• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas bimbingan rohani terhadap pembinaan mental pasien: studi kasus di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektifitas bimbingan rohani terhadap pembinaan mental pasien: studi kasus di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Ushuluddin

Jurusan Tasawuf Psikoterapi

Disusun Oleh :

LIA AMALIA 4101088

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)

ii SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Dalam Ilmu Ushuluddin Tasawuf Psikoterapi

Oleh: LIA AMALIA NIM: 4101088 Semarang, 18 Januari 2008 Disetujui Oleh: Pembimbing II Pembimbing I

Drs. Moch. Parmudi, M.Si Drs. H. Adnan, M.Ag

(3)

iii

Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan)” telah dimunaqosyahkan oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal:

31 Januari 2008

dan telah diterima serta disyahkan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Ushuluddin.

Dekan Fakultas/ Ketua Sidang

Drs. H. Adnan, M.Ag NIP. 150 260 178 Pembimbing I Penguji I

Drs. H. Adnan, M.Ag Prof. DR. H. Suparman Syukur, M.A NIP. 150 260 178 NIP. 150 261 769

Pembimbing II Penguji II

Drs. Moch. Parmudi, M.Si Syaefudin Zuhri, M.Ag NIP. 150 299 664 NIP. 150 299 488

Sekretaris Sidang

Hasyim Muhammad, M.Ag NIP. 150 282 134

(4)

iv



















”(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”.1

(5)

v

Dengan rendah hati karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Ayahanda Nasyikin Rosyad dan Ibunda Suhartini (Almh) tercinta yang telah mendidik, membimbing dan selalu mencurahkan perhatian serta kasih sayangnya tanpa batas dan tiada akhir.Ananda ucapkan beribu-ribu terima kasih atas segala bimbingan dan tidak henti-hentinya selalu berdoa serta memotivasi agar cepat menyelesaikan skripsi ini.

2. Adik saya Rizal dan adik Fia yang tersayang, yang selalu memberi saran dan motivasinya semoga kalian menjadi orang yang berguna.

3. Keluarga besar Mbah Sapon dan (Almh) Mbah Putri, Keluarga besar (Alm) Mbah Syamsudin dan (Almh) Mbah Putri yang selalu memberikan nasehat-nasehat dan motivasinya.

4. Ibu Mei, adik Ulfi dan Amin yang telah menjadi bagian dari keluarga kami dan semoga bahagia selalu.

5. Kanda Muslih yang telah memberikan warna tersendiri dalam perjalanan hidupku terima kasih atas do’a, kasih sayang dan cinta serta motivasinya kepadaku untuk selalu optimis dalam segala hal dalam mengarungi kehidupan ini.

6. Fela, Santi, Lia kecil, Kuri, Hid, Laeli,Iva yang selalu menemani dalam canda dan tawa.

(6)

vi

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 15 Februari 2008

LIA AMALIA NIM: 4101088

(7)

vii

Penelitian yang berjudul “Efektifitas Bimbingan Rohani Terhadap Pembinaan Mental Pasien (Studi Kasus di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan)” dilatarbelakangi oleh adanya kondisi pasien yang mengalami sakit. Ketika mengalami sakit pasien tentunya akan merasakan gejala mental yang tidak stabil. Pasien merasa dirinya tidak berdaya, tidak dapat berbuat sesuatu sehingga kondisi jiwanya menjadi tertekan, gelisah, cemas karena pasien belum bisa menerima kondisi sakit yang di deritanya.

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan bimbingan rohani terhadap pembinaan mental pasien di Rumah Sakit Islam Pekajangan, Kabupaten Pekalongan dan juga bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat efektifitas bimbingan rohani terhadap pembinaan mental pasien di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang menggunakan metode observasi yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan bimbingan rohani terhadap pembinaan mental pasien di Rumah Sakit Islam Pekajangan dan efektifitas dari bimbingan rohani di Rumah Sakit Islam Pekajangan, kemudian metode interview atau wawancara yang ditujukan kepada pasien, tenaga medis dan pembimbing rohani, dan yang terakhir yaitu dokumentasi yang digunakan untuk mendapatkan data tambahan yang berkaitan dengan penelitian ini. Kemudian dianalisis dengan menggunakan deskriptif kualitatif yaitu analisa data yang diwujudkan bukan dalam bentuk angka, melainkan dalam bentuk laporan dan uraian yang berusaha mendeskripsikan suatu situasi tertentu yang bersifat aktual secara sistematis dan akurat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa memberi dorongan yang berupa nasehat, sugesti dan juga memberikan semangat untuk selalu bersabar dalam menghadapi cobaan pasien dapat lebih untuk menerima kondisi sakit yang dideritanya. Salah satu metode yang digunakan oleh pembimbing rohani salah satunya berupa metode dialog. Pemberian bimbingan rohani yang ada di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan sudah dilaksanakan oleh pembimbing rohani sehingga kondisi mental pasien mengalami perubahan yang bersifat positif. Dampak dari pelaksanaan bimbingan rohani tersebut pembimbing rohani, dokter dan tenaga medis agar lebih meningkatkan mutu pelayanan baik berupa diagnosa obat ataupun berupa bimbingan rohani serta dapat memberikan pengarahan yang bersifat spiritual.

(8)

viii

Bismillahir Rahmannir Rahim

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, bahwa atas taufiq dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “Efektifitas Bimbingan Rohani Terhadap Pembinaan Mental Pasien (Studi Kasus di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan)” ini, disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata satu (S1) Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. DR. H. Abdul Djamil, MA, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.

2. DR. H. Abdul Muhaya, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang.

3. Drs. H. Adnan, M.Ag, selaku Pembimbing I dan Drs. Moch. Parmudi, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama dalam bangku perkuliahan.

(9)

ix

6. Ayahanda dan Ibunda (Almh) tercinta yang selalu memberi kasih sayang dan motivasi serta do’a untuk penulis selama menyelesaikan studi serta dalam penyusunan skripsi.

7. Adik-adikku Adik Rizal (jangan menyerah dan sabar), Adik Fia (ayo SEMANGAT…kamu pasti bisa).

8. Lembaga Seni Pernapasan (LSP) Mahatma (Bapak Syaroni selaku Ketua Unit Walisongo, Pak Munif, Aspel Iin, Aspel Muna, Aspel Mae, Aspel Puji dan para anggota lainnya) terima kasih atas kebersamaannya untuk selalu menjaga kesehatan.

9. Teman dekatku Syarif (terima kasih atas waktu dan bantuannya), Anis (yang selalu memberiku semangat).

10. Teman-teman HMI Korkom Walisongo, Mba Tris, Mas Agus, Mas Sugeng, Siti Boja sekeluarga, Angkatan Emas’01(Mukarom, Ristam, Neli, Cnul, Erwin), Kos Mak Ru (Iva, Ana, Dewi dan Yani) yang selalu memberi keceriaan dan canda tawanya.

11. Semua pihak yang secara tidak langsung telah membantu dan memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan para pembaca pada umumnya.

