• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENERAPAN SUSTAINABLE CONSUMPTION AND PRODUCTION (SCP) DI INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN (Alternatif Solusi dan Panduan Self Assessment)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PENERAPAN SUSTAINABLE CONSUMPTION AND PRODUCTION (SCP) DI INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN (Alternatif Solusi dan Panduan Self Assessment)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PENERAPAN

SUSTAINABLE CONSUMPTION AND PRODUCTION

(SCP) DI

INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

(Alternatif Solusi dan Panduan

Self Assessment

)

Reba Anindyajati P., Achirwan S., Prasetyadi, Wiharja, Lestario W., Rosita S., Rizki P., Siti Zulaikha, Kardono

ABSTRAK

Efisiensi produksi adalah salah satu terobosan dalam upaya penanggulangan limbah industri. Pendekatan produksi bersih sebagai salah satu bagian Sustainable Consumption and Production (SCP) tidak hanya memfokuskan pada efisiensi bahan baku, namun lebih pada aspek manajemen usaha. Salah satu aplikasi produksi bersih di industri adalah pada PT SMP yang bergerak pada usaha pengolahan ikan. Proses penelaahan peluang implementasi produksi bersih menunjukkan bahwa PT SMP memiliki permasalahan dalam aspek kontrol penggunaan air dan pengolahan limbah. Hasil studi ini menunjukkan bahwa pengontrolan dan pengawasan penggunaan air pada setiap divisi produksi dapat memberikan informasi dan standar terhadap upaya efisiensi air. Selain itu, hal tersebut juga akan berimpliksai pada aspek SDM yang menghasilkan perubahan pola perilaku dalam bekerja. Aspek pengelolaan limbah mengharuskan upaya perbaikan IPAL eksisting melalui penambahan tahapan proses antara lain pemisahan lemak, koagulasi dan flokulasi. Sehingga dengan demikian akan menghasilkan air buangan yang memenuhi baku mutu lingkungan.

Kata Kunci : Sustainable Consumption and Production, Produksi Bersih, Pengolahan Ikan, Efisiensi

3.1. Latar Belakang

Kota Probolinggo sebagai kota pesisir bertumpu kepada industri manufaktur dan jasa-jasa. Aktivitas perkotaan diharapkan menghasilkan nilai tambah secara berkelanjutan dengan mengolah produk primer menjadi barang sekunder maupun tersier. Aktivitas ini umumnya indikasikan dengan proses perubahan nilai ekonomi melalui aktivitas produksi dari sector industri. Perkembangan industri (era industrialisasi) ditandai dengan munculnya kelompok-kelompok industri yang membutuhkan sumber daya mulai dari bahan mentah, bahan baku, dan tenaga kerja untuk pabrik, yang pada akhirnya mendorong timbulnya layanan-layanan jasa pendukung dan kebutuhan manufaktur lainnya.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Probolinggo no 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Probolinggo tahun 2009 – 2028, arah pengembangan kawasan industri meliputi: Industri Perikanan dan Pengembangan Industri Pelabuhan, kawasan Industri dan pergudangan, Agroindustri, dan Industri Kecil yang tersebar di seluruh Kecamatan di Kota Probolinggo. Khusus sektor Industri Perikanan, keberadaannya didukung oleh pasokan hasil perikanan tangkap 15 juta ton per tahun, dengan nilai produksi Rp. 352.540.479.328 (BKPM Kota Probolinggo 2015).

Salah satu tantangan dalam pembangunan Kota Probolinggo sebagai kota pesisir yang berkelanjutan adalah mewujudkan industri berbasis maritim yang ramah lingkungan. Salah satu isu utama adalah industri pengolahan ikan yang menghasilkan limbah cair dan pencemaran udara dari

(2)

industri yang semakin ketat, dimana pemerintah mendorong industri ramah lingkungan yang mampu menjawab permintaan global terkait limbah, serta pemenuhan persyaratan kelayakan produksi.

Oleh sebab itu perlu suatu strategi bisnis yang dapat meningkatkan produk dan kualitas lingkungan pada saat yang bersamaan. Strategi bisnis yang dilakukan bersama-sama dengan pengembangan teknologi yang dapat membantu meningkatkan kualitas lingkungan sekaligus mampu membantu mengurangi penggunaan atau konsumsi sumberdaya tidak terbarukan dan konsumsi bahan-bahan yang tidak dapat terurai secara alamiah. Strategi ini dikenal dengan eko-efisiensi, yang merupakan kombinasi dari efisiensi ekonomi dan ekologi serta merupakan dasar dari “do more with less”. Eko-efisiensi diartikan sebagai memproduksi banyak barang dan jasa dengan menggunakan

sedikit energi dan SDA. Salah satu cara untuk peningkatan efisiensi ini dikenal dengan produksi bersih (cleaner production), suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan. Dalam terminologi pengelolaan produksi bersih dikenal sebagai pengelolaan lingkungan proaktif untuk mencegah terjadinya limbah. Pola pendekatan produksi bersih bersifat preventif atau pencegahan timbulnya pencemar, dengan melihat bagaimana suatu proses produksi dijalankan dan bagaimana daur hidup suatu produk.

