• Tidak ada hasil yang ditemukan

“ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR BAGI NASABAH WANPRESTASI DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN NASABAH (Studi Pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Teluk Betung Bandar Lampung)”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "“ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR BAGI NASABAH WANPRESTASI DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN NASABAH (Studi Pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Teluk Betung Bandar Lampung)”"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memproleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Dalam Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam

Oleh: Lenza Nani NPM: 1451020068

Program Studi: Perbankan Syariah

FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG 1439 H / 2018 M

(2)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memproleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.)

Dalam Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam

Oleh:

Lenza Nani

NPM: 1451020068

Program Studi: Perbankan Syariah

Pembimbing 1 : H. Supaijo, S.H., M.H. Pembimbing II : Deki Firmansyah, S.E., M.Si.

FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG 1439 H / 2018 M

(3)

ii

pembiayaan yang dimana risiko tersebut harus diminimalisir demi mendapatkan keuntungan yang maksimal. Akibat dari wanprestasi itu biasanya dapat dikenakan

ta’zir, pembatalan kontrak, peralihan resiko, maupun membayar perkaranya.

Ta’zir diberlakukan oleh bank syariah dalam upaya mencegah nasabah yang lalai

akan kewajibannya. Karena dapat mengganggu kinerja bank dan berpengaruh langsung pada liquiditas dan cash flow bank syariah mandiri. Dalam penerapan

ta’zir ada beberapa masalah yang dihadapi oleh bank, yaitu bagaimana bank

syariah mengetahui bahwa nasabah tersebut benar-benar lalai dalam melaksanakan kewajiban padahal dia mampu dan nasabah yang cidera janji dan usahanyapun sedang merosot sehingga menurut fatwa DSN tidak berhak dikenakan ta’zir.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana penerapan ta’zir bagi nasabah wanprestasi dalam meningkatkan kedisiplinan di Bank Syariah Mandiri dan bagaimana pengelolaan dana ta’zir pada Bank Syariah Mandiri Teluk Betung. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaiaman penerapan ta’zir bagi Nsabah Wanprestasi dalam meningkatkan kedisiplinan. di bank syariah mandiri dan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan dana ta’zir pada bank syariah mandiri. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Metode yang digunakan adalah metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisa dalam pembahasan ini adalah analisa data deskriptif-kualitatif.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam penerapan ta’zir Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Teluk Betung menerapkan ta’zir kepada nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dengan sengaja dan nasabah yang tidak mempunyai itikad baik apabila mengalami keterlambatan membayar. Untuk kriteria nasabah yang mampu yaitu terpenuhinya angsuran pokok dan bagi hasil, sedangkan untuk kriteria tidak mampu adalah keuntungan berkurang dan ansuran mengalami keterlambatan. Adapun tindakan yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri dalam mengatasi nasabah yang menunda-nunda pembayaran atau wanprestasi yaitu dengan cara memberika Surat Peringatan I kepada nasabah dan jika nasabah tidak mau membayar maka pihak bank akan memberika Surat Peringatan II. Apabila nasabah tetap tidak mau membayar maka pihak bank akan memberikan Surat Peringatan III. Besarnya ta’zir yang diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri yaitu 5% perbulan. Dana ta’zir tersebut bukan merupakan pendapatan bank melainkan dana ta’zir tersebut disalurkan kedalam bentuk dana sosial. Penyaluran dana tersebut harus habis dalam jangka satu tahun.

(4)
(5)
(6)

v                                 

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh

dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu

(QS. An-Nisa’ : 29)1

1

(7)

vi

hidayah-Nya, sebagai bukti dan hormat serta kasih sayang saya persembahkan karya tulis yang sederhana ini untuk:

1. Kedua Orang Tua saya Ayahanda Abdul Roni dan Ibunda Zanna Riah yang ku hormati dan ku banggakan. Tiada henti memberikan dukungan cinta kasih sayang nya dengan sepenuh hati merawat, membesarkan, memberi pengajaran hidup yang luar biasa dan selalu mendoakan ku agar senantiasa dalam jalan-Nya semoga selalu dalam lindungan Allah SWT dan keberkahan dalam setiap langkahnya.

2. Keluarga ku Kakak Alkat Wahyuni dan Adik Elvia Rozana yang selalu mendoakanku, memotivasiku, serta memberikan senyum semangat yang sangat berarti bagi ku dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Almamaterku tercinta tempat ku menimba ilmu pengetahuan, UIN Raden Intan Lampung, semoga makin sukses, berkualitas dan selalu berjaya.

(8)

vii

anak dari pasangan Bapak Abdul Roni dan Ibu Zanna Riah.

Pendidikan formal yang pernah penulis tempuh SD N 1 Malaya Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Barat, lulus pada tahun 2008. Kemudian penulis melanjutkan ke jenjang SLTP di SMP N 3 Lemong, lulus pada tahun 2011. Setelah lulus dari bangku SLTP, penulis melanjutkan pendidikan kejenjang SLTA di SMA N 1 Lemong, lulus pada tahun 2014. Dan pada tahun 2014 penulis melanjutkan program stara satu (SI) Perbankan Syariah di Universitas Islam Negri Raden Intan Lampung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

(9)

viii

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas segala kemudahan, pertolongan, kasih sayang, serta anugrah yang tak terhingga dapat menyelesaikan skripsi ini, serta shalawat dan pujian kepada Nabi besar Muhammad SAW. Yang telah memberikan contoh akhlakul kharimah bagi seluruh muslim diseluruh penjuru dunia.

Terwujudnya skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi Program Perbankan Syariah SI pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Intan Lampung, dengan judul “Analisis Pengelolaan Dana Ta’zir Bagi Nasabah Wanprestasi Pada PT Bank Syariah Mandiri KCP Teluk Betung Bandar Lampung” ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik petunjuk maupun saran, langsung maupun tidak langsung terutama dilingkungan Universitas Islam Negri Raden Intan Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan mengingat keterbatasan penulis dalam hal pengetahuan, kemampuan, pengalaman dan juga waktu. Namun inilah yang terbaik yang dapat penulis lakukan dan semoga skripsi ini dapat menfaat bagi semua pihak. Kritik dan saran sangat membangun sangat diharapkan bagi penyempurnaan skripsi ini. Dalam kesempatan kali ini penulis ini menyampaikan ucapan terima kasih yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada:

(10)

ix

Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Intan Lampung.

3. Bapak H. Supaijo, S.H., M.H., selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan banyak waktunya untuk memberikan arahan serta kesabarannya dengan sangat baik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak Deki Firmansyah, S.E., M.Si., selaku pembimbing II yang telah dengan sabar dan penuh perhatian meluangkan banyak waktu untuk memberikan arahan serta kesabarannya dengan sangat baik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Intan Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama studi.

6. Sababat-sahabat ku yang super Evi Safitri, Nining Herawati, dan Kamila Sari, yang senantiasa berbagi suka duka, kebahagiaan kesusahan, semangat pantang menyerah dan dukungan hebatnya untuk menyelesaikan skripsi ini. 7. Teman-teman seperjuangan Yuyun Windiyani, Nopri Dwi Saputri, Dani

Saifuddin, Elya Nopitri, Siti Anggi Fitri, Sinta Alvionita Seluruh teman PS A angkatan 2014. Teman KKN Klp 98 Bumi Restu. Terima kasih atas segala bentuk bantuan kalian dan motivasinya selama ini. Semoga kita menjadi alumni yang bermanfaat bagi agama dan bangsa.

