• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

Pelatihan Pemantapan Pendidikan Karakter bagi Guru-Guru Bahasa Inggris SMP dan SMA di Kabupaten LarantukaFlores Nusa Tenggara Timur (NTT)

Oleh:

Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, M.A. NIP 196202021988032001 Dra. Luh Putu Artini, M.A., Ph.D.

NIP 196407141988102001 Dewa Ayu E. Agustini, S.Pd., M.S.

NIP 198108142009122002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2017

(2)
(3)

RINGKASAN

Seperti pengalaman yang diperoleh oleh tim pengusul yang juga sebelumnya telah melakukan kegiatan P2M di Manggarai, NTT tahun lalu, kondisi sekolah secara umum di NTT dapat digambarkan tidak semaju di dearah Indonesia Bagian Barat atau Tengah seperti Bali. Berdasarkan pengamatan dan diskusi dengan para guru di Manggarai, mereka menghadapi banyak keterbatasan dalam menyiapkan dan melaksanakan pendidikan di daerah NTT, di samping masalah-masalah lain seperti misalnya: keterbatasan fasilitas sarana pendukung pembelajaran, keterbatasan guru, dan juga sangat kurangnya pelatihan-pelatihan pengembangan profesionalisme guru. Secara umum, guru-guru di Larantuka sangat perlu mendapatkan pelatihan karena mereka masih belum memahami hakekat pendidikan karakter.Memberikan pelatihan dalam bidang ini sangat dibutuhkan guru agar mampu memenuhi harapan dan tujuan Kurikuum 2013.Sayangnya, perhatian dari pemerintah pusat untuk memberikan pelatihan-pelatihan masih sangat sulit, sehingga perlu mendapat perhatian dari pihak perguruan tinggi seperti Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Bali. Sehubungan dengan hal tersebut, pelatihan dilakukan untuk memberdayakan guru-guru Bahasa Inggris di Larantuka tentang strategi menyisipkan karakter dalam pembelajaran. Pelatihan berjalan dengan sukses dihadiri oleh lebih dari 200 orang guru, meskipun undangan hanya untuk 50 orang.Hasil observasi menunjukkan guru-guru sangat antusias mengikuti pelatihan, sangat serius berdiskusi dan tetap semangat dalam megikuti pelatihan sampai hari terakhir. Diharapkan pemahaman didapat dari pelatihan ini, membuat mereka mampu mengedukasi para siswa yang diajarnya, yang nantinya akan menjadi sumber daya manusia yang handal untuk membangun Larantuka Flores, atau NTT secara umum.

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 . Analisis Situasi

Larantuka merupakan salah satu kota di Flores Timur dan merupakan ibukota Kabupaten Flores Timur. Larantuka memiliki luas wilayah sekitar 9.981,71 hektar atau sekitar 99,82 km2 yang terdiri dari 14 kelurahan dan 8 desa. Batas administrasi wilayah ini adalah Utara kecamatan Ile Mandiri, Selatan: Selat Larantuka, Barat: Kecamatan Lewolema, dan Timur Kecamatan Ile Mandiri (larantukaku.blogspot.co.id seperti diunduh hari Kamis 15 September 2016).

Seperti halnya daerah lain di Nusa Tenggara Timur, kondisi sekolah secara umum di Larantuka tidak semaju di dearah Indonesia Bagian Barat atau Tengah seperti Bali.Banyak keterbatasan yang dialami oleh guru di daerah NTT, di samping masalah-masalah keterbatasan fasilitas sarana pendukung pembelajaran, keterbatasan jumlah dosen/guru, dan juga sangat kurangnya pelatihan-pelatihan pengembangan profesionalme guru.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru besar dan tokoh dari Flores (Prof. Dr. Aron Meoko Mbete), kondisi pendidikan di Larantuka masih cukup memprihatinkan baik dari segi sumber daya manusia maupun kondisi infrastruktur dan fasilitas pendidikan lainnya. Secara umum, guru-guru di Larantuka sangat perlu mendapatkan pelatihan karena mereka masih belum memahami hakekat pendidikan karakter.Memberikan pelatihan dalam bidang ini sangat dibutuhkan guru agar mampu memenuhi harapan dan tujuan Kurikuum 2013.

Sedangkan, perhatian dari pemerintah pusat untuk memberikan pelatihan-pelatihan masih sangat minim sehingga daerah ini perlu mendapat perhatian dari pihak perguruan tinggi seperti Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Bali. Dengan memberdayakan guru-

(5)

guru Bahasa Inggris di Larantuka tentang strategi menyisipkan karakter dalam pembelajaran, maka mereka akan mampu menularkan pengetahuannya kepada para siswa yang diajarnya, yang nantinya akan menjadi sumber daya manusia yang handal untuk membangun Larantuka Flores, atau NTT secara umum.

