• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Terhadap Larangan Praktik Insider Trading di Pasar Modal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Terhadap Larangan Praktik Insider Trading di Pasar Modal"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TERHADAP LARANGAN PRAKTIK

INSIDER TRADING

DI PASAR MODAL

T E S I S

OLEH

TANDI PADA PALAYUKAN 087005136 / HK

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

ANALISIS TERHADAP LARANGAN PRAKTIK

INSIDER TRADING

DI PASAR MODAL

T E S I S

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

OLEH

TANDI PADA PALAYUKAN 087005136 / HK

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

NAMA : TANDI PADA PALAYUKAN

N.I.M. : 087005136

PROGRAM STUDI : ILMU HUKUM

JUDUL TESIS : ANALISIS TERHADAP LARANGAN PRAKTIK

INSIDER TRADING DI PASAR MODAL

MENYETUJUI KOMISI PEMBIMBING

Ketua

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H.

Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum

Anggota Anggota

Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum

Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Dekan Fakultas Hukum

(4)

Telah diuji pada

Tanggal, … Januari 2013

Ketua:

1. Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H

PANITIA PENGUJI

Anggota:

2. Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum

3.

Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum

(5)

ABSTRAK

Keberadaan pasar modal di setiap negara merupakan hal yang fundamental dalam pembangunan ekonomi. Selain berfungsi sebagai sarana untuk menghimpun dana dan mengalokasikan dana masyarakat, pasar modal sebagai institusi ekonomi juga memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya bagi perkembangan dunia usaha. Namun, tidak dapat dipungkiri kenyataan, bahwa di dalam pasar modal sudah sejak lama terjadi tindak kejahatan ataupun pelanggaran-pelanggaran yang sangat

merugikan berbagai pihak salah satunya adalah perdagangan orang dalam (insider

trading).

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah: pertama, bagaimanakah karakteristik perdagangan orang dalam (insider trading) dalam pasar modal? Kedua, bagaimanakah ketentuan larangan praktik insider trading dalam pasar modal? dan ketiga, bagaimanakah pengawasan terhadap praktik insider trading dalam perkembangan pasar modal Indonesia?

Metode penelitian yang digunakan penelitian yuridis normatif yang mengacu kepada norma-norma dan asas-asas hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal seperti UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan UU No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, serta Peraturan Bapepam-LK lainnya.

Kesimpulan dalam penelitian ini: pertama, karakteristik perdagangan orang dalam di Pasar Modal di Indonesia dilakukan dengan cara menipu atau dengan cara memanipulasi pasar. Karakteristik pengaturannya tidak mengatur unsur sebagai akibat dari perbuatan atau undang-undang tidak mengatur adanya kerugian. Kedua, ketentuan larangan terhadap praktik perdagangan orang dalam di Pasar Modal Indonesia pengaturannya mempersempit makna perdagangan orang dalam yang hanya menentukan orang dalam pada hubungan kepercayaan. Ketiga, pengawasan terhadap perdagangan orang dalam di Pasar Modal dilakukan oleh Bapepam-LK yang dilakukan secara terkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan yang independen. Pengawasannya tidak lagi berada di bawah Kementerian Keuangan melainkan beralih kepada OJK.

Saran dalam penelitian ini: pertama, diharapkan agar undang-undang semestinya direvisi untuk menentukan unsur sebagai akibat dari perbuatan (unsur objektif) yakni adanya kerugian dalam Pasal 90 UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Kedua, diharapkan agar undang-undang direvisi untuk memperluas ketentuan pengaturan ruang lingkup perdagangan orang dalam tidak mesti harus didasarkan pada adanya hubungan kepercayaan atau karena adanya unsur fakta materil. Ketiga, diharapkan agar pengawasan terhadap perdagangan orang dalam dapat dilaksanakan secara efisien dan terpadu dengan kehadiran OJK sebagai lembaga yang independen.

(6)

ABSTRACT

The existence of stock market in each country is fundamental in economic development. As an economic institution, stock market not only junctions as fund raising facility and allocating public funds but also has important role in the development of business world. Yet, it cannot be denied that criminal act or violations inflicting loss to various parties such as insider trading has long been going on in the stock market.

The problems studied in this study were: first, what the characteristic of insider trading in the stock market was; second, what provisions prohibited the practice of insider trading in the stock market; and third, how the practice of insider trading in the stock market was controlled in the development of Indonesian stock market.

This normative juridical study referred to the legal norms and principles stated in the regulation of legislation on stock market such as Law No. 8/1995 on Stock Market and Law No. 21/2011 on Financial Service Authority and the other regulations issued by Bapepam-LK.

The conclusion of the result of this study is: first, the characteristics of insider trading in the Indonesian Stock Market is done by tricking or manipulating the market. Tire characteristic of its regulation is that it does not regulate the element as the consequence of action or the legislation does not regulate the existence of loss; second, the regulation of the provision prohibiting the practice of inside trading in the Indonesian Stock Market narrows the meaning of inside trading that only determine "insider" as a matter of trust relationship; and third, the control of inside trading in the Stock Market is implemented by Bapepam-LK in coordination with the independent Financial Service Authority not under the Ministry of Finance anymore.

The suggestion is: first, the legislation is expected to be revised to determine the element as the result of action (objective element) namely the existence of loss in Article 90 of Law No. 8/1995 on Stock Market; second, the legislation is expected to be revised to extend the regulation of the scope of insider trading because it does not have to be based on the existence of trust relationship or the elements of material facts; and third, it is expected that the control of inside trading can be implemented efficiently and integratedly with the present of Financial Service Authority as an independent institution.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah Yang Maha Esa.

Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya yang dianugrahkan kepada penulis, sehingga

tesis ini dapat diselesaikan.

Dalam rangka melengkapi tugas-tugas dan syarat untuk memperoleh Magister

Hukum (MH) pada Program Studi Ilmu Hukum pada jenjang Strata Dua (S2)

Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Penulis menyusun tesis yang

berjudul “Analisis Terhadap Larangan Praktik Insider Trading di Pasar Modal”.

Penulis sangat menyadari dalam penulisan tesis ini demikian banyak mengalami

kendala, namun berkat adanya bantuan, motivasi serta bimbingan, maupun doa dari

semua pihak, akhirnya tesis ini dapat diselesaikan untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DMT

dan H. Sc (CTM)., Sp. A (K), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan

kepada penulis selama mengikuti Program Magister Ilmu Hukum pada Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Runtung,

SH, M.Hum, yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis

untuk mengikuti dan membina Ilmu Pengetahuan di Program Magister Ilmu

Hukum pada Fakultas Hukum Sumatera Utara.

3. Ketua Program Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH., yang telah memberikan

kesempatan dan bantuan kepada penulis untuk mengikuti dan meminta ilmu

pengetahuan pada Program Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, M.H, selaku Ketua Komisi Pembimbing

yang telah banyak memberikan perhatian dan kesempatannya setiap saat pada penulis

(8)

5. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH, M. Hum, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

telah banyak memberikan perhatian dan kesempatannya setiap saat pada penulis

dalam memberikan petunjuk dan pengarahannya untuk menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M. Hum, selaku Anggota Komisi Pembimbing

yang telah banyak memberikan perhatian dan kesempatannya setiap saat pada

penulis dalam memberikan petunjuk dan pengarahannya untuk menyelesaikan

tesis ini.

7. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A., SH, CN, M.Hum, selaku penguji yang telah

membantu memberikan arahan dan masukan kepada penulis menyelesaikan tesis

serta pengujian tesis di Program Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Syafruddin S. Hasibuan, SH, MH, DFM., selaku penguji yang telah

membantu memberikan arahan dan masukan kepada penulis menyelesaikan tesis

serta pengujian tesis di Program Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

9. Teristimewa kepada Ayahanda Liling Palayukan (Alm.) dan Ibunda tercinta

Indo'Kendek (Alm.) yang telah mendidik putra-putrinya dengan penuh kasih

sayang dan kesabaran membimbing dengan ketulusan serta keikhlasan diiringi

doa yang sungguh besar nilainya bagi penulis dalam menyelesaikan Program

Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Teristimewa kepada Istri tercinta dan Ananda Amelia Palayukan, Brian Guntur

Palayukan, Esa Satria Palayukan yang senantiasa mengiringi penulis dengan doa

dan kasih sayangnya serta memberikan dorongan semangat yang sungguh besar

nilainya bagi penulis dalam menyelesaikan Studi Program Magister Ilmu Hukum

pada Fakultas Hukum Universitar Sumatera Utara.

