• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR

A. Perlindungan Hukum Investor di Pasar Modal Indonesia

1. Perlindungan Hukum Melalui Prinsip Keterbukaan

Transparansi merupakan prinsip yang sangat penting dan prinsip yang fundamental dalam pasar modal. Apabila diperhatikan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam hukum pasar modal tersebut, maka pengaturannya sangat banyak mengenai ketentuan kewajiban keterbukaan bagi emiten atau perusahaan publik. Oleh karena itu terdapat pendapat bahwa fokus sentral dari hukum pasar modal adalah prinsip keterbukaan.

Dalam Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal disebutkan bahwa, “ Prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk pada undang- undang ini untuk menginformasikan pada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapa berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud, dan atau harga dan efek tersebut. “

Pengertian informasi material yang disebutkan di atas diatur dalam pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang menyebutkan ”Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut”.

Transparansi berlaku secara universal, dalam pasar modal internasional adalah merupakan suatu hal yang sangat mutlak untuk dilakukan oleh semua pihak. Berbeda dengan sector perbankan dimana prinsip kerahasiaan bank adalah hal yang mutlak untuk ditaati, sektor pasar modal menetapkan hal yang sebaliknya, disclosure atau keterbukaan adalah hal mutlak.

Emiten, perusahaan publik, atau pihak lain yang terkait wajib menyampaikan informasi penting yang berkaitan dengan tindakan atau efek perusahaan tersebut pada waktu yang tepat kepada masyarakat. Emiten wajib menyampaikan informasi secara lengkap dan akurat. Dikatakan lengkap kalau informasi yang disampaikan itu utuh, tidak ada yang tertinggal, disembunyikan, disamarkan, atau tidak menyampaikan apa- apa atas fakta material.122 Dikatakan akurat jika informasi yang disampaikan mengandung kebenaran dan ketepatan. Kalau tidak memenuhu syarat tersebut maka informasi dikatakan sebagai informasi yang tidak benar atau menyesatkan. Namun, terdapat pertentangan batasan dan kendala untuk menerapkan keterbukaan antara investor atau pemegang saham di satu pihak dengan emiten di pihak lain:

1. Investor atau pemegang saham menginginkan keterbukaan yang sifatnya full disclosure dalam mendapatkan informasi mengenai emiten, sementara emiten hanya bersedia membuka informasi hingga tingkatan tertentu;

122

Pasal 1 angka 7 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Infomasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat memengaruhi harga efek pada bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.

2. Investor menginginkan untuk memperoleh data yang rinci dan akurat, sementara emiten hanya bersedia memberikan informasi secara garis besar;

3. Investor menginginkan informasi yang tepat waktu, sementara emiten berusaha untuk menahan informasi untuk beberapa waktu dengan alasan pengurangan biaya penyebaran dan penerbitan laporan.

Belakangan ini masalah keterbukaan memang menjadi perhatian utama, sehingga kewajiban melakukan keterbukaan ini pun lebih dituntut dan diwajibkan oleh pemerintah. Hal ini karena dengan keterbukaan masyarakat tidak hanya mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu, karena memang telah tersedia informasi untuk mengetahuinya, tetapi dengan keterbukaan diharapkan akan terjadi semacam kontrol publik terhadap kegiatan-kegiatan tertentu.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang dimaksud dengan prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan publik dan yang tunduk pada informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga dan efek tersebut. Dari sudut pandang hukum, keterbukaan dapat dipandang sebagai suatu kepatuhan sehingga jika emiten, perusahaan publik atau pihak lainnya melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi sesuai jenis pelanggarannya.123

Tujuan prinsip keterbukaan di pasar modal adalah untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien. Karena dengan diterapkannya kewajiban keterbukaan

dapat menghindarkan atau minimal kejadian yang dapat menimbulkan akibat buruk bagi investor publik. Sebab pelaksanaan atas kewajiban keterbukaan membuat para investor dapat memperoleh akses informasi atau fakta material.

