• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGELOLAAN DANA DI MASJID AL-WHUSTA ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGELOLAAN DANA DI MASJID AL-WHUSTA ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

STRATEGI PENGELOLAAN DANA DI MASJID AL-WHUSTA ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK

Rita Gusmita1, Ikhsan Muharma Putra2, Yenita Yatim2 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ritagusmita08@gmail.com

ABSTRACT

The mosque is a public institution whose funding source is a contribution from the community, so that the community believes to give the funds to the mosque, there needs to be a good management strategy of the mosque administrator. However the purpose of this study is to describe the fund management strategy in the Al-Whusta mosque in the long district of Lembah Gumanti Solok district. The theory used in this research is functional structural theory by to Talcott Parsons. This research uses qualitative research approach with descriptive type. Informants in this study amounted to 10 people, with the technique of selecting informants ie purposive sampling. Type of data used in this research that is primary data and secondary data. Methods of data collect used were non-participant observation, in-depth interviews, and document studies. While the unit analysis in this study is a group with data analysis Miles and Huberman. Based on the results of research can be concluded that the strategy of fund management in the mosque Al-Whusta is with the running of all stewardship due to four functions namely: Adaptation (adaptation): adjust to the demands coming from outside the system ie the demands of society by setting new rules for beneficiaries. Goal Attainmen (goal achievement):Efforts to achieve the objectives are made from direct or indirect fundraising, budget planing, recording or bookkeeping, and use of mosque fund. Integration:Involving all members of the board and congregation or community in decisionmaking through deliberation. Latency (latency or pattern maintenance): in the presence of agreed and applicable rules in the management.

Keywords: Strategy and Management of mosque fund PENDAHULUAN

Menurut Bastian (Ruknuddin 2016:36) Masjid merupakan salah satu organisasi nirlaba yang mengandalkan kepercayaan masyarakat dalam menghimpun dana. Dana ini digunakan untuk mendanai kegiatan rutin masjid

seperti infaq untuk khatib Jumat. Biaya ini juga termasuk biaya perawatan dan pemeliharaan masjid. Merupakan tugas dan tanggung jawab pengurus masjid untuk memikirkan dan mencari dana untuk kemakmuran masjid.

(2)

2 Masjid sebagai salah satu organisasi nirlaba harus dapat mempertanggungjawabkan

informasinya karena menyangkut kepentingan orang banyak. Salah satu pertangung jawabannya yaitu diperlukannya sebuah akuntanbilitas dan transparansi tentang pengelolaan keuangan masjid. Hal tersebut dapat memper sempit kesenjangan informasi keuangan antara organisasi masjid dengan masyarakat sebagai sumber dananya. Sumber dana yang diperoleh oleh masjid dapat berasal dari donasi, kotak sumbangan keliling yang bisa dikatakan zakat, infaq dan sedekah atau yang lainnya dari masyarakat. Dari sumber dana tersebut, ta’mir (pengurus masjid) seharusnya dapat menyajikan laporan posisi keuangan yang menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban dan informasi lain yang diperlukan dalam pertanggungawaban(Hanafi, 2015:8). Bagi umat islam, masjid bukan hanya difungsikan sebagai tempat ibadah, Salah satu fungsi masjid adalah di bidang sosial dan pelayanan. Masjid difungsikan sebagai wadah yang dapat

memberikan pelayanan sosial seperti: pelayanan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial, seperti fakir miskin, cacat dan orang terlantar, pelayanan terhadap penyelenggaraan jenazah, pelayanan terhadap pelaksanaan ibadah qurban, pelayanan terhadap pembinaan muallaf, pelayanan dalam bidang kesehatan, pelayanan dalam bimbingan manasik haji, dan lain-lain. Upaya yang mungkin dilakukan dalam hal pelayanan terhadap penyandang masalah kesejahteraan adalah dengan menjadikan masjid sebagai UPZ (unit pengumpul zakat) sebagai perpanjangan tangan dari BAZ (Badan Amil Zakat) baik provinsi maupun kabupaten/kota. Masjid juga salah satu lembaga yang cukup mampu menghimpun dana untuk kegiatan keagamaan di tingkat jorong (Kayo, 2006:29).

