• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Sistem Pemantauan Produksi Melalui Model Produk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan Sistem Pemantauan Produksi Melalui Model Produk"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Sistem Pemantauan Produksi Melalui Model Produk

Sri Raharno1, Yatna Yuwana M.2, Indra Nurhadi3 Program Studi Teknik Mesin

Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung Jln. Ganesha no. 10, Bandung

E-mail: 1) harnos@tekprod.ms.itb.ac.id, 2) yatna@tekprod.ms.itb.ac.id, 3) nurhadi@bdg.centrin.net.id

Abstrak

Dalam berproduksi, agar proses produksi di shop-floor dapat berjalan dengan baik diperlukan proses pengendalian. Pada dasarnya dalam pengendalian produksi agar proses produksi dapat berlangsung secara efisien dibutuhkan informasi produksi yang bersifat kompleks dan rinci. Salah satu informasi yang dibutuhkan tersebut adalah kondisi dinamik yang terjadi di shop-floor. Agar informasi tentang kondisi dinamik di shop-floor dapat diketahui, diperlukan sistem pemantauan produksi. Bila sistem ini tidak ada atau tidak berjalan dengan baik maka sebagai akibatnya adalah ketiadaan atau kekurangan informasi yang dibutuhkan untuk mengendalikan produksi. Ketidaklengkapan informasi ini selanjutnya akan menyebabkan keputusan yang cocok untuk mengendalikan produksi secara efisien akan sulit dihasilkan. Pada sisi yang lain banyak perusahaan manufaktur yang telah menerapkan sistem ERP (Enterprise Resource Planning) sebagai tulang punggung untuk mengelola informasi produksi. Akan tetapi sistem ini ternyata lebih sesuai bila digunakan pada tingkat manajemen perusahaan dari pada digunakan pada tingkat pengendalian produksi.

Pada makalah ini akan diuraikan salah cara untuk mengembangkan sistem pemantauan produksi, yaitu melalui model produk. Sistem pemantauan yang dikembangkan adalah untuk memantau operasi yang sedang dilakukan di shop-floor. Model produk yang dikembangkan adalah untuk memodelkan produk multi-varian kendaraan niaga. Secara umum metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pengembangan model produk dan model lain yang terkait dengan menggunakan pendekatan pemodelan berorientasi objek. Pada penelitian ini terdapat dua macam model dari produk, yaitu model pustaka produk dan model produk. Model pustaka produk merupakan model dari produk yang mempunyai data yang bersifat relatif statik dan menjadi acuan dari model produk. Sedangkan model produk merupakan model dari produk yang mempunyai data yang bersifat relatif dinamik. Model produk ini merupakan representasi dari produk sebenarnya yang sedang diproduksi.

Kata kunci: pemantauan, operasi, model produk, model pustaka produk

1. Pendahuluan

Dalam berproduksi, selain terdapat aliran material juga terdapat aliran informasi. Sebagaimana telah diketahui, hambatan pada aliran material akan menyebabkan kegiatan produksi juga akan terhambat

.

Pada sisi yang lain aliran informasi mempunyai pengaruh terhadap kelancaran aliran material. Penelitian yang dilakukan oleh Mierzejewska (2000) membuktikan hal ini. Sebagai contoh, bila kondisi penggunaan material di floor tidak diketahui, maka pengiriman material ke

shop-floor akan dilakukan secara perkiraan. Hal ini boleh jadi akan mengakibatkan terjadinya keterlambatan

pengiriman material atau akan terjadi penumpukan material di shop-floor. Kondisi ini tentu saja dapat menghambat aliran material.

Secara umum, hubungan antara pengendali produksi dengan shop-floor akan mengakibatkan terjadinya dua macam aliran informasi, yaitu aliran informasi dari pengendali produksi ke shop-floor dan aliran informasi dari shop-floor ke pengendali produksi. Aliran informasi dari pengendali produksi ke shop-floor berupa informasi yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi. Sedangkan aliran informasi dari shop-floor ke pengendali produksi berupa informasi pemantauan kondisi dinamik yang terjadi di shop-floor yang selanjutnya digunakan sebagai umpan balik untuk mengendalikan produksi.