Berdasarkan Peraturan Bapepam No. IX. C. I. Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-22/PM/1991 tanggal 19 April 1991 perihal keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada publik antara lain:124

1. Penggabungan usaha (merger), pembelian saham (acquistion), peleburan usaha (consolidation), atau pembentukan usaha patungan;

2. Pemecahan saham atau pembagian deviden saham (stock deviden); 3. Pendapatan dan deviden yang luar biasa sifatnya;

4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting; 5. Produk atau penemuan baru yang berarti;

6. Perubahan dalam pengendalian (control) atau perubahan penting dalam manajemen;

7. Pengumuman pembelian atau pembayaran kembali efek yang bersifat utang; 8. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang

signifikan jumlahnya;

9. Penjualan,pembelian atau kerugian aktiva yang signifikan; 10. Perselisihan tenaga kerja yang relative penting;

124 Diubah menjadi Peraturan Bapepam No. X.K.1 lampiran Keputusan Ketua Bapepam No.

Kep-86/PM/1996 tanggal 24 Januari 1996 tentang Keterbukaan Informasi yang harus Segera Diumumkan Kepada Publik.

11. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan dan atau pengurus/pengawas perusahaan;

12. Pengajuan tawaran atau untuk pembelian efek perusahaan lain; 13. Penggantian akuntan publik perusahaan;

14. Perubahan tahun fiskal perusahaan.

Sepanjang informasi tersebut dapat mempengaruhi harga efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tertentu maka dapat dikategorikan sebagai informasi yang mengandung fakta material.125

Menurut Bismar Nasution setidaknya ada tiga tujuan keterbukaan (disclosure) dalam Pasar Modal, yang antara lain sebagai berikut.126

1. Memelihara kepercayaan publik terhadap pasar.

Dalam hal ini, kepercayaan investor sangat relevan ketika munculnya ketidak percayaan publik terhadap pasar modal yang pada gilirannya mengakibatkan pelarian modal (cafital flight) secara besar-besaran dan seterusnya dapat mengakibatkan kehancuran pasar modal (bursa saham)

2. Menciptakan mekanisme pasar yang efisien.

Pasar yang efisien berkaitan dengan sistem keterbukaan wajib. Sistem keterbukaan wajib berusaha menyediakan informasi teknis bagi anggota saham dan professional pasar

125Pasal 1 angka 7 Penjelasan Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 126Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, (Jakarta: Program Pascasarjana

3. Memberi perlindungan terhadap investor.

Dengan adanya keterbukaan maka secara tidak langsung akan memberi perlindungan kepada investor, yang apabila dalam membuat perjanjian pembelian saham oleh investor, kemudian terdapat penipuan dalam bentuk perbuatan yang menyesatkan, misalnya pernyataan (misrepresentation) informasi, maka perlindungan investor tersebut dilihat dari sisi ketentuan perjanjian sebagaimana diatur dalam KUH Perdata hanya sebatas pembatalan perjanjian transaksi saham.

Karena keterbukaan merupakan komponen yang amat penting bagi investor dalam melakukan keputusan investasi maka kapan keterbukaan atas informasi yang dimiliki oleh emiten harus dilakukan menjadi hal yang sangat penting sekali. Pernyataan mengenai kapan dilakukannya keterbukaan ini menjadi sangat penting, terutama sehubungan dengan kewajiban untuk melkukan keterbukaan terus menerus, setelah efek atau saham ada di tangan investor dan diperdangangkan dipasar sekunder.

Karena keterbukaan terus menerus yang harus dilakukan berada dan merupakan wewenang emiten dan para pengurusnya, maka peran otoritas (Otoritas Jasa Keuangan/OJK dan Bursa Efek Indonesia/BEI) hanya dalam hal terjadi kekurangan dan keterlambatan dalam melakukan keterbukaan. Peran otoritas lebih setelah terjadinya peristiwa keterbukaan sehingga apabila terjadi ketidakmerataan dan ketidakadilan dalam penyebaran informasi atau kekurangcukupan pada saat itu, kerugian sebenarnya telah terjadi dan kemungkinan besar melibatkan banyak sekali anggota masyarakat yang secara finansial dirugikan akibatnya.

Berdasarkan uraian di atas maka dalam hal dilakukan keterbukaan terus menerus (continuous disclosure), haruslah ada jaminan bahwa keterbukaan yang dilakukan haruslah mengandung unsur serentak dimaksudkan agar informasi yang disampaikan dapat mencapai sebanyak mungkin pihak yang memerlukan informasi tersebut.127 Unsur kecepatan diperlukan untuk mengurangi adanya pihak tertentu (terutama orang dalam) yang aakan menggunakan informasi tersebut terlebih dahulu sebelum informasi tersebut sampai secara bersamaan (serentak) kepada investor. Selain itu untur kelengkapan memjadi komponen penting lainnya dalam melakukan keterbukaan. Tidak adanya keterbukaan pada dasarnya merupakan tindakan tidak memuat keterangan yang benar, yang diharuskan untuk diungkapkan, sebagaimana yang dikehendaki oleh Pasal 78 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Prinsip keterbukaan yang diterapkan di pasar modal bukanlah kerja satu atau sekelompok orang saja ataupun satu profesi saja. Banyak profesi terlibat dalam usaha melakukan dan menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan tersebut sehingga memungkinkan dicapainya tujuan menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan. Bapepam-LK akan mengenakan sanksi administratif atas setiap pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tersebut diatas oleh pihak yang memperoleh izin, persetujuan atau pendaftaran dari Bapepam-LK.

