• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Biomaterial II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Biomaterial II"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH BIOMATERIAL II

MAKALAH BIOMATERIAL II

Auxillary II

Auxillary II

Finishing and Polishing Materials

Finishing and Polishing Materials

Oleh : Oleh : Kelompok 2 Kelompok 2

Windra

Windra Rante Rante 8274 8274 Wisnu Wisnu Rachmanto Rachmanto 84128412 Anindya

Anindya Laksmi Laksmi Dewi Dewi 84028402 Kristina Kristina Luky Luky 84148414 Ayu

Ayu Fresno Fresno 84048404 Imam Imam Wicaksono Wicaksono 84168416 Reina

Reina Parardhya Parardhya 84068406 Ricca Ricca Prety Prety Sari Sari 84188418 Alfika

Alfika Dinar Dinar 84088408 Amira Amira Fadhyla Fadhyla 84208420 Anita

Anita Fahrunniza Fahrunniza 84108410 Shintatika Shintatika Erlagista Erlagista 84228422

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2010

2010

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Biomaterial II ini tepat pada waktunya.

Bersama ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr.drg.Siti Sunarintyas, Mkes. selaku pembimbing mata kuliah Ilmu Biomaterial II yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas Auxillary II, dan pada kesempatan ini pula tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah tentang Finishing and Polishing Materials yang penulis susun ini memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Desember 2010 Hormat kami,

(3)

DAFTAR ISI Kata Pengantar ... i Daftar Isi ... ii Bab I Pendahuluan ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 1 1.3 Tujuan ... 2 Bab II Pembahasan ... 3

2.1 Definisi Cutting,Grinding,Finishing,dan Polishing ... 3

2.2 Tipe Material Abrasif dan Poles ... 3

2.3 Mekanisme Aksi Material Abrasif dan Poles ... 7

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Material Abrasif dan Poles ... 9

2.5 Aplikasi Finishing dan Polishing Pada Amalgam dan Resin Akrilik ... 10

Bab III Penutup... 11

3,1 Kesimpulan ... 11

3.2 Saran ... 11

(4)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Restorasi gigi diselesaikan sebelum dipasang di dalam rongga mulut untuk  mendapatkan manfaat dari perawatan gigi diantaranya kesehatan mulut, fungsi dan estetika. Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan meningkatkan kesehatan mulut dengan jalan mencegah akumulasi sisa makanan dan bakteri patogen. Ini diperoleh melalui reduksi daerah permukaan total dan mengurangi kekasaran permukaan restorasi. Permukaan yang lebih mulus akan lebih mudah dijaga kebersihannya dengan tindakan pembersihan preventif yang biasa dilakukan sehari-hari karena benang gigi dan sikat gigi akan mendapat jalan masuk yang lebih baik ke semua permukaan dan daerah tepi. Dengan beberapa bahan gigi tertentu, aktivitas karat dan korosi dapat dikurangi cukup besar jika seluruh restorasi dipoles dengan baik. Fungsi rongga mulut akan meningkat  jika restorasi dipoles dengan baik karena makanan akan meluncur dengan bebas pada permukaan oklusal dan embrasure selama mastikasi. Yang lebih penting lagi, daerah kontak restorasi yang halus akan mengurangi keausan pada gigi sebelahnya atau gigi antagonisnya. Permukaan yang kasar akan mengakibatkan tekanan kontak yang tinggi yang menimbulkan hilangnya kontak fungsional dan stabilitas antara gigi-gigi. Walaupun pemolesan seperti cermin yang diinginkan tetapi hal ini kurang cocok untuk permukaan gigi yang kelihatan seperti daerah labial dari gigi anterior karena hal ini akan menyebabkan perbedaan yang jauh dengan gigi yang berada disebelahnya. Meskipun begitu daerah ini tidak mendapatkan tekanan yang begitu tinggi dan juga mudah dibersihkan. Proses penyelesaian, pemotongan, pengasahan dan pemolesan masih kurang dibedakan di kedokteran gigi. Untuk itu kelompok kami akan mencoba membahas materi ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Definisi Cutting,Grinding,Finishing,dan Polishing ? 2. Tipe Material Abrasif dan Poles ?

