• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

55

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data mengenai perancangan brand destination Kampung Laweyan di Kota Solo, diperlukan adanya pengambilan data agar penelitian dapat berjalan dengan lancer dan mendapatkan hasil yang tepat. Dalam pengambilan data, teknik yang digunakan adalah metode gabungan kuantitatif dan kualitatif yaitu sekuensial gabungan, dimana penelitian kuantitatif dan kualitatif dilakukan secara bertahap.

Sugiyono (2015) mengatakan bahwa metode penelitian yang bersifat kuantitatif digunakan untuk memperoleh data yang bersifat angka untuk menguji kebenaran dari suatu fenomena, pada metode ini biasanya menggunakan sample acak sesuai dengan geografis yang dituju. Sedangkan dalam metode kualitatif, data yang diperoleh digunakan untuk eksperimen sebagai data dukungan dalam meneliti objek yang dapat dirasakan dan dilihat.

Dalam penelitian kuantitatif teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dengan cara non-random/non-probability dengan teknik convenience sampling tentang pengetahuan target konsumen mengenai Kampung Laweyan. Pada penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara secara langsung, studi referensi, dan observasi ke Kampung Laweyan secara langsung.

3.1.1 Sejarah Singkat Kampung Laweyan

Kampung Laweyan merupakan salah satu kawasan yang berada di kota Surakarta atau biasa disebut Solo. Sampai sekarang Kampung Laweyan terkenal sebagai kawasan penghasil batik karena 80% dari total penduduk merupakan pengrajin batik. Kampung Laweyan sendiri sebenarnya sudah ada sebelum Surakarta Hadiningrat menjadi ibukota Kerajaan Mataram, bahkan sebelum berdirinya Kerajaan Pajang. Pada masa Kerajaan Pajang,

(2)

56

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

Kampung Laweyan yang merupakan pasar bahan baku tenun yang ramai menjadi tanah perdikan yang diberikan kepada Kyai ageng Henis atas jasanya yang memenangkan pemberontakkan pada tahun 1556.

Pada tahun 1912, berdiri suatu organisasi Islam di Laweyan yaitu Serikat Dagang Islam diketuai oleh Haji Samanhudi, yang menjadi salah satu organisasi paling berpengaruh pada saat itu karena berhasil menjadi tempat dimana juragan batik dan pedagang asli dapat menjalankan bisnisnya. Tujuan utama dibentuknya Serikat Dagang Islam adalah untuk memperkuat kelompok pedagang lokal menghadapi pedagang dari cina dan perlawan terhadap penindasan yang dilakukan pegawai bumiputera dan Eropa pada masa penjajahan. Karena hal ini, Kampung Laweyan masih menjadi kampung batik terkenal di Solo. Hingga kini sudah ada ratusan motif batik khas yang dimiliki Kampung Laweyan, dari banyaknya pengrajin yang tinggal juga menghasilkan banyak bangunan-bangunan kuno yang terus dijaga keasliannya.

Pada masa ini, sosialisasi terus diberikan kepada para pengrajin batik yang berada di Kampung Laweyan untuk terus menjga nilai-nilai warisan dari keluarga dan budaya leluhur karena hal ini penting untuk memperkuat identitas dan menjadi daya tarik Kampung Laweyan yang utama.

3.1.2 Observasi

Menurut Arikunto (dalam Putri, 2021), mengatakan bahwa observasi merupakan proses mengamati secara langsung objek destinasi yang berada di sekitar penelitian secara langsung. Penelitian melalui observasi menggunakan panca indera. Observasi dapat dilakukan baik sengaja atau tidak sengaja sesuai dengan urutan yang dilakukan. Penulis melakukan observasi di Kampung Laweyan secara langsung pada hari Sabtu, 11 September 2021.

(3)

57

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

3.1.2.1 Suasana Kampung Laweyan

Saat pertama kali sampai, Kampung Laweyang memiliki 2 pintu masuk berupa gapura dan signage yang bertuliskan “Kampung Batik Laweyan”. Hal ini dikarenakan kampung batik Laweyan masih menjadikan batik sebagai daya tarik satu-satunya. Kawasan ini belum memiliki identitas visual yang dapat memperkenalkan potensi yang dimiliki kawasan ini.

Karena kurangnya identitas ini Kampung Laweyan masih berada di bawah dinas pariwisata untuk memperkenalkannya sehingga, untuk memperkenalkan promosi mereka masih harus menunggu giliran dan jarang terlihat aktivitas yang mereka lakukan di media sosial atau acara yang sedang direncanakan untuk meningkatkan antisipasi wisatawan.

Gambar 3.1 Gambaran Pintu Masuk Kampung Laweyan

Sumber : https://wonderfulsolo.com/belanja-batik-di-solo-menyusuri-kampung-batik- laweyan-lorong-gang-unik-nan-bersejarah-kawasan-heritage-solo/, n.d

Setelah memasuki pintu masuk, hal pertama yang dapat menarik perhatian adalah gangnya yang sempit, pada pintu masuk pertama hanya dapat dilewati oleh satu mobil, sedangkan pintu masuk kedua memiliki jalan yang lebih besar sehingga dapat dilewati oleh 2 mobil. Keadaan tidak terlalu ramai saat penulis melakukan observasi dan tidak banyak pengunjung yang berjalan karena kondisi yang mendung. Kampung Laweyan ini memiliki daya tarik gangnya yang kecil sehingga memang ditujukkan agar wisatawan

(4)

58

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

berjalan kaki sambal melihat keindahan Kampung Laweyan secara menyeluruh.

Jalan di sepanjang Kampung Laweyan dapat terbilang besar karena muat untuk dua mobil tetapi untuk dilewati mobil Kampung Laweyan hanya memiliki satu gang besar. Sedangkan untuk gang-gang di sepanjang jalan besar tersebut terbilang sangat kecil karena hanya muat untuk satu motor, pejalan saat melintaspun harus bergantian.

Gambar 3.2 Gambaran Jalan di Kampung Laweyan

Saat menelusuri jalan besar di sepanjang Kampung Laweyan akan melihat berbagai macam batik menghiasi sepanjang jalan mulai dari dinding toko, dinding rumah, hingga poskamling.

