• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CEKAMAN SUHU PANAS (HEAT SHOCK) TERHADAP TANAMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH CEKAMAN SUHU PANAS (HEAT SHOCK) TERHADAP TANAMAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH CEKAMAN SUHU PANAS (HEAT SHOCK) TERHADAP TANAMAN

Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Tumbuhan

Oleh :

Fandi Ahmad (111510501102) Ari Wahyudi (111510501131) Dwi Hartatik (111510501150) Erliv Safita (111510501097)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER 2014

(2)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua tumbuhan pasti akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam daur hidupnya yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Laju pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman tidak dapat terlepas dari faktor dalam dan faktor luar. Salah satu komponen yang termasuk di dalam faktor luar adalah suhu. Tanaman membutuhkan suhu tertentu untuk tumbuh dan berkembang dengan baik yang biasanya disebut dengan suhu oktimum. Suhu paling rendah yang masih memungkinkan tumbuhan untuk tumbuh disebut suhu minimum sedangkan suhu paling tinggi untuk memungkinkan tumbuhan untuk tumbuh disebut suhu maksimum. Namun, jika suhu tersebut melebihi ambang batas maksimum tanaman untuk tumbuh maka akan menjadi cekaman bagi pertumbuhan tanaman tersebut.

Respon tanaman terhadap lingkungan yang berubah-ubah tersebut berbeda-beda pada tiap-tiap tanaman yang ditunjukkan dengan adanya perubahan morfologis maupun fisiologis pada tanaman tersebut. Adanya perubahan suhu yang terlalu tinggi pada lingkungan tumbuh tanaman yang tidak sesuai dengan suhu yang dikehendaki oleh tanaman tersebut akan dapat merugikan bagi tanaman. Cekaman suhu panas merupakan faktor luar yang kehadirannya dapat merugikan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu yang terlalu panas akan mendenaturasi enzim-enzim dan mengakibatkan kerusakan metabolisme pada tanaman tersebut. Sehingga panas yang berlebihan tersebut akan menghambat pertumbuhan tanaman dan bisa mengakibatkan kematian pada tanaman. Selain itu, suhu panas juga akan cenderung menyebabkan tanaman mengalami kekurangan air. Apabila tanaman tidak dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang berada pada suhu panas tanaman selain mengalami cekaman suhu panas juga akan mengalami cekaman kekeringan karena ketersediaan air pada suhu yang terlalu panas akan berkurang.

Tanaman dalam merespon cekaman panas akan melakukan beberapa cara, diantaranya yaitu menutup stomata pada daun yang bertujuan untuk menghemat

(3)

penggunaan air. Selain itu, tanaman juga akan mensintesis protein khusus yang disebut dengan protein kejut panas (heat shock protein) yang akan diproduksi dalam jumlah banyak. Protein ini akan bekerja secara efektif pada sel-sel tanaman yang tidak mengalami cekaman sehingga dapat membantu kerja enzim dan protein lain serta mencegah proses terjadinya denaturasi enzim karena cekaman suhu panas. Berdasrkan beberapa uraian tersebut dapat diketahui bahwa cekaman suhu panas memiliki beberapa pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, sehingga perlu pengkajian lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh cekaman suhu panas terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman?

2. Bagaimana respon fisiologi dan morfologi tanaman terhadap cekaman suhu panas ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul cekaman suhu panas pada tumbuhan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh cekaman suhu panas terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman

2. Mengetahui respon fisiologi dan morfologi tanaman terhadap cekaman suhu panas.

1.4 Manfaat

Makalah ini membahas tentang pengaruh cekaman suhu panas terhadap tumbuhan sehingga diaharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Digunakan sebagai refrensi dalam mengetahui respon tanaman terhadap cekaman suhu panas

2. Digunakan sebagai acuan untu penelitian lebih lanjut. BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

(4)

Pertumbuhan dan produksi tanaman dipengaruhi oleh faktor iklim termasuk suhu. Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu berkorelasi positif dengan radiasi matahari. Suhu yang dimaksud melputi suhu tanah maupun udara disekitar tajuk tanaman. Tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk tanaman, kandungan lengas tanah. Suhu mempengaruhi beberapa proses fisiologis penting, antara lain pembukaan stomata, laju transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi. Peningkatan suhu terutama suhu tanah dan iklim mikro di sekitar tajuk tanaman akan mempercepat kehilangan lengas tanah terutama pada musim kemarau. Pada musim kemarau, peningkatan suhu iklim mikro tanaman berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama pada daerah yang lengas tanahnya terbatas. Pengaruh negatif suhu terhadap lengas tanah dapat diatasi melalui perlakuan pemulsaan dapat mengurangi evaporasi dan transpirasi. (Haloho, 2011).

