• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Pengawasan Keselamatan Angkutan Penyeberangan Lintas Palembang-Muntok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Pengawasan Keselamatan Angkutan Penyeberangan Lintas Palembang-Muntok"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

183

Peningkatan Pengawasan Keselamatan Angkutan

Penyeberangan Lintas Palembang-Muntok

Improvement of Ferry Crossing Safety Control

Palembang-Muntok

I Ketut Mudana

Puslitbang Perhubungan Darat dan Perkeretaapian ketutmudana55@yahoo.com

ABSTRACT

Improvement of vessel safety is obligatory considering its purpose as public

ferry crossing transportation mode. SWOT analysis has revealed that although

the number of fleets is sufficient, yet most of the ferries are relatively old that

they require periodical checks. Such inspections are mandatory since they affect

the fleet integrity for passenger safety. Moreover, S-O strategy which is annual

fleet inspection for four consecutive years is needed.

Keywords

: transportation, ferry crossings, SWOT analysis, S-O strategy.

ABSTRAK

Peningkatan keselamatan kapal adalah niscaya, mengingat tujuannya sebagai

moda angkutan penyeberangan. Melalui metode analisis SWOT terlihat bahwa

jumlah kapal yang tersedia memang banyak, namun rata-rata usianya sudah

tua sehingga diperlukan pemeriksaan secara periodik. Pemeriksaan ini wajib

dilakukan agar tidak memengaruhi kesempurnaan kapal demi keselamatan

penumpang. Oleh karena itu, dibutuhkan Strategi S-O yaitu strategi pemeriksaan

kapal secara periodik setiap tahun selama 4 tahun.

(2)

Pendahuluan

Regulasi dan inspeksi keselamatan angkutan penyeberangan lebih untuk menentukan kesesuaian dengan peraturan yang mendukung keselamatan. Dalam hal ini, inti permasalahan keselamatan, semakin besar tingkat kesesuaiannya semakin baik kinerja keselamatan kapal penyeberangan. Keselamatan merupakan syarat utama dalam perancangan (desain) bagi moda angkutan penyeberangan. Namun, dibutuhkan interaksi berbagai pihak terkait, baik unsur pemerintah, swasta serta, maupun masyarakat umum dalam mencapai tingkat keselamatan yang tinggi.

Hasil pemeriksaan dan investigasi yang dilakukan oleh pemerintah atau lembaga yang ditunjuk dapat dipertimbangkan sebagai tulang punggung keselamatan angkutan penyeberangan. Dalam laporan tersebut, yang dominan adalah kecelakaan dan insiden. Berbagai kepentingan diobservasi untuk memerkaya prosedur yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan keselamatan. Indikator kinerja keselamatan perlu dikembangkan karena dapat dijadikan sebagai perbandingan dengan moda lain, sehingga memudahkan untuk mencapai tingkat keselamatan yang lebih baik serta mudah memahami akibat kecelakaan. Dengan demikian, penyelenggara angkutan penyeberangan dapat melakukan yang terbaik dalam pengambilan keputusan.

Regulasi yang mengatur tentang keselamatan pelayaran adalah:

1. Secara nasional, Indonesia mempunyai peraturan lambung timbul pada 1966, dan peraturan Schepen Verordening

1935 (SV 1935) dan peraturan pelaksanaannya yang bersumber dari produk hukum tersebut. Saat ini, penjabaran dari SV diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dalam penjelasannya mengamanatkan bahwa peraturan

bidang keselamatan dan keamanan memuat ketentuan yang mengantisipasi kemajuan teknologi dengan mengacu pada konvensi internasional yang cenderung menggunakan peralatan mutakhir pada sarana dan prasarana keselamatan pelayaran, di samping mengakomodasi ketentuan mengenai sistem keamanan pelayaran yang termuat dalam International Ship and Port Facility Security Code (ISPS Code).

2. Secara internasional, Indonesia mengikuti peraturan tentang SOLAS 1974 dan amandemennya. Pada 1980 pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 yang mengesahkan “International Convention for The Safety of Life at Sea, 1974”, sebagai hasil Konferensi Internasional Tentang Keselamatan Jiwa di Laut 1974, yang telah ditandatangani oleh Delegasi Pemerintah Republik Indonesia, di London, pada 1 November 1974, yang merupakan pengganti “International Convention for The Safety of Life at Sea, 1960”. Peraturan ini berlaku untuk semua kapal baik kapal Indonesia maupun kapal asing yang melakukan pelayaran di mana pun di dunia. Sesuai dengan peraturan tersebut, maka, pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan memberikan kewenangan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut untuk melaksanakan pengawasan dan menerapkan ketentuan tersebut terhadap kapal-kapal RI yang terkena peraturan ini maupun kapal asing yang memasuki pelabuhan Indonesia. Untuk mengetahui ketentuan tersebut, maka seluruh unit kerja Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melakukan pengawasan yang dimulai dari awal pembangunan suatu kapal sampai kapal tersebut tidak dioperasikan lagi atau

di-scrap.

(3)

185 membahas permasalahan pengawasan

keselamatan dalam upaya peningkatan keselamatan angkutan penyeberangan lintas Palembang-Muntok dengan metode derskriptif dan analisis SWOT, sehingga bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi 1. Regulator untuk melakukan pembinaan

kepada operator terkait dengan keselamatan angkutan penyeberangan, 2. Operator yang adalah pelaksana

perawatan kapal penyeberangan dan penanggung jawab fasilitas keselamatan secara periodik, dan

3. User demi terjaminnya keselamatan angkutan penyeberangan yang merupakan kebutuhan bagi pengguna jasa.

UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pasal 124 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap pengadaan, pembangunan, dan pengerjaan kapal termasuk perlengkapannya serta pengoperasian kapal di perairan Indonesia harus memenuhi persyaratan keselamatan kapal. Selanjutnya, ayat (2) menyebutkan bahwa persyaratan keselamatan kapal meliputi material, konstruksi, bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio, dan elektronika kapal.

Pada pasal 125 ayat (1) disebutkan bahwa sebelum pembangunan dan pengerjaan kapal termasuk perlengkapannya, pemilik atau galangan kapal wajib membuat perhitungan dan gambar rancang bangun serta data kelengkapannya. Dalam ayat (2) disebutkan bahwa pembangunan atau pengerjaan kapal yang merupakan perombakan harus sesuai dengan gambar rancang bangun dan data yang telah mendapat pengesahan dari menteri. Ayat (3) menjelaskan bahwa pengawasan terhadap pembangunan dan pengerjaan perombakan kapal dilakukan oleh menteri.

