• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : Kasmawati Nim:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh : Kasmawati Nim:"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

Kasmawati

Nim: 105381106216

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI 2021

(2)
(3)
(4)

iv

SURAT PERNYATAAN Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : Kasmawati

Stambuk : 105381106216

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

DenganJudul : Persepsi Guru Dalam Konsep Pendidikan (studi pada penerapan merdeka belajar di Sma Negeri 5 Takalar)

Dengan menyatakan bahwa Skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun. Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apa bila pernyataan ini tidak benar.

Makassar,16 Januari 2021 Yang Menbuat Pernyataan

Kasmawati 105381106216

(5)

v

SURAT PERJANJIAN Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : Kasmawati

Stambuk : 105381106216

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)

2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi. 4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1.2 dan 3 saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku. Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar,16 Januari2021 Yang Membuat Perjanjian

Kasmawati

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi

Drs. H. Nurdin, M.Pd. NBM: 575 474

(6)

vi MOTTO

Berdoalah kepada ku pastilah aku kabulkan untukmu! (Al Mukmin:60)

Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, dan do’a adalah inti ibadah JATUH? BANGKIT LAGI!!!

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini Sebagai darma baktiku untuk Ayahanda dan Ibundaku tercinta Serta saudara dan keluargaku tersayang.

(7)

vii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Pertama dan yang paling utama tiada untaian kata yang paling indah yang terucap dari lisan seorang hamba selain pujian syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan pencipta alam semesta dan segala isinya yang telah melimpahkan Taufiq dan hidayah-Nya serta kenikmatan iman, Islam dan kesehatan jasmani maupun rohani, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Shalawat serta salam yang penulis sanjung agungkan kepada Muhammad SAW yang telah membawa ajaran yang paling sempurna, dan diantaranya yaitu mengutamakan kepada manusia untuk menuntut ilmu pengetahuan agar dapat dimanfaatkan dalam segala aspek kehidupan, dan dari Ridha Allah SWT serta Syafa‟at Rosulullah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Persepsi Guru Dalam Konsep Pendidikan (studi pada penerapan merdeka belajar di sma negeri 5 takalar)”

Skripsi ini ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan, bimbingan, petunjuk dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun materi.

Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah menyumbangkan tenaga, pikiran, ilmu pengetahuan, motivasi beserta doa kepada penulis dalam penyelesain skripsi ini. kepada orang tua, tercinta selama ini telah memberikan dukungan dan do’a yang tidak pernah putus agar menjadi anak yang sukses. Penulis tak pernah lupa atas semua yang telah mereka berikan, semoga mereka selalu diberi umur yang panjang dan diberikan kesehatan dan lidungi Allah Subuhhana Wata’ala.

1. Teristimewa orang tua saya Ayahanda Sangkala Dg. Tawang dan Ibunda Singara Tercinta dengan segala pengorbanannya tak akan pernah penulis lupakan jasa-jasa mereka. Do’a restu nsehat dan petunjuk bagi mereka yang merupakan dorongan yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini.

(8)

viii

2. Bapak Prof. Dr.H.Ambo Asse.,M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis menimba ilmu pengetahuan di kampus tercinta ini.

3. Erwin Akib, M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Bapak Drs. H. Nurdin,M.Pd ketua prodi Sosiologi Universitas Muhammadi yah Makassar

5. Bapak Kaharuddin,S.Pd.,M.Pd.,Ph.D sekertaris Jurusan prodi sosiologi Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Bapak Kaharuddin,S.Pd.,M.Pd.,Ph.D pembimbing I yang telah memberikan saran, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis sehingga tersusunnya skripsi

7. Bapak Lukman ismail, S.Pd.,M.Pd pembimbing II yang dengan penuh ketelitian dan kesabaran membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Teruntuk nenek ummi hj basse siang dg.bau dan yudha eka putra yang tak

henti-hentinya mendo’akan, yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti.

9. Teruntuk sahabatku firda, riska, vivin, sry wahyuni S.pd, nurul, nisa, wiwi, andijusmawati S.pd, sukma, rahmi, sartina, risma, ros, handayani, rahma, jeanisa, yang selalu mensupport untuk menyelesaikan skripsi ini

10.Semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu.

Demikianlah mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga Allah melimpahkan pahala yang berlipat ganda atas bantuan yang telah diberikan kepada peneliti dalam menyelesaian skripsi ini, Amin Yarobbal Alamin.

Makassar,20 januari 2021 Peneliti

Kasmawati

(9)

ix Abstrak

Kasmawati, Tahun 2021, “Persepsi Guru Dalam Konsep Pendidikan (Studi Pada Penerapan Merdeka Belajar Di Sma Negeri 5 Takalar)”.Skripsi Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Kaharuddin dan Pembimbing II Lukman Ismail

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru terhadap penerapan merdeka belajar dan faktor yang menjadi kendala dalam penerapan merdeka belajar di SMA Negeri 5 Takalar. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan observasi, wawancara, dan juga dokumentasi. Sumber data yang diolah merupakan sumber data primer dan data sekunder. Dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitatif

Hasil penelitian dalam penelitian ini adalah persepsi guru terhadap penerapan merdeka belajar di SMAN 5 Takalar adalah dengan menerapkan merdeka belajar siswa-siswa SMAN 5 Takalar akan mampu meningkatkan kemampuan diri mereka karena diberikan kebebasan dalam proses pembelajaran, namun pemahaman secara terperinci yang dimiliki oleh guru, siswa, dan orang tua siswa masih sangatlah minim dan Faktor yang menjadi kendala dalam penerapan merdeka belajar adalah kurangnya pemahaman yang dimiliki oleh guru, siswa, dan orang tua murid sehingga menghambat tujuan dari proses penerapan merdeka belajar dan juga kurangnya fasilitas yang tersedia dalam proses penerapan merdeka belajar.

(10)

x

Abstract

Kasmawati, 2021, "Teachers' Perceptions in the Concept of Education (Study on the Application of Independent Learning in State High School 5 Takalar)." Thesis of Sociology Education Study Program, Teacher Training and Education Faculty, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Kaharuddin and Advisor II Ismail.

This study aims to determine teachers' perceptions of the application of independent learning and the factors that become obstacles in implementing independent learning at SMA Negeri 5 Takalar. This type of research used in research is qualitative. The data sources that are processed are primary data sources and secondary data.

The results of the research in this study are the teacher's perception of the implementation of independent learning at SMAN 5 Takalar is that by implementing independent learning the students of SMAN 5 Takalar will be able to improve their own abilities because they are given freedom in the learning process, but the detailed understanding of the teachers, students , and parents of students are still very minimal and the factor that becomes an obstacle in implementing independent learning is the lack of understanding possessed by teachers, students, and parents of students so that it hinders the purpose of the process of implementing independent learning and also the lack of facilities available in the process of implementing independent learning .

(11)

xi Daftar Isi

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Persetujuan Pembimbing ...iii

Lembar Pernyataan Keaslian ... iv

Lembar Perjanjian ... v

Motto ... vi

Persembahan ... vi

Kata Pengantar... vii

Abstrak Indonesia ... ix

Abstract ... x

Daftar Isi ... xi

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Lampiran ... xv BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 8 C.Tujuan Penelitian ... 9 D.Manfaat Penelitian ... 9 E. Definisi Operasional... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP A.Kajian Konsep ... 11

1. Pengertian persepsi... 11

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi... 11

3. Proses terjadinya persepsi ... 13

4. Definisi guru... 14

5. Definisi pendidikan ... 16

6. Definisi Merdeka belajar ... 19

B. Kajian Teori ... 25

(12)

xii

2. Teori belajar sosial ... 27

3. Teori kebutuhan prestasi ... 29

C.Kerangka Pikir ... 37

D.Penelitian Relevan ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Dan Pendekatan Penelitian ... 42

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian... 43

C.Fokus penelitian ... 43

D.Informan Penelitian ... 44

E. Jenis dan Sumber Data ... 45

F. Instrumen Penelitian... 46

G.Teknik Pengumpulan Data ... 47

H.Analisis Data ... 48

I. Uji Keabsahan Data... 51

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A.Sejarah Lokasi Penelitian ... 53

