i
MODUL DIGITAL
KIMIA ORGANIK FISIK
Prof. Dr. Edy Cahyono, M.Si. (Editor)Dr. Nanik Wijayati, M.Si.
Samuel Budi Kusumawardhana, M.Sc., Ph.D Dr. Sri Mursiti, M.Si.
Dante Alighiri, M.Sc. Dr. Agung Tri Prasetya, M.Si.
Harjono, M.Si. Drs. Kasmui, M.Si.
Penerbit:
ii
Hak Cipta © pada penulis dan dilindungi Undang-Undang Penerbitan. Hak Penerbitan pada UNNES PRESS.
Dicetak oleh UNNES Press. Jl. Kelud Raya No. 2 Semarang 50237 Telp./Tax. (024) 8415032.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun tanpa izin dari penerbit.
MODUL DIGITAL
KIMIA ORGANIK FISIK
Prof. Dr. Edy Cahyono, M.Si (Editor) Dr. Nanik Wijayati, M.Si.Samuel Budi Kusumawardhana, M.Sc., Ph.D Dr. Sri Mursiti, M.Si.
Dante Alighiri, M.Sc.
Dr. Agung Tri Prasetya, M.Si. Harjono, M.Si.
Drs. Kasmui, M.Si. Desain Cover & Layout: Munta’alim Unnes Press xii + 220 hal. 23,5 cm.
Cetakan Pertama, Desember 2020 ISBN 978-602-285-263-6
e-ISBN 978-602-285-264-3
Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima Milyar).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual, kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah).
iii
MODUL DIGITAL
KIMIA ORGANIK FISIK
PROGRAM BANTUAN PENGEMBANGAN
INOVASI MODUL DIGITAL TAHUN 2020
DIREKTORAT BELMAWA
DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN TINGGI
KEMDIKBUD
Editor
Prof. Dr. Edy Cahyono, M.Si.
Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Semarang
Penerbit:
Modul Digital Kimia Organik Fisik
ii
ii
Hak Cipta © pada penulis dan dilindungi Undang-Undang Penerbitan. Hak Penerbitan pada UNNES PRESS.
Dicetak oleh UNNES Press. Jl. Kelud Raya No. 2 Semarang 50237 Telp./Tax. (024) 8415032.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun tanpa izin dari penerbit.
MODUL DIGITAL
KIMIA ORGANIK FISIK
Prof. Dr. Edy Cahyono, M.Si (Editor) Dr. Nanik Wijayati, M.Si.Samuel Budi Kusumawardhana, M.Sc., Ph.D Dr. Sri Mursiti, M.Si.
Dante Alighiri, M.Sc.
Dr. Agung Tri Prasetya, M.Si. Harjono, M.Si.
Drs. Kasmui, M.Si. Desain Cover & Layout: Munta’alim Unnes Press xii + 220 hal. 23,5 cm.
Cetakan Pertama, Desember 2020 ISBN 978-602-285-263-6
e-ISBN 978-602-285-264-3
Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima Milyar).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual, kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah).
iii
MODUL DIGITAL
KIMIA ORGANIK FISIK
PROGRAM BANTUAN PENGEMBANGAN
INOVASI MODUL DIGITAL TAHUN 2020
DIREKTORAT BELMAWA
DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN TINGGI
KEMDIKBUD
Editor
Prof. Dr. Edy Cahyono, M.Si.
Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Semarang
Penerbit:
iv v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan selalu kepada Allah SWT
atas Rahmat, Taufiq, dan Hidayah yang diberikan kami bisa
menyelesaikan buku MODUL DIGITAL KIMIA ORGANIK
FISIK bagi mahasiswa menyongsong program merdeka
belajar. Tujuan dari penulisan buku ini tidak lain adalah
untuk membantu para mahasiswa di dalam memahami apa
saja materi yang harus mereka pelajari dalam perkuliahan
kimia organik fisik
Model pembelajaran mata kuliah ini yang utama
adalah
Project Based Learning
(Pembelajaran berbasis proyek)
yang dimaksudkan untuk memberi pengalaman belajar
kepada mahasiswa dalam memecahkan permasalahan
dengan cara yang sistematis dan menghasilkan produk
melalui kerja kolaboratif dalam kelompoknya dan
mengkomunikasikan hasil proyeknya.
Modul digital ini juga akan memberikan informasi
secara lengkap mengenai materi apa saja yang akan mereka
pelajari yang berasal dari berbagai sumber terpercaya yang
berguna sebagai tambahan wawasan mengenai bab-bab yang
dipelajari tersebut.
Harapan penulis modul digital ini bisa menjadi bahan
ajar untuk perkuliahan daring yang dikembangkan di laman
https://lmsspada.kemdikbud.go.id/, sehingga dapat
dimanfaatan secara luas oleh dosen pengampu Kimia
Organik Fisik atau sejenis dan mahasiswanya. Dalam
kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1.
Dirjen Pendidikan Tinggi, Kemdikbud yang telah
memberi fasilitas bantuan penulisan modul ini dan
mengembangkan program pembelajaran Kimia Organik
Fisik di SPADA.
Modul Digital Kimia Organik Fisik
iv
iv v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan selalu kepada Allah SWT
atas Rahmat, Taufiq, dan Hidayah yang diberikan kami bisa
menyelesaikan buku MODUL DIGITAL KIMIA ORGANIK
FISIK bagi mahasiswa menyongsong program merdeka
belajar. Tujuan dari penulisan buku ini tidak lain adalah
untuk membantu para mahasiswa di dalam memahami apa
saja materi yang harus mereka pelajari dalam perkuliahan
kimia organik fisik
Model pembelajaran mata kuliah ini yang utama
adalah
Project Based Learning
(Pembelajaran berbasis proyek)
yang dimaksudkan untuk memberi pengalaman belajar
kepada mahasiswa dalam memecahkan permasalahan
dengan cara yang sistematis dan menghasilkan produk
melalui kerja kolaboratif dalam kelompoknya dan
mengkomunikasikan hasil proyeknya.
Modul digital ini juga akan memberikan informasi
secara lengkap mengenai materi apa saja yang akan mereka
pelajari yang berasal dari berbagai sumber terpercaya yang
berguna sebagai tambahan wawasan mengenai bab-bab yang
dipelajari tersebut.
Harapan penulis modul digital ini bisa menjadi bahan
ajar untuk perkuliahan daring yang dikembangkan di laman
https://lmsspada.kemdikbud.go.id/, sehingga dapat
dimanfaatan secara luas oleh dosen pengampu Kimia
Organik Fisik atau sejenis dan mahasiswanya. Dalam
kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1.
Dirjen Pendidikan Tinggi, Kemdikbud yang telah
memberi fasilitas bantuan penulisan modul ini dan
mengembangkan program pembelajaran Kimia Organik
Fisik di SPADA.
vi
2.
Rektor UNNES atas izin dan kesempatan untuk
mengembangkan modul digital ini.
3.
Pereview modul Dr. Woro Sumarni, M.Si., Dr. Sigit
Priatmoko, dan Dr.rer.nat Adi Nur Cahyono, M.Pd., yang
telah menilai dan memberi masukan berharga pada modul
ini.
Kami sadar bahwa penulisan modul digital ini bukan
merupakan buah hasil kerja keras kami sendiri. Ada banyak
pihak yang sudah berjasa dalam membantu kami di dalam
menyelesaikan buku ini, seperti pengambilan data, pemilihan
materi, soal, dan lain-lain. Maka dari itu, kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu memberikan wawasan dan bimbingan kepada
kami sebelum maupun ketika menulis buku ini.
Kami juga sadar bahwa modul yang kami buat masih
ada yang perlu disempurnakan. Maka dari itu, saran dan
masukan yang membangun dari para pembaca kami terima
dengan senang hati.
Semarang, Desember 2020
Tim Penulis
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
PANDUAN PENGGUNAAN MODUL DIGITAL KIMIA ORGANIK FISIK ... ix
PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT-BASED LEARNING) (SUATU PENGANTAR).... 1
MODUL 1 REAKSI SUBSTITUSI NUKLEOFILIK ... 21
MODUL 2 REAKSI ELIMINASI ... 73
MODUL 3 REAKSI RADIKAL BEBAS ... 91
MODUL 4 REAKSI ADISI ... 117
MODUL 5 REAKSI PERISIKLIK ... 145
OPTIMASI MOLEKUL/SPESI REAKSI UNTUK MENGGAMBAR DIAGRAM ENERGI REAKSI ORGANIK . 173 JAWABAN SOAL LATIHAN ... 177
GLOSARIUM ... 197
Modul Digital Kimia Organik Fisik
vi
vi
2.