Situasi Flores seperti itu diperkuat oleh pengalaman kami ketika melakukan kegiatan pengabdian setahun yang lalu di Manggarai Flores Barat. Berdasarkan observasi kami, kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran masih sangat kurang. Sehingga ketika kami melakukan kegiatan pengabdian, mereka sangat antusias dan jumlah peserta yang datang jauh lebih banyak dari jumlah yang kami harapkan. Situasi ini mendorong kami untuk melakukannya lagi dan kali ini kami bermaksud untuk melakukannya di FloresTimur sehingga pengimbasan pengetahuan dan keterampilan yang nantinya kami berikan akan merata untuk Flores.

Pilihan topik pengabdian tentang pendidikan karakter sangat tepat karena pentingnya pendidikan karakter juga didorong dengan adanya kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dimulai tahun 2015 yang akan berdampak pada dorongan arus investasi dari luar masuk ke Indonesia yang akan menciptakan multi effect dalam berbagai sektor termasuk pendidikan yang akan mengarah pada persaingan bebas diantara negara-negara yang tergabung di dalamnya. Oleh sebab itu, guru sekolah di Larantuka harus mempersiapkan generasi muda agar mampu mengembangkan karakter tangguh, karakter untuk selalu mau meningkatkan diri, menggobal, kesadaran dan pemahaman multikultural termasuk karakter-karakter lain agar mereka siap bersaing secara nasional dan internasional.

Sehubungan dengan hal tersebut, pelatihan pemantapan pendidikan karakter bagi guru Bahasa Inggris dipandang sangat perlu dan mendesak dalam upaya membantu pengembangan profesionalisme guru melalui pelatihan pendidikan karakter dan bagaimana menyisipkannya

(6)

dalam pembelajaran bagi para guru di Larantuka Flores NTT sehingga mereka siap menghadapi tuntutan pendidikan Indonesia di abad 21.

1.2 Tujuan

Berdasarkan analisis situasi di atas, maka tujuan dari P2M ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang pemantapan pendidikan karakter kepada guru-guru Bahasa Inggris di Larantuka Flores Timur sehingga mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana menyisipkan pendidikan karakter dalam pembelajaran.

1.3 Manfaat

Kegiatan ini memiliki manfaat berlipat bagi guru di Larantuka, masyarakat Flores Timur, penulis secara pribadi, dan Universitas Pendidikan Ganesha.

a. Manfaat bagi guru-guru di Larantuka

1. Meningkatnya pemahaman dan keterampilan guru tentang pendidikan karakter.

2. Meningkatnya pemahaman dan keterampilan guru tentang strategi menyisipkan pendidikan Karakter dalam pembelajaran.

3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru tentang strategi mengases pelaksanaan pendidikan karakter.

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan para guru merupakan investasi keilmuan yang dimiliki seterusnya.Sehingga, melalui pelatihan ini, mereka tidak hanya bisa membentuk karakter siswa satu angkatan saja, tetapi seterusnya sepanjang mereka menjadi guru. Hal ini tentu membawa dampak terhadap peningkatan kualitas lulusan sehingga menjadi lebih siap dan kompeten dalam membangun Flores, NTT.

(7)

Pengabdian untuk para Guru di Larantuka diharapkan membawa dampak secara tidak langsung terhadap masyarakat Flores, karena lewat pelatihan yang diberikan, para siswa (generasi 4

(8)

muda) Larantuka mendapatkan imbas langsung dari guru-guru Bahasa Inggris di Larantuka sehingga mereka diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan (kompetensi) yang memadai untuk menyisipkan karakter dalam pembelajarannya dalam membangun generasi muda Larantuka Flores khususnya dan NTT pada umumnya.

c. Manfaat pagi penulis/pengusul pengabdian ini

Bagi penulis, kegiatan pengabdian ini diharapkan memberikan manfaat yang sangat

berharga. Disamping bisa melaksanakan kegiatan pengabdian sebagai bagian Tri Dharma Perguruan Tinggi yang bermakna, ada kepuasan tersendiri bahwa kita bisa membantu sesama dalam arti yang sesungguhnya dan sangat berarti bagi mereka yang mengikuti pelatihan. Di samping itu, kegiatan sejenis diharapkan bisa menginspirasi orang lain/dosen-dosen lain untuk mengabdikan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk membangun negeri.

d. Manfaat bagi Undiksha

Bagi Undiksha kegiatan pengabdian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang tidak kecil.