(10)

x

HALAMAN JUDUL………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ii

HALAMAN PENGESAHAN…………... iii

HALAMAN MOTTO………... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………... v

HALAMAN PERNYATAAN………... vi

HALAMAN ABSTRAK……….. vii

KATA PENGANTAR……….. viii

DAFTAR ISI………..x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang………... 1

B. Rumusan Masalah……….. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 4

D. Tinjauan Pustaka……… 5

E. Metode Penelitian……….. 6

F. Sistematika Penulisan Skripsi………10

BAB II : BIMBINGAN ROHANI TERHADAP PEMBINAAN MENTAL PASIEN A. Bimbingan Rohani………... 13

1. Pengertian Bimbingan Rohani……….. 13

2. Dasar, Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani Islam……… 15

3. Unsur-unsur Bimbingan Rohani………... 18

B. Pembinaan Mental 1. Pengertian Pembinaan Mental……….. 22

(11)

xi

ISLAM PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN, KABUPATEN PEKALONGAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Islam PKU

Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan………... 29 1. Sejarah Singkat Berdirinya Rumah Sakit Islam

PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan…… 29 2. Letak Geografis………30 3. Visi, Misi dan Tujuan Rumah Sakit Islam PKU

Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan…………..31 4. Sumber Daya Manusia………. 32 5. Struktur Organisasi……….. 33 B. Pelaksanaan Bimbingan Rohani di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan………36 1. Pelaksana Bimbingan Rohani di Rumah Sakit Islam

PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan…… 36 2. Kondisi Pasien di Rumah Sakit Islam PKU

Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan…………. 37 3. Proses Pelaksanaan Bimbingan Rohani di Rumah Sakit

Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan,

Kabupaten Pekalongan………...38 C. Hasil Penelitian Tentang Bimbingan Rohani Terhadap

Pembinaan Mental Pasien di Rumah Sakit Islam

(12)

xii

ISLAM PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN, KABUPATEN PEKALONGAN

A. Bimbingan Rohani Terhadap Pembinaan Mental Pasien di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan,

Kabupaten Pekalongan………...48 B. Efektifitas Bimbingan Rohani Terhadap Pembinaan Mental

Pasien di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah

Pekajangan, Kabupaten Pekalongan……….. 50 BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ………... 55

B. Saran-saran………. 56

C. Penutup……….. 56

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah salah satu makhluk Allah SWT. yang paling sempurna dan mulia, baik dari aspek jasmaniahnya lebih-lebih rohaniahnya. Karena kesempurnaannya itulah, maka untuk dapat memahami, mengenal secara dalam dan totalitas dibutuhkan keahlian yang spesifik.1

Menurut pandangan Allah SWT. manusia berbeda dengan makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang lain. Karena manusia diberi kelebihan yang luar biasa, berupa kesempurnaan jasmani dan rohani, yang tidak diberikan pada makhluk lain.

Manusia dapat bergerak dengan sempurna dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan beribadah dengan baik, apabila memiliki tubuh yang sehat. Karena itu, kesehatan merupakan anugerah Allah SWT. yang paling utama, setelah nikmat Islam dan iman, meskipun banyak orang yang melupakan dan mengabaikannya.2

Sehat merupakan suatu keadaan yang paling penting bagi kehidupan manusia, sehat adalah salah satu nikmat Allah SWT. yang paling berharga dalam kehidupan ini. Setiap orang sangat mendambakan dirinya sehat, baik sehat jasmani maupun rohani. Adapun jasmani yang sehat di sini ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut: mempunyai energi yang cukup, ada stamina (daya tahan), memiliki kekuatan untuk bekerja dan senantiasa merasa nyaman dan sehat.

1 M.Hamdani Bakran Adz-Dzaky. Konseling dan Psikoterapi (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002) hlm.13

2 In’amuzaahidin Masyhudi dan Nurul Wahyu Arvitasari. Berdzikir dan Sehat Ala Ustadz H. Hariyono: Menguak Pengobatan Penyakit Dengan Daya Terapi Dzikir (Semarang: Syifa Press, 2005) hlm. 1

(14)

Selain itu, orang yang rohaninya sehat ditandai dengan adanya kemampuan untuk bertindak secara efisien, memiliki tujuan hidup yang jelas, mempunyai konsep diri yang sehat, ada koordinasi antara segenap potensi dengan usaha-usahanya dan batinnya selalu tenang. 3

Jadi, dalam kehidupan ini kedua hal tersebut haruslah dapat diraih, demi keseimbangan diri setiap manusia, karena memang itulah kesehatan yang diidam-idamkan oleh seluruh umat manusia di dunia ini. Maka, Allah SWT. menurunkan al-Qur’an yang di dalamnya ada petunjuk dalam pengobatan terhadap penyakit yang terjangkit pada diri manusia baik penyakit fisik maupun psikis. Seperti yang terkandung dalam firman Allah SWT. Surat Al-Isra, ayat 82:



























Dan kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.4

Maka, antara kesehatan jasmani dan rohani itu merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, ketika seseorang menderita sakit, pengobatan yang ideal adalah mengkombinasikan terapi medis dan terapi religius.

Islam sendiri memandang, bahwa hidup dan mati, sehat dan sakit hanya terjadi karena takdir Allah SWT. dengan kehendak dan ketetapan-Nya. Kendati demikian, ketika seseorang menderita sakit, ia tidak boleh berserah diri (tawakkal) saja kepada Allah SWT. tetapi dianjurkan untuk melakukan ikhtiar,

3 Kartini Kartono. Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam (Bandung: Mandar Maju, 1989) hlm.5

(15)

melakukan segala upaya untuk mengobati penyakitnya, dan juga memelihara serta menjaga kesehatannya. Allah SWT. berfirman :









Dan apabila aku sakit, maka Dialah yang menyembuhkanku.5

Dimensi sehat dalam Islam bukan semata memberikan panduan bagaimana secara fisik manusia mengupayakan kesehatan, melainkan juga apa yang dianjurkan dalam praktek-praktek praktis ajaran Islam yang mempunyai efek rohaniah. Sehat dalam pandangan Islam adalah sehat yang meliputi aspek-aspek tubuh, aspek kejiwaan, aspek perasaan, dan aspek akal pikiran.6 Dengan kata lain, Islam tidak mengabaikan segi psikis dalam membentuk, mengobati dan menyembuhkan manusia menjadi sehat. Sehingga ada keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara jasmani dan rohani.

Jadi, yang harus dilakukan oleh seorang dokter Islam ketika memberikan pengobatan kepada pasiennya di samping melalui diagnosa obat, ia juga harus memberikan nasehat dan pengarahan kepada pasiennya dengan melalui bimbingan rohani untuk lebih dekat kepada Allah SWT. karena dengan jalan ini jiwa pasien akan tentram. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam al-Qur’an Surat Ar-Ra’d, ayat 28:























5 QS. Syu’araa’/26: 80

(16)

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dan mengingat Allah SWT . Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah SWT. -lah hati menjadi tentram. 7

Melalui bimbingan yang diberikan oleh dokter, para medis, dan tenaga pembimbing rohani akan sangat membantu perkembangan kesehatan pasien, paling tidak memupuk ketabahan dan kesabaran pasien dalam menghadapi penyakitnya. Dokter, para medis dan pembimbing rohani memberikan bimbingan kepada pasiennya sesuai dengan tingkat situasi kondisi psikologis pasiennya. 8

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai “Efektifitas Bimbingan Rohani Terhadap Pembinaan Mental Pasien (Studi Kasus di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan)”. Rumah Sakit Islam ini memiliki program di bidang kerohanian agar mencapai derajat kesehatan yang lebih baik, yang diperuntukkan bagi pasien khususnya dan bagi kalangan masyarakat pada umumnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini. Adapun permasalahan yang dimaksud adalah:

1. Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan rohani terhadap pembinaan mental pasien di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan?

2. Seberapa jauh tingkat efektifitas bimbingan rohani terhadap pembinaan mental pasien di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

7 QS. Ar-Ra’d/13: 28

8 Arifin., Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1997) hlm. 24

(17)

Berdasarkan permasalahan di atas, tidak lupa dari adanya tujuan yang akan dicapai, yaitu :

1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan bimbingan rohani terhadap pembinaan mental pasien di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan.

2. Untuk mengetahui tingkat efektifitas bimbingan rohani terhadap pembinaan mental pasien di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan.

Adapun manfaat yang diperoleh, yaitu:

1. Memberikan wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat luas tentang bimbingan rohani yang ada di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan.

