• Tidak ada hasil yang ditemukan

MARRIAGE ADJUSTMENT IN COUPLES THAT HAS BACKGROUND BATAKNESS AND JAVANESS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MARRIAGE ADJUSTMENT IN COUPLES THAT HAS BACKGROUND BATAKNESS AND JAVANESS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MARRIAGE ADJUSTMENT IN COUPLES THAT HAS

BACKGROUND BATAKNESS AND JAVANESS

MIA RETNO PRABOWO, IRA PUSPITAWATI, S.Psi, M. Si

Undergraduate Program, Faculty of Psychology, 2006

Gunadarma University

http://www.gunadarma.ac.id

Key Word : marriage, couples, batakness, javaness

ABSTRACT :

This research aims to examine how the adjustment in couples where the ethnic

difference between the Batakness and Javanese ethnicity in maintaining the integrity of

marriage. Marital adjustment is the change that occurred during the marriage between

husband and wife to be able to meet the needs, desires, and expectations of each party,

and to solve existing problems so that both parties feel satisfied. Marriage is a cultural

difference that marriage between couples who come from backgrounds different

cultures, where there is a union of thinking and different ways of life, which aims to

create a happy home and conserved based on Belief in God Almighty. The sample in

this study were a married couple who married in a different culture. Where is the ethnic

background of the husband and wife Batakness background of Java. Data collection

techniques done with interviews and observation. Types of interviews conducted in this

study are in-depth interviews (in-depth interviews). This in-depth interviews is very

valuable, especially when the problem to be explored information-rich nature. Type of

observation used in this study using non-participant observation, where the researchers

were not directly involved in daily activities subject and couples in marital adjustment

process. From the results of data analysis carried out showed that the subject and the

couple have a pretty good adjustment. It can be seen from the subject of domestic

harmony and couples as well as the suitability and similarities between their interests.

Adjustment of the subject of marriage and couples can work well even if there are

cultural differences between them because of the intersection of Batakness culture and

the culture of Java is the same puts the value of respect. This value is shown in the form

of mutually respectful behavior, realize that there are no differences make an, adjust

themselves with the demands of the role and want to learn each other's cultural partner,

in this case Batakness and Javanese culture. Communication and agreement is the

cornerstone in living their lives the subject of marriage and couples, as it can solve the

existingproblems in the marriage of subject and partner. And the factors supporting the

success of inter-ethnic marriages and couples subject is the openness factor in marriage

which is required of openness to one another so that problems can be discussed there

and find the best solution for these problems.

(2)

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN

YANG BERLATAR BELAKANG ETNIS BATAK DAN ETNIS JAWA

Mia Retno Prabowo

Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana penyesuaian pada pasangan

beda etnis dimana antara etnis Batak dan etnis Jawa dalam mempertahankan keutuhan

perkawinannya. Penyesuaian perkawinan adalah perubahan yang terjadi selama masa

masa pernikahan antara suami istri untuk dapat memenuhi kebutuhan, keinginan, dan

harapan masing-masing pihak, serta untuk menyelesaikan masalah yang ada sehingga

kedua belah pihak merasakan kepuasan. Pernikahan beda budaya adalah suatu

pernikahan yang terjadi antara pasangan yang berasal dari latar belakang budaya yang

berbeda, dimana terdapat penyatuan pola pikir dan cara hidup yang berbeda, yang

bertujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sampel dalam penelitian ini adalah sepasang suami istri yang menikah secara

beda budaya. Dimana suami berlatar belakang etnis Batak dan istri berlatar belakang

etnis Jawa.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Jenis

wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in-depth

interview). Wawancara mendalam ini sangat berharga terutama apabila masalah yang

akan digali sifatnya kaya informasi. Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan observasi non partisipan, dimana peneliti tidak terlibat secara langsung

dalam kegiatan sehari-hari subjek dan pasangan di dalam proses penyesuaian

perkawinan.

