• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL MANAJEMEN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL MANAJEMEN PENGURANGAN RISIKO BENCANA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

65 - Volume 4, No. 4, November 2015

MODEL MANAJEMEN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

Cut Vivi Elvida1, T. Budi Aulia2, Irin Caisarina3

1)

Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3)

Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala

no2ng_zacvi@yahoo.com

Abstract: The purpose of this study is to assess the completeness of evacuation routes and to

formulate the strategies of disaster risk reduction. The Methods that used in collecting the data were used secondary and primary data. The data were processed in statistics descriptive and SWOT analysis. According to the writer observation, nowadays the condition of Mother and Child Hospital are in accordance with the regulation and standard. However, there are several features of evacuation routes that need improvement, for instance; the number range of APAR, provides smoke control system, emergency lights, evacuation maps, evacuation directions, evacuation signs, and determine a rallying point. SWOT analysis results obtainedthree alternative strategies: (1) arrange the particular team that equipped with the education and training of disaster management, (2) develop Standard Operating Procedure (SOP) for disaster risk reduction, (3) designing the emergency response plan in coordination with the Department of Health, BPBA and Fire. After appearing the strategies above,AHP analysis are needed to determine the priority strategies to be implemented. The result shows that the value of the global priorities for the alternatives (1) of 0.2707, alternative (2) of 0.3854 and alternative (3) of 0.3439. Furthermore, from the results above that the alternative strategy (3) has the highest result 0.3854. In brief, to improve the quality of disaster risk reduction management in Women's and Children's Hospital is preparing Standard Operating Procedure (SOP) for disaster risk reduction.

Keywords: Evacuation routes, mother and child hospitals, disaster management, SWOT, AHP.

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kelengkapan jalur evakuasi dan

merumuskan strategi pengurangan resiko bencana. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder dan data primer. Data diolah secara statistik deskriptif dan analisis SWOT. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis, saat ini kondisi Rumah Sakit Ibu dan Anaktelah memenuhi peraturan dan standar yang ada. Namun, ada beberapa hal mengenai jalur – jalur evakuasi yang masih memerlukan perbaikan seperti: jumlah jangkauan APAR, menyediakan sistem pengendali asap, lampu darurat, peta evakuasi, arah evakuasi, rambu-rambu evakuasi, dan menentukan titik kumpul. Hasil analisis SWOT memperoleh tiga alternatif strategi yaitu (1) membentuk tim khusus yang dibekali dengan pendidikan dan pelatihan terhadap penanggulangan bencana, (2) menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) pengurangan risiko bencana, (3) merancang rencana tanggap darurat bencana yang berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan, BPBA dan Pemadam Kebakaran. Setelah muncul tiga alternatif strategi tersebut maka dilakukan analisis AHP, yaitu untuk menentukan strategi yang paling prioritas untuk segera dilaksanakan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai prioritas global untuk alternatif (1) sebesar 0,2707, alternatif (2) sebesar 0,3854 dan alternatif (3) sebesar 0,3439. Dari nilai di atas dapat dilihat bahwa alternatif strategi (2) mempunyai nilai prioritas tertinggi yaitu sebesar 0,3854. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kualitas manajemenpengurangan risiko bencana di Rumah Sakit Ibu dan Anak adalah dengan menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) pengurangan risiko bencana.

Kata Kunci: Jalur evakuasi, rumah sakit ibu dan anak, manajemen bencana, SWOT, AHP.

PENDAHULUAN

Bencana yang terjadi kapan dan dimana saja dapat menimpa rumah sakit. Menghadapi kondisi ini rumah sakit harus siap dalam

menghadapi bencana, baik dengan menyiapkan sarana dan prasarana jalur evakuasi maupun memiliki manajemen pengurangan risiko bencana dengan baik.

(2)

Volume 4, No. 4, November 2015 - 66 Tsunami tahun 2004 silam telah

menghancurkan Rumah Sakit Ibu dan Anak, saat ini rumah sakit tersebut dibangun kembali pada lokasi semula dengan tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana. Rumah Sakit Ibu dan Anakdibangun kembali sesuai dengan persyaratan teknik yang berlaku agar tetapberjalan sesuai fungsinya saat terjadi bencana.Kelengkapan sarana dan prasarana medis serta didukung oleh dokter spesialis yang kompeten di bidangnya menjadikan Rumah sakit Ibu dan Anak sebagai tempat rujukan berobat bagi masyarakat khususnya perempuan dan anak-anak.

Tingkat okupansi hunian rumah sakit yang semakin tinggi menuntut keamanan yang tinggi pula terhadap keselamatan pengunjung rumah sakit. Kelengkapan fasilitas penyelamatan yang tersedia bila terjadi keadaan darurat atau bencana belum tentu dapat melayani kebutuhan dalam proses keselamatan bagi pasien, pengunjung serta staf di Rumah Sakit Ibu dan Anak. Sarana jalur evakuasi yang tersedia masih perlu dikaji kelengkapan dan fungsinya guna mencegah dan mengurangi korban dan menentukan strategi manajeman yang tepat dalam penguranganrisiko bencana.

KAJIAN KEPUSTAKAAN Pintu Darurat Kebakaran

Menurut Juwana (2005), pintu keluar harus memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Pintu harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya dua jam.

2. Pintu harus dilengkapi dengan minimal tiga engsel.

3. Pintu harus dilengkapi dengan alat penutup pintu otomatis (door closer).

4. Pintu dilengkapi dengan tuas/tungkai pembuka pintu yang ada di luar ruang tangga.

5. Pintu dilengkapi dengan tanda peringatan

“TANGGA DARURAT-TUTUP

KEMBALI”.

6. Pintu harus dilengkapi dengan kaca tahan api dengan luas maksimal 1m2 dan diletakkan di setengah bagian atas dari daun pintu.

7. Pintu harus dicat dengan warna merah.

Tangga Darurat

Peraturan tentang tangga kebakaran berbeda di setiap negara, namun pendekatan bagi sistem pintu keluar pada dasarnya sama, yaitu memberi kemudahan bagi penghuni/pengguna bangunan untuk dapat selamat keluar dari bangunan yang terkena bencana. Kepmenneg PU No. 10/KPTS/2000, tangga harus memenuhi injakan tidak lebih dari 18 atau kurang dari 2 (dua) tanjakan disetiap lintasan, dan ketentuan lain seperti pada table berikut.

Tabel 1. Dimensi Injakan dan Tanjakan Tangga

Fungsi Tangga Tanjakan (R) Injakan (G) Maks (mm) Min (mm) Maks (mm) Min (mm) Tangga Umum 190 115 355 250 Tangga Khusus 190 115 355 240

(3)

67 - Volume 4, No. 4, Novemver 2015 Manajeman Tanggap Darurat Rumah Sakit

Manajeman bencana untuk rumah sakit merupakan kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, respon dan pemulihan. Pencegahan dan mitigasi bisa meliputi perbaikan standar bangunan dan kemampuan pemadam kebakaran. Kesiapsiagaan rumah sakit harus mengembangkan rencana dan prosedur bencana, mendapatkan peralatan yang diperlukan, melatih seluruh komponen rumah sakit / tenaga kesehatan tentang jalur evakuasi, serta meninjau dan melakukan tes secara rutin tentang jalur evakuasi bencana. Proses pemulihan meliputi debriefing atau mewancara kembali, peninjauan dan perbaikan rencana serta prosedur bencana, mengidentifikasi serta melaksanakan hasil pembelajaran (Dirjen Depkes RI, 2007)

Analisis SWOT

Menurut Rangkuti (2005), Analisis SWOT adalah mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi yang akan dilakukan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan

ancaman (threats). Analisis

SWOTmembandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses).

Analisis AHP

Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah pendekatan dalam pengambilan keputusan dengan menentukan kriteria dari berbagai pilihan sehingga membentuk suatu tingkatan. Penyelesaian masalah dengan AHP mengandalkan intuisi sebagai input utamanya. Akan tetapi, intuisi harus berasal dari pembuat keputusan yang memahami masalah keputusan yang dihadapi.

Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecah kedalam kelompok-kelompoknya dan kelompok-kelompok tersebut menjadi suatu bentuk hirarki (Akbar, 2014).

METODE PENELITIAN Proses Pengumpulan Data Data Primer

Data primer diperoleh dari pengamatan secara langsung, pengukuran, wawancara dengan pejabat berwenang Rumah Sakit Ibu dan Anak serta memberikan kuesioner secara langsung kepada responden yaitu para pegawai/paramedis dan pasien/pengunjung. Data-data tersebut adalah:

1. Pengamatan

Komponen jalur evakuasi, meliputi pintu darurat, tangga darurat, dan kelengkapan jalur evakuasi lainnya.

2. Penyebaran kuesioner

Kuesionerini diisi oleh pejabat ahli untuk memberi masukan terhadap jalur evakuasi

(4)

Volume 4, No. 4, November 2015 - 68 dan manajemen penanggulangan dan

pengurangan risiko bencana. Responden diambil sebanyak 5 (lima) orang, yaitu: Kepala Rumah Sakit Ibu dan Anak, Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh, Kepala Bidang Pelayanan Medis Rumah Sakit Ibu dan Anak, dan Tenaga Ahli dari Dinas Bina Marga.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pintu Darurat/Kebakaran

Pada gedung A, B dan D tidak ditemukan pintu darurat. Pintu darurat berjumlah 2 (dua) buah pada setiap lantai pada gedung C yang berada di depan tangga darurat dan dapat menutup secara otomatis. Pintu dilengkapi dengan kaca bening untuk melihat ke dalam dan ke luar tangga. Pintu darurat di Rumah Sakit Ibu dan Anak berukuran, tinggi 210 cm, lebar 100 cm dan ukuran pintu kedua tinggi 210 cm, lebar 160 cm.

Gambar 1. Pintu Darurat

Tangga Darurat/Kebakaran

Gedung A dan B memiliki 1 (satu) buah tangga darurat dan digunakan juga untuk jalur naik turun sehari-hari. Tangga darurat ini terbuat dari beton dan tahan api. Tangga darurat

yang tersedia pada gedung C sebanyak 2 (dua) buah yaitu 1 (satu) buah tangga dan 1 (satu) buah ramp, sedangkan tangga yang biasa digunakan terletak di tengah bangunan yang jumlahnya 1 (satu) buah. Tangga darurat dan ramp terbuat bahan yang tidak mudah terbakar yaitu beton dan pada finishingnya diberi bahan anti licin yang berupa tegel bergaris. Ramp di RSIA berfungsi dan terawat dengan baik, tetapi tangga darurat mengalami disfungsi dan tidak terawat. Gedung D masing-masing lantai memiliki 1 (satu) buah tangga darurat yang terbuat dari beton. Pada ruang tangga tidak terdapat pencahayaan darurat, exhaust fan dan

pressure fan.

Gambar 2. Tangga Darurat dan Ramp

Hasil Penyebaran Kuesioner kepada Pejabat Ahli

Analisis berdasarkan beberapa sumber di atas maka dapat ditentukan beberapa faktor penting yang menjadi faktor-faktor srategis dalam manajemen pengurangan risiko bencana pada bangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak, diantaranya adalah:

1. Analisis Faktor-Faktor Strategis

faktor strategis dalam analisis ini berupaya menemukan keserasian dan memaksimalkan kekuatan internal dengan peluang pada faktor

(5)

69 - Volume 4, No. 4, Novemver 2015 eksternal serta meminimalkan kelemahan faktor internal dan ancaman faktor eksternal. Dari hasil analisis diperoleh nilai kekuatan (S) adalah 1,6 sedangkan nilai kelemahan (W) adalah 1,37 sehingga bila (S–W) merupakan sumbu X, maka total nilai yang didapat adalah 0,24. Untuk nilai peluang (O) adalah 1,92 sedangkan nilai ancaman (T) adalah 1,04 sehingga bila (O–T) yang merupakan sumbu Y total nilai yang didapat adalah 0,08. Nilai yang diperoleh menjelaskan bahwa posisi manajemen pengurangan risiko bencana pada Rumah Sakit ibu dan Anak merupakan situasi yang sangat menguntungkan dengan kekuatan 0,24 dan memiliki peluang 0,08,. Apabila dituangkan dalam peta kekuatan strategi, maka manajemen pengurangan risiko bencana berada pada kuadran I.

Gambar 3Peta Kekuatan Manajemen Pengurangan Risiko Bencana

2. Analisis Perumusan Strategis

Dengan menggunakan data tentang faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta data tentang faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman, maka dapat disusun matriks SWOT. Matriks SWOT menghasilkan empat kemungkinan

alternatif strategi sesuai dengan potensi serta kondisi lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki.

3. Pemilihan strategi manajemen pengurangan risiko bencana dengan analisis AHP

Dari analisis SWOT dapat disimpulkan beberapa alternatif strategi yang bisa diaplikasikan pengelola dalam penerapan Manajemen Pengurangan Risiko Bencana di Rumah Sakit Ibu dan Anak. Untuk menentukan strategi yang paling penting maka digunakan analisis AHP yang dapat dilakukan dengan cara:

a. Membentuk tim khusus yang dibekali dengan pendidikan dan pelatihan terhadap pengurangan bencana (Alt 1).

b. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) pengurangan risiko bencana (Alt 2).

c. Merancang Rencana Tanggap Darurat Bencana yang berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan, BPBA dan Pemadam Kebakaran (Alt 3).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu

1. Tangga darurat ditinjau secara fisik menurut Kepmenneg PU No. 10/KPTS/2000 memenuhi syarat, namun ada beberapa jumlah tanjakan yang lebih dan ukuran lebar tangga yang tidak sesuai. Disamping itu tangga darurat tidak dipelihara dengan baik

(6)

Volume 4, No. 4, November 2015 - 70 sehingga tidak berfungsi dan menjadi tempat

penyimpanan barang-barang bekas. Tangga darurat juga tidak dilengkapi dengan pengendali asap dan lampu darurat, sehingga cukup membahayakan.

2. Berdasarkan hasil evaluasi dan penggabungan rumusan strategi manajemen pengurangan risiko bencana dari hasil kuesioner kepada pegawai/paramedis dan pasien/pengunjung dengan hasil kuesioner kepada pejabat ahli, dan berdasarkan hasil survey kondisi eksisting RSIA, didapatkan strategi yang sebaiknya diterapkan dalam Manajemen Pengurangan Risiko Bencana (MPRB) di Rumah Sakit Ibu dan Anak adalah dengan “Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) pengurangan risiko bencana”.

3. Dari hasil analisis AHP dapat disimpulkan bahwa pengalokasian dana untuk kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan penyelamat merupakan strategi terbaik untuk menghasilkan kegiatan pemeliharaan gedung yang optimal.

Saran

Berdasarkan hasil yang didapat, maka ada beberapa saran yang perlu diberikan untuk mewujudkan pemeliharaan gedung yang optimal, yaitu :

1. Pembenahan terhadap tangga darurat yang disfungsi sehingga dapat digunakan sesuai penggunaannya.

2. Dari hasil analisa SWOT dan AHP untuk menerapkan strategi manajemen

penanggulangan bencana, maka perlu diterapkan strategi-strategi berikut:

a. Perlu dilakukan koordinasi dan kerjasama yang lebih baik antara RSIA dengan BPBA, Dinkes dan Pemadam Kebakaran dalam hal perencanaan, pengawasan dan pengendalian sehingga Manajemen Pengurangan Risiko Bencana dapat berjalan dengan baik.

b. Meningkatkan kualitas SDM dengan memberikan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan kepada pegawai dan paramedis di lingkungan Rumah Sakit ibu dan Anak.

c. Perlu dilakukan simulasi/latihan pendek secara berkala untuk menguji kemampuan evakuasi dan dapat melakukan pemetaan tindak darurat bencana.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, A., 2014, Analytical Hierarchy Process

Proses Hirarki Analitis

Dirjen Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, 2007, Hospital Preparedness for Emergency & Disaster,

Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum 2000,

Kepmenneg PU No. 10/KPTS/2000

Tentang Ketentuan Teknis Pengamanan

terhadap Bahaya Kebakaran pada

Bangunan Gedung & lingkunga,. Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum, 2008,

Kepmenneg PU No.26/PRT/M/2008

(7)

71 - Volume 4, No. 4, Novemver 2015

Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan,. Jakarta.

Juwana, J., S., 2005, Panduan Sistem Bangunan

Tinggi untuk Arsitek dan Praktisi Bangunan, PT. Erlangga, Jakarta.

Rangkuti, F., 2005, Analisa SWOT Teknik

Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia

Gambar

Tabel 1. Dimensi Injakan dan Tanjakan Tangga
Gambar 1. Pintu Darurat
Gambar  3Peta  Kekuatan  Manajemen  Pengurangan  Risiko Bencana

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk alur pelayaran di pelabuhan, sebelum dilakukan pekerjaan pengerukan biasanya diperlukan studi kelayakan bagi daerah- daerah tertentu

kromatogra8 kolom dan kromatogra8 lapis tipis. Pemisahan kromatogra8 adsorbsi biasan$a menggunakan "ase normal dengan menggunakan "ase diam silika gel dan alumina,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Kompensasi

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan pokok yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah mengungkapkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam novel dan film

Faktor lingkungan merupakan faktor yang dominan dalam memengaruhi sikap dan perilaku disiplin. Disiplin berlalu lintas sebagai faktor eksternal meliputi unsur-unsur

maksimal, dimana masih ada karyawan yang belum memanfaatkan portal web tersebut sesuai dengan tujuan awal dibuat intranet ini, sehingga akhirnya menyebabkan kasus

Hasil ini juga selaras dengan hasil UN matematika SMP Kota Kupang, dimana Sekolah dengan pencapaian hasil UN matematika rendah hanya 3% siswa yang memiliki kemampuan

Angka infeksi nasokomial terus meningkat mencapai sekitar 9 % atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia. Untuk mencegah infeksi