2. Menambah pengetahuan dalam bidang psikologi khususnya bagi mahasiswa jurusan tasawuf psikoterapi di Fakultas Ushuluddin.

D. Tinjauan Pustaka

Salah satu syarat diterimanya sebuah penelitian adalah adanya unsur kebaruan yakni penelitian tersebut belum pernah dilakukan oleh pihak lain. Oleh karena itu, untuk menghindari kesamaan dengan karya-karya lain yang telah ada, maka alangkah baiknya dalam penelitian ini akan diuraikan beberapa karya ilmiah yang telah ada sebelumnya dan terkait dengan efektifitas bimbingan rohani terhadap pembinaan mental pasien. Diantara karya ilmiah yang mendukung karya ini adalah sebagai berikut:

Skripsi yang berjudul “Aktifitas Perawat dalam Memotivasi Kesembuhan ataupun Khusnul Khotimah Pasien di Harapan Anda Tegal”. Menjelaskan bahwa secara psikologis keadaan pasien bisa dikatakan dalam keadaan jiwa yang tertekan dan seakan-akan tidak dapat berbuat sesuatu hal. Sehingga diperlukan

(18)

adanya motivasi ataupun dorongan yang diberikan tidak hanya oleh dokter ataupun perawat, akan tetapi dapat juga dilakukan oleh para pembimbing rohani.

Selain itu, ada beberapa buku yang berkaitan dengan karya ini diantaranya yaitu:

1. Buku “Bimbingan dan Konseling dalam Islam” yang ditulis oleh Aunur Rahim Faqih, buku ini membahas tentang fungsi dan tujuan dari bimbingan dan konseling yang dibutuhkan bagi seorang individu.

2. Buku “Peranan Agama dalam Kesehatan Mental” yang ditulis oleh Zakiah Daradjat. Buku ini membahas tentang peranan agama sebagai salah satu pengendali utama manusia, selain itu dalam buku ini juga membahas mengenai fungsi dari agama dalam menghadapi berbagai kegelisahan dan kesukaran dalam kehidupan.

3. Buku “Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam” yang ditulis oleh Tohari Musnamar. Buku ini membahas tentang fungsi bimbingan dan konseling islami, bagaimana metode dan teknik yang ada pada bimbingan dan konseling islami.

E. Metode Penelitian

Yang dimaksud metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh dalam mencari, menggali, mengolah dan membahas data dalam suatu penelitian ataupun penyusunan skripsi. Agar skripsi ini memenuhi kriteria sebagai suatu kerja ilmiah, maka penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung dalam lapangan penelitian. Lapangan penelitian penulis dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan, maka sumber data yang diperoleh berasal dari data-data lapangan yang ditunjang dengan kepustakaan (library research).

(19)

2. Populasi dan Sampel

Yang menjadi populasi dalam skripsi ini adalah semua pasien yang ada di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan. Tetapi karena terbatasnya kemampuan, waktu dan biaya, maka peneliti mengambil sampel 10 orang dari 100 orang pasien yang ada di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan.

Menurut Suharsimi Arikunto, apabila populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua dan jika populasinya lebih besar, maka sampel diambil 10%-25%.9 Hal ini peneliti mengambil sampel 10%, dengan demikian 10% dari 100 orang pasien Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan adalah 10 orang. Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling dengan alasan untuk lebih memungkinkan diperolehnya data yang valid.

3. Sumber Data.

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. 10 Ada dua sumber data dalam penelitian ini yang akan penulis jadikan sebagai pusat informasi pendukung data yang dibutuhkan dalam penelitian. Sumber data tersebut adalah:

a. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang pokok yang berkaitan dan diperoleh secara langsung dari obyek penelitian. Sedangkan sumber data primer adalah sumber data yang dapat memberikan data penelitian secara

9 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) Edisi revisi V hlm.101

(20)

langsung.11 Yang menjadi sumber data primer di sini adalah pasien,

dokter, para medis, dan para pembimbing rohani di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah jenis data yang dapat dijadikan sebagai pendukung data pokok. Dapat pula didefinisikan sebagai sumber yang dapat memberikan informasi atau data tambahan yang dapat memperkuat data pokok.12 Data ini diperoleh sebagai penunjang yang berupa buku-buku referensi, al-Qur’an, majalah, koran, ataupun buku-buku bimbingan rohani yang terdapat di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan.

4. Metode Pengumpulan Data.

Untuk pengumpulan data penulis menggunakan beberapa metode untuk mendapatkan hasil yang maksimal, yaitu:

a. Observasi (pengamatan)

Yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang terdapat pada objek penelitian.13 Metode ini dilakukan dengan pengamatan secara sistematik terhadap situasi dan kondisi serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan.

b. Interview (wawancara)

Yaitu metode pengumpulan data dengan melalui percakapan langsung dan tatap muka (face to face) dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

11 Joko P. Subagyo. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1991) hlm. 87-88

12 Sumadi Suryabrata. Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998) hlm. 85 13 Sutrisno Hadi. Metode Research (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2001) Jilid I hlm. 158

(21)

(responden) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.14 Metode ini

digunakan untuk mengumpulkan data dengan jalan wawancara langsung dengan Direktur Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan, para pembimbing rohani dan pasien di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan. Wawancara dilakukan pada bulan Nopember 2006 dengan menggunakan alat bantu yang berupa daftar pertanyaan, dan rekaman kaset (tape recorder).

c. Dokumentasi

Adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.15 Yaitu pengumpulan data yang berupa tulisan, sertifikat, foto dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data historis, struktur kepengurusan rumah sakit Islam, sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan.

5. Metode Analisis Data.

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (meaning).16

Setelah data yang berkaitan dengan permasalahan di atas terkumpul, kemudian data tersebut dianalisis. Adapun analisis yang peneliti gunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.

14 Imam Suprayogo dan Tobroni. Metodologi Penelitian Sosial Agama (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003) hlm. 172

15 Husaini Usman dan Purnomo Setiady. Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) hlm. 73

16 Noeng Muhadjir. Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996) Cet. 7, hlm. 104

(22)

Analisis data kualitatif yaitu data yang berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa, kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan gambaran baru atau menguatkan suatu gambaran yang sudah ada atau sebaliknya.17

Analisis deskriptif merupakan laporan penelitian yang berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Pada penulisan laporan demikian, peneliti menganalisis data yang sangat kaya tersebut, dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. Hal itu hendaknya dilakukan seperti orang merajut, sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu. Pertanyaan dengan kata tanya, mengapa, alasan apa dan bagaimana terjadinya akan senantiasa dimanfaatkan oleh peneliti. Dengan demikian, peneliti tidak akan memandang bahwa sesuatu itu sudah memang demikian adanya.18

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi adalah suatu cara untuk menyusun dan mengolah hasil penelitian dari data dan bahan yang disusun menurut urutan tertentu, sehingga menjadi susunan skripsi. Penulisan skripsi ini secara keseluruhan terbagi menjadi lima bab yang satu sama lain berkaitan erat. Adapun penulisan skripsi ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab pertama, merupakan gambaran secara menyeluruh mengenai skripsi ini yang memuat latar belakang masalah, yang berfungsi untuk memaparkan fenomena yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian skripsi, tinjauan pustaka yang memberikan informasi yang

17 Joko P. Subagyo. Metode… op. cit., hlm. 106

18 Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006) Edisi revisi, hlm. 11

(23)

ada, metode penelitian sebagai langkah untuk mendapatkan data yang benar dan diakhiri dengan sistematika penulisan skripsi untuk memahami serta memudahkan pembacaan skripsi ini.