3.2. Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup 3.2.1. Tujuan

Tujuan dari kegiatan Penerapan Sustainable Consumption and Production (SCP) di Industri Pengolahan Ikan adalah :

6. Meminimasi limbah cair industri perikanan melalui alternatif desain sistem pengolahan limbah pada industri terkait.

7. Meningkatkan efisiensi produksi melalui panduan penerapan produksi bersih untuk memenuhi persyaratan pemasaran global pada industri terkait

3.2.2. Sasaran

Sedangkan sasaran dari kegiatan ini adalah adanya rekomendasi alternative sistem produksi untuk mengatasi pencemaran limbah cair, serta panduan penerapan produksi bersih di idnustri perikanan.

3.2.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan Penerapan Sustainable Consumption and Production (SCP) di Industri Pengolahan Ikan antara lain adalah:

5. Ruang lingkup waktu : kegiatan ini berlangsung pada tahun anggaran 2016 6. Ruang aktivitas :

6.4. Kegiatan ini bersifat kajian/ studi dengan pemilihan mitra untuk studi kasus pada PT Southern Marine Product (SMP) Kota Probolinggo

6.5. Aktivitas yang dilakukan berupa desk study dengan kombinasi kegiatan lapangan untuk pengumpulan data-data primer terkait aktivitas produksi industri mitra.

(3)

3.3. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Penerapan Sustainable Consumption and Production (SCP) di Industri Pengolahan Ikan ini berada pada level Work Package (WP) 1.2 yang merupakan bagian dari Work Breakdown Structure (WBS) 1 mengenai teknologi efisiensi air dan bahan baku. Sesuai dengan focus kegiatan WBSnya, WP 1.2 memfokuskan pada kegiatan efisiensi pada suatu system produksi, dengan studi kasus industry pengolahan ikan. Periode pelaksanaan kegiatan ini pada tahun anggaran 2016 dibawah program Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (PPTL) 2016.

WP 1.2 terdiri dari 8 (delapan) orang staff yang teridi dari 1 (satu) orang leader dan 7 (tujuh) orang engineering staff. Daftar anggota WP 1.2 diuraikan sebagai berikut;

Tabel 3.1. Anggota WP 1.2

No Nama Posisi Jabatan Fungsional

1 Reba Anindyajati Pratama, ST, MT Leader Fungsional Umum

2 Ir. Wiharja, MSi Anggota Perekayasa

3 Ir. Prasetyadi Anggota Perekayasa

4 Prof. Ir. Dr. Kardono, M.Eng Anggota Peneliti

5 Dra. Rosita Sochib, Anggota Perekayasa

6 Drs. Lestario Widodo, MM Anggota Peneliti

7 Rizky Pratama Adhi, ST Anggota Fungsional Umum

8 Siti Zulaika, SE Anggota Pedal

3.4. Hasil Kegiatan Dan Pembahasan

Capaian kegiatan akan diuraikan dalam tiap triwulan, seperti penjelasan berikut ini.

3.4.1. Hasil Capaian Kegiatan Triwulan I

Kegiatan yang dilakukan Penerapan Sustainable Consumption and Production (SCP) di Industri Pengolahan Ikan pada triwulan I meliputi :

7. Studi Literatur, dilakukan untuk memperkaya pengetahuan dan data sekunder mengenai produksi bersih

8. Evaluasi dan review dari kegiatan pelatihan produksi bersih di Kota Probolinggo tahun 2015. (proses produksi di industri terkait, serta permasalahan pengolahan ilimbah cair industri perikanan)

(4)

Dari uraian tersebut, didapatkan beberapa hasil kegiatan yang meliputi data-data sekunder terkait produksi bersih, proses produksi industri pengolahan ikan, serta teknologi pengolahan limbah cair industri perikanan. Detail informasi tersebut diuraikan pada penjelasan berikut;

1. Produksi Bersih dalam Sustainable Consumption and Production (SCP)

Sustainable Consumption and Production (SCP) dimasukkan sebagai salah satu dari tiga "alat/ instrument untuk mencapai pembangunan berkelanjutan" di World Summit for Sustainable Development di Johannesburg (2002). Rencana Implmeentasi World Summit for Sustainable Development mendorong negara-negara didunia untuk mengembangkan "kerangka kerja program 10 tahun percepatan perubahan menuju tercapainya SCP dalam mempromosikan pembangunan sosial dan ekonomi yang sesuai dengan kapasitas ekosistem, dengan peningkatan efisiensi, keberlanjutan penggunaan sumber daya, mengurangi degradasi lingkungan, polusi dan limbah”.

ISSD (1994) mendefinisikan SCP sebagai penggunaan layanan atau produk yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik namun berpegang pada prinsip meminimalkan penggunaan sumber daya alam, bahan beracun, emisi limbah, dan polutan selama siklus hidupnya agar tidak membahayakan kebutuhan generasi mendatang. Definisi lain yang banyak digunakan oleh UNEP (2011) adalah "SCP adalah pendekatan holistik untuk meminimalkan dampak lingkungan negatif dari sistem konsumsi dan produksi, serta meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik untuk semua orang".