Pasal 126 ayat (1) menyebutkan

bahwa kapal yang dinyatakan memenuhi persyaratan keselamatan kapal diberi

sertifikat keselamatan oleh menteri. Dalam ayat (2) disebutkan bahwa sertifikat

keselamatan terdiri atas

1. Sertifikat keselamatan kapal

penumpang;

2. Sertifikat keselamatan kapal barang;

dan

3. Sertifikat kelaikan dan pengawakan

kapal penangkap ikan.

Sementara itu, keselamatan kapal yang ditentukan melalui pemeriksaan dan pengujian dijelaskan pada ayat (3). Dalam ayat (4) disebutkan bahwa terhadap

kapal yang telah memeroleh sertifikat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan penilikan secara terus-menerus sampai kapal tidak digunakan lagi. Ayat (5) menyebutkan bahwa pemeriksaan dan pengujian serta penilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) wajib dilakukan oleh pejabat pemerintah yang diberi wewenang dan memiliki kompetensi.

Selanjutnya, pasal 127 ayat (1)

menjelaskan bahwa sertifikat kapal tidak

berlaku apabila masa berlaku sudah berakhir, tidak melaksanakan pengukuhan

sertifikat (endorsement), kapal rusak dan dinyatakan tidak memenuhi persyaratan keselamatan kapal, kapal berubah nama, kapal berganti bendera, kapal tidak sesuai

lagi dengan data teknis dalam sertifikat

keselamatan kapal, kapal mengalami perombakan yang mengakibatkan perubahan konstruksi kapal, perubahan ukuran utama kapal, perubahan fungsi atau jenis kapal, kapal tenggelam atau hilang, atau kapal ditutuh (scrapping).

Kemudian, sertifikat kapal dibatalkan

apabila keterangan dalam dokumen kapal yang digunakan untuk penerbitan

sertifikat, ternyata, tidak sesuai dengan

keadaan sebenarnya, kapal sudah tidak memenuhi persyaratan keselamatan kapal,

atau sertifikat diperoleh secara tidak sah

(4)

Dalam Pasal 128 ayat (1) dijelaskan bahwa nakhoda dan/atau anak buah kapal harus memberitahukan kepada Pejabat Pemeriksa Keselamatan Kapal apabila mengetahui bahwa kondisi kapal atau bagian dari kapalnya, dinilai tidak memenuhi persyaratan keselamatan kapal. Ayat (2) menyebutkan bahwa pemilik, operator kapal, dan nakhoda wajib membantu pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian.

Pasal 129 ayat (1) menyebutkan bahwa kapal berdasarkan jenis dan ukuran

tertentu wajib diklasifikasikan pada badan klasifikasi untuk keperluan persyaratan

keselamatan kapal. Ayat (2) menjelaskan

bahwa badan klasifikasi nasional atau badan klasifikasi asing yang diakui dapat

ditunjuk melaksanakan pemeriksaan dan pengujian terhadap kapal untuk memenuhi persyaratan keselamatan kapal.

Setiap kapal yang memeroleh

sertifikat sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 126 ayat (1) wajib dipelihara sehingga tetap memenuhi persyaratan keselamatan kapal dijelaskan pada pasal 130 ayat (1). Sementara itu, dalam ayat (2) disebutkan bahwa pemeliharaan kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara berkala dan sewaktu-waktu. Pada ayat (3) dijelaskan bahwa dalam keadaan tertentu menteri dapat memberikan pembebasan sebagian persyaratan yang ditetapkan dengan tetap memperhatikan keselamatan kapal.

Pasal 131 ayat (1) menyebutkan bahwa kapal sesuai dengan jenis, ukuran, dan daerah pelayarannya wajib dilengkapi dengan perlengkapan navigasi dan/atau navigasi elektronika kapal yang memenuhi persyaratan. Dalam ayat (2) disebutkan bahwa kapal sesuai dengan jenis, ukuran, dan daerah pelayarannya wajib dilengkapi dengan perangkat komunikasi radio dan kelengkapannya yang memenuhi persyaratan.

Sementara itu, pasal 132 ayat (1)

menjelaskan bahwa kapal sesuai dengan jenis, ukuran, dan daerah pelayarannya wajib dilengkapi dengan peralatan meteorologi yang memenuhi persyaratan. Dalam ayat (2) dijelaskan bahwa kapal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyampaikan informasi cuaca sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pada ayat (3) menyebutkan bahwa Nakhoda yang sedang berlayar dan mengetahui adanya cuaca buruk yang membahayakan keselamatan berlayar wajib menyebarluaskannya kepada pihak lain dan/atau instansi pemerintah terkait. Analisis dan Pembahasan

A. Status Operasional Kapal

Selaras dengan paparan di atas, saat ini jumlah sarana angkutan penyeberangan yang beroperasi di Pelabuhan Penyeberangan 35 Ilir Palembang dengan lintas pelayanan Palembang-Muntok, berjumlah sebanyak 9 unit dengan jumlah pemilik/operator sebanyak 5 perusahaan. Dari 9 unit tersebut, PT. Jembatan Nusantara mengoperasikan 3 unit, PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) dan PT. Atosim Lampung Pelayaran masing-masing 2 unit, sedang PT. Jembatan Maritim dan PT. Dharma Lautan Utama masing-masing 1 unit.

Pada umumnya, usia kapal penyeberangan sudah lebih dari 15 tahun, hanya 1 unit yang usianya masih muda, yaitu KMP. Kayong Utara, milik PT. Atosim Lampung Pelayaran, dibuat di Pontianak pada 2007, sedangkan yang paling tua usianya adalah KMP.Jembatan Musi I, milik PT. Jembatan Maritim, yang dibuat di Jepang pada 1970.

Jika berdasarkan ukuran tonase, KMP.Mulia Nusantara milik PT Jembatan Nusantara adalah yang tonasenya paling besar; yaitu 681 GT, sedang KMP Kayong Utara, milik PT Atosim Lampung Pelayaran merupakan kapal yang tonasenya paling kecil; yaitu 149 GT. Lebih lanjut dapat dilihat Tabel 1.

(5)

187 Tabel 1 Data Kapal Motor Penyeberangan (KMP) yang Beroperasi

di Pelabuhan Penyeberangan 35 Ilir Palembang

No. Nama Kapal Tonase Pembuatan Ukuran Kapal

Kapasitas

KMP Pemilik GT NT Tahun Tempat P L D Pnp Kend

1. KMP. Srikandi Nusantara 476 143 1993 Jepang 38,70 10,00 2,90 127 18 PT. Jembatan Nusantara 2.. KMP. Mulia

Nusantara 681 205 1995 Jepang 38,69 11,00 3,60 166 22

PT. Jembatan Nusantara 3. KMP.