1) Kegiatan ini adalah ajang promosi ke daerah Indonesia Timur tentang Undiksha sebagai perguruan tinggi di bidang pendidikan. Banyak program dari Undiksha yang perlu dijual untuk Indonesia Timur baik itu program pendidikan sarjana dan pasca sarjana maupun program-program pengembangan profesi (seperti PEKERTI) yang perlu disosialisasikan.

2) Diharapkan bahwa melalui kegiatan pengabdian ini, Undiksha secara nyata bisa mempromosikan kompetensi dosen-dosen pengajarnya, sehingga merupakan suatu

pengenalan kompetensi secara nyata yang diharapkan membuat nama Undiksha semakin dipercaya di Indonesia Timur.

3) Melalui kegiatan ini diharapkan Undiksha nantinya bisa menjadi Pusat Pengembangan Pendidikan yang memimpin perguruan tinggi-perguruan tinggi lain di NTT

(9)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang disisipkan dan ditekankan oleh pemerintah di Indonesia sejak diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.Di Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disarankan agar pendidikan karakter disisipkan dalam pelaksanaan pendidikan.Hal ini disebabkan oleh kekawathiran dari pemerintah karena adanya degradasi moral yang terjadi di Indonesia secara terus-menerus.Oleh karena itu, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pemerintah menyisipkan pendidikan karakter guna melindungi moral bangsa agar tetap terjaga. Berikut akan dijelaskan mengenai bagaimana pendidikan karakter tersebut, nilai-nilai pembentunya, dan seperti apa strategi pendidikan karakter di tingkat satuan pendidikan.

1.2Pendidikan Karakter dan Nilai-Nilai Pembentuk Karakter

Pendidikan Karakter merupakan fenomena nasional di Indonesia sejak diberlakukannya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang menyarankan agar pendidikan karakter disisipkan dalam pelaksanaan pendidikan.Kekurangintensifan dalam menerapkan Pendidikan Karakter di dalam pelaksanaan pendidikan dalam era KTSP menyebabkan Pendidikan Karakter kemudian dipertegas dalam Kurikulum tahun 2013 (K-13).

Penegasan Pendidikan Karakter dalam K-13 juga dipicu oleh beberapa kasus degradasi moral yang terjadi secara nasional.Belakangan ini, beberapa fenomena mengemuka di masyarakat seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam ujian dan kasus-kasus kriminal yang menimpa para pemuda generasi bangsa.Meskipun belum ada hasil penelitian dan kajian ilmiah bahwa kekacauan tersebut bersumber dari kurikulum, namun beberapa ahli pendidikan dan tokoh masyarakat menyatakan bahwa salah satu akar masalahnya adalah implementasi kurikulum yang terlalu menekankan aspek kognitif dan keterkungkungan peserta didik di ruang belajarnya dengan kegiatan yang kurang menantang peserta didik.Oleh karena itu, kurikulum perlu direorientasi dan

(10)

direorganisasi terhadap beban belajar dan kegiatan pembelajaran yang dapat menjawab kebutuhan ini (Dokumen Kurikulum 2013).

Penekanan pada pendidikan karakter dalam pelaksanaan pembelajaran juga dilandasi oleh harapan agar lulusan mampu menjawab tantangan jaman, yang memerlukan dasar kepribadian yang tangguh, tahan banting, pekerja keras, jujur berintegritas serta berperilaku mulia lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, lulusan diharapkan memiliki keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kompetensi sikap dan keterampilan sama pentingnya dengan kompetensi kognitif sehingga ketiganya harus dikembangkan secara seimbang. Pada kurikulum 2006, soft skill kurang mendapat perhatian guru. Guru lebih banyak mengajar buku secara mekanistik dari bab ke bab, sehingga kurang memberikan ruang untuk berkembangnya soft skill melalui kegiatan-kegiatan berbasis projek. Guru lebih banyak menekankan pada aspek bentuk bahasa yang meliputi aspek teoritis dan kurang mengarahkan peserta didik untuk konstruktivistik yang lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih berperan dan berkesempatan untuk mengalami dan mempraktekkan pengalaman-pengalaman agar mereka mampu merumuskan sendiri pemahaman dan pengetahuannya. Oleh sebab itu, memasukkan Pendidikan Karakter dalam kurikulum memiliki tujuan untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya pintar memiliki kompetensi tinggi secara akademik tetapi juga berakhlak mulia dalam karakter.Cerdas dan berperilaku yang baik merupakan dua tujuan utama pendidikan yang bersifat universal (Lickona, 2012).