Pentingnya pendekatan SCP terlihat dari sifatnya yang menyeluruh dan lintas sektoral. Pada pendekatan konvensional, paradigm yang dilakukan hanya terbatas pada masalah lingkungan dan sosial yang berfokus pada aspek tunggal keberlanjutan (misal penggunaan air, produksi sampah, kondisi tenaga kerja, dll) dan atau sektor individu atau pemangku kepentingan.

Menurut United Nation for Environmental Program (2008), untuk memastikan keberhasilan dalam pencapaian target pembangunan berkelanjutan, pendekatan SCP mengintegrasikan prinsip-prinsip berikut;

 Mengatasi tantangan ekonomi dan sosial melalui pemenuhan kebutuhan dasar, lapangan kerja, meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia;

 Kebijakan pembangunan ekonomi dari tekanan lingkungan untuk menghindari meningkatnya degradasi lingkungan atau mengorbankan peluang bagi generasi mendatang;

 Meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan, mengurangi kemiskinan dan mempromosikan gaya hidup berkelanjutan;

 Menerapkan pertimbangan “siklus-hidup”, mengingat setiap aktivitas yang dilakukan mempunyai carbon footprint, setiap aktivitas yang dilakukan di bumi akan berfungsi selayaknya inter-connceted sistem, apa yang terjadi dalam satu sistem mempengaruhi orang lain dan sebaliknya;

 Pelibatan semua pemangku kepentingan secara aktif, baik lembaga publik hingga sektor swasta, lembaga penelitian, dan masyarakat pada umumnya, untuk menjaga keseimbangan penggunaan barang produksi sekaligus mengurangi dampak negatif dari produksi dan konsumsi yang berlebih;

(5)

 Menjaga efek re-bound, di mana efisiensi secara berlebihan akan mengakibatkan peningkatan konsumsi yang tidak berkelanjutan di masa akan datang, dengan asumsi bahwa stok sumberdaya yang dimiliki melimpah dan kebutuhan yang tak terbendung.

Mengacu pada kondisi tersebut, selepas konvensi Rio+20, Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup (2012) telah mengeluarkan kebijakan terkait yang penerapannya mencakup multisektor;

 Produksi Bersih (Eko-efisiensi), Verifikasi Kinerja Teknologi Ramah Lingkungan, dan Sistem Manajemen Lingkungan untuk penerapan produksi berkelanjutan;

 Kriteria Ekolabel untuk sertifikasi produk ramah lingkungan dan pengadaan barang/jasa ramah lingkungan untuk penerapan konsumsi berkelanjutan;

 Sistem Kompetensi Keahlian dan Lembaga Penyedia Jasa untuk penyediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang kompeten;

 Pembinaan dan peningkatan kapasitas produsen dan konsumen, termasuk pihak pendukung, a.l. sektor pembiayaan ("green banking")

Istilah Produksi Bersih didefinisikan oleh UNEP pada tahun 1990 sebagai: 'Penerapan terus menerus dari strategi lingkungan terpadu untuk proses, produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan'. Definisi ini telah digunakan sebagai definisi kerja semua program yang berkaitan dengan promosi produksi bersih dan masih terus menjadi definisi yang valid. CP membahas pengelolaan sumber daya yang langka yang merupakan input untuk produksi. CP membahas masalah di sumber menggunakan pendekatan siklus hidup produk, yang menganggap teknik, proses dan dimensi pelayanan.

(6)

Produksi Bersih (cleaner production) bertujuan untuk mencegah dan meminimalkan terbentuknya limbah atau bahan pencemar lingkungan diseluruh tahapan proses produksi. Disamping itu, produksi bersih juga melibatkan upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, bahan penunjang dan energi diseluruh tahapan produksi. Dengan menerapkan konsep produksi bersih, diharapkan sumber daya alam dapat lebih dilindungi dan dimanfaatkan secara berkelanjutan. Secara singkat, produksi bersih memberikan dua keuntungan, pertama meminimisasi terbentuknya limbah, sehingga dapat melindungi kelestarian lingkungan hidup dan kedua adalah efisiensi dalam proses produksi, sehingga dapat mengurangi biaya produksi.

Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih adalah sebagai berikut:

1. Mengurangi dan meminimisasi penggunaan bahan baku, air dan pemakaian bahan baku beracun dan berbahaya serta mereduksi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga mencegah dan atau mengurangi timbulnya masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan serta resikonya terhadap manusia.

2. Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi, berlaku balk pada proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup produk.

3. Upaya produksi bersih ini tidak akan berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait baik pemerintah, masyarakat maupun kalangan dunia usaha. Selain itu pula perlu diterapkan pola manajemen di kalangan industri maupun pemerintah yang telah mempertimbangkan aspek lingkungan.

4. Mengaplikasikan teknologi akrab lingkungan, manajemen dan prosedur standar operasi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak selalu membutuhkan biaya investasi yang tinggi, kalaupun terjadi seringkali waktu yang diperlukan untuk pengembalian modal investasi relatif singkat.

5. Pelaksanaan program produksi bersih ini lebih mengarah pada pengaturan diri sendiri (self regulation) dari pada pengaturan secara command and kontrol. Jadi pelaksanaan program produksi bersih ini tidak hanya mengandalkan peraturan pemerintah saja, tetapi lebih didasarkan kesadaran utuk merubah sikap dan tingkah laku.

