah dilakukan oleh Andreas & Okta (2012)

subyek pemberdayaan psikologis memiliki hubungan

yang positif dengan kepuasan kerja. Perawat sudah

merasakan kepuasan dengan pemberdayaan psikologis

dari rumah sakit. Perawat setuju bahwa mereka puas

bekerja di rumah sakit dengan adanya upah yang tinggi

maka akan membuat karyawan merasa puas dan imbalan

yang mereka terima sesuai dan layak dengan pekerjaan

yang telah mereka lakukan. Menurut Abdul dkk (2015)

kepuasan kerja adalah salah satu hasil utama dari

pemberdayaan psikologis.

(5)

Bordin ,Bartram dan Casimir (2007) menemukan

bahwa pemberdayaan psikologis berkorelasi positif

dengan kepuasan kerja. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan dimensi yang ada pada pemberdayaan

psikologis sangat erat dengan kepuasan kerja. Hal ini

dapat dilihat bahwa rumak sakit X surabaya memberikan

penghargaan kepada perawat rumah sakit X surabaya.

Pemberdayaan

psikologis

yang

baik

akan

menghasilkan kepuasan kerja yang baik pula. Perawat

yang memiliki pengalaman kerja yang baik akan

membuat perawat merasa nyaman sehingga menjadikan

perawat nyaman untuk bekerja di rumah sakit X

Surabaya. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan

seseorang terhadap pekerjaanya dan ini nampak dalam

sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala

sesuatu

yang

dihadapi

dilingkungan

kerjanya.

Pemberdayaan memiliki pengaruh yang positif terhada

kepuasan

kerja.

Pemberdayaan

sebagai

teknik

manajemen yang menjadikan karyawan satu-satunya

pemilik pekerjaan dan pemberdayaan menciptakan

lingkungan yang baik dilingkungan kerja,menghasilkan

karyawan yang membuat keputusan sendiri dan

bertanggung jawab atas hasil keputusan mereka.

Pemberdayaan psikologis dapat mempengaruhi kepuasan

kerja melalui berbagai informasi tentang standard dan

tujuan, menyediakan akses tentang pengetahuan dan

keterampilan

terkait

pekerjaan

dan

memberikan

keleluasanan untuk mengubah proses kerja dan karyawan

dengan kepuasan kerja yang tinggi akan memberikan

kontribusi yang positif bagi keberhasilan tempat kerja

Tabanasa, Bernhard & Lucky (2019). Menurut Spreitzer,

Kiziloz, dan Nelson (1997) bahwa makna pemberdayaan

psikologis itu penting untuk kepuasan kerja, sebagai

individu dapat memperoleh kepuasan dari pekerjaanya

ketika terlibat dalam pekerjaan yang berarti individu akan

mendapatkan kepuasan dalam pekerjaanya.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan

hasil

penelitian

yang

dilakukan

menunjukkan

bahwa

terdapat

hubungan

antara

pemberdayaan psikologis dengan kepuasan kerja pada

perawat Rumah Sakit “X” Surabaya. Hubungan korelasi

antara

keduanya

bersifat

positif

dimana

jika

pemberdayaan psikologis yang dirasakan individu tinggi,

maka kepuasan kerja individu tersebut juga akan tinggi

pula dan sebaliknya jika pemberdayaan psikologis rendah

maka kepuasan kerja akan rendah. Hubungan korelasi

antara dua variabel ini berada ditingkat kuat. Arah

hubungan kedua variabel bersifat positif yang maknanya

apabila pemberdayaan psikologis yang dimiliki pegawai

tinggi maka kepuasan kerja yang dimiliki akan tinggi

juga.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh,

maka peneliti memberikan saran kepada beberapa pihak

terkait yang diharapkan dapat memberikan manfaat dan

bisa

dijadikan

bahan

pertimbangan

bagi

yang

membutuhkan hasil peneliti ini, adapun saran tersebut

antara lain:

1.

Bagi Instansi

Untuk dapat memberikan kepuasan kerja pada

perawat maka rumah sakit perlu mempertahankan dan

meningkatkan pemberdayaan psikologis yang sudah

ada selama ini.

2.

Peneliti selanjutnya

Penelitian

ini

dapat

memberikan

informasi

mengenai pemberdayaan psikologis dengan kepuasan

kerja. Penelitian ini hanya menggunakan subjek

penelitian yang berlingkup di rumah sakit, yakni hanya

sebatas pada perawat di salah satu rumah sakit di

surabaya. Diharapkan bagi penelitian selanjutnya

disarankan agar dapat melakukan penelitian yang lebih

banyak

jumlah

subyeknya,

serta

mengungkap

variabel-variabel yang belum terungkap di penelitian

ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,

S.

(2013).

Prosedur

penelitian

suatu

pendekatan praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. (2015).

Reliabilitas dan validasi (edisi 4).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Armanu, F. D. & Mandayanti, N. (2011). Pengaruh

Pemberdayaan Psikologis dan Komitmen Afektif

Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Pegawai

(Studi Pada Dinas Tata Kota Dan Pengawasan

Bangunan Kota Mataram).