B.Keadaan Geografis ... 53

C.Visi Misi ... 54

D.Daftar Jumlah Siswa SMAN 5 Takalar ... 57

E.Daftar Nama Guru ... 58

F. Sarana Dan Prasarana ... 61

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 65

1. Persepsi Guru Terhadap Konsep Penerapan Merdeka Belajar ... 65

2. Faktor Yang Menjadi Kendala Dalam Penerapan Merdeka Belajar Pada SMAN 5 Takalar ... 74

(13)

xiii

1. Persepsi Guru Terhadap Konsep Penerapan Merdeka

Belajar ... 78 2. Faktor Yang Menjadi Konsep Dalam Penerapan

Merdeka Belajar Pada SMAN 5 Takalar ... 81 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 85 B. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA ... 87 Lampiran

(14)

xiv Daftar Gambar

No Halaman

1. Bagan Kerangka Pikir... 39 2. Struktur Organisasi ... 55

(15)

xv

Daftar Lampiran

No Halaman

1. Hasil Wawancara Kepala Sekolah... 89

2. Hasil Wawancara Wakasek Humas ... 92

3. Hasil Wawancara Pembina Osis ... 96

4. Hasil Wawancara Guru Bahasa Inggris ... 100

5. Hasil Wawancara Wakasek Kurikulum... 102

(16)

1 A.Latar Belakang

Perkembang bangsa-bangsa dapat dilihat pada tiga kategori yaitu negara terbelakang, negara berkembang, negara maju. Salah indikator mengklasifikasian ketiga jens negara tersebut melalui indeks pembangunan dapat dilihat melalui komponen yaitu pendidikan,kesehatan,pendapatan.

Dalam indonesia Human Development Report dalamYunitaMahrany (2012:4), dijelaskan bahwa perkembangan pembangunan manusia selama ini sangat tergantung pada pertumbuhan ekonomi dari awal 1970-an sampai akhir 1990-an. Pertumbuhan tersebut memungkinkan manusia untuk mengalokasikan pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan. Sementara pengeluaran pemerintah untuk pelayanan kesehatan dan pendidikan relatif sedikit serta kebutuhan dalam meningkatkan alokasi pengeluaran pemerintah untuk bidang sosial menjadi semakin terasa ketika indonesia mengalami krisis ekonomi. Krisis tersebut menyebabkan merosotnya pencapaian pembangunan manusia.Adapun 10 besar indeks pembangunan manusia di negara maju, indeks pembangunan manusia tertinggi khusus untuk negara maju adalah Norwegia yaitu sebesar 0,97. Australia adalah peringkat kedua yang memiliki indeks pembangunan manusia tertinggi khusus untuk negara maju yaitu sebesar 0,970.

Di beberapa negara berkembang seperti filipina mempunyai indeks pembangunan manusia lebih tinggi dibandingkan negara indonesia. Philipina

(17)

memiliki indeks pembangunan manusia sebesar 0,751, dan peringkat filipina lebih baik dari pada indonesia, philipina menduduki urutan ke 97 atau 11 peringkat di atas indonesia. Philipina cukup baik karena investasinya di bidang pendidikan. Sementara dari sisi pendapatan philipina sedikit lebih besar dibandingkan dengan indonesia. Dibandingkan pada tahun sebelumnya 2007 indeks pembangunan manusia indonesia menempati peringkat 108 dari 182 negara dengan kata lain indonesia mengalami penurunan pada tahun 2009 karena negara indonesia berada diurutan 55 dengan skor 84,4 dari 60 negara yang masuk dalam perhitungan, angka ini menunjukkan bahwa indonesia masih cukup tertinggal dan kesulitan untuk bisa bersaing dengan negara-negara lainnya.

Diperlukan upaya khusus yang menyeluruh dari pemerintah dan juga setiap penduduk di indonesia untuk meningkatkan kualitas setiap bangsa.Di semua provinsi di pulau jawa, setiap peningkatan pendapatan meningkatkan IPM, namun besaran peningkatan IPM pada masing masing provinsi berbeda. Dilihat dari besaran peningkatan IPM untuk setiap tambahan pendapatan maka provinsi daerah istimewah yogyakarta (DIY) memiliki performance yang paling baik, diikuti provinsi banten, jawa timur, jawa tengah, jawa barat, dan DKI jakarta. Seluruh provinsi di pulau jawa menunjukkan kinerja di atas rata rata provinsi secara nasional Yunita Mahrany (2012:6).

Angka indeks pembangunan manusia di sulawesi selatan cenderung naik setiap tahunnya, dari tahun 2006 sebesar 68,81 hingga tahun 2010 sebesar 72,25. Akan tetap indeks pembangunan manusia sulawesi selatan masih dibawa indeks pembangunan manusia nasional. Dapat dilihat bahwa angka IPM sulawesi selatan

(18)

relatif rendah dibanding dengan angka IPM nasional. Hingga pada tahun 2010, angka IPM sulawesi selatan mencapai 72,25. Sedangkan IPM nasional sebesar 73,40. Dalam pembangunan manusia, indeks kesehatan di peroleh dari angka harapan hidup seseorang sejak dilahirkan. Angka harapan hidup di provinsi sulawesi selatan selama kurang waktu 2006 hingga 2010 semakin meningkat. Pada tahun 2006 tercatat sebesar 69,2 tahun dan meningkat menjadi 70,00 tahun pada tahun 2010. Angka harapan hidup di sulawesi selatan pada tahun 2009 berada di atas angka nasional (69,8 tahun). Membaiknya pelayanan dan sistem pelayanan kesehatan provinsi sulawesi selatan diwujudkan melalui program kesehatan gratis. Menurut data yang dipublikasikan oleh situs resmi pemerintah sulawesi selatan, angka kunjungan masyarakat sebagai pengguna pelayanan kesehatan gratis di sulawesi selatan meningkat signifikan Yunita Mahrany (2012:8).

Indeks pembangunan manusia (IPM) kabupaten takalar, mencapai 1,32 persen pada tahun 2019 lalu. Angka pertumbuhan IPM takalar tercatat sebagai yang tertinggi di sulawesi selatan. Angka itu menunjukkan kenaikan sebesar 0,42 persen dari pertumbuhan IPM takalar tahun 2018 pada angka 0,90 persen. Pertumbuhan IPM takalar tahun 2019 tertinggi di sulsel sebesar 1,32 persen (BPS 2019).

Peningkatan sumber daya manusia(SDM) mutlak dilakukan karena SDM berkualitas lah yang akan mampu bersaing dengan SDM negara lain. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah khususnya pemerintah daerah perlu lebih mengedepankan upaya peningkatan kualitas SDM melalui program program yang

(19)

lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pendidikan baik formal maupun non formal. Karena sudah saatnya masyarakat menyadari bahwa pendidikan merupakan kebutuhan yang penting. Seluruh penduduk kabupaten takalar berhak untuk memperoleh pendidikan dasar yang layak dan sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk selalu meningkatkan partisipasi sekolah dari masyarakat.

Dengan semakin banyaknya anak yang bersekolah pada jenjang pendidikan sekolah dasar maupun menengah diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang. Pemerintah kabupaten takalar perlu melakukan terobosan dalam rangka percepatan di bidang pendidikan. Pembangunan fasilitas sekolah dan rekrutmen tenaga pendidik harus menjadi prioritas dengan memperhatikan asas pemerataan akses pendidikan bagi seluruh masyarakat. Perkembangan IPM takalar mengalami tren peningkatan dari tahun ketahun selama periode 2014-2018. Peningkatan IPM terbesar terjadi pada kurun waktu 2015-2016 yakni mengalami peningkatan sebesar 0,89 poin, dan terendah selama 2016-2017 yaitu sebesar 0,52 poin. IPM kabupaten takalar tergolong dalam kategori menengah dengan nilai IPM kabupaten takalar sebesar 66,07 pada tahun 2018, maka IPM kabupaten takalar tingkat menengah. Berdasarkan peringkatnya IPM kabupaten takalar menduduki urutan peringkat ke 21 dari 24 kabupaten /kota se-sulawesi selatan, namun seiring dengan meningkatnya komponen yang pembentuk IPM, maka angka IPM tetap menunjukkan adanya pertumbuhan miskin relatif kecil. Peningkatan ini suatu kemajuan bagi kabupaten takalar, Berikut ini adalah perkembangan dari masing masing komponen penyusun IPM di kabupaten takalar tahun 2014-2018(BPS 2019).