2. Review Kegiatan Sustainable Consumption and Production (SCP) tahun 2015 mengenai PT Southern Marine Product.

PT. Southern Marine Products (SMP) merupakan salah satu perusahaan pengolahan ikan di Kota Probolinggo. Perusahaan ini bergerak pada produksi pengolahan hasil laut, berupa ikan beku, fillet ikan, dan produk utamanya adalah surimi. Bahan baku yang dipakai dalam memproduksi surimi antara lain; thread fin bream (ikan kurisi), lizard fish (ikan bluso, ikan pisang-pisang), big eye (ikan merah, mata goyang), white croaker (ikan gulamah, tiga waja), goat fish (kuniran, ikan biji nangka),

shad (ikan beliak mata), singapore silver biddy (kapasan), dan glass fish. Bahan baku yang digunakan dalam industri ini adalah ikan segar yang diperoleh dari pemasok dengan kapasitas satu siklus proses produksi sebesar 1 ton ikan segar. Setiap harinya perusahaan ini dapat mengolah 10 - 40 ton ikan segar.

(7)

Gambar 3.2. Kunjungan lapangan di PT SMP

Permasalahan yang dialami oleh PT SMP adalah pengolahan limbah cair yang belum maksimal, serta prosedur produksi yang belum menerapkan produksi bersih. Permasalahan tersebut diindikasikan oleh beberapa temuan yaitu;

 Limbah buangan akhir hasil pengolahan ikan dari outlet IPAL masih mengeluarkan bau yang tidak sedap, sehingga menyebabkan permsalahan dan konflik social bagi lingkungan sekitarnya.

 Tidak terdapatnya database penggunaan air dan energy bulanan pada setiap seksi produksi, sehingga penilaian kinerja hanya didasarkan pada penggunaan biaya akhir yang dibayarkan berbanding dengan modal awal.

Triwulan II

Kegiatan yang dilakukan pada triwulan II merupakan rangkaian dari kegiatan triwulan sebelumnya, pada triwulan II ini kegiatan difokuskan pada identifikasi dan pendalaman permasalahan yang terjadi di industri. Permasalahan yang dikaji yaitu;

1. telaah proses produksi dan hasil sampingan (limbah) 2. metode pengolahan limbah cair yang dilakukan Uaraian mengenai kegiatan yang dilakukan sebagai berikut;

A. Proses pengolahan ikan

Proses pengolahan ikan di PT SMP dimulai dengan tahapan penerimaan bahan baku, sortir, pemotongan kepala ikan, pemisahan daging, pelumatan daging, pembuatan pasta daging ikan, hingga pengemasan. Detail uraian proses tersebut dijabarkan sebagai berikut;

1. Penerimaan bahan baku, bahan baku tersebut merupakan ikan segar hasil tangkapan nelayan local. Dalam analisa ini, ikan segar yang digunakan sebesar 39.000 kg atau 39 ton.

(8)

2. Proses selanjutnya adalah melakukan sortir terhadap ikan yang diterima, proses ini dilakukan untuk memastikan kualitas ikan. Besarnya ikan reject pada proses ini adalah 2% - 5% dari bahan baku. Ikan reject akan dikembalikan kepada supplier untuk dijual sebagai produk lainnya.

3. Pemotongan kepala ikan dilakukan untuk memisahkan kepala ikan dengan daging ikan. Hal ini dilakukan mengingat surimi merupakan produk hasil olahan yang bersala dari daging terpilih. Besarnya hasil sampingan dari pemotongan kepala ikan ini sebesar 20% - 25%. 4. Setelah ikan bersih tanpa kepala dilanjutkan dengan pemisahan kulit dan duri. Proses

pemisahan kulit dan duri dilakukan dengan menggunakan mesin pemisah otomatis. Besarnya hasil samping dari proses ini sebesar 10% - 15% dari bahan baku.

5. Pelumatan dan pencucian daging lumat. Proses ini dilakukan untuk memastikan kebersihan daging yang akan diproses menjadi pasta.

6. Pembuatan pasta ikan, daalam proses ini ditambahkan bumbu-bumbu maupun bahan lainnya sesuai dengan hasil produk yang diharapkan.

7. Packing produk surimi

8. Penyimpanan dalam lemari pembeku. 9. Penjualan

(9)

Gambar3.3. Proses produksi PT SMP

Bahan Baku Utama Ikan Segar

Bahan Tambahan Jenis NPO

Penerimaan Bahan Baku

Pemotongan Kepala Ikan dan Penyiangan

HL Bersih Siap Proses

Pemisahan Daging

Pencucian Daging Lumat Air 100% Daging Lumat Bersih

Refinery dan Pengeringan (Dehydrator) Plastik (Kondisional) Karton Pasta Ikan Pencampuran Surimi

Packing, Pembekuan dan Penyimpanan di Lemari Pendingin Packaging Selaput Perut Air

Hasil Akhir, Surimi Baku Air Es Air 100% Ikan Reject 2-5% Udara Ikan Sesuai Standar Kualitas