Manajemen masjid merupakan keterampilan pengelolaan yang dapat membantu takmir masjid untuk mencapai tujuan dengan menggunakan potensi masjid secara efektif dan produktif. Salah satu hal yang terpenting dalam manajemen masjid adalah pengelolaan keuangan

(3)

3 yang baik. Di mana keuangan masjid berpengaruh terhadap keberhasilan program–program masjid. Jika keuangan masjid dikelola dengan baik dan penuh tanggung jawab, dapat meningkatkan rasa percaya jamaah yang mengamanahkan uangnya kepada masjid. Karena sebagian besar sumber dana masjid berasal dari amanah para jamaah masjid (Sochimin,2015:27).

Masjid Al Whusta merupakan salah satu masjid yang berada di nagari Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok yang sudah berumur puluhan tahun, sehingga sudah banyak lika-liku yang dialami, mulai dari masalah pembangunan, keuangan, organisasi dan lain-lain. Pengelolaan yang digunakan masjid Al-Whusta termasuk sederhana, salah satunya pengelolaan keuangan masjid Al-Whusta. Pemasukan atau sumber dana masjid Al-Whusta berasal dari uang zakat, infaq dan sedekah. Pengeluaran dana masjid Al-Whusta hanya seputar operasional masjid, seperti pembayaran listrik, gaji kebersihan, biaya khatib, biaya

kegiatan kegiatan-kegiatan di masjid, dan lain-lain.

Perolehan dana yang begitu besar oleh pengurus tidak terlepas dari berbagai cara dan usaha yang dilakukan pengurus untuk penggagalangan dana masjid. Dalam penggalangan dana masjid oleh pengurus dilakukan dengan berbagai cara baik langsung maupun tidak langsung. Secara langsung pengagalangan dana dilakukan dengan pengumpulan infak di masjid saat diadakannya sholat berjamaah seperti sholat jumat, sholat tarwih, sholat idul fitri dan idul adha. Hal ini dilakukan dengan pembacaan langsung tentang pembiayaan masjid, kemudian penggalangan dana langsung dengan meyebutkan identitas nama penyumbang. Sedangkan penggalangan dana secara tidak langsung dilakukan dengan cara salah satunya dengan menugaskan orang lain untuk meminta sumbangan pasar. Kemudian juga ada berupa pemberian dana oleh masyarakat berupa amplop yang kemudian diberikan kepada pengurus masjid.

(4)

4 Pengelolaan dana masjid merupakan hal yang sangat penting untuk diteliti dan dievaluasi. Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang strategi pengelolaan dana di masjid Al-Whusta Nagari Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana strategi pengelolaan dana di masjid Al-Whusta Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten solok?

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi pengelolaan dana di masjid Al-Whusta Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten solok.

METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskripstif. Teknik pemilihan informan adalah purposive

sampling. Adapun informan

penelitian berjumlah 10 orang. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diambil langsung dari

informan penelitian melalui wawancara langsung kepada pengurus masjid Al-Whusta seperti sejarah singkat masjid dan strategi yang digunakan pengurus dalam mengelola keuangan masjid. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data dari wali nagari Alahan Panjang.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian. Jenis observasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan. Observasi non partisipan adalah salah satu metode pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan peneliti dengan cara melihat ke lapangan, memperhatikan, mewawancarai, tetapi tidak melibatkan diri (Affifuddin dan Saebani, 2012:139).

Observasi dilakukan oleh peneliti pada bulan Ramadhan 1438 H selama 1 minggu di masjid

(5)

Al-5 Whusta, kegiatan yang telah peneliti observasi yaitu pengumpulan dana infak pada sholat tarwih, pelaporan langsung oleh pengurus kepada jamaah tarwih sebelum ceramah dimulai tentang jumlah infak malam sebelumnya, penghitungan celengan atau kotak infak oleh pengurus setelah sholat tarwih selesai pada tanggal 17 juni 2017.