(3)

Dari hasil analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa subjek dan

pasangan memiliki penyesuaian yang cukup baik. Hal itu dapat dilihat dari

keharmonisan rumah tangga subjek dan pasangan serta adanya kecocokan dan

persamaan minat diantara mereka. Penyesuaian perkawinan subjek dan pasangan dapat

berjalan baik walaupun terdapat perbedayaan budaya diantara mereka karena adanya

titik temu antara budaya Batak dan Jawa yaitu sama-sama mengedepankan sikap saling

mengerti dan menghargai satu sama lain. Nilai tersebut ditunjukkan dalam bentuk

tingkah laku saling menghargai, menyadari perbedaan yang ada tanpa

mempermasalahkannya, menyesuaikan diri dengan tuntutan peran dan mau saling

mempelajari budaya pasangannya, dalam kasus ini budaya Batak dan Jawa. Komunikasi

dan kesepakatan merupakan hal terpenting dalam menjalani kehidupan perkawinan

subjek dan pasangan, karena hal tersebut dapat menyelesaikan masalah yang ada dalam

kehidupan perkawinan subjek dan pasangan. Serta faktor pendukung keberhasilan

perkawinan antar etnis subjek dan pasangan adalah faktor keterbukaan dimana di dalam

perkawinan dituntut adanya keterbukaan satu sama lain sehingga masalah yang ada

dapat dibicarakan dan menemukan solusi yang terbaik bagi masalah tersebut.

Kata kunci : Penyesuaian Perkawinan, Perkawinan Beda Etnis

A. Pendahuluan

Indonesia sebagai negara yang terdiri dari bermacam-macam suku bangsa (multietnik), dengan derajat keberagaman yang tinggi dan mempunyai peluang yang besar dalam perkawinan yang berbeda budaya. Perkawinan yang dilangsungkan mengandung nilai-nilai atau norma-norma budaya yang sangat kuat dan luas, ( Abu dalam Natalia & Iriani, 2002).

Budaya yang berbeda melahirkan standar masyarakat yang berbeda dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk juga dalam mengatur hubungan perkawinan adat istiadat. Namun diantara berbagai bentuk yang ada, perkawinan merupakan salah satu contoh yang dapat dilihat secara adat istiadat suku setempat yang dapat diterima serta diakui secara universal, ( Duvall dalam Natalia & Iriani, 2002 ).

Masalah penyesuaian adalah suatu hal yang sifatnya universal dan unik, karena setiap individu mau tidak mau harus menghadapi masalah atau kesulitan dalam kehidupannya sehingga perlu melakukan penyesuaian. Sumber masalah tersebut dapat berubah-ubah pada tiap periode kehidupan, untuk itulah perlu melakukan penyesuaian. Pada saat seorang pria dan seorang wanita menikah, tentunya masing-masing membawa nilai-nilai budaya, sikap, keyakinan, dan gaya penyesuaian sendiri-sendiri ke dalam perkawinan tersebut. Masaing-masing memiliki latar

(4)

belakang dan pengalaman yang berbeda, tentu saja ada perbedaan dalam susunan nilai serta tujuan yang ingin dicapai, untuk itulah perlu dilakukan penyesuaian sehingga kebutuhan dan harapan masing-masing pasangan dapat terpenuhi dan memuaskan.

Menurut Hurlock ( 1994 ), yang mengatakan bahwa penyesuaian perkawinan sebagai proses adaptasi antara suami istri, dimana suami istri tersebut dapat mencegah terjadinya konflik dan menyelesaikan konflik dengan baik melalui proses penyesuaian diri.

B. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana penyesuaian perkawinan pada pasangan yang berlatar belakang etnis Batak dan etnis Jawa?

2. Dimensi penyesuaian perkawinan apa yang paling dominan?

3. Faktor pendukung keberhasilan penyesuaian perkawinan antar etnis apa yang paling dominan?

C. Tujuan Penelitian

1. Penyesuaian perkawinan pada pasangan yang berlatar belakang etnis Batak dan etnis Jawa.

2. Dimensi penyesuaian perkawinan yang paling dominan.

3. Faktor pendukung keberhasilan penyesuaian perkawinan antar etnis yang paling dominan.

D. Penyesuaian Perkawinan

1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan

Hurlock (1991) mendefinisikan penyesuaian perkawinan sebagai proses adaptasi antara suami dan istri, dimana suami dan istri tersebut dapat mencegah terjadinya konflik dan menyelesaikan konflik dengan baik melalui proses penyesuaian diri.

Menurut Lasswel & Lasswel (1987), penyesuaian perkawinan berarti kedua individu telah belajar untuk mengakomodasi kebutuhan, keinginan, dan harapan masing-masing, ini berarti mencapai suatu derajat kebahagiaan dalam hubungan. Penyesuaian perkawinan bukan suatu keadaan absolut melainkan suatu proses yang terus menerus terjadi.

Disimpulkan bahwa penyesuaian perkawinan adalah proses adaptasi dimana antara kedua individu telah belajar untuk mengakomodasi kebutuhan, keinginan, dan harapan masing-masing, ini berarti mencapai suatu derajat kebahagiaan dalam hubungan. Penyesuaian perkawinan bukan suatu keadaan absolut melainkan suatu proses yang terus menerus terjadi.

(5)

2. Menurut Hurlock (1980) Karakteristik Penyesuaian Perkawinan yaitu :

a. Kebahagiaan suami dan istri

Suami dan istri yang bahagia bersama memperoleh kepuasan dari peran-peran yang mereka jalankan. Mereka juga memiliki cinta yang matang dan stabil, mempunyai penyesuaian seksual yang baik dan menerima peran sebagai orangtua.

b. Hubungan yang baik antara orangtua dan anak

Bagi yang sudah mempunyai anak maka hubungan yang baik antara orangtua dengan anak menunjukkan keberhasilan penyesuaian yang baik. Bila hubungan antara orangtua dan anak tidak baik maka suasana rumah akan ditandai dengan adanya friksi.

c. Penyesuaian yang baik pada anak

Pada anak keberhasilan mereka menyesuaiakan diri dengan teman-temannya, sekolahnya, akan menunjukkan keberhasilan penyesuaian perkawinan orangtuanya. d. Mampu menghadapi perbedaan pendapat dengan baik

Perbedaan pendapat di dalam keluarga merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Penyesuaian perkawinan yang baik ditandai dengan adanya kemampuan dari anggota keluarga untuk memahami pandangan yang berbeda dari anggota keluarganya. Penyesuaian yang baik akan tercapai dengan cara demikian dibandingkan bila ada salah satu anggota keluarga yang harus mengalah atau perbedaan pendapat didiamkan saja. e. Kebersamaan

Dalam penyesuaian perkawinan yang baik, masing-masing anggota akan menikmati saat-saat kebersamaan mereka.

f. Penyesuaian keuangan yang baik

Pada umumnya, masalah keuangan merupakan masalah yang sering menimbulkan masalah. Terlepas dari besarnya penghasilan, hal terpenting yang harus dilakukan suatu keluarga adalah mengatur pemasukan dan pengeluaran rumah tangga, sehingga keluarga terhindar utang.

g. Penyesuaian dengan keluarga pasangan yang baik

Penyesuaian yang baik dengan keluarga pasangan akan membuat suatu keluarga jarang mengalami konflik dalam hubungan kekeluargaannya.

3. Dimensi-dimensi Penyesuaian Perkawinan

Bernard ( dalam Santrock, 1973 ) mendeskripsikan tiga dimensi pokok dalam penyesuaian perkawinan :

a. Derajat kesepahaman atau kesepakatan antar pasangan

Kesepahaman atau kesepakatan antar pasangan dalam berbagai masalah dalam perkawinan. Derajat kesepahaman antar pasangan dalam berbagai aspek kehidupan

(6)

perkawinan akan mempengaruhi penyesuaian perkawinan mereka, seperti pembagian tugas-tugas rumah tangga.

b. Komunikasi yang intim antar pasangan

Komunikasi merupakan faktor terpenting dalam penyesuaian perkawinan. Komunikasi interpersonal dapat berbentuk verbal dan non verbal, seperti membicarakan masalah yang terjadi di rumah tangga, menunjukkan sensivitas antar pasangan dan melengkapi komunikasi verbal dengan komunikasi non verbal.

E. Perkawinan Antar Etnis

1. Pengertian Perkawinan Antar Etnis

Menurut Tseng (dalam McDermott & Maretzki, 1977) menyebutkan bahwa perkawinan antar etnis (intercultural marriage) adalah perkawinan yang terjadi antara pasangan yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Budaya menjadi suatu aspek yang penting dalam perkawinan, dimana pasangan tersebut tentu memiliki dalam hal nilai-nilai budaya yang dianut, menurut keyakinan dan kebiasaan, serta adat istiadat dan gaya hidup budaya. Di dalam perkawinan juga disatukan dua budaya yang berbeda, latar belakang yang berbeda, suku yang berbeda (Koentjaraningrat, 1981). Latar belakang yang berbeda ini dapat menimbulkan ketidakcocokan. Ketidakcocokan tersebut dapat mengakibatkan konflik, baik tentang kebiasaan, sikap perilaku dominan, maupun campur tangan keluarga, (Purnomo dalam Natalia & Iriani, 2002).

Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perkawinan antar etnis adalah perkawinan yang terjadi antara pasangan yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda.

2. Faktor-faktor Pendukung Tercapainya Keberhasilan Penyesuaian Perkawinan Antar Etnis

Menurut Tseng dkk (dalam Hilda, 1998) yaitu :

a. Adanya saling keterbukaan pikiran atau openmindedness. b. Memiliki sikap fleksibilitas atau keluwesan.

c. Adanya toleransi yang tinggi. d. P e n g e t a h u a n .

e. Kepekaan terhadap kebutuhan pasangan.

3. Nilai-nilai Budaya Batak

Menurut Siahaan & Harahap (1987) yaitu : a. Kekerabatan

(7)

b. Agama

c. Hagabeon (kebahagiaan) d. Hamoraan (kehormatan) e. Uhum dan Ugari (keadilan)

f. Pengayoman

g. Marsisarian (saling menghargai) 4. Nilai-nilai Budaya Jawa

Menurut Suseno (2001) yaitu : a. Nilai kerukunan b. Nilai Penghormatan

F. Metode Penelitian

Subjek penelitian ini adalah sepasang suami istri yang menikah secara beda budaya. Dimana suami berlatar belakang etnis Batak dan istri berlatar belakang etnis Jawa. Memiliki usia perkawinan 25 tahun dan mampu menyelesaikan perbedaan yang ada. Memiliki latar belakang pendidikan yang sama yaitu sarjana strata satu.

G. Keabsahan dan Keajegan Penelitian

Menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.

I. Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses mengatur, menstrukturisasi dan mengartikan sejumlah data yang terkumpul. Langkah-langkah yang digunakan di antaranya:

1. Mengubah hasil wawancara ke dalam bentuk transkrip secara verbatim

2. Membaca transkrip tersebut secara berulang-ulang untuk mendapatkan gambaran tentang topik-topik yang muncul

3. Memberikan kode-kode pada transkrip tersebut berdasarkan topik-topok yang muncul. 4. Mendaftarkan topik-topik yang muncul tersebut dan mencoba untuk mencari

hubungan-hubungan di antara topik-topik tersebut.

(8)

J. Hasil dan Analisis 1. Hasil

Subjek 1 adalah laki-laki berumur 51 tahun. Subjek 2 adalah perempuan berumur 48 tahun. Subjek 1 dan 2 telah memasuki usia perkawinan selama 25 tahun. Mereka memiliki 2 orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan. Pada awal 5 tahun pertama mereka banyak menyesuaikan diri satu sama lain terlebih dengan adanya perbedaan budaya diantara mereka. Sikap saling terbuka dan saling memahami merupakan aspek yang utama dalam menjalani kehidupan rumah tangga subjek. Selain itu faktor komunikasi yang terbuka dan aktif merupakan kunci keberhasilan perkawinan. Dari segi budaya, ditemukan titik temu antara budaya Batak dan budaya Jawa yaitu selalu mengedepankan nilai marsisarian atau sikap saling menghargai. Dimana subjek 1 dan 2 dalam menghadapi kehidupan rumah tangga selalu mengedepankan sikap saling mengerti, menghargai, dan saling membantu satu sama lain sehingga semua masalah yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik.

Significant Other merupakan sahabat subjek dan pasangan sendiri dan telah dikenal

baik oleh anak-anak subjek dan pasangan bahkan telah dianggap sebagai keluarga sendiri. Wawancara dan observasi dilakukan dirumah, dilakukan selama tiga kali.

2. Analisis

a. Dimensi-dimensi Penyesuaian Perkawinan

1). Kesepakatan

Subjek berpendapat bahwa, dalam perkawinan sangat diperlukan adanya kesepakatan. Dengan adanya kesepakatan atau hal-hal yang telah disetujui bersama untuk menjalani kehidupan perkawinan maka penyesuaian perkawinan dapat berjalan dengan baik.

2). K o m u n i k a s i

Subjek menekankan faktor komunikasi sangatlah penting dalam menjalani kehidupan perkawinan karena komunikasi merupakan sarana untuk mengetahui atau memahami satu sama lain sehingga terciptanya suatu keterbukaan yang secara tidak langsung memperlancar jalannya penyesuaian perkawinan.

3). Kualitas dari hubungan perkawinan antar pasangan

Menurut subjek, faktor ini merupakan landasan dalam menghadapi konflik yang dihadapi dalam menjalani perkawinan. Sehingga kehidupan perkawinan dapat berjalan dengan baik.

(9)

b. Faktor-faktor Pendukung Keberhasilan Penyesuaian Perkawinan Antar Etnis

1). Keterbukaan

Subjek dan pasangan selalu membicarakan segala hal mengenai masalah-masalah yang terjadi di dalam kehidupan rumah tangga.

2). Fleksibilitas

Subjek dan pasangan saling memahami dan memiliki kemauan untuk mempelajari budaya pasangan.

3). T o l e r a n s i

Subjek dan pasangan saling mendukung jalannya adaptasi budaya pasangan dan juga saling memahami dan menghargai budaya pasangan.

4). Kepekaan terhadap pasangan

Subjek dan pasangan saling memahami keinginan satu sama lain sehingga dengan adanya kepekaan maka penyesuaian perkawinan dapat berjalan baik.

K. Simpulan

1. Subjek dan Pasangan dengan Latar Belakang Budaya yang Berbeda, memiliki Penyesuaian Perkawinan Yang Baik, dapat dilihat dari :

a. Adanya kesepakatan di kedua belah pihak

b. Adanya komunikasi yang aktif antara subjek dan pasangan c. Terdapat kualitas dari hubungan perkawinan antar pasangan

2. Faktor-faktor Pendukung Keberhasilan Penyesuaian Perkawinan Antar Etnis, adalah diantaranya:

a. Adanya sikap Keterbukaan b. Adanya Fleksibilitas

c. Memiliki Toleransi diantara kedua belah pihak d. Adanya Kepekaan terhadap pasangan

L. Saran

Berikut ini adalah saran-saran yang dapat diterapkan pada penelitian ini:

1. Untuk subjek dan pasangan sebaiknya terus mencoba untuk terus memahami kebiasaan-kebiasaan dan hal-hal yang disukai masing-masing individu, agar tidak terjadi kesalahpahaman.

2. Untuk subjek dan pasangan hendaknya agar terus mempelajari dan memahami budaya masing-masing baik budaya Batak maupun Jawa sehingga kehidupan perkawinan senantiasa berjalan lancar dan baik.

(10)

3. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian mengenai budaya diluar Batak dan Jawa misalnya budaya Minangkabau agar dapat membandingkan masalah-masalah apa saja yang dihadapi dan bagaimana mengatasinya.

M. Daftar Pustaka

Atwater, E. 1983. Psychology of Adjustment : Personal Growth In a Changing

World. 2nd Edition. Englewood Clifts. New Jersey : Prentice Hall.

Collins, R. 1985. Sociology of Marriage and The Family : Gender, Love and

Property. Chicago : Nelson-Hall Inc.

Duvall, E.M.,& Miller, B.C. 1985. Marriage and Family Development. 6th Edition. New York : Harper & Row Publishers.

Geertz, H. 1983. Keluarga Jawa. Jakarta : Grafiti Pers

Hardjowirogo, M. 1984. Manusia Jawa. Jakarta : Inti Idayu Press

Hilda, S. 1998. Penyesuaian Perkawinan Antar Etnik : Studi Kualitatif Pada Wanita Batak Yang Menikah Dengan Pria Suku Lain. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Hurlock, E.B. 1991. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga

Koentjaraningrat. 1981. Manusia Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Jambatan

Lasswel, M., & Lasswel, T. 1987. Marriage & The Family. 2nd Edition. California : Wadsworth Publishing Co.

Maulina, D. 2002. Peran Dalam Keluarga, Nilai Keluarga, Family Bonds dan Self-

Construal Pada Individu Dengan Latar Belakang Budaya Jawa & Batak. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas

(11)

Indonesia.

McDermott, J.F., & Maretzki, T.W. 1977. Adjustment Intercultural Marriage. Honolulu : The University of Hawaii.

Moleong, L.J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mulder, N. 1996. Pribadi & Masyarakat di Jawa. Edisi Kedua. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Natalia, D., & Iriani, F. 2002. Penyesuaian Perempuan Non-Batak Terhadap Pasangan Hidupnya Yang Berbudaya Batak. Jurnal Ilmiah Psikologi. No.VII.27-36.

Nauly, M. 1993. Perbandingan Peran Jenis Kelamin & Fear of Success Pada Wanita Bekerja Suku Bangsa Batak, Jawa, Minang. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Patton, M.Q. 1990. Qualitative Evaluation & Research Methods. 2nd Edition. California : Sage Publication.

Poerwandari, E. K. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. LPSP3 : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Prawironoto, H. Dkk. 1994. Pembinaan Budaya Dalam Lingkungan Keluarga di

Daerah Jawa Tengah. Semarang : Depdikbud.

Suseno, F.M. 2001. Etika Jawa : Sebuah Analisa Falsafi Tentang Kebijaksanaan

Hidup Jawa. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Zainab, R.F. 2002. Penyesuaian Perkawinan Antar Bangsa. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Data mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran problem posing diperoleh berdasarkan hasil observasi untuk setiap indikator yang dilakukan oleh guru dan siswa

Berdasarkan pohon regresi yang terbentuk, peubah penjelas yang muncul dalam pohon regresi adalah status penggunaan KB, pengeluaran per kapita per bulan, dan penggunaan

Verifikasi adalah proses untuk memastikan bahwa disain model (model konseptual) telah ditranformasikan ke dalam model komputer dengan akurasi yang memadai;

Pada artikel ini penulis akan membahas mengenai keberlakuan pelabelan total tak-ajaib titik (VATL) pada graf multistar, yakni graf yang terbentuk dari gabungan

1) Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari kedua variabel terdapat hubungan kausalitas satu arah antara Pembiayaan Bagi Hasil Mudharabah dengan ROA, namun

Kazakhstan, Uzbekistan, Kyrgyztan, dan Tajikistan. Sebelumnya organisasi ini resmi terbentuk pada 15 Juni 2001. Negara-negara anggota SCO tidak pernah luput dari ancaman

Bank Muamalat Indonesia Divisi Konsumer Area Cabang Surabaya sebanyak 40 orang, sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 36 orang yang diambil

Pendekatan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif karena peneliti ingin memaparkan data-data dan menganalisis data