BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Agensi
Kecurangan pelaporan keuangan atau yang sering disebut fraudulent financial reportingbukan merupakan fenomena baru, namun sudah sering terjadi di dunia bisnis. Kecurangan pelaporan keuangan terjadi di hampir semua jenis perusahaan baik perusahaan besar, perusahaan menegah maupun perusahaan kecil. Fenomena ini semakin mencuat ke permukaan publik dengan ditandai banyaknya perusahaan yang gulung tikar.
Teori keagenan sering menjadi dasar dalam menjelaskan terjadinya fraudulent financial reporting. Hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut(Jensen dan Meckling, 1976:6-8).
Dalam hal ini agen merupakan manajemen perusahaan sedangkan principal merupakan pemegang saham atau pemilih perusahaan. Dalam teori keagenan memandang bahwa manajemen perusahaan, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya, manajemen tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik- baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya maupun shareholders pada khususnya. Masing-masing pihak baik agen maupun principal memiliki kepentingan rasional yang sangat berpotensi
xxi memunculkan masalah. Masalah akan mulai terjadi ketika agen mulai melakukan kecurangan dalam perusahaan.
Menurut ACFE (Associatoin of Certified Fraud Examiners) jenis kecurangan yang terjadi dalam perusahaan yaitu penyalahgunaan asset, korupsi dan kecurangan dalam laporan keuangan. Teori Agensi menekankan bahwa kecurangan pelaporan keuangan dapat terjadi karena antara pihak manajemen dengan pemilik memiliki kepentingan masing- masing untuk memaksimumkan keuntungan pribadi.
Contoh dari kecurangan yang terjadi menurut Koroy(2008) yaitu pada tahun 1998 sampai 2001 banyak terjadi skandal keuangan di perusahaan publik yang melibatkan persoalan pelaporan keuangan dan yang pernah diterbitkan diantaranya adalah PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk. Pada kasus PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk. melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi dan penyalahgunaan informasi keuangan yang merugikan pihak-pihak yang berkepentingan terutama investor. Bukti lain, kasus Citibank yang terjadi pada Maret 2011 yaitu pembobolan dana nasabah yang dilakukan oleh karyawan senior yang menjabat sebagai vice president di bank tersebut dan juga karyawan Citibank yang bertugas sebagai teller.
Dengan demikian untuk mencegah kecurangan itu terjadi, antara principal dan agen itu sendiri harus ada kerjasama dan untuk menghindari kecurangan terjadi dapat menggunakan pengauditan laporan keuangan dengan hasil yang dapat dilihat kebenarannya.
2.2 Pencegahan Kecurangan Akuntansi
Dalam setiap aktivitas perusahaan pasti terdapat ketidakpastian yang identik dengan resiko, contohnya resiko kecurangan. Kecurangan merupakan
tindakan yang melawan hukum yang dapat merugikan organisasi atau perusahaan dan menguntungkan pihak tertentu atau bisa disebut juga pelakunya. Pelaku kecurangan dapat dilakukan didalam ataupun diluar perusahaan dan dapat dilakukan oleg manajemen dan karyawan. Tindak kecurangan tersebut dapat berupa pencurian atau pengambilan harta milik atau aset perusahaan, bisa juga mengambil alih, menyembunyikan, atau membelanjakan aset perusahaan. Kecurangan seperti itu disebut juga fraud.
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) berpendapat bahwa kecurangan (fraud) adalah
“perbuatan–perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang–orang dari dalam atau luarorganisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain.”
Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan definisi fraudialah “setiap tindakan ilegal ditandai dengan penipuan, penyembunyian atau pelanggaran kepercayaan”. Ikatan Akuntansi Indonesia seperti yang dikutip oleh Wilopo (2006:3) menjelaskan
kecurangan akuntansi sebagai salah saji yang menimbulkan kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji atau menghilangkan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia.
xxiii Akibat dari kecurangan (fraud) dapat berupa berkurangnya aset perusahaan atau juga mengurangi reputasi. Kecurangan (fraud) dapat dikurangi dengan melakukan pencegahan, pendeteksian dan investigasi. Untuk melakukan pencegahan, pendeteksian dan investigasi fraud harus meningkatkan pemahanan dan mempelajari terlebih dahulu tentang teori dan pengertian fraud.
