• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. tinggi batang m. Mahkota pohonnya meruncing ke atas, dengan bagian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. tinggi batang m. Mahkota pohonnya meruncing ke atas, dengan bagian"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pala

Botani pala

Pala (Myristica fragrans Houtt) adalah tanaman daerah tropis yang memiliki 200 species dan seluruhnya tersebar di daerah tropis. Dalam keadaan pertumbuhan yang normal, tanaman pala memiliki mahkota yang rindang, dengan tinggi batang 10 - 18 m. Mahkota pohonnya meruncing ke atas, dengan bagian paling atasnya agak bulat serta ditumbuhi daunan yang rapat. Daunnya berwarna hijau mengkilat, panjangnya 5 - 15 cm, lebar 3 - 7 cm dengan panjang tangkai daun 0,7 -1,5 cm (Departemen Pertanian, 1986).

Klasifikasi tanaman pala adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Magnolidae Ordo : Magnoliales Famili : Myristicaceae Genus : Myristica

Spesies : Myristica fragrans Houtt

Tanaman pala memiliki buah berbentuk bulat, berwarna hijau kekuning-kuningan buah ini apabila masak terbelah dua. Garis tengah buah berkisar antara 3-9 cm, daging buahnya tebal dan asam rasanya. Biji berbentuk lonjong sampai

(2)

bulat, panjangnya berkisar antara 1,5-4,5 cm dengan lebar 1-2,5 cm. Kulit biji berwarna coklat dan mengkilat pada bagian luarnya. Kernel biji berwarna keputih-putihan, sedangkan fulinya berwarna merah gelap dan kadang-kadang putih kekuning-kuningan dan membungkus biji menyerupai jala (Departemen Pertanian, 1986).

Penyebaran pala

Nama daerah pala di Indonesia untuk tanaman pala antara lain pala (Aceh), falo (Nias), palo (Minangkabau), pahalo (Lampung), pala (Sunda), pala bibinek (Madura), palang (Sangir), kuhipun (Buru), parang (Minahasa), gosora (Halmahera, Tidore dan Ternate), sedangkan nama asing pala adalah nutmeg (Made, 2009).

Tanaman pala berasal dari kepulauan rempah-rempah (Maluku) dan saat ini telah tersebar ke seluruh daerah di Indonesia. Namun, pusat pembudidayaan terletak hanya di dua kawasan Indonesia yaitu Pala Hindia Timur (East Indian Nutmeg) dan kepulauan Pala Hindia Barat (West Indian Nutmeg). Aroma pala Indonesia dianggap lebih sedap dibandingkan dengan Hindia bagian barat. Saat ini penghasil pala di Indonesia ialah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya (Departemen Pertanian, 1986).

Pemanfaatan pala

Komoditas pala di Indonesia sebagian besar dihasilkan oleh perkebunan rakyat (98%) yang jarang dipelihara. Luas pertanaman pala di Indonesia pada tahun 1996 mencapai 60.735 ha, kemudian menurun menjadi 43.873 ha pada

(3)

Hasil yang diambil dari pala diperdagangkan di pasaran dunia adalah biji, fuli minyak atsiri dan daging buah yang digunakan untuk industri makanan di dalam negeri. Industri makanan pengolahan daging buah pala antara lain adalah sebagai: manisan pala, asinan pala, sirup, marmelade, selai pala, dodol serta kristal daging buah pala (Nurdjannah, 2007).

Kandungan kimia dan khasiat buah pala

Daging buah pala sebenarnya mengandung beberapa nutrisi seperti lemak dan protein nabati. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Marzuki dkk.(2008) menyebutkan bahwa ditemukan kandungan lemak serta protein dalam daging buah pala. Selain itu pula, juga adanya pektin yang merupakan senyawa fenolik yang dikeluarkan oleh buah dalam bentuk getah yang berwarna merah kecokelatan.

Hampir semua orang mengenal buah pala. Biji buah pala sering digunakan sebagai bumbu masakan. Olahan daging maupun masakan bersantan terasa lebih harum dan lezat dengan menambahkan sedikit pala halus. Daging buahnya lain lagi, aromanya yang harum dengan rasa sedikit asam menjadikan daging buah pala cocok untuk bahan baku sirup maupun manisan. Menurut Sutomo (2006), kebiasaan menggunakan pala sebagai bumbu masakan atau mengkonsumsi dalam bentuk sirup dan manisan akan berdampak sangat baik bagi kesehatan, mengingat buah dengan keharuman semerbak ini ternyata mempunyai banyak khasiat bagi kesehatan. Kandungan kimia terkandung dapat mengatasi insomania, batuk berlendir, membantu pencernaan, penghilang kejang otot dan lainnya.