(11)

x

ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca pada nantinya.

Bandar Lampung, Mei 2017

Lenza nani

(12)

xi

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul ... 1

B. Alasan Memilih Judul ... 2

C. Latar Belakang Masalah ... 3

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

F. Penelitian Terdahulu ... 11

G. Metodelogi Penelitian ... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan ... 19

1. Pembiayaan dengan prinsip Jual-Beli ... 20

2. Pembiayaan dengan prinsip sewa ... 23

3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil ... 24

4. Pembiayaan dengan akad pelengkap ... 25

B. Ta’zir (Denda) ... 28

1. Pengertian Ta’zir ... 28

2. Landasan Hukum ... 29

3. Tujuan Dan Syarat-Syarat Sanksi Ta’zir ... 31

4. Pengelolaan Dana Ta’zir (Dana Non Halal) ... 32

C. Nasabah ... 34

1. Pengertian Nasabah ... 34

2. Macam-Macam Nasabah ... 35

D. Wanprestasi ... 36

1. Pengertian Wanprestasi ... 36

(13)

xii

2. Tujuan Kedisiplinan ... 40

3. Macam-Macam Kedisiplinan ... 41

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Tinjauan Umum Tentang Bank Syariah Mandiri ... 39

1. Sejarah Berdirinya BSM ... 39

2. Struktur Ortganisasi ... 42

3. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri ... 50

B. Produk-Produk Pembiayaan Bank Syariah Mandiri ... 52

1. Produk-Produk Pembiayaan Bank Syariah Mandiri ... 52

2. Faktor-faktor yang menjadi Pertimbangan Bank Syariah Mandiri dalam Penyaluran Pembiayaan ... 55

C. Penerapan Ta’zir Bagi Nasabah Wanprestasi ... 60

D. Pengelolaan Dana Ta’zir ... 62

E. Pelayanan Khusus kepada Nasabah Wanprestasi ...63

F. Tindakan Penyelesaian Kredit Macet pada Bank Syariah Mandiri ... 64

BAB IV ANALISIS DATA A. Penerapan Ta’zir Bagi Nasabah Wanprestasi Pada Bank Syariah Mandiri ... 66

B. Pengelolaan Dana Ta’zir di Bank Syariah Mandiri ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiii

Tabel

1. Laporan Keuangan Triwulan (Dalam Persense ... 3 2. Pembiayaan Pada Bank Syariah Mandiri Per Bulan Desember 2017 ... 6 3. Tingkat Pembayaran Pada Bank Syariah Mandiri Per Desember 2017 ... 62

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul

Sebelum penulis menguraikan pembahasan lebih lanjut, terlebih dahulu akan dijelaskan istilah dalam penelitian ini untuk menghindari kekeliruan bagi pembaca. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahan tersebut diperlukan adanya pembatasan terhadap arti kalimat dalam penelitian ini, dengan harapan memperoleh gambaran yang jelas dari makna yang dimaksud. Adapun judul skripsi ini adalah “ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR BAGI NASABAH WANPRESTASI DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN (Studi pada PT. Bank Syariah Mandiri KCP. Teluk Betung Bandar Lampung)”

1. Analisis adalah proses dimana penguraian suatu pokok atas berbagai bagian itu untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.1

2. Pengelolaan adalah suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam melakukan tujuan tertentu.

3. Dana adalah uang yang disediakan untuk suatu keperluan.

4. Ta‟zir yaitu berakar dari kata „azzara yang secara arti kata mengandung

arti membantu, membantu menghindarkan dari suatu yang tidak

1

(16)

menyenangkan; membantu melepaskan diri dari kejahatan; membantu keluar dari kesulitan.2

5. Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai dalam kewajiban.3

6. Kedisiplinan adalah merupakan sebuah rasa taat dan patuh kepada nilai yang dipercaya yang menjadi tanggung jawabnya.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dijelaskan bahwa maksud dalam pembahasan penelitian ini adalah mengetahui cara pengelolaan dana ta‟zir bagi nasabah wanprestasi dalam meningkatkan kedisiplinan nasabah pada PT Bank Syariah Mandiri.

B. Alasan Memilih Judul

Alasan-alasan yang mendorong penulis memilih judul ini adalah: 1. Alasan Objektif

Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini merupakan permasalahan dalam kegiatan penyaluran produk pembiayaan Bank Syariah khususnya kepada nasabah yang mengalami wanprestasi, sehingga nasabah harus dikenakan ta‟zir. Berdasarkan data statistik otoritas jasa keuangan (OJK) laporan kinerja keuangan net ferforming financing (NPF) dari empat bank syariah, bank syariah mandiri merupakan bank yang mengalami tingkat pembiayaan bermasalah tertinggi. Tingginya jumlah nasabah wanprestasi pada bank syariah mandiri khususnya di bank syariah mandiri KCP Teluk Betung yang mencapai sebesar 39 orang. Nasabah wanprestas di Bank Syariah Mandiri disebabkan oleh beberapa faktor

2

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, cet.I, (Bogor: Prenada Media, 2003), h. 321. 3

Abdul R Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, cet.VI (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 47.

(17)

antara lain dari sisi debitur yaitu adanya itikad tidak baik, menurunnya usaha debitur, pengeolaan usaha yang kurang maksimal, dan penggunaan pembiayaan tidak sesuai dengan tujuan semula. Dari sisi eksternal dapat berupa force majeur, perubahan kebijakan pemerintahan yang dapat berupa peraturan perundangan dan lain sebagainya.

2. Alasan Subjektif

Secara subjektif, permasalahan dalam judul penelitian ini relevan dengan bidang keilmuan yang penulis tekuni di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Adanya referensi yang mendukung sehingga dapat mempermudah penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

C. Latar Belakang Masalah

Pemenuhan kebutuhan hidup secara cepat telah mendorong dan membuka peluang bagi manusia untuk melakukan kegiatan bisnis. Aktivitas bisnis itu sendiri diwarnai oleh berbagai bentuk hubungan bisnis atau kerjasama bisnis yang melibatkan para pelaku bisnis. Kebutuhan tersebut dapat disediakan oleh lembaga perbankan melalui fasilitas pembiayaan. Kegiatan pembiayaan (financing) merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit.4

Dalam dunia perekonomian modern bank merupakan alat yang vital, tanpa lembaga bank perekonomian tidak akan lancar. Islam adalah agama

4

Fordebi, Adesy. Ekonomi dan Bisnis Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), h.32.

(18)

yang mengatur umatnya dalam kehidupan dunia dan akhirat demi kemaslahatan termasuk didalamnya kemaslahatan perekonomian. Maka kedudukan bank dalam islam merupakan salah satu bentuk perekonomian yang dianjurkkan oleh islam, yaitu membentuk salah satu alat vital perekonomian modern.5

Awal mula berkembangnya bank syariah di Indonesia pada tahun 1991 yaitu UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, yang antara lain menyebutkan di mungkinkannya berdiri bank dengan sistem bagi hasil. UU itu menjadi dasar berdirinya bank muamalat Indonesia. Kemudian UU itu diperbaiki dengan UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang memeberi peluang diterapkannya dual banking sistem dalam perbankan nasional ini.6

Dimulai dari sinilah banyak bermunculan lembaga-lembaga keuangan yang menggunakan prinsip syariah. Mengingat banyaknya masyarakat Indonesia yang notabennya beragama islam. Sehingga memiliki cakupan pasar yang amat luas apabila mengembangkan lembaga keuangan yang berbasis syariah.