Sepanjang yang menyangkut hasil pekerjaan dari profesi penunjang dan kepada siapa pertanggung jawaban atas hasil pekerjaan tersebut dapat dimintakan.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan pedomannya pada Pasal 80. Pasal 80 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyatakan bahwa pihak yang disebutkan dalam pasal tersebut bertanggung jawab baik sendiri-sendiri maupun bersama, atas kerugian yang timbul jika pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum memuet informasi yang tidak benar tentang fakta material atau tidak memuat fakta material sesuai dengan ketentuan UUPM dan peraturan pelaksanaannya sehingga informasi yang ada di dalamnya menjadi menyesatkan.128

Pasal 80 mempunyai hubungan dengan Pasal 90 dan 104 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mengenai tindak pidana penipuan di pasar modal. Karena informasi tidak benar tentang fakta material atau tidak memuat informasi tentang fakta material adalah merupakan tindak pidana yang diatur dalam Pasal 90 dan 104. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal juga menegaskan adanya pertanggung jawaban perdata yang diakibatkan oleh adanya pelanggaran atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Untuk ini Pasal 111 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dengan tegas menyatakan bahwa setiap pihak yang menderita kerugian sebagai akibat pelanggaran Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan atau

128Pihak-pihak yang disebutkan dalam Pasal 80 UUPM tersebut adalah:

a. setiap pihak yang menandatangani pernyataan pendaftaran;

b. direktur dan komisaris Emiten pada waktu pernyataan pendaftaran menjadi efektif; c. penjamin pelaksana emisi efek;

d. profesi penunjang pasar modal atau pihak lain yang memberikan pendapat atau keterangan dan atas persetujuan dimuat dalam pernyataan pendaftaran.

peraturan pelaksananya, dapat menuntut ganti rugi terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut.

Peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan di pasar modal Indonesia telah memuat ketentuan-ketentuan mengenai larangan perbuatan menyesatkan. Pengungkapan informasi tentang fakta material secara akurat dan penuh kepercayaan dapat merealisasikan tujuan prinsip keterbukaan dan mengantisipasi timbulnya pernyataan yang menyesatkan (misleading) bagi investor. Tujuan prinsip keterbukaan di pasar modal adalah untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien. Karena dengan diterapkannya kewajiban keterbukaan dapat menghindarkan atau minimal kejadian yang dapat menimbulkan akibat buruk dan kerugian materi bagi investor publik, sebab pelaksanaan atas kewajiban keterbukaan membuat para investor dapat memperoleh akses informasi yang benar dan tepat waktu.

Dengan adanya scriptless trading, maka transaksi efek dapat dilakukan semakin cepat sehingga investor membutuhkan informasi yang sangat cepat. Informasi yang cepat tersebut telah amanatkan oleh Undang-Undang Pasar Modal melalui prinsip keterbukaan dimana segala informasi material harus diumumkan secara tepat waktu.

2. Perlindungan Hukum MelaluiGood Corporate Governance

Forum for corporate governancememberikan arti kepadaCorporate Governance

sebagai berikut:129

”Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak hak dan kewajiban mereka atau

dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate

governanceialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).”

World BankmendefinisikanGood Corporate Governanc:

”Kumpulan hukum, peraturan dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan”130

Definisi ini menjelaskan bahwa corporate governance sebagai sistem yang

dipergunakan untuk mengarahkan dan mengelola kegiatan perusahaan. Sistem tersebut mempunyai pengaruh besar dalam menentukan sasaran usaha maupun dalam upaya

mencapai sasaran tersebut. Corporate governance juga mempunyai pengaruh dalam

upaya mencapai kinerja bisnis yang optimal serta dalam analisis dan pengendalian resiko bisnis yang dihadapi perusahaan.131

Corporate governance yang tidak sehat dapat menimbulkan godaan penyalagunaan jabatan Dewan Pengurus dan manajemen perusahaan yang lemah etika bisnis dan moralnya, maka ia juga dapat merugikan para anggota the stakeholders, terutama para pemegang saham, kreditur, perusahaan pemasok dan karyawan.132

130Hassel Nogi S. Tangkilisan, Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate Governance,

(Yogyakarta : Balairung & Co, 2003) hal.12.