2.Wawancara Mendalam

Menurut Afrizal (2014:20), wawancara mendalam adalah seorang peneliti tidak melakukan wawancara berdasarkan sejumlah pertanyaan yang telah disusun menditail alternatif, jawaban yang telah dibuat setelah melakukan wawancara, melainkan berdasarkan pertanyaan yang umum yang kemudian diditailkan dan dikembangkan ketika melakukan wawancara atau setelah melakukan wawancara untuk melakukan wawancara berikutnya

Wawancara mendalam

digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi tentang strategi pengelolaan dana di masjid Al-Whusta Alahan Panjang

Kecamatan lembah Gumanti Kabupaten Solok.

Peneliti mewawancarai 4 orang pengurus masjid yang terdiri dari ketua umum, bendahara masjid, dan 2 orang anggota pengurus masjid terkait dengan sejarah berdirinya masjid dan strategi yang digunakan pengurus dalam mengelola dana masjid A-Whusta. Selain itu, peneliti juga mewawancarai 6 orang jamaah masjid terkait dengan kepercayaan masyarakat menyumbang di masjid Al-Whusta.

3. Studi Dokumen

Menurut Sugiyono (2012:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, dan karya dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Data yang digunakan dalam studi dokumen adalah berupa buku maupun jurnal terkait dengan strategi pengelolaan dana di masjid. Peneliti juga mendapatkan Profil Nagari

(6)

6 Alahan Panjang yang mana di dapatkan peneliti dari kantor wali nagari dan peneliti mengambil foto sebagai dokumentasi penelitian.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah kelompok yaitu Pengurus masjid Al-Whusta Alahan Panjang Kecamatan lembah Gumanti Kabupaten Solok. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah model analisis Miles dan Huberman.

HASIL DAN PEMBAHASAN Strategi Pengelolaan Dana Di Masjid Al-Whusta Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok

Di Masjid Al-Whusta Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten solok , terdapat sejumlah strategi yang dilakukan oleh pengurus masjid dalam pengelolaan dana yaitu:

1. Penggalangan Dana

Berbagai kegiatan masjid beserta operasionalnya, tidak dapat berjalan lancar tanpa adanya ketersediaan dana yang cukup memadai. Untuk itu pihak masjid selalu mengupayakan tersedianya dana agar masjid tetap

hidup dan setiap kegiatan berjalan dengan baik. Strategi yang dilakukan oleh masjid Al-Whusta Alahan Panjang dalam mengumpulkan dana adalah pengagalangan dana langsung dan tidak langsung.

Pengagalangan dana langsung adalah berupa pengumpulan infak dan sumbangan secara langsung oleh pengurus di masjid Al-Whusta saat diadakannya sholat berjamaah, biasanya pada saat sholat juma’t, sholat tarwih, sholat Idul Fitri, dan sholat Idul Adha. Penggalangan dana tidak langsung yakni berupa pengumpulan dana oleh pengurus melalui perantara seperti amil zakat dan melalui amplop.

2. Perencanaan Anggaran

Perencanaan anggaran disini membicarakan bagaimana mendapatkan uang dan cara penempatan (mengalokasikan) yang seharusnya, sehingga penggunaan dana sedapat mungkin tepat sasaran atau tujuan yang sebenarnya. Dalam melaksanakan pembangunan dan perkembangan masjid pengurus tidak melakukan perencanaan anggaran tahunan, namun

(7)

7 perencanaan anggaran akan dilakukan sebelum pembangunan dimulai, dan setelah pembangunan satu selesai baru direncanaakan lagi untuk pembangunan selanjutnya.

Sedangkan anggaran untuk anak yatim tahun ini pengurus masjid Al-Whusta mencanangkan pembagian dana untuk anak yatim dibagi kedalam dua paket yakni paket lebaran dan paket tahun ajaran baru. Pertama, Paket lebaran yakni dana yang akan dibagikan pada anak yatim sebelum lebaran, biasanya dibagikan seminggu sebelum lebaran pada bulan ramadhan. Kedua, paket tahun ajaran baru yakni dana yang diberikan kepada anak yatim pada saat tahun ajaran baru dimulai. Paket tahun ajaran baru juga diberikan dalam dua periode yakni di awal semester satu dan di awal semester 2.