Dengan diberlakukannya undang-undang No 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah yang dikeluarkan pada tanggal 16 juli 2008, maka perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia semakin mendorong dengan adanya landasan hukum yang memadai dan secara tidak langsung

5

Hendi Suhendi, fiqh Muamalat, cet.VI, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h. 287. 6Naf‟an,

Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah, cet.I, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h.16-17.

(19)

akan perpengaruh terhadap pertumbuhan bank-bank syariah di indonesia. Pada dasarnya bank syariah dan bank konvesional memiliki fungsi yang sama yaitu, menghimpun dana (funding), menyalurkan dana (financing), dan melayani produk jasa (service). Yang membedakannya ialah pada bank syariah tidak menggunakan sistem riba. Dalam menghimpun dana masyarakat bank syariah banyak menggunakan akad wadi‟ah yad dhamanah. Pada prinsipnya wadi‟ah yad dhamanah harta titipan boleh dimanfaatkan kepada pihak yang dititipi, tetapi pihak yang dititipi bertanggung jawab penuh atas keutuhan harta yang dititipi sewaktu-waktu orang yang menitipi mengambil hartanya kembali. Kemudian bank syariah juga menggunakan akad mudharabah, baik mudharabah mutlaqah ataupun muqayyadah.

Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi kedalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: Pembiayaan dengan prinsip jual-beli, Pembiayaan dengan prinsip sewa, Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, Pembiayaan dengan akad pelengkap.7 Berikut data jumlah nasabah pembiayaan di BSM Teluk Betung sebagai berikut:

7

Adiwarman A. karim, Bank islam dan Analisis Keungan, cet.VIII(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013), h. 97.

(20)

Tabel 1.2

Pembiayaan Pada Bank Syariah Mandiri Per Bulan Desember 2017 No Nama Produk Jumlah

Nasabah Kredit Lancar Kredit Kurang Lancar Kredit Diraguka n Kredit Macet 1 Mudharabah 10 8 1 1 3 2 Musyarakah 8 5 2 1 1 3 Murabahah 200 170 8 7 15 4 Istishna - - - - - 5 Ijarah - - - - - 6 Qord - - - - - Jumlah 218 183 11 9 19

Suber: PT. Bank Syariah Mandiri Teluk Betung.

Dengan begitu banyak nasabah yang dikenakan ta‟zir (denda) pada akad pembiayaan karena nasabah kurang lancar 11, diragukan 9, dan macet 19. Nasabah sering tidak membca isi surat perjanjian pada awal perjanjian. Sehingga nasabah tidak mengetahui besarnya ta‟zir (denda). Bank terkadang sudah menjelaskan isi perjanjian, tapi hanya besar angsuran, keuntungan dan nisbahnya saja. Kadang nasabah juga ingin cepat selesai kepentingannya sehingga nasabah menyetujui perjanjian tanpa membaca dahulu.

Gagal bayar atau wanprestasi merupakan risiko yang dialami bank syariah dalam melakukan pembiayaan yang dimana risiko tersebut harus diminimalisir demi mendapatkan keuntungan yang maksimal. Akibat dari

(21)

wanprestasi itu biasanya dapat dikenakan ta‟zir (denda), pembatalan kontrak, peralihan resiko, maupun membayar biaya perkaranya.

Berikut ini laporan keuangan publikasi triwulan perhitungan rasio keuangan beberapa bank umum syariah:

Adapun seorang debitur yang dapat dikatakan telah melakukan wanprestasi ada 4 macam yaitu:

a. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali.

b. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak sebagai mana mestinya. c. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat pada waktunya.

d. Debitur memenuhi prestasi, tetapi melakukan yang dilarang dalam perjanjian.8

Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negative terhadap pendapatan dan permodalan bank. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindarkan, tetapi dapat dikelola dan dikendalikan.9 Dalam mengendalikan risiko nasabah yang gagal bayar atau menunda-nunda pembayaran maka bank menerapakan denda yang dikenal dengan ta‟zir.

Walaupun telah diatur dalam fatwa DSN No:17/DSN-MUI/IX/2000 Tentang SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG

8

Abdul R Saliman, Op.Cit., h. 60. 9

(22)

NUNDA PEMBAYARAN, Dari fatwa ini yang menjadi landasan hukum bagi bank syariah ataupun lembaga keuangan yang berbasis syariah dalam menerapkan ta‟zir apabila nasabah pembiayaan terjadi wanprestasi atau gagal bayar. Dalam fatwa tersebut sudah dijelaskan bahwa dana ta‟zir akan diperuntukan hanya sebagai dana sosial karena, dana tersebut bukan termasuk pendapatan bank.

Pada penelitian ini, peneliti ingin mencoba menelusuri bagaimana bank menentukan kriteria dalam menetukan mana nasabah yang layak dikenakan

ta‟zir atau setiap nasabah yang gagal bayar pasti akan dikenakan denda

(ta‟zir) serta bagaimana pengelolaan dana ta‟zir. Ta‟zir diberlakukan oleh

bank syariah dalam upaya mencegah nasabah yang lalai akan kewajibannya. Karena dapat mengganggu kinerja bank dan berpengaruh langsung pada liquiditas dan cash flow bank syariah mandiri.

Dalam penerapan ta‟zir ada beberapa masalah yang dihadapi oleh bank, yaitu bagaimana bank syariah mengetahui bahwa nasabah tersebut benar-benar lalai dalam melaksanakan kewajiban padahal dia mampu dan nasabah yang cidera janji dan usahanya pun sedang merosot sehingga menurut fatwa DSN tidak berhak dikenakan ta‟zir. Sehungan dengan uraian diatas, maka dalam penyusunan skripsi ini penulis mengambil judul “ANALISIS PENGELOLAAN DANA TA’ZIR BAGI NASABAH WANPRESTASI DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN (Studi pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang. Teluk Betung Bandar Lampung)”

(23)

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ingin diteliti sehingga memepermudah penulis dalam penyusunan. Maka dirimuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan ta‟zir bagi nasabah wanprestasi dalam meningkatkan kedisiplinan di Bank Syariah Mandiri?

2. Bagaimana pengelolaan dana ta‟zir pada Bank Syariah Mandiri?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan ta‟zir dalam meningkatkan kedisiplinan di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Teluk Betung. b. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan dana ta‟zir pada Bank

Syariah Mandiri Kantor Cabang Teluk Betung. 2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Secara Teoritis

Secara teoritis, penelitian yang penulis lakukan memberikan penambah ilmu pengetahuan bagi penulis sendiri, dan dalam bidang ilmu pengetahuan dapat pula memecahkan atau mencari solusi dari suatu permasalahan yang ada.

(24)

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat untuk penulis dan masyarakat khususnya bagi penulis akan lebih memudahkan jika suatu waktu berhadapan dengan persoalan yang menyangkut perbankan syariah. Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman bagi penulis sebagai modal untuk bekerja dengan baik di masa mendatang.