(20)

Pemerintah terus melakukan perbaikan dengan cara melakukan perubahan kebijakan-kebijakan di sektor pendidikan untuk menjadikan pendidikan di Indonesia semakin baik serta menunaikan beban moral pemerintahan yang termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut. Pemerintah Indonesia sebenarnya selalu memberikan perhatian lebih terhadap sektor pendidikan. Ini dibuktikan dengan telah ditetapkan beberapa kebijakan pemerintah di sektor pendidikan, mulai dari program wajib belajar, beasiswa kepada masyarakat kurang mampu dan program-program yang mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan, serta 20 persen APBN untuk sektor pendidikan. Pertanyaan besar adalah ke mana arah pendidikan Indonesia saat ini, dan kenapa kemudian pendidikan di Indonesia masih tertinggal jauh dengan negara-negara di dunia. Dalam kaitannya dengan “Merdeka Belajar” yang dicanangkan oleh Mendikbud Nadiem Makarim, bahwa ada dua poin terpenting dalam pendidikan, yaitu merdeka belajar dan guru penggerak. Merdeka belajar artinya guru dan muridnya memiliki kebebasan untuk berinovasi, kebebasan untuk belajar mandiri dan kreatif.

Disampaikan Mendikbud dalam rapat koordinasi dengan para kepala dinas pendidikan seluruh indonesia di jakarta, rabu(11/12/2020). “yang lebih cocok untuk murid-murid mereka, lebih cocok untuk daerah mereka, lebih cocok untuk kebutuhan pembelajaran murid mereka” kini sekolah diberikan ruang yang lebih bebas untuk menyelenggarakan sebuah asesmen mandiri yang diyakini lebih baik atau lebih holistik untuk mengukur kompetensi peserta didiknya. “Bayangkan betapa banyaknya inovasi yang bisa dilakukan guru penggerak dan kepala sekolah

(21)

penggerak dengan adanya kemerdekaan ini,” Kata Mendikbud. Terkait kesiapan penyelenggaraan asesmen di tingkat sekolah, mendikbud menegaskan bahwa hal tersebut menjadi hak setiap sekolah (Mendikbud:2020) .

Menurut Rian Irwinsyah (2020) Merdeka belajar menjadi salah satu program inisiatif Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang ingin menciptakan suasana belajar yang bahagia dan suasana yang happy. Dapat memahami dan mengubah cara pandang pendidikan. Hal ini karena, manusia itu mempunyai kemampuan yang unik dan luar biasa serta dapat mengatasi berbagai permasalahan yang mengancam manusia itu sendiri. juga menolak corak pendidikan yang otoriter yang terjadi di masa lalu dan sekarang. Pendidikan yang otoriter dianggap dapat menghambat dalam mencapai tujuan tujuan yang baik, karena kurang menghargai kemampuan yang dimiliki manusia dalam proses pendidikan.

Padahal dalam pendidikan semua elemen dianggap sebagai motor penggerak untuk mencapai sebuah kemajuan atau progres ke depan. Dengan demikian, bagi ide-ide, teori-teori, dan cita-cita tidak cukup hanya diakui sebagai hal-hal yang ada (tetapi yang ada ini harus dicari maknanya untuk mencapai sebuah kemajuan). Dengan memahami dan menerapkan cara pandang pendidikan dan dihubungkan dengan gebrakan kebijakan “merdeka belajar” yang telah dicanangkan oleh Mendikbud Nadiem Makarim, diharapkan pendidikan di Indonesia mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Selain itu, pendidikan di Indonesia menjadi lebih maju, berkualitas dan sesuai dengan harapan semua

(22)

masyarakat Indonesia serta searah dengan yang telah diamanatkan oleh UUD 1945.

Tujuan merdeka belajar agar para guru, peserta didik, serta orang tua bisa mendapat suasana yang bahagia. “merdeka belajar itu bahwa proses pendidikan harus menciptakan suasana-suasana yang membahagiakan”. Dalam hal ini yang perlu dikembangkan adalah guru sebagai kunci utama keberhasilan merdeka belajar baik bagi siswa maupun gurunya sendiri. Merdeka belajar adalah proses dimana seorang guru mampu memerdekakan dirinya terlebih dahulu dalam proses belajar mengajar dan mampu memberikan rasa nyaman serta rasa merdeka belajar bagi siswa-siswanya.

Dari hasil observasi awal yang telah dilakukan sebelumnya Februari 2020 di sman 5 takalar dari segi pembelajaran di kelas sebagian guru menggunakan metode ceramah di kelas yang pastinya membuat siswa jenuh, anak-anak masih menjadi objek dalam belajar hingga mereka kurang kreatif karena proses KBM (kegiatan belajar mengajar) masih didominasi guru, anak-anak sibuk mengerjakan berbagai tugas yang diberikan guru termasuk PR, dan sumber belajar yang digunakan di kelas masih sangat terbatas, umumnya baru memanfaatkan buku paket saja sehingga siswa kurang peluang untuk mencari bahan dari berbagai sumber selain buku paket. Dan dilihat dari kesiapan sekolah dan gurunya dimana guru mempunyai peran yang signifikan di dalam proses pembelajaran di sekolah, salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan dengan cara mengembangkan merdeka belajar. Merdeka belajar sebagai upaya perbaikan pembelajaran memberikan kemudahan dan penyederhanaan untuk proses belajar mengajar, misi

(23)

yang ingin dicapai antara lain suatu kelulusan dari jenjang pendidikan tertentu benar-benar memiliki kompetensi yang harus dimiliki seorang peserta didik melalui pembelajaran merdeka belajar. Merdeka belajar ini memberikan peluang bagi guru memiliki kebebasan berinovasi, kebebasan untuk belajar mandiri dan kreatif agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Dari hal tersebut sehingga peneliti ingin melihat persepsi guru sebagai pelaksana di lapangan terhadap penerapan konsep merdeka belajar serta kesiapan sekolah dalam mempersiapkan pelaksanaan program konsep merdeka belajar. Didukung oleh pengamatan sebelumnya bahwa kondisi sekolah sudah dibayangkan bisa menerapkan konsep merdeka belajar di SMA NEGERI 5 TAKALAR dilihat dari kondisi sekolah tersebut sudah meniadakan UN dan beberapa pendapat dari narasumber bahwa peraturan penerimaan peserta didik baru jalur zonasi sudah dilaksanakan pada tanggal 29 juni 2020. Berdasarkan uraian tersebut sehingga saya mengangkat judul “PERSEPSI GURU DALAM KONSEP PENDIDIKAN (STUDI PADA PENERAPAN MERDEKA BELAJAR DI SMA NEGERI 5 TAKALAR)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian singkat diatas maka dapat dirumuskan permasalahan adalah;

1. Bagaimana persepsi guru terhadap konsep penerapan merdeka belajar SMAN 5 takalar?

2. Faktor apakah yang menjadi kendala dalam penerapan merdeka belajar di SMAN 5 takalar?

(24)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui:

1. Mengetahui persepsi guru terhadap konsep penerapan merdeka belajar di SMAN 5 takalar.

2. Mendeskripsikan faktor yang menjadi kendala dalam penerapan merdeka belajar di SMAN 5 takalar.

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis manfaat yang didapatkan dapat memahami konsep merdeka belajar bagi guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di sman 5 takalar.

Tujuan lainnya dalam aspek pendidikan sosiologi adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik, mengarah pada esensi dari pendidikan sosiologi tersebut.

2.Manfaat Praktis a. Bagi sekolah

Secara praktis manfaat yang dapat diperoleh sekolah dapat mensosialisasikan merdeka belajar, menjadikan referensi dan informasi serta masukan kepada pihak-pihak yang terkait untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, terutama bagi sman 5 takalar.

(25)

Dalam upaya kesiapan untuk konsep merdeka belajar di sman 5 takalar.

b. Bagi guru

Memudahkan guru untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan.

c. Bagi siswa

Siswa akan terlatih kesiapannya dalam proses belajar mandiri, siswa akan terlatih menggunakan daya serap pemahaman penjelasan dari temannya, siswa akan serius dalam proses pembelajaran yang bahagia ini dimana dan kapan saja dilakukan.