Rektor UNNES atas izin dan kesempatan untuk
mengembangkan modul digital ini.
3.
Pereview modul Dr. Woro Sumarni, M.Si., Dr. Sigit
Priatmoko, dan Dr.rer.nat Adi Nur Cahyono, M.Pd., yang
telah menilai dan memberi masukan berharga pada modul
ini.
Kami sadar bahwa penulisan modul digital ini bukan
merupakan buah hasil kerja keras kami sendiri. Ada banyak
pihak yang sudah berjasa dalam membantu kami di dalam
menyelesaikan buku ini, seperti pengambilan data, pemilihan
materi, soal, dan lain-lain. Maka dari itu, kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu memberikan wawasan dan bimbingan kepada
kami sebelum maupun ketika menulis buku ini.
Kami juga sadar bahwa modul yang kami buat masih
ada yang perlu disempurnakan. Maka dari itu, saran dan
masukan yang membangun dari para pembaca kami terima
dengan senang hati.
Semarang, Desember 2020
Tim Penulis
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
PANDUAN PENGGUNAAN MODUL DIGITAL KIMIA ORGANIK FISIK ... ix
PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT-BASED LEARNING) (SUATU PENGANTAR).... 1
MODUL 1 REAKSI SUBSTITUSI NUKLEOFILIK ... 21
MODUL 2 REAKSI ELIMINASI ... 73
MODUL 3 REAKSI RADIKAL BEBAS ... 91
MODUL 4 REAKSI ADISI ... 117
MODUL 5 REAKSI PERISIKLIK ... 145
OPTIMASI MOLEKUL/SPESI REAKSI UNTUK MENGGAMBAR DIAGRAM ENERGI REAKSI ORGANIK . 173 JAWABAN SOAL LATIHAN ... 177
GLOSARIUM ... 197
viii ix
PANDUAN PENGGUNAAN MODUL DIGITAL
KIMIA ORGANIK FISIK
Matakuliah ini mempelajari konsep sifat-sifat intramolekuler, energitika, kinetika, katalisis dan stereokimia dalam kaitannya dengan mekanisme reaksi organik serta aplikasi konsep green chemistry dalam proses reaksi organik. Materi pembelajaran yang dikaji dalam matakuliah ini terkait dengan sifat sifat intramolekular senyawa organic, termodinamika, energetika, dan kinetika reaksi dan bagaimana mekanisme reaksi ditentukan. Pengaruh substituent terhadap mekanisme suatu reaksi juga menjadi bahan diskusi. Mekanisme reaksi dasar organik dikaji pada aspek mekanisme kinetika energetika dan stereokimianya. Kepedulian pada lingkungan dan reaksi bersih dibahas dalam aplikasi green chemistry
dalam industri/proses kimia. Modul ini merupakan bagian dari sumber belajar untuk memenuhi matakuliah ini, materi yag dibahas difokuskan pada mekanisme reaksi substitusi, eliminasi, radikal bebas dan perisiklik. Bahan ajar dilengkapi dengan video pembelajaran, slide materi pembelajaran, soal latihan dan pembahasannya dan soal tes formatif.
Metode/model pembelajaran yang diterapkan adalah Project Based Learning (PjBL), pembelajaran berbasis proyek). Karena itu modul juga dilengkapi dengan pengantar tentang PjBL dan penugasan proyek. Mahasiswa juga diajak untuk berlatih menggunakan aplikasi kimia komputas untuk pemodelan reaksi sehingga kemampuan representasinya dapat dikuatkan. Modul ini disiapkan untuk pembelajaran pada pertemuan ke tiga hingga ke 13.
A.
Capaian Pembelajaran
Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) yang akan dicapai pada mata kuliah Kimia Organik Fisiksebagai berikut.
Modul Digital Kimia Organik Fisik
viii
viii ix
PANDUAN PENGGUNAAN MODUL DIGITAL
KIMIA ORGANIK FISIK
Matakuliah ini mempelajari konsep sifat-sifat intramolekuler, energitika, kinetika, katalisis dan stereokimia dalam kaitannya dengan mekanisme reaksi organik serta aplikasi konsep green chemistry dalam proses reaksi organik. Materi pembelajaran yang dikaji dalam matakuliah ini terkait dengan sifat sifat intramolekular senyawa organic, termodinamika, energetika, dan kinetika reaksi dan bagaimana mekanisme reaksi ditentukan. Pengaruh substituent terhadap mekanisme suatu reaksi juga menjadi bahan diskusi. Mekanisme reaksi dasar organik dikaji pada aspek mekanisme kinetika energetika dan stereokimianya. Kepedulian pada lingkungan dan reaksi bersih dibahas dalam aplikasi green chemistry
dalam industri/proses kimia. Modul ini merupakan bagian dari sumber belajar untuk memenuhi matakuliah ini, materi yag dibahas difokuskan pada mekanisme reaksi substitusi, eliminasi, radikal bebas dan perisiklik. Bahan ajar dilengkapi dengan video pembelajaran, slide materi pembelajaran, soal latihan dan pembahasannya dan soal tes formatif.
Metode/model pembelajaran yang diterapkan adalah Project Based Learning (PjBL), pembelajaran berbasis proyek). Karena itu modul juga dilengkapi dengan pengantar tentang PjBL dan penugasan proyek. Mahasiswa juga diajak untuk berlatih menggunakan aplikasi kimia komputas untuk pemodelan reaksi sehingga kemampuan representasinya dapat dikuatkan. Modul ini disiapkan untuk pembelajaran pada pertemuan ke tiga hingga ke 13.
A.
Capaian Pembelajaran
Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) yang akan dicapai pada mata kuliah Kimia Organik Fisiksebagai berikut.
x Sikap (S)
1. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri;
2. Menginternalisasi sikap apresiatif dan peduli dalam pelestarian lingkungan hidup, seni, dan nilai-nilai sosial budaya yang berkembang di masyarakat.
Keterampilan Umum (KU)
3. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur;
Keterampilan Khusus (KK)
4. Mampu mengaplikasikan penggunaan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) untuk mendukung pelaksanaan tugas/peranannya
Pengetahuan (P)
5. Menguasai pengetahuan tentang struktur, sifat molekul, identifikasi, pemisahan, karakterisasi, transformasi, sintesis senyawa organik dan anorganik beserta aplikasinya.
Berdasar CPL, Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) Kimia Organik Fisik dirumuskan, sebagai berikut.
1. Menguasai konsep sifat-sifat intramolekuler, energitika, kinetika, katalisis dan stereokimia dalam kaitannya dengan mekanisme reaksi organik.
2. Terampil menggunakan program aplikasi kimia untuk menjelaskan mekanisme reaksi organik.
3. Menginternalisasi sikap ilmiah, bertanggung jawab, mandiri, dan peduli lingkungan melalui kajian aplikasi konsep green chemistry dalam proses industri kimia yang terkait reaksi organik.
Uraian lebih rinci tentang rancangan pembelajarn disajikan dalam (Rencana Pembelajaran Semester (RPS) di Lampiran 1.
Peta pencapaian kompetensi mata kuliah yang diharapkan berkontribusi terhadap pemenuhan CPL disajikan pada Gambar beikut. xi Sub CPMK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 11 1 12 2 13 3 14 4 15 5 16 6 17 7 18 8 1 9 20 0 Minggu ke- 1-2 3-4 5-6 7-8 10-11 12-13 14-15
Modul Digital Kimia Organik Fisik
Tahapan penggunaan modul pada setiap materi pembalajaran yang tersedia di modul
ini dalam perkuliahan daring dengan fasilitas LMS SPADA sebagai berikut.
1. Memahami Capaian Pembelajaran yang harus anda penuhi.
2. Mempelajari video pembelajaran.
3. Mendalami dengan modul dan slide yang tersedia (silahkan
diunduh)
4. Membentuk kelompok untukmerumuskan permasalahan yang
akan diselesaikan dengan model project based learning seperti yangdiarahkan dalam video pembelajaran, Pertanyaan dan diskusi kita tuangkan dalam FORUM DISKUSI.