Gambar 3.3 Gambaran Batik di Sepanjang Kampung Laweyan

(5)

59

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

Saat menyusuri jalan besar maupun kecil di Kampung Laweyan dapat dilihat dinding-dinding sepanjang Kampung Laweyan memiliki ketinggian yang sangat tinggi. Pembuatan dinding yang tinggi ini dilakukan para pengrajin batik pada zaman dahulu untuk meminimalisir terjadinya pencurian pola pada pembuatan batik sehingga terjaga dengan baik.

Gambar 3.4 Gambaran Dinding pada Kampung Laweyan

Bentuk rumah pada jalan besar memiliki jarak antara pagar dan rumah yang cukup tinggi hal ini dikarenakan jalan besar lebih banyak dilewati sehingga perlu keamanan ekstra. Sedangkan pada rumah di gang- gang kecil tidak memiliki jarak tetapi dinding-dnding dibuat sangat tinggi dan tidak memiliki kaca, hanya pintu dan jendela kotak. Berdasarkan observasi penulis Kampung Laweyan masih memiliki tradisi dari agama Hindu yang di implemetasikan pada rumah terlihat pada rumahnya yang memiliki bangunan yang tidak hanya satu dan jarak antara gerbang dan bangunan yang jauh juga menjadi salah satu faktur adanya pengaruh agama Hindu. Kampung Laweyan memiliki pengaruh agama Hindu karena sebelumnya kawasan ini memiliki penduduk beragama hindu yang dapat dilihat dari masjid Laweyan yang sebelumnya merupakan pura yaitu tempat ibadah umat agama Hindu.

(6)

60

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

Gambar 3.5 Gambaran Jarak Rumah dan Pagar di Kampung Laweyan

Overall gaya bangunan di Kampung Laweyan masih sangatlah jadul, bahkan pertokoan dan kafe yang ada disana memiliki konsep yang jadul sehingga saat berjalan seperti menelusuri waktu lampau. Tetapi pada beberapa tempat sudah mulai beranjak modern tetapi tidak sepenuhnya, hanya untuk keperluan butik dan kafe seperti kaca, AC, live music.

Rumah-rumah pada gang kecil di Kampung Laweyan juga masih sangat jadul, yang menarik adalah mereka banyak menghias rumah mereka dengan tanama sehingga kesan teduh sangan tersampaikan dengan baik.

Pada setiap toko dan rumah yang berada di jalan besar, beberapa dari mereka banyak memperlihatkan cara membuat batik sehingga wisatawan yang hadir dapat memilih batik sambil melihat bagaimana cara batik tersebut dibuat. Untuk wisatawan yang ingin belajar atau melihat proses perwarnaannya harus melewati gang-gang kecil untuk menemukan tempat yang ingin dituju.

Gambar 3.6 Gambaran Bangunan di Kampung Laweyan

(7)

61

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

Pada peletakkan pertokoan di kawsan Laweyan paling banyak berada di jalan besar. Jalan besar tersebut banyak di penuhi oleh toko batik, kafe, dan makanan-makanan pinggir jalan. Beberapa toko batik memperlihatkan cara mereka membuat batik untuk kepentingan daya tarik kepada pengunjung untuk mengunjungi toko mereka atau mereka membuat kafe yang disebelahnya merupakan toko batik mereka. Sedangkan toko batik lainnya hanya menjual.

Gambar 3.7 Gambaran Kafe di Kampung Laweyan

Untuk pabrik pembuatan batik mereka berada di daerah yang sama tetapi terletak pada gang-gang kecil tersebut sehingga keamanan proses produksi terjaga. Untuk belajar mengenai batik, beberapa tempat di Kampung Laweyan menyediakan dan mereka juga berada di gang-gang kecil tersebut.

Gambar 3.8 Salah Satu Tempat Belajar Batik di Kampung Laweyan

(8)

62

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

Suasana yang menarik pada Kampung Laweyan adalah mereka sangat mengapresiasi adanya pepohonan sehingga terlihat hijau dan saat berjalan-jalan di kawasan tersebut di bawah terik matahari tidak akan merasakan panas. Karena Kampung Laweyan memiliki gang yang kecil sehingga menambahkan pepohonan agar wisatawan dapat nyaman saat berjalan merupakan nilai tambah yang dilakukan untuk menarik wisatawan agar betah saat berjalan-jalan di Kampung Laweyan.

Gambar 3.9 Suasana Pepohonan di Kampung Laweyan

Dalam melestarikan budaya Kampung Laweyan, masyarakat disana Sebagian besar memiliki usaha toko batik, membuka showroom, kafe, dan tempat makan yang masih menyuguhkan budaya Jawa yang sangat kental.

Tetapi karena belum memiliki identitas visual, mereka memperkenalkan usaha mereka secara individu sehingga banyak toko yang akhirnya tutup karena tidak tau cara memperkenalkan karya mereka keluar. Merchandise yang disuguhkan juga masih terlihat umum seperti kaus dan gelang yang hanya menyertakan motif batik tanpa nama.

(9)

63

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

3.1.2.2 Fasilitas di Kampung Laweyan

Kampung Laweyan memiliki fasilitas dan kebutuhan yang memenuhi untuk menjadi destinasi wisata. Sepanjang jalan menyusuri Laweyan banyak terdapat signage penunjuk jalan. Tetapi hanya di jalan besar saja, bila kita sudah memasuki gang yang lebih kecil tidak ada petunjuk arah sehingga dapat tersesat. Selain itu, banyak signage yang ketika di telusuri tidak sesuai dengan yang tertulis dan satu petujuk arah dekat pintu masuk terlihat dihapus.

Gambar 3.10 Penunjuk Arah di Kampung Laweyan

Untuk toilet dan tempat beribadah, pada Kampung Laweyan terdapat toilet di setiap toko karena tokonya yang juga merupakan rumah mereka, sehingga mudah untuk mencari toilet. Untuk mushola, Kampung Laweyan memilki tempat beribadah pada pintu masuk yang merupakan tempat bersejarah dan dapat dijadikan objek wisata religi karena bangunannya yang tetap terawat.

(10)

64

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

Gambar 3.11 Masjid di Kampung Laweyan

Sumber : https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/11/19/denyut-kampung-batik- laweyan-sudah-ada-sejak-dahulu, 2018

Untuk wsatawan yang dijadikan target konsumen oleh penulis tidak perlu khawatir karena tempat ini juga tempat yang cocok untuk hangout bareng teman, sambil berwisata sambil nongkrong. Hal ini dikarenakan Kampung Laweyan memiliki banyak kafe dengan konsep jadul yang bervariasi, sehingga dapat dijadikan spot foto menarik untuk berfoto.

