• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENEROPONG VISI-MISI CAPRES DAN CAWAPRES DALAM PEMILU 2014 TERKAIT PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENEROPONG VISI-MISI CAPRES DAN CAWAPRES DALAM PEMILU 2014 TERKAIT PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MENEROPONG VISI-MISI CAPRES DAN CAWAPRES DALAM PEMILU 2014 TERKAIT PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA

A. Isu Umum

1. Rumusan masalah berkaitan dengan problem utama korupsi

Terkait rumusan masalah, Pasangan Jokowi-JK mengaitkan isu anti-korupsi dengan permasalahan kewibawaan negara dan pemulihan terhadap kepercayaan publik, juga isu korupsi yang melemahkan sektor perekonomian nasional. Pasangan Prabowo-Hatta tidak menjabarkan secara spesifik. Identifikasi masalah Pasangan Prabowo-Hatta secara umum dikaitkan dengan transformasi bangsa untuk melanjutkan agenda reformasi dan percepatan pembangunan.

Rumusan Masalah Jokowi - Jusuf Kalla Prabowo – Hatta Rajasa

Problem utama korupsi Tercantum dalam 3 (problem pokok bangsa:

- poin pertama, mengenai merosotnya

kewibawaan negara, yakni “Negara semakin tidak berwibawa ketika masyarakat semakin tidak percaya kepada institusi publik, dan pemimpin tidak memiliki kredibilitas yang cukup untuk menjadi teladan dalam menjawab harapan publik terhadap perubahan kearah yang lebih baik”.

- poin kedua, melemahnya sendi-sendi

perekonomian nasional, yakni “harapan akan perkuatan sendi-sendi ekonomi bangsa menjadi semakin jauh ketika negara tidak kuasa memberi jaminan kesehatan dan kualitas hidup yang layak bagi warganya”.

Transformasi bangsa ini merupakan kelanjutan untuk menyelesaikan agenda reformasi yang belum tuntas dan percepatan pembangunan yang masih belum optimal.

2. Program berkaitan dengan rumusan masalah a. Daya cakup sektoral anti korupsi

Daya cakup dan daya sentuh program Anti-Korupsi kedua pasangan calon sam-sama telah mencakup sektor Reformasi Birokrasi pusat dan daerah, Sektor Fiskal atau anggaran publik (APBN-APBD), sektor reformasi kebijakan dan dukungan terhadap lembaga penegakan hukum, dan keterbukaan informasi serta pemerintahan terbuka. Pasangan Jokowi-JK lebih lengkap dengan mengikutsertakan program di bidang pemberantasan korupsi di sektor korupsi politik, reformasi kelembagaan penegak hukum; POLRI, Kejaksaan dan Peradilan, dan pelibatan masyarakat. Pasangan Prabowo-Hatta tidak spesifik terkait korupsi politik, reformasi lembaga penegakan hukum dan pelibatan masyarakat.

Sektoral Jokowi - Jusuf Kalla Prabowo – Hatta Rajasa

Sistem Politik 1. Merestorasi undang-undang tentang partai politik untuk mendorong pelembagaan partai politik, melalui

(2)

penguatan sistem kaderisasi, rekruitmen, dan pengelolaan keuangan partai,

(Berdaulat dalam bidang politik (BDBP), point 6, abjad a)

2. pengaturan pembiayaan Partai Politik melalui APBN/APBD, (BDBP, point 6, abjad b)

3. reformasi pengaturan pembiayaan kampanye, (BDBP, point 6, abjad c) 4. reformasi pengaturan pengawasan atas

penyelenggaraan Pemilu, (BDBP, point 6, abjad d)

5. mendukung penciptaan struktur Ketatanegaraan dan Tata Pemerintahan yang mampu melaksanakan good and clean governance melalui check and balances antar lembaga negara, (BDBP, point 6, abjad e)