131

Siswanto Sutojo & E Jhon Aldridge,Good Corporate Governance ,(Jakarta : PT. Damar Mulia Pusaka, 2005) hal.2.

Sehubungan dengan masalah corporate governancemaka persoalan keterbukaan merupakan elemen yang utama dari prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance).Organization for Economic Cooperation and Development

(OECD), misalnya, merumuskan paling sedikit 4 (empat) unsur penting dalam prinsip- prinsip pengelolaan perusahaan (corporate governance), yang semuanya bermuara pada prinsip keterbukaan (disclosure). Keempat prinsip tersebut adalah:

a. Fairness(keadilan).

Menjamin perlindugan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor.

b. Transparency(transparansi).

Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu serta jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemiiikan perusahaan.

c. Accountability(akuntabilitas).

Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris.

d. Responsibility(pertanggungjawaban).

Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial.

Prinsip-prinsip corporate gavernance ini bukan hanya mengharuskan direksi perseroan menjalankan perusahaan dengan cara yang baik sehingga menghasilkan kenaikan harga saham perseroan di pasar (yang tentunya penting bagi investor jangka pendek). Tetapi bagi investor jangka panjang penerapan prinsip-prinsip ini akan

menjamin bahwa akan mempertahankan kelangsungan usaha, stabilitas serta

kesejahteraan bagi semua stakeholders, termasuk tentunya keuntungan bagi para

pemegang saham. Karena fungsinya yang demikian maka peranan dari corporate

governance ini akan makin penting, dan dituntut di masa yang akan datang. Karena dengan pengelolaan perusahaan yang baik, yang berwujud dalam penerapan prinsip- prinsip corporate governance, tujuan-tujuan perusahaan akan lebih mungkin tercapai tanpa perlu mengorbankan kelangsungan usaha.133

Di Indonesia, tujuan dan manfaat good corporate governance dapat diketahui

dari Keputusan Menteri Negara BUMN melalui SK No. Keputusan 23/M-

PM.PBUMN/2000, Pasal 6, Penerapan good corporate governance dalam rangka

menjaga kepentingan Persero bertujuan untuk:134 a. Pengembangan dan peningkatan nilai perusahaan,

b. Pengelolaan sumber daya dan resiko secara lebih efisien dan efektif,

c. Peningkatan disiplin dan tanggung jawab dari organ Persero dalam rangka menjaga kepentingan perusahaan termasuk pemegang saham, kreditur, karyawan, dan

133

Sarah Mc. Bride, “Corporate Governance Becomes a Strong Factor For Investor” The Asian Wall Street Journal, Tanggal 18 July 2002, hal. M1. dalam Hamud M. Balfas,Op.cit,hal.231- 232.

134Lihat Pasal 6 Keputusan Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN

lingkungan dimana Persero berada, secara timbal balik sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing,

d. Meningkatkan kontribusi Persero bagi perekonomian nasional. e. Meningkatkan iklim investasi; dan,

f. Mendukung program privatisasi.

Menurut I Putu Gede Ary Suta Istilah corporate governance merupakan istilah

yang kelihatannya mudah dimengerti, namun sesungguhnya sulit untuk

diimplementasikan. "Corporate governance refers to the set of rules applicable to the direction and control of a company".135 Dari definisi ini paling tidak terkandung dua aspek penting yaitu: Secara internal adanya tuntutan kepada direksi, komisaris dan

seluruh tatanan perusahaan untuk mensukseskan tercapainya good Management

practices. Selanjutnya pencapaiangood corporate governance(GCG) harus memperoleh dukungan dari pihak luar yang berkepentingan terhadap preusan seperti : pemegang saham, terutama controlling interest holders, kreditur, pemerintah ataupun masyarakat luas. Ini tugas berat untuk menciptakangood corporate citizenship.

Meluasnya kebutuhan terhadap good corporate governance dilatar belakangi

oleh:

a. Berkembangnya equity market, terutama di negara-negara maju mengharuskan bagi perusahaan dan pelaku pasar lain-nya untuk lebih transparan,fairdan terbuka dalam pembuatan keputusan perusahaan.