Gambar 3.12 Kafe di Kampung Laweyan

Untuk melengkapi kebutuhan wisatawan muda, beberapa kafe juga menyediakan live music. Musik yang mereka sediakan juga tidak luput dari budaya jawa, pada siang hari mereka lebh banyak memainkan musik dengan tema Jawa, ketika malam mereka mulai berpindah ke musik yang lebih kekinian.

(11)

65

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

Kampung Laweyan juga banyak memiliki tukang parkir tetapi untuk berjalan-jalan kesini tidak disarankan untuk membawa mobil karena lahan parkir yang sangat sempit, mengingat konsep Kampung Laweyan adalah kawasan yang memiliki gang kecil. Karena gang yang kecil ini, Kampung Laweyan sangat cocok untuk dinikmati secara perlahan sambil berjalan kaki.

Selain tukang parkir, Kampung Laweyan memiliki banyak tour guide lokal yang dapat mengantar wisatawan menuju tempat yang ingin dituju karena gang yang kecil jadi meminimalisir tersesat, tetapi karena tidak ada penunjuk bahwa warga tersebut adalah tour guide membuat wisatawan enggan untuk bertanya dan meminta tolong. Untuk makanan, di sepanjang Kampung Laweyan terdapat banyak makanan pinggir jalan yang dapat disantap dan enak. Selain itu banyak makanan tradisional yang dapat dicoba disini seperti Kue Apem dan Lendre Pisang.

Gambar 3.13 Kuliner di Kampung Laweyan

Kampung Laweyan memiliki satu hotel yang bisa dikunjungi bila pengunjung belum puas untuk berkeliling di sekitar Kampung Laweyan.

Hotel ini cukup besar dan modern tetapi masih memiliki kesan bangunan jadul sehingga tidak hilang keunikkan di Kampung Laweyan ini.

(12)

66

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

Gambar 3.14 Hotel di Kampung Laweyan

Untuk ke Kampung Laweyan, akses jalan yang dilalui sangat mudah karena Kampung Laweyan terletak di jalan besar.

Selain itu dekat dengan Stasiun Purwosari.

Gambar 3.15 Gambar Stasiun Purwosari

Sumber : https://www.solopos.com/stasiun-purwosari-solo-kini-hanya-layani-perjalanan- ka-prameks-angkutan-barang-1057967, 2020

3.1.2.3 Kesimpulan Observasi

Berdasarkan observasi yang telah penulis lakukan, dalam media komunikasi seperti penunjuk arah masih terlalu general karena tidak ada petunjuk arah sampai ke gang yang kecil, sehingga presentase tersesat saat masuk ke dalam sangatlah tinggi. Suasana yang ada di dalam Kampung Laweyan masih kental dengan budaya Jawanya hal ini ditunjukkan dengan

(13)

67

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

bagaimana setiap rumah memiliki ciri khas batiknya sendiri dan bangunan yang ada disana. Selain itu, Kampung Laweyan memiliki jalan yang sempit sehingga wisatawan yang kesana disarankan untuk berjalan kaki. Setiap toko yang ada disana masih mengelola usahanya secara individu dari segi promosi dan pembuatan merchandise sehingga banyak toko yang tutup karena kurang dikenal dan Kampung Laweyan sendiri belum memiliki identitas visual. Karena hal ini, perlu adanya identitas visual yang dibuat agar Kampung Laweyan dapat memperkenalkan potensinya ke luar.

3.1.3 Wawancara

Dengan wawancara hasil yang dipeoleh lebih lengkap dan jelas karena narasumber lebih responsif karena dilakukan secara langsung. Pada pengambilan data wawancara dilakukan dengan teknik wawancara terencana tidak terstruktur. Hal ini dilakukan untuk membuka adanya kemungkinan-kemungkinan pertanyaan baru yang muncul saat sesi wawancara.

Dalam wawancara, narasumber berjumlah 3 orang ahli untuk mengetahui informasi mengenai Laweyan secara lebih dalam, yang akan dijelaskan sebagai berikut.

3.1.3.1 Wawancara Lurah Laweyan dan Pengurus LPMK Laweyan Wawancara dilakukan dengan Marsono selaku Lurah Laweyan dan Tom Festarandi sebagai salah satu pengrajin batik di Kampung Laweyan sekaligus pengurus LPMK.

Gambar 3.16 Wawancara dengan Pengurus LPMK dan Lurah Laweyan

(14)

68

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

Menurut hasil yang didapat dari wawancara bersama narasumber, Kampung Laweyan sudah ada lebih dulu daripada kota Solo. Laweyan ini merupakan tanah perdikan atau pemberian dari Kerajaan Pajang kepada Kyai Ageng Henis yang menjadi nenek moyangnya orang Laweyan.

Laweyan memiliki kawasan kurang lebih 24 hektar yang merupakan kawasan terkecil di Kota Solo.

Gambar 3.17 Peta Kampung Laweyan

Bapak Tom menjelaskan bahwa secara asset dan sejarah Kampung Laweyan ini potensinya yang terkenal adalah batik tetapi potensi yang sebenernya potensi Kampung Laweyan tidak hanya batik, Kampung Laweyan memiliki cagar budaya karena masih memiliki bangunan bersejarah yang peninggalan zaman dulu yang masih terpelihara sampai sekarang. Bangunan Kelurahannyapun tercatat sebagai cagar budaya.

Dalam 5 tahun terakhir, Kampung Laweyan memiliki Selama mengalami stagnasi atau penurunan yang sedikit kecuali saat pandemi yang memang menurun drastis. Toko di Kampung Laweyan banyak yang mempromosikan usahanya secara individu karena tidak memiliki identitas sebagai penopang, karena itu banyak toko yang tutup yang mengakibatkan banyak pekerja yang harus di PHK. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya papan petunjuk arah yang mulai di cat putih karena tidak ada lagi toko yang dapat dikunjungi. Untuk pengunjung yang sering ke Kampung Laweyan dibagi menjadi 2. Pada hari sabtu dan minggu banyak diisi dengan kularga

(15)

69

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

yang ingin berwisata dan mengelilingi, keluarga ini tidak hanya dari Solo tetapi banyak juga dari manca negara hingga luar negri. Sedangkan untuk senin sampai jumat banyak diisi oleh anak-anak muda untuk berjalan-jalan dan mencari spot menarik untuk berfoto dan hangout di kafe.