3. Pencatatan atau pembukuan Pencatatan atau pembukuan adalah pencatatan berbagai transaksi yang terjadi sebagai implementasi dari penganggaran. Para pengurus masjid hanya melakukan pencatatan atau pembukuan yang tradisional yaitu dengan format pemasukan dan

pengeluaran saja. Pencatatan keuangan di Masjid Al-Whusta sangat sederhana, walaupun bentuk pencatatannya sangat sederhana namun ini dapat menjadi bukti keluar masuknya keuangan masjid. Selain dicatat dalam bentuk pembukuan oleh pengurus, keuangan masjid juda dicatat dalam bentuk papan informasi masjid. Setiap pengeluaran dan pemasukan ditulis oleh para pengurus masjid jadi cukup menjadi bukti transparansi.

4.Sumber Dana Masjid Al-Whusta Sumber-sumber keuangan masjid berasal dari sumbangan dari masyarakat dan jama’ah dalam bentuk infaq dan sedekah yang diperoleh kebanyakan pada saat pelaksanaan shalat jum’at. Selain itu, masjid juga memperoleh sumbangan yang berasal dari perorangan yang memberikan sumbangan berupa amplop dengan alasan-alasan pelaksanaan ibadah seperti, infaq untuk mendoakan orang tua yang telah meninggal dunia, infaq untuk nazar, infaq sebagai ungkapan rasa syukur dan lain-lain.

(8)

8 Berdasarkan wawancara dengan pengurus masjid, dijelaskan o bahwa sumber dana masjid berasal dari zakat, infak dan sedekah yang di salurkan oleh jamaah masjid dari beberapa pos pendapatan masjid Al-whusta yaitu celengan dan amplop jumat, celengan dan amplop tarwih, celengan pengajian, infak idul fitri dan idul adha, dari donatur, dan sumbangan pasar. Yang dimaksud pengurus sebagai celengan disini adalah kotak infak yang terdiri dari kotak infak masjid, kotak infak anak yatim, dan kotak infak fakir miskin yang digunakan sebagai alat pengumpulan dana.

5. Penggunaan Dana Masjid Al-Whusta

Dana masjid berasal dari sumbangan jamaah atau masyarakat. Begitu juga dengan masjid Al-Whusta, yang mengandalkan pembiayaan pembangunan dan kegiatannya dari sumbangan jamaah. Sumbangan jamaah yang masuk kemudian dikelola oleh pengurus masjid untuk membiayai pembangunan masjid, pengadaan penceramah tarwih dan khutbah

jamaah dan pengeluaran-pengeluaran lain yang sesuai dengan fungsi masjid.

Berdasarkan pernyataan pengurus bahwa dalam penggunaan dana masjid sudah dilakukan sesuai dengan kegunaan masing-masing dana. Seperti dana masjid yag memang digunakan untuk pembangunan dan perkembangan masjid, dan dana untuk anak yatim dan fakir miskin yang memang digunakan untuk menyantuni mereka yang berhak menerimanya. Untuk dana masjid pengurus fokus pada dua aspek pembangunan yakni aspek fisik masjid dan aspek nonfisik masjid. Tujuan utama pengurus adalah penyediaan fisik masjid yang mampu memberi kenyamanan bagi jamaah dan pembangunan iman dan takwa jamaah. Adapun penggunaan dana masjid untuk aspek fisik berupa pembangunan dan perbaikan bangunan masjid. Sedangkan untuk aspek nonfisik seperti penyediaan penceramah tarwih, khatib jumat, dan gharim masjid.

(9)

9 Akuntabilitas dan Transparansi Pengurus Masjid Al-Whusta

Masjid adalah lembaga publik yang sumber dananya berasal dari masyarakat. Untuk itu, pengurus masjid harus melaporkan pemasukan dan pengeluaran dana masjid, agar jamah semakin percaya bahwa dana mereka benar-benar digunakan untuk kepentingan masjid. Pelaporan dan pertanggungjawaban befungsi untuk memeriksa terutama yang ditujukan pada berbagai masalah keuangan meliputi berbagai transaksi- transaksi yang telah dilakukan, apakah transaksi tersebut sesuai dengan pencatatan dan perencanaan anggaran. Para pengurus masjid telah menerapkan hal tersebut dengan membuat laporan kas yang masuk dan keluar.

