• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Transmisi Baseband Data

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Metode Transmisi Baseband Data"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAR ASISTENSI PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI LABORATORIUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS LAMPUNG

2014

Judul Percobaan : Metode Transmisi Baseband Data Nama Praktikan (NPM) : Danny Mausa ( 1015031029 ) Nama Asisten (NPM) : Fedriyan Rinaldi ( 0915031038 )

Kelompok : 1 (Satu)

No. Catatan Tanggal

Asisten

Paraf

Bandar Lampung,

(2)

I. Judul Percobaan

METODE TRANSMISI BASEBAND DATA

II. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui dan memahami bentuk kode NRZ, RZ, Bi-Phase, Manchester, dan Duo-Binary pasa sitem transmisi Baseband.

2. Mengkonversi nilai biner ke dalam bentuk kode NRZ, RZ, Bi-Phase, Manchester, dan Duo-Binary.

III. Teori Dasar

Transmisi sinyal digital

Dalam mentransmisikan data dari sumber ke tujuan harus diperhatikan arti fisik yang dipergunakan untuk perambatan (propagasi) data dan proses apa yang perlu dilakukan selama perjalanan untuk memastikan apakah sinyal tersebut dapat diterima dan dimengerti dengan baik. Analog dan digital sering digunakan dalam komunikasi data dan sedikitnya dalam tiga konteks, yaitu :

a. Data

b. Pensinyalan c. Transmisi

Biasanya data analog merupakan suatu fungsi waktu dan menempati spektrum yang sama. Sedangkan data digital dibawa melalui sinyal digital, dengan level tegangan yang berlainan uantuk setiap dua digit biner.

Alur sistem komunikasi secara sederhana dimulai dari informasi yang akan dikirimkan (Information Source) melalui media transmisi sampai informasi tersebut sampai ke tujuan, diagram alur sistem komunikasi dapat dilihat pada Gambar 1.1.

(3)

Gambar 1.1 Sistem Komunikasi

Pada Gambar 1.1 dapat dijelaskan bahwa information source merupakan informasi yang akan di transmisikan, baik dalam bentuk gelombang suara atau cahaya. Informasi tersebut masuk ke dalam source code, yang tujuannya untuk membuang elemen-eleman sinyal masukan yang mubazir bagi penerima, misalnya: band frekuensi transmisi, membatasi nilai maksimum sesaat, kualitas amplitudo.

Sinyal dari source code harus disesuaikan dengan karakteristik dari kanal transmisi, sehingga harus melewati channel coder di sini diperhitungkan sinkronisasi, error control dan spectrum conversion.

Selanjutnya sinyal masukan ke kanal transmisi untuk ditransmisikan dari pemancar ke penerima. Di sisi penerima terdapat channel decoder yang akan mengembalikan sinyal yang ditransimsikan menjadi sinyal yang sesuai untuk source decoder, kemudian sinyal asli akan kembali diperoleh.

Transmisi Baseband

Baseband adalah sinyal yang mempunyai spectrum tidak nol, di sekitar frekuensi = 0 atau sinyak yang belum dimodulasi maupun sudah diolah.

Information Source Source Coder Channel Coder

Transmission Channel

Source Decoder Channel Decoder

(4)

Sinyal digital yang tersusun dari sederetan bit biner dan setiap bit memiliki 2(dua) kondisi yaitu logika 0 dan 1, sebagai contoh untuk merepresentasikan angka 185 desimal maka secara biner akan tersusun 1011 1001 dan untuk merepresentasikan angka 202 desimal maka secara biner akan tersusun 1100 1010. Bentuk kode biner 1 dan 0 tersebut pada saat dikirimkan melalui media transmisi diubah menjadi format sinyal digital secara serial, kode yang digunakan untuk membentuk data tersebut dikenal dengan istilahi line-coding.

Polar Line Coding

Kode ini menggunakan dua buah level tegangan untuk non-zero guna merepresentasikan kedua level data, yaitu satu positif dan satu negatif. Permasalahan yang muncul adalah adanya tegangan DC pada jalur komunikasi, untuk pengkodean polar terdapat 4 macam jenis kode polar seperti ditunjukan pada Gambar 1.2.

(5)

a. Non Return to Zero (NRZ)

Terdapat dua jenis kode NRZ yang meliputi:

Level-NRZ, level sinyal merupakan representasi dari bit, yaitu untuk logika 0 dinyatakan dalam tegangan positif dan untuk logika 1 dinyatakan dalam tegangan negatif. Kelemahan kode ini memiliki sinkronisasi rendah untuk serial data yang panjang baik untuk logika 1 dan 0.