(4)

plants. Buah pala mengandung senyawa-senyawa kimia yang bermanfaat untuk kesehatan. Kulit dan daging buah pala misalnya, terkandung minyak atsiri dan zat samak. Sedangkan fuli atau bunga pala mengandung minyak atsiri, zat samak dan zat pati. Sedangkan dari bijinya sangat tinggi kandungan minyak atsiri, saponin, miristisin, elemisi, enzim lipase, pektin, lemonena dan asam oleanolat. Hampir semua bagian buah pala mengandung senyawa kimia yang bermanfaat bagi kesehatan, diantaranya dapat membantu mengobati masuk angin, insomnia (gangguan susah tidur), bersifat stomakik (memperlancar pencernaan dan meningkatkan selera makan), karminatif (memperlancar buang angin), antiemetik (mengatasi rasa mual mau muntah), nyeri haid serta rematik (Sutomo, 2006).

Aspek Potensi Bahan baku

Ketika sebuah perusahaan memproduksi produk barang atau jasa, maka perusahaan membutuhkan proses produksi (production process) atau serangkaian pekerjaan dimana sumberdaya digunakan untuk memproduksi suatu barang atau jasa. Proses tersebut menyebutkan kombinasi berbagai sumberdaya yang dialokasikan untuk produksi, pembagian pekerjaan, dan urutan pekerjaan. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi normalnya diubah oleh sumberdaya manusia perusahaan menjadi suatu produk akhir. Proses produksi suatu barang merupakan suatu gejala yang berkesinambungan maka arus bahan baku yang mendukungnya juga harus mempunyai sifat yang sama. Oleh karena itu, pembuatan sirup pala akan sangat bergantung pada buah pala serta keberlangsungan ketersediaannya dalam memenuhi bahan baku produksi.

(5)

Produksi pala relatif stabil dan cenderung meningkat sejak tahun 1994 yang berkisar antara 20 ribu ton per tahun. Berdasarkan data Ditjen Perkebunan (2006) produksi pala Indonesia dari tahun 2000 sampai 2005 berkisar antara 20.010 – 23.600 ton. Berdasarkan data tersebut juga disebutkan bahwa terlihat adanya kecenderungan terjadinya peningkatan luas areal dan produksi pala setiap tahunnya mulai dari 59,5 ribu ha menjadi 74,7 ribu ha. Peningkatan produksi buah pala sendiri berkisar antara 3-5% per tahun. Dari luas areal pertanaman pala tersebut sebagian besar (99%) berasal dari perkebunan rakyat, sedangkan sisanya berasal dari perkebunan negara dan perkebunan swasta (Nurdjannah, 2007).

Berdasarkan ketersediaan potensi bahan baku, daerah-daerah yang potensial untuk pengembangan usaha olahan makanan dari pala adalah daerah penghasil pala utama di Indonesia, yakni Sulawesi Utara, Maluku, Nangroe Aceh Darussalam, Papua, Sulawesi Selatan, Sumatra Barat dan Jawa Barat. Produktivitas tanaman pala Indonesia terutama untuk perkebunan rakyat relatif stabil dari tahun ke tahun dan ada kecenderungan meningkat sejak tahun 2000 tetapi masih jauh lebih rendah dibanding negara penghasil pala lainnya seperti Grenada (Nurdjannah, 2007).

Selain itu juga, melihat kondisi saat sekarang ini, dimana hingga kini kebutuhan pala dunia 76% berasal dari Indonesia, 20% oleh Grenada,dan selebihnya Sri Langka, Trinidad dan Tobago Nilai ekspor cenderung meningkat akibat kenaikan harga satuannya tetapi volumenya cenderung menurun. Harga pala dunia berkaitan langsung dengan harga pala domestik di sentra-sentra produksi. Hal ini disebabkan penetapan harga pala di tingkat petani mengacu pada harga pala dunia (Bustaman, 2007).