Bab kedua, merupakan landasan teori tentang bimbingan rohani terhadap pembinaan mental pasien. Bab ini memuat tentang pengertian bimbingan rohani terhadap pembinaan mental, yang meliputi pengertian bimbingan rohani, dasar, tujuan dan fungsi bimbingan rohani, unsur-unsur bimbingan rohani. Pembinaan mental yang terdiri dari pengertian bimbingan rohani, ciri-ciri mental yang sehat. Pembahasan pada bab ini diakhiri dengan aspek-aspek pembinaan mental yang mencakup tentang beberapa aspek dalam diri manusia.

Bab ketiga, memuat hasil penelitian yang dilakukan meliputi tentang gambaran umum pelaksanaan bimbingan rohani di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan. Bab ini menerangkan secara terperinci tentang gambaran umum Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan, yang meliputi: sejarah berdirinya Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan, letak geografis, visi, misi dan tujuan Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan, sumber daya manusia, struktur organisasi, sarana dan prasarana. Dilanjutkan dengan pelaksanaan bimbingan rohani di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan yang terdiri dari pelaksana bimbingan rohani, kondisi pasien, proses pelaksanaan bimbingan rohani dan diakhiri dengan hasil yang diperoleh dari pasien dengan adanya bimbingan rohani yang ada di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan.

Bab keempat, merupakan analisis dari berbagai pokok masalah, yang menjadi pokok dari analisis ini meliputi: proses pelaksanaan bimbingan rohani terhadap pembinaan mental pasien di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan dan tingkat efektifitas bimbingan rohani

(24)

terhadap pembinaan mental pasien di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan.

Bab ini merupakan pengolahan hasil dari data- data yang diambil dari bab sebelumnya sehingga pokok permasalahan pada penelitian ini dapat ditemukan jawabannya.

Bab kelima, merupakan bab penutup dari keseluruhan proses penelitian yang berisi tentang kesimpulan untuk memberikan gambaran singkat isi skripsi agar bisa bisa dipahami, juga berupa saran-saran yang terkait dengan permasalahan serta kata penutup sebagai akhir kata dari penulis.

(25)

BAB II

BIMBINGAN ROHANI TERHADAP PEMBINAAN MENTAL PASIEN

A. Bimbingan Rohani

1. Pengertian Bimbingan Rohani

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti “menunjukan, membimbing, menuntun ataupun membantu”. Sesuai dengan istilahnya maka bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan.1

Secara umum menurut Moh. Surya bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari bimbingan kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.2

Menurut Bimo Walgito bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam hidupnya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.3

Sedangkan menurut Dewa Ketut Sukardi bahwa bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada seseorang atau kelompok orang secara terus menerus dan sistematis oleh bimbingan agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri.4 Sedangkan

1 Hallen A. Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Quantum Teaching, 2005) Edisi Revisi

hlm. 2-3

2 Mohammad Surya. Dasar-Dasar Konseling Pendidikan (Konsep dan Teori) (Bandung::

Kota Kembang, 1998) hlm. 12

3 Bimo Walgito. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Yogyakarta: Andi Offset, 1995)

hlm. 4

4 Dewa Ketut Sukardi. Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Jakarta: Rineka

(26)

Prayitno dan Erman Amti merumuskan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mau diri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.5

Berdasarkan beberapa definisi dan bimbingan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seorang atau beberapa orang agar mampu mengatasi persoalan-persoalan dirinya, sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa tergantung kepada orang lain.

Setelah mengetahui definisi bimbingan dari sudut pandang umum, maka perlu dikemukakan juga definisi bimbingan dari sudut pandang Islam. Salah satunya menurut Tohari Musnamar bahwa bimbingan rohani Islam adalah :

“Bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT. sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat”.6

Sedangkan menurut Hamdani Bakran, bimbingan Islam adalah suatu aktifitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta bimbingan, sehingga individu tersebut dapat mengembangkan potensi akal pikirannya, kepribadiannya, keimanannya, sehingga mampu menanggulangi problematika hidup yang baik dan benar secara mandiri yang berpandangan pada al-Qur’an dan Sunnah.7

5 Prayitno dan Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka

Cipta, 1999) hlm. 99

6 Tohari Musnamar. Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam

(Yogyakarta: UII Press, 1992) hlm. 5

7 Hamdani Bakran Adz-Dzaky. Konseling dan Psikoterapi Islam (Yogyakarta: Fajar

(27)

Sedangkan menurut Aunur Rahim Faqih, bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT., sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.8

Berbagai para ahli yang mengistilahkan bimbingan dengan istilah konseling. Kedua istilah tersebut kelihatannya sama, namun sebenarnya mempunyai arti yang berbeda. Konseling Islam lebih banyak membicarakan tentang kehidupan pribadi semisal; ketakutan, kecemasan, amarah dan hasil-hasil yang sudah dicapainya, tetapi dalam bimbingan Islam membicarakan mengenai suatu hal hanya sebatas membantu seseorang baik individu maupun kelompok, agar mereka mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT. dengan demikian bimbingan rohani Islam, juga untuk lebih mendekatkan diri kepada sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, itulah yang dipandang menjadikan sebuah penyembuhan dalam segala aspek kehidupan manusia.

Rohani sendiri di dalam Kamus Besar Indonesia diartikan sebagai roh, berupa roh yang bertalian atau berkenaan dengan roh, manusia mempunyai unsur jasmani dan rohani, yang dimaksud adalah gejala-gejala roh atau jiwa manusia.

Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan rohani Islam adalah proses pemberian bantuan kepada individu maupun kelompok untuk mencegah dan mengatasi berbagai persoalan diri dari kesesatan dan menekan pengaruh-pengaruh negatif yang senantiasa dapat mengganggu eksistensi diri, agar mampu hidup selaras dengan ketetapan dan petunjuk Allah SWT. 2. Dasar, Tujuan, dan Fungsi Bimbingan Rohani Islam

a. Dasar Bimbingan Rohani Islam

8 Aunur Rahim Faqih. Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII Pres,

(28)

Segala perbuatan yang dilakukan oleh manusia selalu membutuhkan adanya dasar sebagai sandaran dalam melakukan suatu perbuatan tertentu.

Dasar ini berasal dari perintah Allah SWT. dan Rasul-Nya yang memberi isyarat kepada manusia untuk memberi petunjuk (bimbingan) kepada orang lain, baik berupa larangan maupun kewajiban tertentu, terhadap pribadi dan akhlak hamba-Nya semasa hidup manusia dalam hubungan-Nya dengan bimbingan rohani Islam. Adapun dasar bimbingan rohani Islam dapat disebutkan dalam surat Asy-Syuura ayat 52 :

                            

Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al-Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-Kitab (al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al-Qur’an itu cahaya, yang kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.9

Sabda Nabi:

( ﻪﺟ ﺎﻣ ﻦﺑا ﻩا ) ﻪﻟﻮﺳر ور ﺖﻨﺳو ﷲ بﺎﺘﻛ ﻪﺑ ﻢﺘﻤﺼﺘ ﻋا نءا ﻩﺪﻌﺑ ا ﻮﻠﻀﺗ ﻦﻟ ﺎﻣ ﻢﻜﻴﻓ ﺖﻛﺮﺗ

Aku tinggalkan sesuatu bagi kalian semua yang jika kalian selalu berpegang teguh kepadanya niscaya selamanya tidak akan pernah salah langkah tersesat jalan; sesuatu itu yakni kitabullah dan sunnah rasul-Nya.10

9 QS. Asy-Syuura/42: 52

10 Muhammad Fuad Abdul Baqi. (ed.) Sunan Ibnu Majah (Beirut: Daar al-fikr, t.th) Juz 2

(29)

Berdasarkan ayat dan hadits di atas, dapat dipahami bahwa dalam menghadapi kesulitan hidup dihadapi dengan rasa optimis dan tidak dengan putus asa, karena firman Allah SWT. dan sabda Nabi tersebut di atas memberikan petunjuk jalan yang lurus dan juga sebagai pegangan umat manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

b. Tujuan Bimbingan Rohani Islam

Baried Ishom mengemukakan bahwa tujuan diadakannya bimbingan rohani Islam adalah untuk :

1. Menyadarkan penderita agar dapat memahami dan menerima cobaan yang sedang dideritanya dengan ikhlas.

2. Ikut serta memecahkan dan meringankan problem kejiwaan yang sedang dideritanya.

3. Memberikan pengertian dan bimbingan penderita dalam melaksanakan kewajiban keagamaan harian yang harus dikerjakan dalam batas kemampuannya.