Jurnal Aplikasi

Manajemen 10(1), 152-160.

Abdullah, Bin. K. G. A., Almadhoun, T.Z. & Ling, L. Y.

(2015).

Psychological

Empowerment,

Job

Satisfaction

And

Commitment

Among

Malaysian Secondary School Teachers.

Journal

Of Educational Research. 3(3), 35-42.

Debora, (2016). Pengaruh pemberdayaan kerja dan

psikologis terhadap kepercayaan organisasional

dan kepuasan kerja dosen tetap perguruan tinggi

swasta. Jurnal Ekonomi Manajemen 8(2), 61-71.

Ferit, & Olcer (2015). Mediating effect of job satisfaction

in the relationships between psychologycal

empowerment and job performance.

Journal

Bussiness Excellent Management 6(4), 5-32.

Hurriyati, D. (2017). Kepuasan kerja ditinjau dari perilaku

work family conflict. Jurnal Psikodimensia

16(2), 181-188.

(6)

Handoko, T. (2014).

Manajemen personalia & sumber

daya manusia. Yogyakarta:BPFE.

Jeanne, T & Cristhal (2010) The impact of psychologycal

empowerment and job

satisfaction

on

organizational commitment amongst employees

in a multinational organization. Thesis.

Kaban, K. & Rafika (2018). Hubungan kepemimpinan

kepala ruangan dengan kepuasan kerja perawat

pelaksana di royal prima hospital tahun

2016.Jurnal Maternitas Kebidanan 3(1), 1-8.

Petrus, D. W., Rina, T. & Wiyadi (2015) Faktor-faktor

yang mempengaruhi kepuasan kerja perawat

pada RSUD TNI AU Yogyakarta.

Jurnal

Ekonomi Sumber Daya. 17(02), 25-34.

Robbins,S. P. & Judge, T. A. (2013).

Organizational

Behavior (15th Edition). England: Pearson.

Ratya,S.A., Endang, S. A. & Ika, R. (2016). Pengaruh

Kepemimpinan Transformasional Terhadap

Organizational

Citizenship

Behavior

Dan

Kepuasan Kerja (Studi pada tenaga perawat

RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang).

Jurnal

Administrasi Bisnis (JAB) Vol 33(1), 127-135.

Spector, P. E. (1997).

Job Satisfaction Application,

Assesment, Cause, and Consequences. London:

Sage Publication.

Sugiyono. (2013). Statistika untuk penelitian. Bandung

:Alfabeta.

Spreitzer,G.M. (1995).Psychologycal Empowerment in

the workplace: Dimensions, Measurement, and

Validation”.

Academy of Management Journal.

Vol 38, 1442-1465.

Saleem, H. (2015). The impact of leadership styles on job

satisfaction and mediating role of perceived

organizational politics.

Jurnal Social and

Behavioral Sciences (172), 563-569.

Tabansa, R.Z.,Tewal, B. & Dotulang, L.O.H. (2019).

Pengaruh

Pemberdayaan

Kerja

Dan

Kesejahteraan Psikologis Terhadap Kepuasan

Kerja Karyawan Pada PT PLN (Persero) Rayon

Manado Selatan. Jurnal Emba. 7(1), 711-720.

Tentama, F (2015). Peran kepuasan kerja terhadap kinerja

pada guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) di

Yogyakarta. Jurnal Psikologi Undip. 14(01), 1-8.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

Gambar

Tabel 1. Hasil Uji Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa pernyataan remaja yang selisih usia dengan pasangannya 1-3 tahun dan lebih dari 5 tahun yang memiliki penyesuaian diri yang tinggi terhadap pasangan menyatakan

Menyatakan bahwa Karya Seni Tugas Akhir saya tidak terdapat bagian yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi mana pun dan juga

menggunakan model konvensional penulis menggunakan pembelajaran biasa saat ini ternyata hasilnya kurang memuaskan, karena kekeliruan dalam memandang proses

Sejalan dengan hal tersebut, uji-t menunjukkan hasil uji beda sebesar 14,20 lebih besar dari ttabel 2,092, sehingga dapat disimpulkan penerapan media video berpengaruh

Meskipun memiliki perbedaan, kelima penelitian yang relevan yang telah dipaparkan diatas menjadi bahan pertimbangan yang bermanfaat bagi penulisan penelitian

Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) meyakini pembangunan jalan tol ruas tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan target yakni pada 2018 kendati pembebasan lahan baru mencapai 40%

Objek penelitian ini adalah SMK Muhammadiyah 3 Surakarta dan SMK Muhammadiyah 4 Surakarta, kedua lembaga pendidikan ini sama-sama menjalankan sistem perkaderan

Tempat/Tanggal Lahir : Makassar, 21 Desember 1968 Alamat Tempat Tinggal : Kota Kembang Depok Raya sektor. Anggrek -3 Blok F1/14, Depok, Jabar Jenis Kelamin