• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS METODE BERMAIN PERAN FORMAT BEBAS TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENGALAMAN PRIBADI DAN BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS METODE BERMAIN PERAN FORMAT BEBAS TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENGALAMAN PRIBADI DAN BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH DASAR."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.

A. Latar Belakang Penelitian

Menulis merupakan kemampuan berbahasa yang penting dalam proses pembelajaran selain dari menyimak, berbicara, dan membaca. Kemampuan dalam berbahasa ini penting dikuasai terutama dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Jika kemampuan dalam berbahasa dikuasai dengan baik, siswa akan mampu menimba berbagai pengetahuan, mengapresiasikan seni, serta mengembangkan diri secara berkelanjutan. Menurut Tarigan (2008, hlm. 4) menulis merupakan keterampilan yang sangat dibutuhkan karena orang yang menguasai keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Oleh sebab itu, tidak terlalu berlebihan jika menyebut kemampuan menulis merupakan kemampuan yang penting untuk dikuasai oleh siswa.

Menulis sama halnya dengan berbicara yang merupakan kemampuan yang mekanistis. Menulis harus sering dilatih karena tidak ada orang yang langsung mahir dan terampil dalam menulis tanpa melalui proses latihan. Oleh karena itu guru harus mampu untuk melatih kemampuan menulis siswa disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ketidaksesuaian metode yang digunakan dengan tujuan yang ingin dicapai dapat menyebabkan anak tidak bisa mengembangkan daya kreatifitasnya dalam menulis.

(2)

tulisan sehingga tidak ada lagi sebutan bahasa akan mati, seperti yang disampaikan oleh Rahman (2014) bahwa berkomunikasi hanya dengan menggunakan bahasa lisan akan mengakibatkan bahasa menjadi mati. Berdasarkan pendapat Rahman tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui tulisan, bahasa dapat berkembang dan akan terus hidup sehingga bahasa tidak akan mati selama siswa dari mulai tingkatan sekolah dasar mampu untuk menulis dengan baik.

Pada kenyataannya, kemampuan menulis siswa umumnya masih rendah. Hal ini diperkuat dengan penelitian mengenai kemampuan menulis yang dilakukan oleh dua Proyek Bank Dunia, yaitu PEQIP dan Proyek Pendidikan Dasar (Basic Education Projects) dan juga digunakan dalam program MBS dari Unesco dan Unicef dalam Alfianto (2006). Tes menulis dinilai berdasarkan lima unsur, yaitu tulisan tangan (menulis rapi), ejaan, tanda baca, panjangnya karangan, dan kualitas bahasa yang digunakan. Setelah dilakukan tes didapatkan hasil bahwa hanya 19% siswa yang mampu menulis dengan tulisan tegak bersambung dan rapih, 16% siswa mampu menulis tanpa kesalahan ejaan, 58 % siswa memberi tanda baca pada tulisan mereka dengan baik, 58% siswa menulis lebih dari setengah halaman dan 44% siswa yang isi tulisannya dinilai baik.

Kemampuan menulis yang rendah seperti yang dijelaskan tersebut akan menjadi penghalang dalam memenuhi tuntutan kompetensi pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi dasar (K.D) 8.1 menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan di kelas IV. Berdasarkan kompetensi dasar tersebut siswa dituntut untuk mampu menulis karangan dengan topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan yang baik meliputi pengunaan huruf besar, tanda titik, dan tanda koma.

(3)

Selain kemampuan dalam berbahasa, pada zaman modern seperti pada saat ini yang penuh dengan persaingan dalam segala aspek juga menuntut siswa untuk lebih aktif dan kreatif. Di kelas, kemampuan berpikir kreatif juga dibutuhkan oleh siswa. Siswa diharapkan untuk tidak lagi disuapi pengetahuan oleh guru. Dalam hal ini kreativitas siswa bukan dipergunakan untuk mengadakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada, namun mereka menghasilkan ide-ide baru dengan cara membuat kombinasi, membuat suatu perubahan atau mengaplikasikan ide-ide yang ada pada wilayah yang berbeda.

Permasalahan yang sedang terjadi di Indonesia yang menyangkut mengenai kemampuan berpikir kreatif siswa adalah maraknya kasus contek masal dalam pelaksanaan UN (Ujian Nasional). Salah satu kasus yang menggemparkan dunia pendidikan di Indonesia adalah kasus contek masal yang terjadi di salah satu sekolah dasar di Surabaya pada tahun 2011. Contek masal yang terjadi pada pelaksanaan UN ini disebabkan oleh pendidikan di Indonesia yang masih diukur melalui besarnya nilai studi di masing-masing sekolah. Menurut ketua Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Prof Dr Zainudin Maliki dalam Wibisono (2011) pendidikan Indonesia dinilai belum mendidik tingkat kreativitas anak karena hanya mengukur kepintaran mereka melalui besaran nilai studi di masing-masing sekolahnya. Siswa dianggap belum bisa dipercaya untuk mengerjakan soal UN dengan baik. Hal ini pula yang membuat adanya kasus kerjasama antara guru dan pengawas untuk memberikan jawaban UN pada siswa. Jika hal tersebut dibiarkan lebih lanjut, bukan tidak mungkin tingkat kreativitas anak akan terus menurun.