E. Definisi operasional

1. Persepsi guru adalah suatu pandangan seseorang terhadap sesuatu yang terjadi pada pengalaman-pengalaman yang ada.

2. Konsep pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan baik langsung maupun tidak langsung untuk membantu meningkatkan perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu.

3. Konsep merdeka belajar adalah program kebijakan yang baru dari pemerintah, dimana merdeka belajar ini suatu proses pembelajaran yang bahagia atau happy tanpa dibebani, di dalam pembelajaran yang awalnya bernuansa di dalam kelas menjadi di luar kelas. Pembelajaran akan lebih nyaman karena murid dapat berdiskusi lebih dengan guru dan lebih membentuk karakter peserta didik.

(26)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Konsep

1. Pengertian Persepsi

Menurut Bimo Walgito dalam Sry wahyuni Nur (2017:28-31) Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra atau juga disebut proses sensoris. Menurut Slameto persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi dalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar,peraba,perasa,dan pencium.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Mifta Toha menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut:

1) Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian(fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.

2) Faktor Eksternal: latar belakang keluarga informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas ukuran, keberlawanan,

(27)

3) pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.

Sedangkan menurut Bimo Walgito dalam Sry wahyuni Nur (2017:28-31) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan beberapa faktor yaitu:

1) Objek yang dipersepsi, objek yang menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar individu.

2) Alat indera,saraf,dan pusat susunan saraf, alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan saraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan responden diperlukan saraf motoris.

3) Perhatian untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

Dari hal-hal tersebut dapat dikemukakan bahwa untuk mengadakan persepsi adanya beberapa faktor yang berperan yang merupakan syarat

(28)

agar terjadi persepsi, yaitu objek atau stimulus yang dipersepsi, alat indera atau syaraf-syaraf serta susunan saraf, yang merupakan syaraf fisiologis dan perhatian yang merupakan saraf psikologis.

3. Proses terjadinya persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.

Proses stimulus mengenai alat indra merupakan proses kelamaan atau proses fisik. Stimulusnya yang diterima oleh alat indra diteruskan oleh saraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar atau apa yang di raba. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran inilah yang disebut proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera, proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dan resepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk.

(29)

Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi itu. Hal tersebut karena keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai oleh suatu stimulus saja, tetapi individu juga dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Namun demikian tidak semua stimulus mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan.

4. Definisi Guru

Menurut Dedi Supriadi (1999), guru sebagai suatu profesi di indonesia baru dalam taraf sedang tumbuh (emerging profession) yang tingkat kematangannya belum sampai pada yang telah dicapai oleh profesi-profesi lainnya sehingga guru dikatakan sebagai profesi yang setengah-setengah atau semi profesional.

a) Syarat-syarat Profesi Guru suatu pekerjaan dapat menjadi profesi harus memenuhi kriteria atau persyaratan tertentu yang melekat dalam pribadinya sebagai tuntunan melaksanakan profesi tersebut.

1) Pekerja penuh

Suatu profesi merupakan pekerja penuh dalam pengertian pekerjaan yang diperlukan oleh masyarakat atau perorangan. Tanpa pekerjaan tersebut masyarakat akan menghadapi kesulitan. Profesi merupakan pekerjaan yang mencakup tugas, fungsi, kebutuhan, aspek atau bidang tertentu dari anggota masyarakat secara keseluruhan.

(30)

2) Ilmu pengetahuan

Untuk melaksanakan suatu profesi diperlukan ilmu pengetahuan. Tanpa menggunakan ilmu tersebut profesi tidak dapat dilaksanakan. 3) Aplikasi ilmu pengetahuan

Ilmu pengetahuan pada dasarnya mempunyai dua aspek, yaitu aspek teori dan aspek aplikasi. Aspek aplikasi ilmu pengetahuan adalah penerapan teori-teori ilmu pengetahuan untuk membuat sesuatu, mengajarkan sesuatu atau memecahkan sesuatu yang diperlukan. 4) Lembaga pendidikan

Ilmu pengetahuan yang diperlukan oleh guru untuk melaksanakan profesinya harus dipelajari dari lembaga pendidikan tinggi yang Lembagakhusus mengajarkan, menerapkan dan meneliti serta mengembangkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu keguruan.

5) Perilaku profesi

Perilaku profesional yaitu perilaku yang memenuhi persyaratan tertentu, bukan perilaku yang memenuhi persyaratan tertentu, bukan perilaku pribadi yang dipengaruhi oleh sifat-sifat atau kebiasaan pribadi.

6) Standar profesi

Standar profesi adalah prosedur dan norma-norma serta prinsip-prinsip yang digunakan sebagai pedoman agar keluaran (output)

(31)

kuantitas dan kualitas pelaksanaan profesi tinggi sehingga kebutuhan orang dan masyarakat ketika diperlukan dapat dipenuhi.

7) Kode etik profesi

Suatu profesi dilaksanakan oleh profesional dengan menggunakan perilaku yang memenuhi norma-norma etik profesi. Kode etik adalah kumpulan norma-norma yang merupakan pedoman perilaku profesional dalam melaksanakan profesi. Kode etik guru adalah suatu norma atau aturan tata susila yang mengatur tingkah laku guru. 5. Definisi pendidikan

Menurut Ondi dan Aris (2015:7-13) Dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan terlebih dahulu perlu diketahui 2 istilah yang hampir sama bentuknya dan sering dipergunakan dalam dunia pendidikan yaitu pedagogik berarti “pendidikan” sedangkan pedagogy artinya “ilmu pendidikan”. Dalam pengertian yang sederhana ini dan umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Definisi pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli antara lain: 1) Driyarkan mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan

manusia muda. Pengangkatan manusia ke taraf insani itulah yang disebut mendidik. Pendidikan ialah pemanusiaan manusia muda (Ditjen Dikti, 1983/1984:19).

(32)

2) Dictionary of Education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana ia hidup, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum (Ditjen Dikti, 1983/1984:19).

Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan, suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam pertumbuhannya, suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat, suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju kedewasaan.

a) Faktor-faktor pendidikan

Dalam aktivitas pendidikan ada enam faktor pendidikan yang dapat membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi namun faktor integrasinya terutama terletak pada pendidik dengan segala kemampuan dan keterbatasannya keenam faktor pendidikan tersebut:

1) Faktor tujuan

Dalam praktek pendidikan, baik di lingkungan keluarga, disekolah maupun di masyarakat luas, banyak sekali tujuan pendidikan yang diinginkan oleh pendidik agar dapat dicapai (dimiliki) oleh peserta didiknya.

(33)

2) Faktor pendidik

Kita dapat membedakan pendidik itu menjadi dua kategori ialah: pendidik menurut kodrat,yaitu orang tua dan pendidik menurut jabatan ialah guru. Orang tua sebagai pendidik menurut kodrat adalah pendidik utama dan pertama, karena secara kodrati anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya (ibunya) dalam keadaan tidak berdaya. Hanya dengan pertolongan dan layanan orang tua dengan anaknya dalam hubungan edukatif, mengandung dua unsur dasar yaitu: undur kasih sayang pendidik terhadap anak, unsur kesadaran dan tanggung jawab dari pendidik untuk menentukan perkembangan anak.

3) Faktor peserta didik

Dalam pendidikan tradisional, peserta didik dipandang sebagai organisme yang pasif, hanya menerima informasi dari orang dewasa. Kini dengan cepatnya perubahan sosial, dan berkat penemuan teknologi, maka komunikasi antar manusia berkembang amat cepat. 4) Faktor isi/materi pendidikan

Yang termasuk dalam arti /materi pendidikan ialah segala sesuatu oleh pendidik langsung diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

5) Faktor metode pendidikan

Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif. Agar interaksi ini dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam

(34)

mencapai tujuan maka di samping dibutuhkan pemilihan bahan/materi pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula.