Birokrasi Pemerintah secara umum

1. mewujudkan tata kelola pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip tata kelola yang baik dan bersih, (BDBP, point 6, abjad f)

2. inisiatif penetapan payung hukum yang lebih kuat dan berkesinambungan bagi agenda reformasi birokrasi, (BDBP, point 12, abjad a)

3. aksi-aksi kongkrit untuk rekstrukturisasi kelembagaan yang cenderung gemuk, (BDBP, point 12, abjad b)

4. memberantas korupsi dikalangan aparatur sipil negara dengan memastikan

komitmen terbuka dan terekspos, (BDBP, point 12, abjad d)

5. aksi-aksi nyata bagi perbaikan kualitas pelayanan publik, seperti meningkatkan kompetensi aparatur, memperkuat monitoring dan supervisi kinerja pelayanan publik, dan lain-lain (BDBP, point 12, abjad e)

6. mendorong mekanisme transparansi dalam pembuatan kebijakan, terutama pada kebijakan-kebijakan yang berpotensi terjadinya korupsi oleh pejabat Negara, (BDBP, point 11, abjad k)

1. mempercepat peningkatan kesejahteraan aparatur negara, (Agenda kerja VIII, point 2) 2. reformasi birokrasi untuk

mencapai sistem birokrasi efisien dan melayani dengan sistem insentif dan hukuman yang efektif, (Agenda kerja VIII, point 2)

Birokrasi Pemerintah Daerah

1. reformasi pelayanan publik melalui penguatan desa, kelurahan dan kecamatan (BDBP, point 7, abjad g)

1. melaksanakan pemangkasan rantai dan proses birokrasi yang berbelit-belit dan berpotensi menjadi sumber KKN di semua tingkat dan sektor pemerintahan (Agenda kerja VIII, point 5)

(3)

Belanja APBN/APBD 1. reformasi keuangan daerah dengan mendorong daerah untuk melakukan pengurangan overhead cost (biaya rutin), (BDBP, point 7, abjad f)

2. alokasi lebih banyak untuk pelayanan publik, (BDBP, point 7, abjad f) 3. memfasilitasi daerah agar mampu

mengelola keuangan daerah secara efektif, efisien dan akuntabel berbasis kinerja, (BDBP, point 7, abjad f) 4. sinkronisasi antara perencanaan

pembangunan dan alokasi anggaran, (Berdikari Dalam Bidang Ekonomi (BDBE), point 8, ayat (1))

5. pemberian intensif bagi lembaga dan daerah yang memiliki penyerapan tinggi dalam mendukung prioritas pembangunan dan kebocorannya rendah, (BDBE), point 8, ayat (6))

6. penerbitan UU wajib belajar 12 tahun dengan membebaskan biaya pendidikan dan segala pungutan baik di sekolah negeri maupun swasta, (BDBE), point 1)

1. APBN yang pro dengan menekan pemborosan dan inefisiensi pengeluaran

anggaran, (Agenda kerja I, point 8)

2. Mengelola utang pemerintah (surat berharga negara) dengan cermat dan bijak, serta

memanfaatkannya dengan efisien dan efektif, (Agenda kerja I, point 10, abjad c) 3. pos belanja pendidikan di

APBN dengan realokasi dan peningkatan efisensi yang dipandang tidak efektif dan atau boros, (Agenda kerja IV, point 2)

4. memperbesar porsi Anggaran Transfer ke Daerah yang

disyaratkan untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan fasilitas publik di provinsi dan Kotamadya/kabupaten, (Agenda kerja VI, point 7)

Pemberantasan korupsi dan regulasi pendukungnya

1. membuat RUU Perampasan Aset, RUU

Perlindungan Sanksi dan Korban, RUU kerjasama Timbal Balik (MLA) dan RUU Pembatasan Transaksi Tunai, (BDBP, point 11, abjad g)

2. memprioritaskan penanganan kasus korupsi disektor penegakan hukum, politik, pajak, bea cukai, dan industri sumber daya alam, (BDBP, point 11, abjad j)