4. Perawatan dan pengobatan dikerjakan dengan berpedoman tuntunan Islam. Memberi makan, minum, obat baik peroral maupun perenteral dan lain-lain, dibiasakan diawali dengan bacaan “Bismillahirrahmanirrahim” dan diakhiri dengan bacaan “Alhamdulillahirabbil ‘alamin”.

5. Menunjukan prilaku dan bicara yang baik sesuai dengan kode etik kedokteran dan tuntunan agama.11

Sedangkan menurut Aunur Rahim Faqih, tujuan bimbingan rohani Islam itu dapatlah dirumuskan sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

11 Ahmad Watik Pratiknya dan Abdul Salam M. Sofro. Etika Islam dan Kesehatan ;

Sumbangan Islam Dalam Menghadapi Problema Kesehatan Indonesia Tahun 2000-an (Jakarta: Rajawali, 1986) hlm. 260-261

(30)

Yaitu membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

2. Tujuan Khusus yaitu :

a. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah.

b. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.

c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.12

Jadi, tujuan bimbingan rohani Islam adalah waktu menuntun seseorang dalam membantu mengatasi problematika kehidupan yang dihadapi dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan. c. Fungsi Bimbingan Rohani Islam

Adapun fungsi bimbingan rohani Islam dapatlah dirumuskan sebagai berikut :

1. Fungsi preventif atau pencegahan; yakni mencegah timbulnya masalah pada seseorang.

2. Fungsi kreatif atau korektif ; yakni memecahkan atau menanggulangi masalah yang sedang dihadapi seseorang.

3. Fungsi prevektif dan developmental; yakni memelihara agar keadaan yang telah baik tidak menjadi tidak baik kembali, dan mengembangkan keadaan yang sudah baik itu menjadi lebih baik.13

3. Unsur-Unsur Bimbingan Rohani Islam

Ada beberapa unsur-unsur bimbingan rohani Islam, yang meliputi: a. Unsur Klien

12 Aunur Rahim Faqih. Bimbingan…op. cit., hlm. 36-37 13 Tohari Musnamar. Dasar-dasar…op. cit., hlm. 4

(31)

Klien adalah seseorang individu yang mempunyai masalah ataupun tidak yang memerlukan bantuan bimbingan rohani.

Pelaksanaan bimbingan seorang klien dapat dipandang dari beberapa segi, yaitu :

1. Setiap individu adalah makhluk yang memiliki kemampuan dasar beragama yang merupakan fitrah dari Tuhan.

2. Setiap individu adalah pribadi yang berkembang secara dinamis dan memiliki corak, watak, dan kepribadian yang tidak sama. 3. Setiap individu adalah perkembangan yang peka terhadap segala

perubahan.14

Perlu diketahui bahwa pasien dibimbing sesuai dengan tingkat dan situasi psikisnya. Dalam keadaan tersebut setiap pribadi merasa bahwa bimbingan sangat berpengaruh terhadap kejiwaan pribadi pasien.

b. Unsur Pembimbing

Pembimbing adalah orang yang mempunyai kewenangan untuk melaksanakan bimbingan rohani. Adapun yang menjadi syarat-syarat bagi pembimbing adalah :

1. Meyakini akan kebenaran agamanya, menghayati serta mengamalkannya, karena ia pembawa norma agama.

2. Memiliki sikap dan kepribadian yang baik (akhlak al-karimah) terhadap klien khususnya, dan kepada orang-orang disekitar lingkungannya.

3. Memiliki rasa tanggung jawab, rasa berbakti tinggi serta loyalitas terhadap tugas pekerjaannya yang konsisten.

4. Memiliki kematangan jiwa dalam bertindak menghadapi permasalahan yang memerlukan pemecahan.15

c. Unsur Materi

14 Arifin. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama (Jakarta: Bulan

Bintang, 1976) hlm. 25

(32)

Materi berkaitan dengan kebutuhan individu yang sedang menghadapi masalah yang berupa kebutuhan jasmani dan rohani untuk mencapai kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Materi di sini untuk memberikan bimbingan pada diri pasien agar mempunyai ketabahan, kesabaran dan tawakkal kepada-Nya serta tidak ada rasa putus asa dalam menerima cobaan yang berupa sakit.

Sumber materi yang diberikan dalam bimbingan, dikelompokkan menjadi tiga hal pokok, yaitu : aqidah, syari’ah, dan akhlak.16

1. Aqidah

Secara etimologis “akidah” adalah ikatan, sangkutan. Menurut istilah lain disebut dengan iman atau keyakinan.17 Dimensi keyakinan atau akidah ini menunjukkan pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran agamanya.

Manifestasi dari pada manusia adalah perwujudan sikap yaitu pasien dilatih bersikap sabar dan tabah dalam menghadapi penderitaan dengan cara menyerahkan persoalan kepada Allah SWT. atau memperkuat keimanan pasien.

2. Syari’ah

Materi yang berhubungan erat dengan hukum-hukum yang telah dinyatakan dan ditetapkan oleh Allah SWT. sebagai peraturan hidup manusia untuk diimani, dan dilaksanakan oleh manusia di dalam kehidupannya.18

Adapun materi-materi yang dijadikan pedoman adalah mengenai pokok-pokok ibadah yang dirumuskan dalam bimbingan rohani Islam, yaitu pasien dianjurkan tetap melaksanakan shalat, puasa dan dzikir serta dibimbing tentang

16 Asmuni Syukkir. Dasar-Dasar Strategi Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993) hlm. 35 17 Muhammad Daud Ali. Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Rajawali Grafindo, 2004)

hlm. 199

18 Zarkasyi Abdul Salam dan Umar Fathurahman. Pengantar Ilmu Fiqh-Ushul Fiqh

(33)

bagaimana cara melaksanakannya dalam kondisi sakit dan dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh pasien itu sendiri.

3. Akhlak

Materi bimbingan rohani yang berbentuk akhlak di sini adalah memberi pelajaran tentang tata cara, adab atau sopan santun dalam berdoa kepada Allah SWT. Bahkan juga memberi dorongan mental (psikologis kejiwaan) berupa penuturan langsung tentang ayat-ayat al-Qur’an, hukum dan hikmahnya dan juga bisa berupa buku-buku tuntunan yang diberikan kepada pasien. Agar pasien dapat bersikap sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan.

d. Unsur Metode

Pelaksanaan dalam bimbingan rohani Islam memerlukan beberapa metode agar dapat dijalankan secara efektif. Metode merupakan cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien. Adapun metode yang digunakan antara lain :

1. Metode Langsung

Yaitu metode ini dimana pembimbing melakukan komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang yang di bimbingnya.19 Metode yang digunakan dalam bimbingan rohani adalah sebagai berikut :

a. Metode Individual

Metode individu adalah dengan cara bertatap muka atau berdialog antara pembimbing dan pasien yang dibimbing.

(34)

Pembimbing mengajukan pertanyaan pada pasien yang sedang sakit untuk memperoleh data mengenai keadaan pasien yang memerlukan bantuan.

b. Metode Kelompok

Metode kelompok adalah cara mengungkapkan jiwa dan dapat mengembankan sikap sosial, serta sikap memahami peran bimbingan dalam lingkungan karena ingin mendapatkan pandangan baru tentang dirinya dari orang lain.