11. Teristimewa kepada Kakanda Brigjen. Pol. Drs. Frans Palayukan, SH, dan

keluarga yang telah membantu penulis dengan dorongan semangat dan materil

sehingga penulis dalam menyelesaikan Studi di Program Magister Ilmu Hukum

(9)

12. Teristimewa kepada Adinda Kompol Yulius Palayukan, SH, dan segenap

Keluarga Besar Palayukan yang telah banyak memberikan bantuan Moril dan

Materil sehingga penulis menyelesaikan Studi di Program Magister Ilmu Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

13. Kepada Rekan-rekan seperjuang di Program Magister Ilmu Hukum pada Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara ajaran 2008.

14. Kepada para Pegawai di lingkungan Program Magister Ilmu Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Kakanda Fika, Kakanda Fitri,

Kakanda Yuli, Ibu Ganti, Ibu Niar, Bang Hendra, Bang Henrik, Bang Udin, Bang

Julhiman, Bang Herman, yang tidak bosan-bosannya memberikan dorongan

semangat, terima kasih atas dukungan dan doanya.

Semoga Allah Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan rahmat dan

hidayah serta membalas dengan segala kebaikan. Penulis menyadari bahwa tesis ini

masih memerlukan kritik dan saran, akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat

memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama bagi kemajuan pengetahuan

khususnya di bidang ilmu hukum.

Medan, Januari 2013 Penulis,

087005136

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tandi Pada Palayukan

Tempat / Tanggal Lahir : Tana Toraja / 31 Desember 1962

Agama : Kristen Katholik

Status : Sudah Menikah

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Serbaguna No. 9 Helvetia

Mobile : 085242549562

RIWAYAT PENDIDIKAN:

1. SD Katholik Tambunan Tamat Tahun 1975

2. SMP Katholik Sangngalla Tamat Tahun 1979

3. SMA Negeri Tana Toraja Tamat Tahun 1982

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 16

D. Manfaat Penelitian ... 16

E. Keaslian Penelitian ... 17

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional ... 18

1. Kerangka Teori... 18

2. Landasan Konsepsional ... 33

G. Metode Penelitian ... 35

1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 36

2. Sumber Data ... 36

3. Teknik Pengumpulan Data ... 37

4. Analisis Data ... 38

(12)

BAB II : KARAKTERISTIK PERDAGANGAN ORANG DALAM DI

PASAR MODAL ... 39

A. Pentingnya Peranan Pasar Modal di Indoensia ... 39

B. Kategori Pihak yang Termasuk Orang Dalam di Pasar Modal ... 48

C. Karakteristik Perdagangan Orang Dalam di Pasar Modal ... 66

BAB III : KETENTUAN LARANGAN PRAKTIK PERDAGANGAN ORANG DALAM DI PASAR MODAL ... 76

A. Ketentuan Prinsip Keterbukaan Dalam Pasar Modal ... 76

B. Ketentuan Larangan Praktik Perdagangan Orang Dalam Di Pasar Modal ... 81

C. Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan 90 BAB IV : PENGAWASAN TERHADAP PERDAGANGAN ORANG DALAM DI PASAR MODAL ... 96

A. Mekanisme Kegiatan Transaksi Efek Di Pasar Modal ... 96

B. Dampak Perdagangan Orang Dalam Terhadap Perkembangan Pasar Modal Indonesia ... 104

C. Pengawasan Terhadap Perdagangan Orang Dalam Di Pasar Modal ... 108

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 118

A. Kesimpulan ... 118

B. Saran ... 120

(13)

ABSTRAK

Keberadaan pasar modal di setiap negara merupakan hal yang fundamental dalam pembangunan ekonomi. Selain berfungsi sebagai sarana untuk menghimpun dana dan mengalokasikan dana masyarakat, pasar modal sebagai institusi ekonomi juga memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya bagi perkembangan dunia usaha. Namun, tidak dapat dipungkiri kenyataan, bahwa di dalam pasar modal sudah sejak lama terjadi tindak kejahatan ataupun pelanggaran-pelanggaran yang sangat

merugikan berbagai pihak salah satunya adalah perdagangan orang dalam (insider

trading).

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah: pertama, bagaimanakah karakteristik perdagangan orang dalam (insider trading) dalam pasar modal? Kedua, bagaimanakah ketentuan larangan praktik insider trading dalam pasar modal? dan ketiga, bagaimanakah pengawasan terhadap praktik insider trading dalam perkembangan pasar modal Indonesia?

Metode penelitian yang digunakan penelitian yuridis normatif yang mengacu kepada norma-norma dan asas-asas hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal seperti UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan UU No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, serta Peraturan Bapepam-LK lainnya.

Kesimpulan dalam penelitian ini: pertama, karakteristik perdagangan orang dalam di Pasar Modal di Indonesia dilakukan dengan cara menipu atau dengan cara memanipulasi pasar. Karakteristik pengaturannya tidak mengatur unsur sebagai akibat dari perbuatan atau undang-undang tidak mengatur adanya kerugian. Kedua, ketentuan larangan terhadap praktik perdagangan orang dalam di Pasar Modal Indonesia pengaturannya mempersempit makna perdagangan orang dalam yang hanya menentukan orang dalam pada hubungan kepercayaan. Ketiga, pengawasan terhadap perdagangan orang dalam di Pasar Modal dilakukan oleh Bapepam-LK yang dilakukan secara terkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan yang independen. Pengawasannya tidak lagi berada di bawah Kementerian Keuangan melainkan beralih kepada OJK.

Saran dalam penelitian ini: pertama, diharapkan agar undang-undang semestinya direvisi untuk menentukan unsur sebagai akibat dari perbuatan (unsur objektif) yakni adanya kerugian dalam Pasal 90 UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Kedua, diharapkan agar undang-undang direvisi untuk memperluas ketentuan pengaturan ruang lingkup perdagangan orang dalam tidak mesti harus didasarkan pada adanya hubungan kepercayaan atau karena adanya unsur fakta materil. Ketiga, diharapkan agar pengawasan terhadap perdagangan orang dalam dapat dilaksanakan secara efisien dan terpadu dengan kehadiran OJK sebagai lembaga yang independen.

(14)

ABSTRACT

The existence of stock market in each country is fundamental in economic development. As an economic institution, stock market not only junctions as fund raising facility and allocating public funds but also has important role in the development of business world. Yet, it cannot be denied that criminal act or violations inflicting loss to various parties such as insider trading has long been going on in the stock market.

The problems studied in this study were: first, what the characteristic of insider trading in the stock market was; second, what provisions prohibited the practice of insider trading in the stock market; and third, how the practice of insider trading in the stock market was controlled in the development of Indonesian stock market.

This normative juridical study referred to the legal norms and principles stated in the regulation of legislation on stock market such as Law No. 8/1995 on Stock Market and Law No. 21/2011 on Financial Service Authority and the other regulations issued by Bapepam-LK.

The conclusion of the result of this study is: first, the characteristics of insider trading in the Indonesian Stock Market is done by tricking or manipulating the market. Tire characteristic of its regulation is that it does not regulate the element as the consequence of action or the legislation does not regulate the existence of loss; second, the regulation of the provision prohibiting the practice of inside trading in the Indonesian Stock Market narrows the meaning of inside trading that only determine "insider" as a matter of trust relationship; and third, the control of inside trading in the Stock Market is implemented by Bapepam-LK in coordination with the independent Financial Service Authority not under the Ministry of Finance anymore.

The suggestion is: first, the legislation is expected to be revised to determine the element as the result of action (objective element) namely the existence of loss in Article 90 of Law No. 8/1995 on Stock Market; second, the legislation is expected to be revised to extend the regulation of the scope of insider trading because it does not have to be based on the existence of trust relationship or the elements of material facts; and third, it is expected that the control of inside trading can be implemented efficiently and integratedly with the present of Financial Service Authority as an independent institution.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan pasar modal di setiap negara merupakan hal yang fundamental

dalam pembangunan ekonomi. Selain berfungsi sebagai sarana untuk menghimpun

dana dan mengalokasikan dana masyarakat, pasar modal sebagai institusi ekonomi

juga memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya bagi perkembangan dunia usaha.

