• Tidak ada hasil yang ditemukan

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PERKULIAHAN

Psikologi

Konseling

Psikologi Konseling

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Psikologi

10

61033 Agustini, M.Psi., Psikolog

Abstract

Kompetensi

Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai tujuan konseling analisis transaksional dan proses teknik konseling transaksional.

Mampu memahami Konseling Analisis Transaksional Eric Berne.

(2)

Latar Belakang

Pendahuluan

Pendekatan analisis transaksional (transactional analysis) merupakan pendekatan yang dapat digunakan pada seting individual maupun kelompok. Pendekatan ini berbeda dengan kebanyakan terapi, baik dari segi konstraktual maupun pengambilan keputusan. Pendekatan ini melibatkan kontrak yang dikembangkan oleh klien yang dengan jelas menyebutkan tujuan dan arah dari proses terapi. Selain itu juga memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh klien dan menekankan pada kapasitas klien untuk membuat keputusan baru. Analisis transaksional menekankan pada aspek kognitif, rasional, dan tingkah laku dari kepribadian. Disamping itu, pendekatan ini berorientasi pada peningkatan kesadaran sehingga klien dapat membuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya (Corey, 1986).

Pendekatan analisis transaksional terdiri dari dua kata, analisis berarti pengujian sesuatu secara detail agar lebih memahami atau agar dapat menarik kesimpulan dari hasil pengujian tersebut, sedangkan transaksional atau transaksi adalah unit pokok dari sebuah hubungan sosial. Dengan demikian, analisis transaksional adalah metode yang digunakan untuk mempelajari interaksi antar individu dan pengaruh yang bersifat timbal balik yang merupakan gambaran kepribadian seseorang.

Tahapan Perkembangan Pendekatan Analisis Transaksional

Pendekatan analisis transaksional dikembangkan oleh Eric Berne pada 1910-1970. Dusay dan Dusay (1984) mengidentifikasi empat tahap perkembangan pendekatan analisis transaksional, yaitu:

1. Tahap Pertama (1955-1962)

Pada tahap ini Berne mengidentifikasi ego state yang terdiri dari orangtua (parent), dewasa (adult), dan anak-anak (child). Ego state ini memberikan perspektif dalam berpikir, merasa, dan bertingkah laku.

2. Tahap Kedua (1962-1966)

Tahap ini berfokus pada transaksi dan games. Pada tahap ini, analisis transaksional menjadi lebih popular karena pendekatan ini menggunakan kosa kata yang direktif, karena individu secara langsung dapat mengetahui games yang dimainkan. Pada tahap ini analisis transaksional dikenal sebagai pendekatan kognitif dan hanya sedikit yang menyentuh afektif.

(3)

3. Tahap Ketiga (1966-1970)

Pada tahap ini perhatian Berne pada naskah hidup (life scripts) dan analisis naskah hidup (script analysis). Naskah hidup adalah rencana internal yang menentukan arah hidup individu. Konselor mengarahkan klien untuk merasakan kembali pengalaman secara emosional (emotionally reexperience) dan menganalisis peristiwa-peristiwa penting yang mendasari pengambilan keputusan.

4. Tahap Keempat (1970-sekarang)

Tahap ini dikarakteristikan sebagai tahap penggabungan teknik-teknik analisis transaksional yang baru dari pendekatan lain (Corey, 1986). Robert dan Mary Goulding adalah pionir dari pendekatan analisis transaksional yang terbaru. Pendekatan mereka berbeda dengan pendekatan analisis transaksional klasik karena mereka mengkombinasikan pendekatan analisis transaksional dengan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pendekatan gestalt dan modifikasi perilaku (Corey, 1986).