3. Bagaimana Mekanisme Aksi Material Abrasif dan Poles ? 4. Apa Faktor Yang Mempengaruhi Material Abrasif dan Poles ?

(5)

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi mengenai cutting, grinding, finishing dan polishing 2. Untuk mengetahui tipe material abrasif dan poles

3. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme aksi material abrasif dan poles

4. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi material abrasif dan poles

5. Untuk mengetahui aplikasi finishing dan polishing pada amalgam dan resin akrilik 

(6)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Cutting, Grinding, Polishing, Finishing

Proses penyelesaian (finishing) mengubah bahan dari bentuk kasar ke bentuk yang lebih rapi. Hasil penyelesaian dapat berarti diperolehnya permukaan akhir atau diaplikasikannya permukaan tersebut pada bahan. Pemotongan (cutting), pengasahan (grinding) dan pemolesan (polishing) merupakan serangkaian tahapan yang dilakukan dalam proses merapikan suatu restorasi.

Proses penyelesaian biasanya menghilangkan bahan-bahan seperti : 1. Noda permukaan dan ketidaksempurnaan.

2. Pembentukan ke bentuk ideal.

3. Permukaan paling luar dari restorasi dibentuk sesuai yang diinginkan.

Prosedur pemotongan (cutting) biasanya mengacu pada permukaan instrument yang berbentuk bilah. Contoh : roda pengasah. Roda ini tidak mempunyai bilah-bilah individual tetapi bentuknya memungkinkan alat ini digunakan dalam bentuk bilah berputar untuk mengasah sprue dan bahan stone gigi.

Prosedur pengasahan (grinding) adalah menghilangkan partikel-partikel dari substrat melalui aksi instrument abrasif. Instrumen pengasah mengandung partikel abrasif  yang tersusun acak. Setiap partikel memiliki beberapa ujung tajam yang berjalan sepanjang permukaan substrat. Karena partikel tersusun secara acak maka akan menyebabkan suatu goresan . contoh : bur intan.

Prosedur pemolesan (polishing) bertujuan untuk menghasilkan permukaan partikel yang paling halus dan bekerja pada region permukaan yang sangat tipis. Contoh : abrasif  karet, amplas, pasta poles dengan partikel halus (Anusavice, 2004).

2.2 Tipe Material Abrasif dan Poles 1. Finishing abrasive

Finishing abrasive merupakan material yang keras digunakan pada proses awal untuk  membentuk kontur dan menghilangkan kelebihan resin.

2. Polishing abrasive

Polishing abrasive memiliki ukuran partikel yang lebih halus dan tidak begitu keras dibandingkan abrasive yang digunakan untuk finishing. Digunakan untuk  memperhalus permukaan yang sudah dihaluskan oleh abrasive finishing

(7)

3. Cleansing abrasive

Cleansing abrasive adalah bahan lunak dengan ukuran partikel kecil dan berguna

untuk menghilangkan deposit lunak yang menempel pada enamel atau material tambal (Manappallil, 2003).

Jenis abrasif 

I. Abrasif alamiah: 1. Batu arkansas

batu endapan silika warna abu-abu muda dan semitranslusen yg ditambang di arkansas. Mengandung quartz mikrokristal. Corak padat, keras, seragam. Potongan kecil dicekatkan pd batang logam lalu ditruin ke berbagai bentuk untuk mengasah email gigi dan logam campur.

2. Kapur

Abrasif putih terdiri dari kalsium karbonat. Sebagai pasta abrasif  ringan untuk memoles email gigi , lembaran emas, amalgam, dan bahan plastis.

3. Korundum

Mineral oksida alumunium berwaran putih. Digunakan terutama utk  mengasah logam campur. Paling umum digunakan pada instrumen white stone. Sifat fisik lebih rendah daripada oksida alfa-alumunium.