2.2.1 Bentuk- Bentuk Kecurangan (Fraud)
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) di Amerika Serikat menyusun peta mengenai fraud. Peta ini berbentuk pohon, dengan cabang dan ranting. Tiga cabang utama dari fraud tree ini adalah Corruption, Asset misappropriation danfraudulent statement.
Gambar 2.1 Fraud Tree
Sumber: www.acfe.com/fraud-tree.aspx
Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh. Kecurangan yang dilakukan dalam Laporan keuangan adalah dengan nyajikan laporan keuangan yang lebih baik dari yang sebenarnya (over statement) dan lebih buruk dari yang sebenarnya (under statement).
Sebagai contoh kasus pada Perusahaan Enron tahun 2002 merupakan perusahaan terbesar ke tujuh di Amerika Serikat yang bergerak di bidang industri energi yang jatuh bangkrut karena memanipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan yang besar padahal perusahaan tersebut mengalami kerugian dan keadaan ini di perparah dengan tidak independennya audit yang dilakukan oleh KAP Arthur Andersen.
2. Kecurangan Penyalahgunaan Aset(Asset Misapproproation)
Asset misappropriation akan mempengaruhi posisi keuangan perusahaan karena akan mempengaruhi 2 (dua) elemen lainnya (liability dan equity).Kecurangan penyalahgunaan aset terdiri atas kecurangan kas dan penyalahgunaan persediaan dan aset lainnya.
xxv Kata korupsi berarti kejahatan, kebusukan, ketidakjujuran, tidak bermoral dan penyimpangan dari kesucian. Korupsi secara umum dapat didefinisikan dengan perbuatan yang merugikan kepentingan banyak orang untuk kepentingan orang- orang tertentu. Korupsi terjadi pada organisasi swasta dan pada sektor publik.
2.2.2 Faktor Penyebab/PendorongFraud
Dalam terjadinya sebuah kecurangan (fraud)dapat dipastikan terdapat beberapa faktor yang mendorong seseorang melakukan tindakan ilegal tersebut. MenurutThe Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) terdapat 3 (tiga) kondisi yang selalu hadir saat terjadi kecurangan yaitu :
laporan keuangan yaituantara lain tekanan (pressure) berupa tekanan lingkungan disekitar, tekanan keuangan, atau kebiasaan buruk yang membuat seseorang melakukan kecurangan. Faktor lain yaitu kesempatan (opportunity), yang timbul dikarenakan lemahnya pengendalian internal untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan. Kesempatan juga terjadi karena lemahnya sanksi dan ketidak mampuan untuk menilai kualitas kinerja. Faktor yang terakhir yaitu rasionalisasi (rationalization) dimana pelaku akan selalu mencari pembenaran atas apa yang telah dilakukannya.
Gambar 2.2 Fraud Triangle
2.2.3 Pencegahan Fraud
Kecurangan atau Fraud yang terjadi dalam perusahaan harus dapat dicegah supaya tidak terulang atau setidaknya bisa dikurangi. Pencegahanfraud bertujuan untuk : (1) Mencegah terjadinya fraud, (2) Menangkal pelaku potensi, (3) Mempersulit gerak langkah pelaku fraud, (4) Mengidentifikasi kegiatan beresiko tinggi dan kelemahan pengendalian intern.
Pencegahan fraud dilakukan dengan mengeliminasi faktor- faktor pendorong dengan mengurangi kesempatan, tekanan, perbaikan moral dan ibadah agaman serta menerapkan sanksi yang tegas terhadap pelakunya.
Resiko Integritas adalah resiko yang disebabkan perbuatan kecurangan baik yang dilakukan manajer maupun karyawan yang mengakibatkan kerugian organisasi.
xxvii Dengan adanya resiko yang terdapat dalam resiko integritas dan resiko fraud maka manajement resiko mempunyai peranan besar dalam mencegah terjadinya fraud yang dapat dinilai dari resiko- resiko yang ada.
Pencegahan fraud ini merupakan aktivitas memerangi fraud dengan biaya murah. Upaya pencegahan harus didukung oleh seluruh pelaku organisasi baik para manajer maupun karyawan. Berbagai bentuk kecurangan yang terdeteksi seharusnya langsung ditindaklanjuti hingga tuntas tanpa memandang siapa pelaku sebenarnya.
