• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Imigrasi/Emigrasi: Tentang Cekal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosedur Imigrasi/Emigrasi: Tentang Cekal"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Normal 0 false false false MicrosoftInternetExplorer4 st1\:*{behavior:url(#ieooui) } /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt;

font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;}

PROSEDUR PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN

(2)

Pencegahan

dan penangkalan pada hakekatnya merupakan upaya pembatasan terhadap Hak Azasi manusia, karena bertentangan dengan prinsip internasional bahwa setiap orang

berhak untuk melakukan perjalanan keluar maupun masuk kewilayah suatu Negara. Bahwa karena alasan-alasan tertentu

dan untuk jangka waktu tertentu Warga Negara Republik Indonesia dapat dicegah keluar negeri dan dapat ditangkal masuk wilayah RI. Untuk WNI berlaku prinsip bahwa

setiap WNI berhak keluar atau masuk wilayah RI, sedangkan untuk orang asing menganut prinsip " selective policy" yaitu kebijakan yang didasarkan pada prinsip yang bersifak selektif.

Pencegahan

adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang - orang tertentu untuk keluar dari wilayah Indonesia

berdasarkan alasan tertentu. Sedangkan Penangkalan adalah larangan yang

bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu untuk masuk ke wilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu. Serta Pengusiran atau deportasi adalah tindakan mengeluarkan orang asing dari wilayah Indonesia karena keberadaannya tidak dikehendaki.

Adapun

dasar hukum cekal antara lain :

• Undang-undang Nomor 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian

pada pasal 11, pasal 13 dan pasal 15.

• Undang-undang

Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI pasal 16 huruf J.

• Undang-undang

Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksan RI pasal 35 huruf f.

• Peraturan

(3)

Yang menjadi wewenang dan tanggung jawab pencegahan sebagaimana diatur dalam pasal 11 Undang-undang Nomor 9 tahun 1992 tentang keimigrasian, dilakukan oleh :

• Menteri

hukum dan Hak Azasi manusia, sepanjang menyangkut urusan yang bersifat keimigrasian.

• Menteri

keuangan, sepanjang menyangkut urusan piutang negara.

• Jaksa

Agung sepanjang menyangkut pelaksanaan ketentuan pasal 32 huruf g Undang-undang Nomor 5 tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

• Panglima

Angkatan Bersenjata RI sepanjang menyangkut pemeliharaan dan penegakan keamanan dan pertahanan negara sebagaimana dimaksud dalam undang-undang nomor 20 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertahanan keamanan negara RI, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 1 tahun 1988.

Wewenang dan tanggung jawab penangkalan terhadap orang asing sebagaimana diatur pada pasal 15 Undang-undang Nomor 9 tahun 1992 tentang keimigrasian, dilakukan oleh :

• Menteri

hukum dan Hak Azasi manusia, sepanjang menyangkut urusan yang bersifat keimigrasian.

• Jaksa

Agung, sepanjang menyangkut pelaksanaan ketentuan pasal 32 huruf g Undang-undang nomor 5 tahun 1991 tentang Kejaksaan RI.

• Panglima

Angkatan Bersenjata RI sepanjang menyangkut pemeliharaan dan penegakan keamanan dan pertahanan negara sebagaimana dimaksud dalam undang-undang

(4)

nomor 20 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertahanan keamanan negara RI, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 1 tahun 1988.

Wewenang dan tanggung jawab penangkalan terhadap Warga Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam pasal 16 Undang-undang Nomor 9 tahun 1992, bahwa wewenang dan tanggung jawab penangkalan terhadap Warga Negara Indonesia dilakukan oleh sebuah Tim yang dipimpin oleh menteri dan anggotanya terdiri dari unsur - unsur :

• Markas

Besar Angkatan Bersenjata RI.

• Kejaksaan Agung RI. • Departemen luar negeri. • Departemen dalam negeri. • Badan

Koordinasi bantuan pemantapan stabilitas nasional.

• Badan

koordinasi intelijen negara.

Penangkalan terhadap orang asing ( WNA ) dilakukan karena beberapa hal sesuai yang diatur dalam pasal 17 Undang-undang Nomor 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian :

• Diketahui

(5)

• Pada saat

berada dinegaranya sendiri atau dinegara lain bersikap bermusuhan terhadap pemerintah Indonesia atau melakukan perbuatan yang mencemarkan nama baik bangsa dan negara Indonesia.