F. Tinjauan Pustaka

Dari penelitian ini penulis menemukan beberapa sumber kajian lain yang telah lebih dahulu membahas terlebih dahulu membahas terkait dengan pengelolaan dana ta‟zir diantaranya adalah sebagai berikut:

Penelitian Firmansyah Wahyudi yang berjudul “Penerapan Ta‟zir (Denda) dan Ta‟widh (Ganti Rugi) Dalam Sistem Perbankan Syariah”. Menyebutkan bahwa tujuan penerapan ta‟zir adalah untuk memberikan asas maslahat bagi pihak yang berteransaksi baik dari segi pendisiplinan nasabah maupun memberikan kepastian hukum bagi perkembangan siklus dan kinerja bank syariah.dalam hal para pihak tidak bisa memenuhi prestasinya karena posisi Face Majeur (Overmacth), maka pihak tersebut tidak bisa dikenakan

ta‟zir dibebaskan jika keadaan memaksa relatif hanya diberikan penundaan

waktu, jika keadaan tersebut kembali normal pihak debitur dituntut kembali memenuhi pretasinya. penelitian ini menggunakan data primer dan skunder dan teknik analisis kualitatif deskriptif.10

10Wahyudi Firmansyah. Penerapan Ta‟zit (Denda) dan Ta‟widh (Ganti Rugi) Dalam Sistem Perbankan Syariah. Skripsi (UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, 2015)

(25)

Penelitian Anisa Herlina yang berjudul “Pengelolaan Hasil Ta‟zir dan

Ta‟widh Pada Produk Pembiayaan Musyarakah Mutanaqishah di BRI

Syariah KCP Cijerah (Studi Kasus Pada Laporan Pengelolaan dan Penerimaan Ta‟zir dan Ta‟widh pada Produk Pembiayaan Musyarakah Mutanaqishah di BRI Syariah KCP Cijerah”. Menyebutkan bahwa tentang pengelolaan dana ta‟zir yang diperuntukan untuk kegiatan sosial telah sesuai dengan fiqih muamalah namun ada sedikit kesalahan dalam penempatan dana

ta‟zir, sedangkan untuk pengelolaan ta‟widh belum sepenuhnya sesuai

dengan fiqih muamalah dan peraturan yang terkait dengan ta‟widh. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian lapangan dengan metode kualitatif deskriptif. 11

Penelitian Sri Mulyani yang berjudul “Penerapan Ta‟zir (Denda) Pada Akad Pembiayaan Murabahah Dalam Persepektif DSN-MUI No. 17 (Studi Kasus di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Dana Mulya Surakrta”. Menyebutkan bahwa BPRS Dana Mulia mengenakan ta‟zir sebesar 5% yang mengalami keterlambatan membayar angsuran. Pihak bank hanya menerapkan kepada nasabah yang mampu membayar atau menunda-nunda pembayara dan bagi nasabah yang ingkar janji. BPRS Dana Mulia juga memberikan kelonggaran waktu untuk nasabah agar bisa melunasi utangnnya tetapi jika kesempatan itu nasabah tetap tidak datang kebank membayar utangnya maka bank terpaksa akan melakukan eksekusi jaminan. Metode

11Anisa Herlina. Pengelolaan Hasil Denda Ta‟zir dan Ta‟widh Pada Produk Pembiayaan Musyarakah Mutanaqishah di BRI Syariah KCP Cijerah (Studi Kasus Pada Laporan Pengelolaan dan Penerimaan Denda Ta‟zir dan Ta‟widh pada Produk Pembiayaan Musyarakah Mutanaqishah di BRI Syariah KCP Cijerah, (Universitas Islam Bandung, 2017).

(26)

yang digunkana dalam penelitiaan adalah penelitian lapangan dengan metode kualitatif deskriptif.12

Penelitian Yetty Nur Indah Sari yang berjudul “Denda (Ta‟zir)

Murabahah Dalam Pandangan Ekonomi Islam (Studi Kasus di Bank Syariah

Mega Indonesia). Menyebutkan bahwa Di BSMI dana ta‟zir tidak diambil dan dipergunakan oleh bank melainkan ditampung dalam suatu pos atau rekening yaitu, dana non halal atau dana sosial yang setiap bulannya akan dilimpahkan atau dihibahkan bahkan kepada amil zakat untuk dipergunakan membantu fakir miskin dan membangun sarana prasarana umum. Dengan BSMI sudah mengikuti prosedur atau peraturan yang ditetapkan oleh DSN-MUI No. 17 Tahun 2000. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian lapangan dengan metode kualitatif deskriptif.13

Penelitian Nurhadi Yang berjudul “Penerapan Biaya Denda (Ta‟zir) Pada Akad sewa menyewa dilihat dari persepektif Hukum Islam”. Menyatakan bahwa Apabila dalam akad sewa pihak penyewa melakukan cidera janji dalam pengembalian atau kelalaian dalam merawat barang sewa maka pihak rental melakukan penerapan biaya denda atas hal tersebut per- jam nya dari harga sewa mobil untuk keterlambatan, sedangkan untuk kelalaian penjagaan barang atau kerusakan maka di tanggung oleh kedua belah pihak sesuai dengan kesepakatan. Cara perhitungan biaya ta‟zir yang harus dibayar kepada pihak rental yang di sebabkan oleh penyewa barang yaitu harga sewa mobil di

12Sri Mulyani. Penerapan Ta‟zir (Denda) Pada Akad Pembiayaan Murabahah Dalam Persepektif DSN-MUI No. 17 (Studi Kasus di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Dana Mulya Surakrta.Skripsi (IAIN Surakarta, 2017)

13Yetty Nur Indah Sari, Denda (Ta‟zir) Murabahah Dalam Pandangan Ekonomi Islam (Studi Kasus di Bank Syariah Mega Indonesia),Skripsi (UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, 2008)

(27)

bagi 10% di kali kan jam keterlambatan. Sedangkan untuk biaya kerusakan barang maka biaya di tanggung oleh kedua pihak dengan kesepakan bersama. Penelitian ini menggunakan data skunder dan teknik analisis kualitatif deskriptif.14

E. Metodelogi Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data tujuan dan kegunaan.15

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian penulis menggunakan metode pendekatan penelitian secara kualitatif. Metode adalah metode penelitian yang berlandasan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. Penelitian bersifat kualitatif ini hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi.16

2. Sumber Data

Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini akan menggunakan data sebagai berikut : a. Data Primer Merupakan data yang diperoleh oleh peneliti dari sumber

asli.17 Dalam penelitian ini penulis mendapat data primer dari lapangan, yaitu: data yang diambil langsung dari pihak bank dan memberikan

14

Nurhadi, Penerapan Biaya Denda (Ta‟zir) Pada Akad sewa menyewa dilihat dari persepektif Hukum Islam, Skripsi (IAIN Tulung Agung, 2015)

15

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif DAN R&D cet.XXII, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 2.

16

Ibid., h. 9. 17

Muhammad, Metode Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), h.102.