CPL PRODI
S CPL-1. CPL-2 CPMK-3 KU CPL-3 CPMK-2 KK CPL-4 P CPL-5 CPMK 1Modul Digital Kimia Organik Fisik
x
x Sikap (S)
1. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri;
2. Menginternalisasi sikap apresiatif dan peduli dalam pelestarian lingkungan hidup, seni, dan nilai-nilai sosial budaya yang berkembang di masyarakat.
Keterampilan Umum (KU)
3. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur;
Keterampilan Khusus (KK)
4. Mampu mengaplikasikan penggunaan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) untuk mendukung pelaksanaan tugas/peranannya
Pengetahuan (P)
5. Menguasai pengetahuan tentang struktur, sifat molekul, identifikasi, pemisahan, karakterisasi, transformasi, sintesis senyawa organik dan anorganik beserta aplikasinya.
Berdasar CPL, Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) Kimia Organik Fisik dirumuskan, sebagai berikut.
1. Menguasai konsep sifat-sifat intramolekuler, energitika, kinetika, katalisis dan stereokimia dalam kaitannya dengan mekanisme reaksi organik.
2. Terampil menggunakan program aplikasi kimia untuk menjelaskan mekanisme reaksi organik.
3. Menginternalisasi sikap ilmiah, bertanggung jawab, mandiri, dan peduli lingkungan melalui kajian aplikasi konsep green chemistry dalam proses industri kimia yang terkait reaksi organik.
Uraian lebih rinci tentang rancangan pembelajarn disajikan dalam (Rencana Pembelajaran Semester (RPS) di Lampiran 1.
Peta pencapaian kompetensi mata kuliah yang diharapkan berkontribusi terhadap pemenuhan CPL disajikan pada Gambar beikut. xi Sub CPMK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 11 1 12 2 13 3 14 4 15 5 16 6 17 7 18 8 1 9 20 0 Minggu ke- 1-2 3-4 5-6 7-8 10-11 12-13 14-15
Modul Digital Kimia Organik Fisik
Tahapan penggunaan modul pada setiap materi pembalajaran yang tersedia di modul
ini dalam perkuliahan daring dengan fasilitas LMS SPADA sebagai berikut.
1. Memahami Capaian Pembelajaran yang harus anda penuhi.
2. Mempelajari video pembelajaran.
3. Mendalami dengan modul dan slide yang tersedia (silahkan
diunduh)
4. Membentuk kelompok untukmerumuskan permasalahan yang
akan diselesaikan dengan model project based learning seperti yangdiarahkan dalam video pembelajaran, Pertanyaan dan diskusi kita tuangkan dalam FORUM DISKUSI.
CPL PRODI
S CPL-1. CPL-2 CPMK-3 KU CPL-3 CPMK-2 KK CPL-4 P CPL-5 CPMK 1xi
xii
5. Konsultasikan proyek yang anda rancang dengan dosen
pengampu, kerjakan, selanjutnya buat paparan dalam bentuk video yang kreatif dan diunggah di menu ASSIGNMENT. 6. Latihan soal tersedia dengan pembahasannya.
7. Untuk mengetahui apakah anda sudah mencapai pengetahuan
sesuai yang diharapkan, belajar kembali dan persiapkan dengan Tes Formatif dalam bentuk pilihan ganda di QUIZ Demikian rangkaian tahapan belajar pada setiap tahapan
pembelajaran sesuai materi modul.
Selamat belajar, semoga sukses mendapat hasil terbaik dan ilmu yang bermanfaat
Wassalamualaikum wr. wb.
1
PENGANTAR
PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
(
PROJECT-BASED LEARNING
)
A.
Pendahuluan
Globalisasi telah mengakibatkan perubahan yang luar biasa besar dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, tidak terkecuali bidang pendidikan. Globalisasi telah menembus batas antara bangsa dan negara yang menghadirkan suatu persaingan terbuka dan kompetitif. Perguruan tinggi dituntut untuk melakukan reformasi sistem pendidikan guna untuk meningkatkan kualitas lulusannya dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja sesuai dengan kompetensi abad ke-21 seperti keterampilan berpikir kritis, kreatif, kemampuan memecahkan masalah, keterampilan komunikasi, dan kolaborasi [1].
Agar lulusan perguruan tinggi di Indonesia memiliki kompetensi lulusan yang setara dan dapat berkompetisi dengan lulusan dari perguruan tinggi di negara maju dalam era global, maka kompetensi lulusannya perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Mengacu pada capaian pembelajaran lulusan dari program sarjana kimia yang harus dikuasai dalam ranah keterampilan khusus antara lain: 1) mampu merencanakan dan melaksanakan pekerjaan laboratorium/penelitian kimia serta mampu melakukan praktikum baik yang bersifat verifikatif, penemuan, atau analisis secara klasikal maupun instrumentasi, 2) mampu menyajikan beberapa alternatif solusi di bidang analisis yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan secara tepat, 3) bertanggung jawab atas pekerjaan dibidang kimia secara mandiri dengan mengutamakan keselamatan dan keamanan kerja, 4) menguasai substansi, karakteristik, dan metodologi ilmu kimia serta mendesiminasikan kajian penelaahan masalah kimia yang akurat dalam bentuk laporan dan kertas kerja. Serta capaian pembelajaran lulusan dalam ranah pengetahuan meliputi: 1) Modul Digital Kimia Organik Fisik
xii
5. Konsultasikan proyek yang anda rancang dengan dosen
pengampu, kerjakan, selanjutnya buat paparan dalam bentuk video yang kreatif dan diunggah di menu ASSIGNMENT. 6. Latihan soal tersedia dengan pembahasannya.
7. Untuk mengetahui apakah anda sudah mencapai pengetahuan
sesuai yang diharapkan, belajar kembali dan persiapkan dengan Tes Formatif dalam bentuk pilihan ganda di QUIZ Demikian rangkaian tahapan belajar pada setiap tahapan
pembelajaran sesuai materi modul.
Selamat belajar, semoga sukses mendapat hasil terbaik dan ilmu yang bermanfaat
Wassalamualaikum wr. wb.
1
PENGANTAR
PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
(
PROJECT-BASED LEARNING
)
A.
Pendahuluan
Globalisasi telah mengakibatkan perubahan yang luar biasa besar dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, tidak terkecuali bidang pendidikan. Globalisasi telah menembus batas antara bangsa dan negara yang menghadirkan suatu persaingan terbuka dan kompetitif. Perguruan tinggi dituntut untuk melakukan reformasi sistem pendidikan guna untuk meningkatkan kualitas lulusannya dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja sesuai dengan kompetensi abad ke-21 seperti keterampilan berpikir kritis, kreatif, kemampuan memecahkan masalah, keterampilan komunikasi, dan kolaborasi [1].
Agar lulusan perguruan tinggi di Indonesia memiliki kompetensi lulusan yang setara dan dapat berkompetisi dengan lulusan dari perguruan tinggi di negara maju dalam era global, maka kompetensi lulusannya perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Mengacu pada capaian pembelajaran lulusan dari program sarjana kimia yang harus dikuasai dalam ranah keterampilan khusus antara lain: 1) mampu merencanakan dan melaksanakan pekerjaan laboratorium/penelitian kimia serta mampu melakukan praktikum baik yang bersifat verifikatif, penemuan, atau analisis secara klasikal maupun instrumentasi, 2) mampu menyajikan beberapa alternatif solusi di bidang analisis yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan secara tepat, 3) bertanggung jawab atas pekerjaan dibidang kimia secara mandiri dengan mengutamakan keselamatan dan keamanan kerja, 4) menguasai substansi, karakteristik, dan metodologi ilmu kimia serta mendesiminasikan kajian penelaahan masalah kimia yang akurat dalam bentuk laporan dan kertas kerja. Serta capaian pembelajaran lulusan dalam ranah pengetahuan meliputi: 1)
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) (Suatu Pengantar)
2
menguasai ilmu dasar lain yang menunjang pemahaman ilmu kimia dan keterkaitannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, 2) menguasai pengetahuan tentang struktur, sifat molekul, identifikasi, pemisahan, karakterisasi, transformasi, sintesis senyawa organik/anorganik beserta aplikasinya. Untuk itu pembelajaran harus dirancang dengan bentuk dan metode yang sesuai untuk memenuhi capai pembelajaran yang diharapkan. Salah satunya dengan pembelajaran berbasis proyek melalui pendekatan saintifik.