Dalam tulisan Goulding, teori analisis transaksional diintegrasikan dengan beberapa konsep antara lain: anak-anak tumbuh dengan injungsi (injunctions) yang berbasis dari pesan-pesan orangtua dalam membuat pengambilan keputusan awal (early decision). Keputusan awal ini bertujuan untuk menerima stroke dari orangtua (parental strokes) yang berupa penghargaan dan perhatian (recognition and attention) serta dalam memastikan pertahanan hidup yang mendasar (basic survival). Games mengembangkan cara dalam mendukung keputusan awal individu. Rackets adalah perasaan buruk yang familiar yang biasanya disimpan oleh individu. Dalam keluarga tertentu tidak membolehkan ekspresi perasaan tertentu, seperti hanya orang-orang tertentu dalam keluarga yang diperbolehkan untuk marah, sedangkan yang lain harus mengekspresikannya dalam bentuk kesedihan. Semua elemen ini merupakan bagian dari naskah hidup (life script), yang termasuk di dalamnya adalah harapan individu tentang drama kehidupan yang dimainkan. Konstribusi Goulding adalah penekanan pada kapasitas klien untuk membuat pengambilan keputusan kembali (redecision) tentang naskah hidupnya (Corey, 1986).

Pandangan tentang Manusia

Analisis trnasaksional berakar dari filosofi anti deterministik. Filsafat ini menempatkan kepercayaan pada kapasitas individu untuk meningkatkan kebiasaan dan memilih tujuan dan tingkah laku baru. Pendekatan ini melihat individu dipengaruhi oleh ekspektasi dan tuntutan dari orang-orang yang signifikan baginya terutama pada pengambilan keputusan pada masa-masa dimana individu masih bergantung pada orang lain. Akan tetapi keputusan

(4)

yang telah dibuat tersebut dapat ditinjau kembali dan dirubah apabila keputusan awal tersebut tidak lagi sesuai sehingga dapat membuat keputusan baru (Thompson, et., al, 2004). Manusia dianggap memiliki pilihan dan tidak bergantung pada masa lalu, meskipun pengalaman masa lalu yang menentukan posisi hidup tidak dapat dihapus dan individu dapat mengubah posisinya. Seperti yang dikemukakan oleh Berne (1970).

Konsep Dasar

Pendekatan analisis transaksional memiliki asumsi dasar bahwa perilaku komunikasi seseorang dipengaruhi ego state yang dipilihnya. Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai sebuah transaksi yang di dalamnya turut melibatkan ego state serta sebagai hasil pengalaman dari masa kecil. Setiap orang cenderung memilih salah satu dari empat kemungkinan posisi hidup. Pendekatan ini dapat digunakan pada seting individual maupun kelompok yang melibatkan kotrak yang dikembangkan oleh klien yang dengan jelas menyebutkan tujuan dan arah dari proses terapi. Selanjutnya, pendekatan ini memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh klien dan menekankan pada kapasias klien untuk membuat keputusan baru, menekankan pada aspek kognitif, rasional, dan tingkah laku dari kepribadian dan berorientasi pada meningkatkan kesadaran sehingga klien dapat memuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya.

Beberapa konsep pentig dalam pendekatan analisis transaksional yaitu: injunction dan

keputusan awal (early decision), strokes, naskah hidup, ego state, posisi hidup, games, membuat keputusan ulang (redecision).

1. Injungsi (Injunction) dan Pengambilan Keputusan Awal (Early Decision)

Salah satu konsep kunci analisis transaksional adalah injunction atau don'ts. Injunction adalah pesan yang disampaikan kepada anak oleh parents internal child out dari kondisi kesakitan orangtua seperti: kecemasan, kemarahan, frustasi, dan ketidakbahagiaan. Pesan ini menyuruh atau meminta anak untuk melakukan apa yang harus mereka lakukan secara verbal dan tingkah laku, namun sering kali pesan ini terbentuk melalui tingkah laku orangtua (Corey, 1986).

