• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PRODUSER DALAM PRODUKSI PROGRAM FEATURE TELEVISI JALAN- JALAN SEHAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN PRODUSER DALAM PRODUKSI PROGRAM FEATURE TELEVISI JALAN- JALAN SEHAT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PRODUSER DALAM PRODUKSI

PROGRAM FEATURE TELEVISI

“JALAN-JALAN SEHAT”

Dewi Nurbaniah Ningrum

Marketing Communication, School of Economic and Communication, Binus University. Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat, 11480.

Telp. (62-21) 534 5830, dewinn08@yahoo.com Dewi Nurbaniah Ningrum, Rahmat Edi Irawan,S.Pd.,M.I.Kom

Abstract

The purpose of this final project is to find out the role of the producer in the production process of television programs “Jalan-Jalan Sehat” which is a combination of features travel and features how to do (tips), start from pre-production, production to post-production. The theory used in the production processare substantiallythe organizational communication theory, stages of production and the role of the producer in the production process. Knowledge of the television program features also applied. The conclusionthat can be obtained is that a producer play a major role in which the producer responsible for directing the production team during the production process feature program “Jalan-Jalan Sehat”. (DNN)

Keywords :Television, Program, Feature, Producer, Production Process.

Tujuan Produksi Tugas Karya Akhirini ialah untuk mengetahui bagaimana peran produser dalam proses produksi program televisi “Jalan-Jalan Sehat” yang merupakan penggabungan antara features perjalanan dan features how todo (tips), mulai dari pra produksi, produksi hingga pasca produksi. Teori yang digunakan dalam proses produksi secara garis besar adalah Teori komunikasi organisasi, tahapan produksi serta peran produser dalam proses produksi. Pengetahuan tentang program features televisi juga diterapkan dalam produksi Tugas Karya Akhir ini. Kesimpulan yang dapat diperoleh ialah produser memegang peranan besar dimana produser bertanggung jawab mengarahkan tim produksi selama proses produksi program feature “Jalan-Jalan Sehat”.(DNN)

(2)

PENDAHULUAN

Program televisi yang menyajikan informasi traveling yang ada di Indonesia bisa dikatakan cukup banyak. Bahkan didalam satu stasiun televisi sangat mungkin untuk memiliki lebih dari satu program traveling. Program-program traveling yang ada saat ini dikemas dengan cara penyajian yang beragam.Indonesia dengan minat wisata yang cukup tinggi, dan tempat wisata yang sangat banyak dengan beragam budaya yang ada didalamnya menjadi penyebab mengapa program traveling tetap hidup dan menarik minat penonton.

Hal berbeda terjadi pada program yang memberikan informasi tentang kesehatan. Program bertema kesehatan tidak begitu populer di Indonesia, khususnya di televisi nasional. Program kesehatan biasanya ditayangkan dalam format talkshow. Dimana program berformat seperti itu lebih sering dinikmati oleh orang dewasa. Topik yang dibahas punterkadang dirasa sedikit ‘berat’ untuk anak muda. Padahal tidak sedikit informasi kesehatan juga sangat diperlukan anak muda. Dengan berbagai penyakit yang sering muncul saat remaja atau saat beranjak dewasa, pengetahuan mengenai hal tersebut dirasa perlu untuk pencegahan penyakit dari usia dini. Beberapa isu seputar kesehatan juga sebenarnya perlu diinformasikan kepada masyarakat luas untuk menambah wawasan dan pengetahuan penonton. Karena dianggap terlalu berat dan minim akan unsur hiburan, program kesehatan tidak mendapat perhatian lebih baik dari pengelola media dan audience. Walaupun ada televisi yang bersegmentasi khusus untuk menyiarkan program kesehatan, program kesehatan yang ada saat ini bisa dikatakan hanya sebagai pelengkap atau pilihan tayangan program yang tidak begitu penting.Hal ini menunjukkan bahwa program edukatif semacam ini kurang diminati dibandingkan program lain yang bersifat hanya untuk menghibur.

Tayangan bergenre traveling yang ada di Indonesia sebagian besar selalu mengangkat tema budaya dan adat istiadat yang ada di indonesia. Seperti Explore Indonesia yang tayang di Kompas TV. Program ini merupakan program dokumenter wisata yang mengeksplor lebih dalam tentang kebudayaan dan sejarah indonesia.

