• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan pada mereka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan pada mereka"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Selanjutnya Mulyana1 memaparkan bahwa Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epitemologis yang panjang.

Sejak abad pencerahan hingga era globalisasi, Menurut Agus Salim2 terdapat 4 (empat) paradigma dalam penelitian, diantaranya adalah positivism, post positivism, Critical Theory (realism) dan Constructivisme. Masing-masing paradigma tersebut memiliki perbedaan dalam melihat realitas yang digunakan dan cara yang ditempuh untuk melakukan pengembangan ilmu pengetahuan.

Tabel 3.1

Tiga Paradigma Ilmu Sosial

Positivisme dan Post Positivisme

Konstruktivisme (Interpretatif)

Teori Kritis

Menempatkan ilmu social seperti ilmu-ilmu alam dan fisika, dan sebagai metode yang terorganisir

Memandang ilmu sosial sebagai analisis

sistematis terhadap social meaningful action,

Mentakrifkan ilmu sosial sebagai proses kritis, mengungkap “the real structure” dibalik ilusi

1

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, Hal.9

2

(2)

untuk menyatukan deductive logic dengan pengamatan empiris, agar mendapatkan konfirmasi tentang hukum kausalitas yang dapat digunakan untuk memprediksi pola umum gejala sosial tertentu.

melalui pengamatan langsung terhadap pelaku social dalam seting yang alamiah, agar mampu memahami dan

menafsirkan bagaimana pelaku social yang besangkutan menciptkan dan memelihara dunia social.

dan kebutuhan palsu yang ditampakkan dunia materi, guna mengembangkan kesadaran social untuk memperbaiki kondisi kehidupan subjek penelitian.

Sumber: Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta, Tiara Wacana, 2006, Hal. 72

Paradigma penelitian bisa diibaratkan sebagai kacamata yang akan digunakan oleh peneliti untuk mengkaji topik permasalahan yang akan diteliti. Berdasarkan kategori paradigma di atas, maka paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma postpositivisme.

Postpositivisme berpendapat manusia tidak mungkin mendapatkan kebenaran dari realitas apabila peneliti membuat jarak dengan realitas atau tidak terlibat secara langsung dengan realitas.

Salim3 menjelaskan postpositivisme merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan-kelemahan Positivisme yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Secara ontologi aliran ini bersifat critical realism yang memandang bahwa realitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam, tetapi suatu hal, yang mustahil bila suatu realitas dapat dilihat secara benar oleh manusia (peneliti). Oleh karena itu

3

(3)

secara metodologi pendekatan eksperimental melalui metode triangulation yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data, peneliti dan teori.

Selanjutnya Salim4 menambahkan bahwa secara epistomologis hubungan antara pengamat atau peneliti dengan objek atau realitas yang diteliti tidaklah bisa dipisahkan, tidak seperti yang diusulkan aliran Positivisme. Aliran ini menyatakan suatu hal yang tidak mungkin mencapai atau melihat kebenaran apabila pengamat berdiri di belakang layar tanpa ikut terlibat dengan objek secara langsung. Oleh karena itu, hubungan antara pengamat dengan objek harus bersifat interaktif, dengan catatan bahwa pengamat harus bersifat senetral mungkin, sehingga tingkat subjektivitas dapat dikurangi secara minimal.

Pada kesempatan ini peneliti menggunakan paradigma postpositivisme untuk mengetahui secara realitas mengenai bagaimana penempatan media iklan kondom Fiesta yang dilakukan oleh PT. Activate Media Nusantara selaku biro iklan yang ditunjuk oleh PT. DKT Indonesia untuk meningkatkan brand awareness dari produk kondom Fiesta.

3.2 Tipe Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Moleong5 memaparkan penelitian deskriptif dan kaitannya dengan laporan penelitian, yaitu sebagai berikut :

Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari

4

Salim, Agus Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006. Hal. 40

5

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, Hal. 11

(4)

naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Pada penulisan laporan, peneliti menganalisis data yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian bersifat deskriptif menyajikan dan menggambarkan hasil penelitian berdasakan analisis dari data-data yang menunjang penelitian tersebut.