Sebagai orang anak yang membutuhkan pengakuan dan stroke dari orangtua dalam mengambil keputusan awal, sehingga pesan-pesan orangtua diterima oleh anak. Menurut Goulding, tidak semua injunction diterima dari pesan-pesan orangtua tetapi juga melalui penemuan anak sendiri dan misinterpretasi terhadap pesan yang diberikan oleh orangtua dan dibawa oleh anak sampai ia dewasa (Corey, 1986).

(5)

2. Strokes

Dalam analisis transaksional, strokes adalah bentuk dari pengakuan. Individu menggunakan strokes untuk berkomunikasi dengan orang lain. Stroke dapat berupa sentuhan fisik atau bentuk simbolik seperti pandangan mata, kata-kata, bahasa tubuh, dan verbalisasi (Thompson, et al., 2004). Stroke positif biasanya direpresentasikan dengan kata-kata: ''saya suka kamu'' dan pengakuan ini diiringi dengan sentuhan hangat, kata-kata yang menerima, dan bahasa tubuh yang penuh perhatian. Stroke negatif biasanya berkata ''saya tidak suka kamu'' dan biasanya di ekspresikan secara verbal dan non verbal. Conditional

strokes berkata ''saya akan menyukai kamu bila kamu melakukan apa yang saya inginkan'',

saya akan menerima kamu apa adanya dan kita bisa menegosiasikan perbedaaan yang ada diantara kita'' (Corey, 1986).

Menurut teori analisis transaksional, stroke yang diterima oleh individu adalah stroke yang akan ia berikan kepada orang lain. Anak-anak membutuhkan sentuhan fisik dari orang lain di sekitarnya melalui pemberian makanan, mengganti popok, memberi bedak, mengajak berkomunikasi dan menimangnya. Apabila anak tidak mendapatkan sentuhan ini ia akan mengalami kekurangan (hunger) seperti kekurangan gizi yang dapat menghambat pertumbuhannya (James & Jongeward, 1996).

Stroke baik positif maupun negatif memberikan pegaruh pada individu. Akan tetapi stroke

positif merupakan bagian penting dalam perkembangan kondisi psikologis yang sehat.

Stroke ini membentuk ekspresi kasih sayang (affection) dan penghargaan (appreciation).

Adapun stroke negatif menghambat perkembangan individu. Stroke negatif mengambil harga diri individu dengan menghilangkan, mempermalukan, dan mempermainkan individu. Dengan pilihan yang tidak menyenangkan, lebih baik bagi individu untuk tidak mendapatkan

stroke sama sekali daripada mendapat stroke negatif (Thompson, et al., 2004). Menurut

Berne, setiap individu membutuhkan sentuhan dan pengakuan yang dapat dipenuhi melalui

stroke. Individu yang mengalami kekurangan (hunger) akan stroke akan menggunakan

waktu dan hidupnya untuk mendapatkan stroke dengan memainkan games psikologis (James & Jongeward, 1996).

3. Naskah Hidup (Life Script)

Naskah hidup (life script) pertama kali dirumuskan oleh Eric Berne, kemudian dikembangkan oleh Claude Steiner pada tahun 1960. Naskah hidup (life script) adalah berbagai cara yang mirip dengan drama dengan plot. Naskah hidup dibentuk sejak awal kehidupan ketika individu belajar bahwa untuk bertahan hidup secara psikologis atau fisiologis dimana individu harus menjadi individu tertentu. Naskah hidup kita meliputi pesan

(6)

orangtua yang diadopsi, pengambilan keputusan yang dibuat individu dalam merespon

injuction, games yang dimainkan individu untuk mempertahankan keputusan tersebut, racket

yang dialami untuk menjustifikasi keputusan, harapan individu terhadap drama kehidupan yang akan dimainkan, dan bagaimana akhir drama tersebut (Corey, 1986). Dengan demikian naskah hidup (life script) adalah sebuah lakon hidup yang disusun pada masa kecil. Kemudian diperkuat orangtua, lalu dibenarkan oleh pengalaman selanjutnya dan memuncak pada pilihan tertentu (De Blot, 2002).