Air Es

Air 100%

Kepala Ikan 20-25% eksternal-feed meal

Udara

Ikan HL

Kulit dan Duri 10-15% eksternal feed meal

Daging Ikan Lumat

Air Es

Food Additives (Bumbu)

(10)

Berdasarkan hasil telaah proses produksi, akan dipetakan mengenai jumlah non production output (NPO) yang dihasilkan dan penanganan yang dilakukan. Pendekatan yang dilakukan adalah menggunakan pendekatan neraca massa. Neraca massa merupakan perincian banyaknya bahan-bahan yang masuk, keluar dan menumpuk dalam suatu alat pemroses. Perhitungan dan perincian banyaknya bahan-bahan ini diperlukan untuk pembuatan neraca energi, perhitungan rancangan dan evaluasi kinerja suatu alat atau satuan pemroses. Perhitungan neraca massa pengolahan ikan untuk mengetahui besarnya limbah yang dihasilkan sebagai berikut;

Tabel 3.2. Input output proses produksi olahan ikan

No Proses Input Output Sisa Produk Tindakan Input Bahan Volume Jenis NPO Nilai NPO Ikan NPO Air 1 Penerimaan bahan baku Ikan 39000 Tidak ada 0 0

2 Penyortiran ikan Ikan

reject 5% 1950 37050

Dibawa kembali oleh supplier 3 Pencucian ikan Air bersih

dan es 4000

Air

cucian 100% 4000 Diolah IPAL

4

Pemotongan kepala ikan

Potong kepala Kepala

ikan 25% 9262.5 27787.5 Dijual

Pencucian setelah

potong Air bersih 8000

Air

cucian 100% 8000 Diolah IPAL

Conveyor colum

wash Air bersih 2000

Air

cucian 100% 2000 Diolah IPAL

Rotary washing Air bersih 2000 Air

cucian 100% 2000 Diolah IPAL

Penyisikan Sisik

ikan 1% 277.88 27509.63 Dijual

5 Meat separator Kulit

dan duri 15% 4126.44 23383.18 Dijual

6

Pencucian daging lumat Batch II - rotary

screen Air bersih 2000

Air

cucian 100% 2000 Diolah IPAL

Batch I - rotary

screen Air bersih 2000

Air

cucian 100% 2000 Diolah IPAL

7 Refina (pembersihan

selaput) Selaput 3%

701.495

4375 22681.69 Dijual

8 Dehydrator Air bersih 1000 Air

perasan 100% 1000 Diolah IPAL

9 Mixer Pasta Ikan Bahan lain-lain

Tidak

ada 0

10 CPF Air

cucian 100% 500 Diolah IPAL

11 Packaging Tidak

ada 0 22681.69

Dari hasil analisis tersebut dikatahui bahwa reduksi bahan baku akibat NPO sebesar 41.8%. Jumlah bahan baku yang digunakan (ikan) sebesar 39,000 kg, sedangkan jumlah hasil akhir ikan yang diperoleh sesesar 22,681.69 kg atau sebesar 58.2%.

(11)

B. Proses pengolahan limbah hasil produksi.

Pengolahan limbah hasil produksi dilakukan pada instalasi pengolahan air limbah yang dimiliki oleh industri. Pada prinsipnya proses pengolahan limbah dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu;

1. Bak pengendap dan qualisasi dimaksudka untuk mengendapkan dan mengkondisikan air limbah sebelum diolah lebih lanjut..

2. An-aerob, proses pengolahan an-aerob dilakukan untuk menguraikan kandungan organic dari limbah ikan. Proses ini dilakukan dengan memasukkan olahan dari bak equalisasi menuju digester an-aerob.

3. Aerasi, suatu proses penambahan udara/oksigen dalam air dengan membawa air dan udara ke dalam kontak yang dekat, dengan cara menyemprotkan air ke udara (air ke dalam udara) atau dengan memberikan gelembung-gelembung halus udara dan membiarkannya naik melalui air (udara ke dalam air). Terdapat 2 (dua) bak aerasi yang dimiliki oleh PT SMP, yang digunakan untuk mengolah limbah hasil dari proses an-aerob

4. Filter akhir, berupa bak penyaring air limbah dari proses aerasi sebelum dilepaskan ke badan sungai.

Gambar 3.4. Eksisting sistem pengolahan limbah cair PT SMP

Permasalahan yang ditimbulkan adalah bau yang tidak terurai dari proses pengoalahn eksisting. Dalam hal ini sering terjadi protes dari masyarakat sekitar terhadap aktivitas yang dilakukan oleh industri. Secara teknis, permasalahan ini muncul akibat tidak optimalnya sistem pengolahan limbah yang dimiliki oleh PT SMP.

Triwulan III

Kegiatan yang dilakukan di Triwulan III adalah melakukan desain ulang terhadap sistem produksi dan pengolahan air limbah. Berdasarkan pengamatan dan hasil analisis terhadap informasi mengenai instalasi pengolahan limbah, terdapat beberapa catatan yang harus dilakukan oleh industri untuk melakukan efisiensi terhadap bahan baku maupun proses produksinya.