Jem-batan Musi I 406 108 1972 Jepang 36,40 11,20 3,45 116 16

PT. Jembatan Maritim 4. KMP. Kakap 250 75 1981 Jakarta 34,78 9,52 2,45 85 14 PT. ASDP

Indo-nesia Ferry 5. KMP. Kerapu 288 122 1980 Jakarta 34,08 9,50 2,75 84 18 PT. ASDP

Indo-nesia Ferry 6. KMP. Satya Kencana 319 238 1980 Jepang 31,20 9,00 2,80 152 14 PT. Dharma Lautan Utama 7. KMP. Permata Lestari I 360 108 1995 Singapore 40,45 13,00 3,30 40 20 PT. Atosim Lampung Pelayaran 8. KMP. Kayong Utara 149 45 2007 Pontianak 30,24 7,75 2,25 60 12 PT. Atosim Lampung Pelayaran 9. KMP. Swarna Dharma 285 86 1996 Jepang 40,50 8,60 3,00 140 11 PT. Jembatan Nusantara

Sumber: Dinas Perhubungan Kota Palembang, 2013

Tabel 2 Rekapitulasi Produksi AngkutanPenyeberangan Palembang-Tanjung Kalian/Muntok (Bangka) Tahun 2008-2012

Tahun

Keda

tangan

Keber

angk

atan Realisasi Angkutan

Pnp (Org) Kendaraan (Unit)

Gol II Gol IV Gol V Gol VI

T B T B T B T B T B 2008 867 897 22.078 66.001 3.938 4.701 3.164 4.899 8.506 10.075 323 340 2009 757 766 22.275 54.305 3.607 4.452 2.796 3.203 7.257 7.862 139 253 2010 1.006 1.043 21.924 63.452 5.701 6.237 3.318 4.295 8.344 9.573 237 450 2011 1.109 1.111 31.676 70.346 8.579 8.930 4.781 5.948 8.583 9.752 408 583 2012 1.083 1.199 26.954 54.271 34.977 11.701 4.674 6.066 8.011 9.899 260 619

Sumber: Dinas Perhubungan Kota Palembang, 2013 Keterangan:

Pnp : Penumpang

Gol II : Sepeda Motor dibawah 500 cc

Gol IV : Mobil Jeep, Sedan, Minicap, Mikrolet, Pick Up,Station Wagon dengan ukuran panjang sampai dengan 5 M dan sejenisnya

Gol V : Mobil Bus, Mobil Barang (Truck)/Tangki dengan ukuran panjang7 M dan sejenisnya

Gol VI : Mobil Bus, Mobil Barang (Truck)/Tangki dengan ukuran panjang lebih7 M s/d 10 M dan sejenisnya Gol VII : Mobil Barang (Truck tronton) /Tangki, kereta penarik berikut gandeng serta alat berat dengan panjang 10 M

s/d 12 M dan sejenisnya T : Tiba

B : Berangkat

Sementara itu, data produksi yang diperoleh adalah data yang terkait dengan kedatangan dan keberangkatan, jumlah penumpang, serta kendaraan periode 2008-2012. Dalam hal ini, untuk kendaraan dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu kendaraan golongan II, IV, V, dan VI. Lihat Tabel 2.

(6)

Di sisi lain, terkait dengan kompetensi SDM auditor sebanyak 10 orang relatif sudah baik, karena tiap-tiap auditor sudah memiliki pendidikan formal dan diklat teknis. Lihat Tabel 3.

Tabel 3 Daftar Marine Inspector KSOP Klas II Palembang

No. Sertifikat Kompetensi atas dasar pendidikan formal Diklat Teknis Jumlah

1. ANT-I/S2 MI A, Syahbandar A, Flag State, PSC, IMDG Code, PIM IV,

Harbour Master, ISPS Code 1

2. ANT-II/D.IV MI A, Syahbandar A, PSC, IMDG Code, Auditor ISPS,

Audi-tor ISM 1

3. S1 MI A, Ahli Ukur Kapal 1

4. ANT-II/D.IV Syahbandar A, PSC, IMDG Code 1

5. ANT-III/S1 MI B 1

6. ATT-II/S1 Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran 1 7. ANT-III/S1 MI B, Syahbandar B, ISPS Code, PSC, IMDG 1

8. ATT-IV/SMA MI B, Ahli Ukur Kapal 1

9. ANT-III/D.III MI B 2

Sumber: KSOP Klas II Palembang, 2013

konstruksi dan perlengkapan, sesuai dengan hasil pemeriksaan pada 22 Februari 2012 terdapat kekurangan seperti beriktut.

a) Buku-buku petunjuk berlayar, b) Buku semboyan internasional, c) Daftar suar,

d) Echo sounder manual. b. KMP Mulia Nusantara

Untuk penerbitan sertifikat keselamatan

konstruksi dan perlengkapan, sesuai dengan hasil pemeriksaan KMP Mulia Nusantara pada 25 Juni 2012 terdapat rekomendasi sebagai berikut:

compassyren dan publikasi, serta

sertifikat lama masih berlaku sampai

dengan 10 Desember 2012. c. KMP Jembatan Musi I

Hasil pemeriksaan terhadap KMP Jembatan Musi I yaitu:

1) Untuk penerbitan sertifikat keselamatan kapal penumpang, sesuai dengan hasil pemeriksaan pada 6 Oktober 2012 Angkutan penyeberangan lintas

Palembang-Muntok yang sudah dilakukan pemeriksaan oleh Marine Inspector KSOP Klas II Palembang pada 2012 diuraikan sebagai berikut.

a. KMP Srikandi Nusantara

Hasil pemeriksaan terhadap KMP Srikandi Nusantara yaitu:

1) Untuk penerbitan sertifikat keselamatan kapal penumpang, sesuai dengan hasil pemeriksaan pada 21 Juni 2012 terdapat kekurangan sebagai berikut.

a) Aldis lamp,

b) Deteksi kebakaran,

c) Klep hidrolik jangkar sebelah kiri harus diperbaiki agar dapat difungsikan.

2) Untuk penerbitan sertifikat keselamatan radio, sesuai dengan hasil pemeriksaan pada 20 Juni 2012 terdapat rekomendasi baik.

(7)

189 terdapat kekurangan sebagai berikut:

Navtex dan tekan pompa PMK.