(4)

daerah seperti kasus di Surabaya, bukan tidak mungkin dari beberapa sekolah di Cirebon juga melakukan kecurangan dalam melaksanakan UN agar dapat meluluskan semua siswanya sehingga hasil kelulusan tahun 2011 untuk SD negeri dan Swasta dinyatakan lulus semuanya atau lulus 100%.

Permasalahan mengenai kecurangan ini seharusnya tidak akan terjadi jika siswa diberi kepercayaan untuk mengerjakan UN secara mandiri berdasarkan kemampuannya. Siswa tidak diberikan beban untuk selalu mendapatkan nilai yang memuaskan jika memang kemampuan mereka tidak mencapai hal tersebut. Siswa seharusnya diberikan keleluasaan untuk menunjukkan kemampuan dan kreatifitasnya sendiri. Jika diberikan keleluasaan tersebut, bukan tidak mungkin bahwa siswa akan menjadi lebih percaya diri dan lebih menghargai hasil yang telah dicapai dengan usaha dan kerja kerasnya.

Permasalahan lain mengenai kemampuan berpikir kreatif adalah tingkat kreativitas anak yang rendah. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Supriadi dalam Rachmawati dan Kurniati (2012, hlm. 6) mengenai hasil studi yang dilakukan oleh Jellen dan Urban berkenaan dengan tingkat kreativitas pada anak-anak usia 8 sampai 10 tahun di berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, India, RRC, Kamerun, Zulu, Filipina, dan Indonesia. Penelitian ini menggunakan sampel 50 orang anak. Di Indonesia, penelitian dilakukan dengan mengambil sampel anak yang berasal dari Jakarta. Berdasarkan penelitian ini, anak yang berasal dari Indonesia menempati posisi terendah dibandingkan negara lainnya.

(5)

Masa anak-anak adalah masa yang sangat menentukan bagi pembinaan kretivitas. Segala pihak yang terkait seperti orang tua, pihak sekolah dan lingkungan tidak boleh gagal dalam mengembangkan kreativitas pada masa anak-anak karena jika hal tersebut terjadi maka akan berdampak pula terhadap kehidupan di masa yang akan datang. Dalam rangka mengemban tugas dan tanggung jawab untuk mengoptimalkan potensi kreatif yang dimiliki siswa sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang mereka miliki, maka diperlukan suatu upaya kreatif agar mereka dapat tumbuh optimal dengan kondisi nyaman dan menyenangkan. Upaya tersebut dapat dimulai dengan pemahaman para pendidik berkenaan dengan konsep dan aplikasi pengembangan kreativitas di sekolah dasar.

Cara mengajar seorang guru di kelas turut mengambil andil dalam proses pengembangan kemampuan berpikir kreatif siswa. Munandar (2009, hlm. 12) memaparkan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa perkembangan optimal dari kemampuan berpikir kreatif siswa berhubungan erat dengan cara mengajar. Ketika guru menaruh kepercayaan pada siswa untuk berani mengemukakan gagasan baru dan diberi kepercayaan untuk bekerja sesuai dengan minat dan kebutuhan, maka kemampuan berpikir kreatif siswa dapat tumbuh dan berkembang.

Fenomena yang terjadi di sekolah pada saat ini menurut Sudarma (2013, hlm. 48) adalah tidak semua guru atau belum banyak guru yang memiliki kegairahan dalam menggunakan pembelajaran yang kreatif, unik yang mampu mengembangkan keterampilan berpikir anak. Banyak ditemukan guru yang hanya menggunakan metode konvensional seperti ceramah untuk banyak pokok bahasan. Dalam hal ini guru tersebut memberikan ceramah mengenai pokok bahasan kepada peserta didik. Selain itu, guru hanya menekankan pembelajaran lebih pada hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan.

(6)

mengoptimalkan kreativitas siswa. Selain mengembangkan dan mengoptimalkan kreativitas siswa, guru juga mempunyai peran yang sangat besar dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam menulis. Guru harus mengembangkan metode dan menciptakan media yang membuat siswa tertarik dalam suatu pelajaran, terutama bahasa Indonesia. Penting bagi guru untu memotivasi siswa agar siswa mau menciptakan suatu karya dalam bentuk tulisan. Karya dalam bentuk tulisan sangat mudah untuk dikenang dan dapat berulang kali dibaca sehingga informasi dalam tulisan tersebut tidak akan hilang.