2.3 Pengendalian Intern
Pengendalian Intern, semula disebut pengecekan internal (Internal check), yang merupakan salah satu fungsi manajemen yaitu fungsi kontrol. Dengan adanya kemajuan dibidang ekonomi dan bisnis berakibat pula pada kemajuan pemahanan atas pengendalian intern.
Pengendalian merupakan suatu tindakan atau aktivitas yang dilakukan manajemen untuk memastikan (secara memadai, bukan mutlak) tercapainya tujuan dan sasaran organisasi.
Menurut Government Accounting Office (GAO) atau semacam Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di Amerika Serikat mendefinisikan pengendalian intern sebagai pengendalian manajemen yang terdiri atas 8 unsur yaitu pengorganisasian, kebijakan, prosedur, personalia, perencanaan, pencatatan, pelaporan dan review intern.
Tindakan/aktivitas pengendalian yang ada dalam organisasi dikelompokkan dalam:
a. Pengendalian Pencegahan (preventive controls) bertujuan untuk mencegah kesalahan (errors) ataupun peristiwa yang tidak diinginkan terjadi.
b. Pengendalian Pendeteksian (detective controls) bertujuan untuk menginformasikan kepada manajemen galat atau masalah yang sedang terjadi atau beberapa saat setelah terjadi.
c. Pengendalian Pemulihan (corrective controls) biasanya digunakan bersama dengan pendeteksian, bertujuan untuk memperbaiki kembali dari akibat terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.
Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian internal dapat menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam perencana Tuanakotta (2010), pengendalian internal dapat digolongkan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu: (1) pengendalian internal aktif, dan (2) pengendalian internal pasif.
Kata kunci untuk pengendalian internal aktif adalah to prevent, mencegah. Sedangkan kata kunci untuk pengendalian internal pasif adalah to deter, mencegah karena konsekuensinya terlalu besar, membuat jera. Tujuan dari pengendalian internal aktif dan pasif ini sama, yaitu mencegah terjadinya
xxix
fraud. Pengendalian internal aktif merupakan pengendalian yang paling banyak diterapkan. Pengendalian ini seperti pagar yang menghalangi, membatasi dan menutup akses pencuri untuk masuk. Sedangkan pengendalian internal pasif, dari pemukaan tidak terlihat adanya pengamanan, namun terdapat peredam yang membuat pelaku menjadi jera.
2.3.1 Unsur- Unsur Pengendalian Intern
Untuk membentuk suatu pengendalian intern yang memadai maka diperlukan unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Menurut COSO dalam Arens, dkk (2008:376) terdapat beberapa unsur pengendalian internal yaitu:
1. Pengendalian Lingkungan
Pembentukan suasana organisasi serta memberikan kesadaran tentang perlunya pengendalian bagi suatu organisasi, yang merupakan dasar bagi semua komponen pengendalian internal lain yang melahirkan hierarki dalam membentuk struktur organisasi. 2. Penilaian Resiko
Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dalam mengidentifikasi dan menganalisis resiko yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya.
3. Pengendalian Aktivitas
Kebijakan dan prosedur yang dimiliki oleh manajemen untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa manajemen telah melakukan sebagai mana seharusnya.
4. Informasi dan Komunikasi
Diperlukan untuk semua tingkatan manajemen organisasi untuk mengambil keputusan, laporan keuangan dan mengetahui kepatuhan terhadap kebijakan yang ditentukan oleh perusahaan sebelumnya.
5. Monitoring
Merupakan sebuah proses penilaian berkelanjutan dan periodik pelaksanaan internal apakah sudah terlaksana dengan baik dan telah dimodifikasi sesuai dengan perubahan kondisi terhadap kualitas kinerja sistem pengendalian internal.
Sistem pengendalian internal (Internal Control System) adalah aturan, prosedur, praktek dan struktur organisasional, yang dirancang untuk menyediakan jaminan yang memadai atas objektivitas bisnis dapat diterima dan kejadian yang tidak diinginkan dapat dicegah, atau dideteksi serta dikoreksi.