3.3 Metode Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Metodologi kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong6 adalah, “Penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

Berdasarkan keterangan tersebut, peneliti menarik kesimpulan bahwa metodologi kualitatif ialah metode penelitian yang akan menghasilkan gambaran secara jelas dan menyeluruh mengenai suatu masalah. Data kualitatif tersebut bersumber dari orang-orang yang diamati, baik berupa informasi yang dikatakan ataupun perilaku orang yang diamati.

Tujuan dari penelitian kualitatif menurut Ruslan7 adalah sebagai berikut : Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus

6

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, Hal. 4

7

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, Hal. 215

(5)

penelitian, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut.

Melihat pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dilakukannya penelitian kualitatif adalah untuk mendapatkan hasil berupa pemahaman umum mengenai kenyataan sosial, dimana pemahaman umum tersebut tidak diketahui sebelumnya, tetapi baru diketahui setelah melakukan proses penelitian dan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian tersebut.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Schramm dalam Yin8 yang mendefinisikan studi kasus sebagai, “Suatu strategi penelitian yang mencoba menjelaskan keputusan-keputusan tentang mengapa studi tersebut dipilih, bagaimana mengimplementasikannya, dan apa hasilnya”. Berdasarkan definisi tersebut, Yin9 menambahkan, “Definisi dengan demikian menonjolkan topik ‘keputusan’ sebagai fokus utamanya. Sejalan dengan itu topik-topik lain juga ditemukan, mencakup organisasi, proses, program, lingkungan, institusi, dan bahkan peristiwa”.

Berdasarkan definisi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa studi kasus merupakan suatu strategi penelitian yang menjelaskan keputusan di balik fenomena yang ada, yang juga mencakup topik-topik lain seperti organisasi, proses, program, lingkungan, institusi, dan peristiwa.

Yin10 juga mengaitkan studi kasus dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut :

Secara umum studi kasus merupakan strategi yang cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti

8

Robert K. Yin, Studi Kasus Desain dan Metode, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, Hal. 17

9

Ibid

10

(6)

hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata.

Berdasarkan kutipan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa metode studi kasus memaparkan suatu kasus secara rinci mengenai suatu fenomena tertentu. Metode studi kasus merupakan metode yang memfokuskan penelitian terhadap satu fokus masalah dengan pokok pertanyaan dari studi kasus yaitu menjawab bagaimana (how) dan kenapa (why). Sehingga penelitian dapat menghasilkan penjelasan yang menyeluruh dan mendalam tentang suatu permasalahan yang diangkat.

Penelitian kualitatif dengan metode studi kasus bersifat menjelaskan masalah yang diangkat secara luas. Semua hal harus ditelaah satu per satu untuk mendapatkan jawabannya. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Moleong11 :

Hal ini hendaknya dilakukan seperti orang merajut sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu. Pertanyaan dengan kata tanya mengapa, alasan apa, dan bagaimana terjadinya akan senantiasa dimanfaatkan oleh peneliti. Dengan demikian, peneliti tidak akan memandang bahwa sesuatu itu sudah memang demikian keadaannya.

Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa metode ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat luas seperti mengapa, alasan apa, dan bagaimana terjadinya. Dikaitkan dengan penelitian, maka peneliti akan mencari jawaban mengenai strategi penempatan media iklan kondom Fiesta di berbagai medium Above The Line (ATL) dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat luas.

11

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, Hal. 11

(7)

3.4 Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk menemukan alasan dan jawaban yang lebih lengkap mengenai penempatan media yang digunakan oleh pihak kondom Fiesta dan biro iklan Activate Media Nusantara melalui kesepakatan bersama. Menurut Moleong12 mengungkapkan bahwa, ”Penetapan fokus sebagai masalah penelitian penting artinya dalam usaha menemukan batas penelitian”.

Berdasarkan pernyataan di atas, penelitian kualitatif harus memiliki fokus tertentu. Dalam penelitian ini pun peneliti menggunakan pembatasan masalah yaitu penempatan media pada medium Above The Line (ATL) seperti iklan televisi, radio dan media cetak, tidak membahas mengenai keseluruhan proses, mulai dari strategi kreatif dan produksi pembuatan iklan dalam hal penyampaian materi pesan ataupun persepsi masyarakat terhadap iklan kondom Fiesta.