2) Untuk penerbitan sertifikat keselamatan konstruksi, perlengkapan dan radio kapal barang, sesuai dengan hasil pemeriksaan pada 3 April 2012 terdapat rekomendasi sebagai berikut: genta kapal dan lampu aldis tidak ada.

d. KMP Kakap

Hasil pemeriksaan terhadap KMP Kakap yaitu:

1) Untuk penerbitan sertifikat keselamatan kapal penumpang, sesuai dengan hasil pemeriksaan pada 12 November 2012 terdapat kekurangan sebagai berikut: a) AIS tidak ada,

b) Layar GPS dan radar kabur,

c) Lampu holmeslight segera dipasang battere,

d) Emergency generator tidak ada, e) Pesawat OWS tidak bisa menghisap. 2) Untuk penerbitan sertifikat keselamatan

konstruksi dan perlengkapan, sesuai dengan hasil pemeriksaan pada 13 Agustus 2012 terdapat rekomendasi sebagai berikut; echo sounder

rusak, SART kurang 1 buah, EPIRB tidak diinstall, NAVTEX rusak, AIS, rampdoor belakang belum bisa dioperasikan, line troning 4 buah,

standard compass, compassyren setelah dock, BPI, FEBD 7 buah, life jacket 110 buah, MOR 2 buah, dan publikasi. e. KMP Kerapu

Untuk penerbitan sertifikat keselamatan

kapal penumpang, sesuai dengan hasil pemeriksaan KMP. Kerapu pada 20 Juni 2012 terdapat kekurangan sebagai berikut.

1) Alat deteksi kebakaran smoke/heat, 2) SSB dalam perbaikan,

3) Pipa hisap OWS terputus,

4) Mesin pada saat RPM di atas 1200 bergetar di anjungan.

f. KMP Satya Kencana

Untuk penerbitan sertifikat keselamatan

konstruksi dan perlengkapan, sesuai dengan hasil pemeriksaan KMP Satya Kencana pada 5 Juni 2012, terdapat kekurangan sebagai berikut: 2 unit MOB, echo sounder tidak terpasang, alat pendeteksi kebakaran, AIS, 1 unit SART, dan elektromotor jangkar kiri rusak.

g. KMP Permata Lestari I

Untuk penerbitan sertifikat keselamatan

kapal penumpang, sesuai dengan hasil pemeriksaan KMP Permata Lestari I pada 27 Desember 2012 terdapat kekurangan sebagai berikut:

1) 1 unit rescue boat, 2) 1 unit AIS,

3) 1 unit SART, 4) NAVTEX,

5) Perangkat deteksi kebakaran. h. KMP Kayong Utara

Untuk penerbitan sertifikat keselamatan

kapal penumpang, sesuai dengan hasil pemeriksaan KMP Kayong Utara pada 4 Desember 2012, terdapat kekurangan/ rekomendasi sebagai berikut.

1) Isyarat bahaya (parachute signal,

red hand flare) kurang,

2) SART kurang 1 unit, 3) Two way communication, 4) NAVTEX,

5) Echo sounder, 6) Aldis lamp,

(8)

7) Life buoy pecah 4 buah, 8) OWS tidak berfungsi,

9) A/E 1 dalam proses perbaikan, 10) Emergency Fire Pump tidak ada. i. KMP Swarna Dharma

Untuk penerbitan sertifikat keselamatan

kapal penumpang, sesuai dengan hasil pemeriksaan KMP Swarna Dharma pada 28 Desember 2012 terdapat rekomendasi sebagai berikut: publikasi

Tabel 4 Check List Sertifikat Keselamatan Kapal Penyeberangan Setelah Dilakukan Pemeriksaan

No. Jenis Sertifikat Ada

T idak A da M asa B er laku (T ahun)

1. Surat ukur Internasional (Internasional Tonnage Certificate) √ - -2. Surat Laut dan Sertifikat Kebangsaan (Certificate of Nasionality) √ - -3. Sertifikat Keselamatan Kapal Penyeberangan/SertifikatKeselamatan

(Certifi-cate of Seaworthiness)/Dispensasi Penumpang √ - -4. Sertifikat Manajemen Keselamatan (Safety Management Certificate (ISM

Code)) √ -

-5. Sertifikat Pencegahan Pencemaran Minyak Internasional (Interrnatonal Oil Pol-lution Prevention Certificate) √ - -6. Sertifikat Garis Muat (Load Line Certificate) √ - -7. Sertifikat Klasifikasi Lambung (Certificate of Ship Hull) √ - -8. Sertifikat Klasifikasi Mesin (Certificate of Machinery) √ - -9.

Sertifikat Keselamatan Telepon Radio Kapal Barang (Cargo Ship Safety Ra-diotelephone Certificate)/ Sertifikat Perangkat Radio Telekomunikasi Kapal Berukuran Tonase Kotor 35 s.d. 300 (100 m3 s.d. 850 m3)

√ -

-10. Sertifikat Pemadam Kebakaran (Fire Extinguisher Certificate) √ - -11. Sertifikat Rakit Penolong (Certificate of Inflatable Life Raft) √ -

-Sumber: Hasil Survei, 2013

agar di-up date dan EPIRB agar segera di-install.

Sementara itu, untuk mengetahui

kelengkapan sertifikat keselamatan yang

dimiliki oleh kapal penyeberangan lintas Palembang-Muntok, maka dilakukan

check list terhadap kapal tersebut. Dalam penelitian ini, KMP Kerapu merupakan salah satu kapal yang disurvei dan diketahui

bahwa sertifikat keselamatan yang dimiliki

KMP Kerapu semuanya ada, seperti data pada tabel 4.

(9)

191 Selanjutnya, untuk mengetahui

kondisi eksisting kondisi pengawasan keselamatan angkutan penyeberangan lintas Palembang-Muntok, terdapat beberapa variabel pertanyaan dalam bentuk kuesioner yang diajukan kepada responden yaitu pejabat Kesyahbandaran dan Otoritas

Pelabuhan Klas II Palembang dan Dinas Perhubungan Kota Palembang. Penyebaran kuesioner dilakukan untuk mengetahui sejauh mana nilai urgensi terhadap kondisi pengawasan keselamatan angkutan penyeberangan lintas Palembang-Muntok, seperti data pada tabel 5.

