• Tidak ada hasil yang ditemukan

笔者 : 杨萍萍 2011 年 7 月 12 日雅加达

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "笔者 : 杨萍萍 2011 年 7 月 12 日雅加达"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

致谢

 

 

首先,笔者想感谢上帝对笔者的恩典,让笔者能顺利地完成这 篇题为《<窦娥冤>反映的元朝社会现实》的论文。 

在完成本文当中得到了不少人的帮助,笔者想借此机会感谢他 们。感谢建国大学的校长Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, MM 给笔者

机会,本文得以顺利完成;  感谢建国大学的语言与文化学院长 Drs. 

Johannes A. A. Rumeser, M.Psi., Psi. 给笔者很大支持;感谢建国大学 中文系主任许丽妮老师给笔者的机会与信任;感谢中文系秘书吴旖 旎老师给笔者很多帮助;感谢指导老师付若玫老师给笔者不少指 导、建议与支持,让笔者能顺利地完成论文;感谢论文进程辅导老 师马峰老师给予的指导和支持;感谢建国大学中文系全体教师在四 年中给予笔者的教育、培养、帮助与指导。  笔者也想感谢父母的养育之恩,给笔者极大的鼓励与帮助。非 常感谢建国大学中文系朋友们的支持,让笔者能克服一切困难,完 成论文。笔者希望本文能为更深的研究提供一些资料。       

(2)

笔者:  杨萍萍 

(3)

作者简介

个人资料

姓名 :杨萍萍

出生日期 :1989 年4月16日

地址 :Kalideres Permai Blok E1/1B Jakarta 11240

电话或手机号码 :0815 10 64 14 83 电子邮件 :jojox_kahn@yahoo.com

教育经历

1. 2007 至 2011 年 雅加达建国大学中文系 本科 2. 2004 至 2007 年 必利达二 高中毕业 3. 2001 至 2004 年 必利达二 初中毕业 4. 1995 至 2001 年 必利达二 小学毕业

工作经验

1. 2010 年 1 月 至 12 月 阳光语言中心汉语教师 2. 2008 年 7月 至 2009 年 1月 Lighting Education

(4)

Center 辅导初中一年级 3. 2007 年 10月 至 2008 年 6月 Lighting Education Center 辅导初中二年级 4. 2007 年 9 月 至 2009 年 6 月 必利达二小学 担任英 语听力教师  

(5)

KEADAAN MASYARAKAT

ZAMAN DINASTI YUAN BERDASARKAN

DOU E YUAN

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Strata 1

Jurusan Sastra China

Oleh

Jovanny

1100042654

Fakultas Bahasa dan Budaya Universitas Bina Nusantara

Jakarta 2011

(6)
(7)
(8)
(9)

v   

Ucapan Terima Kasih

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Keadaan Masyarakat Zaman Dinasti Yuan berdasarkan

Dou E Yuan” ini dengan baik dan tepat waktu.

Penulis sadar penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: Bapak Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, MM, selaku Rektor Binus University yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini; Bapak Drs. Johannes A. A. Rumeser, M.Psi., Psi., selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya Binus University yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini; Ibu Andyni Kosasih, SE., BA., selaku Ketua Jurusan Sastra China Binus University yang telah memberi kesempatan dan kepercayaan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini; Ibu Yetty, SS., selaku Sekretaris Jurusan Sastra China Binus University yang telah memberikan bantuan kepada penulis; Ibu Fu Ruomei, BA, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis, memberikan saran dan dukungan dalam penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu; Bapak Ma Feng, BA, M.Lit, selaku dosen bimbingan seminar progres yang telah senantiasa membimbing dan mendukung penulis selama proses perkuliahan; Seluruh dosen Fakultas Bahasa dan Budaya, Jurusan Sastra China Binus University atas segala ilmu, pelatihan, bantuan dan

(10)

vi   

bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan.

Penulis juga ingin berterima kasih kepada orangtua yang telah memberikan semangat dan bantuan dalam menyelesaikan pendidikan di Binus University dan dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas dukungan teman-teman Sastra China yang telah membantu penulis mengatasi kesulitan hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi untuk penelitian lebih lanjut.

Jakarta, 12 Juli 2011 Penulis

(11)

vii   

Abstraksi

Karya sastra seringkali hanya dipandang sebagai suatu cerita khayalan atau untuk kesenangan belaka. Orang-orang masih belum menyadari karya sastra penuh dengan nuansa suatu era dan dapat merefleksikan realita sosial suatu masa.