(28)

beberapa pertanyakan langsung yang diajukan oleh peneliti kepada karyawan bank

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua. Purwanto dalam buku Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian mengartikan bahwa data sekunder sebagai data yang dikumpulkan oleh orang atau lembaga lain.18

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.19 Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh karyawan yang ada di bank syariah mandiri Teluk Betung yang berjumlah 29 orang.

b. Sampel

Sampel adalah bagian suatu objek yang mewakili populasi. Adapun pengambilan harus sesuai dengan kualitas dan karakteristik suatu populasi. Cara pengambilan sampel yakni apabila subjek kurang dari 100 lebih baik sampel setengah dari jumlah populasi. Selajutnya jika subjek lebih dari 100 maka lebih baik sampel diambil antara 10%-15%

18

Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 23

19

(29)

atau 20%-25% dari jumlah total populasi.20 Jadi dari jumlah populsi yang ada akan diambil sampel sebesar 10% dari total populasi.

Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah

purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengmbilan

sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu dalam artian orang atau narasumber tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.21 Penentuan Sampel dalam penelitian ini yaitu bagian Branc Manager, Branch Operational & Service Manager dan Micro Banking Manager. 4. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penelitian Lapangan (field research)

1) Observasi adalah metode pengumpulan data dengan melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung dilapangan atau dilokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada dilapangan. Penemuan ilmu pengetahuan selalu dimulai dengan

20

Suharsimi Arikunto, Op.Cit., h. 270. 21

(30)

observasi dan kembali kepada observasi untuk membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan tersebut.22

2) Wawancara (Interview) merupakan salah satu cara pengumpulan data dengan jalan komunikasi (lisan) antara peneliti dengan responden, yakni melalui kontak dan hubungan pribadi. Komunikasi tersebut dilakukan secara langsung dengan cara face to face, artinya antara peneliti berhadapan langsung, maupun tidak langsung (atau via telepon) untuk menanyakan secara lisan23

3) Dokumentasi dalah mengumpulkan data melalui data yang tersedia, biasanya berbentuk surat, catatan harian, cendra mata, laporan, artefak, foto. Atau dokumentasi adalah kumpulan fakta dan data yang tersimpan dalam bentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Data ini bersifat takterbatas pada ruang dan waktu.24 Studi dokumentasi merupakan metode pelengkap dari penggunaan metode obsevasi dan wawancara. Hasil penelitian observasi dan wawancara akan lebih kredibel jika didukung oleh sejarah pribadi, atau bentuk lain dari metode observasi.25

b. Penelitian Perpustakaan (library reseach), penelitian kepustakaan adalah pengumpulan data dan informasi dengan bantuan berdagai macam materi yang terdapat dalam ruang lingkup kepustakaan.26 Yang

22

Ibid., h. 154 23

Afifi Fauzi Abbas, Metodologi Penelitian, (Ciputat: Adelina Bersaudara, 2010 ), h.140-141

24

Juliyansyah Noor, Metode Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2011), h.141 25

Sugiyono, Op.Cit., h. 82 26

(31)

dimaksud dengan penelitian kepustakaan adalah penelitian dengan membaca, menelaah dan mencatat bahan dari berbagai literature dengan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian.

5. Teknik Pengolahan Data

Menurut Kartini Kartono pengolahan data berarti menimbang, menyaring, mengatur dan mengklasifikasikan. Menimbang dan menyaring data ialah benar-benar memilih secara hati-hati dan relevan yang tepat, dan berkaitan dengan masalah yang tengah diteliti. Mengatur dan mengklasifikasikan ialah menggolongkan, menyusun menurut aturan tertentu.27

6. Ananlisis Data

Analisis data adalah peroses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.28

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis kualitatif. Yaitu dengan cara menurutkan dan menguraikan serta menjelaskan data yang terkumpul, metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan

27

Kartini Kartono, Pengentar Metodologi Research, Alumni, Bandung, 1998, h. 78. 28

(32)

murabahah dan bagaimana bank menangani permasalahannya. Data hasil analisis tidak menggunakan angka-angka, tetapi dideskripsikan berdasarkan data hasil wawancara dan observasi. Setelah itu data yang diperoleh dari wawancara, dan observasi dirangkum, memilih hal-hal yang pokok serta memfokuskan pada hal-hal yang penting. Kemudian datadisajikan sehingga memudahkan untuk merencanakan kerja selanjutnya. Langkah berikutnya data dianalisis dan ditarik kesimpulan.

(33)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Pembiayaan

Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;

2. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk iajarah muttahiya bittamlik;

3. Transaksi jual beli dalam bentuk pitutang murabah, salam, dan istisna; 4. Transaksi pinjam memijam dalam bentuk piutang qordh; dan

5. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah dan/atau Unit Usaha Syariah dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersbut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujroh, tanpa imbalan, atau bagi hasil.29

Adapun sifat dan kegunaannya pembiyaan dapat dibagi dalam:

a. Memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis dipakai untuk memenuhi, kebutuhan, dan

29

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, cet.I, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2014), h.40-41

(34)

b. Produk dalam bentuk yang luas, yaitu untuk meningkatkan usaha baik produksi, perdagangan maupun investasi.30

Dalam menyalurkan dananya kepada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi kedalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaan, yaitu:31

1. Pembiayaan Dengan Prinsip Jual beli

Perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti al-Bai‟, al-Tijarah

dan al-Mubadalah.32 Menurut istilah terminologi yang dimaksud sebagai

jual beli ialah menukar barang dengan barang, barang dengan uang, dengan cara melepaskan hak dari yang satu kepeda yang lain dengan cara saling rela atau ridho antara kedua belah pihak. Prinsip jula beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer 0f property). Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.33

Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan pada waktu pembayaran dan penyerahan barangnya kepada pembeli.

30

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, cet.V, (Jakarta: PrenadaMedia Group,2015), h. 335.

31

Adiwarman A. Kariam, Op.Cit., h. 97 32

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah DiBank Syariah,, cet.I, (Jakarta: RajaGravindo Persada, 2008) h. 47

33

(35)

a. Pembiayaan Murabahah

Jual-beli merabahah termasuk transaksi yang dibolehkan dalam syariat. Murabahah adalah menjual barang dengan harga jelas sehingga boleh dipraktiakan kedalam jual-beli.34

Murabahah (al-bai‟ bitsaman ajiil), lebih dikenal dengan murabah

saja. Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual-beli dimana bank menyebutkan jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok di tambah keuntungan (marjin).35

b. Pembiayaan Salam

Akad salam atau salaf adalah penjualan sesuatu yang akan datang dengan imbalan sesuatu yang sekarang, atau menjadi sesuatu yang dijelaskan sifatnya dalam tanggungan.36

Salam adalah transaksi jual beli dimana barang diperjual belikan belum ada. Oleh karena itu, harga diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli.

34

Atang Abd, Hakim. Fiqih Perbankan Syariah, cet.I, (Bandung: PT Refika Aditama,2011), h.225.