4. Intan

mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri atas karbon. Senyawa paling keras, disebut superabrasif karena dapat mengasah substansi apapun. Digunakan pada bahan keramik dan resin komposit.

5. Amril

korundum warna hitam keabuan yang dibuat dalam bentuk butiran halus. Khususnya digunakan dalam bentuk disk abrasif dan tersedia dalam berbagai ukuran kekasaran. Untuk memoles logam campur atau bahan plastis.

6. akik 

sejumlah bahan yg berbeda yg punya sifat fisik dan kristalin yang sama. Mineralnya adalah silika dari alumunium, kobalt, besi, magnesium, dan mangan. Yang digunakan di KG berwarna merah gelap. Sangat keras dan sangat efektif, jika patah selama pengasahan, membentuk bidang

(8)

berbentuk pahat yang tajam. Untuk mengasah logam campur dan bahan plastik.

7. Pumis

Silika abu-abu muda. Dalam bentuk pasir atau abrasif karet. Untuk  bahan plastik. Bubuknya adalah derivat batu vulkanik yg sangat halus dari italia dan digunakan memoles email, lempeng emas, amalgam, dan resin akrilik.

8. Quartz

Tidak berwarna, transparan. Partikel-partikel kristalin quartz dilumatkan untuk membuat partikel angular yang tajam sehingga bermanfaat dalam membuat disk abrasif. Digunakan untuk merapikan logam campur dan mengasah email.

9. Pasir

Campuran partikel mineral kecil terutama silika. Berwarna warni sehingga punya penampilan yg khas. Bentuk bulat atau angular. Diaplikasikan dengan tekanan udara untuk menghilangkan bahan tanam dari logam campur pengecoran. Dapat dilapiskan pada disk kertas untuk  mengasah logam campur dan bahan plastik.

10. Tripoli

Endapan batu silika yg ringan dan rapuh. Warna putih, abu-abu, pink, merah, atau kuning. Untuk memoles logam campur dan beberapa bahan plastik.

11. Zirkonium silikat

Mineral warna putih kekuningan. Untuk melapisi disk abrasif dan ampelas serta komponen pasta profilaksis gigi.

12. Cuttle (Cuttlefish, cuttle bone)

Bubuk putih calcareus dari bagian dalam rumah kerang laut mediterania dari genus sepia. Abrasif lapisan untuk prosedur abrasif halus seperti memoles tepi logam dan restorasi amalgam.

13. Kieselguhr

Sisa-sisa silika dari tanaman laut kesil yang disebut diatom. Bahan abrasif yang sangat halus. Dapat menyebabkan resiko silikosis.

(9)

II. Abrasif buatan pabrik : bahan disintesa yg punya sifat fisik yg lebih dapat ditebak. 1. Silikon karbid

Abrasif sangat keras dan merupakan abrasif sintetik yg pertama dibuat. Warna hijau atau hitam-biru. Sangat keras dan rapuh. Partikelnya tajam dan mudah pecah. Efisiensi pemotongan yg sangat tinggi untuk berbagai bahan : logam campur, keramik, bahan plastik. Tersedia sebagai abrasif  pada disk dan bonding vitreous serta karet.

2. Oksida alumunium

Bubuk warna putih. Dapat lebih keras dari korundum karena kemurniannya. Dapat diproses dengan berbagai sifat melalui sedikit mengubah reaktan pada proses pembuatannya. Digunakan dalam abrasif  bonding, abrasif berbentuk lapisan, dan abrasif dengan motor udara. Yang warna pink dan merah delima dibuat dengan menambahkan senyawa kromium pada bahan asli.

3. Abrasif intan sintetik 

Digunakan khusus sebagai abrasif dan dibuat 5 kali lebih besar dari tingkat abrasif intan alami. Digunakan pada gergaji intan, roda, dan bur intan. Digunakan terutama untuk struktur gigi, bahan keramik, dan bahan resin komposit.