Dou E Yuan adalah karya sastra yang muncul pada zaman Dinasti

Yuan. Dou E Yuan tidak hanya mengandung ide penulis, tapi juga keadaan masyarakat saat itu, membongkar kebusukan pejabat dan ketidakpuasan terhadap pemerintah.

Untuk mengenal lebih dalam realita sosial zaman Dinasti Yuan, dengan membaca data-data yang diperlukan dan menggunakan teori kesusastraan merefleksikan keadaan masyarakat, penulis menganalisis realita sosial yang direfleksikan Dou E Yuan, terutama dalam bidang politik, ekonomi dan kebudayaan.

Kata kunci: Dou E Yuan, Guan Hanqing, Realita Sosial, Dinasti Yuan, Kesusastraan

(12)

viii   

Daftar Isi

Ucapan terima kasih... v

Abstraksi ...vii

Ringkasan isi... 1

(13)

1   

Ringkasan Isi

1.

Latar Belakang Penulisan

Kesusastraan merefleksikan kehidupan masyarakat. Karya sastra tidak hanya hasil khayalan pengarang, ia juga merefleksikan kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Jadi, melalui karya sastra, pembaca dapat memahami realita sosial sepenuhnya.

Dinasti Yuan adalah kerajaan China pertama yang dikuasai oleh suku minoritas, yaitu suku Mongol. Saat itu, wilayah China sangat luas, hubungan dengan Asia dan Eropa menguat. Namun, penghapusan Sistem Ujian Kerajaan, kebusukan pemerintahan feodal dan hal-hal lainnya mengakibatkan pengaruh buruk bagi masyarakat Dinasti Yuan. Gejala ini terefleksi dalam Dou E Yuan karya Guan Hanqing.

Guan Hanqing adalah pelopor drama Dinasti Yuan, disebut sebagai kepala “Yuan Qu Si Da Jia”. Selama hidup ia telah menciptakan sekitar 60 karya yang kini masih tersisa 18 karya, karya representatifnya adalah

Dou E Yuan. Melalui Dou E Yuan, Guan Hanqing menggambarkan kegelapan masyarakat dan perlawanan rakyat terhadap kekuasaan jahat secara mendalam.

Karya sastra adalah refleksi dari realita sosial, Dou E Yuan

merupakan karya gemilang yang merefleksikan keadaan masyarakat Dinasti Yuan sepenuhnya, oleh karena itu penulis ingin menganalisis bidang politik, ekonomi dan kebudayaan Dinasti Yuan yang tercermin dalam Dou E Yuan.

(14)

2   

2.

Kesusastraan Merefleksikan Keadaan Masyarakat

Karya sastra diciptakan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pembaca, juga bukan sekadar khayalan pengarang. Karya sastra seringkali memiliki arti yang lebih dalam, ia merefleksikan kehidupan masyarakat saat itu.

Pakar teori kesusastraan Prancis, Hippolyte Taine (1228-1293), tidak memandang karya sastra hanya sebagai penemuan psikologi pribadi pengarang, tetapi memandang karya sastra sebagai produk jiwa suatu masa dan adat istiadat masyarakat yang muncul kembali. Dalam

History of English Literarture beliau berkata: ”Dapat dilihat, sebuah karya sastra bukan hanya suatu pengembangan daya khayal, suatu pemikiran ajaib sendiri yang berkobar, melainkan adat istiadat masa itu yang muncul kembali, suatu wujud jiwa. Dengan ini dapat disimpulkan, melalui monumen literatur, kita dapat mengingat kembali corak pemikiran dan perasaan orang-orang beberapa abad yang lalu. Percobaan ini telah dilakukan dan menuai keberhasilan.”1

Pada dasarnya, objek penciptaan sastra adalah kehidupan masyarakat. Yang dimaksud dengan kehidupan masyarakat adalah gabungan kehidupan jasmani dan rohani dalam hubungan nyata manusia. Kehidupan masyarakat adalah objek refleksi penciptaan sastra, juga adalah satu-satunya sumber penciptaan sastra, apapun yang secara langsung ditulis pengarang dalam karyanya, semuanya bersumber dari kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat sebagai objek refleksi penciptaan sastra bersifat istimewa, keistimewaannya terutama adalah: 1)merupakan kehidupan masyarakat yang bersifat keseluruhan. Kehidupan yang direfleksikan sastra tidak terbatas pada       