Suhu juga merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup, termasuk tumbuhan. Suhu dapat memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung. Suhu dapat berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam tumbuhan tersebut, sedangkan berperan tidak langsung dengan mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme. Suhu sering berperan bersamaan dengan cahaya dan air untuk mengontrol fungsi - fungsi dari organisme. Suhu tumbuhan biasanya kurang lebih sama dengan suhu sekitarnya karena adanya pertukaran suhu yang terus- menerus antara tumbuhan dengan udara sekitarnya. Secara garis besar semua tumbuhan mempunyai kisaran toleransi terhadap suhu yang berbeda tergantung pada umur, keseimbangan air dan juga keadaan musim (Fauzi, 2012).

(5)

Suhu mempengaruhi terjadinya penguapan atau evaporasi yang tinggi berpengaruh terhadap evapotranspirasi tanaman harian (ETc) dan evapotranpirasi acuan (ETo). Hubungan antara ETc dan ETo dinyatakan dengan koefisien tanaman (Kc). Keniakan suhu mempengaruhi nilai Kc. Hal ini menyebabkan terjadinya evapotranspirasi yang berlebihan pada tanaman. Suhu yang begitu tinggi dapat mengakibatkan terlambatnya fase pembungaan tanaman. Tanaman memiliki kriteria suhu optimum masing masing untuk pertumbuhan terbaiknya berkisar antara 27 – 32 °C. Suhu yang terlalu panas dan pemberian air yang kurang mengakibatkan tanaman tidak tumbuh dengan optimal. Sebagian besar tanaman masih dapat tumbuh pada suhu di bawah 45°C dengan persyaratan kebutuhan air tanaman terpenuhi. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya cekaman, karena cekaman menghambat pembesaran sel sehingga daun, tinggi tanaman, dan indeks luas daun tanaman mempunyai ukuran lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal (Tusi dan Rosad, 2009).

Laju respirasi dan fotosintesis pada suatu tumbuhan berhubungan erat dengan produktivitas bersih yang dihasilkannya. Bagi kebanyakan jenis tumbuhan temperatur yang dibutuhkan untuk respirasi adalah lebih tinggi dibandingkan temperatur yang dibutuhkan untuk fotosintesis. Bila temperatur untuk fotosintesis lebih tinggi dan melampaui temperatur untuk fotosintesis, tumbuhan akan menderita (cekaman suhu tinggi). Dibandingkan dengan hewan, tumbuhan memiliki keterbatasan adaptasi terhadap suhu ekstrem. Pada suhu panas, tumbuhan xerofit mengembangkan adaptasi dengan adanya kutikula yang tebal, meningkatnya penyerapan air dengan akar serabut yang panjang, menurunkan kadar transpirasi, dan memiliki jaringan penyimpan cadangan air. Tumbuhan kaktus seperti Opuntia fragilis memiliki struktur yang disebut cladode yang berfungsi menyimpan cadangan air (Fauzi, 2012).

Pada kondisi suhu tinggi yang ekstrem, enzim dapat mengalami denaturasi dan pemutusan asam nukleat pada sebagian besar organisme. Sifat merusak pada tumbuhan terutama pada fungsi fotosintesis yang tidak terjadi karena fotosistem yang peka terhadap panas. Dengan demikian, faktor suhu sangat menentukan penyebaran tumbuhan dalam biosfer. Tumbuh-tumbuhan di negara tropis

(6)

menerima pancaran matahari yang terik secara terus menerus sepanjang tahun. Ini karena negara tropis terletak di kawasaan yang sepanjang khatulistiwa. Oleh sebab itu transpirasi yang dijalankan oleh tumbuh-tumbuhan mempunyai kadar yang lebih tinggi daripada tumbuh tumbuhan di kawasan iklim lain. Adaptasi tumbuhan terhadap suhu dan intensitas cahaya yang tinggi yaitu pada daun tumbuhan seperti pohon cemara, jati dan akasia menggungurkan daunnya dengan tujuan mengurangi hilangnya air secara berlebih (Fauzi, 2012).