(6)

Pada propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, buah pala dapat ditemukan di kabupaten Aceh Selatan yang merupakan kabupaten penghasil pala terbesar di propinsi tersebut. Selain itu pula, pala juga dapat ditemukan di Kabupaten Bireuen, disamping hasil perkebunan lainnya seperti pinang, kelapa sawit, cokelat, kelapa. Data jumlah potensi setiap komoditi dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Data Potensi Komoditi Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bireuen

Tahun 2006

No Komoditi Jumlah (ton/thn) Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kelapa sawit Kelapa Pinang Cokelat Karet Kopi Pala Cengkeh 36.328 18.585 4.263 2.472 585 461 153 91 57,7 29,5 6,8 3,9 0,9 0,7 0,2 0,1 62.938 100

Sumber: Badan Investasi dan Promosi Aceh (2009)

Pada data tabel di atas dapat dilihat bahwa komoditi pala menduduki peringkat ke tujuh dengan jumlah 153 ton/tahun. Jumlah tersebut berasal dari hasil produksi dengan luas tanam 243 ha. Peringkat tersebut berdasarkan pada jenis komoditi utama perkebunan dan kehutanan di Kabupaten Bireuen pada tahun 2006.

Pasar

Menurut Suad dan Suwarsono (2000), untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu perlu dilakukan aspek-aspek yang akan diteliti, salah satunya adalah aspek pasar. Aspek pasar dan pemasaran meliputi:

1. Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai.

(7)

2. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun juga yang berasal dari impor. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ini, seperti jenis barang yang bisa menyaingi.

3. Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya.

4. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan.

5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa dikuasai perusahaan.

Pengertian pemasaran menurut Phillip Kotler (1997) adalah suatu proses sosial dan manajerial yang ada di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan menurut Stanton, pengertian pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang maupun jasa untuk memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang sudah ada maupun pembeli potensial.

Pemasaran pada dasarnya berfokus kepada aktivitas kompleks yang harus menampilkan tujuan yang jelas dan pertukaran yang umum. Aktivitas ini termasuk pembelian, penjualan, keuangan, penelitian pemasaran dan pengambilan resiko. Dalam falsafah bisnis, konsep pemasaran bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap keinginan yang berorentasi kepada kebutuhan konsumen. Oleh karena itu, konsep pemasaran yaitu pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan (Kotler, 1997).

(8)

Dalam hal pemasaran dikenal adanya distribusi. Saluran distribusi merupakan saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang dari produsen sampai ke konsumen. Menurut Irawan dkk (1996), distribusi juga dikenal sebagai saluran distribusi atau perantara. Dalam praktiknya sistem pemasaran dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik dari luar maupun dari dalam perusahaan sendiri. Pemasaran dari pelaku dan kekuatan di luar perusahaan dan mempengaruhi kemampuan manajemen pemasaran dalam mengembangkan dan mendapatkan transaksi yang berhasil dengan konsumen sasaran. Produk yang akan dipasarkan merupakan keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap barang atau jasa bagi para pelanggan. Tempat dimana produk tersedia dalam saluran distriibusi dan outlet yang memungkinkan konsumen dengan mudah memperoleh suatu produk.

Pada dasarnya tujuan akhir seorang pengusaha adalah membuat keuntungan. Oleh karena itu, maka ia harus mampu menjual barang yang dihasilkannya dengan harga yang lebih tinggi daripada biaya yang dikeluarkan. Dalam hubungannya dengan masalah inilah, maka pasar menjadi relevan. Luas pasar ditentukan tiga unsur, yaitu: jumlah penduduk, pendapatan per kapita dan distribusi pendapatan. Disamping unsur tersebut, ada pula beberapa hal yang mempengaruhi suatu pasar. Pertama adalah berkaitan dengan biaya angkutan, dengan biaya angkutan yang cenderung makin rendah maka industri makin bebas untuk menentukan lokasi. Keadaan ini mengakibatkan daerah perkotaan dengan pasarnya yang luas makin menarik sebagai lokasi industri dan perusahaan. Pasar mempengaruhi lokasi menyangkut tentang biaya distribusi. Lokasi yang kurang

(9)

tepat dapat menambah biaya distribusi yang tercermin dalam biaya yang relatif cukup tinggi dibandingkan dengan biaya produksi (Djojodipuro, 1992).