Pendekatan saintifik dirancang sedemikian rupa agar mahasiswa secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan saintifik menempatkan mahasiswa sebagai subyek aktif melalui tahapan-tahapan ilmiah sehingga mampu mengkonstruk pengetahuan baru dan memadukan dengan pengetahuan sebelumnya [2], [3].
Konsep pembelajaran saintifik dapat diartikan sebagai pembelajaran yang mengarah pada optimalisasi pelibatan mahasiswa dalam proses pembelajaran. Arah pembelajaran yang diharapkan akan dirasakan mahasiswa meliputi bagaimana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Keterlibatan mahasiswa secara aktif dalam proses pembelajaran yang diharapkan adalah secara mental (intelektual dan emosional), walaupun seringkali diikuti dengan keaktifan fisik sehingga mahasiswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dengan menempatkan kedudukan mahasiswa sebagai subyek dalam kegiatan pembelajaran [4].
Sangat diperlukan inovasi model pembelajaran yang bersifat eksploratif sebagai pengganti model pembelajaran yang bersifat verifikatif untuk mengembangkan kompetensi lulusan. Model pembelajaran yang bersifat verifikatif jika dilakukan secara terus
3
menerus berpotensi menyebabkan rendahnya penguasaan konsep dan kemampuan eksplanasi mahasiswa seperti interpretasi, analisis data, penyusunan pembahasan, berpikir kritis untuk memecahkan masalah, serta menyimpulkan [5]. Pengembangan model pembelajaran yang memberi kesempatan mahasiswa untuk memecahkan masalah, mampu melakukan eksplanasi langkah-langkah dalam prosedur, menjelaskan apa yang dilakukan, dan gejala yang teramati sehingga akan tumbuh kesadarannya dalam mengidentifikasi, dan mengelaborasi informasi, menganalisa serta mengevaluasi prosedur. Model pembelajaran seperti ini yang perlu untuk mengembangkan kompetensi lulusan.
Diperlukan perombakan model pembelajaran yang bersifat verifikatif dengan model pembelajaran yang bersifat eksploratif. Suatu model pembelajaran yang mengedepankan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis dalam merencanakan dan melaksanakan tugas, serta kemampuan dalam mengambil keputusan secara tepat berdasarkan data hasil analisis. Model pembelajaran eksploratif telah banyak diterapkan dalam proses pembelajaran antara lain project-based learning, problem-based learning, guided-inquiry based learning, serta integrasi
project-based learning-STEM. Hasil penerapan model pembelajaran eksploratif dapat mengarahkan mahasiswa dalam mengembang-kan keterampilan kognitif tingkat tinggi, soft-skills, keterampilan, serta meminimalkan miskonsepsi [1], [3], [5]–[15].
Beberapa peneliti telah menggunakan model project-based learning untuk mengembangkan keterampilan komunikasi, mengasah keterampilan berpikir kritis, kreatif, keterampilan laboratorium, percaya diri, motivasi, kemandirian, menurunkan kecemasan, serta memodifikasi konsep yang ada melalui pengalaman otentik untuk mengembangkan pemahaman yang benar tentang proses ilmiah [1], [9], [12], [13], [16]. Dilain pihak Tsai dan Cavinato melalui model project-based learning, mahasiswa telah dilatih dalam menghadapi masalah yang relevan dengan dunia nyata serta dituntut untuk mencari solusinya [1], [17]. Solusi Modul Digital Kimia Organik Fisik
2
menguasai ilmu dasar lain yang menunjang pemahaman ilmu kimia dan keterkaitannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, 2) menguasai pengetahuan tentang struktur, sifat molekul, identifikasi, pemisahan, karakterisasi, transformasi, sintesis senyawa organik/anorganik beserta aplikasinya. Untuk itu pembelajaran harus dirancang dengan bentuk dan metode yang sesuai untuk memenuhi capai pembelajaran yang diharapkan. Salah satunya dengan pembelajaran berbasis proyek melalui pendekatan saintifik.
Pendekatan saintifik dirancang sedemikian rupa agar mahasiswa secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan saintifik menempatkan mahasiswa sebagai subyek aktif melalui tahapan-tahapan ilmiah sehingga mampu mengkonstruk pengetahuan baru dan memadukan dengan pengetahuan sebelumnya [2], [3].
Konsep pembelajaran saintifik dapat diartikan sebagai pembelajaran yang mengarah pada optimalisasi pelibatan mahasiswa dalam proses pembelajaran. Arah pembelajaran yang diharapkan akan dirasakan mahasiswa meliputi bagaimana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Keterlibatan mahasiswa secara aktif dalam proses pembelajaran yang diharapkan adalah secara mental (intelektual dan emosional), walaupun seringkali diikuti dengan keaktifan fisik sehingga mahasiswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dengan menempatkan kedudukan mahasiswa sebagai subyek dalam kegiatan pembelajaran [4].
Sangat diperlukan inovasi model pembelajaran yang bersifat eksploratif sebagai pengganti model pembelajaran yang bersifat verifikatif untuk mengembangkan kompetensi lulusan. Model pembelajaran yang bersifat verifikatif jika dilakukan secara terus
3
menerus berpotensi menyebabkan rendahnya penguasaan konsep dan kemampuan eksplanasi mahasiswa seperti interpretasi, analisis data, penyusunan pembahasan, berpikir kritis untuk memecahkan masalah, serta menyimpulkan [5]. Pengembangan model pembelajaran yang memberi kesempatan mahasiswa untuk memecahkan masalah, mampu melakukan eksplanasi langkah-langkah dalam prosedur, menjelaskan apa yang dilakukan, dan gejala yang teramati sehingga akan tumbuh kesadarannya dalam mengidentifikasi, dan mengelaborasi informasi, menganalisa serta mengevaluasi prosedur. Model pembelajaran seperti ini yang perlu untuk mengembangkan kompetensi lulusan.
Diperlukan perombakan model pembelajaran yang bersifat verifikatif dengan model pembelajaran yang bersifat eksploratif. Suatu model pembelajaran yang mengedepankan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis dalam merencanakan dan melaksanakan tugas, serta kemampuan dalam mengambil keputusan secara tepat berdasarkan data hasil analisis. Model pembelajaran eksploratif telah banyak diterapkan dalam proses pembelajaran antara lain project-based learning, problem-based learning, guided-inquiry based learning, serta integrasi
project-based learning-STEM. Hasil penerapan model pembelajaran eksploratif dapat mengarahkan mahasiswa dalam mengembang-kan keterampilan kognitif tingkat tinggi, soft-skills, keterampilan, serta meminimalkan miskonsepsi [1], [3], [5]–[15].
Beberapa peneliti telah menggunakan model project-based learning untuk mengembangkan keterampilan komunikasi, mengasah keterampilan berpikir kritis, kreatif, keterampilan laboratorium, percaya diri, motivasi, kemandirian, menurunkan kecemasan, serta memodifikasi konsep yang ada melalui pengalaman otentik untuk mengembangkan pemahaman yang benar tentang proses ilmiah [1], [9], [12], [13], [16]. Dilain pihak Tsai dan Cavinato melalui model project-based learning, mahasiswa telah dilatih dalam menghadapi masalah yang relevan dengan dunia nyata serta dituntut untuk mencari solusinya [1], [17]. Solusi
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) (Suatu Pengantar)
4
permasalahan melalui kemampuan berpikir tingkat tinggi secara kolaborasi, serta memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk terlibat dalam pengalaman pribadi untuk membangun pengetahuan, konsep, serta memodifikasi konsep yang ada melalui pengalaman otentik.
Frederick dan Cavinato merekomendasikan pelaksanaan model project-based learning dimulai dengan memberikan masalah terbuka dan dirancang agar mahasiswa bekerja secara kolaboratif [1], [6]. Pengetahuan awal perlu dimiliki mahasiswa untuk mencari literatur dalam menyelesaikan masalah, serta berpikir kritis untuk membuat hipotesis atau menyusun prosedur, melaksanakan prosedur, melakukan analisis data, dan membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang dikumpulkan untuk memecahkan masalah. Wurdinger & Qureshi merekomendasikan model project-based learning sebagai model pembelajaran yang efektif untuk diterapkan di tingkat perguruan tinggi karena dapat memberikan pengalaman otentik bagi mahasiswa untuk mengembangkan pemahaman yang benar tentang proses ilmiah [8]. Model project-based learning dipandang sebagai model pembelajaran yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam era global.