Pada umunya tumbuhan lebih cepat rusak dan lebih cepat meluas kerusakannya apabila suhu lebih tinggi dari suhu maksimum untuk pertumbuhannya dibanding apabila suhu lebih rendah dari suhu minimum. Pengaruh suhu tinggi pada pertumbuhan berhubungan dengan pengaruh faktor lingkungan yang lain, terutama kelebihan cahaya, kekeringan, kekurangan oksigen, atau angin kencang bersamaan dengan kelembaban relatif yang rendah. Suhu tinggi biasanya berperan dalam kerusakan sunsclad yang tampak pada bagian terkena sinar matahari pada buah berdaging dan sayuran, seperti cabe, apel, tomat, umbi lapis bawang dan umbi kentang. Hari dengan sinar matahari terik dan panas maka suhu jaringan buah yang terdapat di bawah sinar matahari langsung mungkin jauh lebih tinggi disbanding dengan jaringan buah dari sisi yang terlindung dan dikelilingi udara. Hal tersebut menghasilkan perubahan warna, kelihatan basah berair, melepuh, dan keringnya jaringan di bawah kulit, yang menyebabkan permukaan buah lekuk. Suhu tinggi juga terlibat dalam kekacauan air biji (water core) pada apel dan penurunan oksigen yang menyebabkan terjadinya blacheart pada kentang (Fauzi, 2012).

Mengingat tingginya suhu di dataran yang lebih rendah, maka penanaman beberapa spesies tanaman di dataran medium akan dihadapkan pada masalah yang terkait dengan suhu tinggi. Ini karena beberapa jenis tanaman sangat sensitif terhadap cekaman suhu tinggi. Beberapa pengaruh cekaman suhu tinggi yaitu terjadinya peningkatan produksi gibberelin acid (GA3) yang menghambat pembentukan umbi dan terjadi peningkatan laju respirasi yang menghambat pertumbuhan umbi. Akibatnya, umbi yang terbentuk sedikit dan ukurannya kecil (Suharjo, dkk, 2010).

(7)

Perubahan lingkungan tumbuh dari lingkungan subtropis ke lingkungan tropis secara spontan dapat merubah fenologi pertumbuhan dan produksi tanaman, khususnya jika mengalami suatu cekaman seperti suhu tinggi. Perubahan fenologi terjadi diduga merupakan sebuah respon dari tanaman terhadap faktor-faktor lingkungan pada suatu daerah yang mana merupakan manifestasi dari interaksi komponen struktur dan fungsi tanaman terhadap lingkungannya. Perbedaan dapat disebabkan karena kondisi cahaya, temperatur, substrat dan nutrisi. Suhu yang sangat tinggi, menyebabkan kerusakan parah dan bahkan kematian sel dapat terjadi dalam beberapa menit. Cekaman suhu tinggi pada fase akhir pertumbuhan (terminal heat stress atau post-anthesis heat stress) sering menjadi faktor pembatas pada produksi beberapa jenis tanaman di beberapa negara. Pada suhu tinggi, laju perkembangan tanaman meningkat sehingga mengurangi potensi akumulasi biomas. Secara umum, pengaruh suhu tinggi terhadap perkembangan hasil pada beberpa jenis tanaman meliputi laju perkembangan bulir yang lebih cepat, penurunan bobot bulir, biji keriput, berkurangnya laju akumulasi pati dan perubahan komposisi lipid dan polipeptida. Suhu 35–36°C selama 3 atau 4 hari dapat merubah morfologi bulir dan mengurangi ukuran bulir (Nur, dkk, 2010).

(8)

BAB 3. PEMBAHASAN

Suhu mencakup dua aspek yaitu derajat dan insolasi. Insolasi menunjukan energi panas dari matahari dengan satuan gram/kalori/cm2/jam. Dimana 1 grm kalori digunakan untuk menaikan suhu satu gram air sebesar 10C. Suhu merupakan faktor penting yang harus diperhatikan untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Suhu adalah salah satu faktor lingkungan yang dapat berperan baik langsung maupun tidak langsung terhadap organisme. Berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses kimia dalam tumbuhan tersebut, sedangkan peran tidak langsung dengan mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme hidup. Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan secara mandiri pengaruh suhu sebagai faktor lingkungan. Misalnya energi cahaya mungkin diubah menjadi energi panas ketika cahaya diabsorbsi oleh suatu substansi. Tambahan lagi suhu sering berperan bersamaan dengan cahaya dan air untuk mengontrol fungsi-fungsi organisme. Relatif mudah untuk mengukur suhu dalam suatu lingkungan tetapi sulit untuk menentukan suhu yang bagaimana yang berperan nyata, apakah keadaan minimum, maksimum atau keadaan rata-ratanya yang berperan penting (Nurwansyah, 2011).