35

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, cet.V, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2015), h. 81-82

36

(36)

Ijon, namun dalam transaksi ini kualitas, harga dan waktu. Penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.37

c. Pembiayaan Istisna’

Istishna‟ didefinisikan sebagai akad meminta seorang untuk

membuat sebuah barang tertentu dalam bentuk tertentu atau dapat diartikan sebagai akad yang dilakukan dengan seorang untuk membuat sebuah barang tertentu dalam tanggungan.38

Akad ini menyerupai akad salam (membeli barang dengan dalam tanggungan harga kontan), karena kad ini merupakan akad jual beli barang yang tidak ada (ma‟dum) saat akad. Dalam akad ditetapkan bahwa barang yang dipesan berada dalam tanggungan pembuat (penjual).39

Produk istishna‟ menyerupai produk salam, tetapi dalam istishna‟ pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Skim istishna‟ dalam bank syariah umumnya diaplikasikan dalam pembiayaan manufaktur dan konstruksi. Ketentuan umum pembiayaan istishna‟ adalah spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlahnya.40

37

Adiwarman A. Kariam, Op.Cit., h. 99 38

Atang Abg. Hakim, Op.Cit., h. 238 39

Ascarya, Op.Cit., h. 96 40

(37)

2. Pembiayaan Dengan Prinsip Sewa (Ijarah)

Al-ijarah berasal dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya ialah

al-iwadh yang arti dalam bahasa indinesinya ialah ganti atau upah.41 Ada

yang yang menterjemahkan ijarah adalah jual beli jasa (upah-mengupah), yakni mengambil manfaat tenaga manusi, ada pula yang menerjemahkan sewa-menyewa.42

Jumhur ulama fiqih berpendapat bahwa ijarah adalah menjual manfaat dan yang boleh disewakan adalah manfaatnya bukan bendanya. Transaksi

ijarah ditandai adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip

ijarah sama saja dengan prinsip jua beli. Objek transaksinya adalah

barang, sedangkan pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.43 Pada akhirnya masa sewa, bank dapat saja menjul barang yang disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal dengan

ijarah muntahhiyah bit tamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya

kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.

Al-Bai‟wal ijarah munatahhiyah bit tamlik (IMBT) merupakan

rangkaian dua buah akad, yakni akad al-bai‟ dan akad iajarah muntahhiya

bit tamlik (IMBT). Al-Bai‟ merupakan akad jual beli, sedangkan IMBT

41

Hendri Suhendi,Op.Cit., h. 114 42

Atang Abg. Hakim, Op.Cit., h. 153. 43

(38)

merupakan kombinasi antara sewa menyewa (ijarah) dan jual beli atau hibah di akhiri masa sewa.44

3. Pembiayaan Bagi Hasil (syirkah) a. Pembiayaan Musyarakah

Al-musyarakah atau al-syariakah secara etimologi (lughah) berati

percampuran (al ikhtilath), yakni mencampurkan salah satu harta dengan harta lainnya samapai tidak bisa debedakan antara yang satu dengan yang lainnya.45 Syirkah secara terminologi (istilah) yaitu menurut Hanafiah “ungkapan dari transaksi perkongsian antara dua partner dalam modal dan profit”.46

Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah

atau syirakah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para

pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.47

b. Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata al-Dharb, yang berati secara harpiah

adalah bepergian atau berjalan.48 Sedangkan arti secara terminology

44

Veithzal Rivai, Op.Cit., h.688. 45

Fordebi, Adesy. Op.Cit., h. 183 46

Ibid., 47

Adiwarman A. Karim, Op.Cit., h. 102 48

(39)

menurut madzhab Safi‟i mendefinisikan bahwa pemilik modal menyerahkan sejumlah usaha uang kepada pengusaha untuk menjalankan dalam suatu usaha dagang dengan keuntungan menjadi milik bersama antara keduanya.49

Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang popular dalam produk perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama anatara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal

(shahib) al-Maal) mempercayai sejumlah modal kepada pengelola

(mudharib) dengan satu perjanjian sebagian keuntungan.

Perbedaan yang esensial dari musyarakah dan mudharabah terletak pada besarnya konstribusi atas manajemen dan keuangan atau salah satu di antara itu. Dalam mudharabah, modal hanya berasal dari satu pihak, sedangkan dalam musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih.50 4. Pembiayaan Dengan Akad Pelengkap

a. Hiwalah

Menurut bahasa, yang dimaksud dengan hiwalah ialah al-Intiqaldan

al-Tahwil, artinya ialah memindahkan atau mengoperkan. Secara

terminology hiwalah ialah pemindahan utang dari tanggungan seseorang yang berutang kepada orang lain, di mana orang lain mempunyai utang pula kepada yang memindahkannya.51

49Naf‟an, Op.Cit., h. 114 50

Ibid,. 120 51

(40)

Dalam perbankan tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk membantu suppliermendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapat ganti biaya atas pemindahan piutang. Untuk mengantisipasi risiko kerugian yang akan timbul, bank perlu melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang berutang dan kebenaran transaksi antara yang memindahkan piutang dengan yang berutangnya.

b. Rahn (Gadai)

Menurut bahasa ar-Rahn berarti al-tsubut dan al-habs yaitu penetapan dan penahanan. Menurut Sayyid Sabiq gadai adalah menjadikan suatu benda berharga dalam pandagan syara‟ sebagai jaminan atas utang selama ada dua kemungkinan, untuk mengembalikan uang itu atau mengambil sebagian benda itu.52

Tujuan akad rahn diperbankan untuk memberikan jaminan kepada bank sewaktu waktu nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya (wanprestasi). Apabila nasabah wanprestasi, bank dapat melakukan penjualan barang yang digadaikan atas perintah hakim. Nasabah mempunyai hak menjual barang tersebut dengan seizin bank. Apabila hasil penjualan melebihi kewajibannya, kelebihan tersebut menjadi milik nasabah. Dalam hal hasil penjualan tersebut lebih kecil dari kewajibannya, maka nasabah harus menutupi kekurangannya.53

52

Ibid., h.106 53

(41)

c. Qardh

Qardh adalah pinjaman uang, aplikasi qardh dalam perbakan

biasanya ada 4 hal:

a. Sebagai pinjaman talangan haji.

b. Sebagai pinjaman tunai dari produk kartu kredit syariah.

c. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, di mana menurut perhitungan bank akan memberatkan si pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan skema jual beli, ijarah atau bagi hasil.

d. Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank menyediakan fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank. Pengurus bank akan mengembalikan dana pinjaman itu secara cicilan melalui pemotongan gajinya .54

d. Wakalah (perwakilan)

Al-wakalah menurut bahasa berarti hifdz, Kifayah,

al-dhaman, dan al-Tafwidh (penyerahan, pendelegasian, pemberian

mandat). Adapun pengertian secara terminologi al-wakalah ialah penyeraha dari seseorang kepada orang lain untuk mengerjakan sesuatu, perwakilan berlaku selama yang mewakilkan masih hidup.55

Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah

memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan

54

Ismail, Perbankan Syariah, cet.IV, (Jakarta: PrenadaMedia Group,2016), h.218. 55

Khotibul Umam, Perbankan Syariah, cet.I, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2016), h.167.

(42)

pekerjaan jasa tertentu., seperti pembukaan L/C, inkaso dan transfer uang. Kelalaian dalam menjalankan kuasa menjadi tanggung jawab bank, kecuali kegagala karena force majeure menjadi tanggung jawab nasabah.

e. Kafalah (Garansi bank)

Al-kafalah menurut bahasa berarti al-Dhaman (jaminan), Hamalah

(beban), dan za‟amah (tanggungan).56 Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan al-Kafalah atau ad-Adhaman sebagaimana yang dijelaskan menurut Sayyid Sabiq ialah proses pengabungan tanggungan kafil menjadi beban ashil dalam tuntutan dengan benda (materi) yang sama, baik utang barang, maupun pekerjaan.57

Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu keawajiban pembayaran. Bank dapat mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn. Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadi‟ah.