Menurut teori analisis ransaksional naskah hidup menentukan pilihan terakhir. Apabila anak menyusun lakon hidupnya, pilihan akhir ini sudah terungkap juga pada lakon ini. Seluruh proses perkembangan lakon ini dari titik mula sudah diarahkan dan dijiwai oleh titik akhirnya. Titik akhir ini oleh analisis transaksional dinamakan pay off, penyelesaian akhir dan pembulatan sandiwara yang diharapkan menjadi happy ending (De Blot, 2002). Bagaimana individu menentukan pilihan akhir ditentukan oleh stroke, injuction, games,

racket yang dialaminya selama masa kecil.

Menurut Berne, naskah hidup merupakan lakon hidup seseorang yang disusun sendiri pada masa kecilnya. Ia sendiri yang menyusun lakon hidupnya bukan pengaruh lingkungan, orangtua, atau orang lain yang berpengaruh. Naskah hidup disusun atas dasar penentuannya sendiri. Karena itu, anak yang dibesarkan dalam lingkungan dan keadaan yang sama dengan anak lain dapat menyusun naskah hidup yang berbeda (De Blot, 2002). Dapat dikatakan bahwa orangtua tidak menentukan naskah hidup anak tetapi ia memberikan pengaruh bagaimana anak tersebut menyusun naskah hidupnya. Pesan-pesan yang disampaikan orangtua baik verbal maupun non verbal dapat merangsang anak dalam membentuk naskah hidup tertentu sebagai tanggapan atas pesan orangtuanya (De Blot, 2002). Pembentukan naskah hidup dipengaruhi oleh:

a. Injuction, yaitu pesan ini menyuruh atau meminta anak untuk melakukan apa yang harus mereka lakukan secara verbal dan tingkah laku. Diterima melalui pesan orangtua, penemuan sendiri, dan mis-interpretasi atas pesan orangtua.

b. Stroke, berupa penghargaan dan penerimaan baik positif maupun negatif.

c. Hunger, yaitu kekurangan stroke positif.

4. Konsep Ego State

Terdapat tiga jenis ego state yang secara inheren eksis dalam diri setiap individu. Ego

state tersebut yaitu: ego state orangtua (parent), ego state anak-anak (child), dan ego state

(7)

a. Ego state orangtua (parent)

Bagian orangtua dalam kepribadian adalah sebuah introyeksi dari orangtua dan pengganti orangtua. Pada ego state orangtua, individu merasakan kembali pengalaman (reexperience) yang individu imajinasikan bagaimana orangtua kita merasa pada situasi tersebut dan bagaimana orangtua bertindak. Terdapat dua jenis ego state orangtua, yaitu:

1) Orangtua yang membimbing (nurturing parent)

Ciri orangtua yang membimbing adalah empatik dan penuh pengertian, peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain, serta menilai dan memberi batasan benar salah yang tegas.

2) Orangrtua yang mengkritik (critical parent)

Ciri-cirinya adalah cenderung menasehati, mengkritik, dan menggurui. Nada suara tinggii dan cenderung keras. Apabila berbicara pada umumnya sambil menunjuk (Thompson, et al., 2004).

b. Ego state orang Dewasa (adult)

Ego state orang dewasa adalah pemroses data (the processor of data). Hal ini ditandai degan kesadaran bahwa data itu penting dalam berkomunikasi. Ego state orang dewasa adalah bagian objektif dari individu dimana ia menerima, menyimpan, memproses, dan mengirim informasi kembali berdasarkan fakta buka opini atau perasaan.

c. Ego State anak-anak (child)

Ego state anak-anak terdiri dari perasaan, impuls-impuls, dan spotanitas. Biasanya ditandai dengan ciri-ciri spontan, memiliki kebutuhan, perasaan, dan keinginan untuk berekplorasi atas peristiwa-peristiwa internal yang direspons dengan melihat, mendengar, dan memamhami sesuatu, manipulasi lingkungan seperti sikap manja, menangis, dan merajuk.