Guru harus memilih dan menggunakan cara mengajar yang tepat, yang mampu memberikan wadah untuk menampung kemampuan siswa untuk berpikir sesuatu yang beda, memberikan kesempatan siswa untuk menuangkan gagasan yang baru, dan memberikan kesempatan mereka untuk belajar sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Guru sebisa mungkin menaikkan minat siswa dalam belajar dan mengikutsertakan siswa untuk berpartisipasi aktif. Melalui berpartisipasi aktif, siswa akan lebih mengingat dan memahami materi tersebut sehingga mampu berpikir kreatif lalu dapat menghasilkan karya dalam bentuk tulisan. Namun, sebagus apapun metode pembelajaran jika guru tidak terampil dalam menggunakannya, metode pembelajaran tersebut tidak memiliki arti apa-apa bagi siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru dituntut untuk menguasai berbagai metode yang dapat digunakan dalam mengajar siswa. Salah satu metode yang bisa digunakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan menulis dan berpikir kreatif siswa adalah bermain peran atau Role Playing.

Bermain peran merupakan suatu metode yang didalamnya siswa mencoba untuk mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama para siswa dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah (Mulyasa, 2012, hlm. 179). Bermain peran format bebas merupakan salah satu alternatif yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran terutama pembelajaran bahasa.

(7)

pengganti naskah untuk memberikan gambaran mengenai alur cerita. Siswa bebas untuk memilih perannya dan tidak dibatasi hanya dengan peran-peran tertentu.

Bermain peran format bebas dikenal sebagai permainan imajinatif. Dorothy dan Singer dalam Sudarma (2013, hlm. 54) meyakini bahwa berimajinatif sangat esensial dalam pengembangan kemampuan intelektual dan bahasa. Anak dapat mengingat ide dan kata yang telah mereka alami karena mereka dapat menggabungkan ide dengan gambaran dalam pikiran mereka, sedangkan Smilansky dalam Sudarma (2013, hlm. 54) mengatakan bahwa imajinasi merupakan salah satu hal yang efektif untuk mengembangkan kemampuan intelektual, sosial, bahasa dan terutama kreativitas anak. Jika ditarik kesimpulan dari penjelasan tersebut, bermain peran merupakan suatu metode yang pada hasil akhirnya anak dapat mengembangkan kemampuan bahasa dan kreativitasnya.

Penggunaan metode bermain peran terhadap kemampuan berpikir kreatif pernah diteliti sebelumnya namun banyak dilakukan pada mata pelajaran IPS dan Matematika. Penggunaan metode bermain peran terhadap kemampuan menulis juga sebelumnya pernah diteliti. Namun, sepengetahuan peneliti jarang yang melakukan penelitian mengenai penggunaan bermain peran format bebas terhadap kemampuan menulis cerita pengalaman pribadi dan berpikir kreatif. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti merasa tergerak untuk melakukan penelitian tentang pembelajaran siswa sekolah dasar dengan menggunakan metode bermain peran format bebas untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pengalaman pribadi dan berpikir kreatif. Judul penelitian yang akan diajukan adalah “Efektivitas Metode Bermain Peran Format Bebas terhadap Kemampuan Menulis Cerita

Pengalaman Pribadi dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

(8)

Cirebon?”. Pokok permasalahan tersebut dapat dirumuskan menjadi permasalahan-permasalahan yang lebih operasional sebagai berikut:

1. Apakah metode bermain peran format bebas efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pengalaman pribadi siswa kelas IV SDN Kanggraksan Kota Cirebon?

2. Apakah metode bermain peran format bebas efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV SDN Kanggraksan Kota Cirebon?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan penggunaan metode bermain peran format bebas untuk

meningkatkan kemampuan menulis cerita pengalaman pribadi siswa di kelas IV SDN Kanggraksan Kota Cirebon.

2. Mendeskripsikan penggunaan metode bermain peran format bebas untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa di kelas IV SDN Kanggraksan Kota Cirebon.

3. Mengetahui efektivitas metode bermain peran format bebas untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pengalaman pribadi siswa di kelas IV SDN Kanggraksan Kota Cirebon.

4. Mengetahui efektivitas metode bermain peran format bebas untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa di kelas IV SDN Kanggraksan Kota Cirebon.

5. Mendeskripsikan keefektifan metode bermain peran format bebas untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pengalaman pribadi dan berpikir kreatif siswa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pengalaman pribadi serta berpikir kreatif siswa. Adapun manfaat teoretis dan praktisnya adalah sebagai berikut:

(9)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap penelitian selanjutnya yang terkait dengan metode bermain peran format bebas sehingga dapat dijadikan landasan teoretis dan empiris.

2. Manfaat secara praktis a. Bagi guru

Dengan adanya penelitian mengenai penggunaan metode bermain peran format bebas dalam menulis cerita pengalaman pribadi dan berpikir kreatif siswa ini, diharapkan menjadi bahan masukan bagi guru di sekolah dasar dalam mencari alternatif metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sehingga guru dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam menulis cerita pengalaman pribadi dan berpikir kreatif dengan tidak perlu menggunakan metode yang membutuhkan biaya mahal dan terkesan susah untuk dilakukan.

b. Bagi siswa

Melalui metode bermain peran format bebas, siswa diharapkan dapat merasakan kondisi belajar yang menyenangkan dan merasa bebas untuk berekspresi serta mengembangkan kemampuan mereka dalam hal menulis cerita pengalaman pribadi dan berpikir kreatif baik dari segi product maupun personality.