B.Ta’zir (Denda)

1. Pengertian Ta’zir (Denda)

Kata ta‟zir berasal dari kata azzara yang secara harfiah mengandung arti membantu, menghindarkan dari suatu yang tidak menyenangkan,

56

Muhammad, Op.Cit., h. 62 57

(43)

membantu melepaskan diri dari kejahatan, membantu keluar dari kesulitan.58

Dalam kontek hukum islam kata ta‟zir bisa juga diartikan sebagai hukuman dalam bentuk teguran, dan peringatan keras, seperti dipenjara, denda dengan harta, hukuman mati bagi residivis bagi yang berulang kali melakukan kejahatan dan perilaku seks menyimpang sesama jenis (wilath, sadomi dan lain-lain) atau menghujat dan menghina nasi muhammad SAW.59

Dalam kaitannya dengan perbankan syariah, ta‟zir adalah sanksi yang dikenakan oleh perbankan syariah kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda pembayaran dengan sengaja. Ta‟zir disini dikenakan apabila terjadi penundaan pembayaran yang disengaja oleh nasabah dengan alasan tidak dibenarkan oleh syar‟i dan tidak mempunyai kemauan serta i‟tikad baik untuk membayar hutangnnya.60

Sebagaimana disebutkan dalam fatwa DSN No. 17/DSN-MUI/IX/2000 Tentang Saksi atas Nasabah Mampu yang Menunda Pembayaran yaitu:

a. Saksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda pembayaran dengan sengaja.

b. Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force

majeur tidak boleh dikenakan sanksi.

58

Ami Syarifuddin, Op.Cit., h. 321 59

Wahbah Az-zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, alih bahasa: Abdul Hayyi al-Kattani, dkk. (Jakarta: Gema Insani, 2011) h.533

60Ani Fitriyani, Pengaruh Pengeanaan Ta‟zir Terhadap Tingkat NPF (Skripsi S.1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta 2012) hal. 67

(44)

c. Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayarab dan/atau tidak mempunyai itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi.

d. Saksi yang didasarkan pada prinsip ta‟zir yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya.

e. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.

f. Dana yang berasal dari denda diperuntukan untuk dana sosial.61 Dari Fatwa inilah yang menjadi landasan hukum bagi bank syariah dalam menerapkan sanksi apabila nasabah pembiaya terjadi wanprestasi atau gagal bayar.

2. Landasan Hukum Q.S al-Maa-idah ayat 1:                                  

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad

itu[388]. dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya”.

61

Dewan Syariah Nasional, tersedia di http://www.dsnmui.or.id/ (diakses pada, 6 November 2018)

(45)

Q.S al-Isra‟ ayat 34:                























Artinya: “dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”. Q.S al-Baqarah ayat 194:                                

Artinya: “bulan Haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, Berlaku hukum qishaash. oleh sebab itu Barangsiapa yang menyerang kamu, Maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa”.

Q.S al-Baqarah ayat 279-280:                                               

(46)

Artinya: “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok

hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. (279)

Artinya: “dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu

mengetahui”. (280)

3. Tujuan Dan Syarat-Syarat Sanksi Ta’zir

Di bawah ini tujuan dari diberlakukannya sanksi ta‟zir, yaitu sebagai berikut:

g. Preventif (pencegahan). Ditujukan bagi orang lain yang belum melakukan jarimah.

h. Represif (membuat pelaku jera). Dimaksudkan agar pelaku tidak mengulangi perbuatan jarimah di kemudian hari.

i. Kuratif. Ta‟zir harus mampu membawa perbaikan perilaku terpidana di kemudian hari.

j. Edukatif (pendidikan). Diharapkan dapat mengubah pola hidupnya ke arah yang lebih baik.62

Syara‟ tidak menentukan macam-macam hukuman untuk setiap

jarimah ta‟zir, tetapi menyebutkan sekumpulan hukuman, dari yang paling

62

(47)

ringan sampai yang paling berat. Hakim diberi kebebasan untuk memilih hukuman mana yang sesuai. Dengan demikian, sanksi ta‟zir tidak mempunyai batas tertentu.63

Ta‟zir berlaku atas semua orang yang melakukan kejahatan. Syaratnya

adalah berakal sehat. Tidak ada perbedaan, baik laki-laki maupun perempuan, dewasa maupun anak-anak, atau kafir maupun muslim. Setiap orang yang melakukan kemungkaran atau mengganggu pihak lain dengan alasan yang tidak dibenarkan, baik dengan perbuatan, ucapan, atau isyarat, perlu diberi sanksi ta‟zir agar tidak mengulangi perbuatannya.64

4. Pengelolaan Dana Ta’zir (Dana Non Halal)

Pengelolaan dana non halal untuk program pemberdayaan masyarakat, sebagaimana dijelaskan dalam kitab-kitab fatwa (al-fatawadan an

nawazil), para ulama berbeda pendapat tentang obyek atau pihak penerima

dana non halal, yaitu sebagai berikut: Pertama, mayoritas ulama berpendapat, bahwa dana non halal hanya boleh disalurkan untuk fasilitas umum (al mashlalih al-ammah), seperti pembangunan jalan raya.65

Kedua, sebagian ulama, seperti Syeikh Yusuf al-Qardhawi dan Prof.

Dr. al-Qurrah Dagi berpendapat, bahwa dana non halal boleh disalurkan untuk seluruh kebutuhan sosial (aujuh al-khair), baik fasilitas umum (

al-mashalih al-ammah), ataupun selain fasilitas umum, seperti hajat

63

Mawardi, al-Ahkamu al-Sulthaniyah, (Kairo: Darul:Hadist, 2006), h. 344. 64Ibnu Qoyim, A‟lamu Muwaqi‟in, (Berut: Dar Jail), h.117

65

(48)

konsumtif faqir, miskin, termasuk program-program pemberdayaan masyarakat.66

Dalam artian, sumber perbedaan pendapat di atas adalah status dan kepemilikan dana yang disedekahkan tersebut. Bagi ulama yang membolehkan penyaluran dana non halal hanya untuk mashalih „ammah, itu berdasarkan pandangan bahwa dana haram itu haram bagi pemiliknya dan penerimanya. Jika dana itu haram bagi penerimanya, maka penrimanya tidak menggunakan dana tersebut untuk kebutuhan pribadinya, tetapi harus disalurkan utnuk pembangunan fasilitas publik yang dimliki oleh masyarakat secara umum.67

Bagi ulama yang membolehkan penyalurannya untuk seluruh kebutuhan sosial, itu berdasarkan pandangan bahwa dana haram itu haram bagi pemiliknya, tetapi halal bagi penerimanya. Jika dana itu halal bagi penerimanya, maka penerimanya bisa menggunakan dana tersebut untuk kebutuhan pribadinya, termasuk kebutuhan konsumtif dan program perberdayaan masyarakat.68

Atshar

Al-Hasan r.a pernah ditanya tentang taubat al-ghal (orang yang mengambil harta ganimah sebelum dibagikan atau sebelum pasukan

66

Abdurrahman al-Jaziri, Kitabu al-Fiqh „Ala Madzahibi al-Arba‟ah, (Berut, Dar al-Kutub al-Ilmiah,1990) vol.5 h.352