Tabel 5 Penilaian Terhadap Kondisi Pengawasan Keselamatan Angkutan Penyeberangan Lintas Palembang Muntok

No. Faktor Internal dan Eksternal

Sangat Tidak Urgen Tidak Urgen Biasa Saja Urgen Sangat Urgen Jumlah 1. Kekuatan

a. Adanya institusi pengawasan 0 0 0 3 7 10

b. Tugas pokok dan fungsi institusi pengawasan

cukup jelas 0 0 0 10 0 10

c. Tersedianya SDM pengawas yang cukup 0 0 4 6 0 10 d. Tersedia regulasi tentang keselamatan 0 0 5 0 5 10

e. Jumlah kapal yang tersedia cukup 0 0 0 4 6 10

2. Kelemahan

a. Fasilitas keselamatan yang tersedia dalam kapal

belum memadai 0 0 1 4 5 10

b. Pemeliharaan fasilitas keselamatan masih kurang 0 0 5 0 5 10 c. Standar kompetensi ABK belum seluruhnya terpenuhi 0 0 5 0 5 10

d. Umur kapal rata-rata sudah tua 0 0 0 4 6 10

e. Pengawasan keselamatan masih lemah 0 0 4 1 5 10 3. Peluang

a.

Pengawasan dilakukan sebelum kapal dibangun dengan membuat gambar bestek dan disahkan oleh Ditjen Perhubungan Laut

0 0 4 1 5 10

b.

Setelah selesai kapal dibangun dan sebelum di-operasikan untuk menyatakan laik laut dilakukan percobaan berlayar (sea trial)

0 0 2 3 5 10

c.

Pemeriksaan dilakukan secara periodik yaitu 12 bulan, 4 tahun, pemeriksaan kerusakan dilaku-kan sewaktu terjadi kerusadilaku-kan yang mempenga-ruhi kesempurnaan kapal

0 0 0 4 6 10

d. Pemeriksaan tambahan jika diperlukan 0 0 3 2 5 10 e.

Pemeliharaan oleh para awak kapal terhadap bangunan kapal yaitu mesin kapal, alat-alat keselamatan dan alat penolong lainnya

0 0 3 2 5 10

4. Tantangan

a. Kapal penyeberangan tidak boleh terlambat

sampai tujuan 0 0 1 2 7 10

b.

Tuntutan keselamatanpenumpang merupakan suatu kebutuhan, untuk itu diperlukan jaminan keselamatan

0 0 0 3 7 10

c. Cuaca sering kurang mendukung pelayaran 0 0 4 6 0 10

d. Peningkatan kompetensi ABK 0 0 4 1 5 10

e. Ketentuan nasional dan internasional harus

dipenuhi 0 0 4 1 5 10

(10)

Kinerja angkutan penyeberangan dapat diketahui dengan melihat jumlah kedatangan dan keberangkatan kapal; penumpang; dan kendaraan. Dalam hal ini, jumlah kedatangan kapal penyeberangan lintas Palembang-Muntok pada 2009 turun 12,69% dibanding 2008; yaitu dari 867 kali menjadi 757kali, dan pada 2010 naik 32,89% dibanding 2009; yaitu dari 757 kali menjadi 1.006 kali, pada 2011 meningkat 10,24% disbanding 2010; yaitu dari 1.006 kali menjadi 1.109 kali, dan pada 2012 kembali turun 2,34% dibanding 2011 yaitu dari 1.109 kali menjadi 1.083 kali.

Jumlah keberangkatan kapal penyeberangan lintas Palembang-Muntok pada 2009 turun 14,60% dibanding 2008; yaitu dari 897 kali menjadi766 kali, pada 2010 meningkat 32,89% dibanding 2009; yaitu dari 766 kali menjadi 1.043 kali, kemudian pada 2011 meningkat 6,52% dibanding 2010; yaitu dari 1.043 kali menjadi 1.111 kali, dan pada 2012 meningkat 7,92% dibanding 2011 yaitu dari 1.111 kali menjadi 1.199 kali.

Jumlah penumpang angkutan penyeberangan lintas Palembang-Muntok untuk kedatangan/tiba pada 2009 meningkat 0,89% dibanding 2008 yaitu dari 22.078 orang menjadi 22.275 orang, pada 2010 turun 1,58% dibanding 2009; yaitu dari 22.275 orang menjadi 21.924 orang, dan pada 2011 meningkat 44,48% disbanding 2010; yaitu dari 21.924 orang menjadi 31.676 orang, lalu pada 2012 turun 14,915 dibanding 2011; yaitu dari 31.676 orang menjadi 26.954 orang.

Jumlah penumpang angkutan penyeberangan lintas Palembang-Muntok untuk berangkat pada 2009 turun 17,72% dibanding 2008; yaitu dari 66.001 orang menjadi 54.305 orang, pada 2010 meningkat 16,84% dibanding 2009; yaitu dari 54.305 orang menjadi 63.452 orang, pada 2011 meningkat 10,86% dibanding 2010; yaitu dari 63.452 orang menjadi 70.346 orang, kemudian pada 2012 turun

22,85% dibanding 2011; yaitu dari 70.346 orang menjadi 54.271 orang.

Jumlah kendaraan golongan II untuk kedatangan/tiba pada 2009 turun 8,41% dibanding 2008; yaitu dari 3.938 unit menjadi 3.607 unit, pada 2010 meningkat 58,05% dibanding 2009; yaitu dari 3.607 unit menjadi 5.701 unit, pada 2011 meningkat 50,48% dibanding 2010; yaitu dari 5.701 unit menjadi 8.579 unit, pada 2012 meningkat 307,70% dibanding 2011; yaitu dari 8.579 unit menjadi 34.977 unit.

Jumlah kendaraan golongan II untuk berangkat pada 2009 turun 5,30% dibanding 2008; yaitu dari 4.701 unit menjadi 4.452 unit, pada 2010 meningkat 40,09% dibanding 2009; yaitu dari 4.452 unit menjadi 6.237 unit, pada 2011 meningkat 43,18% dibanding 2010; yaitu dari 6.237 unit menjadi 8.930 unit, dan pada 2012 meningkat 31,03% dibanding 2011; yaitu dari 8.930 unit menjadi 11.701 unit.

Jumlah kendaraan golongan IV untuk kedatangan/tiba pada 2009 turun 11,63% dibanding 2008; yaitu dari 3.164 unit menjadi 2.796 unit, pada 2010 meningkat 18,67% dibanding 2009; yaitu dari 2.796 unit menjadi 3.318 unit, pada 2011 meningkat 44,09% dibanding 2010; yaitu dari 3.318 unit menjadi 4.781 unit, dan pada 2012 turun 2,24% dibanding 2011; yaitu dari 4.781 unit menjadi 4.674 unit.

Jumlah kendaraan golongan IV untuk berangkat pada 2009 turun 34,62% dibanding 2008; yaitu dari 4.899 unit menjadi 3.203 unit, pada 2010 naik 34,09% dibanding 2009; yaitu dari 3.203 unit menjadi 4.295 unit, pada 2011 naik 38,49% dibanding 2010; yaitu dari 4.295 unit menjadi 5.948 unit, sedang pada 2012 naik 1,98% dibanding 2011; yaitu dari 5.948 unit menjadi 6.066 unit.