3. mengambil sikap zero toleran terhadap tindak kejahatan perbankan dan kejahatan pencucian uang, (BDBP, point 11, abjad r)

4. penyusunan kebijakan pengendalian atas import pangan melalui pemberantasan terhadap “mafia” impor yang sekedar mencari keuntungan pribadi/kelompok tertentu dengan mengorbankan

kepentingan pangan nasional, (BDBE), point 2, ayat (1))

1. menciptakan kepastian dan menegakkan hukum tanpa pandang bulu dan seadil-adilnya, (Agenda kerja VIII, point 3)

2. mencegah dan memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme, (Agenda kerja VIII, point 4)

Reformasi

kelembagaan aparat penegak hukum

1. membangun POLRI yang profesional dan dipercaya oleh masyarakat, (BDBP, point 3, abjad a)

2. evaluasi kepemimpinan POLRI untuk memudahkan dan memastikan arah gerak

(4)

penataan dan pengelolaan POLRI untuk lebih baik, (BDBP, point 3, abjad c) 3. merevitalisasi Komisi Kepolisian dalam

rangka meningkatkan efektivitas

pengawasan terhadap kinerja Kepolisian RI, (BDBP, point 3, abjad f)

4. memperioritaskan penanganan kasus korupsi di sektor penegakan hukum, (BDBP, point 11, abjad j)

5. memberikan dukungan khusus

membongkar jaringan dan praktik mafia peradilan dengan memberdayakan lembaga pengawas yang ada, melalui memperkuat kewenangan lembaga-lembaga tersebut dalam mengawasi praktek mafia hukum di lembaga-lemabaga tersebut dan pengisian

keanggotaan lembaga-lembaga pengawas tersebut dilakukan dengan

memperhatiakn prinsip independensi, kredibilitas dan profesionalitas, (BDBP, point 11, abjad m)

6. memperkuat satuan tugas dilingkungan POLRI dan Kejaksaan yang terlatih secara khusus dan profesional dalam melakukan penanganan dan pencegahan kejahatan perbankan dan pencucian uang, (BDBP, point 11, abjad s)

7. memilih Jaksa Agung dan Kapolri yang bersih, kompoten, anti korupsi dan komit pada penegakan hukum, (BDBP, point 11, abjad ii)

8. melakukan lelang jabatan strategis pada lembaga penegak hukum dan

pembentukan regulasi tentang penataan aparat penegak hukum, (BDBP, point 11, abjad jj)

9. membangun sistem penilaian kinerja lembaga penegak hukum berbasis tingkat kepecayaan publik, (BDBP, point 11, abjad mm)

Pencegahan korupsi 1. penerapan Sistem Integritas Nasional (SIN), (BDBP, point 11, abjad k) 2. menutup peluang terjadinya korupsi

dalam sistem penyelenggaraan negara dan penegakan hukum, (BDBP, point 11, abjad k)

Tidak ada

Keterbukaan informasi

1. menjalankan secara konsisten UU No 14 tahun 2008, (BDBP, point 5, abjad a) 2. meningkatkan pengelolaan dan pelayanan

informasi di pemerintah, (BDBP, point 5, abjad b)

3. Mewajibkan laporan kinerja Pemerintah, (BDBP, point 5, abjad c)

4. membuka akses publik, (BDBP, point 5,

1. manajemen terbuka dan akuntabel, (Agenda kerja VIII, point 4)

(5)

abjad c)

5. mewujudkan pelayanan publik yang bebas korupsi melalui teknologi informasi yang transparan, (BDBP, point 11, abjad f)

Penguatan masyarakat dan media massa

1. mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik, (BDBP, point 5, abjad d)

2. menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik serta alasan pengambilan keputusan publik, (BDBP, point 5, abjad e) 3. membuka keterlibatan publik dan media

massa dalam pengawasan terhadap upaya tindakan korupsi maupun proses

penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi, (BDBP, point 11, abjad l)