(15)

3   

suatu bidang atau lapisan, melainkan penyerapan dan hubungan berbagai bidang, merupakan kehidupan masyarakat dengan saling menyatunya gejala dan hakikat, konkret dan biasa. 2)merupakan kehidupan masyarakat yang mengandung nilai keindahan. Yang dimaksud dengan kehidupan yang mengandung nilai keindahan adalah tidak hanya mencakup kehidupan yang memang secara langsung bersifat indah, melainkan juga mencakup hal-hal yang secara tidak langsung mengandung nilai keindahan bahkan buruk, namun setelah melalui pemurnian dan perubahan, menjadi kehidupan yang mengandung nilai keindahan. 3)merupakan kehidupan masyarakat yang dialami pengarang. Artinya, asalkan kehidupan yang dialami oleh pengarang, baru dapat menjadi objek nyata penciptaan sastra. Pengalaman ini adalah pengalaman indah, terutama pengalaman perasaan. Jadi, objek nyata penciptaan sastra adalah kehidupan yang telah diperindah dan diberi perasaan.2

Jadi, objek refleksi sastra bukan hanya khayalan pengarang, melainkan gabungan dari pandangan pengarang dan kehidupan masyarakat. Selain itu, masyarakat yang direfleksikan merupakan kehidupan masyarakat yang menyeluruh dan mengandung nilai keindahan. Dapat dikatakan, melalui sebuah karya sastra, pembaca dapat memahami realita sosial suatu masa.

3.

Drama

Dou E Yuan

Pengarang drama Dinasti Yuan yang paling menonjol adalah Guan Hanqing, Ma Zhiyuan, Bai Pu dan Zheng Guangzu yang disebut sebagai “Yuan Qu Si Da Jia”. Di antaranya Guan Hanqing adalah pelopor drama Dinasti Yuan, juga pengarang terbesar dalam sejarah drama China,       

(16)

4   

karya representatifnya adalah Dou E Yuan. Karya sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah kisah Dou E Yuan yang telah diadaptasi oleh Chang Xiaochang.

Guan Hanqing menggunakan cerita Dong Hai Xiao Fu yang telah lama tersebar di kalangan rakyat sebagai karangan dasar dan menambahkan pengalamannya dalam kehidupan masyarakat Dinasti Yuan untuk menciptakan kisah Dou E Yuan.

Kisah Dou E Yuan terjadi di Chuzhou (sekarang Jiangsu Huai’an), alur cerita seputar tokoh perempuan Dou E yang bernasib malang. Dou E kehilangan ibunya di usia tiga tahun. Ayahnya, Dou Tianzhang, demi membayar hutang pada Ibu Cai dan mendapatkan biaya perjalanan ujian ke ibukota terpaksa memberikan Dou E kepada Ibu Cai sebagai menantu cilik. Pada usia tujuh belas tahun, Dou E menikah dengan putra Ibu Cai, namun dua tahun kemudian suaminya meninggal dunia.

Ketika Ibu Cai hendak dibunuh oleh Sai Luyi yang berhutang padanya, kejadian itu digagalkan oleh ayah anak bermarga Zhang. Menjadi penyelamat, Sang anak, Zhang Lv'er, memanfaatkan kesempatan mengatasnamakan balas budi untuk memaksa kedua mertua menantu menikahi ayah anak Zhang. Dou E serta merta menolak.

Zhang Lv'er berniat meracuni Ibu Cai agar Dou E kehilangan sandaran dan bersedia menikahinya. Akan tetapi justru ayah Zhang yang teracuni dan meninggal dunia. Tidak berhenti sampai di situ, Zhang Lv'er menuduh Dou E yang meracuni ayahnya dan mengancam akan melapor ke pengadilan jika Dou E masih tidak bersedia menikahinya. Dou E yang merasa tidak bersalah, berani melapor ke pengadilan.

(17)

5   

Sayangnya, hakim di Chuzhou saat itu, Tao Wu, adalah pejabat yang busuk. Setelah menerima suap dari Zhang Lv'er, ia memihak Zhang Lv'er dan menvonis hukuman mati bagi Dou E, memaksanya mengaku dengan menyiksa Ibu Cai.