Stres suhu panas pada tanaman bukan hal yang baru diamati dunia iptek. Belakangan ini dalam suasana resah menghadapi gejala pemanasan global, perhatian itu semakin besar, khususnya mengenai tanaman pangan dan lain sebagainya. Berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa suhu panas memiliki banyak pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dampak kenaikan suhu udara siang dan malam dan perbedaannya terhadap tanaman dan hasilnya juga telah diteliti. Namun hasil berbagai penelitian pada umumnya masih bersifat menyeluruh. Kenaikan suhu udara membawa pengaruh fenologi dan fisiologi yang merugikan terhadap pertumbuhan, hasil dan kualitasbeberapa tanaman. Kini penelitian sudah bergerak lebih jauh dan

(9)

mendalam, di antaranya mengenai pengaruh stres panas terhadap setiap fase pertumbuhan dan hasilnya.

Penelitian mengenai efek stres panas pada masing-masing fase pertumbuhan, yakni vegetatif, reproduksi, pematangan terhadap pertumbuhan dan hasil padi telah dilakukan oleh Indian Agricultural Research Institute, New Delhi. Hasil percobaan lapang yang mengambil lokasi di sekitar New Delhi, India itu telah dirilis oleh IRRI belum lama ini. Dari hasil riset tersebut diketahui dampak yang timbul terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi apabila kenaikan suhu udara selama satu musim tanam terjadi hanya pada satu tahap pertumbuhannya, yakni vegetatif (dari pertanaman bibit hingga mulai terbentuknya malai), reproduksi (dari terbentuknya malai hingga berbunga) atau pada fase pematangan (dari mulai berbunga hingga bulir padi matang).

Pada percobaan lapang dalam riset tersebut mereka menggunakan varietas padi indica Pusa 44 dengan sistem budidaya tanam pindah (pada umur bibit 30 hari) dan perlakuan lain sesuai cara agronomi normal. Bedanya tanaman padi yang diteliti dimasukkan dalam ruang tertutup dengan menggunakan lembaran plastik PVC yang transparan 90%. Sedangkan kontrol diberi sedikit halangan agar intensitas cahaya yang diterima sama dengan tanaman padi dalam ruang khusus. Dalam ruang khusus pertanaman padi itu, pada fase pertumbuhan tertentu dibuat suasana stres panas dengan suhu udara yang 2-3oC lebih tinggi dibanding suhu udara sekitar.

Secara keseluruhan, terbukti bahwa stres panas sekitar plus 2,5oC di atas suhu udara sekitar pada setiap fase pertumbuhan berpengaruh mengurangi terhadap biomassa tanaman dan hasil padi tetapi dengan derajat yang berbeda. Pada fase vegetatif maupun reproduktif, tingkat pengurangannya tidak berbeda jauh. Yakni biomassa kurang dari 26% dan hasil padi menurun 23% oleh perlakuan stress panas pada masa vegetatif, dan biomassa menurun 23% serta hasil padi menurun 27% pada fase reproduksi. Sedangkan perlakuan stres panas pada masa pematangan menyebabkan pengurangan hanya 8% pada biomassa dan 7% pada hasil padi (Anonim, 2013).

(10)

Cekaman suhu panas (stress panas) berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena suhu mempengaruhi reaksi fotosintesis dan respirasi pada tumbuhan. Dimana semakin tinggi suhu maka laju fotosintesis semakin berkurang bahkan terhambat. Sebaliknya laju respirasi semakin tinggi. Artinya pada saat terjadi cekaman panas maka respirasi akan berjalan lebih cepat dibandingkan laju fotosintesis. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1.1. Grafik Pengaruh Suhu Terhadap Laju Fotosintesis dan Respirasi Sumber: Anonim (2013)

Cepatnya laju respirasi tersebut berkaitan dengan meningkatnya aktivitas enzim pada saat terjadi cekaman suhu panas tertentu. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian Pant et al. (2013) sebagai berikut:

(11)

Gambar 3.1.3. Grafik Aktivitas Enzim Peroksidase terhadap Cekaman Suhu Panas

Gambar 3.1.4. Kandungan Protein Tanaman terhadap Cekaman Suhu Panas Sumber: Pant (2013).