(12)

A. Efisiensi sistem produksi

Efisiensi sistem produksi dimaksudkna untuk merubah pola perilaku maupun standar dalam pelaksanaan produksi. Hal ini terkait efisiensi sumberdaya dan energy yang selama ini tidak mendapat perhatian yang menyeluruh. Pada kajian kali ini akan difokuskan pada upaya-upaya perbaikan yang bersifat low cost namun memiliki peluang untuk mengungkit perubahan besar pada sistem.

1. Pemasangan meteran air pada setiap seksi produksi.

Pemasangan meteran air pada setiap seksi produksi dimaksudkan untuk memberikan informasi dan fungsi kontrol terhadap setiap proses produksi. Selama ini tidak terdapat standar atau acuan baku mengenai besarnya penggunaan air dalam setiap produksi. Operator maupun pegawai hanya melakukan kegiatan berdasarkan kebiasaan. Dengan pemasangan meteran air ini diharapkan akan memberi manfaat berupa;

 Mengetahui standar penggunaan air

 Memberikan fungsi kontrol terhadap penggunaan air

 Sebagai instrument audit terhadap rangkaian proses produksi

 Sebagai instrument merubah pola perilaku pengguna 2. Pemilahan air limbah berdasarkan beban pencemar

Pemisahan air limbah berdasarkan beban pencemar dilakukan untuk mengurangi beban IPAL, selama ini seluruh air hasil proses produksi dicampur dan dimasukkan ke dalam IPAL. Sementara itu kondisi IPAL eksisting tidak dalam kondisi optimal, sehingga hasil limbah buangan tidak memenuhi baku mutu. Rekomedasi yang diberikan adalah memisahkan air cucian awal yang tidak memiliki beban pencemar dengan air limbah yang memiliki beban encemar tinggi. Air limbah yang jernih, misalnya dari hasil cucian awal, hasil es batu yang mencair tidak harus dimasukkan ke dalam digester an-aerob.

B. Rekomendasi perbaikan IPAL

Rekomendasi perbaikan IPAL didasarkan pada pertimbangan high cost, yaitu menyediakan pendanaan yang tinggi dengan hasil yang cepat dan instan. Dalam usulan ini, perbaikan IPAL dilakukan untuk memperbaiki kinerja IPAL yang limbahnya belum terolah dengan maksimal. Secara umum, rencana perbaikan IPAL meliputi beberapa komponen utama yaitu;

1. Optimasilasi grease trap dan equalisasi.

Saat ini diketahui bahwa limbah yang terolah belum memenuhi baku mutu, yang ditandai dengan masih berbaunya air buangan limbah yang dilepaskan ke badan air. Sebelum dimasukkan pada bak equalisasi, pengkondisian limbah dilakukan dengan pengendapan melalui beberapa bak kontrol. Pada kondisi ini, limbah yang mengandung minyak dan lemak tidak dapat dipisahkan secara maksimal, sehingga membebani proses selanjutnya.

2. Pengoptimalan reactor koagulasi dan flokulasi

Koagulasi dan flokulasi adalah proses pengumpulan partikel-partikel halus yang tidak dapat diendapkan secara gravitasi, menjadi partikel yang lebih besar sehingga bisa diendapkan dengan jalan menambahkan bahan koagulasi (koagulan). Setalah proses ini dilakukan dan

(13)

sludge dipisahkan, maka air limbah dapat diteruskan pada proses pengoalah biologis menggunakan filter aerob dan anerob. Rancangan desain sistem IPAL yang direkomendasikan pada kajian ini ditunjukkan oleh gambar berikut;

Gambar 3.5. Rekomendasi sistem pengolahan limbah cair PT SMP

Triwulan IV

Pada Triwulan IV, kegiatan difokuskan pada penyusunan SOP/ panduan penerapan produksi bersih di tingkat industri. Hal ini dilakukan agar pihak manajemen dapat melakukan self assessment terhadap upaya-upaya yang telah ada, sehingga tercapailah siklus perbaikan terus menerus. Uraian terhadap capain kegiatan dijelaskan sebagai berikut;

A. Persiapan Pelaksanaan Produksi Bersih

Tahapan yang harus dilakukan dalam persiapan pelaksanaan produksi bersih yaitu;

1. Persiapan manajemen, dalam hal ini ditekankan adanya komitmen dan keinginan yang kuat dari manajemen untuk melakukan prduksi bersih. Adanya komitmen yang kuat dari manajemen akan mendorong perangkat teknis dalam suatu perusahaan yang terdiri dari manajer teknis, manajer produksi, manajer keuangan, dll untuk mendorong staff melakukan efisiensi di bidangnya masing-masing.

2. Pembentukan tim teknis, direktur perusahaan diharapkan dapat membentuk tim teknis untuk melakukan kegiatan produksi bersih. Tim teknis ini dapat terdiri dari berbagai kelompok/ divisi yang terdiri dari level manager hingga kepala divisi. Pada tahap pembentukan ini diharapkan setiap kelompok kerja memiliki deskripsi tugas dan tanggungjawab yang jelas, beserta mekanisme pelaporannya.