Laweyan sendiri memiliki festival yang rutin dilakukan setiap tahunnya yaitu “Festival Laweyan” yang biasa diadakan 24 September sampai 2 Oktober. 24 September adalah pembuka, 25 September adalah ulang tahun Laweyan, dan 2 Oktobernya adalah hari batik nasional. Jadi dalam acara ini, semua dirakit menjadi satu. Tetapi karena pandemic sudah 2 tahun Laweyan tidak menyelenggarakannya karena pembatasan kerumunan.

Penulis juga menanyakan perbedaan dua kampung batik yang ada di Kota Solo yaitu Laweyan dan Kauman. Menurut penjelasan dari narasumber Laweyan merupakan kawasan yang dihargai karena nilai sejarah panjang yang dimilikinya sedangkan Kauman adalah kawasan batik buatan. Jika diliat dari luas daerah tentu lebih luas Kauman tetapi yang dijual di Kampung Laweyan adalah nilai sejarah yang ada seperti, rumah kuno, bangunan bersejarah, dan cagar budaya. Dalam motif batik Laweyan sendiri tidak memiliki ke khasan karena batik sendiri memiliki pola yang bebas dan warga Laweyan sendiri sadar bahwa kebutuhan pasar terus berubah. Karena itu, pengrajin batik di Kampung Laweyan mengikuti trend dalam membuat pola batik. Tapi untuk sekarang ini, trend yang sedang disukai adalah motif batik yang memiliki pola buntut yang panjang.

Untuk rencana kedepannya Kampung Laweyan berencana merombak kawasan Laweya bukan lagi berpusat pada “Kampung Batik”

tetapi menjadi “Kampung Wisata” yang dimana kampung wisata berlandaskan masyarakat. Nantinya semua kawasan di Laweyan akan memiliki nilai jual pariwisata pada setiap RT. Sehingga masing-masng wilayah in menjadi sebuah potens yang saling mendukung, keberadaan

(16)

70

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

Laweyan sebagai kampung wisata. Karena Laweyan memiliki branding sebagai kampung batik dari duku jadi narasumber ingin merubah bahwa tidak hanya batik saja tapi kawasan wisata yang didalmnya terdapat batik.

Harapan kedepannya dari rencana ini adalah diharapkan setiap warga akan merasakan dan menikmati buah pariwisata yang telah dibuat. Karena kalau saat yang merasakan hanya juragan-juragan batik yang berada di jalan besar sehingga masyarakat hanya menjadi penonton, walaupun ada masyarakat yang membuat tapi tidak pernah diikutsertakan.

Terakhir, narasumber menyampaikan adanya Kampung Laweyan yang ingin dijadikan one stop destination untuk liburan. Hal ini dapat dilihat mulai adanya hotel dan tempat-tempat hangout untuk mendukung pusat perbelajaan dan belajar batik disana. Nantinya Kampung Laweyan juga akan membuat pusat kuliner dan menambah lahan parkir.

3.1.3.2 Wawancara Kepala Seksi Promosi dan Informasi Pariwisata Surakarta

Wawancara dilakukan dengan Terry Sulistyaningrum selaku Kepala Seksi Promosi dan Informasi Pariwisata Laweyan. Wawancara dilakukan via chat karena beliau berhalangan hadir untuk kegiatan tatap muka karena sedang mengandung.

Narasumber mengatakan bahwa setiap destinasi harus memiliki keunikkan sebagai peradaban jawa yang berbasis seni dan kultur sehingga dapat memberikan pengalaman yang menarik karena merupakan potensi dari Laweyan dan Solo sendiri yang tidak dimiliki kota-kota lainnya.

Menurut narasumber Kampung Laweyan memiliki keunikkan tersendiri yaotu merupakan Kampung Batik Tertua di Indonesia yang merupakan lokasi bersejarah dimana dimulainya syiar dakwah Islam yang dirintis oleh Kyai Ageng Genis yang merupakan murid Sunan Kalijaga.

Keunikan Laweyan juga ada pada arsitektur bangunan yang merupakan perpaduan antara Jawa, Eropa, dan Tiongkok yang direalisasikan berupa

(17)

71

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

dinding tinggi dan gang-gang sempit yang menjadi ciri khas Kampung Laweyan, memiliki banyak bangunan benda cagar budaya salah satunya adalah masjid yang ada di Kampung Laweyan.

Sebagai kawasan kampung batik tertua, dinas pariwisata terus mengembangkan Laweyan menjadi kawasan kampung industri kreatif dengan berbagai unggulan produk batik, kuliner, sejarah, dan potensi pendukung lainnya. Pengembangan Kampung Laweyan juga disertai dengan pengembangan SDM yang ada di Kampung Laweyan yaitu dengan pelatihan-pelatihan pendukung dibidang pariwisata (pelatihan guide, sertifikasi guide, pelatifan dasar fotografi dan pelatihan lainnya bekerjasama dengan Kementrian Pariwisata RI).

Selama ini image Kampung Laweyan adalah kampung yang memiliki potensi budaya yang luar biasa dari segara potensi yaitu dari batik, bangunan, benda cagar budaya, keramahan masyarakatnya, kulinernya, heritage dan sejarahnya. Untuk kedepannya image yang ingin dibangun adalah sebagai ikon pariwisata di Solo yang menerapkan konsep Eco Culture Creative Batik agar lebih ramah lingkungan. Tujuannya adalah untuk menciptakan kawasan industri yang makin produktif, namun tidak mencemari lingkungan.