Kebijakan tentang K-13 dengan landasan Pendidikan Karakter harus direspon oleh lembaga pencetak guru dengan mengakomodasi aspek-aspek perubahan K-13 dalam kurikulum mata kuliah pedagogik di perguruan tinggi.Sehubungan dengan hal tersebut, kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pengembangan perangkat pembelajaran berbasis Pendidikan Karakter untuk mahasiswa di perguruan tinggi agar nanti mampu menghasilkan lulusan yang mampu melaksanakan pembelajaran berbasis karakter di sekolah.

Lickona (2012: 82) menjelaskan karakter sebagai pendidikan nilai yang mengadung nilai operatif. Karakter dalam pandangan Lickona memiliki tiga bagian yang saling berhubungan: pengetahuan moral, perasaan moral dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik dan melakukan hal yang baik-kebiasaan dalam cara berpikir, kebiasaan dalam hari dan kebiasaan dalam tindakan.

(11)

Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, mewujudkan dan menebar kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter juga didefinisikan sebagai pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan mempraktekkan dalam kehidupannya entah dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan warga negara (Agus Wibowo, 2012).Pendidikan karakter bisa diwujudkan dengan segala sesuatu yang dilakukan guru yang mampu mempengaruhi peserta didik yang membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi dan berbagai hal terkait lainnya.

Pendidikan karakter merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan UUD 1945 yang dilatarbelakangi oleh munculnya permasalahan bangsa dan negara. Tujuan pendidikan karakter adalah mengembangkan karakter peserta didik agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila dan berfungsi untuk Pengembangkan potensi dasar, agar “berhati baik, berpikiran baik & berperilaku baik”; Perbaikan perilaku yg kurang baik dan penguatan perilaku yg sudah baik; Penyaring budaya yg kurang sesuai dg nilai-nilai luhur Pancasila.

Untuk mendukung perwujudan pembangunan bangsa berkarakter sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan UUD, maka pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai prioritas pembangunan nasional. Dalam UU RI No 17 Tahun 2007 Tentang RPJPN 2005-2025 disebutkan bahwa bangsa berkarakter adalah bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Terkait dengan upaya untuk mewujudkan pendidikan karakter sebagaimana dinyatakan dalam RPJPN, sesungguhnya hal tersebut sudah tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang MahaEsa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan manjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

(12)

Pendidikan Nasional). Dengan demikian RPJPN dan Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional merupakan landasan yang kokoh untuk melaksnakan pendidikan karakter sebagai prioritas program kementrian pendidikan nasional 2010-2014 yang dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter (2010) bahwa pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati (Sri Suryatini, 2011).

Sebagai pendidikan budi pekerti maka pendidikan karakter harus dipahami dalam ranah kognitif agar peserta didik paham mana yang benar dan mana yang salah, dapat merasakan mana nilai yang baik dan dan biasa melakukannya dalam pembiasaan prilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pendidikan karakter yang baik harus mencakup tidak hanya pemahaman yang baik (moral knowing), tetapi juga merasakan dengan baik (moral feeling) dan berperilaku yang baik (moral action) seperti dinyatakan oleh Lickona (2012).

Untuk bisa membentuk bangsa berkarakter seperti yang dinyatakan dengan ciri-ciri tersebut di atas, pengaruh guru dan pendidikan memegang peranan yang amat penting.Maka dari itu diperlukan pendidik (guru) yang berkemampuan untuk mengimplementasikan nilai-nilai etika kemanusiaan, memiliki citra diri yang positif, memiliki etos kerja dan komitmen yang tinggi, dan sifat empati yang tinggi.Di samping itu, upaya pembentukan bangsa berkarakter tersebut perlu diatur secara sistemik dan serius dalam berkehidupan.Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah mengintegrasikan dalam pendidikan baik itu pendidikan informal dalam ranah keluarga, pendidikan non-formal di masyarakat maupun pendidikan formal di sekolah melalui pendidikan karakter.

Dalam upaya lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional yaitu 1) religious, 2) jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) Mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) semangat kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13) bersahabat/komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli lingkungan, 17) peduli sosial dan 18) tanggung jawab ( Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter Kementrian Pendidikan

(13)

Nasional Badan penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011).

Meskipun terdapat 18 nilai pembentuk karakter bangsa, satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya yang diprioritaskan dari 18 nilai tersebut. Dalam pelaksanaannya jumlah dan jenis serta strategi implementasinya akan berbeda antara satu sekolah dengan sekolah yang lain disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kepentingan satuan pendidikan masing-masing.

Jika Indonesia memutuskan untuk memperkenalkan 18 nilai karakter bangsa dalam satuan pendidikan, Lickona (2012) menyebutkan bahwa terdapat dua nilai universal moral yang dapat membentuk inti sebuah masayarakat, yaitu rasa respek dan tanggung jawab. Respek mengacu pada rasa hormat pada seseorang atau sesuatu yang dinggap berharga.