• Diduga

melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kemanan dan ketertiban umum, kesusilaan, adat dan kebiasaan masyarakat Indonesia.

• Atas

permintaan suatau negara, orang asing yang berusaha menghindarkan diri dari ancaman dan pelaksanaan hukuman di negara tersebut karena melakukan kejahatan yang juga diancam pidana menurut hukum yang berlaku di

Indonesia.

• Pernah

diusir atau dideportasi dari wilayah Indonesia.

• Alasan-alasan

lain yang berkaitan dengan keimigrasian yang diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah RI.

Penangkalan terhadap Warga Negara Indonesia ( WNI ) sebagaimana diatur dalam pasal 18 Undang-undang Nomor 9 tahun 1992 ,dilakukan karena :

• Telah lama

meninggalkan Indonesia atau tinggal menetap atau telah menjadi penduduk suatu negara lain dan melakukan tindakan atau bersikap bermusuhan terhadap negara atau pemerintah RI.

• Apabila

masuk wilayah Indonesia dapat mengganggu jalannya pembangunan, menimbulkan perpecahan bangsa, atau dapat mengganggu stabilitas nasional.

• Apabila

(6)

Kewenangan Polri dalam pencegahan dan penangkalan sebagaimana tertuang dalam pasal 16 huruf j Undang-undang

Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI ;

Dengan cara mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat Imigrasi yang berwenang ditempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana. Dalam penjelasan huruf j dijelaskan bahwa pejabat kepolisian negara RI yang dapat mengajukan permintaan cegah tangkal dalam keadaan mendesak atau mendadak paling rendah setingkat kepa kepolisian resort, selanjutnya paling

lambat dua puluh hari harus dikukuhkan oleh keputusan Kapolri.

Bahwa untuk jangka waktu pencegahan sebagaimana diatur dalam pasal 6 (2) Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1994 tentang tata cara pelaksanaan Cekal sebagi berikut :

• Karena

bersifat keimigrasian atau menyangkut urusan piutang Negara, paling lama enam bulan atau dapat diperpanjang untuk paling banyak dua kali

masing-masing tidak lebih dari enam bulan.

• Menyangkut

pelaksanaan undang-undang tentang Kejaksaan RI, sesuai dengan keputusan Jaksa Agung.

• Menyangkut

pemeliharaan dan penegakan keamanan dan pertahanan negara, paling lama enam bulan dan setiap kali dapat diperpanjang untuk paling lama enam bulan dengan ketentuan seluruh masa per;panjangan pencegahan tidak lebih dari

dua tahun. Sedangkan jangka waktu penangkalan diatur dalam pasal 6 (3) Peraturan Pemerintah

nomor 30 tahun 1994, diatur sebagai berikut :

- Untuk

(7)

Orang asing karena bersifat keimigrasian menyangkut pemeliharaan dan penegakan keamanan dan pertahanan negara, paling lama satu tahun dan setiap kali dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang yang sama atau kurang dari waktu tersebut.

-

Untuk Orang Asing karena alasan yang

menyangkut Undang-undang kejaksaan, sesuai dengan keputusan Jaksa Agung.

- Untuk

Warga Negara Indonesia, jangka waktu penangkalan, paling lama enam bulan dan setiap kali dapat diperpanjang untuk paling lama enam bulan dengan ketentuan seluruh masa perpanjangan tidak lebih dari dua tahun.

Tata cara cekal dalam keadaan mendesak diatur dalam pasal 16 huruf j Undang-undang Nomor 2 tahun 2002, dengan cara :

• Mengajukan

permintaan secara langsung kepada pejabat Imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana dengan lampiran cukup laporan polisi dan identitas orang yang akan di cekal.

• Paling

lambat 20 hari harus dikukuhkan oleh keputusan Kapolri, penyidik

mengajukan surat pencegahan / penangkalan ke Kejaksaan Agung bidang intelijen up. Direktur Politik dengan disertai Laporan Kemajuan, Identitas lengkap dan Nomor Pasport.