4. Rouge

Oksida besi adalah senyawa abrasif yang halus dan berwarna merah dalam rouge. Dipadukan seperti tripoli dg berbagai pengikat lunak menjadi bentuk bubuk. Untuk memoles logam campur mulia yang berkadar tinggi. 5. Oksida timah

Abrasif sangat halus untuk bahan pemoles gigi dan restorasi logam. Dicampur dengan air, Alkohol, Atau gliserin untuk membentuk pasta abrasif ringan.

(10)

Perbedaan antara Abrasive dan Polishing

Sulit untuk mengetahui perbedaan abrasif dan polishing karena keduanya memiliki kegunaan yang hampir sama.

  Particle Size , Partikel abrasif memiliki ukuran yang besar sehingga akan

menyisakan goresan. Sedangkan partikel abrasif untuk polishing memiliki ukuran yang jauh lebih kecil.

  Material Removed  , hanya sedikit bagian permukaan yang dapat dihilangkan oleh

bahan abrasif untuk polishing.

 Speed, kecepatan optimum untuk polishing lebih tinggi dari kecepatan untuk 

abrasif. Linear kecepatan setinggi 1000 ft/menit dapat digunakan. Kecepatan Polishing bervariasi tetapi dapat diketahui kecepatan rata-rata adalah sekitar 7500 ft/menit (Manappalil, 2003).

2.3 Mekanisme Aksi Material Abrasif dan Poles Prinsip penggunaan bahan abrasif :

 Gunakan bahan abrasif tipe coarse terlebih dahulu sebelum penggunaan tipe fine.

Penggunaan abrasif yang terlalu halus (too fine abrasive) setelah coarse menyita waktu dan tidak memberikan hasil permukaan yang diinginkan. Kunci finishing dan polishing yang bagus adalah daya lekat yang kuat berdasarkan tahapan abrasif (Craig, O’Brien, dan Powers, 2006).

 Setiap pergantian abrasif, daerah yang teraplikasi finishing dan polishing harus

dicuci untuk menghilangkan paartikel abrasif yang digunakan sebelumnya. Satu saja partikel coarse abrasif tertinggal, dapat merusak permukaan yang sudah terpoles sempurna. Perlu diperhatikan bahwa material abrasif tidak boleh digunakan pada permukaan dalam keadaan kering karena keefisienan dapat berkurang (Craig, O’Brien, dan Powers, 2006).

 Jangan menggunakan bahan abrasif yang besar, tidak rata, atau tipe coarse pada

gigi asli. Hal ini untuk mencegah kerusakan cementum yang dapat terjadi bila digunakan bahan abrasif tersebut.

 Gunakan kecepatan dan tekanan bahan abrasif yang rendah atau sedang.

 Perlu adanya gerakan dinamis supaya bahan abrasif dapat bergerak dari satu area

(11)

terlalu lamanya kontak antara bahan abrasif dengan gigi dapat menimbulkan abrasi yang terlalu dalam. Hal ini menyebabkan kekasaran permukaan (Vanable dan LoPresti, 2005).

 mekanisme aksi abrasif pada alat pemotong, misalnya carbide bur, bagian

tajamnya tersusun secara regular dan penghilangan material berkaitan dengan penyusunan regular ini. Namun, alat abrasif memiliki banyak point abrasif yang tidak tersusun menurut pola regular itu. sehingga, tak terhitung banyaknya goresan yang dihasilkan. Aksi dari abrasif intinya adalah AKSI MEMOTONG. setiap partikel kecil memiliki ujung tajam yang memotong melalui permukaan miril seperti pahat.serutan terbentuk yang berbentuk bubuk halus. bubuk ini menyumbat alat abrasif dan pembersihan berkala diperlukan. (Manappallil, 2003).