5. Posisi Hidup (Life Position)

Menurut Berne, anak-anak sebelum menyusun naskah hidupnya sudah mempunyai beberapa keyakinan tentang dirinya dan orang sekitarnya yang dipertahankan seumur hidupnya. Posisi hidup ini berhubungan dengan eksistensi hidup individu karena merupakan penilaian dasar terhadap diri dan orang lain. Posisi ini merupakan titik pangkal dari setiap kegiatan individu, setiap penggunaan waktu (time structuring), game, perbuatan rencana,

(8)

dan reaksi terhadap perencanaan dijiwai oleh posisi dasar ini (De Blot, 2002). Keyakinan-keyakinan ini dinamakan posisi hidup (psychological position).

6. Membuat Keputusan Ulang (Redecisions)

The Gouldings (1979) menekankan bahwa keputusan awal telah dibuat, keputusan tersebut tidak dapat diubah. Menurut mereka individu terlibat dalam membuat keputusan awal tentang arah hidup sehingga individu dapat membuat keputusan baru yang lebih sesuai dan memungkinkan individu untuk mengalami kehidupan yang baru. dalam proses membuat keputusan ulang (resecision), klien diajak untuk kembali ke masa kecil disaat mereka membuat keputusan, kemudian membentuk ego state anak-anak, dan memfasiitasi klien untuk membuat keputusan baru. Dengan kegiatan ini, klien diajak untuk merasakan kembali situasi masa kecil secara emosional dan membuat keputusan baru secara emosional dan intelektual.

7. Games

Kebanyanakan manusia mengikuti naskah hidup mereka dan belajar menggunakan transaksi terselubung. Dengan kata lain manusia memainkan games. Game adalah seri berkelanjutan dari transaksi ulterior yang saling melengkapi yang mengarah pada tujuan yang dapat diprediksi individu. Saat bermain games dalam transaksi biasanya diakhiri dengan perasaan tidak enak untuk salah satu pemain. Pada umumnya individu mendesain

games untuk mencegah intimasi dan bertujuan untuk mendukung kepisahan asal dan

bagian dari naskah hidup individu (rencana hidup atau kesimpilan tentang bagaimana harus bertindak untuk bertahan hidup).

Berne (1964) percaya bahwa keuntungan game adalah fungsi stabilisasi (homeostatic).

Homeostatic adalah kecenderungan individu untuk mempertahankan keseimbangan

psikologis dengan mengatur proses intrapcychic. Perubahan dalam hidup tidak mudah diterima oleh individu secara otomatis terutama orang yang membutuhkan penguatan dan konfirmasi atas prasangka, nilai, pandangannya dan tidak banyak orang dapat dengan mudah menerima informasi baru. Game berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan biological, eksistensial, psikologis, area sosial internal, dan eksternal (Thomson, et al., 2004).

8. Tipe-Tipe analisis

Teori analisis transaksional tentang manusia dan hubungan manusia didapat dari pengumpulan data melalui empat tipe analaisis yaitu:

(9)

a. Analisis struktur (Structural Analysis)

Menurut analisis transaksional, analisis struktural adalah dengan melihat kepribadian individu yang terdiri dari tiga ego state yaitu orangtua (parent), dewasa (adult), dan anak-anak (child). Ego state mempresentasikan orang yang sebenarnya (real person) yang hidup sekarang, pernah hidup, dan memiliki identitas pribadi. Dengan demikian konflik diantara mereka seringkal disebabkan karena ketidakkonsistenan dan fleksibilitas dalam diri individu (Thompson, et al., 2004). Analisis struktur adalah alat yang digunakan individu untuk membantu individu menjadi sadar atas isi dan fungsi ego statenya (orangtua, dewasa, dan anak). Klien belajar mengidentfikasi ego state mereka. Analisis struktur membantu klien mengatasi bentuk ego state yang membuatnya terhambat dan membantu menemukan ego

state yang mendasari tingkah laku sehingga klien dapat menentukan pilihan-pilihan

hidupnya (Corey, 1986).

b. Analisis Transaksi (Transactional Analysis)

Analisis transaksi adalah jantung dari pendekatan analisis transaksional. Transaksi didefinisikan sebagai sebuah unit dalam komunikasi manusia atau sebagai hubungan stimulus respon antara dua orang ego state. Pada dasarnya, analisis transaksi adalah deskripsi dari apa yang dilakukan dan dikatakan oleh dirinya dan orang lain. Apa yang terjadi antara individu dalam transaksi antara ego state, ketika pesan disampaikan dan respons diberikan.

c. Analisis Naskah (Script Analysis)

Naskah psiologis (psychological script) adalah program yang terjadi pada individu yang berkelanjutan seperti drama kehidupan dan hal ini mendikte perjalanan hidup individu, manusia secara sadar atau tidak sadar, bertingkah laku kompulsif tergantung program tersebut. Menurut Berne, naskah hidup (life script) adalah rencana hidup yang dipilih oleh anak pada masa awal kehidupannya berdasarkan pesan yang diterima oleh anak dari orangtuanya.

Pembentukan naskah hidup pada awalnya terjadi dari pesan nonverbal orangtua kepada anak saat masa bayi. Ketika awal pertumbuhan, individu belajar keberhargaan dirinya sebagai individu dan posisi hidupnya (Corey, 1986). Analisis naskah (script analysis) adalah bagian dari proses terapi dimana pola-pola hidup yang diyakini individu diidentifikasi. Klien dibantu untuk mengidentifikasi naskaf hidup dan menyadari naskah hidup serta posisi hidupnya kemudian diminta untuk mengubah programnya. Analisis naskah hidup (script

(10)

yang berisi item-item yang berhubungan dengan posisi hidup, rackects, games sebagai keseluruhan fungsi kunci dari naskah hidup seseorang (Corey, 1986).

d) Analisis Game (Game Analysis)

Menurut analisis transaksional individu dapat memahami dialog internal antara ego state orangtua dan anak-anak. Mereka dapat mendengar dan memahami hubungan mereka dengan orang lain. individu dapat menyadari ketika mereka terbuka atau tidak jujur pada orang lain. Dengan menggunakan prinsip-prinsip analisis transaksional, individu dapat menyadari bentuk stroke yang mereka terima, mereka dapat mengganti respons stroke dari negatif ke positif (Corey, 1986). Seperti transaksi terselubung, semua games pada dasarnya tidak jujur dan bukan sebagai sarana untuk bersenang-senang.

9. Menstruktur Waktu (Structuring Times)

Individu memiliki enam pilihan dalam mencari stroke melalui pengisian waktu yaitu:

a. Menarik Diri (withdrawing), dimana tidak terjadi transaksi. Ini melibatkan risiko yang sedikit dan tidak terjadi stroke.

b. Melakukan ritual (rituals), melibatkan transaksi sosial yang telah ditentukan seperti ''hallo'' dan ''apa kabar?'' merupakan transaksi yang tidak personal.

c. Mengisi waktu luang (pastime), memberikan stroke yang dapat diterima oleh kedua belah pihak (mutually acceptable). Pastimes adalah cara untuk mengekspresikan diri (self

expression) tetapi melibatkan transaksi atau percakapan yang superfisial. Misal: topik

pembicaraan tentang olah raga, belanja, otomotif, dan lain-lain.

d. Melakukan aktivitas (activities) adalah dimana waktu distruktur dengan berbagai tugas. Melakukan aktivitas (activities) adalah cara untuk mengatasi realitas eksternal dan mungkin melibatkan interaksi yang dalam dengan orang lain.

e. Bermain games, dimana kebutuhan untuk mendapatkan stroke dipenuhi dengan cara yang tidak jujur. Dengan games individu mendapatkan stroke akan tetapi dengan cara yang tidak menyenangkan. Games juga disebut dengan sebagai trasaksi yang destruktif.

f. Menjalin intimasi (intimacy), memberikan stroke tanpa syarat (uncoditional stroking),

(11)

Tujuan Konseling

Tujuan utama konseling analisis transaksional adalah membantu klien untuk membuat keputusan baru tentang tingkah laku sekarang dan arah hidupnya. Individu memperoleh kesadaran tentang bagaimana kebebasannya terkekang karena keputusan awal tentang posisi hidup dan belajar untuk menentukan arah hidup yang lebih baik. Inti terapi ini adalah mengganti ke arah gaya hidup otonom yang memiliki ciri-ciri: kesadaran, spontan, intim, dengan menggunakan game dan naskah hidup. Individu juga belajar menulis kembali naskah hidup mereka sehingga memiliki kontrol atas hidup mereka (Corey, 1986). Adapun tujuan-tujuan khusus pendekatan ini adalah:

1. Konselor membantu klien untuk memprogram pribadinya agar membuat ego state berfungsi pada saat yang tepat.

2.Klien dibantu untuk menganalisa transaksi dirinya sendiri.

3. Klien dibantu untuk menjadi bebas dalam berbuat, bermain menjadi orang yang mandiri dalam memilih apa yang diinginkan.

4. Klien dibantu untuk mengkaji keputusan salah yang telah dibuat dan membuat keputusan baru atas dasar kesadaran.

Peran dan Fungsi Konselor

Konseling analisis transaksional didesain untuk mendapatkan insight emosional dan intelektual, tetapi fokus pada bagian rasional. Hal ini berimplikasi pada peran konselor dalam proses konseling yang lebih banyak didaktik dan fokus pada pemikiran klien. Menurut Harris (1967) peran konselor adalah sebagai guru, pelatih, dan penyelamat dengan terlibat secara penuh dengan klien. Sebagai guru, konselor menjelaskan teknik-teknik seperti analisis struktur (structural analysis), analisa transaksi (transactional analysis), analisis naskah hidup (script analysis), dan analisis game (game analysis). Konselor juga membantu klien menemukan kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan di masa lalu dan mengembangkan strategi untuk mengatasinya (Corey, 1986)

Claude Steiner menekankan bahwa penting hubungan yang egaliter antara konselor dan klien. Konselor dan klien bekerja sebagai patner dalam konseling. Meskipun konselor memilki pengetahuan dan ketrampilan konseling yang digunakan untuk membantu klien, pengetahuan, dan ketrampilan tersebut tidak akan efektif tanpa ada inisiatif dari klien (Corey, 1986). Konselor membantu klien menemukan kekuatan internalnya untuk berubah dengan membuat keputusan yang sesuai dengan sekarang (Goulding, 1978).

(12)

Teknik-Teknik Konseling

Teknik-teknik konseling analisis transaksional banyak menggunakan teknik-teknik pendekatan Gestalt. James dan Jongeward (1971) megkombinasikan konsep dan proses analisis transaksional dengan eksperimentasi Gestalt dan kombinasi ini memberikan hasil yang menjajikan pada self awareness dan autonomy (Corey, 1986).

1. Metode Didaktik (Didactic Methods)

Karena analisis transaksional menekankan pada domain kognitif, prosedur mengajar, dan belajar merupakan dasar dari pendekatan ini.

2. Kursi Kosong (Empty Chair)

Teknik ini merupakan adopsi dari pendekatan Gestalt. Teknik ini biasanya digunakan untuk structural analysis. Mc Neel (1976) mendeskripsikan bahwa teknik yang menggunakan dua kursi ini merupakan cara yang efektif untuk membantu klien mengatasi konflik masa lalu dengan orangtua atau orang lain pada masa kecil. Tujuan teknik ini adalah untuk menyelesaikan unfinished business masa lalu (Corey, 1986).

3. Bermain peran (Role Play)

Biasanya digunakan dalam konseling kelompok dimana melibatkan orang lain. Anggota kelompok lain dapat berperan sebagai ago state yang bermasalah dengan klien. Dalam kegiatan ini klien berlatih dengan anggota kelompok untuk bertingkah laku sesuai dengan apa yang akan diuji coba di dunia nyata. Variasi lain dapat dilakukan dengan melebih-lebihkan karakteristik ego state tertentu untuk melihat reaksi tingkah laku saat ini terhadap

ego state tertentu (Corey, 1986).

4. Penokohan Keluarga (Familiy Modeling)

Family modeling adalah pendekatan untuk melakukan structural analysis yang pada umumnya berguna untuk menghadapi constant parent, constant adult, atau constant child. Klien diminta untuk membayangkan episode yang berisi orang-orang penting baginya dimasa lalu. Klien bertindak sebagai sutradara, produser, dan aktor. Klien mendifinisikan situasi dan menggunakan anggota kelompok sebagai pengganti anggota keluarganya. Klien menempatkan mereka sehingga ia mengingat situasinya. Berdasarkan hasil drama ini klien dan konselor mendiskusikan, bertindak, dan mengevaluasi sehingga dapat meningkatkan kesadaran tentang situasi yang spesifik dan makna personal yang masih dipegang teguh oleh klien (Corey, 1986).

(13)

5. Analisis Ritual dan Waktu Luang (Analysis of Rituals and Pastime)

Analisis transaksi termasuk di dalamnya adalah identifikasi ritual dan mengisis waktu luang (pastime) yang digunakan dalam structuring of time. Time structuring adalah materi penting untuk diskusi dan penilaian karena merefleksikan keputusan tentang naskah hidup bagaimana bertransaksi dengan orang lain dan bagaimana mendapatkan stroke. Individu yang memenuhi sebagian besar waktunya dengan ritual dan pastime kemungkinan mengalami kekurangan stroke dan kurang intimasi dalam berinteraksi dengan orang lain. Karena transaksi ritual dan pastimes memiliki nilai stroke yang rendah, orang yang bertransaksi sosial mungkin akan mengeluh merasa kehampaan (emptiness), bosan, tidak memiliki kesenangan, merasa tidak dicintai dan merasa tidak berarti (Corey, 1986).

(14)

Daftar Pustaka

Palmer, S., (2011). Konseling dan Psikoterapi. Sage Publication Ltd.

Referensi

Dokumen terkait

Representasi stereotip perempuan dalam roman Papua Isinga karya Dorothea Rosa Herliany termanifestasikan melalui nasihat-nasihat orang-orang tua baik di perkampungan Aitubu

Allianz tidak menanggung risiko yang terjadi atas diri Tertanggung akibat penyakit, perawatan dan pengobatan, serta biaya yang dikecualikan dalam program Asuransi

4..2 Jumlah Sekolah Dasar dan Ruang Kelas Menurut Status Sekolah Dirinci per Kelurahan di Kecamatan Kota Baru , 2013……… Number of Elementary School and Classroom by Status of

Pada penelitian ini, Peran Istri buruh tani disini dalam upaya peningkatan prestasi belajar anak adalah dilihat dari banyaknya ibu yang memberikan motivasi kepada anaknya

Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran tentang indeks fungsi seksual wanita pada pengguna implan satu batang

Pelaksanaan kegiatan yang mendukung outcome 14 IKU tersebut berasal dari program peningkatan pelayanan Badan Layanan Umum Daerah di RSUD Dr.. Soetomo tahun 2015, maka dapat

Aplikasi yang dirancang ini dapat digunakan untuk memberikan kemudahan kepada dokter untuk mendeteksi dan mengetahi suatu gejala penyakit epilepsi yang dialami

Meskipun beberapa peneliti telah menyatakan bahwa menyikat dengan pasta gigi dapat menyebabkan kerusakan pada akrilik, metode ini telah digunakan oleh seluruh subjek