6) Faktor situasi lingkungan

Situasi lingkungan mempengaruhi proses dan hasil pendidikan. Situasi lingkungan ini meliputi lingkungan fisis, lingkungan teknis dan lingkungan sosial kultural. dalam hal-hal ini dimana situasi lingkungan ini berpengaruh secara negatif terhadap pendidikan, maka lingkungan itu menjadi pembatas pendidikan.

b) Fungsi pendidikan

Fungsi pendidikan dalam artian mikro (sempit) adalah membantu (secara sadar) perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. Fungsi pendidikan secara makro (luas) ialah pengembangan pribadi, perkembangan warga negara, pengembangan kebudayaan, pengembangan bangsa. Pada prinsipnya mendidik adalah memberi tuntutan bantuan, pertolongan kepada peserta didik (Fuad Ihsan,2011:1-11).

6. Definisi Merdeka Belajar

“Pendidikan Merdeka Belajar”. Konsep Ini merupakan respons terhadap kebutuhan sistem pendidikan di era revolusi industri 4.0.Nadiem Makarim menyebutkan merdeka belajar merupakan kemerdekaan berfikir. Kemerdekaan Berpikir Ditentukan Oleh guru (Tempo.co,2019). Jadi Kunci Utama menunjang sistem pendidikanyang baru adalah guru.

Nadiem Makarim(2019) mengatakan guru tugasnya mulia dan dan sulit. Dalam sistem pendidikan nasional guru ditugasi untuk membentuk masa

(35)

depan bangsa namun terlalu diberikan aturan dibandingkan pertolongan. Guru ingin membantu murid untuk mengerjakan ketertinggalan di kelas, tetapi waktu habis untuk mengerjakan administrasi tanpa manfaat yang jelas. Guru mengetahui potensi siswa tidak dapat diukur dari hasil ujian, namun guru di kejar oleh angka yang didesak oleh berbagai pemangku kepentingan. Guru ingin mengajak murid ke luar kelas untuk belajar dari dunia sekitarnya, tetapi kurikulum yang begitu pada menutup petualangan. Guru sangat frustasi bahwa di dunia nyata bahwa kemampuan berkarya dan berkolaborasi menentukan kesuksesan anak, bukan kemampuan menghafal. Guru mengetahui bahwa setiap murid memiliki kebutuhan berbeda, tetapi keseragaman mengalahkan keberagaman sebagai prinsip dasar birokrasi. Guru ingin setiap murid terinspirasi, tetapi guru tidak diberi kepercayaan untuk berinovasi (Nadiem Makarim dalam Kemendikbud.go.id, 2019).R. Suyanto Kusumaryono (2019) menilai bahwa konsep “Merdeka Belajar” yang dicetuskan oleh Nadiem Makarim dapat ditarik beberapa poin (R. Suyanto Kusumaryono dalam Kemendikbud.go.id,2019).

Dalam konsep merdeka belajar, antara guru dan murid merupakan subjekdalam sistem pembelajaran. Artinya guru bukan dijadikan sumber kebenaran oleh siswa, namun guru dan siswa berkolaborasi penggerak dan mencari kebenaran. Artinya posisi guru di ruang kelas bukan untuk menanam atau menyeragamkan kebenaran menurut guru, namun menggali kebenaran, daya nalar dan kritisnya murid melihat dunia dan fenomena. Peluang berkembangnya internet dan teknologi menjadi momentum kemerdekaan

(36)

belajar. Karena dapat meretas sistem pendidikan yang kaku atau tidak membebaskan. Termasuk mereformasi beban kerja guru dan sekolah yang terlalu dicurahkan padahal yang administratif. Oleh sebabnya kebebasan untuk berinovasi, belajar dengan mandiri, dan kreatif dapat dilakukan oleh unit pendidikan, guru dan siswa.

a. Pokok kebijakan program merdeka belajar

Pada konsep merdeka belajar ada 4 pokok program kebijakan merdeka belajar:

1) Arah kebijakan baru dalam penyelenggaraan ujian sekolah berbasis nasional.

Ujian yang dilakukan untuk menilai kompetensi siswa dilakukan dalam bentuk tes tertulis atau bentuk penilaian lainnya yang lebih komprehensif, seperti portofolio dan penugasan. Dengan itu, guru dan sekolah lebih merdeka dalam penilaian hasil belajar siswa. Anggaran USBN sendiri dapat dialihkan untuk mengembangkan kapasitas guru dan sekolah, guna meningkatkan kualitas pembelajaran.

2) Tahun 2020 menjadi penyelenggaraan UN untuk terakhir kalinya.

Penyelenggaraan UN tahun 2021, akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter, yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter,” jelas Mendikbud. Beda dengan UN yang biasa dilakukan sebelumnya, Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter ini

(37)

akan dilakukan oleh siswa di tengah jenjang sekolah (misalnya kelas 4, 8, 11), sehingga dapat mendorong guru dan sekolah untuk memperbaiki mutu pembelajaran. Hasil ujian ini tidak digunakan untuk basis seleksi siswa ke jenjang selanjutnya.

3) Penyederhanaan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Mengenai penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Kemendikbud akan menyederhanakannya. Seorang guru dapat bebas memilih, membuat, menggunakan, dan mengembangkan format RPP. Tiga komponen inti RPP terdiri dari tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen. Penulisan RPP dilakukan dengan efisien dan efektif sehingga guru memiliki lebih banyak waktu untuk mempersiapkan dan mengevaluasi proses pembelajaran itu sendiri. Satu halaman saja cukup,” jelas Mendikbud.

4) Sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) tetap digunakan Sistem zonasi tetap digunakan dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB).

Karena untuk mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitas di berbagai daerah, Kemendikbud tetap menggunakan sistem zonasi. Komposisi PPDB jalur zonasi dapat menerima siswa minimal 50 persen, jalur afirmasi minimal 15 persen, dan jalur perpindahan maksimal 5 persen. Sedangkan untuk jalur prestasi atau sisa 0-30 persen lainnya disesuaikan dengan kondisi daerah 7. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Merdeka Belajar

(38)

Kebijakan “belajar di rumah” ini sebenarnya dapat dijadikan uji efektivitas gagasan “merdeka belajar” yang dikeluarkan oleh Mas Menteri.. Paling mendasar adalah terkait dengan paradigma atau mindset peserta didik untuk memahami apa merdeka belajar itu. Sebagai contoh saya masih melihat kebijakan belajar mandiri di rumah ini, dipahami sebagai “liburan” oleh para peserta didik. Padahal bagi saya ini adalah bentuk uji karakter kemandirian peserta didik terhadap gagasan merdeka belajar. Karakter mandiri adalah pintu menuju keberhasilan program revolusioner dari mas menteri ini (Times Indonesia 2020).

Selain paradigma merdeka belajar oleh siswa, factor yang kedua adalah sumber daya guru. Keberadaan guru yang terdiri dari “lintas generasi” menyebabkan berbagai macam perdebatan terkait dengan konsep dan pola mendidik itu sendiri. Dilapangan tidak jarang saya menjumpai terjadi kesalahpahaman antara guru, karena model mendidik yang berbeda (Times Indonesia 2020).

Penguasaan guru terhadap teknologi yang sangat bervariasi, juga menjadi tantangan tersendiri untuk melaksanakan pembelajaran berbasis digital yang menjadi salah satu tuntutan gagasan “merdeka belajar”. Kemampuan digitalisasi seorang guru mutlak harus dikuasai, mengingat hal tersebut telah menjadi kebutuhan belajar saat ini. Sadar bahwa zaman dan manusia yang terus berubah dan berkembang menjadi modal penting guru untuk merubah paradigma dan melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan zaman (Times Indonesia 2020).

(39)

Kesiapan orang tua peserta didik dalam menerima perubahan belajar juga perlu menjadi perhatian. Nilai raport yang bagus masih menjadi tuntutan orang tua terhadap proses pendidikan sang anak. Para orang tua harus memahami bahwa selain seorang anak dituntut memperoleh nilai pengetahuan yang baik, zaman juga telah menuntut anak untuk memiliki skill yang mumpuni. Bagi saya antara nilai pengetahuan dan skill tidak bisa dipisahkan atau dipilih salah satu saja, karena keduanya saat ini menjadi kesatuan yang utuh sebagai senjata para penerus bangsa untuk menghadapi masa depan yang cemerlang (Times Indonesia 2020).