2. Metode Tidak Langsung

Yaitu metode bimbingan yang dilakukan melalui media komunikasi masa, berupa :

a. Tulisan-tulisan dan gambar-gambar yang bernafas kan Islam, ayat-ayat suci al-Qur’an, yang bertema kan kesehatan dipasang di dalam ruang (kamar pasien), kantor, ruang tunggu dan lain-lain.

b. Menerbitkan buku tuntunan bagi orang sakit (pasien). c. Membuat selebaran atau bacaan ringan.

d. Menyelenggarakan perpustakaan.20

B. Pembinaan Mental

1. Pengertian Pembinaan Mental

Kondisi mental memang sangat menentukan dalam hidup ini, hanya orang yang sehat mentalnya sajalah yang dapat merasa bahagia, mampu berguna dan sanggup mengahadapi kesukaran-kesukaran atau rintangan-rintangan dalam hidup. Apabila kesehatan mentalnya terganggu, akan tampak gejalanya dalam aspek kehidupan, misalnya perasaan, pikiran, kelakuan dan kesehatan. Agar mental selalu terjaga maka harus selalu dibina.

(35)

Pembinaan secara etimologi berasal dari kata “bina” mendapat awalan pe dan akhiran an. 21

Menurut pengertian terminologi pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar, teratur dan terarah serta bertanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian yang meliputi membangun daya pikir, pembangunan kekuatan penalaran atas akal, penggugah rasa, daya cipta atau imajinasi yang luas, yang memberikan kemampuan penerawangan manusia ke cakrawala yang lebih luas.22

Melalui pelaksanaan pembinaan maka konsep pembinaan hendaknya didasarkan pada hal-hal yang bersifat efektif dan pragmatif. Efektif dalam arti dapat memberikan pemecahan persoalan yang dihadapi sehari-hari dengan sebaik-baiknya, dan pragmatis dalam arti mendasarkan fakta-fakta yang ada sesuai dengan kenyataan sehingga bermanfaat karena dapat diterapkan dalam praktek-praktek.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa pembinaan adalah segala usaha, ikhtiar dan kegiatan yang dilakukan terus menerus yang berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, serta pengendalian untuk memperoleh hasil yang berdaya guna.

Sedangkan kata mental berasal dari Mens, Mentis yang berarti nyaman, sukma, roh, semangat.23

Pengertian mental menurut kamus besar bahasa Indonesia, mental adalah yang menyangkut batin, watak manusia, yang bukan bersifat badan dan tenaga.24

21 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahas Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2001) Cet I, Ed 3 hlm. 152

22 Siti Salamah Mursyid. Pembangunan Masyarakat, Pembangunan Negara, Bangsa dan

Agama (Jakarta: Departemen Agama RI, 1981) hlm.6

23 Kartini Kartono dan Jenny Andrani. Hygiene Mental dan Kesehatan dalam Islam

(Bandung: Mandar Maju, 1989) hlm.3

24 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Kamus

(36)

Beberapa pengertian yang telah diuraikan di atas memang masih sangat sederhana dan global. Meskipun demikian dapat dipahami, bahwa mental adalah menunjuk pada kondisi (keadaan) yang mengarah pada kepribadian. Secara lebih tegas dan rinci istilah mental dapat dimengerti melalui pendapat (pandangan) Zakiyah Daradjat dalam bukunya “Pendidikan agama dalam pembinaan mental” yang mengatakan :

“Dalam ilmu psikiatri dan psikoterapi, kata mental sering digunakan sebagai ganti dari kata personality (kepribadian) yang berarti bahwa mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap (attitude) dan perasaan yang dalam keseluruhan akan menentukan corak laku, cara menghadapi sesuatu hal yang menekan perasaan, mengecewakan atau menggembirakan, menyenangkan dan sebagainya”.25

Maka, dari beberapa pengertian pembinaan dan mental di atas dapat penulis simpulkan bahwa pembinaan mental adalah usaha kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna demi tercapainya mental yang sehat dan terbentuknya kepribadian yang luhur.

2. Ciri-Ciri Mental Yang Sehat

Untuk mengetahui ciri-ciri orang yang mempunyai mental yang sehat, Hanna Djumhana Bastaman mengungkapkan beberapa ciri-ciri orang yang mempunyai mental sehat, yaitu :

a. Bebas dari gangguan dan penyakit kejiwaan.

b. Mampu secara luwes menyesuaikan diri dan menciptakan hubungan antara pribadi yang bermanfaat dan menyenangkan.

c. Mengembangkan potensi-potensi pribadi (bakat, kemampuan, sifat) yang baik dan bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan.

25 Zakiyah Daradjat. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental (Jakarta: Bulan

(37)

d. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan dan berupaya menerapkan tuntunan agama dalam kehidupan sehari-hari.26

Berkenaan dengan mental yang sehat, Maslow dan Mittlemenn dalam karangannya yang berjudul Principles of Abnormal Psychology, sebagaimana dikutip oleh Moeljono Notosoedirjo, memberikan ciri mental yang sehat sebagai berikut:

a. Memiliki rasa aman (sense of security) yang tepat, mampu berhubungan dengan orang lain dalam bidang kerja, pergaulan dan dalam lingkungan kerja.

b. Memiliki penilaian (self evaluation) dan wawasan diri yang rasional dengan harga diri tidak berlebihan, memiliki kesehatan secara moral, tidak dihinggapi rasa bersalah. Selain itu, juga dapat menilai perilaku yang asosial dan tidak manusiawi sebagai gejala perilaku yang menyimpang.

c. Mempunyai kontak dengan realitas secara efisien, tanpa ada fantasi dan angan-angan berlebihan. Pandangan hidupnya realitas dan cukup luas. Dia sanggup menerima segala cobaan hidup, kejutan-kejutan mental serta nasib buruk lainnya dengan besar hati.

d. Memiliki tujuan hidup yang tepat, wajar, dan realitas sehingga bisa dicapai dengan kemampuan sendiri serta memiliki keuletan dalam mengejar tujuan hidupnya agar bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat pada umumnya.27

Di pihak lain organisasi kesehatan se-Dunia memberikan kriteria jiwa atau mental yang sehat, adalah sebagai berikut:

a. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya.

b. Memperoleh kepuasan diri dari hasil jerih payah usahanya.

26 Hanna Djumhana Bastaman. Integrasi Psikologi dengan Islam (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1995) hlm. 135

27 Moeljono Notosoedirjo dan Latipun. Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan,

(38)

c. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima. d. Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas.

e. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan.

f. Menerima kekecewaan untuk dipakai nya sebagai pelajaran untuk dikemudian hari.

g. Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.

h. Mempunyai rasa kasih sayang yang besar.

WHO telah menyempurnakan batasan sehat dengan menambahkan satu elemen spiritual (agama) sehingga sekarang ini yang dimaksud dengan sehat adalah tidak hanya sehat dalam arti fisik, psikologis, dan sosial, tetapi juga sehat dalam arti spiritual atau agama (empat dimensi sehat:bio-psiko-sosio spiritual).28

Sedangkan Kartini Kartono memberikan kriteria mental yang sehat meliputi :

a. Mental yang sehat ditandai dengan adanya kontrol terhadap pikiran, angan-angan, keinginan-keinginan, dorongan-dorongan, emosi-emosi, sentimen dan segenap tingkah laku.

b. Mental yang sehat memiliki konsep diri yang sehat, yaitu adanya pengakuan diri (mengakui segala kelebihan dan kekurangan sendiri), dan menerima ketentuan hidup atau nasib dengan sikap yang rasional.29

c. Mental yang stabil meliputi pengembangan diri, dengan berpedomankan kebajikan, kejujuran, keadilan, kebijaksanaan, kemurnian, keberanian, rendah hati dan lain-lain.