Sebelum dihukum mati, Dou E mengucapkan tiga sumpah: kain putih bersimbah darah, salju di bulan enam, kekeringan tiga tahun. Semua sumpah itu menjadi kenyataan setelah Dou E di hukum mati, yang membuktikan bahwa Dou E tidak bersalah. Tidak lama kemudian, Dou Tianzhang kembali sebagai pejabat yang datang memeriksa. Arwah Dou E mendatangi Dou Tianzhang dalam mimpinya dan Dou Tianzhang pun menyelidiki kasus ini, menghukum Zhang Lv'er serta Tao Wu.

4.

Dou E Yuan

Merefleksikan Realita Sosial

4.1 Bidang Politik

Dinasti Yuan adalah kerajaan China pertama yang dikuasai oleh suku minoritas, yaitu suku Mongol. Pada awal masuknya suku Mongol ke Dataran Tengah, mereka tidak menerima kebudayaan tradisional bangsa Han. Diskriminasi suku ini menyebabkan dihapuskannya Sistem Ujian Kerajaan, melindungi keuntungan hak khusus suku Mongol. Posisi penting dalam pemerintahan dipegang oleh bangsa Mongol dan bangsa Samu. Keadaan ini membuat pemerintahan Mongol tidak terkendali, siapapun yang menentang mereka akan didepak. Hasilnya, pejabat pemerintah semakin tidak memedulikan rakyat, penyuapan dan pelanggaran hukum semakin marak terjadi.

Hakim dalam kisah Dou E Yuan, Tao Wu, adalah tipikal kebusukan pejabat saat itu. Ia hanya mengutamakan keuntungan diri sendiri, hanya peduli pada kedudukannya dan tidak

(18)

6   

memikirkan nasib rakyat. Tao Wu menganggap setiap kasus adalah alat untuk mencari keuntungan. Ketika menjabat, ia tidak dapat menjalankan hukum dengan adil. Kisah Dou E Yuan berpusat pada masalah ini: ketidakadilan hukum.

Setelah menerima suap dari Zhang Lv’er, Tao Wu memenuhi permintaan Zhang Lv’er untuk menghukum mati Dou E. Di mata Tao Wu, hukum hanyalah alat untuk mencari keuntungan, demi mendapatkan uang tidak segan mempersalahkan orang yang tidak bersalah.

Perlahan Dou E menyadari Tao Wu dan Zhang Lv’er sama-sama penjahat, namun Dou E tidak takut sedikitpun, ia memiliki pendirian teguh, jika ia tidak bersalah, maka apapun yang terjadi tidak boleh menyerah dan mengaku bersalah.

Perlawanan Dou E tidak hanya terjadi di pengadilan, jauh di awal saat ayah anak Zhang memasuki rumah keluarga Cai, Dou E mulai melawan. Sebagai seorang perempuan, Dou E berani melawan Zhang Lv’er, menolak menikahinya. Tidak hanya itu, Dou E juga berani melawan mertuanya sendiri. Ibu Cai setuju ketika ayah anak Zhang mengancam akan membunuhnya jika mertua dan menantu tidak bersedia menikah dengan mereka. Dou E yang selalu berbakti tidak menyetujui rencana Ibu Cai, bahkan terang-terangan melawan.

Tokoh Dou E yang diciptakan Guan Hanqing pada masyarakat zaman kuno sangat langka. Dou E yang hidup di zaman masyarakat feodal sama seperti perempuan China pada umumnya memiliki kedudukan sosial yang rendah. Nasani’er

·

Halisi dalam Gu Zhongguo Shenghuo berkata: “Ibu mertua, tidak diragukan adalah tokoh penting dalam keluarga, di mana-mana

(19)

7   

terdengar banyak kisah tentang kesewenangan dan kekejaman ibu mertua, dan seringkali menantu perempuan yang menentang siksaan tidak mendapatkan jaminan dan dukungan, dari makian berkali-kali sampai hukuman badan yang kejam, sebaiknya dia pasrah menerima nasib, jika tidak, ia bisa diusir dari rumah karena melanggar ‘Qi Chu’, dengan begitu, nasibnya akan lebih tragis.”3

Lalu mengapa seorang perempuan sekaligus menantu ternyata berani melanggar tata susila zaman feodal dan melawan Zhang Lv’er, Ibu Cai dan hakim Tao Wu?