Tata Cara pencegahan sebagai mana diatur dalam pasal 9 (2) Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1994 , diatur sebagai berikut :

(8)

• Berdasarkan

keputusan pencegahan yang ditetapkannya, atau yang diterima, menteri memerintahkan direktur jenderal imigrasi agar nama orang yang terkena pencegahan dimasukan kedalam daftar pencegahan dan melaksanakan pencegahan.

• Direktur

jenderal imigrasi dalam waktu paling lama tujuh hari sejak tanggal

menerima perintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 (2) memasukan nama orang yang terkena pencegahan kedalam daftar nama pencegahan dan

mengirimkannya kepada kepala kantor imigrasi di seluruh wilayah negara RI untuk melaksanakan pencegahan.

Untuk pencegahan harus ditetapkan dengan keputusan tertulis dan disampaikan kepada orang yang bersangkutan ( bagi WNI ). Dan keputusan tersebut memuat sekurang-kurangnya ;

• Identitas

orang yang terkena pencegahan.

• Alasan

pencegahan,

• Jangka

waktu pencegahan.

Selanjutnya Keputusan disampaikan dengan surat tercatat kepada orang atau orang-orang yang terkena pencegahan selambat-lambatnya tujuh hari terhitung sejak tanggal penetapan.

(9)

bersangkutan, tetapi dikirimkan kepada perwakilan-perwakilan RI, agar orang asing yang bersangkutan tidak diberi Visa untuk masuk wilayah Indonesia.

Sedangkan tata cara penangkalan sebagaimana di atur dalam pasal 11 Peraturan Pemerintah nomor 30 tahun 1994 ;

• Alasan

untuk melakukan penangkalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 harus berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 dan pasal 18 Undang-undang nomor 9 tahun 1992 tentang keimigrasian.

• Alasan-alasan

lain yang berkaitan dengan keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 huruf f Undang -undang keimigrasian yang ;

- Pernah

ditangkal masuk kesuatu negara tertentu

- Pernah

melakukan tindak pidana keimigrasian

-

Menggunakan

pasport palsu atau yang dipalsukan guna memperoleh visa atau izin keimigrasian lainnya untuk masuk dan berada di wilayah Negara RI.

Berakkhirnya masa cekal diatur dalam pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1994 dinyatakan bahwa keputusan pencegahan atau penangkalan dinyatakan

(10)

berakhir karena ;

- Telah

habis masa berlakunya.

- Dicabut

oleh pejabat yang berwenang menetapkan sebagaimana diatur dalam pasal 2 , pasal 3 ayat (1) dan ayat (2).

- Dicabut

berdasarkan putusan pengadilan tata usaha negara ( pencabutan tersebut dinyatakan dalam bentuk

keputusan pencabutan ).

Sumber :

www.pusdikreskrim.polri.go.id/admin/artikel/TATA%20CARA%20CEKAL.doc

Unique solution ID: #1138 Penulis: gatot subiyakto

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penentuan derajat ketengikan sampel minyak tanpa dan dengan penambahan butil hidroksi toluen (BHT) dan vitamin E pada penyim­ panan minggu ke 0, 1, 2, 3, 4, 5 dan ke

[r]

In this research, the researcher used test as the instrument in collecting the data. The researcher will use multiple choice tests, reconstruction, and completion. The test

Perhitungan koefisien korelasi menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara peningkatan dosis fraksi air ekstrak buah kayu putih terhadap penurunan nafsu makan dan berat badan

Para feminis menentang ide keluarga Victorian ini, yang tetap menjadi model kontemporer keluarga inti, perempuan harus mengasuh laki-laki dan anak-anak sebagai kompensasi atas

Menghasilkan prototipe baterai dengan elektroda berbahan material nanokomposit MnO 2 /CNT yang memiliki kapasitas muatan yang tinggi.. Sebagai referensi untuk

Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, seperti potensi sumber daya alam Indonesia yang cukup besar untuk menghasilkan olahan nata de mete (cashew) yang diperoleh dari ekstrak

Filotaksis Palem Kuning disebut roset batang karena batang Palem Kuning amat tinggi dan tumbuh menjauhi akar sehingga daunnya yang rapat berjejal-jejal berkumpul