(12)

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Material Abrasif dan Poles

Hal yang perlu diperhatikan dalam proses aplikasinya adalah tekanan, kecepatan, dan bahan abrasif itu sendiri.

a. Tekanan, tekanan yang berlebihan dapat menyebabkan potongan yang lebih dalam

pada area tersebut, menyebabkan kekasaran permukaan yang berisiko menempelnya plak dan permukaan terlihat kusam. Tekanan ringan dan sedang sangat dianjurkan untuk mencegah hal tersebut (Vanable dan LoPresti, 2005).

b. Kecepatan abrasi, semakin cepat alat abrasi maka frekuensi material yang diabrasi

tiap kontak antara permukaan dengan alat abrasi lebih banyak. Pada klinisnya, lebih mudah mengontrol kecepatan daripada tekanan abrasi. Kecepatan abrasi dengan tekanan yang kecil dapat digunakan untuk hasil yang lebih efisien (Craig, O’Brien, dan Powers, 2006).

c. Material abrasive, pemilihan material bahan abrasif yang sesuai sangat penting untuk 

diperhatikan. Semakin keras permukaannya maka semakin keras pula bahan abrasif  yang harus digunakan. Menggunakan bahan abrasif yang lebih lunak daripada permukaan akan merusak bahan abrasif tersebut. Tabel dibawah menunjukan tingkat kekerasan bahan abrasif yang biasa digunakan.

d. Gerakan menggosok material menimbulkan panas, semakin cepat gerakan yang

dilakukan maka semakin besar panas yang dihasilkan. Panas ini dapat menyebar pada gigi dan jaringan pada gigi. Beberapa akibat yang dapat timbul adalah kerusakan berlebihan pada material yang di-polish dan dapat melukai pulpa gigi, maka dari itu kecepatan yang dianjurkan adalah lambat dan sedang. Penggunaan material pelindung tambahan dapat mengurangi risiko akibat bahan abrasif tersebut, material pelindung ini dapat berupa cairan tertentu. Cairan tersebut dapat pula

(13)

berperan sebagai pelumas yang membantu kerja bahan abrasive (Vanable dan LoPresti, 2005).

2.5 Aplikasi Finishing dan Polishing Pada Amalgam dan Resin Akrilik Aplikasi Pada Amalgam

Saat sebuah restorasi amalgam sudah termanipulasi secukupnya, amalgam ini akan mengeras dalam beberapa menit sehingga bisa diukir dengan alat yang tajam. Pengukiran tepi amalgam harus dilakukan untuk menghilangkan semua ekses amalgam. Mem-burnish dengan instrument metal yang memiliki permukaan luas juga bisa diterapkan untuk  menghaluskan permukaan. Setelah proses awal pengukiran ini, restorasi harus dibiarkan untuk beberapa saat sebelum finishing dan polishing dengan instrumen rotasi. Kebanyakan amalgam bisa dipoles sehari setelah pemasangan. Penundaan waktu akan membuat amalgam makin kuat.

Polishing amalgam dilakukan melalui aplikasi tahapan yang mencakup penggunaan batu yang baik dan disk abrasif. Pemolesan akhir dikembangkan dengan pengaplikasian silex yang sangat baik (extra fine silex), diikuti dengan selapis tipis oksida timah dengan sikat halus berputar (rotating soft brush). Selama proses pemolesan akhir ini, restorasi harus dijaga kelembabannya untuk mencegah suhu yang terlalu tinggi (Craig, O’Brien, dan Powers, 2006).

Aplikasi Pada Resin Akrilik

Kelebihan atau tonjolan akrilik dihilangkan dengan menggunakan Arkansas stone yang telah dipasang pada minidrill. Kemudian, permukaan akrilik bagian luar dihaluskan dengan Arkansas stone, lalu diratakan dengan rempelas kasar dan halus. Permukaan akrilik bagian dalam (fitting surface) yang menempel pada gusi pasien tidak boleh dihaluskan karena akan mengakibatkan protesa longgar.