3.1.3.3 Kesimpulan Wawancara

Kesimpulan dari wawancara yang dilakukan dengan 3 narasumber ahli adalah Kampung Laweyan memiliki potensi yang beragam yang tidak banyak dimiliki kampung lainnya. Hal ini dapat dilihat dari potensinya yang tidak hanya batik tetapi dari bagunan, kuliner, dan cagar budayanya yang ada. Saat ini Kampung Laweyan sedang dalam tahap pengembangan yang kedepannya merombak kawasan Laweya bukan lagi berpusat pada

“Kampung Batik” tetapi menjadi “Kampung Wisata” yang dimana kampung wisata berlandaskan masyarakat. Nantinya semua kawasan di Laweyan akan memiliki nilai jual pariwisata, sehingga masing-masng wilayah in menjadi

(18)

72

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

sebuah potensi yang saling mendukung. Disamping itu Kampung Laweyan ingin dibangun sebagai ikon pariwisata Solo yang menerapkan konsep Eco Culture Creative Batik agar lebih ramah lingkungan. Tujuannya adalah untuk menciptakan kawasan industri yang makin produktif, namun tidak mencemari lingkungan.

Kampung Laweyan selama ini belum memiliki identitas visual yang membuat kawasan tersebut sulit untuk memperkenalkannya ke masyarakat.

Padahal Kampung Laweyan banyak memiliki acara yang berada di tempat tersebut tetapi masih dibawah Dinas Pariwisata sehingga tidak dapat memperkenalkannya secara lebih sering.

3.1.4 Kuesioner

Dalam penelitian kuantitatif teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dengan cara non-random/non-probability dengan teknik convenience sampling. Dalam pengambilan data, yang menjadi populasi adalah manyarakat Jabodetabek yang berusia 20-24 tahun.

Sampel dihitung menggunakan rumus Slovin dengan tingkat ketelitian 10%, yaitu sebagai berikut:

S = n/1+N.e2 Keterangan:

S = sampel N = populasi

e = derajat ketelitian

Tabel 3.1 Tabel data penduduk

Geografis Jumlah Penduduk Umur 17-25 tahun

Jawa Timur 1.469.867 jiwa

Jawa Tengah 134.100 jiwa

D.I. Yogyakarta 2.776.753 jiwa

(19)

73

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

Populasi masyarakat Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta usia 17-25 tahun adalah 4.529.303. Besaran populasi diambil dari badan statistik setiap wilayah.

n = 4.529.303 : (1 + 4.529.303 (0.1)2 ) n = 4.529.303 : (1 + 45.293,03) n = 4.529.303 : 46.293,03

n = 99,99 (pembulatan 100 orang)

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, sampel yang akan diambil adalah 100 orang berusia 17-25 tahun yang tinggal di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Kuesioner ini dilakukan menggunakan platform Typeform agar kuesioner tidak terlalu kaku dan sampel yang mengisi dapat tertarik untuk menjawab. Kuesioner akan dibagikan dengan periode 2 September - 14 September 2021.Tujuan dari pengambilan data melalu wawancara adalah untuk mengetahui preferensi wisata domestik target konsumen dan pengetahuan mengenai Kampung Laweyan, sehingga didapat data yang spesifik untuk membantu perancangan brand destination.

3.1.4.1 Hasil Kuesioner

Hasil kuesioner yang penulis lakukan pada tanggal 9 September – 14 September 2021yang menghasilkan 108 responden. Dari data tersebut penulis mendapatkan 96.3% responden berumur 17-25 tahun dan 3.7%

responder berusia 26-35 tahun. Sample yang berusia 17-25 tahun merupakan responden resmi yang penulis pakai untuk penelitian, sedangkan sisanya penulis fokuskan pada sample yang pernah mengunjungi untuk mengetahui pandangan sample yang pernah berkunjung.

Sample responden memiliki domisili 63% di Jawa Tengah, 22.2% di Jawa Timur, dan 14.8% di Yogyakarta. Penulis lebih banyak mengambil

(20)

74

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

responden di Jawa Tengah karena daerah yang bertetanggaan langsung dengan Kota Solo. Walaupun penulis lebih banyak mengambil sample di Jawa Tengah, masih banyak yang tidak mengetahu Kampung Laweyan

Tabel 3.2 Tabel pengetahuan responden

Tidak mengetahui Hanya mengetahui

Mengatahui dan mengunjungi 61 responden 30 responden 17 responden

Jumlah 108 responden

Dari data kuesioner yang dilakukan terlihat bahwa awareness target konsumen masih rendah. Hal ini tterbukti dari 67 dari 108 responden tidak pernah mengetahui Kampung Laweyang, 30 dari 47 responden yang mengetahui Kampung Laweyan tidak pernah mengunjungi dan tidak mengetahui gambaran Kampung Laweyan sebenarnya. Hanya 17 dari 108 responden yang pernah mengunjungi Laweyan, 4 diantaranya bukan berumur 17-25 tahun.

Pada preferensi wisata, 69.4% responden melakukan 3-4 kali perjalanan dalam setahun dan lebih menyukai berwisata di dalam negri.

Pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan responden saat ingin melakukan perjalanan adalah harga (72.2%), pemandangan (66.7%), dan keragaman budaya (64.8%). Dari data ini dapat terlihat presentase yang tidak terlalu jauh, sehingga Kampung Laweyan dapa menjadi destnasi yang sesuai dengan target konsumen yang dituju.

(21)

75

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

Gambar 3.18 Data Pertimbangan saat berwisata

97 dari 108 responden memilih wisata alam sebagai wisata favorit, pada pilihan kedua responden adalah wisata budaya sebanyak 80 dari 108 responden yang memilih. Saat melakukan perjalanan, responden tidak susah untuk mengeluarkan budget yang besar, hal ini dapat dilihat dari 86 responden yang rela mengeluarkan budget 6-10 juta untuk sekali perjalanan.

Sebanyak 47 dari 108 responden pernah mendengar Laweyan melalui teman/keluarga (80.9%) dan social media (40.4%). Sebanyak 17 responden yang pernah mengunjungi Kampung Laweyan memiliki tujuan untuk berjalan-jalan untuk merasakan suasan tempo dulu dan foto di spot- spot menarik. Keunikkan yang mereka rasakan saat mengunjungi Kampung Laweyan adalah bangunan sejarah (82.4%), suasana tempo dulu (76.5%), dan kebudayaan tradisional Jawa yang dimiliki (70.6%). Responden yang mengisi juga men-describe Kampung Laweyan sebagai tempat yang estetik, ikonik, indah, klasik, dan batik, mereka juga ingin merekmendasikan Kampung Laweyan ini ke orang lain.