Berdasarkan grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi suhu maka aktivitas enzim semakin meningkat. Hal inilah yang menyebabkan laju respirasi lebih cepat dibandikan laju fotosintesis. Namun pada suhu tertentu, enzim tersebut dapat mengalami kerusakan sehingga fotosintesis dan respirasi

(12)

tidak terjadi atau terhambat. Selain itu, berdasarkan gambar 3.1.4 menunjukkan bahwa pada cekaman suhu panas tertinggi meningkatkan kandungan protein pada tanaman Trigonella foenum. Protein tersebut merupakan protein heat shock (protein kejut) yang memiliki beran penting untuk mengatasi cekaman panas pada tanaman.

Panas berlebihan dapat mengganggu dan akhirnya membunuh suatu tumbuhan dengan cara mendenaturasi enzim-enzimnya dan merusak metabolismenya dalam berbagai cara. Cuaca panas dan kering juga cenderung menyebabkan kekurangan air pada banyak tumbuhan. Tumbuhan merespon cekaman panas dengan menutupnya stomata yang akan menghemat air, namun mengorbankan pendinginan melalui penguapan tersebut, atau tumbuhan merespon dengan mensitesis protein kejut-panas dalam jumlah yang cukup banyak. Protein kejut panas itu identik dengan protein chaperone (pengantar), yang berfungsi pada sel-sel yang tidak tercekam sebagai penopang sementara yang membantu protein lain melipat, membentuk konformasi fungsionalnya. Protein kejut-panas kemungkinan mengapit enzim serta protein lain dan membantu mencegah denaturasi (Nurwansyah, 2011).

Selain reaksi fisiologis tersebut, cekaman suhu panas juga mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata, mempertebal jaringan aerenki, dinding sel dan lain sebagainya. Pada saat terjadi cekaman suhu panas maka tanaman akan mengurangi membukanya stomata untuk mengurangi laju transpirasi. Adapun penyerapan air dan unsur hara serta translokasi fotosintat juga terganggu akibat cekaman suhu panas. Hubungan penyerapan tersebut juga dipengaruhi oleh enzim dan juga kandungan air dalam tanaman. Dimana saat terjadi cekaman beberapa enzim terdanaturasi dant tanaman banyak mengalami kekurangan air sehingga proses tersebut terhambat.

Adapun respon tanaman secara morfologi akibat cekaman suhu panas adalah sebagai berikut:

1. Tanaman tumbuhnya tidak normal (kerdil), hal ini disebabkan karena cekaman panas mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

2. Tanaman menjadi layu, hal ini karena cekaman suhu panas identik dengan cekaman kekeringan yang menyebabkan proses penyerapan air terganggu.

(13)

Selain itu, layu ini juga disebabkan akibat tanaman kehilangan energi untuk tumbuh akibat rusaknya enzim

3. Muncul bunga sebelum masa reproduktif, munculnya bunga pada dasarnya dipengaruhi oleh suhu. Cekaman suhu panas pada tamana tertentu menyebabkan munculnya bunga sebelum masa reproduktif

4. Tanaman menggugurkan daunnya, beberapa tanaman akan menggugurkan daunnnya saat terjadi cekaman panas. Hal ini bertujuan untuk menjaga kelembapan sehingga tanaman masih mendapatkan air saat terjadi cekaman suhu panas.

Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan kembali bahwa cekaman suhu panas berpengaruh nyata terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Selain itu, pada saat terjadi cekaan suhu panas. Beberapa tanaman mengalami perubahan fisiologi dan morfologi sebagai bentuk adaptasi menghadapi cekaman suhu panas.

(14)

BAB 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tersebut akhirnya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Cekaman suhu panas dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman

2. Respon fisiologi tanaman terhadap cekeman suhu panas ialah meningkatnya laju respirasi, menurunnya laju fotosinteis, meningkatnya aktivitas enzim, enzim terdenaturasi, mempengaruhi membukan dan menutupnya stomata, penyerapan air, unsur hara dan translokasi fotosintat terganggu serta meningkatkatnya produksi protein heat shock

3. Respon morfologi tanaman terhadap cekaman suhu panas antara lain pertumbuhan dan perkembangan terhambat, layu, muncul bunga sebelum fase generatif dan tanaman tertentu menggugurkan daunnya

5.2 Saran

Saat ini masih minim penelitian yang mengkaji seluruh respon tanaman terhadap cekaman suhu panas. Padahal pengetahuan tentang cekaman suhu panas ini sangat penting utamanya dalam menghadapi pemanasan global. Sehingga diaharapkan penelitian lebih lanjut tentang cekaman suhu panas agar dapat memunculkan varietas baru yang tahan terhadap cekaman suhu panas.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Dampak Suhu Panas pada Fase-fase Pertumbuhan Padi. [Serial Online]. Diakses pada tanggal 2 Mei 2014.