B. Penguatan soft-skills mahasiswa
Soft-skills diidentifikasi sebagai keterampilan komunikasi, kemampuan berpikir kritis untuk memecahkan masalah, keterbukaan terhadap perubahan, dan kolaborasi. Soft-skills
walaupun sulit untuk diajarkan dan dinilai dalam kelas serta tidak mudah dicapai dalam waktu singkat, akan tetapi perlu dirancang model pembelajaran dengan menerapkan pendekatan holistik dan terpadu untuk mengembangkan kemampuan kerja tim dan kegiatan pemecahan masalah melalui kerja proyek maupun studi kasus. Keterampilan komunikasi dan keterampilan berpikir kritis sebagai faktor utama soft-skills dapat dikembangkan melalui role-playing, expert speaking, role-modeling, seminar, presentasi, diskusi kelompok, simulasi wawancara, dan melalui studi kasus. [18]–[22].
5
Kemampuan berpikir kritis perlu dikembangkan melalui pembelajaran di kelas agar mahasiswa dapat merefleksikan pemikirannya serta menerapkan pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang diperoleh. Mahasiswa perlu dibekali kemampuan berpikir kritis untuk dapat menyelesaikan masalah dengan cara bertanya, mengumpulkan informasi yang relevan, melakukan penyelidikan, dan dapat berkomunikasi dengan baik [23], [24]. Berpikir kritis secara intelektual aktif dan terampil mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran atau komunikasi sebagai panduan untuk kepercayaan dan tindakan. Ada lima komponen keterampilan berpikir kritis dalam penguasaan materi pembelajaran. Rincian komponen keterampilan berpikir kritis ke dalam indikator-indikator pencapaian keterampilan berpikir kritis pada kegiatan eksperimen disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Indikator keterampilan berpikir kritis pada eksperimen
No Dimensi Indikator Pencapaian 1 Memberi penjelasan
sederhana a) Menyusun laporan sesuai sistematika b) Merumuskan tujuan
eksperimen secara spesifik 2 Memberi penjelasan
mendalam/lanjut a) Menuliskan landasan pustaka secara sistematis dan sekuensial b) Menghubungkan antara konsep
dalam daftar pustaka secara mengalir
c) Menjelaskan rumus dan persamaan yang tepat 3 Membuat
keputusan atau menilai
a) Menentukan alat dan bahan eksperimen secara tepat
b) Melakukan langkah eksperimen dengan benar
Modul Digital Kimia Organik Fisik
4
4
permasalahan melalui kemampuan berpikir tingkat tinggi secara kolaborasi, serta memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk terlibat dalam pengalaman pribadi untuk membangun pengetahuan, konsep, serta memodifikasi konsep yang ada melalui pengalaman otentik.
Frederick dan Cavinato merekomendasikan pelaksanaan model project-based learning dimulai dengan memberikan masalah terbuka dan dirancang agar mahasiswa bekerja secara kolaboratif [1], [6]. Pengetahuan awal perlu dimiliki mahasiswa untuk mencari literatur dalam menyelesaikan masalah, serta berpikir kritis untuk membuat hipotesis atau menyusun prosedur, melaksanakan prosedur, melakukan analisis data, dan membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang dikumpulkan untuk memecahkan masalah. Wurdinger & Qureshi merekomendasikan model project-based learning sebagai model pembelajaran yang efektif untuk diterapkan di tingkat perguruan tinggi karena dapat memberikan pengalaman otentik bagi mahasiswa untuk mengembangkan pemahaman yang benar tentang proses ilmiah [8]. Model project-based learning dipandang sebagai model pembelajaran yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam era global.
B. Penguatan soft-skills mahasiswa
Soft-skills diidentifikasi sebagai keterampilan komunikasi, kemampuan berpikir kritis untuk memecahkan masalah, keterbukaan terhadap perubahan, dan kolaborasi. Soft-skills
walaupun sulit untuk diajarkan dan dinilai dalam kelas serta tidak mudah dicapai dalam waktu singkat, akan tetapi perlu dirancang model pembelajaran dengan menerapkan pendekatan holistik dan terpadu untuk mengembangkan kemampuan kerja tim dan kegiatan pemecahan masalah melalui kerja proyek maupun studi kasus. Keterampilan komunikasi dan keterampilan berpikir kritis sebagai faktor utama soft-skills dapat dikembangkan melalui role-playing, expert speaking, role-modeling, seminar, presentasi, diskusi kelompok, simulasi wawancara, dan melalui studi kasus. [18]–[22].
5
Kemampuan berpikir kritis perlu dikembangkan melalui pembelajaran di kelas agar mahasiswa dapat merefleksikan pemikirannya serta menerapkan pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang diperoleh. Mahasiswa perlu dibekali kemampuan berpikir kritis untuk dapat menyelesaikan masalah dengan cara bertanya, mengumpulkan informasi yang relevan, melakukan penyelidikan, dan dapat berkomunikasi dengan baik [23], [24]. Berpikir kritis secara intelektual aktif dan terampil mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran atau komunikasi sebagai panduan untuk kepercayaan dan tindakan. Ada lima komponen keterampilan berpikir kritis dalam penguasaan materi pembelajaran. Rincian komponen keterampilan berpikir kritis ke dalam indikator-indikator pencapaian keterampilan berpikir kritis pada kegiatan eksperimen disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Indikator keterampilan berpikir kritis pada eksperimen
No Dimensi Indikator Pencapaian 1 Memberi penjelasan
sederhana a) Menyusun laporan sesuai sistematika b) Merumuskan tujuan
eksperimen secara spesifik 2 Memberi penjelasan
mendalam/lanjut a) Menuliskan landasan pustaka secara sistematis dan sekuensial b) Menghubungkan antara konsep
dalam daftar pustaka secara mengalir
c) Menjelaskan rumus dan persamaan yang tepat 3 Membuat
keputusan atau menilai
a) Menentukan alat dan bahan eksperimen secara tepat
b) Melakukan langkah eksperimen dengan benar
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) (Suatu Pengantar)
6
No Dimensi Indikator Pencapaian c) Melakukan pengumpulan data
secara valid 4 Membuat
kesimpulan a) Menganalisis data dan melaporkan sesuai kaidah b) Melakukan pembahasan hasil
secara mendalam
c) Menarik kesimpulan secara jelas sesuai rumusan masalah 5 Melakukan langkah
strategis a) Kualitas penampilan dalam melaporkan hasil b) Menyusun bahan laporan
secara sistematis
Keterampilan komunikasi merupakan kemampuan seseorang untuk menyampaikan pesan/informasi yang jelas sehingga mudah dipahami dengan baik oleh penerima pesan/informasi. Keterampilan komunikasi bukan merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, sehingga perlu dipelajari dan dilatih. Keterampilan komunikasi dibedakan dalam dua macam, yaitu keterampilan komunikasi verbal (lisan dan tulisan), dan non-verbal [25]. Keterampilan komunikasi lisan merupakan kemampuan seseorang dalam berbicara sehingga mampu menjelaskan dan mempresentasikan gagasan kepada orang lain. Keterampilan komunikasi lisan membutuhkan background
keterampilan presentasi, pemahaman tentang audiens, mendengarkan secara kritis, dan bahasa tubuh. Keterampilan komunikasi tulisan merupakan keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dalam bentuk tertulis. Bentuk komunikasi tulisan seperti pembuatan proposal, laporan, dan artikel ilmiah. Penulis memiliki kesempatan untuk merencanakan, mengungkapkan pikiran, pendapat, sikap, dan perasaannya secara jelas dan sistematis sehingga dapat dipahami oleh orang yang menerimanya. Keterampilan komunikasi non-verbal merupakan kemampuan seseorang dalam
7
memperkuat ekspresi ide atau konsep melalui penggunaan bahasa tubuh, gerak isyarat, ekspresi wajah, nada bicara, serta penggunaan gambar, ikon, dan simbol [26], [27]. Keterampilan komunikasi dapat dilatihkan pada mahasiswa melalui kegiatan penyusunan rancangan dan laporan praktikum, penyusunan artikel ilmiah, diskusi, maupun presentasi. Rincian komponen keterampilan komunikasi verbal ke dalam indikator-indikator pencapaian keterampilan komunikasi pada kegiatan eksperimen disajikan dalam Tabel 2 [28], [29].