Berdasarkan wawancara dengan pengurus dapat kita pahami bahwa adanya pengelolaan yang baik oleh pengurus masjid tentang pengelolaan keuangan masjid. Baik tanggungjawab dan laporan keuangan sudah dilakukan dengan baik. Sebagai bentuk pertanggungjawaban pengurus terhadap kauangan masjid yakni

melalui pelaporan dana baik secara langsung kepada jamaah masjid maupun dalam bentuk papan informasi keuangan masjid yang dibuat oleh pengurus.

Pelaporan keuangan masjid juga merupakan hal yang sangat penting sebagai bentuk transparansi pengelolaan dana masjid oleh pengurus. Pelaporan keuangan yang terbuka akan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menyumbangkan dananya untuk pembangunan masjid. Masjid Al-Whusta telah berusaha memberikan laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Masjid Al-Whusta memiliki beberapa macam laporan keuangan atau pertanggungjawaban yang disampaikan kepada jamaah, yaitu:(1)Laporan Jumat adalah laporan keadaan keuangan pembangunan masjid Al-Whusta selama sepekan. Laporan Jumat disampaikan di hadapan jamaah Jumat sebelum khatib naik ke mimbar. Item laporan Jumat adalah saldo kas Jumat lalu, kemudian jumlah sumbangan yang masuk Jumat lalu, kemudian jumlah antara

(10)

10 saldo kas Jumat lalu dengan sumbangan yang masuk Jumat lalu, kemudian panitia membacakan pengeluaran yang terjadi secara detail, setelah itu panitia membacakan saldo Jumat ini dimana ia adalah saldo Jumat lalu ditambah sumbangan yang masuk, dikurang pengeluaran yang terjadi selama sepekan.(2)Laporan tahunan merupakan laporan pengurus masjid Al-Whusta mengenai keadaan keuangan masjid selama setahun. Item laporan tahunan adalah saldo kas antara rentang waktu ramadhan tahun lalu sampai tanggal 1 ramadhan tahun ini. Kemudian pengurus juga melaporkan saldo kas sebelum masuk ramadhan tahun ini. Saldo kas sebelum masuk ramadhan tahun ini sendiri adalah pemasukan dikurangi pengeluaran yang terjadi mulai ramadhan tahun lalu hingga tanggal 1 ramadhan tahun ini.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa Strategi pengelolaan dana di

masjid Al-Whusta adalah dengan berjalannya semua kepengurusan dikarenakan 4 fungsi yaitu

adaptation (adapatasi), Goal

Attainment (pencapaian tujuan),

integration (integrasi), dan latency

(latensi atau pemeliharaan pola).

Adaptation (adaptasi): sebuah

sistem harus menaggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhnnya. Perubahan-perubahan yang terjadi baik itu berasal dari dalam maupun dari luar struktur akan menyebabkan guncangan dan ketidakstabilan sistem. Untuk itu sistem harus mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang ada. Penetapan kriteria anak yatim sebagai penerima dana dari masjid Al-Whusta merupakan salah satu adaptasi yang dilakukan oleh pengurus karena adanya tuntutan dari masyarakat.

Goal Attainmen (pencapaian

tujuan): setiap sistem sosial harus memiliki tujuan, sehingga setiap tindakan bersama para anggota

(11)

11 dalam sistem itu diarahkan pada tujuan-tujuannya. Adapun tujuan utama pengelolaan dana di masjid Al-Whusta adalah melakukan pengelolaan dana yang baik demi kemakmuran masjid. Usaha dalam mencapai tujuan dilakukan mulai dari penggalangan dana baik langsung ataupun tidak langsung, perencanaan anggaran, pencatatan atau pembukuan, sampai penggunaan dana masjid.