Sejauh ini, program televisi Indonesia yang membahas tentang kesehatan masih sangat sedikit dan identik dengan format talkshow. Salah satu yang terpopuler di Indonesia adalah program Dr OZ Indonesia yang tayang di Trans TV. Konsep program ini adalah talkshow yang di bawakan oleh 1 orang host dan co-host yang topiknya berfokus pada dunia kesehatan dan gaya hidup.

Produser melihat ketertarikan masyarakat terhadap berbagai program traveling sebagai peluang untuk membuat suatu program sejenis yang memiliki karakter yang berbeda. Disisi lain, minimnya program kesehatan di Indonesia merupakan salah satu tantangan tersendiri yang harus dihadapi oleh pengelola media penyiaran, khususnya produser program televisi. Dimana media mengikuti keinginan penonton namun sebisa mungkin tetap mempertahankan sisi idealisme televisi untuk menyiarkan program yang informatif dan mengedukasi.

Kali ini, produser ingin mencoba menggabungkan peluang dan tantangan yang ada kedalam suatu ide program. Biasanya program traveling selalu disandingkan dengan wisata kuliner. Sedangkan program kesehatan selalu disandingkan dengan pengetahuan seputar kecantikan, khususnya wanita. Tentu tidak akan mudah untuk menggabungkan dua unsur tersebut yang memiliki karakter berbeda. Maka dari itu dalam tugas karya akhir ini produser tertarik untuk memproduksi program features gabungan yang berbeda, yaitu antara traveling dan how to do (tips) kesehatan. Dimana dalam program ini terdapat unsur informatif sekaligus menghibur didalamnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan memahami peran seorang produser dalam proses produksi dari sebuah program features televisi mulai dari pra-produksi, produksi hinggan pasca produksi.

Untuk mendukung produksi program yang dilakukan, penulis menggunakan beberapa teori umum seperti teori komunikasi massa, televisi, dan teori khusus seperti pengertian dan jenis features televisi, peran produser, tahapan produksi, dan teori komunikasi organisasi.

METODE PENELITIAN

Dalam pembuatan tugas karya akhir, produser membutuhkan data yang bertujuan untuk mengetahui minat dan respon masyarakat terhadap jenis program feature travelkesehatan yang akan dibuat ini sebagai dasar pembuatan program.

Data tersebut didapatkan penulis melalui teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner. Dengan keterbatasan waktu yang ada untuk mematangkan ide dan konsep program yang ingin diproduksi, produser menganggap metode pengumpulan data kuantitatif dengan menggunakan kuisioner adalah metode yang paling efektif. Karena kuisioner memiliki waktu pengumpulan data

(3)

yang relatif lebih cepat dan mampu menampung jawaban atau data dari responden dalam jumlah banyak, serta bersifat umum. Lain halnya dengan metode kualitatif yang memutuhkan waktu cukup lama dalam pengumpulan data.

Produser memberikan sedikitnya 9 pertanyaan kepada minimal 50 orang responden yang dipilih secara acak. Jenis pertanyaan yang digunakan adalah jenis pertanyaan tertutup, dimana responden menjawab dari pilihan jawaban yang telah disediakan. Daftar pertanyaan dimulai dari pertanyaan yang umum yang selanjutnya diikuti pertanyaan yang lebih khusus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Program

Nama Program: Jalan-Jalan Sehat

Jalan-Jalan Sehat adalah program feature tips mengenai informasi, fakta menarik dan tips seputar kesehatan dan traveling. Yang dimaksud dengan jalan-jalan sehat disini adalah dimana penonton akan diajak jalan-jalan ke tempat-tempat wisata yang belum banyak diketahui orang tapi tetap dengan cara yang sehat dengan mendapat informasi tentang kesehatan.

Genre Program: Features

Features adalah cerita khas kreatif yang berpijak pada jurnalistik sastra tentang suatu situasi, keadaan,

atau aspek kehidupan, dengan tujuan untuk memberi informasi dan sekaligus menghibur khalayak media massa(Sumadiria, 2005)

Target Audience:

Pemilihan target audien di mana media penyiaran akan berkompetisi merupakan bagian penting dari startegi program dan memiliki implikasi langsung bagi kegiatan iklan dan promosi. Target audien adalah memilih satu atau beberapa segmen audien yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran program dan promosi(Morissan, 2008).