28 Dadang Hawari. Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Yogyakarta:

Dana Bhakti Prima Yasa, 1997) hlm.12-13

(39)

d. Mental yang stabil dan baik menuntut adanya kemampuan mengadakan adaptasi yang supel terhadap setiap perubahan sosial dan perubahan diri sendiri.

3. Aspek-Aspek Pembinaan Mental

Aspek-aspek dalam pembinaan mental memiliki hubungan dan kaitan yang erat dengan ciri-ciri mental yang sehat. Jika mengacu pada diri mental yang sehat di atas maka seseorang dikatakan bermental sehat manakala ia mampu membawa dirinya dengan segala kondisi yang ada pada diri mental yang sehat mana kala ia mampu membawa dirinya untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini berawal dan dimulai dari terbentuknya penerimaan seseorang terhadap dirinya sendiri.

M. Solihin menyebutkan bahwa aspek dalam pembinaan mental meliputi empat aspek dalam diri manusia, yaitu :

a. Mental; aspek ini meliputi perkara, akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan pikiran, akal dan ingatan.

b. Spiritual; aspek ini berhubungan dengan akhlak yang merupakan sumber dari perbuatan-perbuatan manusia yang tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan semangat jiwa religius.

c. Moral; aspek ini berhubungan dengan akhlak yang merupakan sumber dari perbuatan-perbuatan manusia yang tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan, atau penelitian.

d. Fisik; aspek ini dimasukkan dengan alasan bahwa tidak semua penyakit fisik dapat disembuhkan dengan terapi medis atau kedokteran, akan tetapi melalui terapi mental juga akan dapat menyembuhkan penyakit itu. Hal ini akan berkaitan dengan bagaimana kekuatan mental juga akan mendorong lahirnya kekuatan fisik manusia.30

30 M. Solihin. Terapi Sufistik, Penyembuhan Penyakit Kejiwaan Perspektif Tasawuf

(40)

Oleh karena itu, kondisi mental sangat menentukan dalam hidup ini. Hanya orang yang sehat mentalnya saja yang dapat merasakan bahagia, mampu, berguna dan sanggup menghadapi segala kesukaran-kesukaran atau rintangan-rintangan dalam hidup.

(41)

BAB III

PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI TERHADAP PEMBINAAN MENTAL PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM PKU MUHAMMADIYAH

PEKAJANGAN, KABUPATEN PEKALONGAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan

1. Sejarah Singkat Berdirinya Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan

Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan pada awalnya merupakan balai pengobatan milik Muhammadiyah cabang Pekajangan yang didirikan pada tahun 1960, dan pada tahun 1963 Muhammadiyah mulai mendirikan bangunan untuk rencana pendidikan rumah bersalin ‘Aisyiyah Pekajangan di atas tanah seluas 3.300 m².

Pada tahun 1967 secara resmi balai pengobatan Muhammadiyah cabang Pekajangan berpindah di bangunan baru di jalan raya Ambokembang No. 42-44 Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan sekaligus ditingkatkan menjadi poliklinik dan rumah bersalin ‘Aisyiyah dengan kepemilikan ‘Aisyiyah cabang Pekajangan.

Seiring pesatnya perkembangan zaman dan tuntunan pelayanan kesehatan oleh masyarakat Kabupaten Pekalongan maka pada tanggal 17 Juni 1988 poliklinik dan rumah bersalin ‘Aisyiyah ini diserahkan kepada Muhammadiyah Pekajangan untuk dikembangkan lagi menjadi Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan dengan dibimbing oleh Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang hingga diterbitkannya SK dari MENKES RI No. YM 02.04.2.2.5294 tanggal 24 April 1991.1

(42)

Seiring dengan itu secara bertahap pihak Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan melakukan berbagai perluasan, peningkatan sarana dan prasarana yang ada. Baik gedung, tenaga medis atau para medis atau non medis, peralatan penunjang peralatan medis atau para medis maupun peningkatan pelayanan kepada pasien.

Sehingga pada tahun 1995 Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan membangun ruang Kenanga dan ruang Matahari seluas 2.000 m²,

serta menata wisma Fastabiqul Khairat menjadi ruang pertemuan dan ruang parkir.

Pada bulan Maret 2005, Rumah Sakit Islam bertipe C mulailah proses pembangunan ruang IGD, poli rawat jalan dan kantor administrasi dua lantai, agar lebih representatif dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Sebagai awal usaha Muhammadiyah yang bergerak dalam bidang jasa, penampilan adalah hal yang harus dilakukan, oleh karena itu Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan juga menerapkan program pencegahan infeksi “for you, for me and for all”.

Semua dilakukan dalam upaya memberikan pelayanan yang terbaik “service exellent” bagi seluruh masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan.2

2. Letak Geografis

Lokasi Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan terletak di daerah yang strategis, tepatnya ditepi jalan raya Ambokembang No. 42-44 Kecamatan Kedungwuni, sehingga mudah dijangkau oleh transportasi apapun. Adapun batas-batas wilayah yang berdekatan, yaitu:

a. Sebelah Utara : SMA Muhammadiyah 2 Kedungwuni

(43)

b. Sebelah Selatan : Tempat Pemakaman c. Sebelah Barat : Jalan raya Ambokembang d. Sebelah Timur : Perkampungan warga.3

3. Visi, Misi dan Tujuan Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan

a. Visi: Terwujudnya Rumah Sakit Islam PKU

Muhammadiyah Pekajangan pusat rujukan bagi pelayanan kesehatan di Pekalongan dan sekitarnya.

b. Misi : 1) Pelayanan, yaitu mengupayakan kesehatan yang paripurna, Islami profesional dan berkualitas.

2) Sosial, yaitu sebagai amal usaha yang tidak semata- mata mencari keuntungan namun peduli dan ikut meringankan beban kaum dhuafa.

3) Syi’ar dan dakwah, yaitu memberikan pelayanan kesehatan dengan berpedoman pada al-Qur’an dan Hadits Nabi.

4) Ekonomi, yaitu dapat mengembangkan secara mandiri dengan prinsip ekonomi tanpa meninggalkan fungsi sosialnya.

c. Tujuan Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan

Adapun tujuan mulia, yakni:

1) Sebagai pusat unggulan pelayanan “Trauma Centre”. 2) Sebagai pusat upaya kesehatan kerja.

3) Menjadi rumah sakit sayang ibu.

3 Wawancara dengan Pak Familiantoro (bagian Administrasi) pada tanggal 14 November

(44)

4) Menjadi pusat pelayanan diabetes mellitus dan hipertensi. 5) Meningkatkan BOR rumah sakit.

6) Meningkatkan perkembangan fisik terutama unit rawat jalan, rawat inap, gawat darurat dan ruang intensif.

7) Meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan pasien, keluarga pasien, karyawan dan masyarakat.

8) Meningkatkan minat golongan menengah ke atas untuk memanfaatkan jasa RSIP.

4. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan hal penting bagi perkembangan lembaga baik yang berorientasi pada laba atau lembaga nirbala. Demikian pula halnya dengan rumah sakit yang merupakan lembaga usaha dengan berbagai ilmu dan profesi. Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan selalu berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) baik secara formal maupun informal.

Hal itu dilakukan untuk memberi kepuasan yang maksimal kepada pasien dan keluarga pasien, ditengah-tengah persaingan yang makin ketat pada bidang pelayanan jasa kesehatan.