Tabel 2. Indikator keterampilan komunikasi verbal
No Dimensi Indikator Pencapaian 1 Keterampilan
komunikasi lisan (presentasi)
a) Keterampilan menyampaikan hasil diskusi di depan kelas b) Keterampilan presentasi
c) Kecakapan bekerja sama dalam kelompok
d) Keterampilan bertanya e) Keterampilan menjawab f) Efektifitas pemanfaatan waktu g) Percaya diri dan teguh pendirian h) Terbuka terhadap ide dan
perubahan yang bersifat membangun
2 Keterampilan komunikasi tulisan (artikel ilmiah)
a) Kesesuaian judul dengan topik b) Kelengkapan informasi dalam
abstrak c) Pendahuluan d) Metode
e) Kedalaman hasil dan pembahasan
f) Kesimpulan
g) Kesesuaian daftar pustaka
Kemampuan kerja ilmiah merupakan perluasan dari metode ilmiah dan diartikan sebagai scientific inquiry yang diterapkan Modul Digital Kimia Organik Fisik
6
No Dimensi Indikator Pencapaian c) Melakukan pengumpulan data
secara valid 4 Membuat
kesimpulan a) Menganalisis data dan melaporkan sesuai kaidah b) Melakukan pembahasan hasil
secara mendalam
c) Menarik kesimpulan secara jelas sesuai rumusan masalah 5 Melakukan langkah
strategis a) Kualitas penampilan dalam melaporkan hasil b) Menyusun bahan laporan
secara sistematis
Keterampilan komunikasi merupakan kemampuan seseorang untuk menyampaikan pesan/informasi yang jelas sehingga mudah dipahami dengan baik oleh penerima pesan/informasi. Keterampilan komunikasi bukan merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, sehingga perlu dipelajari dan dilatih. Keterampilan komunikasi dibedakan dalam dua macam, yaitu keterampilan komunikasi verbal (lisan dan tulisan), dan non-verbal [25]. Keterampilan komunikasi lisan merupakan kemampuan seseorang dalam berbicara sehingga mampu menjelaskan dan mempresentasikan gagasan kepada orang lain. Keterampilan komunikasi lisan membutuhkan background
keterampilan presentasi, pemahaman tentang audiens, mendengarkan secara kritis, dan bahasa tubuh. Keterampilan komunikasi tulisan merupakan keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dalam bentuk tertulis. Bentuk komunikasi tulisan seperti pembuatan proposal, laporan, dan artikel ilmiah. Penulis memiliki kesempatan untuk merencanakan, mengungkapkan pikiran, pendapat, sikap, dan perasaannya secara jelas dan sistematis sehingga dapat dipahami oleh orang yang menerimanya. Keterampilan komunikasi non-verbal merupakan kemampuan seseorang dalam
7
memperkuat ekspresi ide atau konsep melalui penggunaan bahasa tubuh, gerak isyarat, ekspresi wajah, nada bicara, serta penggunaan gambar, ikon, dan simbol [26], [27]. Keterampilan komunikasi dapat dilatihkan pada mahasiswa melalui kegiatan penyusunan rancangan dan laporan praktikum, penyusunan artikel ilmiah, diskusi, maupun presentasi. Rincian komponen keterampilan komunikasi verbal ke dalam indikator-indikator pencapaian keterampilan komunikasi pada kegiatan eksperimen disajikan dalam Tabel 2 [28], [29].
Tabel 2. Indikator keterampilan komunikasi verbal
No Dimensi Indikator Pencapaian 1 Keterampilan
komunikasi lisan (presentasi)
a) Keterampilan menyampaikan hasil diskusi di depan kelas b) Keterampilan presentasi
c) Kecakapan bekerja sama dalam kelompok
d) Keterampilan bertanya e) Keterampilan menjawab f) Efektifitas pemanfaatan waktu g) Percaya diri dan teguh pendirian h) Terbuka terhadap ide dan
perubahan yang bersifat membangun
2 Keterampilan komunikasi tulisan (artikel ilmiah)
a) Kesesuaian judul dengan topik b) Kelengkapan informasi dalam
abstrak c) Pendahuluan d) Metode
e) Kedalaman hasil dan pembahasan
f) Kesimpulan
g) Kesesuaian daftar pustaka
Kemampuan kerja ilmiah merupakan perluasan dari metode ilmiah dan diartikan sebagai scientific inquiry yang diterapkan
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) (Suatu Pengantar)
8
dalam belajar sains dan kehidupan. Keterkaitan scientific inquiry
dengan kemampuan kerja ilmiah memperlihatkan bahwa kemampuan kerja ilmiah sangat penting untuk dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kerja ilmiah memungkinkan terjadi pengembangan dan penggunaan berpikir tingkat tinggi dalam pemecahan masalah antara mahasiswa dengan dosen serta pengembangan berpikir kritis yang tertanam dalam berbagai proses keilmuan [30]. Kemampuan kerja ilmiah dalam proses pembelajaran dirancang agar mahasiswa secara aktif membangun konsep, hukum, prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis data, menyimpulkan, serta mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Dengan kerja ilmiah, mahasiswa diharapkan mampu berpikir secara ilmiah dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari [31]–[33]. Kemampuan kerja ilmiah meliputi lima rumpun utama serta indikator kemampuan kerja ilmiah yang dapat diukur selama proses pembelajaran disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Rumpun utama kemampuan kerja ilmiah dan
indikatornya
No Dimensi Indikator Pencapaian 1 Observasi dan
bertanya a) Menggunakan berbagai indera b) Mengumpulkan fakta relevan c) Bertanya minta klarifikasi d) Bertanya apa, mengapa, dan
bagaimana
e) Bertanya latar belakang hipotesis
f) Mengajukan pertanyaan produktif
2 Merencanakan
percobaan a) Menentukan tujuan, alat dan bahan, prosedur b) Mengidentifikasi variabel
9
No Dimensi Indikator Pencapaian c) Mengendalikan variabel d) Berhipotesis
e) Membuat desain f) Mengalokasikan waktu 3 Melaksanakan
percobaan a) b) Observasi Menggunakan alat dan bahan c) Mengelompokkan (klasifikasi) d) Menafsirkan, termasuk menyimpulkan e) Meramalkan (prediksi) 4 Mengkomunikasikan a) Mendiskusikan
b) Menyajikan atau presentasi c) Melaporkan secara tertulis d) Membuat grafik/tabel/bagan 5 Menerapkan a) Menjelaskan peristiwa
menggunakan konsep b) Menerapkan pada situasi
baru
Kerja ilmiah dalam pembelajaran ditujukan untuk memberi pemahaman pada mahasiswa dalam mempelajari materi pembelajaran menggunakan langkah-langkah ilmiah. Pendekatan ini menekankan bahwa informasi yang diperolah mahasiswa dapat berasal dari berbagai sumber dan tidak bergantung pada informasi yang disampaikan dosen. Pelaksanaan pembelajaran melalui kerja ilmiah bukan berarti tidak membutuhkan peran dosen, akan tetapi dosen diperlukan sebagai pemberi dasar ilmu, pemacu semangat belajar mahasiswa, fasilitator, serta membimbing pemahaman mahasiswa ke arah yang benar [34]–[36].