Namun, tidak dapat dipungkiri kenyataan, bahwa di dalam pasar modal sudah sejak

lama terjadi tindak kejahatan ataupun pelanggaran-pelanggaran yang sangat

merugikan berbagai pihak.1

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

keuangan jangka panjang yang biasanya diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang

maupun modal sendiri. Instrumen-instrumen keuangan yang diperjualbelikan itu

diantaranya adalah saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagai

produk turunan (derivatif) seperti opsi (put atau call).2

Dasar hukum Pasar Modal di Indonesia saat ini adalah Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM). Dalam Pasal 1 angka 13

UUPM, ditentukan definisi Pasar Modal. Pasar Modal adalah suatu kegiatan yang

1

Asril Sitompul, Zulkarnain Sitompul, dan Bismar Nasution, Insider Trading, Kejahatan Di

Pasar Modal, (Jakarta: Books Terrace & Library, 2007), hal. 1.

2

(16)

bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik

yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang

berkaitan dengan efek.

Perdagangan efek di pasar modal, merupakan hal penting bagi kehidupan

pasar modal itu sendiri, dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain keterbukaan dan

ketersediaan informasi perusahaan emiten, adanya otoritas yang kuat dan regulasi

yang cukup. Ketiga Faktor tersebut akan mendukung dalam pembentukan pasar yang

efisien yaitu suatu keadaan pasar dimana harga-harga saham yang diperdagangkan di

dalamnya mencerminkan informasi tentang keadaan perusahaannya yang sahamnya

diperdagangkan di pasar modal tersebut.3

Orang yang terlibat langsung di dalam Pasar Modal merupakan pihak yang

menempati posisi sebagai orang yang dipercaya, termasuk orang-orang berkedudukan

sebagai direksi, komisaris, pemegang saham, perantara, dan pengawas pasar modal.

Orang-orang yang menempati posisi tersebut disebut sebagai orang dalam (insider).

Dalam UUPM pada Pasal 95 diberikan arti kepada orang dalam sebagi pihak-pihak

yang tergolong dalam Pasar Modal: Pasal 95 UUPM, menentukan:

Orang dalam dari Emiten atau Perusahaan Publik yang mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan pembelian atau penjualan atas Efek:

a. Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud; atau

b. Perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan Emiten atau Perusahaan

Publik yang bersangkutan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 95 UUPM dapat dikategorikan orang dalam

(insider) meliputi: direksi, komisaris, atau pengawas perusahaan terbuka, pemegang

3

(17)

saham utama perusahan terbuka, orang yang karena kedudukannya, profesinya atau

karena hubungan kepercayaan, dan lain-lain. Apabila salah seorang di antara direksi,

komisaris, pejabat, atau pegawai suatu perusahaan publik menjual saham, maka

sebagai investor dan pihak lain harus berhati-hati menyikapi hal tersebut, sebab orang

dalam (insider) mungkin saja menjual sahamnya dengan berbagai pertimbangan yang

kemungkinan besar merupakan cara untuk menyiasati pasar. Namun, jika orang

dalam perusahaan melakukan pembelian saham perusahaan, terutama dalam jumlah

yang besar, maka biasanya hanya ada satu alasan yaitu untuk mengharapkan atau

memperkirakan bahwa harga saham yang dibelinya itu suatu saat akan naik dan dapat

menjualnya dalam waktu dekat untuk memperoleh keuntungan.

Melalui pasar modal, perusahaan publik atau pihak-pihak yang berinvestasi di

pasar modal bisa memperoleh dana segar dengan menjual efek melalui prosedur

Initial Public Offering (IPO) atau efek utang (obligasi). Namun, dalam kegiatan

transaksi efek di Pasar Modal tidak bisa dielakkan dari kejahatan dan pelanggaran.

Misalnya kejahatan perdagangan orang dalam (insider trading).4 Pada akhir tahun

2003 dan berlanjut sampai pada tahun 2007 terjadi kenaikan indeks Bursa Efek

Jakarta (dulu BEJ sekarang BEI)5

4

Menurut Pasal 104 UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, perdagangan orang dalam

(insider trading) dikategorikan sebagai kejahatan, diancam dengan pidana penjara paling lama 10

(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).

secara ekstrim. Indeks melonjak dari kisaran

450-500 hingga mencapai di atas 1450-500. Bagi otoritas pasar modal, hal ini seharusnya

5

(18)

menjadi perhatian, karena keadaan demikian telah mengancam pasar modal Indonesia

disebabkan karena perdagangan orang-orang dalam pasar modal itu sendiri.6

Sejak tahun 2007 sampai pada tahun 2009, indeks BEI menguat hingga 40

persen ditutup pada posisi 2.530,92 poin. Pada bulan ini indeks BEI mencatat rekor

tertingginya di posisi 3.645,610 poin. Kenaikan indeks tersebut didukung oleh

pelaksanaan prinsip keterbukaan, namun, kenaikan indeks BEI tidak didukung oleh

jumlah investor saham yang ada saat ini, dapat dilihat pada sub account yang

terdaftar di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang dari dulu hingga

sekarang tak bergeser dari angka 299.219 investor, itu artinya, pemain saham tidak

ada tambahan atau itu-itu saja.7

Pada januari 2010 indeks BEI naik pada level 3.600, hal ini merupakan

cerminan investor saham semakin nyakin akan perekonomian nasional kedepan stabil

dan akan terus terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi. Data Badan Pusat Statistik

(BPS) menunjukkan, perekonomian nasional mencatat penguatan pertumbuhan

ekonomi hingga 6,2 persen sepanjang 2010. Pergerakan indeks BEI tersebut, tidak

terlepas dari dukungan kinerja emiten anggota bursa yang baik meskipun tidak terjadi

kenaikan jumlah investor.8

Jumlah emiten yang ditargetkan otoritas BEI untuk melakukan penawaran

umum perdana (Initial Public Offering/IPO) sebanyak 25 emiten menunjukkan situasi

6

Asril Sitompul, Zulkarnain Sitompul, dan Bismar Nasution, Op. cit., hal. 2.

7

http://rambu.wordpress.com/2010/10/20/kenaikan-ihsg-dapat-memprovokasi-investor-oleh-zubi-mahrofi/, diakses tanggal 21 Desember 2012. Ditulis oleh Zubi Mahrofi, judul: “Kenaikan IHSG Dapat Memprovokasi Investor”.

8

(19)

peluang tambahan yang dapat dimanfaatkan para investor di 2010. Pasar modal akan

diwarnai aksi korporasi untuk menjaring dana segar dari masyarakat. Maka, dengan

peringkat ekonomi Indonesia yang akan naik memicu perusahaan yang membutuhkan

dana tambahan untuk ekspansi mencatatkan sahamnya di BEI melalui mekanisme

IPO. Pada 2010 tercatat 14 perusahaan yang sudah mencatatkan sahamnya di BEI

dengan nilai emisi keseluruhan mencapai Rp16,390 triliun.9

Mengingatkan kembali kejadian pelanggaran-pelanggaran di pasar modal

dimana telah banyak terjadi kasus yang pada pokoknya akibat dari perdagangan orang

dalam. Seperti kasus Indosat pada bulan Mei 2002 sehubungan dengan penjualan

saham Indosat melalui cara penawaran terbatas (private placement) yang merugikan

negara sebesar lebih kurang Rp.400 Milyar. Indosat gagal mencapai target penjualan

saham karena adanya praktek insider trading yang dilakukan oleh perusahaan

penjamin penjualan, yaitu Merril Lynch. Sementara perusahaan sekuritas Nusantara

dituduh ikut menawarkan saham Indosat tersebut, padahal perusahaan ini belum

mendapat izin usaha dari Badan Pengawas Pasa Modal dan Lembaga Keuangan

(Bapepam-LK).

10

9

Dari 14 emiten yang mencatatkan sahamnya dibursa, yakni, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP), PT Benakat Petroleum Energy Tbk (BIPI), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), PT Golden Prima Retailindo Tbk (GOLD). Selain itu, PT Skybee Tbk (SKYB), PT BPD Jabar Banten Tbk (BJBR), dan PT Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL), PT Evergreen Invesco Tbk (GREN), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), serta PT Berau Coal Energy (BRAU), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT CBP Indofood Tbk (ICBP). Calon emiten yang akan listing yakni, PT Tower Bersama Infrastruktur, PT Krakatau Steel, PT Agung Podomoro, PT Midi Utama, PT Aditech Adiwiyasa, PT Wintermar Offshore Marine, PT Bumi Resources Mineral, PT Borneo Energy, PT Megapolitan Development, PT Multifilling Mitra Indonesia, PT Martina Berto, dan Bank Sinar Mas.