135Report on the Belgian Commission on Corporate Governance; an initiative of the Brussels

b. Adanya kompetisi yang semakin tajam terhadap sumber-sumber keuangan yang dikelola oleh dana pensiun, asuransi, mutual funds, dan institusiinstitusi keuangan lainnya.

c. Semakin meningkatnya keterlibatan masyarakat (stakeholders) baik langsung

maupun tidak langsung, dalam kaitannya dengan lingkungan hidup, tenaga kerja, penggunaan dana masyarakat, pajak dan lain-lain, akan mengharuskan perusahaan

untuk mengembangkangood corporate governance(GCG).

d. Adanya keharusan dari pemerintah terutama yang terkait dengan regulated industry

seperti pasar modal. perbankan. Dan industri-industri penting lainnya.

Penciptaan dan penerapan good corporate governance (GCG) memerlukan

perencanaan dan penerapan kebijakan penting dan mendasar yang mengatur kehidupan perusahaan. Setidaknya ada empat syarat utama yang dibutuhkan yaitu:

Pertama, good corporate governancemengharuskan adanya accountabilityyang jelas bagi pengelola perusahaan. Amanat yang diterima melalui RUPS oleh direksi dan komisaris harus dipertanggungjawabkan baik yang mencakup operasi perusahaan maupun pertanggungjawaban keuangan. Hal ini memerlukan adanya aturan main yang jelas mengatur hak dan kewajiban setiap pengelola perusahaan.

Kedua,good corporate governancemembutuhkan adanya direksi yang memiliki

tingkat independensi yang memadai terutama dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan. Harus dapat dipastikan bahwa direksi yang bekerja semata-mata untuk perusahaan dan bukan untuk kepentingan pribadinya. Esensi untuk terciptanya independensi ini tidak lain adalah menghindari terjadinyaconflict of interests.

Ketiga, good corporate governance memerlukan adanya penyebaran informasi yang diperlukan (full disclosure). Informasi yang diperlukan oleh stakeholders meliputi informasi penting dan relevan termasuk informasi tentang operasi perusahaan dan informasi keuangan. Informasi ini akan membantu dalam penciptaan kondisi pertama dan kedua di atas.

Keempat,good corporate governancememerlukan adanyaaudit committeeuntuk meningkatkan kualitas laporan dan objektifitas penilaian kinerja perusahaan. Audit ini harus dilakukan oleh pihak independen.136

Menurut I Nyoman Tjager Pentingnya penerapan prinsip good corporate

governancekedalam suatu perusahaan publik dikarenakan hal-hal sebagai berikut:

a. Bahwa pihak investor institutional lebih menaruh kepercayaan kepada perusahaan yang menerapkan prinsip good corporate governance, dan menjadikannya kriteria utama, disamping kriteria kinerja keuangan dan potensi pertumbuhan.

b. Ada indikasi keterkaitan antara krisis ekonomi di negara-negara Asia akhir abad 20

dengan lemahnya penerapan prinsip good corporate governance pada masa itu.

Misalnya terlihat dalam tindakan–tindakan seperti manajemen keluarga, kolusi dengan pemerintah, politik proteksi, intervensi pemerintah, suap menyuap, dan lain- lain.

c. Penerapan prinsip good corporate governance sudah merupakan kebutuhan dalam

internasionalisasi pasar, termasuk modernisasi pasar finansial dan pasar modal. Sehingga para investor bersedia menanam modalnya. Trend ini cepat menyebar di

berbagai belahan dunia, sehingga banyak perusahaan-perusahaan besar menerapkan prinsipgood corporate governancedalam perusahaannya.

d. Prinsipgood corporate governance telah memberi dasar bagi berkembangnya value

dari perusahan yang sesuai dengan lanskap bisnis yang sedang berkembang saat ini yang sangat mengedepankan nilai-nilai kemandirian, transparansi, profesionalisme, tanggung jawab sosial, dan lain-lain.137

Dengan diterapkannya GCG maka dapat memberikan perlindungan kepada investor di pasar modal karena GCG mewajibkan tata kelola perusahaan yang baik dan benar melalui pemberian suatu informasi yang terbuka, tepat waktu serta jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan dan mewajibkan perusahaan agar mematuhi hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga tidak akan menimbulkan kerugian bagi investor.