Agroindustri Sirup Pala

Pengolahan pala sebagai salah satu komoditas kehutananan yang dapat digolongkan dalam agroindustri. Pengembangan agroindustri terbukti mampu meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis, mampu menyerap tenaga kerja, mampu meningkatkan perolehan devisa serta mampu mendorong munculnya industri lain Terdapat empat kekuatan strategi agroindustri menurut Austin (1992) dalam penelitian Syam (2006) yang dapat dijadikan motor penggerak perekonomian suatu negara, yaitu sebagai berikut:

1. Agroindustri merupakan pintu keluar bagi produk pertanian, artinya produk pertanian memerlukan pengolahan sampai tingkat tertentu sehingga meningkatkan nilai tambah.

2. Agroindustri merupakan penunjang utama sektor manufaktur, artinya sumber daya pertanian sangat diperlukan pada tahap awal industrialisasi dan agroindustri serta mempunyai kapasitas yang besar dalam menciptakan lapangan kerja, meningkatkan produksi, dan pemasaran, serta mengembangkan lembaga keuangan dan jasa.

3. Agroindustri berperan dalam menciptakan devisa negara, artinya produk pertanian mempunyai permintaan di pasar dunia baik dalam bentuk bahan baku, setengah jadi, maupun produk jadi sehingga perlu pengolahan sesuai dengan permintaan konsumen.

(10)

4. Agroindustri mempunyai dimensi nutrisi, artinya agroindustri dapat menjadi pemasok kebutuhan gizi masyarakat dan pemenuhan kebutuhan pangan nasional.

Disamping itu pula, agroindustri memiliki permasalahannya sendiri. Permasalahan dalam pengembangan agroindustri adalah lemahnya keterkaitan antarsubsistem di dalam agroindustri antara lain yaitu: distribusi dan penyediaan faktor produksi, proses produksi pertanian, pengolahan dan pemasaran (Soekartawi, 2000).

Analisis Kelayakan Proyek Investasi

Studi kelayakan usaha adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu usaha/proyek dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda-beda. Ada yang mengartikan dalam artian yang lebih terbatas, terutama digunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomi suatu investasi, sedangkan bagi pihak pemerintah atau lembaga non-profit, pengertian menguntungkan bisa dalam arti yang lebih relatif (Suad dan Suwarsono, 2000).

Definisi proyek

Dalam hal ini pengertian proyek investasi yang digunakan adalah sebagai suatu rencana untuk menginvestasikan sumber daya yang bisa dinilai secara cukup independen. Proyek tersebut bisa merupakan proyek raksasa, bisa juga proyek kecil. Karakteristik dasar dari suatu pengeluaran modal (atau proyek) adalah bahwa proyek tersebut umumnya memerlukan pengeluaran saat ini untuk

(11)

misalnya berbentuk pengeluaran untuk tanah, mesin, bangunan, penelitian dan pengembangan (Suad dan Suwarsono, 2000).

Tujuan analisis finansial usaha menurut Kuswadi (2006) adalah untuk memilih dari berbagai alternatif investasi yang ada mana yang paling menguntungkan. Ditanam dalam usaha apapun, hasilnya harus lebih besar daripada bunga deposito. Misalnya saja dengan memperbandingkan estimasi aliran kas (arus kas) baik yang masuk (cash flow) maupun yang keluar (cash outflow). Perbedaan antara arus kas masuk dan arus kas keluar ini disebut aliran kas bersih (net cash flow), yang akan diperhitungkan dengan:

 Kuantitas output yang disesuaikan dengan kemampuan menjual atau penyerapan pasar yang disasarkan pada data statistik atau trend.

 Harga jual produk.

 Biaya operasi yang efisien, mencakup biaya bahan baku, proses perawatan, air, karyawan serta biaya-biaya lainnya.

Jadi permasalahan yang timbul sehubungan dengan pemilihan alternatif adalah bagaimana cara membandingkan biaya yang harus dikeluarkan pada saat ini (investasi) dengan benefit yang akan diterima di masa yang akan datang.

Analisis finansial proyek

Analisis ekonomi suatu proyek tidak hanya memperhatikan manfaat yang dinikmati dan pengorbanan yang ditanggung oleh perusahaan, tetapi oleh semua pihak dalam perekonomian. Sedangkan analisis yang hanya membatasi manfaat dan pengorbanan dari sudut pandang perusahaan disebut sebagai analisis keuangan atau analisis finansial (Suad dan Suwarsono, 2000).