Terakhir yang menjadi faktor tercapainya gagasan “merdeka belajar” adalah infrastruktur. Beragamnya kondisi dan kemampuan perekonomian masing-masing keluarga, menyebabkan beragam pula infrastruktur yang menunjang proses belajar para peserta didik di rumah. Dengan kebijakan sekolah di rumah selama dua pekan ini bisa menjadi evaluasi pemerintah terkait dengan masalah kesiapan infrastruktur yang menunjang program merdeka belajar (Times Indonesia 2020).

Bagi saya memutuskan kebijakan terkait pendidikan di Indonesia tidak bisa dilihat dari beberapa daerah saja, melainkan harus menyeluruh dari berbagai wilayah. Kebutuhan infrastruktur penunjang belajar di sekolah juga harus mendapat perhatian lebih, guna tercapainya program “merdeka belajar”. Sebagai salah satu contoh masih belum meratanya jaringan internet yang disebabkan oleh kondisi geografis suatu wilayah, menyebabkan sebagian masyarakat kita masih “gaptek” (gagap teknologi).

(40)

B. Kajian Teori

1. Teori Belajar Paulo Freire

Paulo Freire adalah tokoh pendidikan yang sangat kontroversial.Ia menggugat sistem pendidikan yang telah mapan dalam masyarakat Brasil. Bagi dia, sistem pendidikan yang ada sama sekali tidak berpihak pada rakyat miskin tetapi sebaliknya justru mengasingkan dan menjadi alat penindasan oleh penguasa. Karena pendidikan yang demikian hanya menguntungkan penguasa maka harus dihapuskan dan digantikan dengan sistem pendidikan yang baru.Sebagai jalan keluar atas kritikan tajam itu maka Freire menawarkan suatu sistem pendidikan alternatif yang menurutnya relevan bagi masyarakat miskin dan tersisih.Kritikan dan pendidikan alternatif yang ditawarkan Freire itu menarik untuk dipakai menganalisis permasalahan pendidikan di Indonesia.Walaupun harus diakui bahwa konteks yang melatarbelakangi lahirnya pemikiran yang kontroversial mengenai pendidikan itu berbeda dengan konteks Indonesia. Namun di balik kesadaran itu, ada keyakinan bahwa filsafat pendidikan yang ada di belakang pemikiran Freire dan juga metodologi pendidikan yang ditawarkan akan bermanfaat dalam “membedah” permasalahan pendidikan di Indonesia.

Bagi Freire pendidikan yang membebaskan adalah pendidikan yang menumbuhkan kesadaran kritis transitif. Memang ia tidak bermaksud bahwa seseorang langsung mencapai tingkatan kesadaran tertinggi itu, tetapi belajar adalah proses bergerak dari kesadaran nara didik pada masa

(41)

kini ke tingkatan kesadaran yang di atasnya. Dalam proses belajar yang demikian kontradiksi guru-murid (perbedaan guru sebagai yang menjadi sumber segala pengetahuan dengan murid yang menjadi orang yang tidak tahu apa-apa) tidak ada. Nara didik tidak dilihat dan ditempatkan sebagai objek yang harus diajar dan menerima.Demikian pula sebaliknya guru tidak berfungsi sebagai pengajar. Guru dan murid adalah sama-sama belajar dari masalah yang dihadapi. Guru dan nara didik bersama-sama sebagai subyek dalam memecahkan permasalahan. Guru bertindak dan berfungsi sebagai koordinator yang memperlancar percakapan dialogis.

Salah satu kritikan Freire adalah pendidikan yang berupaya membebaskan kaum tertindas untuk menjadi penindas baru. Bagi Freire pembebasan kaum tertindas tidak dimaksudkan supaya ia bangkit menjadi penindas yang baru, tetapi supaya sekaligus membebaskan para penindas dari kepenindasannya.

Dalam proses belajar mengajar, pemerintah Republik Indonesia telah mengupayakan untuk menerapkan pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA), tetapi hanya metodenya sajalah yang CBSA. Sementara materi yang disampaikan masih merupakan barang asing yang tidak lahir dari dalam konteks dimana manusia itu ada sehingga pada akhirnya siswa kembali menjadi “bank” penyimpanan sejumlah pengetahuan. Memang siswa aktif belajar dan mungkin berdiskusi dalam kelas tetapi yang didiskusikan dan dipelajari dalam kelas adalah sejumlah dalil dan rumus yang tidak punya hubungan dengan kehidupannya. Lagi pula relasi

(42)

guru-siswa adalah pengajar dan yang diajar. Siswa adalah yang belum tahu dan harus diberitahu sedangkan guru adalah yang sudah tahu dan akan memberitahukan diakses pada 31 Agustus 2020)

2. Belajar sosial

Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya.Albert Bandura lahir tanggal 4 Desember 1925 di Mundare Alberta berkebangsaan Kanada.Ia seorang psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri. Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa di sekitarnya (Purwanta,2015:28).

Teori pembelajaran sosial ini adalah perkembangan utama dari tradisi teori pembelajaran perilaku (behaviorisme).Berbeda dengan penganut Behaviorisme, Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial ini. Misalnya seorang yang hidup dan lingkungannya dibesarkan di lingkungan judi, maka dia cenderung menyenangi judi, atau sekitarnya menganggap bahwa judi itu tidak jelek (Purwanta,2015:28).

Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan

(43)

(imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling).Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan (Komalasari,Wahyuni Karsih,2011:176).

Menurut Komalasari,Wahyuni Karsih (2011:176) Inti dari pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu. Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan, yaitu:

a) Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain. Contohnya: seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain.

b) Pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang memperhatikan model itu, mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, 1998.a: 4).

(44)

3.Kebutuhan prestasi

a. Teori Kebutuhan Berprestasi

Teori yang dikembangkan oleh para ahli barat ini berkembang dari adanya pengamatan tentang perbedaan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi diantara beberapa bangsa di dunia. Teori ini berkembang dari rasa tidak puas terhadap teori-teori yang dikembangkan oleh para ahli ilmu sosial yang berpendapat bahwa perbedaan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang terjadi disebabkan oleh :

Pertama perbedaan letak geografis. Menurut pendapat ini, negara yang berada di daerah subtropik mempunyai iklim yang merangsang para warga negaranya untuk giat bekerja sehingga produktivitas menjadi tinggi. Sedangkan Negara di daerah khatulistiwa warga negaranya kurang produktif akibat cuaca yang panas sehingga lebih cepat lelah dalam bekerja. Namun menurut McClelland, teori ini mempunyai kelemahan. Teori ini tidak mampu menerangkan sebab 2 negara yang mempunyai iklim relatif sama akan tetapi memiliki pertumbuhan ekonomi yang berbeda. Contoh tersebut adalah Negara Inggris dan Polandia. Penduduk Inggris mempunyai income per capita beberapa kali lipat dibandingkan penduduk Polandia (Ancok 1994).

Pendapat kedua adalah faktor perbedaan ras. Menurut beberapa pendapat menganggap orang-orang dari golongan ras tertentu lebih energetik dan lebih cerdas daripada ras lainnya. Hal ini sepintas terlihat masuk akal bahwa beberapa ras tertentu akan dapat tumbuh dengan cepat pertumbuhan ekonominya, akan tetapi hal ini masih dapat dibantah dengan terjadinya

(45)

kemunduran ekonomi suatu bangsa seperti yang terjadi di kota Florence, Italia beberapa tahun yang lalu kota ini sangat pesat pertumbuhan ekonominya, akan tetapi lambat laun mengalami kemunduran. Dari segi iklim maupun ras jelas bahwa tidak jauh berbeda dengan tahun silam (Ancok 1994).