Terdapat sifat sistem pengendalian intern yang dapat dipercaya yaitu (1) Kualitas karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya, (2) Rencana organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsi secara layak, (3)Sistem pemberian wewenang, tujuan, teknik dan pengawasan yang wajar untuk mengadakan pengendalian atas aktiva, utang, penghasilan dan biaya, (4) Perbandingan secara periodik.
Faktor yang paling sulit dan paling penting dalam sifat sistem pengendalian intern diatas adalah orang-orang yang dapat menunjang suatu sistem dapat berjalan baik. Masalah karyawan terkadang menimbulkan permasalahan dalam pengendalian intern. Selanjutnya yaitu faktor pemisahan tanggung jawab yang bertujuan agar tidak seorang pun dapat mengendalikan dua atau tiga tanggung jawab fungsi. Demikian pula setiap manajemen bertanggung jawab untuk menentukan, melaksanakan dan memelihara serta meningkatkan sistem pengendaliannya.
2.4 Pengembangan Mutu Karyawan
Pengembangan mutu karyawan merupakan usaha-usaha meningkatkan pengetahuan karyawan dan keahlian atau keterampilannya. Hal ini
xxxi dimaksudkan untuk mendorong karyawan untuk berusaha memiliki tingkat moral yang tinggi dan mendorong karyawan bekerja lebih keras dan baik sehingga akan menghasilkan pekerjaan yang dikerjakan dengan efisien.Pengembangan mutu karyawan sangat penting dilakukan dalam suatu perusahaan karena tuntutan dari pekerjaan atau jabatan. Hal ini dilakukan dengan meningkatan keterampilan, dan pengetahuan tenaga kerja yang dilakukan dalam bentuk nyata yaitu pemberian latihan, mengadakan seminar- seminar dan pemberian kursus- kursus keterampilan.
Tujuan perusahaan mengembangkan mutu karyawan agar tercapainya kesuksesan pada perusahaan itu sendiri, dengan cara merangsang antusiasme karyawan terhadap pekerjaannya.Keuntungan dari memiliki karyawan yg antusias dalam menjalankan pekerjaannya adalah bahwa mereka akan tetap tinggal di organisasi dalam jangka waktu yg lama, sehingga perusahaan dapat menghemat biaya terkait dengan turn over karyawan.
2.5 Kesesuaian Kompensasi Karyawan
Menurut Rivai (2011:741) menjelaskan bahwa kompensasi adalah sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan. Kompensasi merupakan biaya utama atas keahlian atau pekerjaan dan kesetiaan dalam bisnis perusahaan. Kompensasi menjadi alasan utama mengapa kebanyakan orang mencari pekerjaan.
Menurut Werther dan Davis (1982) dalam Kadarisman (2012:1) kompensasi adalah apa yang seorang karyawan/pegawai/pekerja terima sebagai balasan dari pekerjaan yang diberikannya baik upah perjam ataupun gaji periodik yang didesain dan dikelola oleh bagian personalia.
Kompensasi yang diberikan perusahaan terbagi menjadi dua jenis, dengan uang dan tidak berbentuk uang, tetapi pemberian kompensasi daari perusahaan sering kali berbentuk uang. Kompensasi yang diberikan pada karyawan sering kali mempengaruhi standar hidup serta kedudukan sosial dimasyarakat. Karena pentingnya kompensasi bagi karyawan maka berpengaruh pada perilaku dan kinerjanya.
Dengan demikian Kesesuaian Kompensasi adalah kecocokan dan kepuasan karyawan/pegawai/pekerja atas apa yang diberikan instansi kepada mereka baik berupa upah perjam maupun gaji secara periodik sebagai balasan dari pekerjaan yang telah dilaksanakan. Dan dengan adanya kesesuaian kompensasi diharapkan dapat mencegah dan meminimalisasikan tindakan kecurangan akuntansi di dalam instansi.
Samsudin (2006) dalam Kadarisman (2012:77-78) menjelaskan tujuan pemberian kompensasi adalah 1) Pemenuhan kebutuhan ekonomi, 2) Meningkatkan produktivitas kerja, 3) Memajukan organisasi atau perusahaan, 4) Menciptakan keseimbangan dan keahlian. Dari tujuan kompensasi diatas dapat menunjukkan bahwa dengan sesuainya kompensasi dapat memenuhi kebutuhan ekonomi karyawan, memajukan organisasi atau perusahaan, untuk menciptakan keseimbangan dan keahlian dan untuk meningkatkan produktifitas kerja.