Jumlah kendaraan golongan V untuk kedatangan/tiba pada 2009 turun 14,68% dibanding 2008; yaitu dari 8.506

(11)

193 unit menjadi 7.257 unit, pada 2010 naik

14,98% dibanding 2009; yaitu dari 7.257 unit menjadi 8.344 unit, pada 2011 naik 2,86% dibanding 2010; yaitu dari 8.344 unit menjadi 8.583 unit, dan pada 2012 turun 6,66% dibanding 2011; yaitu dari 8.583 unit menjadi 8.011 unit.

Jumlah kendaraan golongan V untuk berangkat pada 2009 turun 21,97% dibandingkan 2008; yaitu dari 10.075 unit menjadi 7.862 unit, pada 2010 naik 21,76% dibanding 2009; yaitu dari 7.862 unit menjadi 9.573 unit, pada 2011 naik 1,87% dibanding 2010; yaitu dari 9.573 unit menjadi 9.752 unit, dan pada 2012 naik 1,51% dibanding 2011; yaitu dari 9.752 unit menjadi 9.899 unit.

Jumlah kendaraan golongan VI untuk kedatangan/tiba pada 2009 turun 56,97% dibanding 2008; yaitu dari 323 unit menjadi 139 unit, pada 2010 naik70,50% dibanding 2009; yaitu dari 139 unit menjadi 237 unit, pada 2011 naik 72,15% dibanding 2010; yaitu dari 237 unit menjadi 408 unit, dan pada 2012 turun 36,27% dibanding 2011; yaitu dari 408 unit menjadi 260 unit.

Jumlah kendaraan golongan VI untuk berangkat pada 2009 turun 25,59% dibanding 2008; yaitu dari 340 unit menjadi 253 unit, pada 2010 naik 77,87% dibanding 2009; yaitu dari 253 unit menjadi 450 unit, pada 2011 naik 29,56% dibanding 2010; yaitu dari 450 unit menjadi 583 unit, dan pada 2012 naik 6,17% dibanding 2011; yaitu dari 583 unit menjadi 619 unit.

B. Check List Sertifikat Keselamatan

KMP Kerapu dan Analisis SWOT KMP Kerapu merupakan salah satu kapal penyeberangan yang melayani lintas Palembang-Muntok, milik PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) dengan kapasitas 84 penumpang dan 18 kendaraan. Usia kapal ini sudah mencapai 33 tahun, dibuat pada 1980 di Jakarta. KMP Kerapu memiliki ukuran panjang 34,08 m, lebar

9,50 m, dan draft 2,75 m dengan tonase 288 GT dan 122 NT. Berdasarkan hasil

check list sertifikat keselamatan, KMP

Kerapu memiliki sertifikat keselamatan

sesuai dengan yang terdapat dalam form

check list. Lihat Tabel 4.

Hasil analisis SWOT-nya adalah sebagai berikut.

a. Identifikasi Faktor Internal

1. Kekuatan (Strengths): a) Adanya institusi pengawasan.

b) Tugas pokok dan fungsi institusi pengawasan cukup jelas.

c) Tersedianya SDM pengawas yang cukup.

d) Tersedianya regulasi tentang keselamatan.

e) Jumlah kapal yang tersedia cukup. 2. Kelemahan (Weaknesses):

a) Fasilitas keselamatan yang tersedia dalam kapal belum memadai.

b) Pemeliharaan fasilitas keselamatan masih kurang.

c) Standar kompetensi ABK belum seluruhnya terpenuhi.

d) Umur kapal rata-rata sudah tua.

e) Pengawasan keselamatan masih lemah.

b. Identifikasi Faktor Eksternal 1. Peluang (Opportunities):

a) Pengawasan dilakukan sebelum kapal dibangun dengan membuat gambar bestek yang disahkan oleh Ditjen Perhubungan Laut.

b) Setelah selesai kapal dibangun dan sebelum dioperasikan untuk menyatakan laik laut dilakukan percobaan berlayar (sea trial).

(12)

c) Pemeriksaan dilakukan secara periodik yaitu 12 bulan selama 4 tahun, pemeriksaan kerusakan dilakukan sewaktu terjadi kerusakan yang memengaruhi kesempurnaan kapal.

d) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan.

e) Pemeliharaan oleh para awak kapal terhadap bangunan kapal yaitu mesin kapal, alat-alat keselamatan dan alat penolong lainnya.

2. Tantangan (Threats):

a) Kapal penyeberangan tidak boleh terlambat sampai tujuan.

b) Tuntutan keselamatan penumpang merupakan suatu kebutuhan, sehingga diperlukan jaminan keselamatan.

c) Cuaca sering kurang mendukung pelayaran.

d) Peningkatan kompetensi ABK.

e) Ketentuan nasional dan internasional harus dipenuhi.

c. Penilaian Faktor Keberhasilan Berdasarkan hasil perhitungan, total nilai bobot faktor internal untuk kekuatan yang terbesar adalah jumlah kapal yang tersedia cukup (1,13) dan untuk kelemahan yang terbesar adalah umur kapal rata-rata sudah tua (1,08).

Total nilai bobot faktor eksternal untuk peluang yang terbesar adalah pemeriksaan dilakukan secara periodik yaitu 12 bulan selama 4 tahun, pemeriksaan kerusakan dilakukan sewaktu terjadi kerusakan yang mempengaruhi kesempurnaan kapal (1,12) dan untuk kelemahan yang terbesar adalah tuntutan keselamatan penumpang merupakan suatu kebutuhan, sehingga diperlukan jaminan keselamatan (1,11).

c. Faktor Kunci Keberhasilan

Proses ini sangat menentukan dalam penetapan strategi yang paling memungkinkan untuk dijalankan berkaitan dengan pengawasan keselamatan angkutan penyeberangan lintas Palembang-Muntok, sehingga peningkatan pengawasan keselamatan dapat diwujudkan. Lihat Tabel.

d. Formulasi Strategi SWOT

Jika faktor kunci keberhasilan sudah dapat dihasilkan, maka, langkah berikutnya adalah melakukan formulasi strategi SWOT yang terbagi atas gabungan strategi dari masing-masing faktor internal dan eksternal sebagai berikut:

1) Strategi S-O; yaitu jumlah kapal yang tersedia cukup, maka, pemeriksaan dilakukan secara periodik yaitu 12 bulan, 4 tahun, pemeriksaan kerusakan

Tabel 6 Faktor Kunci Keberhasilan Peningkatan Pengawasan Keselamatan Angkutan Penyeberangan Lintas Palembang-Muntok

Faktor Internal Faktor Eksternal

1. Kekuatan (Strengths) 3. Peluang (Opportunity)

Jumlah kapal yang tersedia cukup

Pemeriksaan dilakukan secara periodik yaitu 12 bulan, 4 tahun, pemeriksaan kerusakan dilakukan sewaktu terjadi kerusakan yang mempengaruhi kesempurnaan kapal

2. Kelemahan (Weakness) 4. Ancaman (Threats)

Umur kapal rata-rata sudah tua Tuntutan keselamatan penumpang merupakan suatu kebutuhan, untuk itu diperlukan jaminan keselamatan Sumber: Hasil Analisis

(13)

195 dilakukan sewaktu terjadi kerusakan

yang mempengaruhi kesempurnaan kapal.