10

(20)

Kasus PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, pada waktu menyampaikan

laporan tahunan dalam bentuk Form 20-F kepada US-SEC yang berakibat Telkom

diharuskan melakukan audit ulang atas laporan keuangan tahunannya untuk tahun

buku 2002 dan menyampaikannya kembali pada Rapat Umum Pemegang Saham

Luar Biasa. Masalahnya adalah dalam penyampaian laporan tahunan tersebut ditolak

US-SEC dengan alasan penolakan adalah:11

1. Laporan Keuangan Telkom 2002 tidak direview oleh auditor yang sudah

berpengalaman;

2. Telkom tidak mendapatkan izin dari auditor anak perusahaannya (Telkomsel)

untuk melampirkan laporan hasil audit di dalam Form 20-F; dan

3. Telkom tidak melampirkan laporan hasil audit beberapa anak perusahaan

lainnya di dalam Form 20-F.

Setelah diteliti dan diaudit ulang kembali, ditemukan bahwa hasil audit tahun

2002 mengalami banyak penyimpangan bahkan dari tahun-tahun sebelumnya.

Dimana bahwa Telkom tidak memasukkan laporan Form 20-F pada waktunya

sehingga oleh New York Stock Exchange (NYSE) menempatkan Telkom ke dalam

daftar perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan dengan ancaman

akan dihapus (delist) dari pencatatan NYSE.12

Penyesatan informasi yang paling terasa belakangan ini adalah penyesatan

informasi tentang rencana aksi korporasi sejumlah perusahaan terbuka di Indonesia.

Penyesatan informasi itu mengakibatkan informasi di dalam dan di luar Bursa Efek

Indonesia menjadi simpang siur sehingga membuat investor semakin panik dan

akhirnya menjual saham-saham dengan harga murah. Penyesatan informasi itu

11

Ibid., hal. 89-90.

12

(21)

bermula dari pernyataan antara komisaris dan direksi sebuah perusahaan asing

tentang jadi atau tidaknya pelaksanaan penawaran terhadap tender saham perusahaan

terbuka di Indonesia yang baru saja diambil alih. Penyesatan lainnya juga tentang

ketidakjelasan informasi gadai saham sejumlah perusahaan terbuka di Indonesia dan

penundaan akuisisi sebuah bank.13

Penyesatan informasi tersebut di atas, sangat jauh dari prinsip keterbukaan di

dalam pasar modal. Sehingga dapat menimbulkan kerugian kepada investor

khususnya investor kecil karena salah dalam mengambil keputusan menjual atau

membeli sebuah saham. Informasi yang menyesatkan jelas telah melanggar ketentuan

di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM).

Dalam Pasal 90 UUPM antara lain disebutkan bahwa setiap pihak dilarang secara

langsung atau tidak langsung menipu atau mengelabui pihak lain dengan

menggunakan saran dan atau cara apapun serta dilarang membuat pernyataan yang

tidak benar mengenai fakta materil.

Kasus tersebut di atas, menggambarkan fenomena perdagangan orang dalam

dimana terjadi permainan dalam memperjualbelikan saham efek secara tidak fair.

Contoh di atas merupakan sebahagian kecil dari berbagai kasus yang ada. Secara

garis besarnya, adapun pelanggaran-pelanggaran yang dapat ditemukan dalam Pasar

modal diantaranya ialah:14

1. Informasi menyesatkan;

13

Kompas, Jumat, tanggal 10 Oktober 2008, hal. 15.

14

(22)

2. Transaksi benturan kepentingan;

3. Manipulasi pasar;

4. Kegiatan pasar modal tanpa izin;

5. Pengendalian inheren;

6. Keterbukaan informasi; dan

7. Perdagangan orang dalam (insider trading).

Penyesatan informasi biasanya didahului dengan menghembuskan isu negatif

atau positif, bergantung pada tujuan pihak yang menyebarkan isu itu, apakah akan

membeli atau menjual saham. Setelah rumor dihembuskan, pihak tersebut akan

melakukan aksi jual atau membeli saham dalam jumlah tertentu untuk memperkuat

isu yang disebarkannya. Setelah harga saham jatuh atau meningkat ke tingkat yang

diinginkan, saat itu pulalah puhak yang menyebarkan rumor tersebut melakukan aksi

beli atau jual atas saham tersebut secara besar-besaran.15

Pasar modal yang tidak efisien, dapat dikatakan bahwa harga-harga saham

tidak mencerminkan kondisi perusahaan emiten. Tidak efisiennya pasar modal,

berkaitan erat dengan keterbukaan informasi, dimana bahwa semakin baik

keterbukaan informasi, maka akan semakin efisien pasar modal yang bersangkutan.

Demikian sebaliknya, semakin tertutup informasi dalam pasar modal itu, maka akan

semakin tidak efisien dan semakin besar kemungkinan terjadinya kecurangan. Penyesatan informasi dalam

pasar modal merupakan suatu bentuk pelanggaran dari prinsip keterbukaan dan dapat

dikategorikan sebagai tindakan perdagangan orang dalam atau insider trading.

15

(23)

Kecurangan yang terjadi beragam jenisnya diantaranya adalah perdagangan orang

dalam (insider tarding).

Dalam konteks pasar modal yang tidak efisien ini, berakibat kepada Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada tahun 2008, Bursa Efek Indonesia terkoreksi

harga sahamnya sebesar -47% atau terparah kedua di antara sejumlah bursa utama

dunia menyusul kepanikan pemodal akibat krisis finansial yang melanda bursa dunia.

Dimana bahwa Shang Hai tercatat -60% dan IHSG tercatat -47% pada tanggal 31

Desember 2007 sampai dengan 8 Oktober 2008. Akibat koreksi tersebut harga

terhadap laba indeks bursa Indonesia pun anjlok mencapai 9,33 kali yang terhitung

cukup murah dan seharusnya mengundang pembelian kembali. Pada pihak lain, nilai

tukar rupiah semakin melemah seiring dengan aksi spekulasi investor sementara

potensi resesi ekonomi global mendorong harga minyak bergerak di bawah US$83

per barel. Rupiah diperdagangkan pada level Rp.9.865 per US$ melemah Rp.200 dari

posisi sebelumnya.16

Sementara itu, Departemen Keuangan melalui otoritas pasar modal meminta

Grup Bakrie memberikan penjelasan kepada publik atas rumor yang beredar di pasar

bahwa telah terjadi gagal bayar atas gadai saham, karena rontoknya harga saham

Grup Bakrie ikut mempengaruhi bursa saham Indonesia. Sehubungan dengan itu,

Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menyatakan bahwa ”korporasi bertanggung jawab

menyampaikan disclosure sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut, Bapepam dan

BEI telah meminta kepada Grup Bakrie suatu penjelasan detail dan yang konkrit

16

(24)

karena itu adalah tanggung jawab emiten dalam hal ini kelompok tersebut kepada

pemegang saham”.17

Mengingat tindakan-tindakan pelanggaran di dalam pasar modal tersebut,

suatu langkah yang diambil pemerintah mengeluarkan Perpu Jaringan Pengaman

Sektor Keuangan, membentuk gugus penanganan krisis keuangan yang terdiri dari 12

orang penyidik Polri dan 15 orang Jaksa Penuntut Umum yang spesialis di bidang

tindak pidana ekonomi khususnya pelanggaran di bidang pasar modal dan

perbankan.18

Fakta dalam kasus tersebut di atas, pada hakikatnya dilatarbelakangi oleh

adanya spekulasi atau penyesatan informasi dalam pasar modal di Indonesia yang

dikategorikan oleh UUPM sebagai tindakan perdagangan orang dalam. Perdagangan

orang dalam (insider trading) adalah perdagangan efek yang dilakukan mereka yang

tergolong “orang dalam” perusahaan (dalam artian luas), perdagangan mana yang

didasarkan karena adanya suatu “informasi orang dalam” (inside information) yang

penting dan belum terbuka untuk umum, dengan perdagangan mana, pihak

perdagangan insider tersebut mengharapkan akan mendapatkan keuntungan ekonomi

secara pribadi, langsug atau tidak atau yang merupakan keuntungan jalan pintas

(short swing profit). Dalam bahasa hukum, ini merupakan tindakan memperkaya diri

17

Ibid.

18

(25)

sendiri secara tidak sah, atau memiliki apa yang sebenarnya bukan merupakan

haknya.19

Berdasarkan pengertian insider trading tersebut di atas, maka secara yuridis,

ditemukan beberapa elemen dari suatu pranata hukum insider trading, yaitu sebagai

berikut:

1. Adanya perdangan efek;

2. Dilakukan orang dalam perusahaan;

3. Adanya inside information;

4. Inside Information tersebut belum terbuka untuk umum;

5. Perdagangan dimotivisir oleh adanya inside information tersebut;

6. Tujuannya untuk mendapat keuntungan yang tidak layak.

Disebutkan Bismar Nasution, bahwa insdier trading bertentangan dengan

prinsip keterbukaan, karena yang bersangkutan membeli atau menjual saham

berdasarkan informasi dari orang dalam yang sifatnya tidak terbuka ke publik.

Tindakan tersebut merugikan pihak lain yang tidak menrima informasi yang sama,

sehingga pihak lain tersebut tidak dapat mengambil keputusan untuk membeli atau

menjual saham yang dipegangnya.20

Orang dalam pasar modal belum tentu dapat dikatakan melakukan tindak

pidana dalam konteks insider trading. Karena insider trading itu tidak selamanya

19

M. Irsan Nasarudin., dan Indera Surya., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 162.

20

(26)

diasumsikan sebagai kejahatan. Sebagaimana orang dalam yang membeli saham

perusahaan kemudian menjualnya ketika harganya naik, merupakan suatu peristiwa

biasa. Akan tetapi yang membuatnya menjadi tidak biasa adalah apabila dalam

melakukan pembelian dan penjualan saham tersebut, orang dalam itu mendasarkan

perbuatannya kepada adanya informasi material tentang perusahaan yang belum

diinformasikan kepada publik, misalnya tentang rencana perusahaan untuk

melakukan merger, atau rencana akan mengakuisisi perusahaan lain yang akan

membuat nilai perusahaan itu akan menajdi naik. Apabila hal ini terjadi, maka bukan

saja perbuatan tersebut menjadi perbuatan yang tidak biasa, bahkan perbuatan itu

akan mengakibatkan orang dalam tersebut dapat dikenakan tuduhan melakukan

praktek insider trading.21

Perlu dipahami bahwa di dalam insider trading tersebut hanya dikenakan

terhadap pihak-pihak atau orang yang melakukan perdagangan efek atau sekuritas.

Jadi, meskipun pihak penjual atau pembeli tidak memperoleh informasi yang sama

tentang suatu barang atau jasa lain yang menjadi objek jual-beli, maka pihak-pihak

tersebut tidak dikenakan tuduhan melakukan insider trading. Oleh sebab itu, maka

harus ditentukan terlebih dahulu mengenai objek transaksi yang dilakukan itu adalah

efek atau sekuritas.22

21

Asril Sitompul, Zulkarnain Sitompul, dan Bismar Nasution, Insider Trading, Kejahatan Di

Pasar Modal, Op. cit., hal. 3-4.

22

(27)

Bentuk perdagangan orang dalam (insider trading) secara teknis diberikan

batasan oleh M. Irsan Nasarudin dan Indera Surya, yaitu:23

1. Pihak yang mengemban kepercayaan secara langsung maupun tidak langsung

dari emiten atau perusahaan oknum atau disebut juga sebagai pihak yang berada dalam fiduciary position; dan

2. Pihak yang menerima informasi orang dalam dari pihak pertama (fiduciary

position) atau dikenal dengan tippees.

Batasan senada juga disampaikan Herwan Parwiyanto, insider trading adalah

transaksi saham berdasarkan bocoran informasi rahasia dari pihak-pihak yang terkait

dengan emiten, konsultan perusahaan, atau regulator (insider information). Transaksi

seperti ini biasanya melibatkan orang-orang yang menurut aturan tidak boleh

melakukan transaksi dicontohkannya misalnya seorang direksi perusahaan yang

memperdagangkan saham perusahaan sendiri.24

Praktek insider trading merupakan salah satu praktek yang melanggar prinsip

keterbukaan dalam pasar modal. Selain itu, praktek tersebut juga merupakan praktek

perdagangan saham yang tidak adil (unfair trading) karena posisi inside trader yang

lebih baik (dalam kepemilikan informasi) dibandingkan dengan investor lain. Praktek

insider trading mungkin dapat dideteksi dengan cukup mudah. Hal tersebut dapat

dideteksi dari beberapa fakta-fakta yang ada ketika praktek tersebut terjadi,

diantaranya ada atau tidaknya orang dalam yang melakukan transaksi atas efek

perusahaan dimana yang bersangkutan menjadi orang dalam. Selain itu, dapat pula

dideteksi dari adanya peningkatan harga dan volume perdagangan efek sebelum

23

M. Irsan Nasarudin dan Indera Surya, Op. cit., hal. 163.

24

(28)

diumumkannya informasi material kepada publik dan terjadinya peningkatan atau

penurunan harga dan volume perdagangan yang tidak wajar. Namun, seperti halnya

bentuk kejahatan kerah putih (white collar crime) lainnya, insider trading amat sulit

untuk dibuktikkan karena pembuktian tindak kejahatan ini memerlukan standar

pembuktian yang tinggi. Seperti yang diungkapkan oleh Mulya Lubis dan Alexander

Lay, bahwa standar pembuktian praktek insider trading tidak mudah karena praktek

ini termasuk tindak pidana dalam pasar modal yang memerlukan standar pembuktian

beyond reasonable doubt. Standar pembuktian tersebut memungkinkan pelaku

insider trading dibebaskan oleh pengadilan karena pengadilan tidak mampu

membuktikan bahwa pelaku bersalah.25

Pembuktian praktek insider trading dapat dilakukan melalui investigasi para

pihak yang dideteksi telah melakukan praktik tersebut dan juga dari pemeriksaan

dokumen-dokumen tertulis, termasuk di dalamnya lembaran transaksi elektronik.

Dalam UUPM, ada aturan tentang perdagangan orang dalam atau insider trading

yaitu dalam Pasal 95 sampai Pasal 99 dan Pasal 104. Aturan ini melarang orang

dalam perusahaan berbadan hukum yang memiliki informasi orang dalam untuk

membeli atau menjual saham perusahaan atau perusahaan lain yang bertransaksi

dengan perusahaan tersebut. Orang dalam juga dilarang mempengaruhi pihak lain

untuk menjual atau membeli saham tersebut. Orang dalam dilarang membocorkan

informasi kepada pihak lain yang untuk menggunakannya untuk jual-beli saham

25

Mulya T. Lubis dan Alexander Lay, “Penegakan Hukum Pasar Modal dan Civil Penalty”,

(29)

tersebut. UUPM memberikan sanksi yang berat bagi pihak-pihak yang melakukan

insider trading.

Praktik insider trading merupakan pelanggaran ketentuan pelaksanaan prinsip

keterbukaan. Praktik insider trading terjadi apabila insider (orang dalam) melakukan

perdagangan dengan menggunakan informasi fakta materiel yang belum disampaikan

kepada publik (materiel non-public information). Artinya, dalam insider trading

tersebut insider mempunyai informasi yang mengandung fakta materiel yang dapat

mempengaruhi harga saham. Posisi insider yang lebih baik (informational

advantages) dibandingkan dengan investor lain dalam perdagangan saham dapat

menciptakan perdagangan saham yang tidak fair. Sebab praktek insider trading

tersebut menciptakan distorsi pada harga saham, oleh karena harga saham tersebut

bukan merupakan refleksi dari informasi pasar yang efisien.26

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana yang dipaparkan di atas, maka permasalahan yang diteliti dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah karakteristik perdagangan orang dalam (insider trading) dalam

pasar modal?

2. Bagaimanakah ketentuan larangan praktik insider trading dalam pasar modal?

3. Bagaimanakah pengawasan terhadap praktik insider trading dalam

perkembangan pasar modal Indonesia?

26

(30)

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui dan mendalami karakteristik perdagangan orang dalam

(insider trading) dalam pasar modal di Indonesia;

2. Untuk mengetahui dan mendalami ketentuan larangan praktik insider trading

dalam pasar modal; dan

3. Untuk mengetahui dan mendalami pengawasan terhadap praktik insider

trading dalam perkembangan pasar modal Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini, dapat memberikan sejumlah manfaat bagi semua

pihak. Manfaat tersebut, dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu secara teoritis

dan praktis sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis. Secara teoritis adalah sebagai bahan kajian penelitian bagi

peneliti lebih lanjut, bagi para akademisi, dan dapat menambah khasanah ilmu

hukum pasar modal khususnya mengenai insider trading.

2. Manfaat praktis. Secara praktis adalah sebagai masukan kepada kinerja

Komisaris, Direksi, Perantara, Pegawai, dan Masyarakat umum khususnya

investor di pasar modal dalam mengelola pasar modal agar mengedepankan

(31)

E. Keaslian Penelitian

Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang

sama dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan pemeriksaan terhadap tesis yang

sama dengan judul “Analisis Terhadap Larangan Praktek Insider Trading Di Pasar

Modal”. Dalam pemeriksaan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan di

Perpustakaan Program Studi Magister Ilmu Hukum USU, ditemukan:

1. Kriminalisasi Insider Trading Sebagai Kejahatan Pasar Modal, oleh Yasdan

Rivai;

2. Perlindungan Hukum Bagi Investor Terhadap Praktik Insider Trading Dalam

Perdagangan Saham Di Bursa Efek, oleh Syarief Oesman;

3. Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mencegah Kejahatan Insider

Trading di Pasar Modal, oleh Leo Chandra Jaya Bona Parte Tampubolon.

Bahwa judul dan masalah dalam penelitian ini tidak sama dengan

permasalahan yang telah diteliti sebelumnya. Sebab masalah yang diteliti di sini

adalah tentang karakteristik dikatakan insider, ketentuan larangan insider trading

berdasarkan teori penyalahgunaan, dan sistem pengawasan Badan Pengawas Pasar

Modal setelah dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan.

Dengan demikian, maka penelitian ini dapat dikatakan memiliki keaslian, dan

jauh dari unsur plagiat serta sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung

tinggi dalam dunia pendidikan yaitu kejujuran, rasional, objektif dan terbuka. Sesuai

dengan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah, maka penelitian ini

(32)

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional

1. Kerangka Teori

Lemahnya penerapan GCG merupakan faktor yang menentukan parahnya

krisis di Indonesia bahkan di Asia. Kelemahan tersebut antara lain terlihat dari

minimnya pelaporan kinerja keuangan dan kewajiban-kewajiban perusahaan,

kurangnya pengawasan atas aktivitas manajemen oleh Komisaris dan Auditor, serta

kurangnya insentif untuk mendorong terciptanya efisiensi di perusahaan melalui

mekanisme persaingan yang fair.27

Salah satu prinsip yang dianut dalam Good Corporate Governance (GCG) di

dalam mengelola perusahaan adalah prinsip keterbukaan.28 Persepsi investor

mengenai praktik GCG pada perusahaan-perusahaan Indonesia juga adalah paling

rendah.29

Menurut Bismar Nasution, prinsip GCG dimaksud adalah

prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik diantaranya: a

kuntabilitas (

27

Bismar Nasution, “Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Dalam Pengelolaan Perseroan Terbatas Bank”, Makalah yang Disampaikan pada Seminar Sehari “Tanggung Jawab Pengurus Bank dalam Penegakan dan Penanganan Penyimpanan di Bidang Perbankan Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas dan Undang-undang Perbankan,” diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan Perbankan, Surabaya, tanggal 21 Februari 2008, hal. 1.

accountability),

28

Sofyan A. Djalil, Good Corporate Governance, Makalah disampaikan pada “Lokakarya Pengelolaan Perusahaan,” kerjasama Program Pascasarjana Universitas Indonesia dan University of South Carolina, di Jakarta, tanggal 4 Mei 2000, hal. 3-4. Prinsip-prinsp GCG diantaranya: akuntabilitas

(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), keterbukaan (transparancy), kewajaran

(fairness), dan kemandirian (independency).

29

(33)

pertanggungjawaban (responsibility), keterbukaan (transparancy), kewajaran

(fairness), dan kemandirian (independency).30

Keterbukaan merupakan prinsip penting ditegaskan untuk mencegah

praktik-praktik perdagangan orang dalam (insider trading) sekaligus prinsip ini digunakan

untuk menganalisis larangan perdagangan orang dalam (insider trading) di Pasar

Modal. Selian itu untuk menentukan siapa-siapa saja yang dapat dikategorikan

sebagai orang dalam (insider) di Pasar Modal, digunakan tentang penyalahgunaan

Terlebih dahulu dijelaskan di sini adalah prinsip keterbukaan sebagaimana

dikutip berikut ini:

(misappropriation theory) dan teori ini akan dijelaskan pada bagian akhir dari

kerangka teori ini.

Keterbukaan informasi di dalam kegiatan Pasar Modal merupakan nafas Pasar Modal itu sendiri. Prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti di pasar modal dan sekaligus merupakan jiwa pasar modal itu sendiri. Keterbukaan tentang fakta materiel sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip keterbukaan yang memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi investor, sehingga ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham.31

Dalam prinsip ini, informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan

akurat. Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan keuangan, kinerja keuangan,

kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Audit yang dilakukan atas informasi

dilakukan secara independen. Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan

30

Bismar Nasution dalam Sofyan A. Djalil, Op. cit., hal. 3-4.

31

Richard A. Posner dan Kenneth E. Scott, Economic of Corporation Law and Securities

(34)

orang lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang saham dapat

ditingkatkan.

Keterbukaan sebagai jiwa Pasar Modal akan memberikan peluang bagi investor yang memungkinkan sehingga dengan pertimbangan bagi investor secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham. Keterbukaan dalam transaksi efek menyangkut seluruh informasi mengenai keadaan usahanya yang meliputi aspek keuangan, hukum, manajemen, dan harta kekayaan perusahaan yang akan melakukan emisi saham di bursa. Pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan dapat menyebabkan informasi yang diterima investor adalah menyesatkan, gambaran semu, sehingga dari informasi yang menyesatkan atau gambaran semu tersebut pihak investor menjadi rugi. Selama go public keterbukaan wajib terus berlangsung.32

Prinsip keterbukaan sangatlah menarik dibicarakan, isu yang sering muncul

adalah pertentangan dalam menjalankan prinsip ini. Semisal, adanya kekhawatiran

perusahaan bahwa jika perusahaan itu terlalu terbuka, maka strateginya dapat

diketahui pesaing sehingga membahayakan kelangsungan usahanya.33

Fokus sentral dari hukum pasar modal ini adalah prinsip keterbukaan, oleh karena perannya membuat investor atau pemegang saham dan pelaku-pelaku bursa mempunyai informasi yang cukup dan akurat dalam pengambilan keputusannya dalam berinvestasi di Pasar Modal. Sehingga dengan informasi ini dapat diantisipasi terjadinya perbuatan curang (fraudulent acts) atau pernyataan menyesatkan (misleading statement) atau penghilangan (omission) atau insider trading di pasar modal.

Bismar

Nasution, mengatakan:

34

Dalam mewujudkan keterbukaan, perusahaan harus menyediakan informasi

yang cukup, akurat, dan tepat waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan

32

Ibid., hal. 152.

33

http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/05/pengertian-keterbukaan.html, diakses tanggal 30 Oktober 2010.

34

(35)

dengan perusahaan tersebut. Setiap perusahaan, dapat mempublikasikan informasi

keuangan serta informasi lainnya yang material dan berdampak signifikan pada

kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Selain itu, para investor harus dapat

mengakses informasi penting perusahaan secara mudah pada saat diperlukan. Ada

banyak manfaat yang bisa dipetik dari penerapan prinsip ini. Salah satunya,

stakeholder dapat mengetahui risiko yang mungkin terjadi dalam melakukan transaksi

dengan perusahaan. Kemudian, karena adanya informasi kinerja perusahaan yang

diungkap secara akurat, tepat waktu, jelas, konsisten, dan dapat diperbandingkan,

maka dimungkinkan terjadinya efisiensi pasar. Selanjutnya, jika prinsip transparansi

dilaksanakan dengan baik dan tepat, akan dimungkinkan terhindarnya benturan

kepentingan (conflict of interest) berbagai pihak dalam manajemen.

Pemberlakuan prinsip keterbukaan akan melarang praktek-praktek terlarang

yang dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak lain. Praktek-praktek

terlarang itu misalnya kecurangan atau penipuan (fraud) yang dapat merugikan pihak

investor dalam mengambil keputusan membeli atau tidak atas efek-efek yang

ditawarkan.

Apabila pihak-pihak di dalam pasar modal menciderai prinsip keterbukaan,

maka dapat berakibat kepada pasar modal yang tidak efisien sehingga menghambat

(36)

negara, dapat diamati dari profil pasar modal suatu negara tersebut. Prinsip

keterbukaan merupakan jiwa dalam pasar modal itu sendiri.35

Prinsip keterbukaan bertujuan untuk menciptakan pasar modal yang likuid

dan efisien. Untuk mencapai tujuan pasar modal yang likuid dan efisien ini,

bergantung kepada lembaga-lembaga yang ada di dalam pasar modal untuk

memberikan kemampuan investasi dan kualitas pelayanan yang tinggi. Hal ini

dilakukan untuk menarik sumber daya domestik agar terlibat di dalam pasar modal

dan juga merupakan tuntutan dari para investor internasional.

36

Tujuan lain dari prinsip keterbukaan untuk menciptakan efisiensi dalam

transaksi efek di mana para investor dalam perdagangan efek dapat melakukan

perdagangan secara transparan, adil, dan bijaksana.

37

35

William H. Beaver dalam Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op. cit., hal. 1.

Tanpa kewajiban keterbukaan

ini mustahil tercipta pasar efisien, bahkan sebaliknya bisa terjadi kemungkinan

investor yang tidak memperoleh informasi karena tidak meratanya informasi kepada

investor yang disebabkan ada informasi yang tidak di-disclose atau terdapat suatu

informasi yang belum tersedia untuk publik, tetapi telah disampaikan kepada

orang-orang tertentu.

36

Bapepam, Cetak Biru Pasar Modal di Indonesia 2000-2004, (Jakarta: Bapepam, 1999), hal. 17.

37

(37)

Suatu teori yang memandang pembenaran dari prinsip keterbukaan ini

difokuskan berbagai alasan sebagaimana yang disebutkan oleh John C. Coffee,

adalah:38

a. Karena informasi memiliki berbagai karakteristik dari suatu barang umum; b. Ketidakefisienan yang lebih besar akan terjadi tanpa sistem keterbukaan;

c. Karena munculnya teori self induced disclosure yang terlalu banyak

memandang bahwa kepentingan manajer dan pemegang saham dapat diluruskan secara sempurna; dan

d. Karena dalam pasar modal yang efisien, masih ada informasi lain yang

dibutuhkan oleh investor rasional untuk mengoptimalkan portofolio sahamnya. Informasi demikian sangat baik diberikan melalui sistem keterbukaan secara wajib.

Prinsip keterbukaan disebut dalam istilah lain adalah prinsip transparansi.

Prinsip ini penting untuk mencegah penipuan (fraud) atau KKN. Sangat baik untuk

dipahami sebagaimana yang pernah diungkapkan Barry A.K Rider, bahwa “Sun light

is the best disinfectant and electric light the policeman.” Dalam pasar keuangan

pendapat tersebut tidak perlu lagi dibuktikan, tetapi lebih banyak tergantung kepada

informasi apa yang harus diungkapkan dan kepada siapa informasi itu disampaikan.

Fungsi prinsip keterbukaan untuk mencegah penipuan tersebut adalah pendapat yang

paling tua. Dengan demikian prinsip keterbukaan menjadi isu utama yang harus

dikaji. Prinsip keterbukaan sekarang ini bukan merupakan hal baru, tetapi sudah

merupakan sejarah yang panjang dalam kegiatan perusahaan atau dunia pasar

modal.39

38

John C. Coffee dalam Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op. cit., hal. 24-25.

39

(38)

Pelaksanaan prinsip keterbukaan merupakan perintah undang-undang, apabila

diperhatikan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UU No.8 Tahun 1995 tentang

Pasar Modal, pengaturannya tersebar pada pasal-pasalnya. Kepatuhan melaksanakan

prinsip keterbukaan merupakan kunci utama dalam menciptakan Pasar Modal yang

adil dan efisien. Pengertian prinsip keterbukaan ditemukan dalam Pasal 1 angka (25)

UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, menentukan:

Prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang tunduk pada Undang-undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh Informasi Material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau harga dari Efek tersebut.

Setiap pihak yang melakukan penawaran tender untuk membeli efek emiten

atau perusahaan publik wajib mengikuti ketentuan mengenai keterbukaan, kewajaran,

dan pelaporan yang ditetapkan oleh Bapepam. Emiten atau perusahaan publik yang

melakukan penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan perusahaan lain wajib

mengikuti ketentuan mengenai keterbukaan. Pengaturan norma mengenai prinsip

keterbukaan menghendaki kagiatan di Pasar Modal harus transparan dan terbuka

ketika saat pendaftaran di bursa dan pada saat diinformasikan ke publik.

Prinsip keterbukaan menjadi persoalan yang sangat penting dalam pasar

modal dan sekaligus merupakan jiwa pasar modal itu sendiri. Pengertian tentang

prinsip keterbukaan ditemukan dalam Pasal 1 Angka (25) UUPM. Keterbukaan

tentang fakta materil sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip

(39)

sehingga ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian

atau penjualan saham.40

Keterbukaan dalam transaksi efek adalah seluruh informasi mengenai keadaan

usahanya yang meliputi aspek keuangan, hukum, manajemen, dan harta kekayaan

perusahaan yang akan melakukan emisi saham menyebabkan calon investor dapat

memahami dan memutuskan kebijakan untuk investasinya. Maka, keterbukaan wajib

terus berlangsung selama perusahaan go public. Prinsip keterbukaan dilaksanakan

melalui penyampaian laporan mengenai fakta materil yang baru, larangan insider

trading dan larangan manipulasi pasar.41 Tujuan dari prinsip keterbukaan tersebut

adalah untuk terciptanya efisiensi dalam transaksi efek. Perdagangan yang efisien

adalah perdagangan efek dimana para pihak yang berkepentingan dengan

perdagangan efek tersebut dapat melakukan perdagangan dengan mudah, cepat dan

dengan biaya yang relatif murah, termasuk di dalamnya adanya penyelesaian

transaksi yang cepat dan murah.42

Dalam perspektif UUPM diatur beberapa cara agar persyaratan full disclosure

dapat diterapkan, yaitu kealpaan, kesalahan atau ketidakcukupan full disclosure dapat

dijatuhkan sanksi kriminal bagi emiten, underwriter, direksi, komisaris, pemegang

saham utama, akuntan atau konsultan hukum yang terlibat dalam penawaran umum.43

40

Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op. cit, hal 1.

41

Ibid., hal. 152.

42

Najib A. Gysmar, Insider Trading Dalam Transaksi Efek, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), hal. 2.

43

(40)

Peraturan prinsip keterbukaan di pasar modal Indonesia telah memuat

ketentuan-ketentuan larangan perbuatan yang menyesatkan, baik dalam prospektus

maupun dalam pengumuman di media massa yang berhubungan dengan penawaran

umum. Di samping itu, ketentuan larangan perbuatan menyesatkan telah sanksi

berupa ancaman penjara dan denda (Pasal 104 UUPM). Ketentuan larangan perbuatan

yang menyesatkan terdapat dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, dan Pasal 93 UUPM.

Pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan dapat menyebabkan informasi yang

diterima investor adalah menyesatkan, informasi yang diterimnya itu selanjutnya

direfleksikan dalam bentuk pergerakan saham ataupun rekomendasi-rekomendasi

yang dikeluarkan oleh pialang kepada nasabahnya menjadi gambaran semu, sehingga

informasi yang menyesatkan suatu keputusan investasi yang berlangsung pada saat

pasar sekunder.

Prinsip keterbukaan mulai diterapkan dalam mekanisme pasar modal yakni

pada saat perusahaan memasuki tahap pra pencatatan pernyataan pendaftaran.

Pernyataan pendaftaran yang wajib diserahkan kepada Bapepam terdiri dari

prospektus awal (preliminary prospectus) dan dokumen-dokumen pendukung.44

44

John Downes dan Jordan Elliot Goodman, Dictionary of Finance and Investment Term, Penerjemah Soesanto Budhidarmo, (Jakarta: PT. Gramedia, 1996), hal. 438.

Keterbukaan berlaku sejak emiten atau perusahaan publik tersebut didaftarkan

(listing) di bursa, maka sejak itu emiten tersebut wajib melaporkan dan membuka ke

(41)

Dalam UUPM ditentukan bahwa setelah perusahaan listing di pasar modal,

maka perusahaan wajib melaporkan peristiwa fakta materil, peraturan standar

akuntansi,45 keterbukaan kondisi keuangan emiten,46 keterbukaan mengenai merger,47

keterbukaan mengenai tender offer,48

Menurut Bismar Nasution, keterbukaan informasi yang harus segera

diumumkan kepada publik adalah sebagai berikut:

yang menyangkut rumor dan larangan insider

trading.

49

a. Prospektus setiap perusahaan publik atau emiten yang pendaftarannya telah

dinyatakan efektif, harus menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kerja kedua setelah keputusan atau terjadinya suatu peristiwa, informasi atau fakta materil yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal;

b. Informasi atau fakta materil yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga

efek atau keputusan investasi pemodal, antara lain hal-hal sebagai berikut:

1. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau

pembentukan usaha patungan;

2. Pemecahan saham atau pembagian deviden saham;

3. Pendapatan dari deviden yang laur biasa sifatnya; 4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting; 5. Produk atau penemuan baru yang berarti;

6. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen;

7. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat

utang;

8. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat secara terbatas yang material jumlahnya;

9. Pembelian atau kerugian penjualan aktiva yang material; 10.Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting;

(42)

12.Pengajuan tawaran.

Pelanggaran ketentuan pelaksanaan prinsip keterbukaan dapat juga dipahami

dari praktek insider trading atau perdagangan orang dalam. Artinya dalam insider

trading tersebut, insider (orang dalam) mempunyai informasi yang mengandung fakta

materil yang dapat mempengaruhi harga saham.50

Orang dalam atau insider dalam pasar modal sebagaimana disebutkan dalam

Pasal 95 UUPM, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan orang dalam adalah:

Perbuatan insider trading

merupakan sebagai perbuatan yang curang karena orang dalam tersebut dianggap

melanggar prinsip keterbukaan atau prinsip kepercayaan atau fiduciary duty atas para

pemegang saham. Oleh karena itu, maka insider trading dikatakan sebagai kejahatan

yang sangat sulit dibuktikan.

a. Komisaris, Direktur, atau Pegawai, Emiten atau perusahaan publik;

b. Pemegang saham utama;

c. Orang perorangan yang karena kedudukannya atau profesinya atau karena

hubungan usahanya dengan emiten memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi dari orang dalam;

d. Pihak yang dalam waktu enam bulan terakhir tidak lagi menjadi pihak

sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c tersebut.

Disebutkan pula bahwa orang dalam yang mempunyai informasi orang dalam

pasar modal dilarang:51

a. Melakukan penjualan atau pembelian atas efek emiten dimaksud, efek

perusahaan lainnya yang melakukan transaksi dengan emiten yang bersangkutan;

b. Mempengaruhi pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan atas

efek dimaksud; dan

50

Bismar Nasution, Diktat Hukum Pasar Modal, Good Corporate Governance, Perlindungan

Lingkungan Hidup dan Insider Trading, (Medan: USU, 2005), hal. 47.

51

(43)

c. Memberi informasi orang dalam kepada pihak maupun yang patut diduga dapat menggunakan informasi dimaksud untuk melakukan pembelian atau penjualan atas efek.

Dalam Pasal 97 UUPM, juga diatur tentang ketentuan-ketentuan siapa saja

yang dikenakan larangan yang sama dengan larangan bagi insider. Ketentuan tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Setiap pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang dalam secara

melawan hukum dan kemudian memperolehnya dikenakan larangan yang sama dengan larangan yang berlaku bagi orang dalam sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96;

b. Setiap pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang dalam dan

kemudian memperolehnya tanpa melawan hukum tidak dikenakan larangan yang berlaku bagi orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96 UUPM sepanjang informasi tersebut disediakan oleh emiten atau perusahaan publik tanpa pembatasan.

Demikian pula halnya dengan perusahaan efek yang memiliki informasi orang

dalam mengenai emiten dilarang melakukan transaksi efek emiten atau perusahaan

publik tersebut kecuali:52

a. Transaksi tersebut dilakukan bukan atas tanggungannya sendiri, tetapi atas

perintah nasabahnya;

b. Perusahaan efek tersebut tidak memberikan rekomendasi pada nasabahnya

mengenai efek yang bersangkutan.

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, sebenarnya tujuan utama dari insider

trading itu adalah untuk memperoleh keuntungan melalui pemanfaatan informasi

yang belum terpublikasi kepada publik, sehingga pelaku-pelaku dapat dikenakan

sanksi berupa ganti rugi. Dengan pemberian informasi berdasarkan prinsip

52

(44)

keterbukaan itu, maka dapat diantisipasi terjadinya kemungkinan investor atau para

pemangku kepentingan atau stakeholders dalam pasar modal, dapat memperoleh

informasi atau fakta materiel yang sesuai dengan sebenarnya. Informasi tersebut

sangat penting karena berisi fakta materiel.

Informasi dimaksud dalam pasar modal adalah keterangan, pernyataan,

gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta

maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam

berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi secara elektronik ataupun non elektronik.53

Sedangkan informasi perusahaan adalah segala data, fakta ataupun peristiwa

yang telah, akan atau dapat terjadi di dalam atau berkaitan dengan perusahaan, baik

informasi menyangkut efek yang diterbitkan perusahaan ataupun tidak berkaitan

dengan efek perusahaan tersebut. Bentuk-bentuk informasi perusahaan adalah:

54

a. Informasi publik;

b. Informasi non publik;

c. Informasi yang jelas; dan

d. Informasi materil yang sensitif.

Dalam pasar modal, informasi yang wajib diungkapkan (disclose) adalah

informasi atau fakta materil yang dapat mempengaruhi keputusan investor dalam

perdagangan saham perusahaan. Informasi atau fakta materil merupakan informasi

53

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

54

(45)

yang relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat mempengaruhi

harga efek pada pasar modal atas keputusan pemodal, calon pemodal, dan pihak lain

yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.55

Selain prinsip keterbukaan sebagaimana dijelaskan di atas, selanjutnya

dijelaskan pandangan tentang teori penyalahgunaan (misappropriation theory). Teori

ini digunakan untuk menentukan siapa-siapa saja yang dapat dikategorikan sebagai

insider. Penjelasan teori ini sehubungan dengan ketentuan dalam UU No.8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal belum menganut teori penyalahgunaan (misaproprition

theory) dalam menentukan orang dalam (insider) tetapi masih menganut teori

hubungan kepercayaan (fiduciary duty theory).56

Menurut teori penyelahgunaan masyarakat luas juga dapat dikategorikan

sebagai insider sekalipun seseorang hanya berprofesi sebagai guru, dokter, petani,

nelayan, dan lain-lain tanpa terkecuali. Teori penyelahgunaan (misappropriation

theory) memandang, setiap orang yang menggunakan inside information atau

informasi yang belum tersedia untuk publik melakukan perdagangan saham atas

informasi tersebut dikategorikan sebagai insider. Walaupun orang yang melakukan

perdagangan itu tidak mempunyai fiduciary duty dengan perusahaan.

57

Apabila diterapkan miasppropriation theory dalam UU No.8 Tahun 1995

tentang Pasar Modal akan membuat konsep insider menjadi sangat komprehensif

dengan mengatur dalam undang-undang tersebut berlaku untuk setiap orang yang

55

Ibid.

56

Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam....Op. cit., hal. 255.

57

Referensi

Dokumen terkait

Makadari itu penulis akan menganalisis kasus Perang Rusia-Georgia pada tahun 2008 melalui level analisis (LoA) media dan opini publik terkait dengan kebijakan Rusia melakukan

Peta analog adalah peta dalam bentuk cetakan. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, sehingga sudah mempunyai referensi spasial seperti koordinat, skala, arah

Apabila pengendalian persediaan perusahaan diketahui belum ekonomis, maka dari data yang ada penulis akan menerapkan model pengendalian persediaan bahan baku yang sesuai dengan

Vallе (2006) mеnambahkan bahwa yang mеnjadi faktor pеnеntu loyalitas wisatawan pada suatu dеstinasi yaitu int е ntion in r е visit th е d е stination, dimana hal ini

Komoditi Padi sawah merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang memiliki kontrubisi yang cukup besar dalam menunjang perekonomian daerah, Sebagai komoditas

yang mengatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, Karena dengan. merasakan kepuasan karyawan akan merasa senang dan lebih mencintai

Arizal Aswan, M.T., selaku Ketua Program Studi S1 Terapan Teknik Energi Politeknik Negeri Sriwijaya dan Pembimbing 1 yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir1. Zurohaina,

[r]