(2)

Pada dasarnya informasi yang dibutuhkan untuk pengendalian produksi agar produksi dapat berjalan secara efisien, umumnya bersifat kompleks dan rinci (Shaharoun dan Jambak, 2000). Proses untuk menyediakan informasi produksi yang dibutuhkan ini tidak mudah untuk dilakukan. Sebagai akibat dari kesulitan ini tentu saja akan menyebabkan kebutuhan informasi produksi yang lengkap dan rinci sulit untuk dipenuhi. Selanjutnya ketiadaan informasi yang sesuai ini akan menyebabkan terjadinya ketidakefisienan dalam proses produksi. Sebagai contoh bila umpan balik yang menggambarkan kondisi dinamik dari shop-floor seperti status pengerjaan produk, penggunaan material, operator yang terlibat dalam proses, dan mesin produksi yang digunakan tidak dapat diperoleh secara lengkap dan rinci, maka keputusan yang cocok untuk mengendalikan produksi secara efisien akan sulit dihasilkan.

Pada sisi yang lain, banyak perusahaan manufaktur yang telah menerapkan sistem ERP (Enterprise Resource Planning) sebagai tulang punggung untuk mengelola informasi produksi yang ada. Akan tetapi penerapan sistem ERP ini banyak mempunyai kekurangan dalam pengendalian produksi di shop-floor. Penyebab munculnya kekurangan ini antara lain adalah sebagai berikut (Louis dan Alpar, 2007):

 Sistem ERP tidak dapat menyediakan data dengan tingkat kedetailan yang cukup memadai untuk digunakan di shop-floor. Hal ini disebabkan karena sistem ERP mempunyai konsep bahwasannya detail data dan data teknik tidak relevan untuk dikelola, sehingga tidak perlu untuk disimpan.

 Sistem ERP dikembangkan berdasarkan pada sistem yang mempunyai proses bisnis yang bersifat umum. Akibat dari hal ini adalah perusahaan yang mempunyai bisnis proses yang bersifat khusus akan mengalami kesulitan dalam menerapkan sistem ini.

Dalam makalah ini akan diuraikan tentang pengembangan model produk yang dapat digunakan untuk mengembangkan sistem pemantauan produksi. Sistem pemantauan yang dikembangkan adalah untuk memantau operasi yang sedang dikejarkan di shop-floor. Bila operasi yang dikerjakan di shop-floor dapat dipantau, maka manfaat yang bila diperoleh antara lain adalah penelusuran dan pengusutan produk dapat dilakukan, data penggunaan material di shop-floor dapat diketahui, dan penghitungan ongkos operator dapat dilakukan dengan lebih baik karena data penggunaan man-power diketahui secara akurat.

Model produk yang dikembangkan adalah untuk memodelkan produk multi varian yaitu produk kendaraan niaga. Secara umum metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pengembangan model produk dan model lain yang terkait dengan menggunakan pendekatan pemodelan berorientasi objek. Pada penelitian ini terdapat dua macam model dari produk, yaitu model pustaka produk dan model produk. Model pustaka produk merupakan model dari produk yang mempunyai data yang bersifat relatif statik dan menjadi acuan dari model produk. Sedangkan model produk merupakan model dari produk yang mempunyai data yang bersifat relatif dinamik. Model produk ini merupakan representasi dari produk sebenarnya yang sedang diproduksi.

2. Pemodelan Produk

Model dapat didefinisikan sebagai perwakilan (representasi) dari suatu masalah dalam bentuk yang lebih sederhana dan mudah dikerjakan. Bila ada suatu masalah yang besar dan rumit, model dapat digunakan sebagai pendekatan untuk memahami dan memecahkan masalah tersebut.