2) Strategi S-T; yaitu jumlah kapal yang tersedia cukup, maka, tuntutan keselamatan penumpang merupakan suatu kebutuhan, untuk itu, diperlukan jaminan keselamatan.

3) Strategi W-O; yaitu umur kapal rata-rata sudah tua, oleh sebab itu pemeriksaan dilakukan secara periodik yaitu 12 bulan hingga 4 tahun, pemeriksaan kerusakan dilakukan sewaktu terjadi kerusakan yang memengaruhi kesempurnaan kapal. 4) Strategi W-T; yaitu umur kapal

rata-rata sudah tua, oleh sebab tuntutan keselamatan penumpang merupakan suatu kebutuhan, yang oleh karena itu diperlukan jaminan keselamatan, seperti terlihat pada tabel 6.

Strategi-strategi tersebut selan-jutnya dipilih untuk diterapkan dalam tahapan implementasi agar dapat menjadi faktor penentu dalam upaya peningkatan pengawasan keselamatan angkutan penyeberangan lintas Palembang-Muntok. Berdasarkan total nilai bobot (TNB) semua

strengths, weaknesses, opportunities, dan

threats, dapat dipetakan posisi kekuatan organisasi sesuai dengan letak kuadrannya, kemudian dapat ditentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan posisi/letak kuadran tersebut.

Gambar 1 menunjukkan bahwa upaya untuk meningkatkan pengawasan keselamatan angkutan penyeberangan lintas Palembang-Muntok, terletak pada Kuadran I. Hal ini berarti, pengawasan keselamatan angkutan penyeberangan lintas Palembang-Muntok memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung penyelenggaraan angkutan penyeberangan yang selamat.

Untuk itu, strategi yang dapat diimplementasikan adalah Strategi S-O. Karena jumlah kapal yang tersedia cukup, pemeriksaan dilakukan secara periodik, yaitu 12 bulan hingga 4 tahun. Pemeriksaan kerusakan dilakukan sewaktu terjadi kerusakan yang memengaruhi kesempurnaan kapal. Atas dasar analisis tersebut, pengawasan keselamatan angkutan penyeberangan lintas Palembang-Muntok adalah suatu kebutuhan yang sangat penting untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kecelakaan pada kapal penyeberangan.

C. Keselamatan Angkutan Penyebe-rangan Lintas Palembang-Muntok

Kapal penyeberangan yang melayani lintas Palembang-Muntok rata-rata berusia tua (lebih dari 15 tahun). Hal ini sangat berpengaruh terhadap keselamatan angkutan penyeberangan, karena sudah melampaui umur teknis kapal sehingga perlu pemeriksaan dan perawatan kapal yang intensif. Selain itu, pihak operator perlu melakukan peremajaan kapal untuk mendukung terwujudnya peningkatan keselamatan angkutan penyeberangan lintas Palembang-Muntok.

Kinerja angkutan penyeberangan lintas Palembang-Muntok pada

2008-2012 mengalami fluktuasi, sehingga secara umum pada tahun 2009 terjadi penurunan jumlah trip, penumpang, kendaraan golongan II, IV, V, dan VI dibanding 2008. Secara umum, pada 2010 dan 2011, terjadi peningkatan dibanding tahun sebelumnya, Gambar 1 Peta Posisi Kekuatan Formulasi

(14)

sedang pada 2012 kinerja angkutan penyeberangan mengalami kenaikan dan penurunan. Akan tetapi, untuk kedatangan/ tiba kendaraan golongan II meningkat secara

signifikan hingga mencapai 307,70% jika

dibanding 2011. Kondisi ini menunjukkan bahwa kinerja angkutan penyeberangan lintas Palembang-Muntok masih dapat ditingkatkan lagi, salah satunya dengan pengadaan kapal yang baru/peremajaan agar tercipta pelayanan yang prima untuk mendukung terwujudnya peningkatan keselamatan angkutan penyeberangan lintas Palembang-Muntok.

Selaras dengan itu, secara umum, SDM Auditor Keselamatan/Marine Inspector

yang dimiliki KSOP Klas II Palembang sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan formal Marine Inspector (90% sarjana/sederajat) maupun diklat teknis yang sudah diikuti. Untuk meningkatkan pengawasan keselamatan terhadap angkutan penyeberangan lintas Palembang-Muntok, hendaknya para

Marine Inspector diikutsertakan dalam diklat teknis yang lebih intensif lagi terkait dengan keselamatan penyelenggaraan angkutan penyeberangan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Marine Inspector

KSOP Klas II Palembang terhadap kapal penyeberangan lintas Palembang-Muntok terlihat bahwa beberapa fasilitas keselamatan kapal masih banyak yang belum terpenuhi. Hal ini harus menjadi perhatian pihak operator agar memenuhi fasilitas keselamatan kapalnya. Apabila seluruh fasilitas keselamatan kapal terpenuhi, tingkat kecelakaan kapal penyeberangan lintas Palembang-Muntok dapat diminimalisir.

Kemudian, berdasarkan hasil check list sertifikat keselamatan KMP Kerapu

setelah dilakukan pemeriksaan, diketahui

bahwa kapal ini memiliki sertifikat

keselamatan yang sesuai sebagaimana yang terdapat dalam form check list. Oleh

karena itu, untuk meningkatkan kinerja dan keselamatan KMP Kerapu dalam melayani penumpang, hendaknya dilakukan pemeriksaan kapal secara periodik.

Hasil Analisis SWOT setelah

diidentifikasi faktor internal dan eksternal

kemudian dilakukan penilaian dan pembobotan, maka total nilai bobot faktor yang tertinggi untuk faktor internal dan eksternal adalah sebagai berikut.