C. Model Project-Based Learning dalam Pembelajaran Kimia
Model pembelajaran yang berpijak pada student active learning
seperti project-based learning potensial dalam mengembangkan kemampuan soft-skills dan hard-skills. Model pembelajaran yang Modul Digital Kimia Organik Fisik
8
dalam belajar sains dan kehidupan. Keterkaitan scientific inquiry
dengan kemampuan kerja ilmiah memperlihatkan bahwa kemampuan kerja ilmiah sangat penting untuk dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kerja ilmiah memungkinkan terjadi pengembangan dan penggunaan berpikir tingkat tinggi dalam pemecahan masalah antara mahasiswa dengan dosen serta pengembangan berpikir kritis yang tertanam dalam berbagai proses keilmuan [30]. Kemampuan kerja ilmiah dalam proses pembelajaran dirancang agar mahasiswa secara aktif membangun konsep, hukum, prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis data, menyimpulkan, serta mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Dengan kerja ilmiah, mahasiswa diharapkan mampu berpikir secara ilmiah dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari [31]–[33]. Kemampuan kerja ilmiah meliputi lima rumpun utama serta indikator kemampuan kerja ilmiah yang dapat diukur selama proses pembelajaran disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Rumpun utama kemampuan kerja ilmiah dan
indikatornya
No Dimensi Indikator Pencapaian 1 Observasi dan
bertanya a) Menggunakan berbagai indera b) Mengumpulkan fakta relevan c) Bertanya minta klarifikasi d) Bertanya apa, mengapa, dan
bagaimana
e) Bertanya latar belakang hipotesis
f) Mengajukan pertanyaan produktif
2 Merencanakan
percobaan a) Menentukan tujuan, alat dan bahan, prosedur b) Mengidentifikasi variabel
9
No Dimensi Indikator Pencapaian c) Mengendalikan variabel d) Berhipotesis
e) Membuat desain f) Mengalokasikan waktu 3 Melaksanakan
percobaan a) b) Observasi Menggunakan alat dan bahan c) Mengelompokkan (klasifikasi) d) Menafsirkan, termasuk menyimpulkan e) Meramalkan (prediksi) 4 Mengkomunikasikan a) Mendiskusikan
b) Menyajikan atau presentasi c) Melaporkan secara tertulis d) Membuat grafik/tabel/bagan 5 Menerapkan a) Menjelaskan peristiwa
menggunakan konsep b) Menerapkan pada situasi
baru
Kerja ilmiah dalam pembelajaran ditujukan untuk memberi pemahaman pada mahasiswa dalam mempelajari materi pembelajaran menggunakan langkah-langkah ilmiah. Pendekatan ini menekankan bahwa informasi yang diperolah mahasiswa dapat berasal dari berbagai sumber dan tidak bergantung pada informasi yang disampaikan dosen. Pelaksanaan pembelajaran melalui kerja ilmiah bukan berarti tidak membutuhkan peran dosen, akan tetapi dosen diperlukan sebagai pemberi dasar ilmu, pemacu semangat belajar mahasiswa, fasilitator, serta membimbing pemahaman mahasiswa ke arah yang benar [34]–[36].
C. Model Project-Based Learning dalam Pembelajaran Kimia
Model pembelajaran yang berpijak pada student active learning
seperti project-based learning potensial dalam mengembangkan kemampuan soft-skills dan hard-skills. Model pembelajaran yang
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) (Suatu Pengantar)
10
berpusat pada mahasiswa dan berbasis pada proses inkuiri ilmiah dengan prinsip konstruktivisme harus berorientasi pada proses berpikir kritis dalam pemecahan masalah dunia nyata. Kompetensi lulusan kimia khususnya keterampilan berpikir kritis, keterampilan komunikasi, dan kemampuan kerja ilmiah dapat ditingkatkan dengan memberikan pengalaman otentik melalui model project-based learning [1], [6], [14], [37]–[39].
Model project-based learning merupakan model pembelajaran yang menuntut mahasiswa aktif dengan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif, berkomunikasi, dan bekerja kolaborasi. Model project-based learning diawali dengan cara pemberian pengalaman belajar terhadap mahasiswa dalam menghadapi persoalan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok [40]. Menurut Sumarni, project-based learning memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan pada permasalahan yang menantang dan menuntut mahasiswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk bekerja secara mandiri dan kelompok. Pengetahuan yang diperoleh mahasiswa menjadi lebih bermakna dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik karena pengetahuan yang diperoleh dimanfaatkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari [41].
Model project-based learning cocok diterapkan di kelas sains dan membantu kemampuan berpikir ilmiah mahasiswa melalui pengalaman otentik dalam memecahkan masalah. Penerapan model project-based learning akan mendorong mahasiswa untuk menemukan dan membangun pengetahuan dalam diri mereka sendiri menjadi lebih bermakna dan tahan lama [2]. Kerja proyek sebagai bentuk pembelajaran berbasis aktivitas kontekstual terbuka dan memberi penekanan yang kuat pada proses pemecahan masalah secara kolaboratif yang dilakukan dalam periode tertentu [11].
Penerapan model project-based learning dapat memberikan pengalaman otentik bagi mahasiswa dalam mengembangkan
11
keterampilan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari melalui bekerjasama dan komunikasi. Pengalaman otentik inilah yang diperlukan lulusan kimia untuk dapat bersaing dalam dunia kerja. Pernyataan ini didukung dari hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa model project-based learning dapat mempersiapkan lulusan yang siap memasuki dunia kerja dibanding model pembelajaran yang bersifat verifikatif, serta dapat mengembangkan kecakapan hidup (life-skills) bagi mahasiswa [8], [42].
Karakteristik penting dari model project-based learning yaitu mahasiswa dapat menerapkan berbagai keterampilan yang dimiliki dalam menyelesaikan tugas nyata dan bermanfaat hingga berhasil [9], [43]. Model pembelajaran project-based learning sebagai pengganti model pembelajaran verifikatif harus memiliki langkah-langkah sistematis dalam untuk mencari kebenaran ilmiah yang dikenal sebagai metode ilmiah. Langkah-langkah sistematis dalam metode ilmiah meliputi:
a. menetapkan masalah
b. melakukan kajian teoritik dan menarik hipotesis c. melakukan eksperimen atau observasi
d. mengolah data hasil observasi e. menarik kesimpulan
Agar penerapan model project-based learning dapat meningkatkan motivasi mahasiswa dalam level kinerja tertinggi, maka pelaksanaannya dilakukan dengan memberikan:
a. masalah kompleks, otentik, menarik, dan nyata b. masalah harus terbuka
c. kerja tim dan kolaborasi
d. setiap akhir proyek, mahasiswa dituntut membuat laporan dalam format artikel jurnal maupun poster.
Karakteristik dan pedoman penerapan model project-based learning
tercantum dalam Tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik dan pedoman model project-based learning
Modul Digital Kimia Organik Fisik
10
10
berpusat pada mahasiswa dan berbasis pada proses inkuiri ilmiah dengan prinsip konstruktivisme harus berorientasi pada proses berpikir kritis dalam pemecahan masalah dunia nyata. Kompetensi lulusan kimia khususnya keterampilan berpikir kritis, keterampilan komunikasi, dan kemampuan kerja ilmiah dapat ditingkatkan dengan memberikan pengalaman otentik melalui model project-based learning [1], [6], [14], [37]–[39].
Model project-based learning merupakan model pembelajaran yang menuntut mahasiswa aktif dengan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif, berkomunikasi, dan bekerja kolaborasi. Model project-based learning diawali dengan cara pemberian pengalaman belajar terhadap mahasiswa dalam menghadapi persoalan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok [40]. Menurut Sumarni, project-based learning memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan pada permasalahan yang menantang dan menuntut mahasiswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk bekerja secara mandiri dan kelompok. Pengetahuan yang diperoleh mahasiswa menjadi lebih bermakna dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik karena pengetahuan yang diperoleh dimanfaatkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari [41].
Model project-based learning cocok diterapkan di kelas sains dan membantu kemampuan berpikir ilmiah mahasiswa melalui pengalaman otentik dalam memecahkan masalah. Penerapan model project-based learning akan mendorong mahasiswa untuk menemukan dan membangun pengetahuan dalam diri mereka sendiri menjadi lebih bermakna dan tahan lama [2]. Kerja proyek sebagai bentuk pembelajaran berbasis aktivitas kontekstual terbuka dan memberi penekanan yang kuat pada proses pemecahan masalah secara kolaboratif yang dilakukan dalam periode tertentu [11].
Penerapan model project-based learning dapat memberikan pengalaman otentik bagi mahasiswa dalam mengembangkan
11
keterampilan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari melalui bekerjasama dan komunikasi. Pengalaman otentik inilah yang diperlukan lulusan kimia untuk dapat bersaing dalam dunia kerja. Pernyataan ini didukung dari hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa model project-based learning dapat mempersiapkan lulusan yang siap memasuki dunia kerja dibanding model pembelajaran yang bersifat verifikatif, serta dapat mengembangkan kecakapan hidup (life-skills) bagi mahasiswa [8], [42].