E. Struktur Organisasi Tesis

Struktur organisasi tesis ini terdiri dari lima bab dan setiap bab terdiri dari beberapa bagian. Berikut ini adalah rincian dari bab dan bagian bab.

Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri atas latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis.

(10)

metode bermain peran format bebas, kemampuan menulis, menulis cerita pengalaman pribadi, berpikir kreatif, hubungan antara bermain peran dan menulis, hubungan antara bermain peran dan berpikir kreatif, penelitian yang relevan, dan hipotesis penelitian.

Bab III merupakan metode penelitian yang terdiri dari metode dan desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

Bab IV merupakan temuan dan pembahasan yang terdiri dari temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dan pembahasan.

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan metode penelitian yang terdiri dari metode dan desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

A. Metode dan Desain Penelitian

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka metode yang digunakan dalam penelian ini adalah menggunakan metode kuasi eksperimen. Metode ini sangat umum digunakan dalam penelitian, terutama penelitian bahasa. Metode kuasi digunakan untuk mengetahui perbandingan peningkatan kemampuan menulis cerita pengalaman pribadi dan berpikir kreatif antara siswa yang mendapatkan perlakuan dengan metode bermain peran format bebas dan siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran dengan metode bermain peran format bebas.

Desain penelitian yang dipakai adalah Nonequivalent Control Grup Design. Dengan desain ini baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui randomisasi (Emzir, 2008, hlm. 102). Pada desain ini kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan metode bermain peran format bebas sedangkan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan.

Tabel 3.1

Desain penelitian Nonequivalent Grups Pretest Postest

Grup A O1 X O2

Grup B O1 - O2

Keterangan:

X = perlakuan menggunakan metode bermain peran format bebas O1 = pretes

(12)

Grup A = kelompok eksperimen Grup B = kelompok kontrol

B. Definisi Operasional

Agar maksud dari penelitian ini jelas serta menghindari kesalahan interpretasi, berikut ini diuraikan definisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan dan berkaitan dengan penelitian yang dilakukan:

1. Metode Bermain Peran Format Bebas

Bermain peran format bebas dalam penelitian ini merupakan kegiatan untuk menghilangkan rasa jenuh, bosan, meningkatkan rasa percaya diri dan menambah konsep mengenai suatu pengetahuan yang dilakukan sebelum siswa melakukan kegiatan menulis. Bermain peran dilakukan agar siswa mendapatkan ide dan imajinasi untuk menulis. Bermain peran format bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketika siswa memerankan suatu peran tertentu tanpa menggunakan naskah dan peraturan yang mengikat ketika bermain. Siswa diberikan gambar sebagai pengganti naskah untuk memberikan gambaran mengenai alur cerita. Siswa bebas untuk memilih perannya dan tidak dibatasi hanya dengan peran-peran tertentu.

2. Kemampuan menulis ceritapengalaman pribadi

Kemampuan menulis dalam penelitian ini dibatasi pada menulis cerita pengalaman pribadi mengenai kebersihan lingkungan. Siswa diminta untuk menuliskan pengalaman pribadi mereka dalam menjaga kebersihan lingkungan. Siswa diharapkan mampu untuk menuliskan pengalaman pribadi mereka dengan jelas dan menarik sesuai dengan aspek penilaian yaitu ide dan isi, pengorganisasian tulisan, kosakata, kalimat, dan konvensi. Adapun indikatornya sebagai berikut:

a) Ide dan isi meliputi kemampuan siswa untuk menuliskan ide yang jelas, fokus dan menarik yang sesuai dengan judul dan tema.

(13)

atau rentetan kegiatan yang terjadi (events) dan penutup (reorientation) yang berisi rangkuman rentetan peristiwa, kejadian atau kegiatan yang diceritakan yang jelas.

c) Kosakata meliputi kemampuan siswa untuk menuliskan kata/idiom/frase yang tepat, sesuai dan efektif sesuai dengan judul dan tema.

d) Kalimat meliputi kemampuan siswa untuk menuliskan kalimat yang bervariasi dan menggunakan transisi kalimat yang sesuai.

e) Konvensi meliputi kemampuan siswa untuk menulis dengan ejaan, tanda baca, serta kapitalisasi yang baik.