Gambar 3.19 Data Pengetahuan Responden Mengenai Kampung Laweyan

Bagi 31 responden yang hanya mengetahui Kampung Laweyan mereka memiliki gambaran bahwa Kampung Laweyan hanya perkampungan biasa (71%), tetapi ketika melihat foto-foto yang dihadirkan, responden ingin mengunjunginya.

(22)

76

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

Responden yang tidak pernah mengetahui Kampung Laweyan sebanyak 61 responden. Responden menganggap Kampung Laweyan merupakan kampung biasa dan tempat kuliner. Suasana yang mereka bayangkan mengenai Kampung Laweyan adalah suasana tempo dulu/jadul (54.1%), bangunan tua (44.3%), dan memiliki banyak makanan tradisional (29.5%). Image suasana yang dimiliki responden sangat beragam dan hampir imbang sehingga persepsi yang ada di pandangan masyarakat masih beraagam dan tidak menentu. Terakhir, penulis menanyakan apakah sebuah brand mempengaruhi niat berkunjung, sebanyak 95 dari 108 responden menyetujui hal tersebut.

3.1.4.2 Kesimpulan Kuesioner

Kesimpulan yang didapatkan penulis dalam melakukan wawancara adalah masih banyak yang belum mengetahui keberadaaan Kampung Laweyan sehingga banyak menimbulkan persepsi yang beragam. Sebagaian besar responden menganggap Kampung Laweyan merupakan perkampungan biasa yang memiliki bangunan tua. Bahkan dar 108 responden yang mengisi hanya 17 reponden yang mengisi karena penulis yang mencari khusus responden yang pernah mengunjungi. Padahal dari preferensi objek wisata yang disukai oleh target konsumen sangan cocok untuk dengan Kampung Laweyan sehingga dapat menarik minat pengunjung untuk mengunjungi Kampung Laweyan.

3.1.5 Analisa SWOT

Supriadi (2013) mengatakan bawhwa dalam membuat sebuah identitas diperlukan adanya Analisa SWOT. Hal ini digunakan untuk mendapatkan gagasan atau ide-ide yang dapat memperkuat kehadiran identitas yang akan dirancang. SWOT terbagi menjadi 4 bagian yaitu Stregth (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threat (ancaman). Analisa menggunakan SWOT berguna untuk menentukkan bagaimana perancangan dapat diimplemetasikan, bagaimana, dan di saat yang seperti apa yang tepat untuk mengimplementasikannya.

(23)

77

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

Penulis memerlukan adanya Analisa SWOT untuk mengelompokkan potensi apa yang dimiliki dan apa saja yang harus dikembangkan. Selain itu, kekurangan dan ancaman seperti apa yang akan dihadapi dan bagaimana cara mengurangi atau mencari solusi akan hal tersebut. Berikut merupakan hasil analisa penulis terhadap Kampung Laweyan.

Tabel 3.3 Tabel SWOT

Strength Weakness

• Laweyan merupakan kawasan batik tertua di Indonesia

• Sejarah dan budaya yang dapat menjadi daya tarik pariwisata

• Memiliki banyak cagar budaya yang sudah terdaftar

• Bangunan yang masih memiliki struktur bangunan asli

• Motif batik menghiasi seluruh wilayah

• Kawasan yang aware dengan keadaan pasar

• Masih mengerjakan dengan tradisional walaupun sudah produksi masal

• Salah satu kawasan penghasil batik yang terkenal

• Memilki tour guide dari warga asli untuk mengantar wisatawan

• Masyarakat pada gang kecil belum dapat menonjolkan potensinya

• Berada di pinggiran kecamatan dan jauh dari pusat kota

• Kurangnya tempat parkir

• Masih banyak daya tarik yang belum terlihat karena persepsi masyarakat sebagai kawasan batik saja

• Belum memiliki identitas visual

• Tour guide belum memiliki atribut khusus sehingga tidak terlihat

(24)

78

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

• Memilki beberapa pengrajin yang sudah terkenal.

Opportunity Threat

• Memberikan kemudahan bagi para investor untuk membuka usaha dengan syarat tetap mempertahankan budaya aslinya

• Mulai menggunakan Eco Culture Creative

• Menjadi kawasan yang sedang diperhatikan oleh pemerintah untuk

dikembangkan menjadi ikon pariwisata Solo

• Memiliki festival sendiri yaitu “Festival Laweyan”

• Banyak masyarakat saat ini yang suka berwisata dengan berjalan-jalan

• Terdapat kawasan batik lainnya yang berada di tengah kota

• Masyarakat hanya

mengetahui sebagai tempat untuk membeli batik

• Banyak kawasan batik yang berada di kota terkenal seperti Semarang dan Yogyakarta

3.1.6 Studi Eksisting

Dalam melakukan penelitian untuk merancang brand destination perlu adanya studi eksiting. Hal ini dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai suatu tempat yang telah ada sebelumnya dan memilki karakteristik sama dengan yang akan dirancang untuk meningkatkan kualitas. Studi eksisiting digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan yang telah dicapai serta kegagalan dari suatu tempat sehingga dapat menjadi

(25)

79

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

contoh untuk proses berikutnya agar karya yang dihasilkan dapat lebih baik.Pada studi eksisting ini penulis menganalisa kampung outline daerah yang sama sebagai sebuah kawasan wisata.

3.1.6.1 Setu Babakan

Setu Babakan merupakan salah satu kampung yang bertujuan untuk melestarikan budaya Betawi. Lestari (2020) mengatakan perkampungan yang berada di Srengseh Bawah, Kecamatan Jagakarsa masih memiliki suasana kehidupan asli masyarakat Betawi. Tahun 2004, Pemerintah Jakrta menetapkan kawasan Setu Babakan menjadi Kawasan Cagar Budaya Betawi yang berfungsi untuk melestarikan budaya asli Betawi.

Setu Babakan sendiri dalam kawasannya masih mempertahankan budayanya yaitu mulai dari cara hidup,kuliner, kesenian, dan lingkungannya sehingga wisatawan dapat langsung menikmati secara nyata bagaimana nuansa kampung Betawi. Untuk mempertahakan budayanya, ada rencana dari pengelola setempat untuk membuat identitas visual untuk membentuk image yang kuat terhadap Setu Babakan agar lebih dikenal oleh masyarakat.