4. membuka ruang partisipasi publik melalui citizen charter dalam UU Kontrak

Layanan Publik, (BDBP, point 12, abjad e)

Tidak ada

b. Daya cakup sektor pemerintahan

Daya cakup sektor pemerintahan yang akan tersentuh oleh program Anti-Korupsi dari Pasangan Jokowi-JK akan melingkupi 18 sektor Pemerintahan termasuk Pemerintah daerah. Parlemen dan partai Politik. Pasangan Prabowo-Hatta akan mencakup 7 sektor pemerintahan dan Pemerintah Daerah (lihat tabel)

Kelembagaan Jokowi - Jusuf Kalla Prabowo – Hatta Rajasa

Pemerintah Pusat 1. Kepolisian 2. Kejaksaan

3. Mahkamah Agung

4. Kementerian Keuangan (Pajak dan Bea Cukai)

5. KEMENPAN Reformasi Birokrasi

6. KOMINFO

7. Kementerian Dalam Negeri 8. Kementerian Kehutanan

9. Kementerian ESDM

10. Kementerian Perikanan 11. Kementerian Pendidikan 12. Bank Indonesia

13. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 14. Kompolnas

15. Komisi Informasi Publik 16. Komisi Yudisial

17. Komisi Kejaksaan

18. Badan Penanaman Modal Nasional

(BPMN) 1. Kepolisian 2. Kejaksaan 3. Mahkamah Agung 4. Kementerian Keuangan 5. Kementerian Pendidikan 6. KEMENPAN RB

7. Badan Penanaman Modal

Nasional (BPMD)

(6)

2. Kecamatan 3. Kelurahan 4. Desa Legislatif 1. Parlemen 2. Partai politik Tidak ada B. Isu Khusus

1. Dukungan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Untuk dukungan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi, pasangan Jokowi-JK memiliki program terkait perubahan kebijakan terkait KPK dan program terkait sinergi KPK dengan Kepolisian dan Kejaksaan. Pasangan Prabowo-Hatta tidak memiliki program terkait kebijakan yang mendukung KPK akan tetapi secara spesifik menyebutkan program dukungan terhadap KPK dalam bentuk penambahan personil SDM dan anggaran, juga dukungan atas sinergi KPK dengan Polri dan Kejaksaan.

Isu Jokowi - Jusuf Kalla Prabowo – Hatta Rajasa

Rancangan Undang-Undang KPK

1. membangun Politik Legislasi yang jelas, terbuka dan berpihak pada pemberantasan korupsi, penegakan HAM, perlindungan lingkungan hidup dan reformasi lembaga penegak hukum, (BDBP, point 11, abjad a)

2. mendukung keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi. KPK harus dijaga sebagai lembaga yang independen yang bebas dari pengaruh kekuatan politik. Independensi KPK harus

didorong melalui langkah-langkah hukum yang profesional, kredibel, transparan dan akuntabel, (BDBP, point 11, abjad h)

Tidak ada

SDM dan anggaran KPK

Tidak ada 1. menambah tenaga penyidik dan

fasilitas penyelidikan (Agenda kerja VIII, point 4)

Sinergi dan koordinasi dengan Polisi dan Jaksa

1. memastikan sinergi di antara Kepolisian, Kejaksaan Agung dan KPK, (BDBP, point 11, abjad i)

2. berkomitmen untuk meningkatkan koordinasi penyidikan dan penuntutan, serta akuntabilitas pelaksanaan upaya paksa, (BDBP, point 11, abjad ll)

1. penguatan peranan KPK, Kepolisian dan Kejaksaan dalam pemberantasan korupsi secara sinergis, (Agenda kerja VIII, point 4)

2. Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan korupsi (Stranas PPK) Tahun 2012-2025

Terkait dukungan atas keberlanjutan program Stranas PPK 2012-2025, tidak disebutkan secara tegas di dalam visi-misi kedua Pasangan Calon. Pasangan Jokowi-JK mencakupkan beberapa

(7)

program yang berkaitan dengan 6 strategi Stranas PPK yang melingkupi 18 kementerian/Lembaga (K/L) serta Pemda dan menyebutkan secara khusu terkait penerapan Sistem Integritas Nasional (SIN). Pasangan Prabowo-Hatta mengaitkan programnya dengan Stranas di dalam implementasi program terkait 7 Kementerian Lembaga dan Pemda.