(12)

Analisis finansial berkenaan dengan masalah revenue earning (keuntungan pendapatan) yang diperoleh suatu proyek. Hal ini berhubungan dengan persoalan apakah proyek yang bersangkutan akan sanggup menjamin dana yang dibutuhkan serta sanggup membayarnya kembali dan apakah proyek tersebut bisa menjamin kelangsungan hidupnya secara finansial. Gittenger dan Adler (1993) menyebutkan bahwa ada dua pertimbangan khusus yang perlu diperhatikan dalam suatu analisis finansial. Pertama yaitu harus dilihat pengaruh finansial terhadap usaha pertanian secara individu yaitu pendapatan keluarga yang cukup besar bagi petani dan perangsang yang cukup kuat bagi para petani yang iku berpartisipasi. Kedua, analisa finansial harus dihubungkan dengan hasil yang diperoleh untuk kepentingan umum ataupun organisasi-organisasi komersil seperti koperasi ataupun bank-bank.

Pemilihan suatu model agroindustri berbahan baku pala harus didasarkan pada kemampuannya dalam menghasilkan nilai tambah. Menurut Austin (1981) dalam penelitian Irene dkk (2006), nilai tambah yang dihasilkan ditentukan oleh pasokan bahan baku, manajemen produksi, tingkat teknologi yang digunakan, kelembagaan pasar, dan faktor lingkungan. Keterbatasan tekonologi yang dikuasai pengusaha menyebabkan kapasitas produksinya terbatas, sehingga keuntungan yang diterima produsen belum maksimal. Selain teknologi, kemampuan tenaga kerja juga berpengaruh terhadap keberhasilan usaha agroindustri.

Analisis break even point (BEP)

Analisis break-even (titik impas) menentukan berapa volume penjualan harus dicapai sebelum perusahaan berada pada kondisi impas (biaya totalnya sama

(13)

impas tersebut khususnya mengamsumsikan suatu biaya tetap tertentu dan biaya variabel rata-rata konstan. Saat perusahaan melebihi titik impas, kesenjangan antara pendapatan total dan biaya total semakin melebar, karena kedua fungsi diasumsikan menjadi linear, dengan formula:

Biaya tetap total . Kontribusi biaya tetap

Kontribusi biaya tetap adalah harga dikurangi dengan biaya variabel rata-rata (Lamb, et all., 2001).

Menurut Lamb, et all. (2001) keunggulan dari penggunaan analisis titik impas (break-even) adalah bahwa itu mampu memberikan perkiraan yang cepat tentang seberapa banyak produk yang harus dijual untuk impas dan berapa besar keuntungan yang dapat diperoleh jika volume penjualan lebih tinggi diperoleh. Jika perusahaan beroperasi mendekati titik impas ini, memungkinkannya untuk dapat melihat apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi biaya atau meningkatkan penjualan. Juga, dalam analisis titik impas yang sederhana, tidak perlu menghitung biaya marjinal dan pendapatan marjinal, karena harga dan rata-rata biaya per unit diasumsikan konstan. Selain itu juga karena data akuntansi untuk biaya marjinal dan pendapatan biasanya tidak tersedia sehingga akan lebih mudah jika tidak bergantung pada informasi data tersebut.

Masalah dalam titik impas adalah apakah pada harga pasar yang berlaku terdapat cukup pasar untuk paling tidak menjual volume impas. Disamping itu juga, analisis tersebut juga dipergunakan untuk mengetahui sejauh mana volume impas tersebut didukung oleh bahan mentah yang tersedia. Bila pasar tidak cukup luas untuk menampung jumlah impas yang diproduksi, maka pada dasarnya

(14)

diturunkan (biaya tetap total harus turun) dan memperoleh volume impas yang lebih kecil sehingga proyek dapat diteruskan. Selain itu pula, pada volume impas pertama tersedianya bahan mentah dapat kurang mencukupi. Dalam hal ini, maka perusahaan yang bersangkutan harus dapat mengusahakan untuk memperolehnya dari tempat lain atau mengusahakannya sendiri (Djojodipuro, 1992).