Seni sastra adalah refleksi suatu masa, berkembang berbarengan dengan perkembangan masyarakat, pada saat yang sama memainkan peranan penting dalam kehidupan realita. Sastra memberi pengaruh secara halus dan tidak terasa pada pemikiran dan perasaan manusia, mendorong manusia untuk mengubah lingkungan nyata, menciptakan kehidupan baru. 4 Penulis

berpendapat ini merupakan cara Guan Hanqing untuk mendorong rakyat melawan kebusukan pemerintah. Dou E yang kedudukan sosialnya rendah melambangkan rakyat biasa yang tidak berdaya , terutama menunjuk pada perlawanan suku Han. Terhadap Zhang Lv’er yang tidak tahu malu, Dou E berani menolak permintaannya; terhadap ibu mertua yang berwenang dalam keluarga, Dou E melawan terang-terangan; terhadap Tao Wu yang lebih berkuasa, Dou E tidak takut sedikitpun. Guan Hanqing menggunakan tokoh Dou E untuk menyemangati rakyat berani memberontak terhadap kekuasaan yang tidak adil, walaupun bagi suku Han kekuasaan itu terlalu kuat, walaupun perlawanan ini       

3纳撒尼尔·哈里斯.(2007)古中国生活(pp.76).太原:希望出版社. 

(20)

8   

tidak sesuai dengan tata susila zaman feodal, namun demi mempertahankan prinsip dan menciptakan masyarakat yang adil dan pantas, bagaimanapun juga harus melawan.

Sayangnya, Tao Wu memaksa Dou E mengaku dengan menyiksa Ibu Cai. Akhirnya, Dou E pun menyadari tidak ada gunanya melawan kebusukan pejabat karena mereka tetap ada. Huang, A. (2003) berkata: “Demi menghindarkan siksaan atas Ibu Cai, ia mengaku telah meracuni ayah Zhang. Ia dijatuhi hukuman mati.”5

Namun ini bukanlah akhir cerita. Ketika Dou Tianzhang kembali ke Chuzhou, arwah Dou E mendatanginya dalam mimpi dan menjelaskan ketidakadilan yang dialaminya, juga memintanya memeriksa ulang kasus ini.

Secara logika, arwah tidak dapat mencampuri masalah duniawi. Tujuan Guan Hanqing menggunakan arwah Dou E untuk menyelesaikan masalah duniawi adalah menenangkan diri sendiri. Xiao Xiangming dan Yang Linxi (2007) berkata: “perilaku tidak masuk akal arwah merupakan hasil daya khayal luar biasa manusia, pada dasarnya merefleksikan permintaan dan harapan kehidupan sosial umat manusia.”6 Guan Hanqing menggunakan bentuk arwah

untuk menciptakan kenyataan yang ideal, mewujudkan mimpinya. Ia menyadari sulit mengubah ketidakadilan di kalangan pejabat. Ketika kekuatan manusia tidak berdaya menyelesaikan masalah, maka hanya dapat mengandalkan kekuatan makhluk gaib.

      

5Huang,A.(2003).The Tragic and the Chinese Subject.Stanford Journal of East Asian Affairs,3,64.

6肖向明,杨林夕.(2007, Feb)古代文学“鬼”文化流变.

 www.literature.org.cn.Retrieved

(21)

9   

Akhirnya, di pertengahan zaman Dinasti Yuan, Sistem Ujian Kerajaan kembali dilaksanakan, suku Han dapat mengembangkan diri dan dipilih menjadi pejabat. Sosok Dou Tianzhang yang diangkat menjadi pejabat menunjukkan bahwa suku Han dan Mongol akhirnya memiliki kedudukan yang setara.

Kegelapan politik Dinasti Yuan membawa penderitaan bagi rakyat, rakyat tidak mampu mengubah kondisi masyarakat yang busuk, hanya dapat memohon bantuan makhluk halus untuk menenangkan diri.

4.2

Bidang Ekonomi

Sistem Ujian Kerajaan adalah sistem ujian pemilihan pejabat pada masyarakat feodal China sejak masa Dinasti Sui. Sistem Ujian Kerajaan memberi peluang bagi setiap orang karena pelajar manapun memiliki kesempatan mengikuti ujian dan dipilih menjadi pejabat.