Isu Jokowi - Jusuf Kalla Prabowo – Hatta Rajasa

Penyebutan secara tegas dalam visi – misi Capres dan Cawapres

Tidak ada Tidak ada

Substansi yang mendukung 6 (enam) strategi Stranas PPK

mempunyai banyak agenda kerja terkait pencegahan dan pemberantasan korupsi. Daya cakup sektoral luas dan kaya program yakni sebanyak 9 (sembilan) sektor

sedangkan lembaga-lembaga yang akan diintervensi adalah Pemerintah Pusat (18 kementerian/lembaga), Pemerintah Daerah, legislatif, masyarakat dan media massa.

mempunyai agenda kerja terkait pemberantasan korupsi tetapi daya cakup sektoral dan pemerintah tidak sebesar pasangan Jokowi – Jusuf Kalla. Hal ini terlihat dalam daya cakup sektoral sebanyak 7 (tujuh) sektor sedangkan lembaga-lembaga yang akan diintervensi adalah Pemerintah Pusat (7 kementerian/lembaga) dan Pemda. Tidak mempunyai agenda kerja pencegahan dan pemberantasan korupsi di level legislatif,

masyarakat dan berbagai regulasi anti korupsi.

Sistem Integritas Nasional (SIN) – KPK

Mempunyai agenda aksi Pencegahan Korupsi melalui penerapan Sistem Integritas Nasional (SIN) dan menutup peluang terjadinya korupsi dalam sistem penyelenggaraan negara dan penegakan hukum, (BDBP, point 11, abjad k)

Tidak ada

3. Korupsi Politik

Terkait Program Pemberantasan Korupsi Politik, Pasangan Prabowo-Hatta tidak menyebutkan secara speisifik. Pasangan Jokowi-Hatta memasukan program yang terkait dengan reformasi Partai Politik dan reformasi parlemen dengan spesifik. Kedua Pasangan Calon memiliki program yang menyangkut pencegahan korupsi di sektor pembelanjaan negara atau pengadaan barang dan jasa publik.

Isu Jokowi - Jusuf Kalla Prabowo – Hatta Rajasa

Reformasi Parpol 1. merestorasi UU tentang Partai Politik untuk mendorong pelembagaan partai politik, melalui penguatan sistem kaderisasi, rekruitmen, dan pengelolaan keuangan partai, (BDBP, point 6, abjad a)

2. mendorong pengaturan pembiayaan Partai Politik melalui APBN/APBD yang diatur dengan undang-undang Partai Politik, (BDBP, point 6, abjad b) 3. mereformasi pengaturan pembiayaan

kampanye. Dilakukan melalui perubahan

(8)

UU Pemilu yang memberikan pembatasan pengeluaran partai bagi kepentingan Pemilu, (BDBP, point 6, abjad c)

Reformasi parlemen 1. membangun Politik Legislasi yang jelas, terbuka dan berpihak pada

pemberantasan korupsi, penegakan HAM, perlindungan lingkungan hidup dan reformasi lembaga penegak hukum, (BDBP, point 11, abjad a)

2. menyusun rencana legislasi tahunan yang terarah dan realistis, (BDBP, point 11, abjad b)

3. memperkuat kapasitas fungsi legislasi pemerintah, (BDBP, point 11, abjad c) 4. menyediakan forum untuk melibatkan

masyarakat dalam proses legislasi dan menyediakan akses terhadap proses dan produk legislasi, (BDBP, point 11, abjad d)