(14)

BAB III

METODE PELAKSANAAN 3.1 Justifikasi Pemilihan Objek

Pemantapan pendidikan karakter secara inovatif dalam pembelajaran di perguruan tinggi untuk para guru Bahasa Inggris di Larantuka sangat perlu ditingkatkan.Pendidikan karakter diprioritaskan dalam P2M ini karena pendidikan karakter merupakan fondasi dasar yang dibutuhkan generasi muda penerus bangsa agar mereka mampu mengisi kehidupan ini dengan hal-hal yang bermanfaat dalam upaya membangun negara dan bangsa ini menjadi lebih baik. Pemilihan okjek pendidikan karakter sangat tepat di era saat ini karena banyaknya terjadi degradasi moral di semua kalangan.Berita tentang adanya kemerosotan moral sering diberitakan secara nasional.Dengan terbentuknya karakter yang baik, maka peningkatan kompetensi dalam bidang lain akan menjadi lebih mudah. Keterlambatan dalam pembentukan karakter bisa mengarah pada munculnya masalah-masalah lain. Oleh karena itu, maka pelatihan tentang pemantapan Pendidikan Karakter dianggap sangat perlu diberikan kepada para guru Bahasa Inggris di Larantuka Flores NTT.

3.2 Informasi tentang Subjek Sasaran

Subjek sasaran kegiatan ini adalah para guru Bahasa Inggris SMP dan SMA di Larantuka. Mengingat pelatihan pendidikan itu begitu penting dan mendesak dan dibutuhkan oleh semua pihak, maka pelatihan pendidikan karakter ini akan melibatkan guru-guru di Larantuka. Pelatihan ini bermaksud memberikan semacam orientasi profesional agar mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memantapkan Pendidikan Karakter dalam proses pembelajaran. Diharapkan dengan keterampilan ini, peserta akan memiliki pemahaman yang lebih jelas tentang pendidikan karakter agar mereka mampu menyisipkan dalam pembelajaran di kelas maupun sebagai bagian dari pengembangan diri.

(15)
(16)

3.3 Metode Pelaksanaan

a. Kerangka Pemecahan Masalah

Sehubungan dengan masalah dipaparkan di depan, kerangka pemecahan masalah yang dikembangkan digambarkan dengan alur pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:

ANALISIS SITUASI:

Flores perlu diberdayakan agar lebih maju dan berkembang dan para generasi muda perlu dibentuk karakternya untuk lebih siap membangun daerahnya

KONDISI RIIL: Pemahaman dan keterampilan guru Bahasa Inggris sebagai pencetak generasi muda tentang Pend.karakter perlu

ditingkatkan

Para dosen IKTL dan guru di Larantuka kurang paham tentang bagaimana memantapkan pendidikan karakter dalam pembelajaran

Pemecahan Masalah Guru Bahasa Pelatihan Inggris di Larantuka mengenai diberikan pemantapan tentang pendidikan pendidikan

karakter dalm karakter pembalajaran Pendidikan Karakter membudaya Wawasan dan keterampilan tentang pendidikan karakter lebih baik

Guru Bahasa Inggris di kab. Larantuka terampil dan mampu menyisipkan pendidikan karakter

(17)

Metode Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaannya diawali dengan mengidentifikasi masalah yang dialami kelompok masyarakat (khalayak sasaran).Dengan mengidentifikasi masalah yang dialami, kemudian dirancang kegiatan.Metode pelaksanaannya dilaksanakan dalam bentuk pelatihan yang diikuti oleh para para guru Bahasa Inggris di Larantuka Flores NTT.

3.4 Keterkaitan

Keterkaitan program dengan pihak terkait dapat dipaparkan dengan tabel berikut. Tabel 1: Keterkaitan Program dengan Pihak terkait.

No Institusi Peran dan Manfaat

1 Pengusul P2M - Menghubungkan pihak

LPPM Undiksha pemberi P2M dengan

pihak guru di Larantuka Flores NTT. 2 IKTL Larantuka Flores NTT Sebagai pihak yang

menghubungkan antara tim pengusul P2m Undiksha dan pihak pelaksana pelatihan di Larantuka. 3 Dinas Pendidikan Larantuka Flores NTT Bersama dengan IKTL

Diknas Larantuka mengkordinasikan kegiatan pelatihan ini dengan peserta pelatihan (guru-guru) di Larantuka Flores NTT.

