• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOP pengambilan spesimen.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SOP pengambilan spesimen.docx"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PUSKESMAS MATANG SURI

SOP PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH UNTUK PEMERIKSAAN LABORATORIUM

No Dokumen No. Revisi Halaman

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

Tanggal Terbit

Di Tetapkan

Kepala Puskesmas Matang Suri HERI JANUARDI, A.Md.Kep

Penata

NIP. 19760115 199503 1 001

Pengertian Pengambilan dan pendistribusian spesimen darah dalam keadaan fresh dan aman sebagai bahan pemeriksaan laboratorium

Tujuan Sebagai acuan dalam pengambilan dan penyediaan spesimen darah untuk dikirim ke laboratorium bagi pasien rawat inap.

Kebijakan1. Adanya perawat yang diberi tanggung jawab untuk kegiatan laboratorium pada jam kerja laboratorium

2. Menyediakan spesimen (Urine, feses, sputum dan sampel darah) Prosedur Persipan Peralatan :

1. Spuit

2. Kapas alcohol 3. Torniquet 4. Botol darah

5. Perlak dan pengalas

Penatalaksanaan :

 Mencatat nama pasien dan macam pemeriksaan di buku pemeriksaan laboratorium

 Mengisi formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan jenis pemeriksaan untuk laborat luar jika hari libur atau Cito 24 jam

 Menyediakan tempat penampungan (tabung edta) sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan dan masing-masing tempat diberi etiket yang lengkap dan jenis meliputi : a. Nama pasien

b. Umur

c. Tanggal pengambilan

d. Tanggal lahir pasien

 Perawat atau asisten perawat mengantar spesimen darah ke laboratorium.

 Pemeriksaan cito dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kapan saja pengambilan bahannya oleh petugas ruangan untuk dikirim kelaborat luar

 Petugas laborat menulis hasil laborat di lembar hasil pemeriksaan laboratorium dan biayanya (ditulis dipojok atas dengan secarik kertas)

 Petugas rawat inap mengumpulkan dengan lembar status pasien

 Petugas laboratorium juga mencatat hasil pemeriksaannya di komputer. Unit

terkait

(2)

PUSKESMAS MATANG SURI

SOP PROSEDUR PENGAMBILAN SPESIMEN LCS/CSS

No Dokumen No. Revisi Halaman

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

Tanggal Terbit

Di Tetapkan

Kepala Puskesmas Matang Suri HERI JANUARDI, A.Md.Kep

Penata

NIP. 19760115 199503 1 001

Pengertian Pengambilan dan pendistribusian specimen LCS dalam keadaan steril dan aman sebagai bahan pemeriksaan laboratorium

Tujuan Sebagai acuan dalam menentukan diagnose dan pengobatan yang tepat bagi pasien.

Kebijakan1. Adanya perawat yang diberi tanggung jawab untuk kegiatan laboratorium pada jam kerja laboratorium.

2. Adanya indikasi pasien untuk pemeriksaan lumbal pungsi. Prosedur Persipan Peralatan :

1. Water for injeksi 2. Needle lumbal pungsi 3. Sarung tangan steril 4. kassa steril

5. Betadine 6. lidocain 7. Spuit Penatalaksanaan :

 Mencatat nama pasien dan macam pemeriksaan di buku pemeriksaan laboratorium

 Mengisi formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan jenis pemeriksaan untuk laborat luar jika hari libur atau Cito 24 jam (dilakukan oleh perawat ruangan atau dokter).

 Petugas laboratorium Menyediakan tempat penampungan bahan pemeriksaan dan masing-masing tempat diberi etiket yang lengkap dan jenis meliputi :

a. Nama pasien

b. Tanggal lahir

c. Tanggal pengambilan

d. Ruang rawat

 Perawat atau asisten perawat mengantar spesimen ke laborat.

 Pemeriksaan cito dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kapan saja pengambilan bahannya oleh petugas ruangan untuk dikirim kelaborat luar

 Petugas laborat menulis hasil laborat di lembar hasil pemeriksaan laboratorium.