5. memberantas korupsi di sektor legislasi dengan menindak tegas oknum

pemerintah yang menerima suap untuk memperdagangkan kepentingan masyarakat, (BDBP, point 11, abjad e)

Tidak ada

Pengadaan barang dan jasa

1. pemberian intensif bagi lembaga dan daerah yang memiliki penyerapan tinggi dalam mendukung prioritas

pembangunan dan kebocorannya rendah, (BDBE), point 8, ayat (6)) 2. memfasilitasi daerah agar mampu

mengelola keuangan daerah secara efektif, efisien dan akuntabel berbasis kinerja, (BDBP, point 7, abjad f)

1. Reformasi belanja negara , dengan tujuan, salah satunya adalah meminimalkan kebocoran dan pemborosan anggaran, (Agenda kerja I, point 9, abjad a)

4. Perijinan bisnis dan lingkungan yang mendukung investasi

Terkait pemberantasan korupsi di sektor perijinan bisnis dan iklim investasi, kedua pasangan calon memiliki program yang senada, yaitu memangkas korupsi pada rantai birokrasi dan insentif fiskal untuk mendukung iklim usaha lewat kemitraan strategis pemerintah dengan bisnis. Jokowi-JK menyebutkan secara spesifik terkait efektifitas perijinan bisnis dengan pemangkasan lama pengurusan perijinan menjadi 15 hari dan kepastian hukum sebagai pendukung program ekonominya.

Isu Jokowi - Jusuf Kalla Prabowo – Hatta Rajasa

perijinan bisnis dan lingkungan yang mendukung investasi

1. menciptakan layanan satu atap untuk investasi

2. efisiensi perijinan bisnis menjadi maksimal 15 hari

3. meluncurkan insentif kebijakan fiskal dan non fiskal untuk mendorong investasi sektor hulu dan menengah.

Terdapat dalam agenda prioritas keenam (meningkatkan produktivitas rakyat dan

1. pemangkasan rantai birokrasi dan perijinan yang berlebihan di tingkat pusat dan daerah, (Agenda kerja I, point 11, abjad a)

2. pemberian insentif fiskal dan non fiskal, (Agenda kerja VII, point 3)

(9)

daya saing di pasar internasional) 4. Pemerintah harus memberikan

kemudahan administrasi yang sering menghambat dalam kegiatan investasi, (BDBE, point 3, ayat (1) abjad d) 5. Meningkatkan kepastian hukum dan

penegakan hukum. Konsistensi kebijakan antar kementerian /lembaga/pemerintah pusat dan daerah, (BDBE, point 7, ayat) 6. Membangun kemitraan yang efektif

antara badan pemerintah ataupun swasta, (BDBE, point 7, ayat (9))

rantai dan proses birokrasi yang berbelit-belit dan berpotensi menjadi sumber KKN di semua tingkat dan sektor pemerintahan (Agenda kerja VIII, point 5)

5. Korupsi Sumber Daya Alam

Terkait korupsi di sektor sumber daya alam (SDA), kedua Pasangan calon berkomitmen untuk mereformasi sektor ini. Pasangan Prabowo-Hatta berkomitmen untuk meningkatkan nilai tambah sektor SDA sebagai salah satu andalan program ekonominya, demikian pula Pasangan Jokowi-JK yang mengairkan SDA dengan penambahan pendapatan negara dengan penekanan kuat pada penegakan hukum atas pelaku ekonomi ilegal. Kedua pasangan calon memiliki komitmen kuat terhadap pelaku pengrusakan lingkungan.