Faktor berikutnya (ketiga) yang digunakan alasan yaitu faktor penyebaran budaya (Cultural Diffusion) menurut konsep ini, terjadinya pertumbuhan ekonomi suatu bangsa disebabkan adanya keterbukaan diri untuk menerima penemuan-penemuan baru yang secara ekonomis menguntungkan. Jepang adalah negara yang paling banyak memanfaatkan penemuan-penemuan teknologi barat. Walaupun ada bukti yang mendukung teori tersebut, namun teori ini tetap tidak bisa menerangkan kemajuan dan kemunduran bangsa yang membuka diri terhadap pengaruh barat seperti negara-negara lainnya. (Ancok, 1994)

Oleh karena adanya kelemahan-kelemahan dari teori yang dikemukakan tersebut maka lahirlah teori kebutuhan prestasi yang dikemukakan David C. McClelland, menurut teori ini kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh tingkatan sejauh mana seseorang memiliki virus mental yang disebutnya kebutuhan berprestasi. Orang yang memiliki virus ini dalam kadar tinggi akan memiliki sifat rajin bekerja keras, kalau mengerjakan sesuatu ingin berhasil dengan sebaik-baiknya demi mencapai standar tertinggi yang telah digariskannya. (Ancok, 1994)

(46)

b. Kebutuhan Berprestasi Menurut david c. Mcclelland

Teori ini dikemukakan oleh David C.McClelland beserta rekan- rekannya. Ada beberapa penyebutan dalam beberapa literatur yang mempunyai maksud sama dalam teori kebutuhan berprestasi David C.McClelland, diantaranya Achievement Motive/ Achievement Motivation, Need Achievement, dan Need for Achievement. Disebutkan bahwa Achievement Motivation atau motivasi berprestasi adalah konsep yang dikembangkan McClelland dalam buku The Achievement Motive yang mengacu pada motif untuk mencapai standar pencapaian atau standar keahlian. (Harne,1996).

Lebih lanjut, teori kebutuhan berprestasi ini sebenarnya adalah bagian dari beberapa motivasi yang ada, yang dikenal dengan “teori tiga kebutuhan”. Inti dari teori tiga kebutuhan ini terletak pada pendapat yang mengemukakan bahwa pemahaman tentang motivasi akan semakin mendalam apabila disadari bahwa setiap orang mempunyai 3 jenis kebutuhan, yaitu :

1) Kebutuhan akan prestasi, yaitu dorongan untuk unggul, untuk mencapai sederetan standar guna meraih kesuksesan

2) Kebutuhan akan kekuasaan, yaitu kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dengan cara yang diinginkan

3) Kebutuhan akan afiliasi, yaitu hasrat akan hubungan persahabatan dan kedekatan antar personal(Harne,1996).

(47)

Teori tiga kebutuhan ini juga disebut sebagai teori “kebutuhan yang didapat/dipelajari” (acquired/learned needs theory) yang mengemukakan bahwa tipe-tipe kebutuhan tertentu didapat selama masa hidup individu tersebut. Artinya kebutuhan individu yang mengemukakan bahwa tipe-tipe kebutuhan tertentu didapat selama masa hidup individu tersebut. Artinya, kebutuhan individu yang diperoleh dari waktu ke waktu dan dibentuk tersebut, melalui pengalaman hidup seseorang. Dengan kata lain, orang- orang tidak lahir dengan kebutuhan ini, tetapi mungkin mempelajarinya melalui pengalaman hidup mereka. (Draft, 2006). Sedangkan kebutuhan akan prestasi sendiri menurutnya adalah :

Kebutuhan berprestasi adalah keinginan untuk mencapai sesuatu yang sulit, mencapai standar-standar kesuksesan yang tinggi, menguasai tugas-tugas yang kompleks, serta mengungguli orang lain. Kebutuhan akan prestasi sering pula disebut kebutuhan berprestasi adalah kebutuhan dimana seorang ingin dipandang sebagai orang yang berhasil dalam hidupnya. (Siagian, 1995)

Sementara dalam ensiklopedi psikologi dijelaskan bahwa orang yang mempunyai motif prestasi yang sangat kuat yang oleh McClelland disebut sebagai kebutuhan akan prestasi adalah orang yang lebih suka pada tujuan/resiko yang sedang daripada tujuan/resiko yang sulit atau mudah. Mereka menginginkan umpan balik yang konkret, lebih suka melakukan tugas dengan hasil yang lebih ditentukan oleh keterampilan daripada keberuntungan, mereka mencari tanggung jawab pribadi, mempunyai perspektif akan masa depan, dan agak keliru tentang optimisme mengenai perkiraan kemungkinan untuk mencapai sukses, khususnya dalam tugas- tugas baru. (Romb, 1996)

(48)

Berarti seseorang dengan kebutuhan berprestasi yang besar adalah orang yang berusaha berbuat sesuatu. Misalnya: dalam penyelesaian tugas yang dipercayakan kepadanya lebih baik dibandingkan dengan orang- orang lain. Untuk itu orang demikian biasanya berusaha menemukan situasi agar dapat menunjukkan keunggulannya, seperti dalam pengambilan keputusan dan melakukan sesuatu yang dapat memberikan kepadanya umpan balik dengan segera tentang hasil yang dicapai. Sehingga dapat mengetahui apakah ia meraih kemajuan atau tidak. Seseorang dengan kebutuhan berprestasi yang besar, menyenangi pekerjaan yang kemungkinan berhasil besar, akan tetapi tidak senang pada tugas yang terlalu berat atau terlalu ringan. Berarti orang demikian tidak senang mengambil resiko yang besar. Hanya saja dorongan kuat dalam dirinya untuk secara bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan melaksanakan tugas dan tidak tanggung jawab itu terhadap orang lain.

c. Sumber-sumber Kebutuhan Berprestasi disebutkan oleh Erianto Hasibuan, antara lain : (Hasibuan, 1994)

1) Orang tua yang mendorong kemandirian di masa kanak-kanak

Pengalaman hidup yang sebelumnya diberikan oleh orang tua kepada seorang anak akan sangat menentukan bagaimana anak akan bersikap dikemudian hari. Apabila anak-anak didorong untuk melakukan hal- hal untuk diri mereka sendiri, tugas-tugas mereka sendiri, dorongan untuk hidup lebih mandiri maka anak akan mendapatkan kebutuhan berprestasi pada tahap perkembangan selanjutnya.

(49)

2) Menghargai dan memberi hadiah atas kesuksesan

Selain dorongan di masa kanak-kanak, hal itu akan semakin menguat apabila orang tua juga memberikan penghargaan (reward) atas suatu hal yang dapat dilakukan oleh seorang anak. Anak akan semakin bermotivasi untuk memenuhi segala apa yang anak cita-citakan manakala anak tidak ditentang, namun dihargai oleh orang lain atas prestasi yang telah diperbuatnya. Sebaliknya, jika anak tidak mendapat apa-apa bahkan mendapatkan hukuman (punishment) atas hasil yang kurang maksima, maka anak akan mengalami keputusasaan dalam hidupnya.

3) Asosiasi prestasi dengan perasaan yang positif

Seorang ibu high achievers harus mampu membuat standar excellence yang kiranya dapat diraih sehingga kemungkinan gagal sangatlah kecil. Dengan begitu anak akan yakin dengan kemampuan yang dimilikinya dan mendapatkan hasil sesuai dengan harapan. Apabila anak memiliki asosiasi yang negatif terhadap prestasinya maka anak selayaknya mengukur kembali standar yang telah dibuat.

4) Asosiasi prestasi dengan orang-orang yang memiliki kompetensi dan usaha sendiri bukan karena keberuntungan

Seseorang yang memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi dengan orang lain yang sama tentunya akan berusaha untuk saling mengungguli dengan mengungguli dengan menunjukkan standar di atas orang tersebut. Dalam melakukan persaingan dengan rivalnya tersebut, orang dengan kebutuhan

(50)

berprestasi yang tinggi dalam beberapa sumber dikatakan juga menyukai tanggung jawab pribadi daripada kelompok, walaupun juga ada sumber yang mengatakan bahwa kebutuhan afiliasi dan saling terbuka dengan orang lain dapat pula meningkatkan prestasinya.Namun orang dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi cenderung berkompetisi secara individual dengan cara menggunakan segala keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki sesuai standar yang ditetapkan sehingga dapat tercapai. Tidak terlalu rendah juga tidak terlalu tinggi. Bukan karena faktor keberuntungan yang hanya bersifat sementara

5) Suatu keinginan untuk menjadi efektif atau tertantang

Keinginan untuk menjadi efektif dan tertantang di sini disebabkan karena seorang yang mempunyai kebutuhan berprestasi yang tinggi, memerlukan feedback yang cepat mengenai hasil dari pekerjaan yang telah dilakukan. Dengan adanya hal tersebut, orang dengan kebutuhan berprestasi akan semakin tertantang untuk membuat standar diatasnya dan akan semakin efektif dalam melakukan melangkah selanjutnya.