Karakteristik penting dari model project-based learning yaitu mahasiswa dapat menerapkan berbagai keterampilan yang dimiliki dalam menyelesaikan tugas nyata dan bermanfaat hingga berhasil [9], [43]. Model pembelajaran project-based learning sebagai pengganti model pembelajaran verifikatif harus memiliki langkah-langkah sistematis dalam untuk mencari kebenaran ilmiah yang dikenal sebagai metode ilmiah. Langkah-langkah sistematis dalam metode ilmiah meliputi:
a. menetapkan masalah
b. melakukan kajian teoritik dan menarik hipotesis c. melakukan eksperimen atau observasi
d. mengolah data hasil observasi e. menarik kesimpulan
Agar penerapan model project-based learning dapat meningkatkan motivasi mahasiswa dalam level kinerja tertinggi, maka pelaksanaannya dilakukan dengan memberikan:
a. masalah kompleks, otentik, menarik, dan nyata b. masalah harus terbuka
c. kerja tim dan kolaborasi
d. setiap akhir proyek, mahasiswa dituntut membuat laporan dalam format artikel jurnal maupun poster.
Karakteristik dan pedoman penerapan model project-based learning
tercantum dalam Tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik dan pedoman model project-based learning
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) (Suatu Pengantar)
12
Langkah-langkah
project-based learning Kegiatan yang dilakukan mahasiswa 1. Pertanyaan/penugasan
proyek a) Bekerja dalam tim/kelompok, kolaborasi 2. Desain rancangan
proyek a) Mencari literatur untuk menjawab pertanyaan/masalah b) Berpikir kritis untuk
mengembangkan hipotesis dan/atau menyusun prosedur untuk memecahkan masalah 3. Pelaksanaan proyek a) Melaksanakan prosedur dengan
mengamati dan mengumpulkan informasi atau data
b) Membuat keputusan tentang desain yang dipilih dengan memperhitungkan aspek keamanan
c) Menggunakan metode yang tepat untuk memecahkan masalah
4. Pelaporan proyek a) Memproses informasi dalam kaitan konsep dan konten secara jelas
b) Menarik kesimpulan dari informasi yang dikumpulkan c) Melaporkan hasil temuan
dalam bentuk lisan dan tertulis Pelaksanaan model project-based learning dapat berjalan dengan baik dan lancar dengan persyaratan mahasiswa telah memiliki pengetahuan atau keterampilan awal. Rancangan pelaksanaan model project-based learning secara daring agar dapat meningkatkan kompetensi lulusan kimia disusun dalam 3 tahap yaitu persiapan proyek, pelaksanaan proyek, dan ekspos hasil proyek seperti tersaji dalam Gambar 1. Tahap persiapan proyek dilakukan untuk penguatan pengetahuan dan keterampilan awal
13
serta merancang permasalahan, kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan proyek yang terdiri atas proses pemecahan masalah, penyelesaian masalah dan penyusunan laporan. Tahap akhir ekspos hasil proyek dilakukan untuk memaparkan produk dan revisi produk serta guna mengasah keterampilan komunikasi.
Gambar 1. Tahapan pembelajaran menggunakan model project-based learning
D. Kelebihan, kekurangan, dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam model project-based learning
Penggunaan model project-based learning dalam pembelajaran kimia memiliki beberapa keuntungan bagi mahasiswa antara lain: 1. Increased motivation. Model project-based learning dapat
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa untuk belajar, mendorong kemampuan mahasiswa untuk melakukan pekerjaan
2. Increased problem-solving ability. Lingkungan belajar model project-based learning dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat mahasiswa lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang bersifat kompleks
Persiapan
Proyek
•Eksplorasi masalah atau pertanyaan pendorong •Penguatan pengetahuan dan keterampilan •Merancang permasalahanPelaksanaan
Proyek
•Proses pemecahan masalah •Penyelesaian produk •Penyusunan laporanEkspos Hasil
Proyek
•Pemaparan produk •Revisi produkModul Digital Kimia Organik Fisik
12
12
Langkah-langkah
project-based learning Kegiatan yang dilakukan mahasiswa 1. Pertanyaan/penugasan
proyek a) Bekerja dalam tim/kelompok, kolaborasi 2. Desain rancangan
proyek a) Mencari literatur untuk menjawab pertanyaan/masalah b) Berpikir kritis untuk
mengembangkan hipotesis dan/atau menyusun prosedur untuk memecahkan masalah 3. Pelaksanaan proyek a) Melaksanakan prosedur dengan
mengamati dan mengumpulkan informasi atau data
b) Membuat keputusan tentang desain yang dipilih dengan memperhitungkan aspek keamanan
c) Menggunakan metode yang tepat untuk memecahkan masalah
4. Pelaporan proyek a) Memproses informasi dalam kaitan konsep dan konten secara jelas
b) Menarik kesimpulan dari informasi yang dikumpulkan c) Melaporkan hasil temuan
dalam bentuk lisan dan tertulis Pelaksanaan model project-based learning dapat berjalan dengan baik dan lancar dengan persyaratan mahasiswa telah memiliki pengetahuan atau keterampilan awal. Rancangan pelaksanaan model project-based learning secara daring agar dapat meningkatkan kompetensi lulusan kimia disusun dalam 3 tahap yaitu persiapan proyek, pelaksanaan proyek, dan ekspos hasil proyek seperti tersaji dalam Gambar 1. Tahap persiapan proyek dilakukan untuk penguatan pengetahuan dan keterampilan awal
13
serta merancang permasalahan, kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan proyek yang terdiri atas proses pemecahan masalah, penyelesaian masalah dan penyusunan laporan. Tahap akhir ekspos hasil proyek dilakukan untuk memaparkan produk dan revisi produk serta guna mengasah keterampilan komunikasi.
Gambar 1. Tahapan pembelajaran menggunakan model project-based learning
D. Kelebihan, kekurangan, dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam model project-based learning
Penggunaan model project-based learning dalam pembelajaran kimia memiliki beberapa keuntungan bagi mahasiswa antara lain: 1. Increased motivation. Model project-based learning dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa untuk belajar, mendorong kemampuan mahasiswa untuk melakukan pekerjaan
2. Increased problem-solving ability. Lingkungan belajar model project-based learning dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat mahasiswa lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang bersifat kompleks
Persiapan
Proyek
•Eksplorasi masalah atau pertanyaan pendorong •Penguatan pengetahuan dan keterampilan •Merancang permasalahanPelaksanaan
Proyek
•Proses pemecahan masalah •Penyelesaian produk •Penyusunan laporanEkspos Hasil
Proyek
•Pemaparan produk •Revisi produkPembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) (Suatu Pengantar)
14
3. Improved library research skills. Karena model project-based learning mempersyaratkan mahasiswa harus mampu secara cepat memperoleh informasi melalui sumber-sumber informasi, maka keterampilan mahasiswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan meningkat
4. Increased collaboration. Pentingnya kerja kelompok dalam model
project-based learning memerlukan mahasiswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi mahasiswa, pertukaran informasi online
adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek
5. Increased resource-management skills. Model project-based learning
yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada mahasiswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas
6. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas
7. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan mahasiswa
secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata
8. Melibatkan mahasiswa untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata
9. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga
mahasiswa maupun dosen menikmati proses pembelajaran.
Disamping memiliki kelebihan, penggunaan model project-based learning dalam pembelajaran kimia juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah 2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak
15
3. Banyak dosen yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana dosen memegang peran utama di kelas 4. Mahasiswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan
5. Ada kemungkinan dosen yang kurang aktif dalam kerja kelompok
6. Banyaknya peralatan yang harus disediakan
7. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan mahasiswa kurang memahami topik secara keseluruhan.
Untuk mengatasi kelemahan dari model project-based learning
seorang dosen harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi mahasiswa dalam menghadapi masalah, membatasi waktu mahasiswa dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga dosen dan mahasiswa merasa nyaman dalam proses pembelajaran.
Model project-based learning ini juga menuntut mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut studi penelitian, model project-based learning membantu mahasiswa untuk meningkatkan keterampilan sosial, kedisiplinan, dan komunikasi. Model project-based learning juga meningkatkan antusiasme untuk belajar.
REFERENSI
[1] A. G. Cavinato, “Challenges and Successes in Implementing Active Learning Laboratory Experiments for an Undergraduate Analytical Chemistry Course,” Anal. Bioanal. Chem., vol. 409, no. 6, pp. 1465–1470, 2017.
[2] E. Baumgartner and C. J. Zabin, “A Case Study of Project-Modul Digital Kimia Organik Fisik