1. Demografis:

Jenis Kelamin: Pria dan Wanita

Karena pria maupun wanita dapat memiliki ketertarikan untuk bepergian dan mempelajari pengetahuan tentang kesehatan.

Usia: minimal 12 tahun

Karena isi acara program ini terfokus pada traveling dan kesehatan yang dapat dinikmati semua orang mulai dari anak-anak yang sudah menduduki bangku smp sampai dewasa dan bersifat umum.

SES: Minimal C

Karena traveling dalam acara ini tidak melulu harus ke tempat yang sangat jauh serta tips kesehatannya pun bisa dilakukan dengan mudah.

2. Psikografis:

Masyarakat yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan memiliki minat terhadap traveling dan kesehatan.

3. Geografi:

Seluruh indonesia, khususnya jabodetabek.

Durasi Program: 16 Menit

Waktu tersebut dirasa cukup untuk mengupas dan menjelaskan suatu tempat dan membahas mengenai tips kesehatan.

Waktu Penayangan: Minggu, 11.00 – 11.16 WIB

Dipilihnya waktu ini karena rata-rata orang pada hari minggu sedang bersantai bersama keluarga sebelum melakukan aktifitas diluar.

Stasiun Televisi: RCTI

Karena RCTI memiliki penonton dari banyak kalangan dan merupakan stasiun televisi yang sudah lama ada di Indonesia serta di stasiun televisi ini belum ada acara sejenis, sehingga bisa menjadi suatu terobosan baru.

Tipe Program: Tapping

Memilih tipe program tapping karena tema acara ini adalah traveling dimana pembawa acara harus mengenalkan suatu tempat. Sehingga pembuat karya akan mengambil tempat diluar studio / outdoor.

Sebelum melaksanakan proses produksi program, terlebih dahulu produser dan tim produksi bersama-sama membuat jadwal produksi yang digunakan untuk menjadi pedoman dan patokan selama proses produksi berlangsung. Mulai dari pra produksi, produksi, hingga pasca produksi. Berikut rencana timeline atau jadwal produksi programfeatures televisi Jalan-Jalan Sehat, dimulai dari pra produksi, produksi hingga pasca produksi sesuai dengan data dari produser.

(4)

Tabel 1 Jadwal Produksi Program

Produser tidak hanya bertanggung jawab atas program dan kru yang bertugas namun juga membantu tugas kru lain serangkaian kegiatan shooting. Berikut penjabaran kegiatan shooting yang telah dilalui didalam tabel.

Tabel 2 Kegiatan Shooting

Tanggal Waktu Kegiatan Lokasi Properti

Shooting Hari Pertama

9 April 2015

20.00 Produser menyusun rencana shooting dan shoot bersama kru

Penginapan, Jogjakarta 10 April

2015

06.30 Kru berkumpul di lobby penginapan Penginapan, Jogjakarta 07.00 Berangkat menuju lokasi wisata 1 Jogjakarta 09.00 Meminta izin untuk mengambil gambar

lalu memberikan briefing singkat kepada kru sebelum shooting

Grojogan Sewu

Kamera Canon, Lensa, GoPro, Clip On, Tripod 10.45 Perjalanan menuju lokasi wisata 2 Kulonprogo

11.00 Meminta izin untuk mengambil gambar lalu memulai shooting lokasi 2

Goa Kidang Kencana

Kamera Canon, Lensa, GoPro, Clip On, Tripod, lampu LED 12.00 Perjalanan menuju lokasi wisata 3 Kulonprogo

12.15 Shooting dan wawancara dengan

penjaga lokasi wisata

Watu Djaran Kamera Canon, Clip On, Tripod 13.00 Perjalanan menuju peternakan susu

kambing

Kulonprogo

13.15 Meminta izin untuk mengambil gambar dan melakukan wawancara dengan peternak dan produsen susu kambing mengenai manfaat dan hasil produksinya

Kulon progo Kamera Canon, Lensa, Clip On, Tripod,

13.40 Kru kembali ke penginapan Kulonprogo - Jogjakarta

(5)

Shooting hari kedua

11 April 2015

08.15 Kru berkumpul di lobby penginapan dan produser memberikan arahan singkat tentang apa saja yang akan direkam nantinya