Pada awal Dinasti Yuan, Sistem Ujian Kerajaan dihapuskan. Liang Li dalam Yuan Chao Keju Zhidu berkata: “Sistem Ujian Kerajaan merupakan bagian penting dalam sistem bangsa Han, jika Dinasti Yuan menjalankan Sistem Ujian Kerajaan ini secara menyeluruh, sama artinya dengan menjalankan sistem bangsa Han secara menyeluruh, yang berarti suku Mongol kehilangan kekuasaan khususnya.”7 Jadi, jabatan penting dalam pemerintahan

dipegang oleh bangsa Mongol dan bangsa Samu. Selain menjamin kekuasaan Mongol, Kubilai Khan juga mengutamakan bidang keuangan. Dai Yi dalam Cha Tu Ban zhongguo Tongshi·Liao Yuan

      

7梁利.(2010, July 6)元朝科举制度.www.confucianism.com.cn.Retrieved April 27, 2011, from  http://www.confucianism.com.cn/html/lishi/11230868.html. 

(22)

10   

berkata: “Alasan Ahmad disayangi terutama karena ia menguasai keuangan. Juga dapat dikatakan, ia mengerti bagaimana merampas dengan sewenang-wenang, menambah pendapatan istana, demi memenuhi kebutuhan besar Kubilai Khan.”8 Oleh

karena itu pada masa Kubilai Khan, Sistem Ujian Kerajaan tidak diselenggarakan, sekitar setengah abad kemudian barulah diselenggarakan kembali. Sekalipun begitu, kebijakan Kubilai Khan menuai dampak buruk.

Dou Tianzhang adalah seorang yang mahir ajaran Konfusius. Pemerintah menghapus Sistem Ujian Kerajaan, Dou Tianzhang kehilangan kesempatan menjadi pejabat. Malangnya, selain ajaran Konfusius, Dou Tianzhang tidak memiliki kemampuan apapun. Dou Tianzhang yang tidak memiliki pekerjaan pun tidak mampu membiayai keluarga.

Dou Tianzhang terpaksa meminjam 20 tael pada Ibu Cai. Meskipun memiliki 20 tael, akan tetapi, Dou Tianzhang yang tidak berkemampuan tetap tidak mampu memutar otak membuka toko kecil atau berdagang untuk mencari nafkah. Ia hanya bisa menggunakan 20 tael itu untuk menyambung hidup.

Kemudian, Dou Tianzhang mendapat kabar kaisar kembali menyelenggarakan Sistem Ujian Kerajaan. Tiba-tiba terpikir olehnya, ia tidak punya apa-apa, terlebih ia mempunyai seorang putri, bagaimana ia dapat mengikuti ujian? Ibu Cai mengusulkan asalkan Dou Tianzhang bersedia memberikan putrinya menjadi menantu, Dou Tianzhang tidak perlu mengembalikan uang pinjaman, bahkan Ibu Cai akan memberikannya biaya perjalanan ujian ke ibukota.

      

(23)

11   

Kebijakan pemerintah Dinasti Yuan menghapus Sistem Ujian Kerajaan menyebabkan kehidupan pelajar menjadi sulit, juga menyebabkan Dou Tianzhang memberikan Dou E pada orang lain sebagai menantu. Kemiskinan pelajar adalah titik awal tragedi Dou E, juga merupakan penyebab paling dasar terjadinya tragedi Dou E.

4.3 Bidang Kebudayaan

Masyarakat China kuno memiliki cara pandang yang berbeda terhadap lelaki dan perempuan. Nasani’er

·

Halisi dalam Gu Zhongguo Shenghuo berkata: “Konsep ‘da nanzi zhuyi’ China merupakan pembuktian memakai teori paradoks Yin dan Yang. Berdasarkan ajaran Taoisme, teori paradoks Yin dan Yang menembus semua hal. Kaum lelaki mencerminkan Yang, melambangkan kekuatan, kokoh dan kontrol; kaum perempuan digambarkan sebagai Yin, sifat dasarnya lemah, lembut dan tunduk, harus menerima tekanan.”9

Chen Qing dalam Zhongguo Zhexue Shi berkata: “Zhou Yi

menyimpulkan bagaimana menghilangkan pertentangan, menyesuaikan pengalaman hubungan berbagai bidang dalam peri kemanusiaan. Dalam Jia Ren Gua dikatakan: ‘Keluarga, perempuan di dalam, lelaki di luar’.”10

Pandangan menjunjung lelaki dan merendahkan perempuan pada zaman China kuno terus menjadi norma tata susila zaman feodal yang menjadi biasa. Di mata orangtua, anak perempuan yang hebat sekalipun tetap tidak menyamai anak lelaki yang buruk, jadi, sejak bayi hingga menikah, anak perempuan sewaktu-waktu       

9纳撒尼尔·哈里斯.(2007)古中国生活(pp.76).太原:希望出版社. 10陈清.(2000)中国哲学史(pp.15).北京:北京语言大学. 