Gambar 3.20 Logo Setu Babakan

Sumber : http://www.setubabakanbetawi.com/en/, n.d

(26)

80

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

Logo diatas penulis temukan dari website resmi Setu Babakan yaitu www.setubabakanbetawi.com. Logo yang didapat penulis berasal dari 2 situs berbeda yaitu satu dari website resmi setu babakan dan satu dari Komunitas Historia Indonesia.Dari 2 versi logo yang dibuat terlihat berbeda tetapi terdapat kesamaan yaitu terdapat tulisan Setu Babakan dan ikon ondel-ondel. Tidak ada pengetahuan lebih lanjut mengenai arti digunakannya jenis tulisan seperti logo diatas pada Setu Babakan tetapi untuk penggunaan ondel-ondel karena salah satu ikon khas Betawi. Dalam analisa logo yang dilakukan penulis, logo Setu Babakan masih terlalu kompleks pada bagian ikon Betawi karena pada website saat diperkecil muka dari ikon ondel-ondel tidak terlihat dan seperti kembang api.

Dalam implementasinya ke dalam media, Setu Babakan memiliki signage yang didirikan untuk menunjukkan arah. Signage sendiri memiliki gamba rondel-ondel yang merupakan ikon khas Betawi. Dengan adanya penunjuk arah ini memudahkan wisatawan untuk menuju destinasi.

Gambar 3.21 Signage di Setu Babakan

Sumber : https://www.inews.id/news/megapolitan/pekan-depan-ada-festival-betawi-di-setu- babakan-catat-tanggalnya, 2019

Dalam implementasinya ke dalam media, Setu Babakan memiliki signage yang didirikan untuk menunjukkan arah. Signage sendiri memiliki gamba rondel-ondel yang merupakan ikon khas Betawi. Dengan adanya penunjuk arah ini memudahkan wisatawan untuk menuju destinasi.

(27)

81

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

1) Analisa SWOT

Tabel 3.4 Tabel SWOT Setu Babakan

Strength Weakness

• Merupakan salah satu kawasan yang terkenal khas budaya Betawa

• Sejarah dan budaya yang dapat menjadi daya tarik pariwisata

• Memiliki desain yang colorful seperti ondel-ondel

• Banyak masyarakat luar kota yang tidak mengetahui

• Kawasan kurang terjaga dan terkesan gersang

• Pemasaran kurang terlihat

Opportunity Threat

• Dapat menjadi salah satu daya tarik budaya di Jakarta yang terkenal dengan kota cosmopolitan

• Dapat menjadi daerah wisata untuk escape

• Banyak café dan taman buatan yang membuat wisatawan tidak tertarik

3.1.7 Studi Referensi

Studi referensi dilakukan penulis untuk mendapatkan insight bagaimana merancang sebuah destinasi pada suatu tempat sehingga dapat merepresentasikan keunikkan dari tempat tersebut. Identitas yang diambil oleh penulis adalah identitas yang ada di Jawa. Hal ini dilakukan agar penulis juga mendapatkan insight mengenai bagaimana merancang identitas

(28)

82

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

dengan budaya Jawa di dalamnya. Penulis juga akan melakukan analisa mengenai guidelines yang dibuat dan apa saja collateral yang dipakai.

3.1.7.1 Jogja Istimewa

Jogja Istimewa merupaka city branding dari Yogyakarta yang telah resmi sejak 2015. Sejak adanya city branding tersebut, konsep dan visual yang dihasilkan dianggap dapat merepresentasikan jogja dan daya tariknya.

Gambar 3.22 Logo Jogja

Sumber : https://berkas.bantulkab.go.id/publikasi/jogja-istimewa/RebrandingJogja- publish.pdf, 2015

Logo Jogja merupakan wordmark yang mengambil bentuk dari aksara Jawa, hal ini dilakukan untuk mewakili budaya yang dijaga Jogja sampai saat ini. Tidak hanya aksara Jawa, logo Jogja juga dilengkapi dengan kesan yang lebih modern untuk mewakili semangat juang muda, dan menurut desain agar logo dapat mudah dibaca walaupun dari jauh. Daun, hurug “g” dan “j” yang saling memangku pada logo Jogja menampilkan masing-masing prinsip yang dipegang masyarakat Jogja. Warna pada logo di dapat dari hal-hal yang sudah ada seperti pada lambing provinsi.

Pada media utama yaitu graphic standard manual, Jogja memiliki desain yang konsisten, baik dalam media utama, turunan, maupun dekorasi pemanis di sekitarnya. Tagline yang digunakan Jogja adalah “istimewa”, kata ini didapat untuk menonjolkan kesan beda dari yang lain dan memiliki ciri khas yang beda. Jogja memiliki brand architecture berupa ikon pada

(29)

83

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

setiap sektor selain itu, ikon juga dibuat dalam bentuk sektor dan bila bersebelahan dengan logo

Gambar 3.23 Icon Logo Jogja

Sumber : https://berkas.bantulkab.go.id/publikasi/jogja-istimewa/RebrandingJogja- publish.pdf, 2015

Dalam media collateral Jogja tetap menjaga visual yang konsiten seperti pada media turunan yaitu kendaraaan, media marketing, kaos, tas belanja, dan media collateral lainnya.

Gambar 3.24 Media Collateral Jogja Istimewa

Sumber : https://berkas.bantulkab.go.id/publikasi/jogja-istimewa/RebrandingJogja- publish.pdf, 2015

(30)

84

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

3.1.7.2 Endless Purbolinggo

Endless Purbolinggo merupakan city branding dari Purbolinggo yang resmikan pada tahun 2018. Sejak adanya city branding tersebut, diharapkan logo dan visual yang dihasilkan dapat mewakilkan budaya, tradisi, dan daya tarik Purbolinggo.

Gambar 3.25 Logo Endless Purbolinggo

Sumber : https://www.behance.net/gallery/69861177/Endless-Probolinggo-Destination- Branding, 2018

Logo Endless Purbolinggo memiliki bentuk wordmark yang berawal dari bentuk tidak terbatas yaitu angka “8” yang dibuat mengalir karena Purbolinggo memiliki daya tarik wisata yang berbasis air seperti pantai.