3.5Rancangan Pelaksanaan Program dan Evaluasi a. Persiapan

1. Menyusun program kerja dan diskripsi kerja untuk anggota tim. 2. Penyusunan indikator dan instrumen program.

3. Penetapan tim pelaksana program sesuai dengan kepakarannya. 4. Diskusi/pembekalan tim dalam hal pelaksanaan teknis.

(18)

b.Pelaksanaan

1. Pelatihan pemantapan Pendidikan Karakter 2. Evaluasi dan indikator Pencapaian

1. Adanya peningkatan pemahaman dari dosen IKTL dan guru-guru tentang pendidikan karakter serta bagaimana memantapkan penyisipan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran.

(19)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan dan Hasil Kegiatan

Pengabdian pada masayarakat dilakukan di Larantuka dengan melibatkan guru-guru SMP maupun Guru SMA tentang pemantapan pendidikan karakter. Tetapi hasil observasi menunjukkan bahwa bukan hanya guru SMP dan SMA yang hadir, juga guru-guru TK dan SD. Antuasiasme pelaksanaan P2M sangat kentara dilhat dari banyaknya peserta yang hadir serta sangat antusias dari awal sampai akhir kegiatan.

Berikut ini adalah suasana pelaksanaan P2M selama ada di Larantuka

Foto 1. Nara sumber memaparkan materi dan peserta pelatihan

Pelatihan ini diberikan oleh nara sumber yaitu Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, MA sebagai nara sumber utama. Pelatihan diberikan dalam 2 tahap yaitu 1) tahap pemaparan/sosialisasi tentang pendidikan karakter, dan 2) pendampingan menyisipkan pendidikan karakter.

(20)

Pada tahap ini materi dipaparkan secara teoritis dengan menggunakan power point.

Topiknya adalah pemantapan pendidikan karakter.

Gambar 2: Topik pelatihan

Pelatihan diawali dengan memberikan penjelasan tentang pendidikan karakter, apa itu pendidikan karakter. Definisi ini penting karena biar tidak membingungkan dengan pelajaran agama.

(21)

Gambar 3: Definisi Pendidikan Karakter

Agar peserta memiliki konsep yang jelas tentang nilai-nilai karakter, maka pelatihan disi dengan perbandingan nilai karakter universal di negara lain, nilai karakter menurut kurikulum 2013, dan nilai karakter di perguruan tinggi.

Gambar 4: Nilai Karakter

Dalam pelatihan juga diajarkan tentang karakter individu dalam persepectif budaya akademik bahwa nilai karakter bersumber pada olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah rasa/karsa.

(22)

Gambar 5: Sumber Nilai Karakter dalam perspective Budaya akademik

Nilai-nilai karakter tersebut sangat dibutuhkan untuk menghadapi era globalisasi saat ini.Oleh sebab itu, dalam pelatihan ini juga diperkenalkan tentang kebijakan Masyarakat Ekonomi Asean dan karakter-karakter yang harus dimiliki oleh siswa agar mampu berperan secara aktif dalam era globalisasi.

(23)

Gambar 6: MEA dan nilai karakter

Nilai-nilai karakter tersebut sangat dibutuhkan karena dalam era globalisasi, karakter individu siswa harus dikembangkan agar mampu berperan.Oleh sebab itu, guru harus paham tentang kerangka pendidikan abad 21.

(24)

Gambar 7: Kerangka Pembelajaran Abad 21

Kerangka pendidikan abad 21 harus dipahami oleh guru sehingga guru bisa mempersiapkan siswa untuk bisa mengasah karakter-karakter yang dibutuhkan dalam era abad 21.

Tuntutan abad 21 begitu tinggi, arus globalisasi memerlukan individu harus memiliki karakter kokoh, cerdas, jujur pekerja keras sehingga nantinya bisa terus bertahan dan bersaing dengan dunia luar maupun berkolaborasi untuk meningkatkan kualitas hidup.

(25)

Gambar 8: Pentingnya pendidikan karakter

Pendidikan karakter dibutuhkan karena adanya tantangan luar seperti pendidikan abad 21, MEA, karena perubahan jaman yang berkonskuensi pada pada adanya perbedaan generasi yang berdampak pada perubahan generasi, dan juga tantangan dari dalam negeri sendiri yaitu adanya degradasi moral dimana-mana. Ada tiga pendekatan yang bisa dilakukan guru yaitu: 1) melalui kebijakan, 2) melalui pemberian contoh2 dan 3) merevitalisasi kegiatan ekstra kurikuler.

(26)

Untuk membuat para guru lebih paham tentang pendidikan karakter, maka guru peserta pelatihan harus memahami desain pendidikan karakter. Dalam desain ini dinyatakan bahwa pendidikan karakter harus mengalami dua hal yaitu proses pembudayaan dan pemberdayaan yang dilakukan secara top-down dengan berdasar pada surat keputusan untuk mengatur semua pihak terkait tentang aturan melaksanakan pendidikan karakter, dan juga melalui bottom-up yaitu melalui pembiasaan-pembiasaan untuk membuat pendidikan karakter untuk diulang-diulangi agar kebiasaan dimantapkan sehingga menjadi karakter.