Selanjutnya Vilt cone dipasang pada minidrill, ambil pumice yang telah dicampur dengan air, oleskan pada vilt cone dan digosokkan ke seluruh permukaan luar resin akrilik. Setelah tampak halus, permukaan digosok dengan kain wol atau flannel sampai terlihat mengkilat tinggi (hooglans) atau seperti permukaan kaca (Tim Pengajar Teknologi Kedokteran Gigi, 2010).

(14)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

 Cutting merupakan pemotongan biasanya mengacu pada permukaan instrument

yang berbentuk bilah. Grinding adalah menghilangkan partikel-partikel dari substrat melalui aksi instrument abrasif. Finishing mengubah bahan dari bentuk  kasar ke bentuk yang lebih rapi. Polishing bertujuan untuk menghasilkan permukaan partikel yang paling halus.

 Pada finishing dan polishing terdapat 2 tipe material yang bisa digunakan yaitu

material abrasive dan poles.

 Gunakan bahan abrasif tipe coarse terlebih dahulu sebelum penggunaan tipe fine,

setiap pergantian abrasif, daerah yang teraplikasi finishing dan polishing harus dicuci, jangan menggunakan bahan abrasif yang besar, tidak rata, atau tipe coarse pada gigi asli, menggunakan kecepatan yang rendah dan gerakan yang dinamis merupakan mekanisme aksi dari bahan abrasif dan poles.

 Tekanan, kecepatan, material, dan gerakan merupakan faktor yang mempengaruhi

efisiensi material

 Aplikasi finishing dan polishing pada amalgam dan resin akrilik bertujuan untuk 

mendapatkan hasil yang optimal 3.2 Saran

 Mempelajari definisi dan tipe material dapat menambah pengetahuan tenaga

kesehatan gigi

 Mempelajari mekanisme aksi material, faktor efisiensi material dan aplikasi

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, K. J. 2004. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi Edisi 10. Jakarta: EGC. Halaman 563-575.

Craig, R. G., O’Brien, W. J., dan Powers, J. M. 2006.  Dental Materials, Properties and   Manipulation. USA: Mosby. Halaman 114-125.

Manappallil, J. J. 2003. Basic Dental Materials, second Edition. New Delhi: Jaypee Brothers. Halaman 396-407.

Tim Pengajar Teknologi Kedokteran Gigi. 2010. Petunjuk Praktikum Teknologi Kedokteran Gigi II.Yogyakarta.

Vanable, E. D. dan LoPresti, L. R. 2004. Using Dental Materials. New Jersey: Pearson.

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan Kerapatan Adat Nagari (KAN) menjadi pedoman bagi Wali Nagari dalam rangka menjalankan pemerintahan Nagari dan wajib ditaati oleh seluruh masyarakat dan

Analisis kontribusi adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan pajak hotel terhadap

Penulis pun menyadari bahwa proses yang panjang ini terasa lebih berat untuk dilalui tanpa adanya dukungan dari orang – orang hebat yang senantiasa mendukung penulis

Pada PT. Industri dan Farmasi Sido Muncul untuk proses  penerimaan dan penyimpanan persediaan bahan baku yang nantinya akan digunakan dalam proses produksi dilakukan

Hasil validasi ahli terhadap aspek kesesuaian isi LKS dengan problem solving yaitu validator sangat setuju masalah yang disajikan pada LKS sudah mengarahkan siswa

Tujuan dari pembuatan film animasi ini adalah menciptakan film animasi 2 dimensi dengan suatu karakter Jawa dengan teknik gaya gambar kartun Amerika, menciptakan suatu cerita film

Hal ini sangat penting karena jumlah arus yang diperlukan untuk memberikan energi ( energizing ) pada pasangan-pasangan kumparan lebih besar dari kemampuan I/ O port ,

Ustadz selalu jadi figur dan dijadikan dalil bagi para siswanya untuk meniru perilaku tersebut. Hal ini wajar karena peserta didik dalam proses pembelajaran