3. Penetapan dan penentuan permasalahan/ target dan tujuan, tahapan selanjutnya adalah penetapan target dan tujuan. Dalam realitanya, industri akan menentukan permasalahan apa

(14)

tertentu, ataukah penggunaan bahan bakar pada tungku, ataukah aspek operasional lainnya. Penentuan masalah ini dilakukan dengan memilih satu tema tertentu yang akan dibedah atau dilakukan identifikasi oleh tim.

B. Pelaksanaan Produksi Bersih

Tahapan pada fase pelaksanaan produksi bersih ini dimulai dengan pengumpulan data, validasi dan analisis, penentuan alternative, dan implementasi.

1. Pengumpulan data, dilakukan untuk mengetahui seberapa urgent permasalahan terjadi, apa saja indikatornya, siapa saja yang terlibat, dll. Sebagai contoh pada kasus penggunaan air yang tidak terkendali menyebabkan tagihan air fluktuatif, maka pengumpulan data dimulai dengan mengumpulkan informasi umum, kemudian mengerucut pada masing-masing unit. Sebagai contoh pengumpulan tagihan bulanan, kemudian pengumpulan informasi mengenai jumlah bahan baku yang dicuci, proses pencucian pada masing-masing seksi menggunakan berapa banyak air, dan sebagainya. Pada contoh kasus ini, diperlukan pengamatan lebih dari 1 (satu) kali, serta mencari best practice penerapan proses pada industri lainnya.

2. Validasi dan analisa data, dilakukan untuk mengeliminasi bias atau penyimpangan data. Dalam proses analisis, dapat dilakukan dengan pemaparan atau diskusi terkait informasi yang didapat. Sebagai contoh, dilakukan telaah terhadap fluktuasi penggunaan air yang dikaitkan dengan jumlah bahan baku, jenis bahan baku, bahkan hingga shift karyawan yang terlibat. Dengan demikian didapatkan gambaran mengenai profil penggunaan air yang mendetail. Setelah itu dapat disimpulkan standart rata-rata penggunaan air yang menjadi acuan dalam setiap prosesnya.

3. Identifikasi opsi/ alternative penyelesaian. Tahapan ini dapat dilakukan dengan menampung aspirasi dari anggota tim maupun divisi terkait. Pemasangan meteran air hingga pengaturan debit bias menjadi alternative solusi. Dalam pemilihannya dilakukan dengan menimbang dampak yang ditimbulkan dari aksi tersebut. Pada umumnya adalah faktor biaya, diperlukan perhitungan break event point untuk skala alternative yang besar. Divisi keuangan dapat meberi masukan terkait alternative solusi yang ditawarkan.

4. Implementasi, dalam tahapan ini alternative solusi diterapkan. Namun perlu diingat bahwa diperlukan pengawasan dan pencatatan terhadap setiap aksi yang diambil sehingga dapat dilakukan kalkulasi atau evaluasi ulang.

C. Monitoring, Evaluasi dan Perbaikan terus menerus

Langkah selanjutnya dalam upaya implementasi produksi bersih adalah Monitoring, Evaluasi dan Perbaikan Terus-menerus. Ketiga komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut;

1. Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas objektif program atau memantau perubahan yang fokus pada proses keluaran. Monitoring ini melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan dan melibatkan pengamatan atas kualitas dari layanan yang diberikan. Dalam kasus ini, tim teknis yang ditugaskan wajib melakukan pengawasan dan pecatatan terhadap aksi yang dilakukan.

(15)

2. Evaluasi dilakukan melalui serangkaian penilaian terhadap indicator-indikator yang dibuat untuk mengetahui performa dari kegiatan yang dilakukan. Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kemajuan pelaksanaan produksi bersih meliputi indikator kualitatif dan kuantitatif. Indikator kualitatif berkaitan dengan peningkatan kemampuan sumber daya manusia dalam aspek operasional, sementara indikator kuantitatif yang berhubungan dengan jumlah aktivitas yang terukur, seperti data penggunaan air, laporan konsumsi energi, jumlah kerusakan, biaya perbaikan, dll. Dari indicator dan informasi yang didapat, akan dibandingkan dengan target yang ditentukan, sehingga dapat dipikirkan bagaimana opsi selanjutnya terkait perbaikan yang dilakukan.

3. Perbaikan terus menerus dilakukan dalam waktu yang tak terbatas, karena aksi produksi bersih tidak berhenti pada satu siklus saja, melainkan berkelanjutan pada aspek yang sama atau pada aspek lainnya. Selain itu, dalam perspektif industri, efisiensi proses terjadi mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, sehingga dapat berubah-ubah. Kondisi ini mewajibkan industri agar dapat mengikuti perkembangan teknologi sehingga dapat bertahan dalam persaingan global.

3.4.2. Pemetaan Kegiatan

Kegiatan Penerapan Sustainable Consumption and Production (SCP) di Industri Pengolahan Ikan 2016 merupakan kegiatan lanjutan dari tahun 2015 mengenai Identifikasi Peluang Penerapan Produksi Bersih di Industri Kota Probolinggo.