1. Faktor Internal, total nilai bobot faktor yang tertinggi untuk kekuatan (strengths); yaitu jumlah kapal yang tersedia cukup (1,13) dan untuk kelemahan (weakness) yang tertinggi yaitu rata-rata umur kapal sudah tua (1,08).

2. Faktor Eksternal, total nilai bobot faktor yang tertinggi untuk peluang (opportunities) adalah pemeriksaan dilakukan secara periodik yaitu 12 bulan hingga 4 tahun, pemeriksaan kerusakan dilakukan sewaktu terjadi kerusakan yang mempengaruhi kesempurnaan kapal (1,12), sedangkan untuk tantangan (threats) yang tertinggi adalah tuntutan keselamatan penumpang merupakan suatu kebutuhan, yang oleh karena itu diperlukan jaminan keselamatan (1,11).

Selanjutnya, berdasarkan total nilai bobot tertinggi, disusun peta kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan. Langkah-langkah kebijakan strategis yang diperlukan dalam rangka memaksimalkan kekuatan jumlah kapal yang tersedia, maka pemeriksaan harus dilakukan secara periodik 12 bulan hingga 4 tahun, yaitu pemeriksaan kerusakan dilakukan sewaktu terjadi kerusakan yang memengaruhi kesempurnaan kapal. Untuk mendukung kondisi tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan kapal penyeberangan secara berkala agar jika terdapat kekurangan fasilitas keselamatan dapat segera dipenuhi dan jika terdapat kerusakan agar dapat segera diperbaiki.

(15)

197 diperlukan dalam kaitan mengatasi

kelemahan adalah menjawab tantangan bahwa umur kapal rata-rata sudah tua, sehingga keselamatan penumpang menjadi prioritas. Untuk itu, diperlukan jaminan keselamatan, yang dalam kaitan ini berupa usulan diadakannya peremajaan kapal penyeberangan agar tercipta pelayanan yang prima demi teruwujud peningkatan keselamatan angkutan penyeberangan lintas Palembang-Muntok.

Simpulan

Perlu pemeriksaan dan perawatan kapal yang intensif dan periodik, yaitu 12 bulan hingga 4 tahun, sehingga terjadi peningkatan keselamatan angkutan penyeberangan lintas Palembang-Muntok.

Terkait dengan analisis SWOT, khususnya demi mengatasi kelemahan dan tantangan, perlu dilakukan peremajaan kapal penyeberangan agar tercipta pelayanan yang prima demi mendukung terwujudnya peningkatan keselamatan angkutan penyeberangan lintas Palembang-Muntok.

Daftar Pustaka

Arianto, Boedi Setio dan kawan-kawan. 2012. Evaluasi Fasilitas Keselamatan Kapal Penyeberangan di Lintas Telaga Punggur-Tanjung Uban. Jakarta: Puslitbang Perhubungan Darat dan Perkeretaapian.

Arosochi, Lasse David. 2008. Implementasi International Safety Management (ISM) Code untuk Mengatasi Kecelakaan Kapal. Jurnal Manajemen Transportasi. 9(1): 17-19.

Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan. 2011. Pedoman

Penulisan Kajian, Penelitian, dan

Studi. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan.

Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik. 2008. Analisis SWOT. h t t p : / / d a p s . b p s . g o . i d / f i l e _artikel/66/Analisis_SWOT.pdf,. [Diakses 5 Maret 2013].

[Kemenhub] Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. 2012. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 26 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan. Jakarta: Kemenhub RI.

[Kemenhub] Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Penyeberangan. Jakarta: Kemenhub RI.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2012. Pedoman Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Mutholib, Abdul dan kawan-kawan. 2012.

Kajian Fasilitas Keselamatan Kapal

Pada Lintas Penyeberangan 35

Ilir-Muntok. Jakarta: Puslitbang Per-hubungan Darat dan Perkeretaapian. [Setneg] Sekretariat Negara Republik

Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan. Jakarta: Setneg RI.

[Setneg] Sekretariat Negara Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Ling-kungan Maritim. Jakarta: Setneg RI.

[Setneg] Sekretariat Negara Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. Jakarta: Setneg RI

Rangkuti, Freddy. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad

(16)

21 Cetakan Kedelapan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Robbins, Stephen P dan Coulter, Mary. 1999. Manajemen Jilid 1. Edisi Indonesia. Jakarta: Prenhallindo. Sianipar, J.P.G dan Entang, H.M. 2003.

Teknik-teknik Analisis Manajemen. Bahan Ajar Diklatpim Tingkat III. LAN RI. Jakarta.

Supit, Hengki. 2009. Buku Pedoman Khusus Keselamatan dan Keamanan Pelayaran. Jakarta: Badan Koordinasi Keamanan Laut Republik Indonesia

Gambar

Tabel 2   Rekapitulasi Produksi AngkutanPenyeberangan  Palembang-Tanjung Kalian/Muntok (Bangka) Tahun 2008-2012
Tabel 3   Daftar Marine Inspector KSOP Klas II Palembang
Tabel 5   Penilaian Terhadap Kondisi Pengawasan Keselamatan Angkutan  Penyeberangan Lintas Palembang Muntok
Tabel 6   Faktor Kunci Keberhasilan Peningkatan Pengawasan Keselamatan  Angkutan Penyeberangan Lintas Palembang-Muntok
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kejayaan dan kegagalan sesuatu sistem maklumat dalam organisasi kesihatan perlu dipandang berat kerana ia melibatkan kos yang tinggi, masa yang banyak dan tenaga

&idak hanya +anjir Polusi pun akan berdampak akibat adanya pembangunan sebuah Mall diantaranya Polusi $dara. "etelah adanya pembangunan Mall otomatis )ilayah tersebut akan

Semua fungsi terdahulu tidak akan efektif tanpa adanya fungsi pengawasan, atau sekarang banyak digunakan istilah pengendalian. Pengawasan dapat dianggap sebagai

#inyal analog adalah sebuah kontinyu sinyal untuk waktu yang berbeda-beda, itur  variabel dari sinyal adalah representasi dari beberapa waktu lain yang

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh Bauran Pemasaran yaitu Produk, Harga, Tempat, dan Promosi terhadap volume penjualan sepeda motor pada PT.. Sarana Niaga

Ada juga pihak yang lebih ekstrim lagi memprediksi bahwa pada kurun waktu tertentu, orang tidak akan datang lagi ke perpustakaan karena merasa cukup melakukan akses

Tahap Observasi Tahapan ini terdiri dari proses pengumpulan data dan mencatat segala kegiatan pada saat pelaksanaan pembelajaran variasi gerak dasar permainan bola voli melalui

Abu Limbah Batu Bara”. Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan program studi S-1 pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik