• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP. 1. Proses manajemen peserta didik di Maktab Nubdzatul Bayan pondok. pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata Panaan Palengaan Pamekasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI PENUTUP. 1. Proses manajemen peserta didik di Maktab Nubdzatul Bayan pondok. pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata Panaan Palengaan Pamekasan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

277

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari paparan temuan hasil penelitian dan analisa di depan, maka dapat diajukan beberapa kesimpulan sebagai berikut;

1. Proses manajemen peserta didik di Maktab Nubdzatul Bayan pondok pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata Panaan Palengaan Pamekasan dilaksanakan melalau empat proses, yaitu: a) perencanaan; b) pengorganisasian; c) penempatan dan pengerahan sumber daya manusia; dan d) pengawasan. Keempat proses tersebut dilakukan dalam kerja manajerial untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan peserta didik mulai awal masuk sampai purna studi. Kegiatan manajerial tersebut meliputi penetapan kebijakan terkait dengan:

a. Penetapan jumlah peserta didik yang akan diterima pada tahun pelajaran tersebut;

b. Proses penerimaan peserta didik baru

c. Orientasi yang akan diberikan pada peserta didik baru d. Cara pengelompokan peserta didik baru

e. Cara memberikan layanan individu pada peserta didik f. Masalah disiplin peserta didik

(2)

278

h. Pelepasan peserta didik purna studi i. Penyaluran alumni

j. Kordinasi alumni

Pelaksanaan manajemen melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penepatan dan pengerahan staf, serta pengawasan tersebut, pada sisi urutan prosesnya mengikuti konsep manajemen George Terry. Akan tetapi landasan atau prinsip yang mendasari keempat proses tersebut, Maktab Nubdzatul Ulum menganut prinsip yang berbeda. Terry mengedapankan rasionalitas, kepuasan staf, profesionalisme, analisis SWOT (Strong, Weakness,

Opportunity, Threat / kekuatan, kelemahan, kesempatan dan tantangan)

dalam melaksanakan proses manajemen. Sementara Maktab Nubdzatul Ulum mendasari proses manajemen melalui pertimbangan Istikha>roh, keyakinan pada ma’u>nah Allah SWT dengan kepercayaan bahwa niat baik pasti mendapat jalan, serta mengedepankan keikhlasan, kepatuhan, kejujuran, kebersamaan tekad, loyalitas, integritas, amanah dan kemampuan sesorang untuk bekerja dalam tim, sebelum ia dipercaya menjadi pengurus.

Demikian pula perbedaan dari konsep Terry dengan Manajemen peserta didik di Maktab Nubdzatul Byana, ditemukan pada sisi orientasi. Terry mengatakan bahwa manajemen yang dilaksanakan dengan baik pasti membuahkan hasil yang baik pula, yakni tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena itu pelaksanaan manajemn harus berjalan sesuai aturan yang baku dan mengikat dari sistem yang telah ditentukan. Sementara manajemen peserta didik di Maktab Nubdzatul Bayan, berorientasi pada rasa kepatuhan,

(3)

279

keikhlasa dan amanah dalam melaksanakan perintah (pakon) dari pengasuh. Sedangkan hasil tercapainya tujuan Maktab yang perupa percepatan penguasaan kitab kuning, semata-mata diserahkan pada anugerah dan kemurahan (fad}l) dari Allah SWT. Orientasi pelaksanaannya adalah orientasi proses bukan orientasi hasil semata, berdasarkan keyakinan bahwa manusia sebatas melaksanakan berkewajiban untuk berusaha maksimal, sementara hasilnya murni di tangan Alla SWT.

2. Alasan pengelola Maktab Nubdzatul Bayan Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata Panaan Palengaan Pamekasan menerapkan manajemen peserta didik seperti tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mencapai percepatan (akselerasi) pembelajaran baca kitab kuning dan kajian keislaman sebagai tujuan utama dari didirikannya Maktab Nubdzatul Bayan.

2. Memenuhi hak-hak peserta didik, seperti: memperoleh ijazah pendidikan formal, bermain dan menyalurkan minat dan bakat, mengembangkan diri dan bersosialisasi dengan peserta didik lainnya, dikunjungi orangtua, dan sebagainya.

3. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. 4. Membuat peserta didik senang berada dalam komunitas Maktab

Nubdzatul Bayan.

(4)

280

3. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan manajemen peserta didik di Maktab Nubdzatul Bayan Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata Panaan Palengaan Pamekasan

a. Faktor pendukung. Ada dua faktor utama yang berkontribusi dalam keberhasila manajemen peserta didik di Maktab Nubdzatul bayan. Pertama adalah kemampuan para pengelola untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi peserta didik. Rasa menyenangkan tersebut diperoleh karena peserta didik sudah terpenuhi kebutuhan- kebutuhan dasarnya seperti: kebutuhan fisiologi (makan dan istirahat); kebutuhan akan rasa aman; kebutuhan akan kasih sayang; kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Faktor kedua yang memepengaruhi keberhasilan manajemen peserta didik adalah kemampuan pengelola untuk menciptakan suasana sosil-belajar. Dalam suasana sosial-belajar, peserta didik akan mengakselerasi dirinya dalam belajar, dengan mengamati kondisi sosial belajar temannya. Pola belajar yang mereka amati dari ustad, teman dan pengurus, akan dicamkan dalam benaknya. Berikutnya mereka akan memproduksi dalam gerak mtorik yang diusahakan semirip mungkin dengan apa yang mereka amati. Pada langkah terakhir, hasil produksi gerak motorik tersebut, jika berhasil, mereka ulangi sebagai hasil belajar. Terciptanya kondisi sosial-belajar tersebut karena didukung oleh beberapa faktor sebagai berikut:

(5)

281

1) Rasio perbandingan guru pembimbing dengan peserta didik ideal, yakni 1: 7-10

2) Fasilitas belajar dan asrama yang standar dan memadai 3) Lingkungan belajar yang kondusif

4) Dukungan pengasuh yang sangat besar

5) Dukungan masyarakat yang sangat besar, dan 6) Respon pemerintah yang baik

b. Faktor penghambat. Sedangkan yang menghambat pelaksanaan manajemen adalah:

1) Semangat belajar peserta didik yang fluktuatif

2) Kesulitan pembimbing untuk membuat rasa nyaman bagi peserta didik

3) Perbedaan masing-masing peserta didik dalam hal kemampuan intelektual, karakter, minat dan bakat

4) Kesulitan ustad pembimbing untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan

5) Kebersihan lingkungan yang belum maksimal terjaga

6) Jumlah santri yang banyak (756) ditambah pengurus, menyebabkan antrian dalam bebrapa hal yang dilakukan di tempat yang terkonsntrasi pada satu titik, seperti mandi, makan dan bermain. Mereka saling berebut untuk tidak terlambat mengikuti kegiatan-kegiatan berrikutnya.

(6)

282

4. Solusi yang dijalankan untuk mengatasi problem tersebut di antaranya adalah: a. Mengedepankan pola hubungan yang lebih humanis antara pembimbing

dengan peserta didik

b. Menerapkan pola rolling pembimbing setiap 6 bulan sekali

c. Mengadakan diklat psikologi belajar bagi para pembimbing dan pengurus

d. Mengadakan pendekatan persuasif kepada peserta yang melanggar disiplin

e. Meningkatkan pengawasan melalui pengurus bidang keamanan f. Meningkatkan pelayanan bagi peserta didik.

B. Implikasi Teoritik

Penelitian ini memfokuskan pada manajemen peserta didik di Maktab Nubdzatul Bayan Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata. Dari hasil penelitian yang dipaparkan, peneliti merumuskan beberapa temuan yang berupa implikasi teoritik sebagai berikut:

1. Pada tataran konsep, pelaksanaan manajemen peserta didik di Maktab Nubdzatul Bayan, dalam beberapa hal memperkuat teori proses manajemen yang dirumuskan George Terry, namun dalam hal yang sama pula mengkritisinya. Terry mengatakan: “manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengerahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pendayagunaan

(7)

283

sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.” Para pengelola Maktab Nubdzatul Bayan senantiasa melalui proses-proses tersebut dalam mengatur segala sesuatu yang terkait dengan peserta didik mulai sebelum resmi menjadi peserta didik, sampai menjadi alumni. Meskipun demikian, penelitian ini menemukan adanya perbedaan prisip yang mendasari pelaksanaan proses manajemen tersebut. Perbedaan ini yang menjadi kritik dan penyempuran dari konsep Terry. Perbedaan tersebut dipetakan sebagai berikut:

a. Dalam perencanaan (planning). Terry mengatakan bahwa perencanaan didasarkan pada analissi yang pasti tentang: SWOT

(Strong, Weakness, Opportunity, Threat (kekuatan, kelemahan,

kesempatan dan tantangan); ketersediaan infrastruktur / fisik, SDM dan skala periritas. Sementara di Maktab Nubdzatul Bayan, perencanaan dibedakan antara perencanaan induk (kebijkan) dan perencanaan teknis (implementasi). Pada perencanaan yang sifatnya kebijakan, sepenuhnya berada di tingkat pengasuh berdasarkan hasil istikha>rah. Keputusan pengasuh mutlak harus dilaksanakan. Sementara hal yang terkait seperti infrastruktur, SDM, pendanaan semuanya masih akan dipenuhi seiring dilaksanakannya keputusan tersebut seraya mengharap pertolongan ma’u>nah dari Allah SW, dengan keyakinan niat baik pasti mendapat jalan dari Allah SWT. Sementara perencanaan yang sifatnya implementasi rencana induk, wewenang diberikan

(8)

284

sepenuhnya kepada pengurus, dengan mengedepankan dasar keikhlsan, kejujuran dan asas manfaat dan amanah.

b. Dalam pengorganisasian. Perbedaan dari konsep Terry dengan pelaksanaan manajemen di Maktab Nubdzatul Bayan adalah pada tujuan pengorganisasian. Tery mengatakan pengorganisasian bertujuan memberikan kepuasan psikologis para karyawan agar mereka memberikan kinerja maksimal dan tujuannya adalah ketercapaian tujuan yang ditetapkan. Sementara di Maktab Nubdzatul Bayan, pengorganisasian dilakukan untuk meningkatkan motivasi antara pengurus untuk melaksanakan pakon dari pengasuh dengan tekad yang bulat. Sementara hasil dari pelaksaan peritah itu sepenuhnya disandarkan pada kemurahan dan fad}l Allah SWT. Menurut mereka manusia sebatas melaksanakan, hasilnya tetap Allah yang menentukan. Jadi pengorganisasian dalam konsep Terry berorientasi pada hasil (tercapainya tujuan rganisasi), sementara di Maktab Nubdzatul Bayan berorientasi pada proses (usaha).

c. Dalam penempatan dan pengerahan sumber daya manusia. Terry mengatakan bahwa penempatan staf harus mempertimbangkan asa profesionalisme, keamanan, tujuan, arah dan bobot isi perencanaan. Sementara Maktab Nubdzatl Bayan menempatkan staf berdasarkan loyalitas kepada lembaga, integritas, kompetensi

(9)

285

akademis (profesionalisme), dan kompetensi sosial (kemampuan bekerja dalam tim)

d. Dalam pengawasan. Dalam hal ini Maktab Nubdzatul Bayan mempertimbangkan hal yang sama dengan rumusan Terry, yaitu pengawasan dilakukan untuk memastikan bahwa perencanaan dilaksanakan oleh staf sesuai ketentuan yang ada.