Invers-NRZ, merupakan kode dengan ciri invers level tegangan merupakan nilai bit berlogika 1 dan tidak ada tegangan merupakan nilai bit berlogika 0. Untuk logika 1 dalam sederetan data memungkinkan adanya sinkronisasi, walaupun demikian untuk sekuensial yang panjang untuk data berlogika 0 tetap terdapat permasalahan.

Gambar 1.3 Pengkodean NRZ-L dan NRZ-L

Berdasarkan diagram pulsa pada Gambar 1.3 ternyata untuk pengkodean dengan NRZ-I masih lebih baik dibanding pengkodean dengan NRZ-L, walupun demikian keduanya tetap tidak memberikan sinkronisasi yang lengkap. Oleh sebab itu penerapan kode ini dapat memberikan sinkronisasi yang lengkap apabila setiap untuk setiap bit terjadi perubahan sinyal.

(6)

b. Return to Zero (RZ)

Kode RZ level sinyal merupakan representasi dari bit, yaitu untuk logika 0 dinyatakan dalam tegangan negatif dan untuk logika 1 dinyatakan dalam tegangan positif, dan sinyal harus kembali zero untuk separuh sinyal berdasarkan interval dari setiap bit, artinya bila waktu untuk satu bit bik logika 1 atau logika 0 sama dengan 1 detik maka pernyataan logika 1 dengan level tegangan positif adalah 0,5 detik dan 0,5 detik berikutnya level tegangan kembali ke nol volt (zero).

Demikian juga untuk pernyataan logika 0 level tegangan negatif adalah 0,5 detik dan 0,5 detik berikutnya level tegangan kembali ke nol volt (zero).

Gambar 1.4 Pengkodean RZ

Penggunaan kode ini memiliki sinkronisasi sempurna, untuk kode balik bit dilakukan dengan perubahan 2 sinyal, kecepatan pulsa adalah 2x kecepatan kode NRZ dan diperlukan bandwidth sekuensial bit yang lebih lebar.Sebagai awal sebuah bit data dapat digunakan level non-zero.

(7)

Manchester

Pada kode Manchester terjadi inversi level sinyal pada saat sinyal bit berada di tengah interval, kondisi ini digunakan untuk dua hal yaitu sinkronisasi dan bit representasi. Kondisi logika 0 merupakan representasi sinyal transisi dari positip ke negatip dan kondisi logika 1 merupakan representasi sinyal transisi dari negatip ke positip serta memiliki kesempurnaa sinkronisasi. Selalu terjadi transisi pada setiap tengah (middle) bit, dan kemungkinan satu transisi pada akhir setiap bit. Baik untuk sekuensial bit bergantian (10101), tetapi terjadi pemborosan bandwidth untuk kondisi jalur berlogika 1 atau berlogika 0 untuk waktu yang panjang, kode digunakan untuk IEEE 802.3 (Ethernet).

Gambar 1.5 Pengkodean Manchester

Diferensial Manchester

Pada kode Diferensial Manchester inversi level sinyal pada saat berada di tengah interval sinyal bit digunakan untuk sinkronisasi, ada dan tidaknya tambahan transisi pada awal interval bit berikutnya merupakan identifikasi bit, dimana logika 0 jika terjadi transisi dan logika 1 jika tidak ada transisi, memiliki kesempurnaan sinkronisasi. Baik untuk jalur berlogika 1 pada waktu yang panjang, tetapi terjadi pemborosan bandwidth untuk kondisi

(8)

jalur berlogika 0 untuk waktu yang panjang, kode digunakan untuk IEEE 802.5 (Token Ring).

Gambar 1.6 Pengkodean Diferensial Manchester

Pada Gambar 1.7 menunjukan contoh format pengkodean bit biner data ke dalam metode pengkodean dalam bentuk diagram pulsa, yaitu pengkodean biner ke unipolar NRZ (Non Return Zero), biner ke format polar NRZ, dari biner ke unipolar RZ (Return Zero), dari biner dikodekan ke bipolar RZ (Return Zero) dan dari biner ke kode manchester.

(9)

IV. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dalah sebagai berikut :

1. Panel DL 2560 A dan B 2. Power Supply

3. Osiloskop

(10)

V. Pembahasan

Pengkodean adalah proses perubahan karakter data yang akan dikirim dari pengirim (transmitter) menuju penerima (receiver) dengan kode yang dikenal oleh setiap transmisi yang ada, dan menjadikan setiap karakter data dalam sebuah informasi digital ke dalam bentuk biner agar dapat ditransmisikan.