6) Kekuatan pribadi

Kekuatan pribadi di sini adalah seorang dengan kebutuhan berprestasi akan selalu mempunyai kepribadian yang tangguh dan mantap, tak mudah mengenal putus asa karena “lebih sedikit” mengalami kegagalan. Mempunyai perasaan optimis dan maksimalis dalam berusaha mencapai tujuan.

(51)

Kebutuhan berprestasi tumbuh dari latihan kemandirian di masa kanak-kanak latihan ini menuntut orang tua bahwa anak-anak dapat melakukan sesuatu seperti dapat berdiri dengan benar, tahu jalan- jalan di sekeliling kita, pergi bermain dan mencoba melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri. Latihan kemandirian sendiri sebenarnya adalah bagian dari latihan pencapaian. Termasuk di dalamnya teguran, penghargaan, dan mungkin sedikit hukuman. Beberapa orang tua mengajari anaknya untuk menyelesaikan tantangan dengan ide yang mereka kuasai dan anak-anak yang berhasil pada tugas yang lebih kecil akan menemukan kepercayaan diri dan mencari tantangan berikutnya.

d. Meningkatkan Kebutuhan Berprestasi

Sebagaimana diulas secara mendalam diatas bahwa kebutuhan prestasi adalah kebutuhan yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan yang penuh tantangan, bekerja keras untuk mencapai tujuan dan menggunakan keterampilan serta kemampuan yang diperlukan untuk mencapainya. Maka sudah selayaknya jika kita harus terus meningkatkan kebutuhan prestasi kita. Hal ini perlu dilakukan mengingat kebutuhan berprestasi akan sangat berpengaruh dalam menentukan kemajuan suatu bangsa, terutama peneliti sendiri selaku penerus bangsa. Dalam hal ini, McClelland memberikan saran khusus mengenai pengembangan dan peningkatan kebutuhan berprestasi yang positif tinggi, yakni kebutuhan berprestasi yang tinggi dimana seseorang merasa tidak akan ada ketakutan untuk sukses, ia menyarankan bahwa. (Gibson, 1986)

(52)

a) Orang mengatur tugas sedemikian rupa sehingga mereka menerima dan umpan balik secara berkala atas hasil karyanya, ini akan memberikan informasi untuk seseorang mengadakan modifikasi atau koreksi.

b) Orang seharusnya mencari model prestasi yang baik, mencari pahlawan prestasi, orang yang berhasil baik, pemenang dan menggunakan mereka sebagai teladan.

c) Orang seharusnya memodifikasi citra diri mereka sendiri, orang yang mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi menyenangi dirinya sendiri dan berusaha mencari tantangan dan tanggung jawab yang sepadan.

d) Orang harus mengendalikan imajinasinya, berfikir secara realistis dan berpikir positif mengenai cara mereka mencapai tujuan

Dalam melakukan beberapa hal diatas, peran keluarga akan sangat berdampak terhadap pencapaian kebutuhan berprestasi seseorang. Hal itu diungkapkan McClelland dalam bukunya (keluarga adalah bagian inti dari masyarakat, keluarga merupakan faktor utama yang membentuk motivasi dan nilai-nilai kebudayaan. Seseorang akan berhasil bila ia memotivasi dirinya ia sukses. Orang yang mempunyai motivasi diri yang baik adalah orang yang mempunyai cita-cita dinamis dan tekun mencurahkan diri dan kemampuannya untuk mencapai cita-cita tersebut. (MccLelland, 1961)

C. Kerangka Pikir

Pemerintah terus melakukan perbaikan dengan cara melakukan perubahan kebijakan-kebijakan di sektor pendidikan untuk menjadikan pendidikan di Indonesia semakin baik serta menunaikan beban moral

(53)

pemerintahan yang termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam kaitannya dengan “Merdeka Belajar” yang dicanangkan oleh Mendikbud Nadiem Makarim, bahwa ada dua poin terpenting dalam pendidikan, yaitu merdeka belajar dan guru penggerak. Merdeka belajar artinya guru dan muridnya memiliki kebebasan untuk berinovasi, kebebasan untuk belajar mandiri dan kreatif.di sman 5 takalar dari segi pembelajaran di kelas sebagian guru lebih banyak menggunakan metode ceramah di kelas yang pastinya membuat siswa jenuh, anak-anak masih menjadi objek dalam belajar hingga mereka kurang kreatif karena proses KBM (kegiatan belajar mengajar) masih didominasi guru, anak-anak sibuk mengerjakan berbagai tugas yang diberikan guru termasuk PR, dan sumber belajar yang digunakan di kelas masih sangat terbatas, umumnya baru memanfaatkan buku paket saja sehingga siswa kurang peluang untuk mencari bahan dari berbagai sumber selain buku paket. Merdeka belajar sebagai upaya perbaikan pembelajaran memberikan kemudahan dan penyederhanaan untuk proses belajar mengajar, misi yang ingin dicapai antara lain suatu kelulusan dari jenjang pendidikan tertentu benar-benar memiliki kompetensi yang harus dimiliki seorang peserta didik melalui pembelajaran merdeka belajar.

(54)

Bagan kerangka pikir

D. Penelitian Yang Relevan

1. Sudaryanto.2020. dengan judul skripsi konsep merdeka belajar-kampus merdeka dan aplikasinya dalam pendidikan bahasa (dan sastra) Indonesia hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep Merdeka Belajar-Kampus Merdeka terwujud dalam delapan bentuk kegiatan pembelajaran, yaitu pertukaran pelajar, magang/praktek kerja, asistensi mengajar di satuan pendidikan, penelitian/riset, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaha, studi/proyek independen, dan membangun desa/kuliah kerja nyata tematik. Di Program Studi PBSI FKIP UAD, terdapat mata kuliah Penyuntingan yang mendorong mahasiswa untuk

Persepsi Guru Terhadap Konsep Pendidikan(Studi Pada Penerapan Konsep Merdeka Belajar Di Sma Negeri 5 Takalar

Persepsi Guru Terhadap Konsep Pendidikan merdeka belajar

Faktor yang menjadi kendala dan solusi mengatasi kendala dalam penerapan

merdeka belajar Persepsi guru terhadap konsep

penerapan merdeka belajar

Arah kebijakan baru

guru

Penyelenggaraan UN

Penyederhanaan RPP

Penerimaan siswa baru

dengan sistem ZONASI

Pemahaman terkait

merdeka belajar

Fasilitas yang memadahi

Solusi mengatasi

Referensi

Dokumen terkait

Akhir kata, tiada gading yang tak retak, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, penulis sangat berharap pada skripsi ini dapat diberikan saran yang bersifat konstruktif

23 Mahasiswa dapat menerapkan penyimpanan Data Teori • Macam-macam penyimpanan data, kelebihan dan kekurangannya • Memilih media penyimpanan yang tepat untuk aplikasi

Dengan memperhatikan berbagai kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif teknik make a match (mencari pasangan) pada hasil penelitian ini, maka

Kelebihan dari metode ini adalah jumlah zat yang digunakan dapat diatur, namun kekurangannya kertas cakram kurang menempel pada media sehingga kertas cakram mudah

Program kampus merdeka belajar Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa mahasiswa yang setuju dengan pengembangan media pembelajaran merdeka belajar kampus merdeka sebanyak 38,9% dan

Platform Merdeka Mengajar PMM menyediakan referensi bagi guru untuk mengembangkan praktik mengajar sesuai dengan Kurikulum Merdeka, dalam fitur Mengajar, ada fitur Perangkat Ajar yang

Membuat apliasi CRUD sederhana dengan SQLite dengan satu table 11 Penyimpanan Data - Macam macam penyimanan data, kelebihan dan kekurangannya - Memilih media penyimpanan yang tepat

Pada saat inverter memiliki sudut fasa yang sama dengan grid maka daya yang disuplai sesuai dengan referensi yang diberikan oleh sistem kontrol.. Kelebihan daya dari inverter akan