 Kegiatan pada tahun 2015 merupakan kegiatan tahap awal yang dilakukan dengan workshop dan pelatihan inisiasi produksi bersih di 11 (sebelas) industry di Kota Probolinggo. Pada tahun 2015, hasil yang didapatkan adalah rekomendasi: Opsi-opsi Teknologi Produksi Bersih di Industri Pengolahan Ikan, Kayu Olahan, Keramik, Batik, Kerupuk, dan Penyamakan Kulit.

 Sedangkan pada tahun 2016, kegiatan difokuskan pada Aplikasi Rekomendasi Teknis SCP (Cleaner Production) di sektor industry. Focusing di Industri Pengolahan Ikan, yang dilakukan dengan pemilihan dan pendetailan permasalahan utama pada sebuah proses produksi di Industri mitra. Target akhir adanya 1 dokumen aplikasi SCP di industri pengolahan ikan.

 Mitra pada kajian ini adalah PT Southern Marine Product, yang berperan sebagai lokasi studi sejak tahun 2015 dan menyediakan data untuk analisis yang diperlukan.

 Hambatan yang ditemui adalah masalah pendanaan yang mengakibatkan perubahan rencana kegiatan beserta output yang dihasilkan. Sebelum adanya pemotongan anggaran, kegiatan direncanakan full pendampingan teknis di lapangan, namun setelah adanya pemotongan anggaran kegiatan berorientasi pada kajian/ studi tekstual.

3.5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan terhadap proses produksi di PT SMP dan upaya-upaya penerapan produksi bersih dapat disimpulkan sebagai berikut;

(16)

2. Peluang penerapan produksi bersih berdasarkan perspektif low cost lebih berfokus pada aspek kontrol dan pengawasan terhadap sumberdaya. Selama ini pengawasan terhadap penggunaan air tidak terlaksana dengan baik.

3. Implikasi dari perbaikan kontrol dan pengawasan adalah perubahan SOP dan budaya kerja bagi karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa produksi bersih tidak hanya terfokus pada aspek teknis semata, tapi juga aspek sumberdaya manusia.

4. Perbaikan manajemen pengolahan limbah dilakukan dengan jalan peningkatan performa IPAL eksisting.

5. Usulan rencana tindak selanjutnya adalah pengembangan program/ tools/ software produksi bersih untuk industry, sehingga dapat memberi kemudahan bagi industry dalam peaksanaan produksi bersih.

DAFTAR PUSTAKA

1. ISSD n.d., Symposium: Sustainable Consumption, 1994. Available from: <www.iisd.ca/consume/oslo004.html#top>. [10 August 2012].

2. Krausmann, et al., M. “Growth in global materials use, GDP and population during the 20th century”. Ecological Economics , 68/10(2009): 2696-2705

3. Lelia Croitoru, The Cost of Environmental Degradation: Case Studies from the Middle East and North Africa (Washington, D.C., World Bank, 2010)

4. Michaelis, laurie. 2002. Sustainable consumption and production. Earth summit 2002 page 264-277. United Nations Environment And Development – UK committee(UNED-UK), 2000

5. Planning For Change. Guidelines for National Programmes on Sustainable Consumption and Production. Paris: United Nations Environment Programme. 2008.

6. Rostow, W. W. (1960). The Stages of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto. Cambridge: Cambridge University Press

7. UNEP. 2010. Abc Of Scp- Clarifying Concepts on Sustainable Consumption and Production. 8. United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific 2012, Fundamentals

about green growth: ecologically sustainable progress to foster low-carbon, socially inclusive development. UNESCAP, Bangkok.

9. UU no. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

10. http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/produk-domestik-bruto-indonesia/item253

11. http://www.menlh.go.id/konsumen-dan-produsen-berkelanjutan-siap-masuk-rpjmn-2015-2019/ 12. http://www.unep.org/rio20/About/SustainableConsumptionandProduction/tabid/102187/Default.as

Gambar

Tabel 3.1.  Anggota WP 1.2
Gambar 3.1. Tiga keuntungan produksi bersih
Gambar 3.2. Kunjungan lapangan di PT SMP
Gambar 3.3. Proses produksi PT SMP Bahan Baku
+4

Referensi

Dokumen terkait

The  teacher  in  this  research  also  used  some  extrinsic  reward  that  could  have  positive  effect  on  the  students’  intrinsic  motivation  in 

Bila mendengar kata “keyboard” maka pikiran kita tidak lepas dari adanya sebuah komputer, karena keyboard merupakan sebuah papan yang terdiri dari tombol-tombol untuk mengetikkan

Karena probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi pendapatan perkapita, suku bunga tabungan, dan inflasi terhadap permintaan

lokus ke lokus yang lain pada satu kromosom. • Lokus  posisi gen pada

• Fungsi lain SIA yang dirancang dengan baik adalah untuk memberikan pengendalian yang cukup untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan berikut terpenuhi:. •

untuk memenuhi gelar sarjana S.Sos di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Kajian penelitian ini adalah mengenai anak jalanan di UPTD Kampung Anak

banyaknya liter beras merah, maka model matematika dari masalah tersebut adalah .... Seorang pedagang hanya memiliki modal Rp9.200.000,00 dan kiosnya hanya dapat menampung

Gerardus Polla, M.App.Sc., selaku Rektor Universitas Bina Nusantara yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menuntut ilmu dalam Jurusan Sistem