Jogjakarta

08.25 Perjalanan menuju tempat shooting untuk lokasi wisata di Jogjakarta

Jogjakarta

08.45 Kru tiba di Malioboro Jogjakarta Kamera Canon, Lensa, Gopro, Microphone, Monopod 08.50 Kru melanjutkan perjalanan ke Keraton

Jogjakarta

Jogjakarta

09.15 Shooting di beberapa tempat di dalam

Keraton Jogjakarta

Jogjakarta Kamera Canon, Lensa, Gopro, Monopod, Microphone 10.00 Kru melanjutkan perjalanan menuju

Taman Sari

Jogjakarta

10.20 Shooting di Taman Sari Jogjakarta Kamera Canon, Lensa, Monopod 12.00 Kru kembali ke penginapan Jogjakarta

Shooting Hari ketiga

26 April 2015

14.30 Kru berkumpul di lokasi, produser menentukan spot shooting

Taman Cattleya

Kamera Canon, Lensa, Gopro, Clip On, Tripod 14.40 Briefing dengan Host Taman

Cattleya

Skrip (naskah)

15.00 Shooting opening Taman Cattleya

Kamera Canon, Lensa, Gopro, Clip On, Tripod 16.00 Breaktime (dikarenakan cuaca yang

mendung dan gerimis) sambil menunggu, host di briefing untuk segmen selanjutnya

Taman Cattleya

Skrip (naskah)

16.20 Latihan sekaligus shooting segmen ketiga

Taman Cattleya

Kamera Canon, Lensa, Gopro, Clip On, Tripod, Iphone

17.00 Latihan sekaligus shooting closing program Taman Cattleya Kamera Canon, Lensa, Gopro, Iphone, Tripod 18.00 Kru membereskan dan memeriksa

kembali kelengkapan alat-alat shooting

Taman Cattleya

Shooting hari keempat

14 April 2016

07.30 Kru berkumpul di lokasi Gelora Bung Karno 08.00 Briefing dengan host dan camera person

dipimpin oleh produser

Gelora Bung Karno

Skrip (naskah)

08.00 Memulai shooting opening program Gelora Bung Karno

Kamera Canon, Lensa, Clip On, Tripod

09.00 Shooting segmen ketiga Gelora Bung Karno

Kamera Canon, Lensa, Clip On, Tripod, reflektor 09.30 Shooting closing program Gelora Bung

Karno

Kamera Canon, Lensa, Clip On, Tripod, reflektor 10.00 Selesai shooting dan memeriksa alat-alat Gelora Bung

(6)

Karno

Tidak seperti jenis program berita yang cenderung kaku dalam penyajiannya. Dalam editing, kebanyakan program features sangat mememperhatikan penyajian gambar. Sebisa mungkin gambar yang ditayangkan tidak kaku dan membuat penonton merasa bosan. Hal tersebut dikarenakan program

featuresmemiliki sifat yang cenderungmenyentuh emosi audience. Emosi yang ingin ditimbulkan bisa

didapat dari cara pengambilan gambar, ataupun latar suara yang dipakai. Tidak jarang editor program

features memasukkan unsur-unsur grafis pada saat meng-edit gambar.

Produser dan tim produksi juga meminta bantuan editor untuk membuat OBB (Opening

Bumper Break). Saat pembuatan OBB (Opening Bumper Break) produser menjelaskan dan memberi

arahanseperti apa grafis yang diinginkan kepada editor, kemudian Editor membuat OBB (Opening

Bumper Break) dengan menggunakan software After effect yang kurang lebih berdurasi 15 detik serta Bumper In dan Bumper Out yang berdurasi 5 detik.

Program Jalan-Jalan Sehat memiliki spot ‘Taukah Kamu?’ yang menampilkan fakta menarik mengenai travel dan kesehatan. Produser ingin menampilkan spot tersebut dalam bentuk grafis dan

template tersendiri. Jadi, editor juga memiliki tugas membuat grafis tersebut dengan arahan produser.

Selain itu, pembuatan template logo-logo dan name bar, ataupun caption juga merupakan tanggung jawab seorang editor karena editor-lah yang menentukan dan mengatur kapan logo-logo dan ornamen-ornamen tersebut dimunculkan.

Evaluasi Program

Pada proses pra produksi progran Jalan-Jalan Sehat, produser pada mulanya merasa kesulitan menentukan lokasi untuk shooting karena keterbatasan biaya produksi. Banyak hal yang harus dipertimbangkan selain biaya, waktu dan juga tenaga tim yang membantu. Selain itu produser juga sedikit kesulitan untuk mencari host program karena harus menyesuaikan jadwal masing-masing kru dengan orang yang akan menjadihostprogram agar dapat memulai shooting segmen opening, closing dan kesehatan.