Huruf pada logo menggunakan huruf kecil untuk untuk menunjukkan kesan rendah hati. Seperti pada logo Jogja, Purbolinggo juga memasukkan kesan modern pada logo untuk membantu keterbacaan dan menunjukkan semangat muda. Warna pada logo di dapat dari hal-hal yang sudah ada seperti pada laut, langit, tumbuhan.

Dalam implementasinya pada media utama seperti Graphic Standard Manual dan media turuna seperti collateral yang dibuat memiliki visual yang konsisten dari warna, bentuk, dan tipografi sehingga dapat menonjolkan image yang ingin dibangun dari Purbolinggo.

(31)

85

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

Gambar 3.26 Media Collateral Purbolinggo

Sumber : https://www.behance.net/gallery/69861177/Endless-Probolinggo-Destination- Branding, 2018

3.1.7.3 Kesimpulan Studi Referensi

Dari Studi Referensi yang telah dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa observasi, penelitian terhadap budaya dan tradisi tempat yang akan dibuat identitasnya merupakan hal penting karena dari hal-hal yang diobservasi tersebut dapat menjadi suatu bagian dari identitas yang sangat penting. Selain itu pada media collateral adanya konsistensi yang dilakukan pada setiap media, hal ini dilakukan agar wisatawan dapat mengenail dengan mudah identitas tersebut merupakan identitas dari apa.

3.2 Metode Perancangan

Dalam membuat perancangan identitas brand destination, penulis menggunakan metode perancangan berdasarkan teori Aliana Wheeler (2014), dalam bukunya yang berjudul Designing Brand Identity. Berikut penjelasan mengenai setiap tahapan teori Aliana Wheeler.

1) Penelitian

Pada tahap penelitian, penulis melakukan pehaman lebih dalam terhadap Kampung Laweyan sebagai subjek penelitian penulis. Karena itu, penulis mengumpulkan data mengenai sejarah, potensi yang dimiliki, kondisi,

(32)

86

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

perencanaan yang akan dilakukan ke depannya, points of difference, perkembangan, usaha yang dilakukan, serta data kunjungan. Untuk menguatkan alasan penulis untuk membuat brand destination, penulis melakukan kuesioner secara online kepada wisatawan di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan D.I. Yogyakarta untuk mengetahui pandangan wisatawan yang belum pernah maupun yang sudah pernah mengenai Kampung Laweyan.

Observasi juga dilakukan pernulis untuk meneliti secara lebih dekat dengan objek seperti tempat, jalan, promosi, iklan, dan merchandise. Penelitian ini dilakukan untuk mendukung penulis ke tahap berikutnya.

2) Menyusun strategi

Setelah melakukan tahap penelitian dan mendapatkan data yang diperlukan, penulis menganalisasi dan memilih informasi yang diperlukan untuk perancangan. Tahap ini memerlukan pemikiran kreatif untuk menyusun brand strategy agar dapat menyelesakan masalah ang dihadapi Kampung Laweyan, hal ini dilakukan untuk menetukkan target konsumen, kompetitor, potensi dan keunggulan yang dimiliki destinasi sehingga menghasilkan strategi yang tepat. Hasil yang didapatkan digunakan untuk menghasilkan brand brief. Brand brief yang dibuat kemudian menghasilkan brand essence dan big idea untuk membantu penulis melalui proses kreatif untuk perancangan brand destination.

3) Merancang identitas

Dari brand brief yang telah dihasilkan dan menetapkan big idea, maka selanjutnya adalah memindahkannya ke dalam bentuk visual yang dapat mewakili perancangan brand destination dari Kampung Laweyan. Dalam tahap ini, penulis juga mencari moodboard look and feel, tipografi, bentuk, arahan fotografi, ilustrasi, komposisi, dan warna yang tepat. Tahap ini diperlukan agar identitas yang dihasilkan dapat menggambarkan Kampung Laweyan dengan baik.

(33)

87

Perancangan Brand Destination Kampung Laweyan di Kota Solo, Yolanda Emmatya Mayta, Universitas Multimedia Nusantara

4) Menyusun Collateral

Identitas dan konsep yang telah dibuat kemudian disempurnakan agar menjadi identitas visual yang baik. Pada tahap menyusun collateral, identitas yang telah dibuat dikembangkan sehingga dapat diterapkan pada berbagai media yang mendung perancangan brand destination untuk memperlihatkan unity dari identitas tersebut. Media yang dibuat seperti kartu nama, letterheads, website, merchandise, stationery, signage, advertising, serta media lainnya yang dapat mendukung wisatawan saat berkunjung ke Kampung Laweyan.

5) Managing Assets

Tahap terkhir yang dijalani penulis dalam merancang brand destination adalah menjaga konsistensi identitas yang telah dibuat untuk Kampung Laweyan dengan mengelola aset. Untuk menghindari adanya perbedaan dalam proses kerja identitas yang telah dibuat, maka diperlukan adanya suatu pedoman desain untuk mengatur segala bentuk penerapan identitas pada setiap media. Hasil yang didapat dalam tahap ini adalah brand guidelines atau bisa disebut sebagai graphic standard manual.

Referensi

Dokumen terkait

Risiko kesehatan merupakan faktor- faktor dalam lingkungan kerja yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik berupa kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman,

Saran peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah perlu dilakukan penelitian untuk meneliti dosis toksik, efek samping, dan dosis efektif, dilakukan penelitian

Tujuan dari kegiatan perawatan peralatan mekanik Unit Sementasi adalah memperoleh kondisi peralatan mekanik yang maksimal dengan pertimbangan masa operasi peralatan yang

Hal ini terlihat hasil survey, dari 57 negara di dunia Indonesia hanya menduduki urutan ke-37 (The World Economic Forum Swedia Report, 2000). Predikat Indonesia pun hanya

membukukan dana MAP dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta I pada Rekening KSP/USP Koperasi. menarik dan menerima angsuran jasa/bunga serta pembayaran angsuran

Masalah penelitian dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain dilihat dari sisi waktu, biaya, kemampuan si peneliti maupun kontribusi yang akan diberikan oleh

Inko Java Semarang Uji Hipotesis: Uji T, Uji F, Dan Koefisien Determinasi Kerja karyawan; Motivasi Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produktivitas

Adapun yang termasuk ke dalam data primer adalah (1) data variabel penelitian yang terdiri dari : kinerja kepala sekolah, budaya sekolah, pengetahuan tentang manajemen, iklim