Tujuan dari Pengkodean adalah menjadikan setiap karakter data dalam sebuah informasi digital ke dalam bentuk biner agar dapat ditransmisikan dan bisa melakukan komunikasi data.

Beberapa jenis pengkodean diantaranya yaiu : 1. NRZ-L

NRZ-L (Non Return to Zero - Level) merupakan pengkodean dimana binary “0” dinyatakan dengan high dan binary “1” low.

2. NRZ-I

NRZ-I (Non Return to Zero - Inverted) merupakan pengkodean dimana binary “0” dinyatakan dengan tidak ada transisi dan binary “1” ada transisi (high atau low).

3. RZ

RZ (Return to Zero) merupakan pengkodean dimana binary “0” dinyatakan dengan nol dan binary “1” high sesaat lalu nol.

4. Bipolar-AMI

Bipolar-AMI merupakan pengkodean dimana binary “0” dinyatakan dengan tidak ada transisi dan binary “1” ada transisi (positif atau negatif).

(11)

5. Pseudoternary

Pseudoternary merupakan pengkodean dimana binary “0” dinyatakan dengan ada transisi (positif atau negatif) dan binary “1” tidak ada transisi.

6. Manchester

Manchester merupakan pengkodean dimana binary “0” dinyatakan dengan tiap bit transisi high ke low dan binary “1” dinyatakan dengan tiap bit transisi low ke high.

7. Differential Manchester

Differential Manchester merupakan pengkodean dimana binary “0” dinyatakan dengan tiap bit transisi low ke high dan binary “1” dinyatakan dengan tiap bit transisi high ke low.

Dari beberapa jenis pengkodean yang telah dijelaskan terlihat bahwa pengkodean differential Manchester merupakan kebalikan dari pengkodean Manchester. Proses pengkodean binary “0” dan “1” pseudoternary merupakan kebalikan dari Proses pengkodean binary bipolar-AMI. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.8 yang merupakan contoh pengkodean dari masing-masing jenis pengkodean yang telah dijelaskan sebelumnya.

(12)
(13)

VI. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum metode transmisi baseband data adalah sebagai berikut :

1. Konversi nilai binary pada pengkodean NRZ-L, binary “0” dinyatakan dengan high dan binary “1” low.

2. Pengkodean NRZ dibagi menjadi dua yaitu NRZ-L dan NRZ-I.

3. Konversi nilai binary pada pengkodean RZ, binary “0” dinyatakan dengan nol dan binary “1” high sesaat lalu nol.

4. Proses pengkodean binary pada pseudoternary merupakan kebalikan dari proses binary bipolar-AMI.

5. Konversi nilai binary pada pengkodean Manchester yaitu tiap bit transisi low ke high untuk binary “0” dan sebaliknya untuk binary “1”. 6. Bentuk pengkodean differential Manchester merupakan kebalikan dari

Gambar

Gambar 1.1  Sistem Komunikasi
Gambar 1.2 Jenis Kode Polar
Gambar 1.3 Pengkodean NRZ-L dan NRZ-L
Gambar 1.4 Pengkodean RZ
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini akan mengangkat tema tentang Zina Sebagai Alasan Perzinahan (Analisis Perbandingan Hukum Positif dan Hukum Islam. Pertanyaan mendasar tentang penelitian ini

Teknologi ini bekerja pada suhu diatas 1820C pada reservoir, cara kerjanya adalah Bilamana lapangan menghasilkan terutama air panas, perlu dipakai suatu separator

Transfer teknologi (Technology Transfer).. Research Station Simalungun, hal ini mengindikasikan bahwa masing-masing kinerja karyawan yang mewakili divisinya belum

Program yang diinisiasi oleh Dinas Sosial Kota Surabaya ini bekerjasama dengan beberapa perguruan tinggi yang berada di Kota Surabaya melalui mahasiswanya untuk

Empirical contribution expected may be provided by this study is presenting additional empirical evidence on analysis of application of IFRS may strengthen negative

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa akibat adanya campuran lumpur sidoarjo sebagai media pembibitan sengon menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada rerata luas

diperhitungkan. Umumnya, kejadian banjir di DAS Way Kuala Garuntang disebabkan oleh masalah saluran drainase, seperti kapasitas tampung yang tidak memadai, tersumbatnya saluran

Terjadinya perikatan dalam jual beli barang menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sesuai dengan Pasal 1458 KUH Perdata, apabila kedua belah pihak telah sepakat