2.6 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti berpedoman pada tinjauan-tinjauan teori, jurnal- jurnal nasional dan internasional serta penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh pengendalian intern,
xxxiii pengembangan mutu karyawan dan kompensasi karyawan terhadap kecurangan akuntansi di perusahaan. Adapun penelitian-penelitian terdahulu, dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Variabel Kesimpulan Zainal, Rizki (2009) Pengaruh Efektivitas Pengendalian Intern, Asimetri Informasi dan kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Fraud) (Studi Empiris Kantor
Cabang Bank
Pemerintah Dan Swasta Di Kota Padang) Independent : Pengendalian Intern, Asimetri Informasi dan Kesesuaian Kompensasi Dependent : Kecenderun gan Kecurangan Akuntansi Efektivitas pengendalian intern berpengaruh positif terhadap kecurangan akuntansi pada kantor cabang bank pemerintah dan swasta dikota Padang.
Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap kecurangan akuntansi pada kantor cabang bank pemerintah dan swsta dikota Padang. Kesesuaian kompensasi berpengaruh positif terhadap kecurangan akuntansi pada kantor cabang bank pemerintah dan swasta dikota Padang Simanju ntak, Nico Sahap Tua (2013) Pengaruh Keefektifan Pengendaliaan Intern, Bidang Akuntansi dan Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi Di PerusahaanSumater Independen= Keefektifan pengendalia n intern Bidang akuntansi Pengembang an mutu karyawan Dependen = Pencegahan Bahwa Keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Pengembangan mutu karyawan memberikan pengaruh signifikan secara parsial terhadap pencegahan kecurangan
a Utara. Kecurangan Akuntansi
akuntansi di perusahaan. Keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi dan pengembangan mutu karyawan berpengaruh signifikan secara simultan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Shintade vi, Prekadin a Farizqa (2015) Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi dan Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Dengan Perilaku Tidak Etis Sebagai Variabel Intervening Pada Universitas Negeri Yogyakarta Independen= Kecenderun gan Kecurangan Akuntansi Dependent = Keefektifan Pengendalia n Internal Ketaatan Aturan Akuntansi Kesesuaian Kompensasi Variabel Intervening = Perilaku Tidak Etis Terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara Keefektifan Pengendalian Internal dengan Perilaku Tidak Etis pada Universitas Negeri Yogyakarta. Terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara Ketaatan Aturan Akuntansi dengan Perilaku Tidak Etis pada Universitas Negeri Yogyakarta.
Terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara Kesesuaian Kompensasi dengan Perilaku Tidak Etis pada Universitas Negeri Yogyakarta.
Perilaku Tidak Etis merupakan variabel intervening antara Keefektifan Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi dan Kesesuaian Kompensasi terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
xxxv Kecurangan merupakan suatu penyakit yang harus dilawan dalam setiap elemen dalam perusahaan, dimulai dari bagian terkecil sampai terbesar. Para ahli telah memperkirakan bahwa kecurangan yang terungkap merupakan bagian yang kecil dari seluruh kecurangan yang terjadi. Maka dari itu, upaya yang terbaik seharusnya adalah upaya dalam pencegahannya untuk dapat melawan terjadinya kecurangan dalam perusahaan tersebut.
Untuk itulah dilakukan penelitian ini guna mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan. Adapun faktor-faktor yang akan diteliti adalah pengendalian intern bidang akuntansi dan mutu karyawan serta satu variabel yang masih jarang diteliti yaitu kesesuaian kompensasi karyawan.