Pada tahapan produksi, tim produksi menemui beberapa kendala karena tidak mempertimbangkan hal-hal yang tak terduga akan terjadi, seperti masalah pada pencahayaan dan clip

on. Pencahayaan yang dirasa cukup ternyata masih tidak dapat menghasilkan gambar yang cukup

terang di kamera. Sehingga gambar yang dihasilkan saat pengambilan gambar di Goa Kidang Kencana gelap. Suara hostsaat shooting segmen opening, closing dan kesehatan juga tidak tertangkap dengan maksimal karena hanya menggunakan satu clip on dan backup suara dari Iphone.

Terdapat beberapa hasil gambar yang kurang fokus terhadap objek karena camera person dalam keadaan tergesah-gesah sehingga pengaturan kamerakurang di perhatikan. Gambar yang amat

standard dan sering shaking juga terjadi saat shooting segmentraveling, mengakibatkanstock shoot

yang dimiliki sedikit. Padahal seharusnya tim produksi bisa lebih mengeksplor lokasi wisata. Selain itu, pengaturan warna di masing-masing kamera yang berbeda juga menjadi salah satu kendala yang harus dihadapi editor.

Dalam tahap pasca produksi, proses editingyang dilakukan editor harus mendapat arahan yang jelas dan kontrol secara terus menerus dari produser dan tim produksi. Untuk memberikan arahan lebih lanjut dan mengetahui sejauh mana proses editing berjalan, produser seharusnya bertemu tatap muka dengan editorsecararutin, namun produser sedikit kesulitan untuk berkomunikasi dan bertemu tatap muka dengan editor. Hal tersebut mengakibatkan proses editing terhambat dan membutuhkan waktu lebih lama dari target dan batas waktu yang ditentukan untuk menyelesaikan

video.

Selain itu , terdapat beberapa perubahan pada program Jalan-Jalan Sehat yang semula telah direncanakan dengan program yang sudah selesai. Hal tersebut terjadi karena adanya beberapa penyesuaian yang dilakukan oleh produser dan tim produksi selama proses produksi berlangsung. Seperti penyesuaian tempat atau lokasi dan host.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Peran produser dalam menghadapi setiap masalah dan kendala selama proses produksi program amatlah penting. Produser memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan kru dan tim produksi dalam proses produksi agar tetap on track dan tidak melenceng dari tujuan dan rencana semula. Dalam keadaan tertentu, produser dituntut untuk mengambil keputusan secara cepat. Disinilah diperlukan jiwa kepemimpinan dan kreativitas dari seorang produser. Segala kegiatan yang dilakukan tim produksi adalah atas persetujuan, pengawasan dan arahan dari seorang produser.

(7)

Kendala yang produser dan tim hadapi dalam setiap proses produksi program menjadi pelajaran berharga tersendiri yang bisa didapat. Mulai dari kesulitan menentukan tujuan wisata

shooting, menentukan jadwal dengan host, masalah yang tak terduga dengan clip on yang tiba-tiba

rusak sehingga hanya bisa memakai satu buah clip on hingga komunikasi yang terhambat dengan editor saat pasca produksi.

Semua hal tersebut memberikan pengalaman dan pemahaman kepada produser bahwa ketika ingin memproduksi suatu program acara, tim produksi khususnya produser harus benar-benar merencanakan dengan matang segala sesuatunya sebelum memulai shooting. Mulai dari memantapkan ide oleh produser, dimana produser mempertimbangkan mungkin atau tidaknya program semacam itu untuk dijalankan, sampai pada persiapan teknis. Seperti memastikan segala kelengkapan teknis dapat berfungsi dengan baik dengan tetap memperkirakan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi.

Produser juga menyadari pentingnya komunikasi yang terjalin antar tim agar segalanya berjalanlancar sesuai rencana.Sebelum mengambil suatu keputusan, produser hendaknya berdiskusi atau meminta masukan dan pertimbangan dari kru lain agar keputusan yang diambil tidak bersifat sepihak atau subyektif.