2. Pada tataran operasional manajemen, pelaksanaan manajemen peserta didik di Maktab Nubdzatul Bayan dikelola dengan menggunakan konsep pemenuhan kebutuhan dasar peserta didik. Kebutuhan dasar tersebut, sebagaimana dalam teori Hierarki Kebutuhan yang digagas oleh Abraham Maslow, adalah: 1) kebutuhan fisiologi; b) kebutuhan akan rasa aman; c) kebutuhan akan kasih sayang; d) kebutuhan akan penghargaan, dan e) kebutuhan akan aktualisasi diri. Dalam hal ini pengelola Maktab Nubdzatul Bayan memenuhi segala fasilitas yang merupakan kebutuhan dasar peserta didik, sebelum pada tujuan akahirnya menyadarkan mereka tentang kebutuhan aktualisasi diri, berupa pengembangan kompetensi diri melalui proses pendidikan. Dengan demikian pada tataran teoritik penelitian ini memperkuat teori Hierarki Kebutuhan yang dicetuskan oleh Abraham Maslow.

3. Pada tataran aplikatif, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberhasilan pengelolaan peserta didik tidak lepas dari keberhasilan penciptaan suasana belajar dalam kelompok sosial. Dalam hal ini teori Albert Bandura yang dikenal dengan Teori Sosial Belajar terbukti

(10)

286

efektif dan relevan dengan apa yang dilakukan pengelola Maktab Nubdzatul Bayan terhadap pesera didiknya . Bandura mengatakan “Dalam situasi sosial, ternyata orang bisa belajar lebih cepat dengan mengamati atau melihat tingkah laku orang lain.” Seorang peserta didik jika sendirian, ia akan merasa enggan belajar. Demikian pula jika merasa terasing dengan lingkungannya, maka ia juga akan mengalami kesulitan dalam belajar. Sebaliknya ia akan belajar dengan efektif jika ia bersama dengan teman-temannya (komunitas sosial belajar). Dengan demikian hasil penelitian ini juga memperkuat teori Social

Learning yang dikemukakan oleh Albert Bandura.

4. Penelitian ini menemukan adanya polarisasi baru dalam manajemen peserta didik. Di mana seluruh kegiatan dijalankan berdasarkan aspek perbedaaan model dan gaya belajar, serta kemauan peserta didik. Pengelola hanya memberikan target pencapaian pembelajaran, sementara metode, tempat belajar dan strategi pembelajaran disesuaikan dengan kehendak peserta didik. Demikian pula hak dan kebutuhan peserta didik mendapat perhatian utama sebelum pembelajaran dilaksanakan. Peneliti menyebut pola manajemen ini sebagai “Manajemen Transformatif dengan sistem layanan One Stop

Study”. Hal ini dicirikan dengan beberapa hal yang unik dan berbeda

dengan konsep pengelolaan peserta didik yang ada sebelumnya. Perbedaan-perbedaan tersebut meliputi:

(11)

287

a. Pembelajaran diselenggrakan dalam suasana akseleratif yang penuh kompetisi di antara masing-masing peserta. Seorang peserta didik bisa setiap saat naik jilid, bahkan takhas}s}us sesuai dengan kecepatannya dalam memahami materi pelajaran.

b. Pembelajaran diselenggarakan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri antara 7-10 orang peserta didik. Pengelompokan didasarkan pada kesamaan tingkatan atau jilid materi yang dipelajari

c. Pembelajaran diselenggarakan dengan menggunakan dua strategi utama, yaitu 1) Ekspositori (guru lebih menyampaikan materi secara lisan dan langsung diamati secara seksama oleh peserta didik), 2) Masteri learning (peserta didik diharuskan menguasai secara tuntas seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam setiap materi pelajaran)

d. Pengelola menentukan target dan waktu maksimal dari setiap pembelajaran dalam satu jilid. Sementara peserta didik menentukan metode, tempat belajar, strategi dan kesiapan untuk diuji terhadap penguasaan materi yang dipelajari.

e. Satu kelompok belajar dibimbing oleh seorang pembimbing, dan pembimbingan melekat selama 24 jam, yang tidak hanya membimbing belajar materi pelajaran, tetapi juga membimbing pembelajaran sikap dan keterampilan memenuhi kebutuhan sehari-hari

(12)

288

f. Pola pembelajaran tidak menganut sistem dalam kelas dan luar kelas. Peserta didik belajar dalam setipa kesempatan dan di mana saja sesuai keinginan mereka. Pembimbing mendampingi kegiatan mereka sepanjang hari.

g. Rotasi anggota kelompok sangat dinamis berdasar kecepatan masing-masing individu menyelesaikan target pada kelompok tersebut

h. Pembimbing betul-betul memperhatikan perbedaan-perbedaan yang dimiliki anak asuhnya, sehingga ia juga memilih pola komunikasi yang berbeda dengan anak asuhnya antara yang satu dengan yang lain

i. Peserta didik dalam satu kesempatan dan satu tempat belajar beberapa materi kajian kitab kuning dan ilmu keislaman, serta juga mendapatkan legalitas (ijazah) pendidikan formal. Kebijakan ini peneliti mrnyrbutnya dengan layanan one stop study.

Model pengelolaan peserta didik seperti di Maktab Nubdzatul Bayan tersebut sekilas hampir sama dengan konsep “Pendidikan Partisipatif”1

yang digagas John Dewey. Persamaannya terletak dalam memposisikan guru sebagai fasilitator (bukan instruktur). Demikian pula pembelajaran didasarkan pada asas demokratis, pluralis, dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkreasi,

1

Pendidikan partisipatif adalah pendidikan yang dalam prosesnya menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam pendidikan. M u i s S a d I m , Pendidikan Partisipatif: Menimbang Konsep Fitrah dan Progresivisme John Dewey (Yogyakarta: Safiria Insani Press &

(13)

289

berdiskusi, berekspresi dan kritis.2 Akan tetapi di samping adanya persamaan tersebut, terdapat perbedaan yang sangat menonjol. Dalam konsep Dewey tersebut peserta didik berhak memilih dan menentukan model pendidikan dan materi pelajaran. Sementara guru memilih metode dan sarana pembelajaran. Dalam konsep ini peserta didik dituntut aktif dan tidak pasrah saja dengan apa yang diajarkan gurunya. Peserta didik berhak mengontrol dan mengevaluasi gurunya.3 Di Maktab Nubdzatul Bayan, sebaliknya, pengelola menentukan materi dan target pelajaran, sementara peserta didik yang memilih metode dan startegi pembelajaran. Peserta didik (santri) tidak berhak merubah standar materi, apa lagi menegur dan mengoreksi ustad (guru). Mereka harus patuh dan tunduk terhadap seluruh petunjuk dan arah kebijakan pembimbingnya.

C. Rekomendasi

Dari hasil penelitian yang ditemukan, peniliti merumuskan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Kepada Pengelola Maktab Nubdzatul Bayan. Demi semakin baiknya pengelolaan peserta didik, maka pengelola Maktab Nubdzatul Bayan diharapkan:

2 Taufiq Hidayat, “Menggagas Pendidikan Partisipatif” dalam

http://edukasi.kompasiana.com/2009/11/08/menggagas-pendidikan-partisipatif-23028.html (24 Nopember 2014), 3.

3

(14)

290

a. Memiliki kecakapan manajerial dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan-kebijakan pendidikan, khususnya yang berkaitan langsung dengan peserta didik

b. Memiliki kecakapan pengetahuan psikologi dalam melayani, membimbing dan mengukur keberhasilan peserta didik.

c. Bisa menyikapi perbedaan karakter dan variasi minat dan bakat yang terdapat pada peserta didik dengan pendekatan yang lebih humanis. Pembimbing hendaknya menganggap peserta didik sebagai klien yang memiliki banyak potensi, dan bukan sebagai pasien yang lemah yang perlu dikasihani dengan rasa iba.

d. Menambah fasilitas yang sifatnya dipakai secara umum dalam jumlah santri yang banyak, seperti kamar mandi, sarana bermain, tempat makan, dan sebagainya

e. Mengajari santri secara langsung untuk menerapkan nilai-nila pesantren seperti muru‟ah, wara‟ dan sabar

2. Kepada Wali Santri Maktab Nubdzatul Bayan.

a. Memberikan informasi yang akurat tentang respon dan harapan masyarakat, tidak semata-mata karena rasa patuh dan tunduk kepada pengasuh, akan tetapi karena ingin memberikan evaluasi program lembaga demi kesuksesan tujuan pendirian lembaga itu sendiri

(15)

291

b. Ikut mengawai putranya ketika pulang liburan, atau pulang karena izin, untuk kesuksesan anaknya dalam mengikuti program di Maktab Nubdzatul Ulum

c. Ikut memantau perkembangan anaknya baik waktu berkunjung ke asrama atau ketika anaknya pulang

d. Ikut memikirkan dan memberikan kontribusi dalam penambahan saran yang dibutuhkan lembaga

3. Kepada santri dan alumni Maktab Nubdzatul Bayan, supaya

a. Mengikuti seluruh kebijakan manajemen peserta didik yang diterapkan demi kesuksesan belajarnya

b. Patuh dan tunduk terhadap kebijakan pesantren demi lestarinya nilai-nilai luhur transformasi keilmuan pesantren

c. Membicarakan segala problem yang dihadapi kepada pembimbing demi efektifitasnya kebijakan yang dijalankan lembaga

D. Keterbatasan Studi

Penelitian ini tentu memiliki banyak keterbatasan, di antaranya:

1. Penelitian hanya dilakukan pada satu lokus, yaitu di Maktab Nubdzatul Bayan Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata Palengaan Pamakeasan. Dengan demikian temuan-temuan penelitian belum tentu bisa digeneralisasikan pada lokus yang lain.

2. Fokus penelitian ini hanya terbatas pada kegiatan peserta didik yang berada dalam asrama atau kondisi peserta didik terikat dengan norma pesantren. Dengan demikian hasil penelitian ini mungkin berbeda

(16)

292

ketika dilakukan pada peserta didik yang bebas dan berada dalam lingkungan umum.

3. Pendekatan penelitian ini hanya sebatas pendekatan manajerial pendidikan dengan analisis psikologis dan antropologis, serta setting lokus Pamekasan. Dengan demikian dimungkinkan temuan penelitian akan berbeda ketika dilakukan di tempat dan dengan pendekatan lain. Wa Alla>h a’lam.

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak - Aplikasi sistem informasi rekam jejak dosen berbasis web pada Fakultas Teknik Universitas Asahan yang telah dirancang berfungsi sebagai suatu informasi yang

Dokumen RIP-Undip ini memuat delapan bab yaitu: (i) Bab I, Pendahuluan, yang menjelaskan peran dan fungsi rencana induk penelitian, (ii) Bab II, Landasan

Dengan demikian yang dimaksud upaya peningkatan religiusitas siswa adalah kegiatan atau usaha untuk meningkatkan ketaataan beragama siswa siswi MTs Ma’arif 3

Analisis berdasarkan beberapa sumber di atas maka dapat ditentukan beberapa faktor penting yang menjadi faktor-faktor srategis dalam manajemen pengurangan risiko

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi

Hasil kristal hidroksiapatit yang diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan alat instrumentasi FTIR ( Fourier Transform Infrared ) untuk menguji adanya gugus fungsi

Sejak akhir paroh kedua abad ke-20, apa yang disebut dengan umat Islam sesungguhnya tidak hanya merujuk kepada mereka yang berada di wilayah negara-negara yang

Sebanyak lima kecamatan memiliki rata-rata anggota rumah tangga lebih besar dari rata-rata kabupaten, yaitu Kecamatan Selemadeg Timur, Kerambitan, Kediri, Marga, dan