Berdasarkan uraian di atas, maka model kerangka pemikiran mengenai pengaruh pengendalian intern bidang akuntansi, mutu karyawan dan kesesuaian kompensasi karyawan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan swasta dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Pencegahan Kecurangan Akuntansi di Perusahaan (Y) Pengendalian Intern Bidang Akuntansi
(X1) (X1)
Pengembangan Mutu Karyawan (X2)
Kesesuaian Kompensasi Karyawan (X3)
H1
H2
2.7.1 Pengaruh Kefektifan Pengendalian Intern Bidang akuntansi terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi
Pengendalian intern merupakan pondasi dasar yang dibuat oleh setiap instansi sebagai pencegahan kecurangan akuntansi (fraud). Peterson dan Gibson (2003) dalam Arsito (2014:32), secara detail menjelaskan bahwa prosedur pengendalian intern yang buruk berhubungan pada kekurangan dalam pemisahan tugas dan ketidakhadiran rekonsiliasi bebas dari uang dan dokumentasi dipandang sebagai faktor dimana memungkinkan kecurangan untuk terjadi di suatu instansi yang kualitas pengendalian internalnya buruk ataupun rendah.
Zainal (2009:16-17),menjelaskan bahwa kejadian penipuan karyawan lebih tinggi terjadi disuatu perusahaan yang kualitas pengendalian internalnya buruk atau rendah. Sehingga berdasarkan yang telah dijelaskan diatasdapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengendalian intern menjadi suatu hal yang sangat penting dalam mencegah kecurangan akuntansi (fraud), maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan akuntansi.
xxxvii 2.7.2 Pengaruh Pengembangan Mutu Karyawan Terhadap Pencegahan
Kecurangan Akuntansi
Sifat pengembangan mutu karyawan ada tiga yaitu pengembangan pengetahuan, pengembangan keterampilan dan pengembangan sikap. Ketiga sifat ini memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain.
Simanjuntak (2013:31) mengatakan pengembangan mutu karyawan memberikan pengaruh terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di perusahaan.Mutu karyawan dalam perusahaan merupakan aspek yang kuat dalam mmemajukan sebuah perusahaan, namun dapat juga menjadikan perusahaan itu sendiri hancur, hal ini dapat dilihat dari pengembangan mutu karyawan yang dibina oleh perusahaan tersebut.Sehingga berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti mencoba untuk melakukan penelitian di luar dari faktor yang telah diteliti oleh para peneliti terdahulu, yaitu meneliti sejauh mana pengaruh pengembangan mutukaryawan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi di Perusahaan Swasta Jakarta. Dengan demikian, hipotesis kedua dari penelitian ini adalah:
H2: Pengembangan mutu karyawan berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan akuntansi.
2.7.3 Pengaruh Kesesuaian Kompensasi Karyawan terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi
Kompensasi yang diberikan perusahaan terbagi menjadi dua jenis, dengan uang dan tidak berbentuk uang, tetapi pemberian kompensasi oleh perusahaan sering kali berbentuk uang. Kompensasi yang diberikan pada karyawan sering kali mempengaruhi standar hidup serta kedudukan sosial dalam masyarakat. Dengan demikian pentingnya kompensasi bagi karyawan maka dapat berpengaruh pada perilaku dan kinerjanya.
Kesesuaian kompensasi dapat berpengaruh positif ataupun negatif tergantung pada kebijaksanaan perusahaan. Sehingga berdasarkan kesimpulan yang dilakukan peneliti terdahulu di atas, maka peneliti mencoba untuk melakukan penelitian di luar dari faktor yang telah diteliti oleh para peneliti terdahulu, maka hipotesis ketiga dari penelitian ini yaitu :
H3: Penyesuaian kompensasi karyawan berpengaruh positifterhadap pencegahan kecurangan akuntansi.
2.7.4 Pengaruh Keefektifan Pengendalian Intern Bidang Akuntansi, Pengembangan Mutu Karyawan dan Kesesuaian Kompensasi Karyawan secara bersama-sama terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi.
Dalam penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa pengendalian intern bidang akuntansi, pengembangan mutu karyawan dan kesesuaian
xxxix kompensasi karyawan dapat mewakili faktor – faktor lain yang ada dalam mencegah terjadinya kecurangan karyawan di lingkungan perusahaan. Dengan demikian, hipotesis ketiga dari penelitian ini yaitu :
H4: Keefektifan pengendalian intern bidang akuntansi, pengembangan mutu karyawan dan peningkatan pendapatan karyawan berpengaruh secara simultan terhadap pencegahan kecurangan akuntansi.