Integration(integrasi): pada setiap sistem sosial harus memiliki persayaratan integrasi karena berkaitan dengan integrasi antara para anggota dalam sistem sosial itu agar sistem sosial itu dapat berfungsi secara efektif sebagai satu satuan. Karena itu dalam sistem sosial tingkat solidaritas di antara individu merupakan suatu keharusan dan integrasi menjadi kebutuhan untuk menjamin adanya ikatan emosional yang cukup dalam sistem sosial itu guna menghasilkan solidaritas dan kerelaan untuk bekerja sama yang bahkan harus dikembangkan dan dipertahankan. Fungsi integrasi yang dilakukan oleh pengurus dalam mengelola dana masjid yakni

mengikutsertakan seluruh anggota pengurus dan jamaah atau masyarakat dalam pengambilan kebijakan-kebijakan melalui musyawarah. Hal ini membuat kerja sama dan menumbuhkan rasa saling percaya sesama pengurus, dan pengurus dengan masyarakat.

Latency (latensi atau

pemeliharaan pola): strategi mempertahankan pola merupakan suatu keharusan bagi sistem sosial agar interaksi yang dibangun dalam sistem sosial itu masih tetap masih dapat dipertahankan. Pemeliharaan pola di sini dalam bentuk adanya aturan yang disepakati oleh pengurus. Dengan adanya aturan yang telah disepakati dan berlaku dalam kepengurusan sehingga dalam melakukan pengelolaan dana pengurus bertindak berdasarkan aturan yang ada, tidak ada pengurus yang melenceng atau melanggar aturan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin, Beni Ahmad Saebani. 2012. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: Pustaka

(12)

12 Afrizal. 2014. Metode penelitian

Kualitatif. Jakarta: Rajawali

Pers.

Gusmita, Rita. 2017. Strategi Pengelolaan Dana Di Masjid Al-Whusta Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti

Kabupaten Solok. Padang:

STKIP PGRI Sumatera Barat. Hanafi, Roby (2015), Akuntabilitas

Dan Pengelolaan Keuangan Di Masjid Melalui Pendekatan Fenomenologi (Studi Empiris

Pada Masjid Nurusy Syifa’ Surakarta). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.http://eprints.ums.ac. id diakses pada tanggal 12 juni 2017.

Kayo, Khatib Pahlawa. 2006.

Manajemen masjid. Padang:

BAZ Provinsi Sumatera Barat.

Ruknuddin, M. Nur Ilman. (2016).

Akuntabilitas Keuangan

Masjid Dalam Perspektif

Islam. Makassar: Universitas

Hasanuddin.http://repository.u hm.ac.id. Diakses pada tanggal 12 juni 2017.

Sochimin . 2015. Praktik Manajemen

Keuangan Masjid Berbasis Pemberdayaan Ekonomi Umat

Di Kota Purwokerto.

Purwokerto: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto.

http://repository.iainpurwokert o.ac.id. Diakses pada tanggal 12 Juni 2017.

Sugiyono. 2012. Metode penelitian

kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan berbagai perbandingan studi diatas, meskipun terjadi peningkatan kekasaran permukaan pada resin komposit nanofiller yang dilakukan penyikatan selama

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 implementasi pelestarian budaya jabat tangan dalam membentuk sopan santun di sekolah dengan pembiasaan rutin sekolah yang diadakan setiap

antara lain (a) keterbatasan buku ajar tentang pembelajaran keteram- pilan PKK; (b) keterbatasan kemam- puan guru dalam memilih materi pembelajaran yang menarik minat

Sehingga secara konkret, apabila menghadapi orang yang sedang mengalami krisis, kita harus melihatnya secara lengkap, utuh dalam keseluruhan sebagai manusia yang perlu

Maka dari itu peneliti ingin meneliti bagaimana kemampuan mereka dan faktor ketidakmampuan mereka dalam membacakan aksara han dan objek yang akan diteliti oleh peneliti adalah anak

B. Temuan Penelitian di SMAN 1 Kedungwaru Tulungagung dan SMAN 1 Boyolangu Tulungagung. Berdasarkan paparan data yang diperoleh di SMAN 1 Kedungwaru Tulungagung dan SMAN 1

Tulisan ini menjelaskan tentang pengelolaan pajak rumah kos kota palopo dan hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) mekanisme pengelolaan pajak hotel kategori