(24)

12   

dapat dijual oleh orangtuanya dan merupakan hal wajar. Pandangan ‘anak perempuan selamanya adalah milik orang’ selalu membuat orangtua cenderung membuat anak perempuan keluar rumah lebih awal. Jika orangtua tidak mampu membesarkan putrinya hingga pernikahan, juga tidak tega menjualnya, mereka dapat menggunakan sebuah cara kompromi, yaitu memberikan putri mereka kepada keluarga lain untuk dibesarkan menjadi menantu, yang juga disebut sebagai menantu cilik.11

Dalam kisah Dou E Yuan juga terdapat fenomena menantu cilik: Dou Tianzhang memberikan Dou E pada Ibu Cai sebagai menantu cilik. Alasan Dou Tianzhang memberikan putrinya bukan hanya karena tidak mampu membesarkan Dou E, tapi juga karena Dou Tianzhang meminjam uang Ibu Cai dan menerima biaya perjalanan ujian ke ibukota. Cara ini pada kenyataannya membuktikan cara pandang masyarakat zaman itu terhadap perempuan: perempuan sama dengan barang.

Tindakan Dou Tianzhang tidak hanya menerima pengaruh dari pemikiran masyarakat, tapi juga sebagai pelajar ia menerima pengaruh pandangan filosofi mengutamakan kaum pria dan meremehkan kaum wanita. Dalam buku Lun Yu, Konfusius berkata: “Hanya perempuan dan orang hina yang sulit dipelihara.” Nasani’er

·

Halisi dalam Gu Zhongguo Shenghuo juga berkata: “Masyarakat China kuno selama ribuan tahun tumbuh subur pandangan perempuan menjunjung ‘San Cong Si De’. ‘San Cong’ menunjuk pada ‘sebelum menikah menuruti ayah, setelah menikah menuruti suami, suami meninggal menuruti anak’. ‘Si De’       

(25)

13   

menunjuk pada moral perempuan, bahasa perempuan, perilaku perempuan, kemampuan perempuan.”12

Nasib perempuan diatur oleh lelaki. Sebelum menikah menuruti ayah, setelah menikah menuruti suami, bahkan setelah suami meninggal masih tidak memiliki kebebasan, ia harus menuruti putranya. Sebagai seorang perempuan, ia harus mencurahkan segalanya kepada suami, kebahagiaan suami juga adalah kebahagiaannya.

Dou Tianzhang pun berpikir demikian. Sebagai ayah, ia menentukan hidup Dou E, memberikannya pada Ibu Cai sebagai menantu cilik. Dou E pun hanya dapat menuruti ayahnya menjadi putri yang bermoral. Tindakan ini mencerminkan pandangan budaya zaman itu: ketidaksetaraan pria dan wanita.

Selain pandangan ketidaksetaraan pria dan wanita, dalam bidang kebudayaan Dou E Yuan juga mencerminkan konsep menjaga kesucian. Dari tindakan Dou E menolak menikah dengan Zhang Lv’er terlihat bahwa Dou E menjaga prinsip “seorang perempuan tidak menikah dua kali”. Hal ini dikarenakan menjaga kesucian tidak hanya berhubungan dengan kesucian seseorang, tapi juga nama baik seluruh keluarga. Selain untuk melindungi harga diri, tidak menuruti rencana Ibu Cai juga demi keluarga Cai.

Bidang kebudayaan yang menonjol dalam kisah Dou E Yuan

adalah konsep balas budi yang membelenggu. Sebagai penyelamat, Ibu Cai berpendapat ia harus membalas budi pada ayah anak Zhang, sesuai dengan perkataan Konfusius “membalas kebaikan dengan kebaikan”. Tidak membalas budi justru membuatnya tidak tenang.

      

(26)

14   

Ibu Cai ingin memberinya sejumlah uang, tetapi Zhang Lv’er malah memanfaatkan situasi dengan meminta agar kedua mertua dan menantu menikahi mereka. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan konsep perempuan baik-baik tidak menikah dua kali. Awalnya Ibu Cai tidak setuju, namun karena diancam akan dibunuh, ia pun terpaksa setuju karena tidak mampu melawan.