Jumlah tenaga di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan saat ini; bagian umum non kesehatan berjumlah 29 orang dan tenaga kesehatan 148 orang, dari berbagai tingkat profesi kesehatan, mulai dari dokter spesialis dan dokter umum, fisiotherapi, laboratorium, farmasi, gizi, perawat, bidan, untuk lebih jelasnya akan terlihat dalam tabel.4

(45)

Berikut tabel daftar tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan:

Daftar Tenaga Kesehatan Rumah

Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan

No. Nama Profesi S2 S1 DIII SMU/ K Jumlah

1. Dokter spesialis 19 19 2. Dokter umum 1 18 19 3. Perawat 7* 51 7 65 4. Bidan 5 9 14 5. Farmasi 1 10 11 6. Laborat 4 4 7. Radiologi 2 2 8. Fisiotherapi 1 1 9. Gizi 2 11 13

Keterangan: (*) dalam proses pendidikan. 5. Struktur Organisasi

a. Adapun bagan struktur organisasi Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan dapat dilihat sebagai berikut:5

(46)

MKKM Dr. A. Dahlan FKK

DIREKTUR KABAG ADMINISTRASI

KLP. JABTN Dr. Tohirin Familiantoro, AMK

FUNGSIONAL

SPI KOMITE KOMITE KOMITE INSTALASI LKS SUBAG SUBAG. PENGM SUBAG SUBAG MEDIK KPRWTN KSL. PASIEN UM & SARANA SDM + HK KEPEG & HUMAS RM. & SIM Dr. Teguh Dr. Miftahudin Nur Inayah Dr. Nur Hidayati Kusuma Edy Nur Salim AMK Agus Susanto, AMK Drg. Winni.

W

KABAG KABAG KABAG

PEL. MEDIK KEPERAWATAN KEUANGAN

Dr. Nur Hidayati Sri Mulyani, S. Kep. Isti Windari, S. SE

SUBAG SUBAG SUBAG PENY

PEL. MEDIK ASKEP & KEBID ANGGARAN

Dr. Margono Dewi Rosalina, AMK Isti Windari, S. SE

SUBAG SUBAG MUTU SUBAG PER

PENJG. MEDIK KEPR & KEBID BENDAHARA

Dr. Eni Ambar Wati Sukisto, AMK Hj. Rokhimah

SUBAG AKUTN & VERIVIKASI

(47)

b. Sarana dan prasarana

Pihak Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan dapat meningkatkan segala fasilitas dalam hal memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat, baik secara jasmaniah maupun rohaniah. Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan memiliki beberapa sarana dan prasarana yang menunjang aktifitas medis, antara lain:

1) Bagian Klinik, yang meliputi: a) Klinik Umum, meliputi:

- Spesialis Penyakit Dalam - Spesialis Bedah Umum

- Spesialis Kebidanan dan Kandungan - Spesialis Penyakit Anak

- Spesialis Penyakit THT - Spesialis Penyakit Mata - Spesialis Penyakit Syaraf - Spesialis Penyakit Jantung b) Klinik Gigi

c) Klinik Fisioterapi

d) Klinik Radiologi dan USG 2) Klinik Kesehatan Ibu dan Anak.

3) Bagian Pelayanan Penunjang Medis, meliputi: a) Rontgent dan ECG

b) Laboratorium c) Farmasi atau Apotik d) Konsultasi Gizi

(48)

4) Bagian Pelayanan Umum Lainnya, meliputi:

a) ASKES Sukarela, ASKES KIN dan Wajib (PNS), JPKS b) Bina Rohani c) Mushola d) ATM Mandiri e) ATM BCA f) Parkir g) Kantin

5) Kapasitas rawat inap (tempat tidur), terdiri dari: a) Ruang VIP : 3 TT b) Ruang Kelas I : 6 TT c) Ruang Kelas II A : 30 TT d) Ruang Kelas II B : 17 TT e) Ruang Kelas III : 22 TT f) Ruang Kelas ICU : 4 TT g) Ruang Kelas III Anak : 10 TT

h) Ruang Bayi : 6 TT.6 B. Pelaksanaan Bimbingan Rohani di Rumah Sakit Islam PKU

Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan

1. Pelaksana Bimbingan Rohani di Rumah Sakit Islam Pekajangan, Kabupaten Pekalongan

Pelaksanaan bimbingan rohani di Rumah Sakit Islam Pekajangan, Kabupaten Pekalongan dilakukan dalam waktu tertentu di tempat pasien berada. Bimbingan rohani ini dilakukan di tempat pasien dirawat (rawat inap), dan dapat dilakukan ketika pasien sudah sembuh ataupun dapat juga dilakukan di rumah pasien. Pelaksanaan bimbingan rohani dilaksanakan ada yang menurut jadwal yaitu Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu.

(49)

Bimbingan rohani juga dapat dilakukan sewaktu-waktu pada saat pasien memerlukannya. Bimbingan rohani yang ada di Rumah Sakit Islam Pekajangan, Kabupaten Pekalongan berdasarkan atas kerjasama dengan pihak ‘Aisyiyah Pekajangan dimulai tahun 1995. ‘Aisyiyah merupakan sebuah Organisasi Otonom dari Muhammadiyah. ‘Aisyiyah yang di samping programnya melaksanakan bimbingan rohani juga anggotanya yang perempuan diambil dari ‘Aisyiyah dan anggota laki-lakinya diambil dari Muhammadiyah. ‘Aisyiyah juga memiliki visi dan misi yang hampir sama dengan Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan.

Adapun visi dan misinya yaitu untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat mencapai derajat kesehatan yang lebih baik, sebagai bagian dari upaya menuju terwujudnya kehidupan yang sejahtera dan sakinah sebagaimana dicita-citakan Muhammadiyah. Dari pihak rumah sakit sendiri yang bertugas untuk menghubungi pihak ‘Aisyiyah yaitu pada bagian kepegawaian dan humas.

2. Kondisi Pasien Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan.

Kondisi Pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Mereka berasal dari kalangan menengah ke bawah bahkan ada beberapa pasien dari kalangan menengah ke atas.7 Dari latar belakang pasien tersebut di atas, pada

dasarnya mereka mendapatkan pelayanan yang berbeda. Baik pelayanan dari segi medis maupun pelayanan dari segi bimbingan rohani.

Sasaran bimbingan rohani Islam di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan, Kabupaten Pekalongan diperuntukkan bagi

7 Wawancara dengan Ibu Mulyani, S. Kep. Ns (selaku tenaga medis) pada tanggal 07

Referensi

Dokumen terkait

Nilai varian menunjukkan penyimpangan atau risiko yang dihadapi petani tembakau.. jaminan harga dan pasar dari perusahaan mitra. Selain itu petani berhak melakukan

Tugas akhir merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa Program Studi Diploma Tiga Teknik Mesin Produksi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Uinna (2013) melalukan penelitian pembuatan bioetanol dari kulit durian menggunakan Zymomonas mobilis yang bertujuan untuk mendapatkan volume starter dan waktu

Beberapa atribut yang mempunyai tahap kepentingan yang tinggi (melebihi purata tahap kepentingan keseluruhan) dan mempunyai tahap kepuasan yang rendah (kurang

Salah satu fitur yang baik untuk orang tua adalah Kid Corner.Fitur yang sangat mendukung PG13 yang memungkinkan kita dapat menshare aplikasi, video,game dan musik dengan

Dari penjelasan di atas dapat disintesiskan budaya organisasi adalah nilai dan norma yang disepakati bersama dan dipegang teguh oleh anggota dalam sebuah organisasi untuk

---bahwa hingga berakhirnya jangka waktu 10 (sepuluh) tahun, penggugat tidak pernah memenuhi kewajibannya untuk melakukan pelunasan sisa pembayaran jual beli rumah

pada tanggal 11 mei 2016). Dari keterangan Pak Dwi Asmanto dapat ditarik kesimpulan bahwa pola sosialisasi disini menempatkan suami ± suami yang ikut tergabung dalam