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa nara sumber yang terkait dengan penempatan media produk kondom Fiesta di dalam divisi media biro iklan Activate Media Nusantara, antara lain:

1. Associate Business Director (All Brands of DKT Indonesia) – Lidwina Gandariana

Berperan sebagai penanggung jawab atas keseluruhan business project dari semua merek produk yang dimiliki oleh DKT Indonesia.

12

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, Hal. 7

(8)

2. Business Manager (SutraFiesta Accounts) – Desiyana

Berperan sebagai project leader dari kampanye periklanan yang dijalankan oleh Sutra-Fiesta, termasuk media outline, media plan dan campaign review.

3. Sr. Business Integration Implementer (SutraFiesta Accounts) – Pujianto Berperan sebagai pelaksana penempatan media dari rencana kampanye periklanan yang dijalankan oleh kondom Fiesta, termasuk media buying dan monitoring campaign.

3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer

1. Wawancara Mendalam

Moleong13 menjelaskan definisi wawancara sebagai berikut: Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Wawancara digunakan untuk mengetahui secara langsung jawaban dari masalah yang ditanyakan. Dengan mewawancarai nara sumber yaitu “Key Informan dan Informan”, peneliti dapat secara langsung menanyakan pertanyaan-petanyaan yang berkaitan dengan

13

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, Hal. 186

(9)

masalah penelitian. Narasumber juga dapat memberikan jawaban-jawaban secara jelas sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.

Tipe wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada narasumber adalah wawancara open-ended. Wawancara open-ended menurut Yin14 adalah, “Wawancara dimana peneliti dapat bertanya kepada responden kunci tentang fakta-fakta suatu peristiwa di samping opini mereka mengenai peristiwa yang ada”.

Melihat pemaparan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa wawancara open-ended bukan hanya wawancara yang memberi keterangan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peneliti, tetapi juga bisa memberi masukan-masukan mengenai penelitian.

2. Observasi Partisipan

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, perasan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

14

Robert K. Yin, Studi Kasus Desain dan Metode, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, Hal. 108

(10)

Observasi menurut Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Sugiyono15 mengemukakan bahwa, “observasi merupakan suatu proses yang komplek, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis”. Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa metode ini digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.

3.5.2 Data Sekunder

1. Dokumentasi

Pentingnya penggunaan dokumen dalam studi kasus dipaparkan oleh Yin16 sebagai berikut :

Untuk studi kasus, penggunaan dokumen yang paling penting adalah mendukung dan menambah bukti dari sumber-sumber lain. Pertama, dokumen membantu penverifikasian ejaan dan judul atau nama yang benar dari organisasi-organisasi yang telah disinggung dalam wawancara. Kedua, dokumen dapat menambah rincian spesifik lainnya guna mendukung informasi dari sumber-sumber lain. Ketiga, inferensi dapat dibuat dari dokumen-dokumen.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dokumen merupakan sumber bukti yang penting dalam pengumpulan data studi kasus. Karena dapat membantu verifikasi, memberikan informasi-informasi tambahan yang berguna bagi penelitian, sehingga dapat membuat kesimpulan. Dokumentasi yang didapat peneliti, seperti materi

15

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Alfabeta, Bandung, 2011, Hal. 203

16

Robert K. Yin, Studi Kasus Desain dan Metode, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, Hal. 104

(11)

iklan televisi, radio dan media cetak yang digunakan oleh produk kondom Fiesta.

2. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan untuk membantu peneliti mendapatkan data yang sifatnya sekunder, misalnya mengenai komunikasi, periklanan strategi kreatif, dan sebagainya. Studi kepustakaan dilakukan dengan mencari data atau informasi melalui buku-buku, jurnal, atau bahan-bahan publikasi lainnya.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil pengamatan dengan cara mengorganisasikan data kedalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dimengerti dan dipahami. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Burhan Bungin17, yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara dan studi dokumentasi.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak

17

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, Hal. 70

(12)

pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak relevan.

3. Display Data

Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan.

4. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan analisis data

Penarikan kesimpulan berupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan. Antara display data dan penarikan kesimpulan terdapat aktivitas analisis data yang ada. Dalam pengertian ini analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang terkait. Selanjutnya data yang telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk mendiskripsikan fakta yang ada di lapangan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil intisarinya saja. Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap tahap dalam proses tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah seluruh data yang ada dari berbagai sumber yang telah didapat, baik dari pengamatan atau observasi, wawancara, dokumen-dokumen, serta sumber-sumber lainnya. Hasil penelitian ini akan dipaparkan secara deskriptif berdasarkan hal-hal yang ditemukan peneliti di lapangan, sehingga rumusan masalah dapat terjawab dengan tepat.

(13)

3.7 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Konsep keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keadaan (realitas), menurut versi positivism dan kesesuaian dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigma sendiri.

Seperti yang dipaparkan Moleong18, untuk menetapkan keabsahan data (trustworthiness) diperlukan teknik pemeriksaan, hal itu disadari atas beberapa kriteria, yaitu:

1. Credibility (Kepercayaan)

Penerapan kriterium derajat kepercayaan pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari kualitatif. Kriterium ini berfungsi melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuaannya dapat dicapai. Selanjutnya mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

2. Transferability (Keteralihan)

Kriterium ini berada dengan validitas eksternal kuantitatif. Konsep validitas yang menyatakan bahwa generalisasi suatu pertemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konsep dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara representative mewakili populasi itu. Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan konteks pengirim dan penerima.

18

Lexy J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, Hal.324-326

(14)

3. Dependability (Keberuntungan)

Kriterium keberuntungan merupakan substitusi istilah realibilitas dalam penelitian kualitatis. Pada cara kuantitatif ditunjukan pada jalan mengadakan replikasi studi, jika ada dua atau beberapa kali diadakan pengulangan suatu studi dalam kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama, maka dikatakan reabilitasnya tercapai. Persoalan yang amat sulit disini ialah bagaimana mencari kondisi yang benar-benar sama.

4. Confirmability (Kepastian)

Kriterium kepastian berasal dari konsep objektivitas menurut kuantitatif. Kuantitatif menerapkan objektivitas dari segi kesepakatan antar subjek. Disini pemastian bahwa suatu objek atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjetif, sedangkan jika disepakati oleh beberapa atau banyak orang barulah dapat dikatakan objektif.

Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multi-metode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal.

(15)

Oleh karena itu, triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin perbedaan yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.

Sugiyono19 menambahkan bahwa keabsahan data dilakukan melalui triangulasi (simpulan sementara). Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dari berbagai sumber data.

Menurut Denzin dalam Moleong20, teknik triangulasi dibedakan menjadi empat macam teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan suber, metode, penyidik, dan teori.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda, hal tersebut dijelaskan Moleong21 dan dapat dicapai dengan langkah seperti:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang lain di depan umum

dengan apa yang dikatakannya secara priibadi

19

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, hal 83

20

Lexy J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, Hal 330

21

(16)

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu

4. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Sugiyono22 menyatakan terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Validitas Eksternal berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi di mana sampel tersebut diambil.

22

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa tindakan untuk mendapatkan karakteristik responden dan data penelitian yang tepat. Berikut adalah kegiatan- kegiatan

Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data-data yang lebih terperinci tentang pendidikan di daerah setempat, agar dalam proses pembuatan dapat sesuai dengan

Pada tahap ini dilakukan preprocessing data dengan tujuan untuk memperbaiki dan menghasilkan data yang baik dan siap digunakan untuk tahap modeling selanjutnya.. Data

Rencana pengolahan data dimulai dengan proses analisis data yaitu dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai instrumen, seperti lembar observasi aktivitas

Setelah melakukan tahap penelitian dan mendapatkan data yang diperlukan, penulis menganalisasi dan memilih informasi yang diperlukan untuk perancangan. Tahap ini

Bentuk proses yang dilakukan dalam tahapan klasifikasi diare dimulai dari tahap pra-proses data, dimana dataset yang digunakan akan diproses terlebih dahulu

Tahapan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam TA ini mulai dari studi literatur, pengumpulan data, proses pengolahan data hingga tahap dimana hasil siap disusun untuk

Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan