• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Investor Dalam Transaksi Saham Tanpa Warkat (Scriptless Trading) di Pasar Modal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Investor Dalam Transaksi Saham Tanpa Warkat (Scriptless Trading) di Pasar Modal"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

HENDRY

117011091/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

HENDRY

117011091/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Nomor Pokok : 117011091

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH)

Pembimbing Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH

Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN

2. Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum

3. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum

(5)

Nama : HENDRY

Nim : 117011091

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR DALAM TRANSAKSI SAHAM TANPA WARKAT (SCRIPTLESS TRADING)DI PASAR MODAL

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama :HENDRY

(6)

warkat dilakukan secara komputerisasi. Sistem ini tidak hanya menyangkut tentang perdagangan saja tetapi juga menyangkut dengan penyelesaian dari perdagangan tersebut. Pada sistem ini saham sudah dirubah menjadi data elektronik yang tersimpan di komputer. Scriptless trading atau perdagangan tanpa warkat adalah sistem perdagangan yang memiliki mekanisme penyelesaian dan penyimpanan saham secara elektronik. Permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan scriptless trading adalah terkait bagaimana pelaksanaan transaksi saham tanpa warkat (scriptless trading) di Bursa Efek Indonesia, bagaimana keabsahan transaksi saham tanpa warkat (scriptless trading) di Pasar Modal Indonesia dan bagaimana perlindungan hukum terhadap investor dalamscriptless tradingdi Pasar Modal Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yakni suatu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder seperti peraturan perundang-undangan, teori hukum dan pendapat para sarjana hukum terkemuka.

Pelaksanaan Transaksi Efek Tanpa Warkat (Scriptless trading) di Bursa Efek Indonesia menggunakan teknologi modern dimana transaksi bisa dilakukan dengan cepat dan tepat waktu dimana pembeli dan penjual tidak perlu bertatap muka secara langsung. Transaksi Efek Tanpa Warkat (Scriptless trading) tidak lagi menggunakan sertifikat saham fisik sebagai bukti kepemilikan saham, tetapi hanya menggunakan surat konfirmasi tertulis yang dikeluarkan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Transaksi Efek Tanpa Warkat (Scriptless trading) di Pasar Modal Indonesia adalah sah karena Undang Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mengakomodir peralihan hak atas efek secara elektronik yaitu melalui book entry settlement yang menjadi cara dalam peralihan hak dalam scriptless trading. Walaupun cara penyerahan dalam scriptless trading kontradiktif dengan ketentuan KUH Perdata namun scriptless trading diatur di dalam peraturan tersendiri yang khusus mengatur tentang itu sehingga menyampingkan ketentuan KUH Perdata (lex specialis derogate lex generalis). Perlindungan hukum terhadap investor dalam scriptless trading di pasar modal adalah dilakukan melalui pelaksanaan prinsip keterbukaan. Dengan adanya Prinsip keterbukaan dapat menghindarkan atau minimal kejadian yang dapat menimbulkan akibat buruk dan kerugian materi bagi investor publik, sebab pelaksanaan atas kewajiban keterbukaan membuat para investor dapat memperoleh akses informasi yang benar dan tepat waktu. Penyelesaian perselisihan di pasar modal juga berfungsi melindungi investor karena apabila ada investor yang merasa dirugikan dapat menempuh jalur penyelesaian secara hukum.

(7)

computerization. This system not only deals with trade but also with the resolution of the trade itself. In this system, the stocks are changed to electronic data which are saved in computer. Scriptless trading or trade without documents is a trade system which has the mechanism of resolution and storage of stocks electronically. The problems which arise in the implementation of using scriptless trading in the Indonesia Stock Exchange is how about the validity of the transaction of stocks without any documents (scriptless trading) in the Indonesia Stock Exchange and how about the legal protection for investors in scriptless trading in the Indonesian Capital Market.

The research used judicial normative approach which analyzed literature materials or secondary data such as legal provisions, legal theories, and the opinions of renowned legal experts.

The implementation of Effect Transaction without documents (scriptless trading) in the Indonesia Stock Exchange uses modern technology in which the transaction can be done fast and punctual without having face to face meeting between the buyers and the sellers. Effect transaction without documents (scriptless trading) does not use stock certificates physically as a proof of stock ownership but only uses written confirmation letter issued by the Indonesian Effect Central Custodian (KSEI). The Effect transaction without documents (scriptless trading) in the Indonesian Capital Market is valid since Law No. 8/1995 on Capital Market accommodates the right transfer on effect electronically through book entry settlement which becomes the method of right transfer in scriptless trading. Although the transfer in scriptless trading is contradictive to the stipulation in the Civil Code, it is stipulated in a specific regulation in this matter so that it ignores the stipulation in the Civil Code (lex specialis derogate lex generalis). Legal protection for investors in scriptless trading in the capital market is by carrying out the principle of transparency. This principle can avoid or minimize the accident which causes bad effect and material losses for public investors because the implementation of the obligation for transparency can make investors get correct and punctual information access. The resolution of dispute in the capital market is also functioned to protect investors who feel harmed; they can settle the dispute legally.

(8)

dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penelitian tesis dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Investor Dalam Transaksi Saham Tanpa Warkat (Scriptless Trading) di Pasar Modal”.

Penyusunan tesis ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Strata 2 (dua) Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, arahan, masukan, bantuan dan dorongan semangat dari berbagai pihak, tesis ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orangtua dan serta seluruh anggota keluarga yang sangat disayangi dan dihormati yang senantiasa mengasihi, membimbing, memperhatikan dan menyediakan segala sesuatu yang diperlukan dalam sampai saat ini.

2. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., selaku Ketua Komisi Pembimbing, di tengah aktivitas yang padat, beliau berkenan membimbing dan mengarahkan penulis hingga tesis ini selesai.

(9)

Pembimbing, yang telah berkenan meluangkan waktu membantu dan memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun dan menyelesaikan tesis ini.

8. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H. CN., M.Hum dan Bapak Dr. Syahril Sofyan, S.H., MKn, selaku dosen penguji tesis ini, yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan tesis ini hingga selesai.

9. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen pengajar serta para staf pada Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran dan bantuan selama saya menuntut ilmu di Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 10. Seluruh mahasiswa seangkatan Program Studi Magister Kenotariatan pada

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan semangat dan dukungannya dalam usaha menyelesaikan tesis ini.

Akhir kata, penulis berharap bahwa tulisan ini akan bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Agustus 2013 Penulis

(10)

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat dan tanggal lahir : Medan, 9 Agustus 1988

Status : Belum menikah

Alamat : Jalan Gatot Subroto km 8,5 No. 335 Medan

Telepon : 081361671122

Kewarganegaraan : WNI

Agama : Buddha

II. PENDIDIKAN

SD Methodist 6 Medan Tahun 1994-2000

SLTP Methodist 6 Medan Tahun 2000-2003

SMU Methodist 2 Medan Tahun 2003-2006

S1 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan Tahun 2006-2009

S2 Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara Medan Tahun 2011-2013

III. PENGALAM BEKERJA

PT Toba Pulp Lestari Tbk sebagai Senior Supervisor of Corporate Legal 6 September

(11)

vi

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR SINGKATAN ... viii

DAFTAR ISTILAH ASING... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Keaslian Penelitian ... 15

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsi... 18

1. Kerangka Teori... 18

2. Landasan Konsepsi... 25

G. Metode Penelitian ... 28

BAB II PELAKSANAAN TRANSAKSI SAHAM TANPA WARKAT (SCRIPTLESS TRADING) DI BURSA EFEK INDONESIA .... 36

A. Latar Belakang dan Dasar HukumScriptless Trading... 36

B. Pengertian dan TujuanScriptless Trading ... 39

C. Pihak-Pihak dan Peranannya DalamScriptless Trading... 47

(12)

vii

C. KeabsahanScriptless Trading... 92

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR DALAM SCRIPTLESS TRADING DI PASAR MODAL INDONESIA ... 104

A. Perlindungan Hukum Investor di Pasar Modal Indonesia ... 104

B. Perlindungan Hukum Terhadap Investor Dalam Scriptless Trading ... 119

C. Peranan OJK Dalam Perlindungan Investor di Pasar Modal Indonesia ... 130

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 138

A. Kesimpulan ... 138

B. Saran ... 139

(13)

BAPEPAM-LK : Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan BAPMI : Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia

BK : Bank Kustodian

C-BEST : Central Depository and Book Entry Settlement E-CLEAR : Electronic Clearing and Guarantee System IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan

JATS : Jakarta Automated Trading System KDEI : Kustodian Deposit Efek Indonesia KSEI : Kustodian Sentral Efek Indonesia KPEI : Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia LKP : Lembaga Kliring dan Penjaminan

LPP : Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian OJK : Otoritas Jasa Keuangan

PT : Perseroan Terbatas

RUPS : Rapat Umum Pemegang Saham

(14)

rekening Efek yang satu dan menambahkan Efek dimaksud pada rekening Efek yang lain pada Kustodian, yang dalam hal ini dapat dilakukan secara elektronik

Broker : Perantara perdagangan efek atau sering disebut pialang

Cash and Carry : Prinsip pembayaran dan penyerahan seketika

Central Depository and Book Entry Settlement

: Sistem yang terdapat di Kustodian Sentral Efek

Indonesia untuk melakukan penyimpanan efek dan penyelesaian pembukuan

Corporate Action : Kegiatan korporasi seperti pengeluaran saham bonus, pengeluaran dividen saham, penawaran umum terbatas, penawaran umum kedua, konversi obligasi menjadi saham, penerbitan instrumen efek lainnya

Electronic Clearing and Guarantee System

: Sistem yang terdapat di Kliring Penjaminan Efek Indonesia dalam melakukan sistem kliring dan penjaminan secara elektronik

Face to Face : Tatap muka secara langsung

Initial Public Offering : Penawaran umum perdana

Jakarta Automated Trading System

: Sistem yang terdapat di Bursa Efek Indonesia

untuk melaksanakan transaksi perdagangan efek secara elektronik dan tanpa warkat

Online Trading System : Sistem perdagangan yang dilakukan secara komputerisasi

Real Time : Seketika pada saat itu juga

Scriptless Share : Efek tanpa warkat

Scriptless Trading : Sistem perdagangan yang memiliki mekanisme penyelesaian dan penyimpanan saham secara elektronik

Self Regulatory Organization : Organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat peraturan tersendiri yang berhubungan dengan aktivitas usahanya. SRO di pasar modal

terdiri atas Bursa Efek Indonesia, Kliring

Penjaminan EFek Indonesia, Kustodian Sentral Efek Indonesia

(15)

warkat dilakukan secara komputerisasi. Sistem ini tidak hanya menyangkut tentang perdagangan saja tetapi juga menyangkut dengan penyelesaian dari perdagangan tersebut. Pada sistem ini saham sudah dirubah menjadi data elektronik yang tersimpan di komputer. Scriptless trading atau perdagangan tanpa warkat adalah sistem perdagangan yang memiliki mekanisme penyelesaian dan penyimpanan saham secara elektronik. Permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan scriptless trading adalah terkait bagaimana pelaksanaan transaksi saham tanpa warkat (scriptless trading) di Bursa Efek Indonesia, bagaimana keabsahan transaksi saham tanpa warkat (scriptless trading) di Pasar Modal Indonesia dan bagaimana perlindungan hukum terhadap investor dalamscriptless tradingdi Pasar Modal Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yakni suatu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder seperti peraturan perundang-undangan, teori hukum dan pendapat para sarjana hukum terkemuka.

Pelaksanaan Transaksi Efek Tanpa Warkat (Scriptless trading) di Bursa Efek Indonesia menggunakan teknologi modern dimana transaksi bisa dilakukan dengan cepat dan tepat waktu dimana pembeli dan penjual tidak perlu bertatap muka secara langsung. Transaksi Efek Tanpa Warkat (Scriptless trading) tidak lagi menggunakan sertifikat saham fisik sebagai bukti kepemilikan saham, tetapi hanya menggunakan surat konfirmasi tertulis yang dikeluarkan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Transaksi Efek Tanpa Warkat (Scriptless trading) di Pasar Modal Indonesia adalah sah karena Undang Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mengakomodir peralihan hak atas efek secara elektronik yaitu melalui book entry settlement yang menjadi cara dalam peralihan hak dalam scriptless trading. Walaupun cara penyerahan dalam scriptless trading kontradiktif dengan ketentuan KUH Perdata namun scriptless trading diatur di dalam peraturan tersendiri yang khusus mengatur tentang itu sehingga menyampingkan ketentuan KUH Perdata (lex specialis derogate lex generalis). Perlindungan hukum terhadap investor dalam scriptless trading di pasar modal adalah dilakukan melalui pelaksanaan prinsip keterbukaan. Dengan adanya Prinsip keterbukaan dapat menghindarkan atau minimal kejadian yang dapat menimbulkan akibat buruk dan kerugian materi bagi investor publik, sebab pelaksanaan atas kewajiban keterbukaan membuat para investor dapat memperoleh akses informasi yang benar dan tepat waktu. Penyelesaian perselisihan di pasar modal juga berfungsi melindungi investor karena apabila ada investor yang merasa dirugikan dapat menempuh jalur penyelesaian secara hukum.

(16)

computerization. This system not only deals with trade but also with the resolution of the trade itself. In this system, the stocks are changed to electronic data which are saved in computer. Scriptless trading or trade without documents is a trade system which has the mechanism of resolution and storage of stocks electronically. The problems which arise in the implementation of using scriptless trading in the Indonesia Stock Exchange is how about the validity of the transaction of stocks without any documents (scriptless trading) in the Indonesia Stock Exchange and how about the legal protection for investors in scriptless trading in the Indonesian Capital Market.

The research used judicial normative approach which analyzed literature materials or secondary data such as legal provisions, legal theories, and the opinions of renowned legal experts.

The implementation of Effect Transaction without documents (scriptless trading) in the Indonesia Stock Exchange uses modern technology in which the transaction can be done fast and punctual without having face to face meeting between the buyers and the sellers. Effect transaction without documents (scriptless trading) does not use stock certificates physically as a proof of stock ownership but only uses written confirmation letter issued by the Indonesian Effect Central Custodian (KSEI). The Effect transaction without documents (scriptless trading) in the Indonesian Capital Market is valid since Law No. 8/1995 on Capital Market accommodates the right transfer on effect electronically through book entry settlement which becomes the method of right transfer in scriptless trading. Although the transfer in scriptless trading is contradictive to the stipulation in the Civil Code, it is stipulated in a specific regulation in this matter so that it ignores the stipulation in the Civil Code (lex specialis derogate lex generalis). Legal protection for investors in scriptless trading in the capital market is by carrying out the principle of transparency. This principle can avoid or minimize the accident which causes bad effect and material losses for public investors because the implementation of the obligation for transparency can make investors get correct and punctual information access. The resolution of dispute in the capital market is also functioned to protect investors who feel harmed; they can settle the dispute legally.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Modal yang dimiliki oleh perusahaan biasanya akan digunakan untuk

membiayai kelangsungan perusahaan itu sendiri, misalnya dengan melakukan

pembelian aktiva tetap, membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk menjalankan

proses produksi dan untuk ekspansi usaha. Modal tersebut dapat juga

digunakan/dimanfaatkan sebagai piutang dagang atau persediaan kas dan sebagainya,

yang pada dasarnya ditujukan untuk pengembangan kegiatan usaha dari perusahaan

tersebut.1

Pemenuhan permodalan perusahaan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu

pemenuhan modal dari intern atau dari dalam perusahaan dan pemenuhan modal dari

ekstern atau di luar perusahaan. Pemenuhan modal dari intern diperoleh atau

dihasilkan sendiri oleh perusahaan, misalnya dana atau modal yang berasal dari

keuntungan yang tidak dibagikan atau keuntungan yang ditahan oleh perusahaan

(retained earnings). Sedangkan dana atau modal yang diperoleh dari ekstern dapat

diperoleh dari misalnya tambahan penyertaan modal pemilik perusahaan, atau melalui

pinjaman kepada pihak ketiga atau melalui kredit bank, dan dapat pula diperoleh

melalui mekanisme Pasar Modal.2

1Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (Yogyakarta :

BPFEYogyakarta, 2001), hal 3.

(18)

Pada tahap awal, perusahaan dalam menjalankan usaha, biasanya permodalan

diperoleh dari modal sendiri baik secara perorangan atau keluarga.3 Berkembangnya

perusahaan dengan sendirinya kebutuhan akan modal juga semakin besar untuk

mempertahankan dan lebih mengembangkan perusahaan tersebut. Keadaan ini

tentunya membutuhkan dana atau modal yang lebih besar dan biasanya tidak akan

cukup jika hanya mengandalkan modal sendiri. Terhadap pemenuhan kebutuhan

modal tersebut perusahaan dapat memakai beberapa cara diantaranya melalui

pinjaman dengan resiko bunga yang cukup tinggi atau melalui penawaran saham

dengan resiko yang rendah dan biaya yang relatif murah.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sumantoro yang mengatakan “ dalam

hal dana dari modal sendiri tidak cukup maka salah satu cara yang dapat ditempuh

kemudian adalah dengan jalan menawarkan saham di pasar modal”.4

Sebagaimana yang umum diketahui, sebuah perusahaan biasanya berbentuk

Perseoran Terbatas (PT), yang dengan sendirinya kepemilikannya dibagi dalam

sero-sero/saham-saham. Dengan kata lain, saham/sero merupakan bukti tanda kepemilikan

atas sebuah perusahaan. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1

angka 1 Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Tebatas yang

berbunyi “Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan adalah, badan

hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,

melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar, yang seluruhnya terbagi dalam saham

3Sumantoro,Aspek-Aspek Hukum dan Potensi Pasar Modal Di Indonesia(Jakarta : Ghalia

Indonesia, 1988), hal 25.

(19)

dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Undang-Undang ini serta peraturan

pelaksanaannya.5

Saham pada dasarnya merupakan instrumen penyertaan modal seseorang atau

lembaga dalam sebuah perusahaan.6 Ketentuan tersebut sesuai dengan aturan yang

terdapat dalam Pasal 31 ayat (1) Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Tebatas berbunyi “modal dasar perusahaan terdiri atas seluruh nilai

nominal saham”.7

Ketika saham ditawarkan melalui pasar modal, maka saham dengan

sendirinya menjadi bagian dari efek. Menurut Undang-Undang No 8 Tahun 1995

tentang Pasar Modal, pengertian Efek adalah Surat Berharga, yaitu surat pengakuan

utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan

kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.8

Efek yang ditawarkan pada perdagangan efek di pasar modal menjadi suatu

mata rantai penting, karena tidak semua orang bermaksud memegang efek tersebut

selamanya. Investor yang memegang efek pada saat ini mungkin mempunyai

kebutuhkan esok hari, dan karena tidak ada sumber dana lain untuk mencukupi

kebutuhan tersebut, maka efek yang dipegangnya menjadi alternative untuk

mendapatkan dana guna memenuhi kebutuhan tersebut. Di lain pihak, investor yang

mempunyai efek sedang tidak mebutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhannya,

5Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

6 M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia (Jakarta :

Prenada, 2006), hal 188.

7

Pasal 31 ayat (1) Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Tebatas

8M. Fakhrudin, Sopian Hadianto, Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal

(20)

tetapi karena merasa harga efek tersebut tidak akan naik lagi, maka investor tersebut

dapat memutuskan untuk menjual efeknya sehingga dapat mencari efek lain, atau

sarana investasi lain yang dianggapnya mempunyai kemungkinan untuk memberikan

keuntungan. Karena kebutuhan untuk menjual dan membeli inilah, maka dibutuhkan

sarana atau tempat untuk memperdagangkan efek. Dengan adanya sarana tersebut,

aktivitas penjualan dan pembelian efek menjadi lebih cepat berlangsung. Investor

tidak harus dengan susah payah mencari efek yang akan dibelinya.9

Berdasarkan kebutuhan dalam ilustrasi di atas, maka muncullah kebutuhan

akan sarana atau pasar untuk memperdagangkan efek, atau biasa dikenal dengan

bursa efek. Bursa efek lahir sebagai manifestasi dari pasar modal, di tempat inilah

perusahan dapat menjual efeknya dan investor dapat melakukan spekulasi investasi.

Di Indonesia dulu terdapat 2 (dua) bursa efek, yaitu Bursa Efek Jakarta dan Bursa

Efek Surabaya. Namun mulai 30 November 2007 Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek

Surabaya merger menjadi Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia mulai aktif

beroperasi sejak 1 Desember 2007. Oleh karena itu di Indonesia saat ini hanya

terdapat 1 (satu) Bursa Efek yaitu Bursa Efek Indonesia. Yang dapat menjadi

pemegang saham Bursa Efek adalah Perusahaan Efek yang telah memperoleh ijin

usaha sebagai perantara pedagang efek.

(21)

Bursa Efek hadir dalam jaringan komputer yang berhubung satu dengan

lainnya membentuk suatu pasar yang memungkinkan para pelakunya bertransaksi

seperti layaknya bursa yang hadir secara fisik seperti sebuah pasar tradisional.10

Pada Penjelasan atas Pasal 6 Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal, antara lain disebutkan bahwa “kegiatan bursa efek pada dasarnya adalah

menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana perdagangan efek bagi

anggotanya”.11

Bursa efek sekarang ini telah mempergunakan sistem perdagangan otomat

yang dinamakan Jakarta automatic trading sistem (JATS) untuk menggantikan

sistem manual. Hal ini disebabkan karena perdagangan sebelumnya yang

menggunakan sistem manual sangat mempunyai banyak kelemahan dan kekurangan

diantaranya adalah:

1. Lantai bursa penuh dengan papan tulis tempat para pialang menuliskan transaksi;

2. Jumlah maksimal transaksi yang dapat ditangani per hari oleh bursa efek hanya

sekitar 5.000 transaksi;

3. Terbukanya kesempatan yang tidak sama bagi para pialang;

4. Biaya per unit transaksi relatif tinggi;

5. Memungkinkan terjadinya kolusi antar pialang dalam mengatur harga efek

10Ibid, hal 376.

11Bunyi lengkap dari penjelasan atas Pasal 6 Undang Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar

(22)

6. Informasi pasar tidak dapat disebarkan kepada investor secara tepat waktu

dengan tingkat akurasi tinggi;

7. Proses transaksi yang menghabiskan waktu

8. Transaksi tidak dapat dilakukan dengan jarak jauh danreal time.12

Untuk mengatasi kelemahan dan kekurangan tersebut di atas, maka diperlukan

suatu sistem perdagangan yang terkomputerisasi, cepat, efisien, dan memberikan

pelayanan yang sama kepada para seluruh investor pasar modal baik investor asing

maupun investor domestik di tanah air.

Kehadiran online trading sistem merupakan suatu alternatif perdagangan

saham sesuai dengan perkembangan teknologi informasi. Kemajuan teknologi

informasi mencerminkan kecepatan proses komunikasi secara langsung dan

keterbukaan akses informasi. Karena pelaku pasar modal memandang eistem

perdagangan saham dengan memakai sistem JATS, dimana investor harus

menghubungi perantara untuk melakukan transaksi, dianggap kurang mampu

menampung keinginan atau aspirasi investior dalam bertransaksi saat itu juga (real

time). Untuk menjawab tantangan itu, online trading sistem merupakan media yang

sangat tepat.13

Untuk menjadi pemegang saham perusahaan yang sudahlistingdi bursa efek,

investor cukup duduk di depan komputer, mengakses internet, memasukkan

identifikasi perusahaan yang diinginkan, dan membaca prospektus yang ditampilkan.

(23)

Bila tertarik, calon investor dapat mengambil keputusan dan menghubungi nomor

yang dipandu lewat prospektus, memberikan nomor account di perusahaan sekuritas,

melakukan verifikasi data, maka transaksi dapat langsung diselesaikan pada saat itu

juga. Bila ada sekian orang yang dalam waktu bersamaan melakukan hal yang sama,

maka penyebaran kepemilikan saham perusahaan akan dapat terwujud. Dengan

demikian peluang untuk memanipulasi dan konspirasi akan semakin kecil, karena

pihak lain dapat memantau pada saat proses tersebut tengah dilakukan.14

Permasalahan yang timbul kemudian adalah bagaimana perlindungan hukum

terhadap investor di pasar modal sekarang ini, karena saat ini transaksi efek sudah

dilakukan secara elektronik dimana penjual dan pembeli efek tidak perlu harus

bertatap muka untuk melakukan transaksi efek. Dewasa ini dengan perkembangan

kemajuan teknologi yang ada juga telah memasuki Pasar Modal di Indonesia, dimana

saham yang diperdagangkan tidak lagi berbentuk sertifikat saham seperti dulu,

melainkan saham-saham tersebut telah dirubah menjadi saham elektronik atau yang

dikenal dengan istilah Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (Scriptless trading),

dimana dalam sistem perdagangan ini semua saham dikonversi menjadi data

elektronik atau catatan komputer yang disimpan oleh PT Kustodian Sentral Efek

Indonesia (PT KSEI).

Sistem perdagangan tanpa warkat (scriptless trading) merupakan sistem

perdagangan baru yang diterapkan di Bursa Efek Indonesia. Perdagangan tanpa

warkat dilakukan secara komputerisasi. Sistem ini tidak hanya menyangkut tentang

(24)

perdagangan saja tetapi juga menyangkut dengan penyelesaian dari perdagangan

tersebut. Pada sistem ini, saham sudah dirubah menjadi data elektronik yang

tersimpan di komputer.

Scripless trading atau perdagangan tanpa warkat adalah sistem perdagangan

yang memiliki mekanisme penyelesaian dan penyimpanan saham secara elektronik.15

Salah satu tujuan mengapa scripless trading menjadi sangat penting untuk segera

diterapkan di pasar modal, karena menyangkut sebuah mekanisme yang dapat

menciptakan efisiensi dan keamanan dalam melakukan transaksi.16

Keberadaan scripless trading di bidang pasar modal merupakan produk

teknologi bisnis atau setidak-tidaknya merupakan suatu produk dari sistem baru dan

modern, sehingga sepatutnyalah jika menempatkan fenomena keterkaitan hukum

dengan teknologi tersebut terhadap eksistensiscripless tradingdi bidang pasar modal

ini. Maksudnya adalah realita menunjukkan bahwa bagaimana sistem perdagangan

efek yang canggih secara scripless tersebut dapat didayagunakan oleh hukum,

khususnya hukum di bidang pasar modal, sehingga akan dapat membawa manfaat

yang maksimal untuk bidang hukum, produk hukum atau pranata hukum berupa

efek-efek yang diperdagangkan di pasar modal. Teknologi yang sangat canggih dapat

menimbulkan masalah hukum apabila tidak diatur sedemikian rupa.

Dengan sistem perdagangan scripless trading, saham-saham yang tadinya

berbentuk fisik berupa kertas, akan dikonversikan menjadi catatan elektronik, dan

(25)

untuk penyelesaian transaksinya dilakukan kliring dengan sistem pemindahbukuan

(book of entry settlement) antar satu rekening ke rekening lainnya. Dengan kata lain,

scripless trading adalah perdagangan efek yang penyelesaiannya tidak lagi

menggunakan fisik berupa sertifikat efek, tetapi dengan pemindahbukuan antar

rekening efek.

Landasan hukum penerapan scripless trading adalah penitipan kolektif

sebagaimana diatur di dalam Pasal 55 ayat (1) Undang Undang No. 8 Tahun 1995

tentang Pasar Modal yang menyebutkan “Penyelesaian transaksi bursa dapat

dilaksanakan dengan penyelesaian pembukuan, penyelesaian fisik atau cara lain yang

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah”17 sedangkan pada Penjelasan Undang

Undang Pasar Modal memberikan pengertian yang lebih detil bahwa yg dimaksud

"penyelesaian pembukuan" (book entry settlement) dalam ayat ini adalah pemenuhan

hak dan kewajiban yang timbul sebagai akibat adanya Transaksi Bursa yang

dilaksanakan dengan cara mengurangi Efek dari rekening Efek yang satu dan

menambahkan Efek dimaksud pada rekening Efek yang lain pada Kustodian, yang

dalam hal ini dapat dilakukan secara elektronik.18Peralihan hak atas Efek terjadi pada

saat penyerahan Efek atau pada waktu Efek dimaksud dikurangkan dari rekening

Efek yang satu dan kemudian ditambahkan pada rekening Efek yang lain.

Yang dimaksud dengan “penyelesaian fisik” dalam ayat ini, adalah

penyelesaian Transaksi Bursa yang dilakukan langsung oleh setiap Perantara

17Pasal 55 ayat (1) Undang Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

(26)

Pedagang Efek yang melakukan transaksi, berdasarkan serah terima fisik warkat

Efek.

Yang dimaksud dengan “cara lain” dalam ayat ini antara lain adalah :

a. penyelesaian Transaksi Bursa secara langsung pada daftar pemegang Efek tanpa

melalui rekening Efek pada Kustodian;

b. penyelesaian Transaksi Bursa secara internasional atau melalui negara lain;

c. penyelesaian Transaksi Bursa secara elektronik atau cara lain yang mungkin

ditemukan dan diterapkan di masa datang sesuai dengan perkembangan

teknologi;

d. penyelesaian Transaksi Bursa lain yang wajib dilaksanakan apabila terdapat

peraturan perundang-undangan baru.

Penitipan kolektif merupakan penitipan atas efek yang dimiliki bersama oleh

lebih dari satu pihak yang kepentingannya diwakili oleh Kustodian. Kepentingan

yang diwakili oleh Kustodian dalam hal ini adalah berkenaan dengan pencatatan

kepemilikan efek serta penerimaan hak-hak yang melekat pada efek tersebut, yang

dibagikan oleh emiten kepada investor melalui Lembaga Penyimpanan dan

Penyelesaian (LPP), dalam hal ini PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

Bukti kepemilikan investor untuk semua efek berbentuk elektronik (scriptless) adalah

berbentuk konfirmasi tertulis yang dikeluarkan KSEI.19

19Pasal 2 huruf (a) Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal Nomor VI.A.3 tentang Rekening

(27)

Dasar hukum diterapkannya perdagangan tanpa warkat adalah Keputusan

Direksi PT Bursa Efek Jakarta No: 041/BEJ/0809 yang dikeluarkan pada tanggal 31

Agustus 1998 tentang Ketentuan Umum Perdagangan Efek Tanpa Warkat. Dasar

pemikiran hukum yang dipakai untuk memperbolehkan dilaksanakannya perdagangan

tanpa warkat, dimana semua saham sudah berbentuk data elektronik, adalah

ketentuan atau yurisprudensi keputusan Mahkamah Agung No. 1582K/Pid/1999.

Pada keputusan tersebut, Mahkamah Agung mengakui bahwa pandangan hukum atas

perubahan sifat dan hak dan kekayaan dari yang visual dan material sangat identik

dengan kekayaan simbolik atau super simbolik asal memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

1. Tersimpan dalam pulsa-pulsa elektronik;

2. Mempunyai jumlah tertentu;

3. Dapat ditransfer secara elektronik;

4. Dan setiap transfer jumlahnya bertambah atau berkurang, yang berarti

mempunyai nilai tukar.

Jadi dengan demikian, sistem perdagangan tanpa warkat sudah mempunyai

pijakan hukum yang jelas terhadap penerapannya. Bukti kepemilikan saham dalam

sistem perdagangan tanpa warkat, akan dikeluarkan oleh PT Kustodian Sentral Efek

Indonesia berupa surat konfirmasi tertulis kepemilikan saham dan laporan yang akan

disampaikan setiap akhir perdagangan dalam bentuk data komputer dan pada awal

perdagangan dalam bentuk tertulis. Konfirmasi tertulis ini dihasilkan oleh sistem dan

(28)

di pasar modal sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku walaupun yang

dipegang oleh investor bukanlah fisik sahamnya. Dalam Pasal 5 ayat (1) Undang

Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dinyatakan

bahwa Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya

merupakan alat bukti hukum yang sah.

Kemudahan transaksi yang dilakukan di mana para pihak tidak perlu bertatap

muka merupakan celah yang dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang beritikad

tidak baik untuk dapat melakukan perbuatan melawan hukum. Scripless trading

adalah sebuah teknologi dalam pasar modal untuk meningkatkan efisiensi dan

efektifitas transaksi di dalam pasar modal. Transaksiscripless tradingini patut untuk

diakomodasikan di dalam peraturan perundang-undangan karena scriptless trading

tidak sama dengan transaksi pada umumnya yang dilakukan secara face to face.

Dengan berubahnya seluruh sertifikat efek yang diperdagangkan di bursa efek

menjadi data elektronik, maka diperlukan adanya pengaturan hukum yang lebih ketat

agar tidak terjadi pelanggaran hukum yang dapat mengakibatkan kerugian.20

Perkembangan pasar modal tidak terlepas dari kebutuhan dan pengaruh

investor. Pasar modal sendiri bertumpu pada tiga hal yaitu pendapatan, likuiditas dan

keamanan investasi. Otoritas pasar modal dan para pihak yang terlibat harus dalam

industri pasar modal harus bekerja sama untuk mewujudkan ketiga hal tersebut dalam

pasar modal Indonesia sehingga investor tertarik untuk berinvestasi di pasar modal

Indonesia.

(29)

Pasar Modal mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat. Pasar Modal dapat berkembang dibutuhkan adanya landasan hukum yang kukuh untuk lebih menjamin kepastian hukum pihak-pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal serta melindungi kepentingan masyarakat pemodal (investor) dari praktik yang merugikan.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji penelitian lebih jauh tentang Pasar Modal sebagai suatu karya ilmiah dalam bentuk tesis dengan

judul ”PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR DALAM

TRANSAKSI SAHAM TANPA WARKAT (SCRIPTLESS TRADING) DI

PASAR MODAL.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Pelaksanaan Transaksi Efek Tanpa Warkat (Scriptless trading) di Bursa Efek Indonesia?

2. Bagaimana Keabsahan Transaksi Efek Tanpa Warkat (Scriptless trading) Yang Dilakukan Secara Elektronik di Pasar Modal?

3. Bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap Investor Dalam Transaksi Efek Secara Elektronik Di Pasar Modal?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan maka yang menjadi tujuan

(30)

1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Transaksi Efek Tanpa Warkat (Sciptless

Trading) di Bursa Efek Indonesia

2. Untuk mengetahui Keabsahan Transaksi Efek Tanpa Warkat (Scriptless trading)

Yang Dilakukan Secara Elektronik di Pasar Modal

3. Untuk mengetahui Perlindungan Hukum Terhadap Investor Dalam Transaksi

Efek Secara Elektronik Di Pasar Modal

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian ini dan

tujuan yang ingin dicapai, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut bagi para

akademisi maupun dan masyarakat umum serta diharapkan dapat memberi

manfaat guna menambah khasanah ilmu hukum secara umum dan hukum

perusahaan secara khusus di Indonesia, dan lebih khususnya lagi adalah dalam

bidang studi kenotariatan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan bagi penyempurnaan perangkat aturan dan ketentuan yang mengatur

tentang pasar modal di kemdian hari, terutama mengenai perlindungan hukum

terhadap investor dalam transaksi efek secara elektronik di pasar modal.

2. Manfaat Praktis

Melalui penelitian tesis ini, diharapkan dapat memberikan masukan dan

(31)

a. Sebagai pedoman dan masukan bagi pemerintah/badan legislatif dalam

menentukan kebijakan maupun regulasi dalam upaya pengembangan hukum

nasional ke arah pengaturan perlindungan hukum terhadap investor di pasar

modal.

b. Sebagai informasi dan inspirasi bagi praktisi bisnis (para pelaku usaha,

pemegang saham, dan komisaris) bahkan investor untuk memahami

pengaturan perlindungan hukum terhadap investor di pasar modal.

c. Sebagai bahan kajian bagi para akademisi yang dapat mengambil poin–poin

atau modul–modul pembelajaran dari tesis ini dan diharapkan wacana

perlindungan hukum terhadap investor di pasar modal ini berkembang ke arah

yang lebih baik.

d. Sebagai informasi dan rujukan bagi aktivis LSM/NGO, masyarakat umum dan

stakeholders lainnya sehingga mampu bersikap sebagai informan, promotor

sekaligus pengontrol perkembangan hukum pasar modal di Indonesia.

E. Keaslian Penelitian

Menurut data yang ada berdasarkan pemeriksaan dan hasil–hasil judul

penelitian yang ada pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU), tesis

mengenai ”PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR DALAM

TRANSAKSI SAHAM TANPA WARKAT (SCRIPTLESS TRADING) DI

PASAR MODAL” belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sampai saat tesis ini

ditulis, meskipun dalam bentuk makalah pada seminar–seminar, maupun dalam

(32)

beberapa penelitian sebelumnya di lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Fakultas

Hukum diketahui ada beberapa peneliti yang mengangkat topik terkait Pasar Modal

untuk dijadikan sebagai bahan penelitian yaitu antara lain :

1. Penelitian tesis dari Universitas Sumatera Utara yang berjudul ”Perlindungan

Hukum bagi Investor Dalam Perdagangan Saham Setelah Listing di Pasar

Modal” dilakukan oleh Alkamra, SH dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM)

097011049 yang dilakukan pada tahun 2011 dengan permasalahan yang dibahas:

a. Perlindungan Hukum bagi Investor Dalam Perdagangan Saham Setelah

Listingdi Pasar Modal;

b. Praktek dan Kegiatan Yang Dilarang Dalam Perdagangan Saham di Pasar

Sekunder;

c. Pengawasan Lembaga Pasar Modal Untuk Memberikan Perlindungan Hukum

Bagi Investor Dalam Perdagangan Saham di Pasar Sekunder.

2. Penelitian tesis dari Universitas Sumatera Utara yang berjudul ”Perlindungan

Hukum Bagi Investor Publik Dalam Penghapusan Pencatatan Saham (Delisting)

Saham Pada Kegiatan Pasar Modal Indonesia” yang dilakukan oleh Mukhti, SH

dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 067005075 yang dilakukan pada tahun

2008 dengan permasalahan yang dibahas:

a. Aspek Hukum Dalam Pelaksanaan Penghapusan Pencatatan Saham

(33)

b. Mekanisme Perlindungan Hukum Yang Dilakukan Oleh Bapepam Bagi

Investor Publik Dalam Proses Penghapusan Pencatatan Saham (Delisting)

Pada Kegiatan Pasar Modal Indonesia;

c. Analisis Ketentuan di Bidang Pasar Modal Dikaitkan Dengan Pemberian

Perlindungan Hukum Bagi Investor Publik Dalam Penghapusan Pencatatan

Saham (Delisting) Pada Kegiatan Pasar Modal Indonesia.

3. Penelitian tesis dari Universitas Sumatera Utara yang berjudul ”Aspek Hukum

Perlindungan Investor Dalam Perdagangan Saham Bank Mandiri Menjelang

Pasar Perdana” yang dilakukan oleh Tama Ulinta Tarigan, SH dengan Nomor

Induk Mahasiswa (NIM) 027011042 yang dilakukan pada tahun 2005 dengan

permasalahan yang dibahas:

a. Pengaturan Prinsip Keterbukaan Berkenaan Dengan Penawaran Saham Oleh

Bank Mandiri;

b. Pengaturan Masa Tenang (Quite Period) Menjelang Penawaran Umum

Perdana (Initial Public Offering/IPO) di Pasar Modal Indonesia, Suatu

Perbandingan dengan Pasar Modal di Amerika Serikat;

c. Perlindungan Investor Dalam Perdagangan Saham Bank Mandiri Pada Pasar

Perdana.

4. Penelitian tesis dari Universitas Diponegoro yang berjudul ”Scriptless trading

Sistem (Perdagangan Tanpa Warkat) Dalam kegiatan Perdagangan Saham di

(34)

Induk Mahasiswa (NIM) B4A.099.040 yang dilakukan pada tahun 2001 dengan

permasalahan yang dibahas:

a. Tinjauan Pustaka Tentang Scriptless trading Sistem (Perdagangan Tanpa

Warkat) Dalam kegiatan Perdagangan Saham Di Bursa Efek Jakarta;

b. Kendala-Kendala Yang Dihadapin Dalam Pelaksanaan Scriptless trading

Sistem;

c. Pengendalian Resiko dan Pengamanan Terhadap Pelaksanaan Scriptless

tradingSistem.

Hasil penelitian ini diperoleh melalui pemikiran yang diurai dan dikaji dari

pendapat pakar dan praktisi yang dituangkan dalam bentuk tulisan, dari referensi

buku, bahan seminar, makalah, artikel, dan karya tulis yang bersumber pada media

cetak seperti surat kabar atau majalah, media elektronik seperti televisi atau laman

dunia maya, berdasarkan kepada asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, dan terbuka.

Semua ini tidak lain adalah merupakan implikasi etis dari proses menemukan

kebenaran ilmiah, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam menjawab rumusan

(35)

kepastian hukum dikemukakan oleh Roscoe Pound.21 Teori Kepastian hukum

mengandung 2 (dua) pengertian yaitu pertama adanya aturan yang bersifat umum

membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan,

dan kedua berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah

karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat

mengetahui apa saja yang boleh dibabankan atau dilakukan oleh Negara terhadap

individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang

melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang

satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus yang serupa yang telah di putuskan.22

Kepastian hukum sangat diperlukan untuk menjamin ketentraman dan ketertiban

dalam masyarakat karena kepastian hukum (peraturan/ ketentuan umum) mempunyai

sifat sebagai berikut:

a. Adanya paksaan dari luar (sanksi) dari penguasa yang bertugas mempertahankan dan

membina tata tertib masyarakat dengan perantara alat- alatnya.

b. Sifat undang- undang yang berlaku bagi siapa saja.23

Kepastian hukum ditujukan pada sikap lahir manusia, ia tidak mempersoalkan

apakah sikap batin seseorang itu baik atau buruk, yang diperhatikan adalah bagaimana

perbuatan lahiriahnya. Kepastian hukum tidak memberi sanksi kepada seseorang yang

mempunyai sikap batin yang buruk, akan tetapi yang diberi sanksi adalah perwujudan

21

Peter Mahmud Marzuki,Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : Kencana Pranada Media Group, 2008), hal 158.

(36)

dari sikap batin yang buruk tersebut atau menjadikannya perbuatan yang nyata atau

konkrit.

Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum, karena dengan adanya

kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. Hukum bertugas menciptakan

kepastian hukum karena bertujuan untuk ketertiban masyarakat. Tanpa kepastian

hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya sehingga akhirnya timbul

keresahan. Tetapi jika terlalu menitikberatkan pada kepastian hukum, dan ketat

menaati peraturan hukum maka akibatnya akan kaku serta menimbulkan rasa tidak

adil. Apapun yang terjadi peraturannya tetap seperti demikian, sehingga harus ditaati

dan dilaksanakan. Undang-undang itu sering terasa kejam, apabila dilaksanakan

secara ketat, lex dura, sed tamen scripta (undang-undang itu kejam, tetapi memang

demikian bunyinya).24

Berbicara tentang kepastian hukum berarti tidak terlepas dari makna apa

tujuan hukum itu sebenarnya. Kepastian hukum adalah salah satu dari tujuan hukum,

di samping yang lainnya yakni kemanfaatan dan keadilan bagi setiap insan manusia

selaku anggota masyarakat yang plural dalam interaksinya dengan insan yang lain

tanpa membedakan asal usul dari mana dia berada.25Kepastian hukum sebagai salah

satu tujuan hukum tidak akan terlepas dari fungsi hukum itu sendiri. Fungsi hukum

yang terpenting adalah tercapainya keteraturan dalam kehidupan manusia dalam

24Sudikno Mertokusumo,Mengenal Hukum Suatu Pengantar ,(Yogyakarta : Liberty, 1988)

hlm 136.

25

(37)

masyarakat. Keteraturan ini yang menyebabkan orang dapat hidup dengan

berkepastian, artinya orang dapat mengadakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan

dalam kehidupan bermasyarakat karena ia dapat mengadakan perhitungan atau

prediksi tentang apa yang akan terjadi atau apa yang bisa ia harapkan. Dalam dunia

usaha, kepastian hukum sangat diperlukan untuk menjamin ketenangan dan kepastian

berusaha.

Dalam kaitannya dengan penelitian tesis ini yang meneliti mengenai

Perlindungan Hukum Terhadap Investor Dalam Transaksi Saham Tanpa Warkat

(Scriptless trading) di Pasar Modal tentunya tidak terlepas dari unsur kepastian

hukum. Hal yang dipertimbangkan cukup relevan dengan penelitian dalam tesis ini

dikarenakan Investor di Pasar Modal harus mendapatkan kepastian hukum untuk

berinvestasi.

Untuk menciptakan kepastian hukum di pasar modal tidaklah mungkin

dilakukan oleh sekelompok pihak atau satu profesi tertentu saja. Banyak pihak yang

harus terlibat dalam usaha menciptakan kepastian hukum bagi investor di pasar modal

mulai dari pemerintah sebagai regulator, lembaga penunjang pasar modal, profesi

penunjang pasar modal, penegak hukum di bidang pasar modal dan terakhir investor

itu sendiri. Seluruh pihak-pihak yang terkait di pasar modal harus menaati seluruh

peraturan perundang-undangan yang berlaku di pasar modal agar dapat menuju ke

arah pasar modal yang wajar, teratur, dan efisien.

Pasar modal yang wajar, teratur, dan efisien merupakan kondisi pasar yang

(38)

memberikan perlindungan sekaligus kepastian hukum kepada investor publik

terhadap praktek bisnis yang tidak sehat dan tidak jujur.

Untuk memberikan kepastian hukum bagi investor di pasar modal yang

melakukan transaksi efek secara elektronik, maka Pemerintah harus mempunyai

serangkaian peraturan perundang-undangan yang dapat mengakomodasi

penyelenggaraan kegiatan di pasar modal terutama yang berkaitan dengan transaksi

efek secara elektronik yang dilakukan dengan scriptless trading agar investor dapat

merasa aman dan nyaman untuk bertransaksi tanpa didera rasa kekhawatiran karena

tidak adanya hukum yang mengatur kegiatan tersebut.

Dengan adanya kepastian hukum di bidang scriptless trading, maka dapat

memelihara kepercayaan investor terhadap pasar modal, dimana ketiadaan kepastian

hukum dalam pasar modal akan membuat investor tidak percaya pada mekanisme

pasar modal. Investor yang melakukan scriptless trading membutuhkan landasan

hukum yang jelas agar memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan adalah sah dan

dilindungi oleh hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini

disebabkan karena kepastian hukum itu sendiri dapat memberikan rasa aman yang

optimal kepada para investor pasar modal agar dapat melakukan investasi di pasar

modal. Jika terdapat perangkat hukum yang mengatur pasar modal, maka kualitas

pasar modal akan semakin baik. Salah satu kualitas pasar modal yang baik adalah

pasar modal yang dapat melayani transaksi secara cepat dan efektif. Salah satu

(39)

efektif adalah melaluiscriptless trading. Manfaat dari adanya kepastian hukum dalam

scriptless tradingadalah:

1. Menciptakan pasar modal yang wajar, teratur, dan efisien;

2. Meningkatkan likuiditas dan frekuensi perdagangan efek di bursa;

3. Meningkatkan kualitas jasa kliring dan penyelesaian transaksi efek;

4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas serta keamanan dalam transaksi efek

(termasuk keamanan surat efek yang dapat hilang, rusak, terbakar, palsu dan

sebagainya);

5. Meningkatkan kepercayaan dan memberikan perlindungan bagi investor dalam

investasi di pasar modal;

6. Menghemat energi serta biaya transaksi efek.26

Menurut ajaran Dogmatis tujuan hukum tidak lain sekedar menjamin adanya

kepastian hukum. Sejalan dengan ajaran dogmatis tersebut di atas, Van kant

mengatakan bahwa hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap manusia supaya

kepentingan-kepentingan itu tidak diganggu. Bahwa hukum mempunyai tugas untuk

menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat.27

Terkait kepastian hukum dalam pelaksanaan scriptless tradingakan berkaitan

erat dengan penyelesaian transaksi secara pemindahbukuan atau yang umumnya

dikenal dengan istilah book entry settlement. Untuk melaksanaan book entry

26

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya,Op Cit. hal 187.

27Ahmad Ubbe, Putusan Hakim sebagai “Rekayasa Sosial” dalam Pembinaan Hukum

(40)

settlementdi Bursa Efek Indonesia, maka dibutuhkan landasan peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai book entry settlement, hal ini dibutuhkan agar

seluruh pihak-pihak yang terkait di pasar modal seperti Bursa Efek Indonesia,

Lembaga Kliring dan Penjaminan Efek, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian,

Emiten, Perusahaan Efek, dan profesi di bidang pasar modal dapat terikat dalam suatu

tatanan hukum sehingga dapat meminimalkan resiko terjadinya pelanggaran dan

hal-hal yang tidak diinginkan dalam pelaksanaanbook entry settlement.

Investor pasar modal sendiri juga menyambut baik kehadiran scriptless

trading, namun masih ada kekhawatiran investor terhadap keabsahan keberadaan

saham-saham elektronik yang tidak mempunyai wujud fisik (electronic scriptless

share), karena investor hanya mendapatkan surat konfirmasi tertulis yang dikeluarkan

olek Kustodian Sentral Efek Indonesia. Untuk mengatasi kekhawatiran akan

keabsahan saham tidak berwujud tersebut, maka Otoritas Pasar Modal Indonesia telah

mempersiapkan serangkaian peraturan perundang-undangan yang dapat memberikan

jaminan dan kepastian hukum terhadap keabsahan saham-saham tidak berwujud

(scriptless share). Konfirmasi tertulis tentang kepemilikan saham yang dikeluarkan

oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia merupakan bukti kepemilikan sah karena

dapat dijadikan alat pembuktian hukum karena Kustodian Sentral Efek Indonesia

merupakan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian yang ditunjuk secara resmi oleh

Undang Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Pada prinsipnya, kepastian hukum merupakan bentuk perlindungan hukum

(41)

(scriptless trading). Hal ini sangat dibutuhkan agar investor mendapatkan rasa aman

dan nyaman untuk berinvestasi di pasar modal tanpa adanya rasa kekhawatiran akan

terjadi praktik-praktik yang merugikannya. Hal ini sejalan dengan tujuan yuridis

Pasar Modal sebagaimana yang tercantum pada Pasal 4 Undang Undang No 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal yaitu mewujudkan terciptanya kegiatan Pasar Modal yang

teratur, wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan investor (pemodal dan

masyarakat).28

2. Landasan Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsep dalam

penelitian adalah menghubungkan antara teori yang ada dengan observasi dalam

penelitian, dan juga antara abstraksi dengan realitas.29 Konsep diartikan sebagai kata

yang menyatakan abstraksi yang digeneralisirkan dari hal-hal yang khusus yang

disebut definisi operasional.30

Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh

suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analisis.31

Suatu konsep atau suatu kerangka konsepsionil pada hakikatnya merupakan

suatu pengara atau pedoman yang lebih konkrit dari pada kerangka teoritis yang

sering kali masih bersifat abstrak. Namun demikian, suatu kerangka konsepsionil,

28Pasal 4 Undang Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

29Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi,Metode Penelitian Survei, (Jakarta : LP3ES, 1998),

hal. 34. Lihat juga Sutan Remy Sjahdeini,Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1993), hal. 10.

30

Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 3.

(42)

kadang-kadang dirasakan masih juga abstrak, sehingga diperlukan definisi-definisi

operasional yang akan dapat dijadikan pegangan konkrit di dalam penelitian.32

Definisi operasional terhadap berbagai istilah yang digunakan di dalam

penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Perlindungan Hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap

individu ataupun institusi guna melindunginya atas investasi yang dilakukannya

dalam pembelian saham tanpa warkat berdasarkan undang undang ataupun

peraturan-peraturan yang berlaku di pasar modal

2. Investor adalah pihak terpenting yang berperan di dalam kegiatan pasar modal

yang melakukan penyertaan modal, yang terdiri dari investor domestik dan asing,

perorangan dan institusi yang mempunyai karakteristik masing-masing.33

3. Transaksi Efek Secara Elektronik adalah suatu sistem perdagangan efek tanpa

warkat yang dilakukan secara otomatis melalui jaringan komputer di Bursa Efek,

yaitu penyelesaian transaksi perdagangannya dilakukan melalui proses

pemindahbukuan secara elektronik (book entry settlement).34

4. Book Entry Settlement (penyelesaian pembukuan) adalah pemenuhan hak dan

kewajiban yang timbul sebagai akibat adanya Transaksi Bursa yang dilaksanakan

dengan cara mengurangi Efek dari rekening Efek yang satu dan menambahkan

32Soerjono Soekanto,Op Cit, hal. hal. 133.

33M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya,Op Cit. hal 165. 34

(43)

Efek dimaksud pada rekening Efek yang lain pada Kustodian, yang dalam hal ini

dapat dilakukan secara elektronik.35

5. Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan

perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.36

6. Efek adalah Surat Berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga

komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi

kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.37

7. Keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan

Publik, dan Pihak lain yang tunduk pada Undang-undang ini untuk

menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh Informasi

Material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap

keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau harga dari Efek tersebut.38

8. Perdagangan Saham Tanpa Warkat (Scriptless trading) adalah sistem

perdagangan yang memiliki mekanisme penyelesaian dan penyimpanan saham

secara elektronik;

35Penjelasan Pasal 55 ayat (1) Undang Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 36

Pasal 1 angka 13 Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

37

M. Fakhrudin, Sopian Hadianto,Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal

(Jakarta : Elex Media Komputindo, 2001), hal 314.

(44)

9. Bursa Efek adalah Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan

atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek Pihak - Pihak

lain dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara mereka.39

G. Metode Penelitian

Metode yang diterapkan di dalam suatu penelitian adalah kunci utama untuk

menilai baik buruknya suatu penelitian. Metode ilmiah itulah yang menetapkan alur

kegiatannya, mulai dari pemburuan data sampai ke penyimpulan suatu kebenaran

yang diperoleh dalam penelitian itu.40

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yakni suatu

penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder

seperti peraturan perundang-undangan, teori hukum dan pendapat para sarjana hukum

terkemuka.41 Penelitian yuridis normatif atau penelitian hukum normatif dapat

disebut juga penelitian hukum doktrinal. Penelitian hukum doktrinal dikonsepkan

sebagai apa yang tertulis di dalam peraturan perundang-undangan (law in the books)

atau hukum yang dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan

berperilaku manusia yang dianggap pantas.42

Johnny Ibrahim menuliskan bahwa:

39Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

40 Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum, (Medan : Multi Grafika , 2004)

hal.15.

41Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Op Cit. hal. 13

42 Muslan Abdurrahman, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, (Malang : UMM Press,

(45)

”Oleh karena tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian yuridis normatif, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach). Pendekatan tersebut melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan tema sentral penelitian. Selain itu juga dilakukan pendekatan lain yang diperlukan guna memperjelas analisis ilmiah yang diperlukan dalam penelitian normatif”.43

Dalam penelitian ini, akan ditempuh cara penelitian kepustakaan (library

research), atau biasa dikenal dengan sebutan studi kepustakaan,44 walaupun

penelitian dimaksud tidak lepas pula dari sumber lain selain kepustakaan, yakni

penelitian terhadap bahan artikel dan karya tulis di berbagai media massa ataupun

laman dunia maya. Penelitian kepustakaan yang normatif adalah penelitian dengan

mengolah dan menggunakan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder serta

bahan hukum tertier yang berkaitan dengan pokok bahasan di dalam penelitian ini.

Sumber data pada penelitian ini berupa bahan hukum yang diperoleh dari

studi kepustakaan (library reseach), Peraturan perundang-undangan, Buku-buku,

Jurnal-jurnal hukum, Yurisprudensi, Kamus hukum, Ensiclopedia, yang diuraikan

dan dihubungkan sedemikian rupa, sehingga disajikan dalam penulisan yang

sistematis. Data primer dan data sekunder yang diperoleh akan dianalisis dengan

menggunakananalisis kualitatif.

Menurut Lexy J. Moleong, analisis data kualitatif adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-43Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta : Bayumedia,

2007) hal. 295.

44

(46)

milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mengsintesiskannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.45

Alasan penggunaan penelitian hukum normatif-kualitatif ini adalah pertama,

didasarkan pada paradigma hubungan yang dinamis antara teori, konsep-konsep dan

data yang merupakan umpan balik atau modifikasi yang tetap dari teori dan konsep

yang didasarkan pada data yang dikumpulkan; kedua, data yang dianalisis beraneka

ragam, memiliki sifat dasar yang berbeda antara satu dengan lainnya, serta tidak

mudah untuk dikuantifisir; ketiga, sifat dasar dari data yang dianalisis bersifat

menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang integral (holistic), dimana hal itu

menunjukkan adanya keanekaragaman data serta memerlukan informasi yang

mendalam (indepth information).46

Adapun tahapan untuk menganalisa bahan-bahan hukum yang telah ada

tersebut, secara sederhana dapat diuraikan dalam beberapa tahapan, sebagaimana

diterangkan berikut:

1. Tahapan pengumpulan data, misalnya ketentuan perundang-undangan yang

berkaitan langsung dengan permasalahan yang sedang diteliti, artikel atau jurnal

45Lexy J. Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,

2006), hal. 248.

46 Bismar Nasution, ”Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum”,

(47)

atau karya tulis dalam bentuk lainnya akan dikumpulkan sedemikian rupa sebagai

bahan referensi;

2. Tahapan pemilahan data, dimana dalam tahapan ini seluruh data yang telah

dikumpulkan sebelumnya akan dipilah-pilah dengan mempedomani konteks yang

sedang diteliti, sehingga akan lebih memudahkan dalam melakukan kajian lebih

lanjut terhadap permasalahan di dalam penelitian tesis ini.

3. Tahapan analisa dan penulisan hasil penelitian, sebagai tahapan klimaks dimana

seluruh data yang telah diperoleh dan dipilah tersebut akan dianalisa dengan

seksama dengan melakukan interpretasi atau penafsiran yang diperlukan, sejauh

mungkin diupayakan untuk berpedoman terhadap konsep, asas dan kaidah hukum

yang dianggap relevan dan sesuai dengan tujuan utama dari pada penelitian ini.

Hasil penelitian kemudian akan dituangkan dalam bentuk tertulis yang diharapkan

akan dapat dijadikan sebagai referensi di samping literatur yang telah ada.

2. Sumber Data

Materi penelitian dalam tesis ini diambil dari data sebagaimana yang

dimaksud bi bawah ini:47

a. Bahan hukum primer, yaitu berbagai dokumen peraturan nasional yang tertulis,

sifatnya mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang yang diurut

berdasarkan hierarki yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, Undang (UU)/Peraturan Pemerintah Pengganti

(48)

Undang (Perpu), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Pepres),

Peraturan Daerah (Perda).

Peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam penulisan penelitian tesis

ini adalah sebagai berikut:

1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal;

2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan

Kegiatan di Pasar Modal;

4. Peraturan Bapepam No. VI.A.3 tentang Rekening Efek Pada Kustodian.

5. Surat Keputusan Ketua BAPEPAM No. S-1687/PM/2000 tanggal 10 Juli

2000 tentang PelaksanaanScriptless trading.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang berkaitan erat dengan baha

hukum primer, dan dapat digunakan untuk menganalisa, mengkaji dan memahami

bahan hukum primer yang ada.

Semua dokumen yang bersifat informatif atau hasil kajian mengenai Pasar Modal

pada umumnya, dan khususnya yang dalam kaitannya dengan perlindungan

hukum terhadap investor dalam transaksi efek secara elektronik di pasar modal,

yang dapat berupa hasil seminar atau makalah, surat kabar, majalah, dan juga

sumber dari laman dunia maya yang memiliki kaitan erat dengan permasalahan

(49)

c. Bahan hukum tersier/tertier atau penunjang, yang digunakan untuk memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, yang mencakup kamus hukum dan terutama adalah kamus bahasa,

untuk pembenahan tata Bahasa Indonesia dan istilah-istilah hukum yang lebih

baik, dan juga sebagai alat bantu pengalibahasaan beberapa artikel atau sumber

literatur asing.

Dalam kaitan dengan penelitian ini, yakni penelitian kepustakaan yang

dilakukan dengan melakukan studi pustaka, maka terhadap materi penelitian tesis

(baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tertier)

akan dikaji lebih lanjut guna mencari hal yang berhubungan dengan permasalahan

yang diteliti. Dengan demikian, studi terhadap bahan atau dokumen dalam bentuk

tertulis menjadi instrumen yang sifatnya utama di dalam rangka pengumpulan data

untuk melakukan kajian di dalam penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini dilakukan dengan

Teknik Penelitian Kepustakaan (library reseach) yaitu dengan menelusuri bahan

pustaka atau data sekunder di atas dengan cara melakukan inventarisasi peraturan

perundang-undangan dan bahan-bahan hukum lainnya yang relevan dengan

permasalahan perlindungan hukum terhadap investor dalam transaksi efek secara

Referensi

Dokumen terkait

Karena keterbukaan terus-menerus yang harus dilakukan berada dan merupakan wewenang emiten dan para pengurusnya, maka peran otoritas (Bapepam- LK dan Bursa Efek Indonesia/BEI)

Adapun permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana proses pelaksanaan transaksi efek semu yang terjadi di pasar sekunder dalam bursa efek

Adapun permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana proses pelaksanaan transaksi efek semu yang terjadi di pasar sekunder dalam bursa efek

Persyaratan dan prosedur dalam melakukan transaksi repo saham sudah dilakukan dengan benar dan penuh itikad baik maka itu sudah menjadi perlindungan tersendiri bagi pihak

100 hukum bagi investor apabila terjadi kegagalan penyelesaian transaksi efek melalui sistem Scripless Trading adalah perlindungan secara sistemik, artinya investor tetap

Scripless trading diatur secara implisit dalam UU PM, yang menyebutkan bahwa penyelesaian transaksi bursa dapat dilakukan dengan cara pemindahbukuan yang

Di era scriptless trading atau perdagangan efek tanpa warkat yang pada saat ini tengah berjalan, maka peran KSEI akan menjadi semakin besar karena lembaga penyimpanan dan

Selain praktis melalui sistem perdagangan saham tanpa warkat, pelaku pasar modal juga memperoleh beberapa keuntungan salah satu nya adalah adanya jaminan penyelesaian transaksi bursa