Pada penelitian ini, metode pemodelan yang digunakan adalah pemodelan berorientasi objek. Seperti yang diperlihatkan pada gambar 1, pemodelan ini mempunyai arti virtualisasi objek nyata ke dalam dunia perangkat lunak/komputer. Bila suatu objek nyata mempunyai sifat atau fungsi tertentu, maka pada objek yang sama di dalam perangkat lunak/komputer juga harus mempunyai sifat atau fungsi tersebut.

(3)

Modeling:

Behaviors & attributes of real object +

Problem solving algorithms

Material Material List of Material P01 P02 P11 P12 P00 Schedule Input to manipulate virtual model Data Base Output that expected from virtual model

Virtual model in computer

Structure of Product

Gambar 1. Pemodelan berorientasi objek 3. Pendekatan Penyelesaian Masalah

Semua benda di dunia ini, termasuk produk manufaktur (selanjutnya disebut sebagai produk saja), pada dasarnya mempunyai siklus hidup. Secara garis besar siklus hidup produk diperlihatkan pada gambar 2. Setiap tahapan dari siklus hidup produk pada dasarnya membutuhkan informasi yang terkait agar proses yang ada pada tahapan tersebut dapat berlangsung dengan baik. Informasi yang dibutuhkan pada suatu tahapan dari siklus hidup produk boleh jadi berasal dari tahapan sebelumnya. Sebagai contoh proses pada tahapan pengembangan produk membutuhkan informasi yang dihasilkan oleh tahapan sebelumnya yaitu penelitian pasar, proses perencanaan proses membutuhkan gambar teknik yang merupakan keluaran dari tahapan perancangan produk, serta proses pembelian material membutuhkan informasi tentang jenis material yang dibutuhkan, jumlah dan rencana proses produksi yang merupakan keluaran dari tahapan perencanaan proses.

market research or order

product or system design & development

process planning Purchasing material production verification packaging & storage sales & distribution servicing after sales disposal, maintenance, upgrade, reuse or recycling installation & commissioning

Material &

Information

flows

Gambar 2. Siklus hidup produk manufaktur

Salah satu solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan pemodelan produk. Karena produk merupakan fokus utama dalam proses produksi, maka dengan sendirinya semua informasi produksi akan bermuara pada produk. Akan tetapi pada

(4)

kenyataannya sangat sulit untuk menyimpan informasi produksi secara langsung ke dalam fisik produk selain nomor seri dan waktu produksi. Untuk itu dibuatlah model produk yang merupakan representasi dari produk yang sebenarnya. Segala informasi yang terkait dengan produk akan disimpan dalam model produk ini (gambar 3). Selanjutnya berdasarkan informasi yang dimiliki oleh model produk ini dapat dihasilkan keputusan-keputusan yang sesuai untuk pengendalian produksi.

market research or order

product or system design & development

process planning purchasing material production verification packaging & storage sales & distribution servicing after sales disposal, maintenance, upgrade, reuse or recycling installation & commissioning Product Model

Gambar 3. Model produk sebagai penyedia informasi yang dibutuhkan setiap tahapan siklus 4. Tipikal Produk Kendaraan Niaga

Dalam produk kendaraan niaga dan juga kendaraan secara umum, dikenal adanya istilah merek, model dan varian. Hubungan antara merek, model dan varian diperlihatkan pada gambar 4.

Variant X  Gasoline Engine 2400cc  AC Variant Y  Gasoline Engine 2600cc  Radio Tape Model: I Brand: AutoMB Variant A  Gasoline Engine 3000cc  AC Variant B  Diesel Engine 2400cc Variant C  Gasoline Engine 2400cc  AC Model: II AutoMB Model I Model II Variant A Variant B Variant C . . . . Variant X Variant Y . . . . Brand Level Model Level Variant Level

Gambar 4. Hubungan antara merek, model dan varian pada produk kendaraan otomotif

Secara umum proses produksi yang dilakukan produk kendaraan terdiri dari 3 kelompok besar proses. Proses tersebut adalah proses pengelasan (welding process), pengecatan (painting process) dan perakitan (assembling process). Selain itu terdapat pula proses-proses tambahan yang lain seperti inspeksi dan pengangkutan.

(5)

5. Model Produk yang Dikembangkan

Secara umum model utama yang dikembangkan terdiri dari 2 macam, yaitu model pustaka produk (product-library model) dan model produk (product model). Model pustaka produk merupakan representasi dari rancangan suatu produk yang nantinya akan menjadi acuan untuk membuat model produk. Karena merupakan representasi dari suatu rancangan produk, maka dalam kenyataannya model pustaka produk tidak mereprentasikan satu objek nyata apapun yang ada di dunia. Model produk merupakan model yang menjadi representasi dari objek produk nyata yang sebenarnya yang ada di dalam pabrik. Satu produk yang dibuat akan mempunyai satu model produk sebagai representasinya. Berbeda dengan model pustaka produk yang bersifat relatif statik, model produk bersifat dinamik tergantung pada tingkat keadaan produk yang diwakilinya. Dengan kata lain, sifat data yang ada pada model produk selalu berubah semenjak produk akan dibuat sampai produk selesai digunakan. Hubungan antara model produk dengan model pustaka produk dan produk sebenarnya diperlihatkan pada gambar 5 berikut ini.

Hierarchy Model Product-Structure Model Assembly-Sequence Model Product-Library Model

Product

Model

Work Station A B C D

Real Shop-Floor

Mat. 2 Mat. 3 Work Station Mat. 4 Work Station Mat. 5 Work Station Mat. 1 Finish Product

Gambar 5. Hubungan antara model produk produk, model pustaka produk dan shop-floor Model pustaka produk, seperti yang ditunjukkan pada gambar 6, mempunyai 3 buah model pendukung, yaitu model hirarki (hierarchy model), model struktur produk (product-structure model) dan model urutan perakitan (assembly-sequence model). Model hirarki pada model pustaka produk digunakan untuk menggambarkan tingkatan klasifikasi produk. Tingkat paling tinggi dari klasifikasi ini adalah merek kendaraan. Tingkatan di bawah merek adalah model kendaraan. Tingkatan di bawah model adalah varian. Setiap model boleh jadi mempunyai lebih dari satu varian.

Selain sub-model hirarki, model pustaka produk juga mempunyai sub-model struktur produk. Satu model kendaraan hanya mempunyai satu sub-model struktur produk. Dengan kata lain semua varian yang ada pada model kendaraan tersebut menggunakan struktur produk yang sama. Penggunaan pemodelan ini akan membuat model struktur menjadi lebih ringkas, karena untuk struktur dari semua varian yang ada dalam satu model kendaraan hanya menggunakan satu model saja. Sub-model struktur ini menggambarkan stuktur dari dari produk dan material yang digunakan pada satu model kendaraan tertentu. Dalam model pustaka produk ini yang dimaksud dengan material tidak hanya terbatas material berupa pelat baja, akan tetapi juga produk rakitan atau komponen yang berasal dari perusahaan lain.

Sub-model yang ketiga dari model pustaka produk adalah model urutan perakitan. Berbeda dengan sub-model strukur produk, model urutan perakitan ini bersifat unik untuk tiap-tiap varian. Dengan kata lain satu varian kendaraan akan mempunyai model urutan perakitan yang berbeda dengan

(6)

varian yang lainnya. Sub-model ini merupakan gambaran dari strategi untuk merakit material-material yang telah didefinisikan pada model struktur produk.

AutoMB Variant A Variant B Variant C Variant X Variant Y Model II Model I Product-Hierarchy Model Engine Model II PartType PartType Cabin PartType Chassis PartType Accessories PartType A Gasoline Engine Assy 3.000cc B Diesel Engine Assy 2.400cc C Gasoline Engine Assy 2.400cc All Cabin Set All Chassis Set A, C Air Conditioner Product-Structure Model

Alternative of Assembly-Sequence-Model for Variant A Model II

Engine Assy

Chassis Set Sub-Assy I Sub-Assy II

Cabin Set

Finish Product

Air Conditioner

Gambar 6. Hubungan antar sub-model yang ada dalam model pustaka produk

Setiap tahapan pada model urutan proses perakitan akan mengandung model urutan proses pengerjaan. Setiap proses akan mempunyai beberapa operasi yang digunakan untuk merealisasikan proses tersebut. Informasi lengkap tentang hubungan antara model urutan perakitan, proses dan operasi diperlihatkan pada gambar 7 berikut ini.

Alternative of Assembly-Sequence-Model for Variant A Model II

Engine Assy

Chassis Set Sub-Assy I Sub-Assy II

Cabin Set

Finish Product

Air Conditioner

Processes Sequence in Sub-Assy I

P1 P2 P3

Processes Sequence in Sub-Assy II

P4 P5 P6

Processes Sequence in Finish Product

P7 P8 Operations in Process P5 Operation Equipment 1. . . . . . . . 2. . . . . . . . 3. . . . . . . . Duration . . . . . . . . . . . . Required Levels of Operator that can be carried out the

process P5

(7)

Bila model proses dan operasi untuk model urutan perakitan sudah dapat disusun, proses selanjutnya adalah menyusun model lini perakitan berdasarkan data proses yang ada. Proses pemetaan proses terhadap model lini perakitan diperlihatkan pada gambar 8.

Chassis Set WS B 25 min P3 WS D 30 min P6 WS F 30 min P8 Finish Product (Sub-Assy I) (Sub-Assy II) (Finish-Product)

WS A 30 min P1 + P2 Engine Assy WS E 25 min P7 Air Conditioner WS C 30 min P4 + P5 Cabin Set

Line Assembly Model for Variant A Model II

Alternative of Assembly-Sequence-Model for Variant A Model II

Engine Assy

Chassis Set Sub-Assy I Sub-Assy II

Cabin Set

Finish Product

Air Conditioner

Processes Sequence in Sub-Assy I

P1 10 min P2 20 min P3 25 min P4 15 min P5 15 min P6 30 min Processes Sequence in Sub-Assy II

P7

25 min

P8

30 min

Processes Sequence in Finish Product

Gambar 8. Pemetaan proses ke dalam model lini perakitan

Bila model pustaka produk sudah bisa disusun dan data order tersedia, proses selanjutnya adalah membentuk model produk berdasarkan kedua data tersebut. Proses pembentukan model produk dari model pustaka produk dan order diperlihatkan pada gambar 9.

OrderOrder IDDue dateQuantityCustomer IDModel - Variant ID Hierarchy Model Product-Structure Model Assembly-Sequence Model Product-Library Model

Product Model #n

Product Model #3

Product Model #2

Product Model #1

Gambar 9. Proses pembentukan model produk dari model pustaka produk

Bila model produk dapat dibentuk, maka proses penjadwalan produksi juga akan dapat dibuat. Dengan menggunakan metode penjadwalan secara sistem tarik (pull system), penjadwalan proses yang harus dikerjakan pada produk dapat dilakukan. Proses penjadwalan ini diperlihatkan pada gambar 10. Sedangkan skema pengembangan sistem pemantau produksi dengan menggunakan model produk diperlihatkan pada gambar 11.

(8)

Product Model #1

The due date: 21-10-2008 09:00

Line Assembly Model for Variant A Model II

A C B D E F Working Time 07:00 - 12:00 13:00 - 17:00 The cycle time: 30 min

21-10-2008 P8 08:30 21/10/2008 P7 08:00 21/10/2008 P6 07:30 21/10/2008 P4+P5 07:00 20/10/2008 P3 16:30 20/10/2008 P1+P2 16:00 21-10-2008 09:00 Direction of Scheduling

Gambar 10. Penjadwalan proses pada lini perakitan

A B C D E F 21-10-2008 P8 08:30 21-10-2008 P7 08:00 21-10-2008 P6 DONE 21-10-2008 P4+P5 DONE 20-10-2008 P3 DONE 20-10-2008 P1+P2 DONE 21-10-2008 09:00

The Real Shop-Floor The Virtual Shop-Floor

The Scheduled Processes of Product Model #1 on Assembly Line Model

A C B D E F Working Time 07:00 - 12:00 13:00 - 17:00 The cycle time: 30 min

21-10-2008 P8 08:30 21-10-2008 P7 08:00 21-10-2008 P6 07:30 21-10-2008 P4+P5 07:00 20-10-2008 P3 16:30 20-10-2008 P1+P2 16:00 21-10-2008 09:00

The due date: 21-10-2008 09:00

Chassis Set

Engine Assy Cabin Set Air Conditioner

Monitoring System

Gambar 11. Skema pengembangan sistem pemantau produksi 6. Penutup

Secara teoritik model produk yang dikembangkan dapat digunakan untuk mengembangkan sistem pemantau produksi. Data yang ada pada model produk ini sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dalam pengendalian produksi, seperti data penggunaan material, operator, peralatan dan waktu produksi yang dibutuhkan.

7. Daftar Pustaka

Larsen, M.H. dan Lynggard, H.J.B. (2003): Architecture of The Product State Model Environment: The QualiGlobe Experience of Production Efficiency, http://ir.lib.cbs.dk/download/ISBN/ x656312555.pdf

Louis, J.P. dan Alpar, P. (2007): Flexible Production Control – A Framework to Integrate ERP with Manufacturing Execution Systems, Proceedings of European and Mediterranean

Conference on Information Systems 2007, Valencia, 24.1 – 24.10

Mierzejewska, A.W. (2000): Integrating Information Flow with Linked-Cell Design in Manufacturing System Development, Master’s Thesis, Massachusetts Institute of Technology

Shaharoun, A.M. dan Jambak, M.I. (2000): Design of an Information Architecture for Flexible Manufacturing System, Proceedings of Asian Academic Seminar on Advanced

Gambar

Gambar 1. Pemodelan berorientasi objek
Gambar 3. Model produk sebagai penyedia informasi yang dibutuhkan setiap tahapan siklus
Gambar 5. Hubungan antara model produk produk, model pustaka produk dan shop-floor
Gambar 6. Hubungan antar sub-model yang ada dalam model pustaka produk
+3

Referensi

Dokumen terkait

Analisa Lahan terkait dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan, RDTR Kawasan Pendukung Pelabuhan Tanjung Api Api, Feasibility Study Kawasan Ekonomi Khusus

terjadi perubahan bentuk struktur mikro terlihat pada Gambar 15 yang disebabkan oleh pengaruh heat treatment yang terjadi pada saat proses dan efek adukan yang

SELEMADEG BARAT KABUPATEN TABANAN (ALAMAT KTP ) JALAN TUKAD CITARUM N NO 4 DENPASAR ( ALAMAT SAAT INI ). 2 TL0287 NI LUH PUTU JULIANTARI JL WIBISANA BARAT GG IV L8 NOMOR

Pembentukan Serikat Pekerja/Serikat Buruh, serta fungsi, hak dan kewajibanya. 2) Memberikan sanksi yang tegas terhadap siapapun yang menghalang- halangi atau memaksa

Berangkat dari kenyataan tersebut, kurikulum madrasah yang dikembangkan oleh elite pesantren Nurul Islam 1 Jember dan Al-Qodiri 1 Jember sebagai bentuk integrasi antara

Pada kasus kematian mendadak, korban biasanya tidak meninggal seketika atau segera, tetapi sering korban meninggal dalam beberapa menit sampai lebih dari 24 jam setelah

Mencermati pertautan antara hukum humaniter dan hukum pengungsi kiranya dapat dikemukakan beberapa prinsip yang berlaku dalam kedua cabang hukum tersebut secara bersamaan dan

Sistem pembangkitan energi listrik dengan menggunakan limbah biomassa kelapa sawit ini mirip dengan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), yaitu dengan memanaskan