67

Amir Syarifuddi, Op.Cit., h. 345

68„Adi bin Yusuf al-Azazi, Tamamu al-Minah fi al-Kitab al-Fiqh wa Shahihi as-Sunah, (Iskandariyah: Dar al-„Aqidah, 2005), h.555

(49)

berpencar). Al-Hasan menjawab : ia harus bersedekah dengan harta tersebut.69

Mashlahat

a. Dana non halal bukan milik pihak tertentu, tetapi menjadi milik umum. Selama bukan milik seseorang atau pihak tertentu, maka dana tersebut bisa disalurkan untuk faqir miskin dan pihak yang membutuhkan. b. Dana non halal itu haram bagi pemiliknya (pelaku usaha haram

tersebut), tetapi ketika sudah terjadi perpindahan kepemilikan, status dana tersebut halal bagi penerimanya, baik entitas pribadi seperti faqir miskin, ataupun entitas lembaga seperti yayasan sosial, pendidikan. Al Qardhawi menjelaskan: „Menurut saya dana non halal itu kotor (khabits) dan haram bagi pihak yang mendapatkannya, tetapi halal bagi (penerimanya), seperti orang-orang faqir dan kebutuhan sosial. Karena dana tersebut bukan haram karena fisik dana tersebut, tetapi karena pihak dan faktor tertentu.‟

c. Program pemberdayaan masyarakat adalah penyaluran dana untuk untuk tujuan jangka panjang sehingga manfaat yang diterima lebih besar dan jangka panjang (fiqh ma‟alat dan fiqh aulawiyyat).70

C. Nasabah

1. Pengertian Nasabah

Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) nasabah adalah orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan bank (Dalam hal

69„Adi bin Yusuf al-Azazi, Tamamu al-Minah fi al-Kitab al-Fiqh wa Shahihi as-Sunah, (Iskandariyah: Dar al-„Aqidah, 2005), hlm.555

70

(50)

keuangan), dapat juga diartikan sebagai orang yang menjadi tanggungan asuransi, perbandingam pertalian.71 Sedangkan Muhammad Djumhana menyebutkan nasabah merupakan konsumen dari pelayanan jasa perbankan.72

Sedangkan Pengertian Nasabah Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur perihal nasabah yang terdiri dari dua pengertian yaitu:

a. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.

b. Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.73

2. Macam-macam Nasabah

Demikian juga halnya dalam praktek perbankan dikenal ada tiga macam nasabah yaitu :

a. Nasabah deposan yaitu nasabah yang menyimpan dananya pada suatu bank.

b. Nasabah yang memanfaatkan fasilitas kredit perbankan.

71

Dinas Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Bandung: Balai Pustaka, 2003), h. 775.

72

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti,2003), h. 282.

73

(51)

c. Nasabah yang melakukan transaksi dengan pihak lain melalui bank.74 D. Wanprestasi

1. Pengertian Wanprestasi

Pasal 1234 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer) yang diamaksud dengan prestasi adalah seseorang yang menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu, dan tidak melakukan sesuatu, sebaliknya dianggap wanprestasi bila seseorang:

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.

b. Melaksnakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.

c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.

d. Melakukan sesuatu yang menurut kontrak tidak boleh dilakukan.75

Wanprestasi mempunyai hubungan yang erat dengan somasi. Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban.76 Seorang debitur baru dikatakan wanprestasi apabila ia telah diberikan somasi oleh kreditur atau juru sita. Somasi itu minimal telah dilakukan sebanyak tiga kali oleh kreditur atau juru sita. Apabila somasi itu tidak diindahkannya, maka kreditur berhak membawa persoalan itu ke

74

Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, Cet.III, (Bandung: Citra Aditya Bakti,2003), h. 40-41.

75

Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, cet.XXXVI (Jakarta, Pradnya Paramita, 2005), h. 320

76

(52)

pengadilan. Dan pengadilanlah yang akan memutuskan apakah debitur wanprestasi atau tidak.77

2. Mulai Terjadinya Wanprestasi

Wanprestasi baru terjadi jika debitur dinyatakan telah lalai untuk memenuhi prestasinya, atau dengan kata lain, wanprestasi ada kalau debitur tidak dapat membuktikan bahwa ia telah melakukan wanprestasi itu diluar kesalahannya atau karena keadaan memaksa. Apabila dalam pelaksanaan pemenuhan prestasi tidak ditentukan tenggang waktunya, maka seorang kreditur dipandang perlu untuk memperingati/menegur debitur agar ia memenuhi kewajibannya.78

3. Akibat Adanya Wanprestasi

Ada empat akibat adanya wanprestasi, yaitu sebagai berikut: a. Perikatan tetap ada.

b. Debitur harus membayar ganti rugi kepada kreditur

c. Beban resiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan itu timbul setelah debitur wanprestasi, kecuali bila ada kesengajaan atau kesalahan besar dari pihak kreditur. Oleh karean itu, debitur tidak dibenarkan untuk berpegang pada keadaan memaksa.

77

Nindyo Pramono, Hukum Komersil, cet.I (Jakarta: Pusat Penerbit UT, 2003), h.221 78

Abdul Rasyid Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, cet. III (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007) h. 49

(53)

d. Jika perikatan lahir dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat membebaskan diri dari kewajibannya memberikan kontrak prestasi denganmenggunakan pasal 1266 KUH Perdata.79

4. Tuntutan Atas Dasar Wanprestasi

Kreditur dapat menuntut kepada debitur yang telah melakukan wanprestasi, hal-hal sebagai berikut:

a. Kreditur dapat meminta pemenuhan prestasi saja dari debitur. b. Kreditur dapat menuntut prestasi disertai ganti rugi kepada debitur c. Kreditur dapat menuntut dan meminta ganti rugi, hanya mungkin

kerugian karena keterlambatan.

d. Kreditur dapat menuntut pembatalan perjanjian.

e. Kreditur dapat menuntut pembatalan disertai ganti rugi kepada debitur. Ganti rugi itu berupa pembayaran uang denda.80

E. Kedisiplinan

1. Pengertian kedisiplinan

Disiplin merupakan suatu sikap/perilaku yang pasti diharapkan oleh setiap pendidik agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Jika kita berbicara tentang disiplin maka pastilah kita memandang pada

79

Salim H.S, Op.Cit., h. 96. 80

Gambar

Gambar II

Referensi

Dokumen terkait

NodeMCU merupakan sebuah board elektronik yang berbasis chip ESP8266 dengan kemampuan dapat menjalankan fungsi sebagai mikrokontroler yang sudah dilengkapi koneksi internet

Hasil analisis pada tikus putih betina terhadap perlakuan jarak tidak berbeda nyata, sebagian besar setiap perlakuan mengalami peningkatan bobot badan tiap individu, namun

Lampiran 7: KUESIONER PENELITIAN Persepsi penerimaan teknologi SKPD terhadap penggunaan SIMDA Berikut ini adalah kuesioner yang berkaitan tentang persepsi penerimaan teknologi

Dalam ketiga pertemuan tersebut peneliti selalu menggunakan metode EGRA untuk mengetahui bagaimana penerapan metode EGRA (Exposure, Generalization, Reinforcement,

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Perolehan data yang akurat dalam penelitian ini peneliti mengadakan wawancara secara tersetruktur dengan nasabah bank Mandiri Syariah Teluk Betung Bandar Lampung

Salah satu tujuan penulisan skripsi ini untuk memenuhi prasyarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam