• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PELANGGARAN KONTRAK PSIKOLOGIS DAN SIKAP TENTANG RISIKO DALAM MEMPREDIKSI EMOSI MORAL PADA KARYAWAN PERBANKAN DI JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN PELANGGARAN KONTRAK PSIKOLOGIS DAN SIKAP TENTANG RISIKO DALAM MEMPREDIKSI EMOSI MORAL PADA KARYAWAN PERBANKAN DI JAKARTA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PELANGGARAN KONTRAK

PSIKOLOGIS DAN SIKAP TENTANG

RISIKO DALAM MEMPREDIKSI EMOSI

MORAL PADA KARYAWAN PERBANKAN

DI JAKARTA

Melissa Amelia

Psikologi, Meruya Ilir Kav DKI Blok 29 No 11, 08179320307, Melissa.kurniadi@gmail.com

( Melissa Amelia, Juneman Abraham, M.Psi., Psikolog.)

Abstrak

Dewasa ini, berita mengenai maraknya praktik korupsi yang terjadi, baik dalam sektor industri maupun yang dilakukan oleh petinggi negara, merupakan berita yang tidak asing terdengar. Sangat disayangkan, industri perbankan sekalipun yang seharusnya mampu menjaga kepercayaan masyarakat, tidak luput dari praktik korupsi. Emosi moral merupakan faktor yang dapat memprediksi kecenderungan korupsi pada karyawan. Dalam penelitian ini, peneliti akan menelaah dampak dari terjadinya pelanggaran kontrak psikologis dan sikap tentang risiko terhadap emosi moral pada karyawan perbankan. Emosi moral individu dapat dilihat dari adanya evaluasi perilaku negatif (NBE), inisiaitf memperbaiki kesalahan (REP), evaluasi diri negatif (NSE), dan perilaku menarik diri (WITH). Penelitian dilakukan dengan pembagian kuisioner kepada seluruh responden di 4 bank besar Jakarta, yang meliputi Bank BII, Bank OCBC, Bank BCA, dan Bank HSBC. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelanggaran kontrak psikologis dan sikap tentang risiko secara bersama-sama dapat memprediksi NBE, NSE, REP, dan WITH

Kata kunci: Pelanggaran kontrak psikologis, Sikap tentang risiko, NBE,

NSE, REP, WITH

ABSTRACT

These recent times, news about corruptions being done either in the commercial industry and government sector has been frequently publish. Unfortunately, even banking industry which should have maintained trust from the people cannot be cleared from corruption practice. Moral emotion is one of the factors that can predict corruption tendency among employees. In this research, the researcher will analyze impact due to the breach of psychology contract and behavior towards risk to moral emotion among commercial bank’s employee. Moral emotion can be seen from negative behavior evaluation (NBE), repairmen (REP), negative self evaluation (NSE), and withdrawal (WITH). Research is being done with a questioner spread across 4 major banks in Jakarta, consist of Bank BCA, Bank BII, Bank

(2)

OCBC, and Bank HSBC. The conclusion of this research is the breach of psychology contract and the behavior towards risk together can predict NBE, REP, NSE, and WITH

Key words: Breach of psychology contract, Behavior towards risk, Negative behavior evaluation, Negative self evaluation, Withdrawal

(3)

PENDAHULUAN

Korupsi merupakan berita yang marak terjadi, baik kasus yang terjadi pada pemerintahan, maupun perusahaan. Sangat disayangkan, industri perbankan sekalipun tidak luput dari kasus korupsi ini. Korupsi merupakan isu yang sulit diatasi karena petinggi negara yang seharusnya mampu menjadi teladan bagi masyarakat seringkali terdengar di berita karena terlibat kasus korupsi. Hal ini menyebabkan pemahaman masyarakat yang menganggap bahwa korupsi merupakan kultur yang sudah lumrah dilakukan di Indonesia. Merupakan prestasi yang menyedihkan, bahwa pada tahun 2012, Indonesia memperoleh peringkat ke-56 sebagai negara terkorup dalam skala global (Sammy, 2013).

Dalam jurnal yang diterbitkannya, Cohen, Insko, Panther, & Wolf (2011) meyakini bahwa kecenderungan korupsi dapat dilihat berdasarkan emosi moral setiap individu. Emosi moral merupakan keyakinan serta penanaman moral yang dimiliki individu serta berperan dalam pengambilan keputusan yang etis. Cohen, et al., (2011) memaparkan bahwa pengukuran terhadap emosi moral merupakan pengukuran yang efektif dalam melihat tendensi seseorang melakukan korupsi.

Emosi moral merupakan multidimensi, dimana setiap dimensinya merupakan dimensi mandiri sehingga penghitungan tidak dapat dilakukan dengan menjumlahkan total butir dari seluruh dimensi. Emosi moral memiliki 4 dimensi, yaitu evaluasi perilaku negatif (NBE), inisiatif memperbaiki kesalahan (REP), evaluasi diri negatif (NSE), dan perilaku menarik diri (WITH). Lebih lanjut lagi, Cohen, et al., (2011) juga meyakini bahwa NBE, NSE, dan REP berkorelasi negatif dengan kecenderungan tindak penyelewengan, sedangkan WITH berkorelasi positif dengan kecenderungan tindak penyelewengan. Pelanggaran kontrak psikologis dan sikap tentang risiko merupakan faktor yang dapat memprediksi emosi moral

METODE PENELITIAN

Teknik sampling yang digunakan adalah teknik non–probabilitas artinya setiap sample tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih (Shaughnessy, Zechmeister & Zechmeisster, 2006). Dalam non-probabilitas terdapat beberapa teknik, tetapi teknik yang dipakai adalah convenience sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan berdasarkan kebutuhan peneliti namun melandaskan kemudahan pencarian sampel

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga, yang mencakup kuesioner “Pelanggaran Kontrak Psikologis” untuk mengukur pelanggaran kontrak psikologis, kuesioner “DOSPERT” untuk mengukur parameter sikap tentang risiko, dan “GASP” untuk mengukur NBE, REP, NSE, dan WITH.

Metode penelitian kuantitatif adalah penelitian yang sebagian besar menggunakkan angka mulai dari pengumpulan data sampai data yang diperoleh kemudian data tersebut diolah secara statistik (Shaughnessy, Zechmeister & Zechmeisster, 2006) .

(4)

HASIL DAN BAHASAN

1.1 Gambaran Usia Responden

Usia Frekuensi Presentase

25-30 133 48.72% 31-35 61 22.34% 36-40 36 13.19% 41-45 24 8.79% 46-50 15 5.49% 51-55 4 1.47% 56-60 - - Total 273 100%

Dari Tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa presentase usia terbanyak berada pada rentan usia 25-30 tahun, dan presentase usia semakin menurun dengan semakin tingginya usia. Presentase usia terendah adalah 1.47% dengan rentan usia 51-55 tahun

1.2. Gambaran Pendidikan Responden

Dari Tabel diatas, dapat terlihat bahwa presentase pendidikan terbanyak adalah menempuh pendidikan S1, seangkan presentase terendah dengan pendidikan akhir D3 1.3. Gambaran NBE Responden

Kategori Rentang Skor Frekuensi Presentase

Rendah 21-53 111 40.66%

Tinggi 54-77 162 59.34%

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki skor NBE diatas rata-rata dan tergolong tinggi, yaitu sebesar 59.34%

Pendidikan Frekuensi Presentase

Tidak Jawab 2 0.74%

D3 4 1.46%

S1 232 84.98%

S2 35 12.82%

(5)

1.4. Gambaran REP Responden

Kategori Rentang Skor Frekuensi Presentase

Rendah 22-48 131 47.98%

Tinggi 49-68 142 52%

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa sebanyak 52% dari responden memiliki skor REP yang tergolong tinggi, yaitu diatas rata-rata sampel

1.5. Gambaran NSE Responden

Kategori Rentang Skor Frekuensi Presentase

Rendah 17-32 145 53.11%

Tinggi 33-48 128 46.89%

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa 53.11% dari responden memiliki skor NSE yang tergolong rendah, yaitu dibawah rata-rata sampel

1.6. Gambaran WITH Responden

Kategori Rentang Skor Frekuensi Presentase

Rendah 12-24 140 51.28%

Tinggi 25-46 133 48.72%

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa sebagian besar, yaitu sejumlah 51.28% dari responden memiliki skor WITH yang tergolong rendah, yaitu dibawah dari rata-rata sampel 1.7. Gambaran Sikap Tentang Risiko Responden

Kategori Rentang Skor Frekuensi Presentase

Rendah 59-98 143 52.38%

Tinggi 99-168 130 47.62%

Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa 52.38% dari responden memilii skor sikap tentang risiko yang tergolong rendah, yaitu dibawah rata-rata sampel

(6)

1.8. Gambaran Pelanggaran Kontrak Psikologis Responden

Kategori Rentang Skor Frekuensi Presentase

Rendah 24-43 148 54.21%

Tinggi 44-65 125 45.79%

Dapat dilihat bahwa 54.21% dari sampel memiliki skor pelanggaran kontrak psikologis yang tergolong rendah, yaitu dibawah dari rata-rata skor sampel.

1.9. Uji Regresi NBE

ANOVAb Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 10149.768 2 5074.884 45.325 .000a Residual 30230.767 270 111.966 Total 40380.535 272 Coefficients

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 85.326 3.544 24.076 .000 PCB -.272 .061 -.238 -4.479 .000 RISK -.206 .027 -.413 -7.773 .000 Berdasarkan hasil uji regresi, dapat dikatakan bahwa pelanggaran kontrak psikologis dan sikap tentang risiko, baik secara mandiri maupun bersama mampu memprediksi NBE. Prediksi dianggap signifikan apabila skor memiliki nilai signifikan dibawah 0.05 dan nilai beta diatas 0.2

(7)

1.10. Uji Regresi REP

Berdasarkan uraian tabel ini, dapat dilihat bahwa pelanggaran kontrak psikologis dan sikap tentang risiko, baik secara mandiri maupun bersama, dapat memprediksi REP. Hasil ini dilihat dari perolehan skor signifikan dibawah 0.05 dan nilai beta diatas 0.2 1.11. Uji Regresi NSE

ANOVAb

Model Sum of Squares

Df Mean Square F Sig. 1 Regression 2822.806 2 1411.403 27.646 .000a

Residual 13784.205 270 51.053 Total 16607.011 272

Berdasarkan uraian tabel, dapat dilihat bahwa pelanggaran kontrak psikologis dan sikap tentang risiko, baik secara mandiri maupun bersama dapat memprediksi NSE. Kesimpulan ini diperoleh dari melihat skor signifikan, dimana perolehan skor signifikan dibawah 0.05 ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 3144.480 2 1572.240 18.685 .000a Residual 22719.286 270 84.146 Total 25863.766 272 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 66.825 3.072 21.751 .000 PCB -.239 .053 -.260 -4.529 .000 RISK -.081 .023 -.201 -3.505 .001 Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant ) 49.614 2.393 20.732 .000 PCB -.195 .041 -.266 -4.765 .000 RISK -.091 .018 -.283 -5.065 .000

(8)

1.12. Uji Regresi WITH

Berdasarkan uraian ini, dapat dilihat bahwa sikap tentang risiko secara mandiri maupun pelangaran kontrak psikologis dan sikap tentang risiko secara bersamaan dapat memprediksi WITH, namun, pelanggaran kontrak psikologis secara mandiri tidak dapat memprediksi WITH. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor signifikan PCB diatas 0.05, sedangkan perolehan skor signifikan dari sikap tentang risiko maupun PCB bersamaan dengan sikap tentang risiko dibawah 0.05

KESIMPULAN DAN SARAN

Pengukuran terhadap emosi moral merupakan pengukuran yang penting, karena, berdasarkan jurnal yang dikemukakan oleh Cohen, Panther, Insko, dan Wolf (2011), emosi moral yang diukur oleh GASP dapat melihat kecenderungan individu untuk melakukan korupsi. Emosi moral itu sendiri merupakan multidimensi, dimana keempat dimensinya merupakan dimensi yang mandiri dan tidak dapat dihitung atau dianalisa dengan penjumlahan dari setiap dimensinya. Emosi moral disusun oleh 4 dimensi, yang mencakup evaluasi perilaku negatif (NBE), inisiatif memperbaiki kesalahan (REP), evaluasi diri negatif (NSE), dan perilaku menarik diri (WITH).

Terjadinya pelanggaran kontrak psikologis yang disandingkan dengan sikap tentang risiko merupakan faktor yang dapat memprediksi emosi moral individu. Ketika individu merasakan amarah dan kekecewaan pada perusahaan karena adanya persepsi bahwa kontrak psikologisnya telah dilanggar, apabila disandingkan dengan karakter yang memiliki toleransi lebih besar terhadap risiko, maka individu ini cenderung untuk memiliki emosi moral yang lebih rendah. Rendahnya skor NBE, NSE, dan REP merujuk pada kecenderungan tindakan penyelewengan, sedangkan tingginya skor WITH merujuk pada perilaku yang menyimpang. Dapat dikatakan bahwa apabila individu yang mempersepsikan bahwa kontrak psikologisnya telah dilanggar dan kondisi ini disandingkan dengan toleransi yang lebih besar terhadap risiko, akan memiliki skor NBE, REP, dan NSE yang lebih rendah serta skor WITH yang lebih tinggi. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa pelanggaran kontrak psikologis bersamaan dengan sikap tentang risiko dapat memprediksi NBE, NSE, REP, dan WITH

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant ) 28.526 2.369 12.043 .000 PCB .094 .041 .136 2.316 .021 RISK1 -.082 .018 -.271 -4.613 .000 ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 1217.675 2 608.837 12.173 .000a Residual 13504.245 270 50.016 Total 14721.919 272

(9)

dalam arah negatif. WITH merupakan perilaku menghindar dari situasi dimana ia melakukan kesalahan. Penghindaran ini bertujuan untuk menghindari tanggungjawab yang mengikuti. Hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa ketika individu mempersepsikan bahwa kontrak psikologisnya telah dilanggar dan kondisi ini disandingkan dengan toleransi yang lebih besar terhadap risiko, individu cenderung bersikap lebih menantang dan tidak merasa terganggu apabila pihak luar mengetahui penyelewengan yang dilakukan.

Sebagai kesimpulan dari hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa pelanggaran kontrak psikologis bersamaan dengan sikap tentang risiko dapat memprediksi 4 dari 4 GASP, yaitu NBE, REP, NSE, dan WITH. Pelanggaran kontrak psikologis dapat memprediksi 3 dari 4 GASP, yaitu NBE, REP, dan NSE. Sikap tentang risiko dapat memprediksi 4 dari 4 GASP, yaitu NBE, NSE, REP, dan WITH.

Kekurangan dari penelitian yang dilakukan adalah belum adanya proposisi yang seimbang antara karyawan dengan posisi staff, atasan, maupun managerial. Selain itu, belum ada pembagian yang seimbang antara karyawan front line, middle end, dan back office.

Untuk penelitian selanjutnya, akan lebih baik apabila kuesioner dibagikan kepada lebih banyak partisipan untuk memperoleh norma skor dan pembagian dilakukan secara merata berdasarkan divisi serta posisi karyawan

REFERENSI

Cohen, T. R., Panter, A. T., Insko, C. A., & Wolf, S. T. (2011). Introducing the GASP Scale: A new measure of guilt and shame proneness. Journal of

Personality and Social Psychology, 100(5), 947-966

Sammy, A. 2013, January 2. Indonesia Ada di Peringkat 56 Negara Terkorup Dunia

Tahun 2012. Republika. Diakses 23 Juli 2013 dari

http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/12/06/mela7d-inilah-instrumen-pengukur-tingkat-korupsi

Shaughnessy, J.J., Zechmeister, E.B., & Zechmeister, J.S. (2006). Research Methods in

Psychology. (7 Edition). New York: McGraw-Hill.

RIWAYAT PENULIS

Melissa Amelia. lahir di Jakarta 02 Mei 1991. Peneliti menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Psikologi pada tahun 2014.

Referensi

Dokumen terkait

“Menimbang bahwa oleh karena eksepsi pihak tergugat beralasan dan dapat diterima, maka dengan demikian gugatan Penggugat haruslah dinyatakan tidak dapat diterima.”

Sebut saja, Ahmadiyah dalam sejarahnya memiliki dua sekte, yaitu Lahore yang masih bertengger terhadap prinsip ajaran Islam, sedangkan Qodyan telah keluar dari prinsip-prinsip

Oleh karena itu, guna mencapai tujuan perlu menambahkan modal sosial pada setiap kebijakan (Weyerhaeuser 2006).Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi dan menilai

Segala puji dan syukur terhaturkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho-Nya penyusun telah dapat menyelesaikan penyusunan Sinopsis Pengajuan Judul Tugas

Guan Hanqing menggunakan cerita Dong Hai Xiao Fu yang telah lama tersebar di kalangan rakyat sebagai karangan dasar dan menambahkan pengalamannya dalam kehidupan masyarakat Dinasti

Tabel 4 menunjukkan pada suku Non Papua terdapat hubungan antara pola asuh dengan kejadian stunting (OR=8,03) berarti anak dengan pola asuh kurang berisiko 8,03 kali lebih

e-learning memungkinkan pelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus pergi secara fisik mengikuti pelajaran di kelas. Dari uraian di atas

objek eksisting yang telah teridentifikasi pada zona ruang laut di Provinsi Banten, klasifikasi objek-objek perairan berdasarkan zona ruang laut, yaitu permukaan laut dan udara di