Gambar 10. Desain Pendidikan karakter

Oleh sebab itu, agar implementasi pendidikan karakter menjadi sukses maka nilai-nilai karakter yang diajarkan harus dimasukkan dalam setiap program sekolah.

(27)

Gambar 11: Implementasi Pendidikan Karakter

Para guru hendaknya memahami bahwa keberhasilan implementasi pendidikan karakter bisa dilakukan dengan :

- Memasukkan dalam misi sekolah

- Mengembangkan program dengan sistem tertentu yang disepkati - Didukung oleh semua insan di sekolah

(28)

Implementasinya bisa dilakukan dengan menyisipkan dalam mata pelajaran, dan melalui kegiatan pengembangan diri seperti dinyatakan dalam gambar 12.

Gambar 13: Sistem Penyisipan Pendidikan Karakter

Sistem pendidikan karakter harus lebur dan menjiwai semua kativitas di sekolah.Dengan demikian berkarakter merupakan bagian dari kehidupan di sekolah.

2) Pendampingan

Pemaparan yang disampaikan di atas, harus disertai dengan pendampinga, yaitu proses dimana guru belajar lebih detail dan rinci tentang bagaimana menyispkan pendidikan karakter dalam pembelajaran. Dalam proses pendampingan ini, guru didampingi secara personal satu persatu dan guru lebih banyak berdiskusi tentang hal-hal teknis implementasi tentang menyisipkan pendidikan karakter.

Gambar berikut menunjukkan bagaimana pendampingan dilakukan oleh nara sumber terhadap peserta.

(29)

Pada gambar berikut, tampak bahwa nara sumber berusaha mendampingi setiap guru dan memberikan masukan.

Gambar 14: Proses pendampingan

Dengan proses pendampingan yang dilakukan secara serius, peserta menjadi sangat senang, termotivasi dan terinspirasi untuk melakukan dan mengimplementasikan teknik yang diajarkan di sekolah msing-masing.

Berikut ini bagaimana persepsi guru peserta pelatihan tentang pelatihan yang mereka ikuti.

Persepsi guru terhadap pelatihan yang mereka ikuti

No Pernyataan 5 4 3 2 1

1 Topik yangdiberikan sangat membantu guru dalam menerpakan pendidikan karakter

100% 2 Strategi menanamkan karakter yang diberikan

inovatif

90% 10% 3. Strategi menanamkan pendidikan karakter yang

dijelaskan bisa diterapkan di sekolah sendiri.

85% 15^ 4. Guru yakin bisa menerapkan strategi inovatif yang

disarankan.

80% 20% 5. Guru bisa terinspirasi untuk lebih inovatif dalam 100%

(30)

menanamkan pendidikan karakter setelah pelatihan ini.

6 Guru menjadi lebih paham dan mengerti tentang menerapkan pendidikan karakter di sekolah

100%

Berdasarkan hasil kuesiner yang diberikan, dapat dinyatakan bahwa para guru sangat merasakan manfaat pelatihan yang mereka ikuti.Mereka sangat antusias dan merasakan manfaatnya. Di samping karena topiknya sangat mereka butuhkan juga karena para guru di Larantuka baru pertama kali ini mendapatkan pelatihan oleh nara sumber dari luar Larantuka sehingga mereka begitu membutuhkan dan setiap diskusi berjalan dengan sangat serius dan sukses.

Diharapkan pelatihan sejenis bisa dilakukan lagi sehingga lebih banyak guru yang bisa mendapatkan pemantapan agar proses pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah terpencil bisa berjalan dengan baik dan pemerataan pemberdayaan guru bisa menjadi lebih baik untuk hasil peningkatan kualitas yang lebih baik pula.

(31)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi selama proses pemantapan pelatihan pendidikan di Larantuka, dapat dinyatakan simpulan dan saran sebagai berikut.

5. 1 Simpulan

Pelatihan pemantapan pendidikan karakter untuk para guru di Larantuka memberi dampak yang sangat positif. Para peserta menyatakan bahwa topik pelatihan yang diberikan sangat membantu guru dalam menerpakan pendidikan karakter, strategi menanamkan karakter yang diberikan inovatif, strategi menanamkan pendidikan karakter yang dijelaskan bisa diterapkan di sekolah sendiri, guru yakin bisa menerapkan strategi inovatif yang disarankan, guru bisa terinspirasi untuk lebih inovatif dalam menanamkan pendidikan karakter setelah pelatihan ini, dan guru menjadi lebih paham dan mengerti tentang menerapkan pendidikan karakter di sekolah.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil observasi dan analisis data yang dilakukan, dan dengan memperhatikan komentar-komentar dan kesan guru selama mengikuti pelatihan, maka dapat disarankan agar pelatihan sejenis bisa diberikan lebih sering lagi kepada mereka.Jenis pelatihan diharapkan tidak saja lewat pemaparan secara lisan lewat ceramah, tetapi disertai pendampingan agar masalah-masalah keseharian yang dialami guru bisa terpecahkan.