Analisis nilai tambah

Pengertian nilai tambah adalah nilai produksi dikurangi dengan pengeluaran barang antara. Nilai tambah juga dapat didefinisikan sebagai penerimaan upah pekerja ditambah dengan keuntungan pemilik modal. Penghitungan nilai tambah dapat diformulasikan sebagai berikut:

Nilai Tambah = Nilai Output – Nilai Input

Hasil analisis tersebut dapat dipaparkan dalam bentuk deskripsi yang dilengkapi dengan penghitungan kuantitatif nilai tambah dari kegiatan pengolahan dalam rangka peningkatan nilai dan daya tahan produksi (Tarigan, 2006).

Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat dikatagorikan menjadi dua yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan nilai input lain, selain bahan bakar dan tenaga kerja (Sudiyono, 2002).

Menurut Sudiyono (2002) besarnya nilai tambah karena proses pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya terhadap nilai

(15)

tambah menggambarkan imbalan bagi tenga kerja, modal dan manajemen yang dapat dinyatakan secara matematik sebagai berikut:

Nilai tambah = f (K, B, T, U, H, h, L) Dimana

K = Kapasitas produksi

B = Bahan baku yang digunakan T = Tenaga kerja yang digunakan U = Upah tenaga kerja

H = Harga output h = Harga bahan baku

L = Nilai input lainnya (nilai dan semua korbanan yang terjadi selama proses perlakuan untuk menambah nilai)

Dengan mengetahui perkiraan nilai tambah pada suatu agroindustri maka akan diharapkan berguna:

1. Bagi pelaku bisnis, dapat diketahui besarnya imbalan terhadap balas jasa dan faktor-faktor produksi yang digunakan.

2. Menunjukkan besarnya kesempatan kerja yang ditambahkan karena kegiatan menambah kegunaan.

Distribusi nilai tambah berhubungan dengan teknologi yang diterapkan dalam proses pengolahan, kualitas tenaga kerja berupa keahlian dan keterampilan serta kualitas bahan baku. Penerapan teknologi yang cenderung padat karya akan memberikan proporsi bagian terhadap tenaga kerja yang lebih besar daripada proporsi keuntungan bagi perusahaan. Sebaliknya, jika yang diterapkan

(16)

tekonologi padat modal maka besarnya proporsi bagian perusahaan lebih besar daripada proporsi bagian tenaga kerja (Sudiyono, 2002).

Kondisi Umum Kabupaten Bireuen

Kabupaten Bireuen adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Menurut situs resmi Pemkab Kabupaten Bireuen (2011), kabupaten ini menjadi kabupaten otonom sejak tahun 2000 sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Utara. Kabupaten Bireuen juga terkenal dengan julukan sebagai kota juang. Kabupaten Bireuen terletak pada 454 – 5°21 LU dan 96°20 – 97°21 BT. Luas kabupaten ini adalah + 1.901,121 Km2

atau 190,121 Ha dan memiliki 17 kecamatan. Batas-batas wilayahnya yaitu:

 Sebelah utara : Selat Malaka

 Sebelah selatan : Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Pidie  Sebelah barat : Kabupaten Pidie

Gambar

Tabel 1. Data Potensi Komoditi Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bireuen  Tahun 2006

Referensi

Dokumen terkait

Daerah Ibu Kota Jakarta (Jakarta : Departemen P dan K, 1998), hal.. Pengganjaran, pengganjaran dalam pola asuh dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, pemberian hukuman yaitu

Tujuan dari analisis titik impas (break even analysis) adalah untuk menemukan suatu titik, dalam uang dan unit, yang mana biaya setara dengan pendapatan.. Titik ini adalah

Hasil dari penelitian ini adalah sebuah aplikasi sistem pencarian lokasi hotel berbasis mobile web dengan memanfaatkan GPS dan geolocation yang dapat mendeteksi

ukuran pori karena ketika serbuk karbon dicetak maka struktur pori akan lebih mengikuti morfologi partikel karbon yang dihasilkan dari proses ball

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa arti analisis titik impas atau Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak

kabupaten tentang qanun pengelolaan PPI, dukungan dari kecamatan, ketersediaan anggaran di PPI, fasilitas yang lengkap di PPI, ketersediaan data base dan informasi, dukungan

Imam Syafi'i الله وحمر mengatakan, "Manusia terdesak setelah Rasulullah ملسو وسلم الله ىلص lalu mereka tidak mendapati seorang pun di bawah kolong

Berdasarkan keseluruhan hasil analisa yang telah dilakukan dalam penyusunan tugas akhir, dapat diperoleh kesimpulan bahwa susu formula yang memenuhi asupan gizi yang