Fauzi, I. 2012. Pengaruh Cahaya Matahari dan Suhu Terhadap Tanaman.

[Serial online

http://imamfauzirohman.blogspot.com/2012/01/pengaruh-cahaya-matahari-dan-suhu.html ]. Diakses pada tanggal 2 Mei 2014.

Haloho, F. J. 2011. Study Tahan Temperatur/Suhu Pada Tanaman. [Serial online

http://jontarahaloho.blogspot.com/2011/10/study-tahan-temperatursuhu-pada-tanaman.html ]. Diakses pada tanggal 2 Mei 2014.

Nur, A., Trikoesoemaningtyas, Khumaida, N dan Sujiprihati, S. 2010. Phenologi Pertumbuhan dan Produksi Gandum pada Lingkungan Tropika Basah. Prosiding Pekan Serealia Nasional.

Nurwansyah. 2011. Pengaruh Suhu terhadap Tanaman. [Serial Online].

http://wahanapertanian.blogspot.com/2010/11/pengaruh-suhu-terhadap-tanaman.html

.

Diakses pada tanggal 2 Mei 2014.

Pant, G., S.Hemalatha, S.Arjunan, S. Malla and, G. Sibi. 2013. Effect of Heat Stress in Synthesis of Heat Shock Proteins and Antioxidative Enzyme Response in Trigonella foenum-graceum L. J. Plant Science, 1(4): 51-56.

Suharjo, U. K. J., Herison, C dan Fahrurrozi. 2010. Keragaan Tanaman Kentang Varitas Atlantik dan Granola di Dataran Medium (600 m dpl) Bengkulu Pasca Irradiasi Sinar Gamma. Akta Agrosia, 13(1): 82 – 88.

Tusi, A dan Rosad, R. A. B. 2009. Aplikasi Irigasi Defisit Pada Tanaman Jagung. Irigasi, 4(2): 120-130.

Gambar

Gambar 3.1.1. Grafik Pengaruh Suhu Terhadap Laju Fotosintesis dan Respirasi Sumber: Anonim (2013)
Gambar 3.1.4. Kandungan Protein Tanaman terhadap Cekaman Suhu Panas Sumber: Pant (2013).

Referensi

Dokumen terkait

Pada umur 33 hari, ayam broiler yang dipelihara pada suhu tinggi cenderung telah dapat beradaptasi dengan tingkat cekaman panas sehingga suhu tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

Satuan panas tanaman tomat yang ditumbuhkan di dalam rumah tanaman (greenhouse) yaitu 1661 o C hari, dengan rata-rata suhu udara selama pertumbuhan yaitu 27.1 o C,

Tingginya suhu lingkungan didaerah tropis dapat mengakibatkan ayam mudah terkena cekaman panas. Ayam broiler yang mengalami cekaman panas umumnya melakukan panting untuk

Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan tanaman dikenal sebagi suhu kardinal yaitu meliputi suhu optimum (pada kondisi ini tanaman dapat tumbuh baik), suhu minimum (pada suhu di

Gangguan pertumbuhan pada saat tanaman mengalami cekaman kekeringan bukan hanya disebabkan oleh kekurangan air untuk bahan fotosintesis, namun dengan adanya cekaman

menyimpulkan bahwa tanaman yang beradaptasi terhadap cekaman air dengan baik akan memiliki kerapatan stomata yang lebih sedikit saat mengalami defisit air dan ukuran stoma

Pada umur 33 hari, ayam broiler yang dipelihara pada suhu tinggi cenderung telah dapat beradaptasi dengan tingkat cekaman panas sehingga suhu tidak berpengaruh nyata (P>0,05)

Peristiwa yang terjadi pada perpindahan panas ini yaitu fluida panas yang masuk ke dalam heat exchanger akan mengalami penurunan suhu begitu pula pada saat fluida panas keluar dari heat