Sektoral Jokowi - Jusuf Kalla Prabowo – Hatta Rajasa

Korupsi Sumber Daya Alam

1. memprioritaskan penanganan kasus korupsi di sektor penegakan hukum, politik, bea cukai dan industri sumber daya alam, (BDBP, point 11, abjad j) 2. menginisiasi perangkat payung hukum

khusus dengan satuan tugas khusus untuk menindak tegas dan mencegah

pelanggaran yang berkaitan dengan illegal loggging, illegal fishing dan illegal mining, (BDBP, point 11, abjad n) 3. membuat program khusus untuk

membangun kesadaran masyarakat agar tidak melakukan kegiatan ilegal atau mendukung kegiatan ilegal, (BDBP, point 11, abjad o)

4. menegakkan hukum lingkungan secara konsekwen tanpa pandang bulu dan tanpa kekhawatiran akan kehilangan investor, (BDBP, point 11, abjad t)

1. melaksanakan reformasi pengelolaan sumber daya alam dan industri dengan tujuan meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam, (Agenda kerja I, point 4, abjad a) 2. mencegah dan menindak tegas

pelaku pencemaran lingkungan, (Agenda kerja VII, point 2)

6. Open Goverment Partnership (OGP)

Terkait komitmen atas pemerintahan terbuka,

Isu/Prinsip Jokowi - Jusuf Kalla Prabowo – Hatta Rajasa

Transparan, efektif, partisipasi publik, akuntabel , dukungan

Terdapat dalam agenda kerja :

1. ke-5 (membangun keterbukaan informasi dan komunikasi publik)

Terdapat dalam agenda kerja : 1. ke – 1 (membangun

(10)

teknologi dan inovasi 2. agenda ke-6 (sistem dan kelembagaan demokrasi)

3. agenda ke-7 (memperkuat politik desentralisasi dan otonomi daerah) 4. agenda ke-11 (mewujudkan sistem dan

penegakan hukum yang berkeadilan) 5. agenda ke 12 (menjalankan Reformasi

Birokrasi dan pelayanan Publik). Bentuk konkritnya terdapat dipenjelasan sub bagian daya cakup sektoral.

berdaulat, adil dan makmur) 2. ke-4 (meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dengan melaksanakan reformasi pendidikan)

3. ke-6 (mempercepat

pembangunan infrastruktur) 4. ke-7 (menjaga kelestarian alam

dan lingkungan hidup)

5. ke-8 (membangun pemerintahan yang melindungi rakyat, bebas korupsi dan efektif melayani). Selain itu, terdapat kalimat yang menyebutkan soal OGP yakni “Mencegah dan memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dengan menerapkan manajemen terbuka dan

akuntabel;...”, (Agenda kerja VIII, point 4)

Untuk agenda kerja konkritnya terdapat dipenjelasan sub bagian daya cakup sektoral.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan hidayah-Nya hingga penulis dapat menyusun hasil penelitian dengan judul, EVALUASI

Hubungan dukungan sosial teman sebaya dengan prestasi akademik ditemukan dalam penelitian Lalim (2011) yang menyatakan bahwa dukungan sosial berhubungan dengan motivasi

Proses adsorpsi lebih banyak digunakan karena memiliki banyak keuntungan diantaranya bersifat ekonomis dan tidak menimbulkan efek samping yang beracun dan sangat

Penerapan agroforestri berbasis kopi menimbulkan perubahan sosial ekonomi pada petani, perubahan sosial ekonomi yang terjadi yaitu timbulnya kerjasama antara petani dengan

1) Mudharabah adalah perjanjian antar pemilik dana dengan pengelola dana yang keuntungannya bagi menurut raiso/nasabah yang telah disepakati dimuka dan bila terjadi

Dari hasil data komparatif dan pembahasan yang telah dijabarkan dapat ditarik kesimpulan bahwa pada penelitian kali ini, terdapat perbedaan preeklampsia berat yang

Pada analisis data dengan uji Chi Square (X²) , diperoleh nilai significancy sebesar 0,011 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang

Dari dosis injeksi yang ditemukan, maka akan didapat jumlah kebutuhan sodium hypochlorite agar dosis pada sisi injeksi sisi air pendingin masuk sesuai dengan yang diharapkan.