3. Berpikir kreatif

Berpikir kreatif terdiri dari dua aspek yaitu product dan personality. Dalam penelitian ini, siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam berpikir kreatif dari segi product meliputi kemampuan untuk berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinil (originality) dan terinci

(elaboration) dalam menciptakan ide atau gagasan yang baru dengan cara mengkombinasikan sesuatu yang lama sehingga dapat menjadi pemecahan suatu masalah. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut:

a) Kemampuan berpikir lancar meliputi kemampuan siswa untuk menuliskan cerita pengalaman pribadi dengan indikator kosakata 1 sampai lebih dari 150 kata.

b) Kemampuan berpikir luwes meliputi kemampuan siswa dalam menuliskan cerita yang berisi tokoh, waktu, tempat, dan rangkaian kegiatan yang bervariasi.

c) Kemampuan berpikir orisinil meliputi kemampuan siswa dalam menuliskan ide cerita yang baru dan tidak terpengaruh dengan cerita teman atau pada kegiatan bermain peran.

d) Kemampuan berpikir rinci meliputi kemampuan siswa untuk menuliskan cerita pengalaman pribadi dengan merinci tokoh, waktu dan tempat kejadian.

(14)

rasa ingin tahu dan imajinasi yang tinggi. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut:

a) Berani mengambil resiko meliputi kemampuan siswa untuk berani menjawab pertanyaan dari guru atau memberikan pendapat secara lisan ketika proses pembelajaran berlangsung.

b) Merasa tertantang meliputi kemampuan siswa untuk turut aktif, bertanya, menjawab pertanyaan dan melibatkan diri ketika proses pembelajaran berlangsung

c) Rasa ingin tahu meliputi kemampuan siswa untuk banyak bertanya dan memberikan pendapatnya ketika proses pembelajaran berlangsung. d) Imajinasi yang tinggi meliputi kemampuan siswa untuk bertanya dan

memberikan pendapat dengan cara yang berbeda dari siswa lainnya.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006, hlm. 130). Populasi dalam penelitian ini adalah SDN Kanggraksan Cirebon. Alasan pemilihan SDN Kanggraksan Cirebon karena sekolah ini belum pernah digunakan sebagai objek penelitian, sehingga terhindar dari penelitian ulang. Selain itu, dari hasil observasi di lapangan didapatkan hasil bahwa sekolah ini merupakan sekolah favorit, dilihat dari setiap penerimaan siswa baru. Namun jika dilihat proses pembelajaran di kelas, ternyata guru lebih banyak menggunakan metode yang konvensional seperti ceramah, diskusi, dll. Oleh karena itu, peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitan di sekolah tersebut agar dapat bermanfaat bagi guru untuk memperkenalkan suatu metode pembelajaran yang menyenangkan dan merangsang kreatifitas siswa.

(15)

D. Alur Penelitian

Dalam penelitian ini subjek penelitian dibagi menjadi dua, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas yang diberikan perlakuan adalah kelas eksperimen. Berdasarkan desain penelitian kuasi eksperimen, dibawah ini peneliti membuat alur penelitian yang fungsinya untuk memudahkan pemahaman terhadap pelaksanaan penelitian.

Gambar 3.1 Alur penelitian

Penyusunan, revisi dan pengesahan instrumen

Penentuan subjek penelitian

Tes sesudah (Postest)

Kelas kontrol tidak diberikan perlakuan Kelas eksperimen

Pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran format bebas

Tes sebelum (pretest) Observasi

Kesimpulan Pengolahan dan analisis data

Observasi

Efektivitas metode bermain peran format bebas terhadap kemampuan menulis cerita pengalaman pribadi dan berpikir kreatif siswa sekolah dasar

(16)

Berdasarkan alur penelitian tersebut, maka langkah-langkah dalam prosedur penelitian sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahap ini, kegiatan diawali dengan kegiatan studi literatur mengenai konsep metode bermain peran format bebas dalam menulis cerita pengalaman pribadi dan berpikir kreatif siswa. Setelah itu, kegiatan dilajutkan dengan penentuan subjek penelitian dan penyusunan, revisi dan pengesahan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.

2) Tahapan Penelitian

Pada tahap ini, kegiatan dilakukan dengan melakukan observasi sebelum dilaksanakannya pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran format bebas. Peneliti memberikan tes sebelum perlakuan (pretest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dilakukan dengan maksud agar peneliti mengetahui kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa sebelum perlakuan. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan perlakuan terhadap kedua kelas. Kelas eksperimen akan diberikan perlakuan dengan cara menggunakan metode bermain peran format bebas, sedangkan pada kelas kontrol diberikan perlakuan dengan menggunakan metode bermain peran format bebas.

Kegiatan terakhir yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan penelitian adalah tes sesudah perlakuan (postest). Kegiatan ini dimaksudkan untuk melihat perbedaan yang terjadi pada kemampuan siswa sebelum diberikan perlakuan dengan sesudah diberikan perlakuan. Peneliti melakukan observasi setelah dilakukannya perlakuan, fungsinya adalah untuk melihat apakah metode bermain peran format bebas ini memberikan suatu perubahan dan efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dari segi personality.

3) Tahapan Analisis Data

(17)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan peneliti untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah tes dan non tes. Instrumen tes dilakukan dengan cara tes menulis, sedangkan instrumen non tes dilakukan dengan cara observasi. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa (pretest) dan kemampuan akhir siswa setelah diterapkannya metode bermain peran format bebas (postest).

1) Tes Menulis

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan instrument berupa tes menulis pengalaman pribadi siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan. Instrumen ini fungsinya adalah untuk menguji kemampuan menulis cerita pengalaman pribadi dan berpikir kreatif dari segi product. Siswa diminta untuk menuliskan cerita yang baru berdasarkan kemampuan berpikir kreatif mereka. Adapun rubrik penilaian kemampuan menulis dan rubrik penilaian berpikir kreatif yang akan digunakan dalam menilai hasil tulisan siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2

Rubrik Penilaian Menulis Cerita Pengalaman Pribadi

NO Indiator Sub Indikator Skor kriteria

1. Ide dan Isi Ide, topik atau tema, fokus, fakta dan ilustrasi tulisan.

4 Sangat baik: jika tulisan siswa:

a) Jelas, b) Fokus,

c) Sesuai dengan judul dan tema mengenai lingkungan serta d) Menuliskan banyak detail yang

menarik dan mendukung ide. 3 Baik: jika siswa hanya memenuhi 3

syarat dari 4 syarat yang seharusnya. 2 Cukup: jika siswa hanya memenuhi

2 syarat dari 4 syarat yang seharusnya.

1 Kurang: jika siswa hanya memenuhi

1 syarat dari 4 syarat yang seharusnya.

(18)

dan tema mengenai lingkungan.

2. Pengorganisasian tulisan Struktur fisik, atau rhetorical structure, urutan kronologis, koherensi, kesimpulan dan layout tulisan

4 Sangat baik: menuliskan cerita

dengan susunan paragraf:

(a) Terdapat paragraf pembuka yang berisi perkenalan (orientation).

(terdapat waktu, tokoh dan tempat)

(b) Terdapat paragraf isi yang berisi peristiwa atau kegiatan yang terjadi (events).

(c) Terdapat paragraf penutup (reorientation) yang berisi rangkuman rentetan peristiwa, kejadian atau kegiatan yang diceritakan yang jelas.

(d) Paragraf teratur (sesuai urutan). 3 Baik: jika siswa hanya memenuhi 3

syarat dari 4 syarat yang seharusnya. 2 Cukup: jika siswa hanya memenuhi

2 syarat dari 4 syarat yang seharusnya.

1 Kurang: jika siswa hanya memenuhi

1 syarat dari 4 syarat yang seharusnya.

0 Sangat kurang: tidak menuliskan

cerita dengan susunan paragraf yang teratur, dan tidak sesuai dengan struktur fisik.

3. Kosakata Pemilihan kata-kata yang tepat untuk

mengembangkan dan menunjukkan ide.

4 Sangat baik: pemilihan kata dan

frasa sangat tepat (semua menggunakan kosakata baku, denotasi atau lugas, dan kata khusus) 3 Baik: pemilihan kata atau frasa tepat

namun terdapat 1- 2 kesalahan penggunaan kosakata baku, denotasi atau lugas, dan kata khusus.

2 Cukup: pemilihan kata atau frasa

tepat namun terdapat 3- 4 kesalahan penggunaan kosakata baku, denotasi atau lugas, dan kata khusus.

1 Kurang: pemilihan kata atau frasa

tepat namun terdapat 5- 6 kesalahan penggunaan kosakata baku, denotasi atau lugas, dan kata khusus.

0 Sangat kurang: pemilihan kata dan

frasa sangat kurang tepat. Terdapat kesalahan dalam setiap kalimat.

4. Kalimat Variasi dan jenis kalimat, efesiensi dan efektivitas kalimat

4 Sangat baik: menuliskan kalimat

(19)
[image:19.595.88.530.81.475.2]

Tabel 3.3

Kategori Penilaian Menulis Berdasarkan Skala 4

Interval Tingkat Penguasaan Kategori Nilai (0-4) Keterangan

86-100 4 Sangat baik

76-85 3 Baik

56-74 2 Cukup

10-55 1 Kurang

0-9 0 Sangat kurang

Kemampuan berpikir kreatif siswa dilihat dari segi product akan dinilai melalui cerita yang ditulis oleh siswa sehingga penilaiannya akan dilakukan dengan mengacu rubrik penilaian berikut ini:

Tabel 3.4

Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Menulis

yang bervariasi (terdapat 3 jenis kalimat)

2 Cukup: menuliskan kalimat efektif

yang cukup bervariasi (terdapat 2 jenis kalimat)

1 Kurang: menuliskan kalimat efektif

yang bervariasi (terdapat 3 jenis kalimat)

0 Sangat kurang: menuliskan kalimat

yang tidak efektif

5. Konvensi Ejaan, tanda baca, kutipan referensi bila ada, konvensi dan kebersihan dan kerapian.

4 Sangat baik: menulis dengan ejaan,

tanda baca, serta kapitalisasi dengan sangat baik. (tidak ada kesalahan) 3 Baik: kadang terjadi kesalahan dalam

penggunaan konvensi menulis, ejaan dan tanda baca serta kapitalisasi (terjadi 1 – 2 kesalahan)

2 Cukup: sering terjadi kesalahan

dalam penggunaan konvensi menulis, ejaan dan tanda baca serta kapitalisasi (terjadi 3 – 4 kesalahan)

1 Kurang: kurang menguasai konvensi

menulis, dan banyak kesalahan dalam ejaan dan tanda baca serta kapitalisasi. (terjadi 5 – 6 kesalahan) 0 Sangat kurang: tidak ada

[image:19.595.96.534.529.608.2]
(20)

NO Indikator Sub Indikator Skor Kriteria 1. Berpikir lancar

(fluency)

Kemampuan untuk

menghasilkan banyak gagasan

4 Sangat baik: Menuliskan cerita

pengalaman pribadi mengenai menjaga lingkungan dengan indikator kosakata lebih dari 150 kata.

3 Baik: Menuliskan cerita pengalaman pribadi mengenai menjaga lingkungan dengan indikator kosakata 100 sampai 149 kata

2 Cukup: Menuliskan cerita pengalaman pribadi mengenai menjaga lingkungan dengan indikator kosakata 50 sampai 99 kata

1 Kurang: Menuliskan cerita pengalaman pribadi mengenai menjaga lingkungan dengan indikator kosakata 1 sampai 49 kata

0 Sangat Kurang: tidak menuliskan cerita

2. Berpikir luwes/fleksibel (flexibility) Kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah

4 Sangat baik: Menuliskan cerita

yang berisi: a) Tokoh b) Waktu c) Tempat, dan

d) Rangkaian kegiatan yang bervariasi.

3 Baik: jika siswa hanya memenuhi 3 syarat dari 4 syarat yang seharusnya.

2 Cukup: jika siswa hanya memenuhi 2 syarat dari 4 syarat yang seharusnya.

1 Kurang: jika siswa hanya memenuhi 1 syarat dari 4 syarat yang seharusnya.

0 Sangat Kurang: jika siswa tidak

menuliskan tokoh, waktu, tempat dan rangkaian kegiatan dengan bervariasi.

3. Berpikir orisinal (originality) Kemampuan untuk mencetuskan gagsan dengan cara-cara yang asli, tidak klise, dan jarang diberikan

kebanyakan orang

4 Sangat baik: Menuliskan ide

cerita yang baru, tidak terpengaruh dengan cerita siswa lain atau pada kegiatan bermain peran. Meliputi:

a) Judul

b) Paragraf perkenalan c) Paragraf isi

(21)

3 Baik: jika siswa hanya memenuhi 3 syarat dari 4 syarat yang seharusnya.

2 Cukup: jika siswa hanya memenuhi 2 syarat dari 4 syarat yang seharusnya.

1 Kurang: jika siswa hanya memenuhi 1 syarat dari 4 syarat yang seharusnya.

0 Sangat Kurang: Menuliskan

cerita yang sama dengan siswa lain atau pada kegiatan bermain peran.

[image:21.595.115.518.82.500.2]

4. Berpikir terinci (elaboration) Kemampuan menambah suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang didalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar, model dan kata-kata.

4 Sangat baik: Menuliskan cerita

pengalaman pribadi mengenai menjaga lingkungan dengan sangat terinci. Meliputi:

a) Tokoh b) Waktu c) Tempat d) Kegiatan

3 Baik: jika siswa hanya memenuhi 3 syarat dari 4 syarat yang seharusnya.

2 Cukup: jika siswa hanya memenuhi 2 syarat dari 4 syarat yang seharusnya.

1 Kurang: jika siswa hanya memenuhi 1 syarat dari 4 syarat yang seharusnya.

0 Sangat Kurang: tidak menuliskan secara rinci

2) Observasi

Ketika mengumpulkan data kemampuan berpikir kreatif dari segi personality, peneliti menggunakan lembar observasi. Berikut ini lembar

observasi yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 3.5

Lembar Observasi Berpikir Kreatif Segi Personality

NO INDIKATOR SUB

INDIKATOR ASPEK YANG DIAMATI

SKOR

0 1 2 3 4

1. Mengambil Resiko

Berani dan tidak takut salah dalam mengemukakan dan

[image:21.595.105.556.663.748.2]
(22)

Tabel 3.6

Kriteria Penilaian Observasi Berpikir Kreatif Segi Personality

No Indikator Sub Indikator Skor Kriteria

1 Mengambil Resiko

Berani dan tidak takut salah dalam mengemukakan dan

mempertahankan gagasan secara lisan.