 Petugas rawat inap mengumpulkan dengan lembar status pasien Unit

terkait

(3)

CARA PENYIMPANAN DAN PEWADAHAN REAGEN

A. Penyimpanan Reagen

1. Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia diantaranya meliputi

aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate

chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information).

2. Pisahkan antara sediaan liquid dan solid dan klasifikasikan berdasarkan sifatnya: flamable, mudah meledak, toxic,

oksidator, korosif, infeksi, dll.

3. Disimpan dalam suatu lemari hindari bahan dari kayu

4. Kondisi ruangan harus dingin/ber ac atau dengan dilengkapi exhaust fan, lampu ruangan pilih yang fire proof, dan

kalau tidak dilengkapi dengan AC, ruangan harus punya sirkulasi udara yg baik Karena ada beberapa reagen yg penyimpananya dibawah suhu 25 C, pantau suhu ruangan maksimal 30 C.

5. Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas atau kena sengatan sinar matahari. Di

samping itu tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan. Pada penataan bahan kimiapun diperlukan sumber literatur untuk mengetahui spesifikasi masing-masing bahan kimia tersebut. Spesifikasi bahan kimia akan dijumpai pada buku katalog bahan.

6. Jika terjadi tumpahan yang paling baik mengatasinya dengan pasir atau dengan air kran.

7. Buat sistem administrasi nya: daftar isi, jumlah stock, ED bahan, memasang perhatian APD yg sesuai dg

peruntukannya, dll.

8. Salah satu informasi penting yang harus selalu disertakan adalah lembar data keselamatan data (Material Safety

Data Sheet – MSDS)

Informasi MSDS disamping harus tercantum pada produksi, juga harus muncul

pada dokumen pengangkutan, penyimpanan, pengedaran dan juga pada kemasan bahan tersebut. - Penyimpanan Reagen yang bersifat berbahaya memerlukan perlakuan khusus, antara lain :

a. Lokasi dan konstruksi tempat penyimpanan reagen yang bersifat berbahaya dan beracun membutuhkan

pengaturan tersendiri, agar tidakterjadi kecelakaan akibat kesalahan dalam penyimpanan tersebut. Salah satupersyaratan kelengkapan pada tempat penyimpanan tersebut adalah sistem tanggap darurat dan prosedur penanganannya.

b. Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat, kebutuhan itu hanya

diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian. Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya.

c. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus dalam wadah

sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, dan ledakan. Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya yang paling tinggi. Misalnya benzene memiliki sifat flammable dan toxic.

(4)

d. Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya karsinogen. Oleh karena itu

penyimpanan benzena harus ditempatkan pada cabinet tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada cabinet bahan toxic.

e. Reagen berbahaya dan beracun yang dianggap kadaluwarsa, atau tidak memenuhi spesifikasi, atau bekas

kemasan, yang tidak dapat digunakan tidak boleh dibuang sembarangan, tetapi harus dikelola sebagai limbah berbahaya dan beracun. Kadaluwarsa adalah bahan yang karena kesalahan dalam penanganannya menyebabkan terjadinya perubahan komposisi dan atau karakteristik sehingga bahan tersebut tidak sesuai lagi dengan spesifikasinya.

f. Salah satu langkah yang wajib dilakukan adalah kewajiban uji kesehatan secara berkala bagi pekerja,

sekurang-kurangnya 1 kali dalam 1 tahun, denganmaksud untuk mengetahui sedini mungkin terjadinya kontaminasi oleh zat/senyawa kimia berbahaya dan beracun terhadap pekerja atau pengawas lokasi tersebut.

g. Salah satu kehawatiran utama dalam penanganan berbahaya dan beracun adalah kemungkinan terjadinya

kecelakaan baik pada saat masih dalam penyimpanan maupun kecelakaan pada saat dalam pengangkutannya. Kecelakaan ini adalah lepasnya atau tumpahnya reagen kelingkungan, yang memerlukan penanggulangan cepat dan tepat. Bila terjadi kecelakaan, maka kondisi awalnya adalah berstatus keadaan darurat (emergency).

- Penyimpanan reagen yang bersifat anhidrat, disimpan di dalam oven pada suhu 100-110oC, selama 1-2 jam dan

sebaiknya semalam, sedangkan penyimpanan reagen yang bersifat hidrat disimpan pada eksikator. B. Cara pewadahan reagen

Untuk mejaga keamanan dan kualitas reagen perlu dilakukan pewadahan. a. Kriteria wadah reagen yang baik antara lain :

1. Botol yang gelap / berwarna coklat, hal ini dilakukan agar dapat terhindar dari sinar matahari.

2. Wadah reagen tidak bocor.

3. Wadah reagen harus bermulut kecil, dan tertutup rapat.

4. Wadah reagen harus berbahan dasar dari kaca.

(5)

PUSKESMAS MATANG SURI

SOP PROSEDUR PENGAMBILAN SPESIMEN URINE

No Dokumen No. Revisi Halaman

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

Tanggal Terbit

Di Tetapkan

Kepala Puskesmas Matang Suri HERI JANUARDI, A.Md.Kep

Penata

NIP. 19760115 199503 1 001

Pengertian Pengambilan dan pendistribusian specimen urine dalam keadaan steril dan aman sebagai bahan pemeriksaan laboratorium

Tujuan Sebagai acuan dalam menentukan diagnose dan pengobatan yang tepat bagi pasien.

Kebijakan1. Adanya perawat yang diberi tanggung jawab untuk kegiatan laboratorium pada jam kerja laboratorium.

2. Menyediakan spesimen dahak untuk pemeriksaan kultur dahak atau cek BTA.

3. Adanya indikasi pasien untuk pemeriksaan urine lengkap atau kultur urine atau elektrolit urine.

Prosedur Persipan Peralatan : 1. Water for injeksi 2. Folley kateter 3. Sarung tangan steril 4. Botol specimen urine 5. Sarung tangan bersih 6. Urine bag

7. Spuit 8. Arteri klem

Penatalaksanaan :

1. Mencatat nama pasien dan macam pemeriksaan di buku pemeriksaan laboratorium

2. Mengisi formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan jenis pemeriksaan untuk laborat luar jika hari libur atau Cito 24 jam (dilakukan oleh perawat ruangan atau dokter).

3. Petugas laboratorium Menyediakan tempat penampungan bahan pemeriksaan dan masing-masing tempat diberi etiket yang lengkap dan jenis meliputi :

a. Nama pasien

(6)

c. Tanggal pengambilan

d. Ruang rawat

4. Perawat atau asisten perawat mengantar spesimen ke laborat.

5. Pemeriksaan cito dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kapan saja pengambilan bahannya oleh petugas ruangan untuk dikirim kelaborat luar

6. Petugas laborat menulis hasil laborat di lembar hasil pemeriksaan laboratorium. 7. Petugas rawat inap mengumpulkan dengan lembar status pasien

Unit terkait

Laboratorium, Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat

Pengertian

Tes protein urine merupakan pemeriksaan rutin. Salah satu caranya adalah pemanasan dengan asam asetat. Tujuan

Tes ini bertujuan untuk diagnostik apakah terdapat protein dalam urine atau tidak. Teori

Protein dengan pemanasan akan terbentuk presipitat yang terlihat berupa kekeruhan. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik isoelektrik protein. Pemanasan selanjutnya mengadakan denaturasi dan terjadi presipitasi.

Kekeruhan yang ringan sangat sukar dilihat, maka harus digunakan tabung yang bersih dan bagus. Jika tabung telah tergores tidak dapat digunakan lagi. Sumber reaksi negatif palsu pada tes pemanasan dengan asam asetat adalah pemberian asam asetat berlebihan. Sumber reaksi positif palsu yaitu kekeruhan yang tidak disebabkan oleh globulin atau albumin, kemungkinannya:

 Nukleoprotein, kekeruhan terjadi pada saat pemberian asam asetat sebelum pemanasan

 Mucin, kekeruhan juga terjadi pada saat pemebrian asam asetat sebelum pemanasan

 Proteose, presipitat terjadi setelah campuran reaksi mendingin, kalau dipanasi menghilang lagi

 Asam-asam renin, kekeruhan oleh zat ini larut dalam alkohol

 Protein Bence Jones, protein ini larut dalam pada suhu didih urine, terlihat kekeruhan pada suhu kira-kira 60 derajat celcius.

Prosedur kerja

 Alat dan bahan o Tabung reaksi o Lampu spiritus o Rak tabung reaksi o Penjepit tabung reaksi o Asam acetat 6%

 Cara Kerja

o Masukkan urin jernih (sentrifus terlebih dahulu) ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh

o Dengan memegang bagian tabung reaksi pada ujung bawah dengan penjepit tabung reaksi, lapisan atas urine dipanasi di atas nyala api sampai mendidih 30 detik.

o Perhatikan ada atau tidaknya kekeruhan di lapisan atas. Jika terjadi kekeruhan, kemungkinan disebabkan oleh protein, calsiumfosfat, calciumcarbonat.

(7)

o Teteskan 3-5 tetes asam acetat 6% ke dalam urine yang masih panas itu. Jika kekeruhan disebabkan oleh calciumfosfat maka kekeruhan akan lenyap. Jika kekeruhan disebabkan oleh calciumcarbonat maka kekeruahan akan tetap hilang tapi dengan pembentukan gas. Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi lebih keruh lagi, maka tes terhadap protein adal;ah positif.

 Penilaian

o - : tidak ada kekeruhan

o + : kekeruhan ringan (seperti awan) tanpa butir (kadar protein 0,01-0,05%)

o ++ : kekeruhan mudah diilihat dan tampak butir-butir dalam kekeruhan (0,05-0,2%) o +++ : urin jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping-keping (0,2-0,5%)

o ++++ : urin sangat keruh dan berkeping-keping besar atau bergumpal-gumpal (>0,5%)

Syarat = urine yang dipakai untuk pemeriksaan harus jernih. Bila tidak jernih, maka harus dilakukan sentrifugasi dan yang dipakai adalah supernatan.

Referensi

Dokumen terkait

Saudara dipersilahkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan lembar permintaan pemeriksaan.. Laporan hasil pemeriksaan dilakukan dengan cara mengisi lembar

Formulir Ringkasan Asuhan Keperawatan adalah formulir yang digunakan oleh perawat dalam menuliskan hasil pemeriksaan / diagnosa dari dokter kepada pasien.

pemeriksaan dokter spesialis didepan poli yang dituju 4.Perawat poli melakukan panggilan pasien sesuai dengan. nomor urut pasien poli rawat jalan ( nama poli, nomor urut,

3.2 Permintaan awal untuk pemeriksaan tes antibody HIV dapat dilakukan oleh dokter yang merawat pasien, namun selanjitnya pasien tetap dianjurkan untuk menjalani

Laporkan hasil pemeriksaan kultur dan sensitivitas urin pada dokter yang menangani untuk dasar pemberian terapi2.

Tujuan : Untuk memastikan hasil pemeriksaan telah dicek & divalidasi oleh petugas yang berwenang dan sampai di tangan pasien/ perawat/ dokter yang meminta, sesuai

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR SEMINAR PROPOSAL ONLINE MAHASISWA PROGRAM STUDI MAGISTER MATEMATIKA Mahasiswa mendownload dari: ppsmipa.ub.ac.id dan mengisi formulir Permintaan Dosen

Tujuan Memastikan identitas pasien yang dicatat adalah benar, untuk menghidari terjadinya kesalahan identitas dalam pengambilan sampel, pemeriksaan dan pelaporan hasil laboratorium..