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Dick, W. & Carey, L. (1990).The Systematic Design of Instruction.Second Edition.Illinois: Scott, Foresman and Company

Dokumen Kurikulum (2013). Diunduh 4 Agustus 2014 dari

(

http://muna.staff.stainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/65/2013/03/dokumen-kurikulum-2013.pdf)

Harmer, J.(2007).How to Teach English. England : Pearson education Limited Holmes, K.P and Holmes, SV. (2011). Hierarchy for Effective Lesson Planning:

A Guide to Differentiate Instruction through Material Selection.International Journal of Humanities and Social Science. 1/19, 144-151

Kemp, J.E., Morisson, G.R., and Ross, S.M. (1994).Designing Effective Instruction. New York: Macmillan College Publishing Company.

Lickona, T.(2012). Educating for Character. Mendidik untuk Membentuk

Karakter.Bagaimana Sekolah Dapat Mengajarkan Sikap Hormat dan Tanggung Jawab. Jakarta. PT. Bumi Aksara

Lickona, T. (2013).Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Penerbit Nusa Media.

Mukhadis, A. (2013). Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter dalam Bidang Teknologi sebagai Tuntutan Hidup di Era Globalisasi.

Jurnal Pendidikan Karakter, Thn III, No.2.

Naskah Akademik Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (2013) Padmadewi, N. N. dan Merlyna Dewi, P. (2014). Efektivitas Perangkat

Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter Untuk Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Bahasa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Ganesha (Laporan Hasil Penelitian Hibah Bersaing)

Padmadewi, N.N dan Merlyna, P.D. (2014).Assessmen Kurikulum. Yogyakarta: Graha Ilmu

Panduan Pendidikan Karakter di sekolah Menengah Pertama Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama 2010).

Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter Kementrian Pendidikan Nasional Badan penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. (2011)

Pendidikan Karakter di Peguruan Tinggi, Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Tinggi Tahun (2011).

Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter Kementrian Pendidikan Nasional

Badan penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, (2011). Panduan Pendidikan Karakter di sekolah Menengah Pertama Kementrian

Pendidikan Nasional Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama (2010).

Richards, J. C. and Rodgers, T.S. (2001). Approaches and Methods in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press

Sri Suryatini.(2011). Pendidikan Karakter. (buku elektronik diunduh pada tanggal 13 Januari 2012)

(33)

Undang Undang Republik Indonesia No 17 Tahun2007 TentangRencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.

Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Wibowo, A. (2012). Pendidikan Karakter. Strategi Membangun Karakter Bangsa

Gambar

Tabel 1: Keterkaitan Program dengan Pihak terkait.
Foto 1. Nara sumber memaparkan materi  dan peserta pelatihan
Gambar 2: Topik pelatihan
Gambar 3: Definisi Pendidikan Karakter
+3

Referensi

Dokumen terkait

kelompok, 1 kelompok terdiri dari 2 orang siswa  Siswa mempraktekkan dengan menggunakan komputer  Dalam kelompok, siswa melaporkan hasil praktek dari kelompok. Pembuktian 

Biskuit Coklat (Chocolate Flavoured), Biskuit Cocoa Puff, Biskuit Marie, Biskuit Marie Susu, Biskuit Cocoa Puff , Biskuit Marie, Cocoa Puff, Biskuit, Cocoa Puff, Biskuit

Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri atas rencana output, rencana penerbitan laporan, rencana penugasan, rencana penggunaan

Fauzi, Tahrir, Studi Analisis Penetapan Awal Bulan Kamariah Sistem Aboge di Desa Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah, skripsi Sarjana

Nilai relasional yang terkandung dalam fitur-fitur gramatika tersebut digunakan oleh seluruh partisipan seminar (moderator, pemrasaran, pembanding utama, dan

itu berkenaan dengan pembicaraan tentang berbagai cara untuk menyelesaikan masalah, harus memiliki sikap yang baik dalam menghadapi masalah dan mampu mengatasi berbagai

Pemajanan pada uap monomer akrilik atau metakrilik dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi saluran napas, sensitisasi kulit, atau berbagai efek lain. JANGAN