Saran

Mahasiswa/i masih harus belajar lagi mengenai dunia penyiaran (broadcasting) agar dapat membuat konsep program yang lebih kreatif, inovatif dan terstruktur sehingga pertelevisian Indonesia bisa lebih maju dengan munculnya program-program yang menambah wawasan dan pengetahuan namun tidak melupakan unsur hiburanya.

Selain itu disarankan dalam membuat suatu karya atau program televisi untuk kedepannya lebih memperhatikan kemampuan tenaga dan finansial dari tim produksi itu sendiri. Karena ide program yang menarik tidak akan terealisasikan dengan baik dan maksimal jika tidak memiliki sumber daya yang kurang memadai. Dengan biaya dan tenaga kerja yang memadai, tentunya akan lebih mudah untuk memproduksi suatu program televisi. Namun, justru dengan keterbatasan sumber daya tersebut semestinya memacu kita semua untuk lebih kreatif dalam membuat suatu program televisi.

Meskipun tugas karya akhir ini masih memiliki banyak kekurangan, produser berharap agar kedepannya banyak program televisi yang inovatif dan berbobot sekaligus menghibur agar dapat menambah wawasan penonton. Selain itu masyarakat hendaknya lebih jeli dan peka untuk memilih program-program televisi yang ingin ditonton.

REFRENSI

Fachruddin, A. (2012). Dasar-Dasar Produksi Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. John M. Ivancevich, Robert Konopaske, Michael T. Matteson. (2007). Perilaku dan Manajemen

Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Morissan, M. (2008). Manajemen Media Penyiaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Nugroho, S. (2014). Teknin Dasar Videografi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Nurudin. (2011). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers.

Pradekso, T., Widagdo, M., & Hapsari, M. (2013). Produksi Media. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.

R. Wayne Pace, Don F. Faules. (2010). Komunikasi Organisasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rakhmat, J. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Romli, A. S. (2006). Jurnalistik Praktis Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Saroengallo, T. (2008). Dongeng Sebuah Produksi Film. Jakarta: PT. Gramedia.

Subroto, D. S. (1994). Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sumadiria, A. H. (2005). Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, Panduan Praktis

Jurnalis Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Wardani, Krisna C. P. (2015). Peran Cameraman Dalam Produksi Program Feature Televisi

"Jalan-Jalan Sehat". Tugas Akhir S1. Broadcasting, Universitas Bina Nusantara, Jakarta.

Wibowo, F. (2007). Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book Publisher. Zettl, H. (2011). Television Production Book. USA: Cengage Learning.

RIWAYAT PENULIS

Dewi Nurbaniah Ningrum lahir pada tanggal 14 Agustus 1993, di Jakarta. Penulis menamatkan pendidikan Strata 1 atau S1 di Universitas Bina Nusantara dalam jurusan Komunikasi Pemasaran peminatan Broadcasting pada tahun 2015.

Gambar

Tabel 1 Jadwal Produksi Program

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik tumbuhan hiperakumulator adalah: (i) Tahan terhadap unsur logam dalam konsentrasi tinggi pada jaringan akar dan tajuk; (ii) Tingkat laju penyerapan unsur dari tanah

Untuk mengkaji dan menganalisis tarif, pelayanan, promosi,dan citra secara simultan berpengaruh terhadap keputusan nasabah menggunakan jasa pegadaian di desa Matan Sala Kabupaten

Kebijakan ekonomi yang ditujukan ke sektor agroindustri berupa kebijakan: (1) peningkatan pengeluaran anggaran pembangunan pemerintah di sektor agroindustri dan pertanian primer,

Struktur negara Indonesia adalah di antaranya sebagaimana terdapat di dalam Pasal 18 ayat (1) Amandemen kedua UUD 1945, yaitu : “Negara Kesatuan Republik Indonesia

Dapat diidenti fi kasi beberapa poin yang menyebabkan terjadinya penurunan motivasi petani untuk merawat kebun. Penyebab tersebut terdiri dari kurangnya pengetahuan petani

Konteks sistem pendidikan nasional Indonesia, pendidikan kewarganegaraan seyogyanya dikembangkan (Winataputra:2015) sebagai pendidikan demokrasi konstitusional Indonesia

-Pendapatan Rp xxxxx Sedangkan menurut PSAK No. 28 bahwa kebijakan akuntansi yang penting.. 84 Jurnal Measurement Vol. Laporan tersebut memuat penjelasan mengenai

[r]