Sampai di rumah, meskipun paham tindakannya tidak benar, Ibu Cai tetap saja menggunakan alasan balas budi untuk meminta Dou E menikah dengan Zhang Lv’er. Ia tidak peduli dengan keluhan Dou E, juga tidak peduli dengan kemungkinan akan dipandang rendah oleh masyarakat.

Ketika Zhang Lv’er mengajukan permintaan yang lebih tidak masuk akal pun Ibu Cai sama sekali tidak keberatan. Hal ini mencerminkan konsep balas budi yang mengikat saat itu. Ibu Cai beranggapan, bagaimanapun juga ia harus membalas budi karena ini adalah perilaku yang bermoral.

5.

Simpulan

Sebagai karya sastra kuno, Dou E Yuan mampu merefleksikan realita sosial zaman Dinasti Yuan dalam bidang politik, ekonomi dan kebudayaan.

Kontrol khusus bangsa Mongol menyebabkan kebusukan politik Dinasti Yuan, rakyat tidak berdaya melawan, hanya dapat menciptakan realita idaman melalui khayalan. Demi memperkuat kontrol bangsa Mongol atas seluruh negeri, Sistem Ujian Kerajaan dihapuskan, menyebabkan kemiskinan pelajar yang menyeluruh. Meskipun bangsa Mongol dapat mengontrol bidang politik, namun pemikiran rakyat tetap tidak terpengaruh kebudayaan bangsa Mongol. Dalam bidang

(27)

15   

kebudayaan, pemikiran kuno Konfusius sangat mempengaruhi pemikiran rakyat. Ketidaksetaraan pria dan wanita, menjaga kesucian dan konsep balas budi tetap membelenggu rakyat.

Dou E Yuan tidak hanya sebuah karya sastra bermutu tinggi, ia juga dapat dikategorikan sebagai suatu bukti sejarah karena ia merefleksikan realita kehidupan.

(28)

1   

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Jovanny

Tempat/ tanggal lahir : Jakarta, 16 April 1989

Alamat : Kalideres Permai Blok E1/1B Jakarta 11840 Telepon/ HP : 0815 10 64 14 83

E-mail : jojox_kahn@yahoo.com

PENDIDIKAN FORMAL

1.2007 – 2011 Mahasiswa tingkat akhir BINUS UNIVERSITY, Jurusan Sastra China

2.2004 - 2007 Lulus SMA Pelita 2, Jakarta, Indonesia 3.2001 - 2004 Lulus SMP Pelita 2, Jakarta, Indonesia 4.1995 – 2001 Lulus SD Pelita 2, Jakarta, Indonesia

PENGALAMAN KERJA

1.Januari – Desember 2010 Pengajar Bahasa China di Shining Language Center 2.Juli 2008 – Januari 2009 Pengajar bimbingan belajar

kelas 7 di Lighting Education Center

3.Oktober 2007 – Juli 2008 Pengajar bimbingan belajar kelas 8 di Lighting Education Center

(29)

2   

4.September 2007 – Juni 2009 Pengajar English Laboratory di SD Pelita 2

Referensi

Dokumen terkait

Problematika Pembelajaran Tematik Integratif di MIN Lombok Kulon Wonosari Bondowoso dan MIN Locare Curahdami Bondowoso Pemerintah berharap bahwa dengan hadirnya kurikulum 2013

Gambar 3: Peralatan sehari-hari yang dipakai jenazah semasa hidup.

Apabila tanaman mengalami kekurangan air atau kandungan air dalam tanah kering akan mengganggu aktivitas fisiologis dan morfologis pada tanaman, seperti menurunya efisiensi

Dalam tahap ini juga dilakukan pengujian secara bertahap menggunakan metode black-box testing terhadap aplikasi yang telah diimplementasikan untuk mengetahui apakah

JURUSAN TEKNIK ELEKIRO FAKULTAS MKNIK. UNI\,'ERSITAS

 Peserta yang lolos wajib masuk kembali ke Zoom Meeting maksimal 15 menit sebelum perlombaan dimulai dengan mewajibkan peserta untuk mengaktifkan kamera dan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) di SMK Telematika Indramayu berbeda dengan Praktek Kerja Lapangan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), selain lamanya waktu praktek,

Dengan meningkatnya kawasan permukiman dan perdagangan tentunya berimbas kepada turunnya kinerja Jalan Ya‟m Sabran, yang mana bukan hanya dilintasi oleh sepeda motor