4 Siswa sangat berani untuk menjawab pertanyaan atau memberikan pendapat secara lisan ketika proses pembelajaran berlangsung (terdapat > 4 jawaban atau pendapat)

3 Siswa berani untuk menjawab pertanyaan atau memberikan pendapat secara lisan ketika proses pembelajaran berlangsung (terdapat 3 jawaban atau pendapat)

2 Siswa cukup berani untuk menjawab pertanyaan atau memberikan pendapat secara lisan ketika proses pembelajaran berlangsung (terdapat 2 jawaban atau mempertahankan

gagasan secara lisan.

pendapat secara lisan ketika proses

pembelajaran berlangsung. 2. Merasa

Tertantang

Turut aktif dalam mencari banyak kemungkinan atau peluang, melihat kekurangan, melibatkan diri dalam mengemukakan gagasan secara lisan.

 Siswa turut aktif dan melibatkan diri ketika proses pembelajaran berlangsung. Meliputi: a) Bertanya b) Menjawab pertanyaan c) Memberikan pendapat d) Performance 3. Rasa Ingin Tahu Banyak bertanya

tentang berbagai hal, bermain-main dengan gagasan/kata dan sebagainya, menjajaki hal-hal yang baru.

 Siswa banyak bertanya ketika proses

pembelajaran berlangsung

4. Imajinasi Membayangkan, meramalkan, mengandaikan, “memimpikan”, menjajaki sesuatu di luar pengamatan sehingga dapat memberikan pendapat dengan cara yang berbeda.

 Siswa bertanya,

(23)

pendapat)

1 Siswa kurang berani untuk menjawab pertanyaan atau memberikan pendapat secara lisan ketika proses pembelajaran berlangsung (terdapat 1 jawaban atau pendapat)

0 Siswa tidak berani untuk menjawab pertanyaan atau memberikan pendapat secara lisan ketika proses pembelajaran berlangsung

2 Merasa Tertantang

Turut aktif dalam mencari banyak kemungkinan atau peluang, melihat kekurangan, melibatkan diri dalam mengemukakan gagasan secara lisan.

4 Siswa turut aktif dan melibatkan diri ketika proses pembelajaran berlangsung. Meliputi:

a) Bertanya

b) Menjawab pertanyaan c) Memberikan pendapat d) Performance

3 Siswa hanya memenuhi 3 syarat dari 4 syarat yang seharusnya.

2 Siswa hanya memenuhi 2 syarat dari 4 syarat yang seharusnya.

1 Siswa hanya memenuhi 1 syarat dari 4 syarat yang seharusnya.

0 tidak ada usaha untuk turut aktif dan melibatkan diri ketika proses pembelajaran berlangsung.

3 Rasa Ingin Tahu Banyak bertanya tentang berbagai hal, bermain-main dengan gagasan/kata dan sebagainya, menjajaki hal-hal yang baru.

4 adanya usaha yang sungguh-sungguh untuk banyak bertanya ketika proses pembelajaran berlangsung. (terdapat > 4 pertanyaan)

3 ada usaha sungguh-sungguh untuk cukup sering bertanya ketika proses pembelajaran berlangsung. (terdapat 3 pertanyaan)

2 ada usaha sungguh-sungguh untuk banyak bertanya ketika proses pembelajaran berlangsung, tetapi masih kurang dan belum konsisten. (terdapat 2 pertanyaan)

1 ada usaha untuk bertanya ketika proses pembelajaran berlangsung meski tidak menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh (terdapat 1 pertanyaan)

0 tidak ada usaha untuk bertanya ketika proses pembelajaran berlangsung.

4 Imajinasi Membayangkan, meramalkan, mengandaikan, “memimpikan”, menjajaki sesuatu di luar pengamatan sehingga dapat memberikan pendapat dengan cara yang

4 adanya usaha yang sungguh-sungguh untuk bertanya, menjawab pertanyaan dan memberikan pendapat dengan cara yang berbeda dari siswa lainnya secara terus-menerus dan konsisten.

(terdapat > 4 pertanyaan, jawaban atau pendapat yang berbeda)

(24)

berbeda. 2 Cukup sering bertanya, menjawab pertanyaan dan memberikan pendapat secara lisan dengan cara yang berbeda (terdapat 2 pertanyaan, jawaban atau pendapat)

1 Kurang bertanya, menjawab pertanyaan dan memberikan pendapat secara lisan dengan cara yang berbeda (terdapat 1 pertanyaan, jawaban atau pendapat)

0 tidak ada usaha untuk bertanya, menjawab dan memberikan pendapat dengan cara yang berbeda dari siswa lainnya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menyusun dan menyiapkan dua teknik pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan penelitian, yaitu tes tulis berupa hasil tulisan siswa dan observasi. Tes tulis dipilih sebagai teknik utama karena penelitian ini meneliti kemampuan menulis siswa. Penelitian ini juga meneliti mengenai kemampuan berpikir kreatif sehingga teknik yang digunakan adalah tes tulis dan observasi. Tes tulis digunakan dalam rangka untuk mengukur kemampuan siswa dalam menciptakan ide atau gagasan baru dengan cara mengkombinasi ide atau gagasan yang lama.

G. Analisis Data

Teknik pengolahan data dilakukan dengan cara menghitung dengan menggunakan statistik, seperti uji persyaratan data dan uji hipotesis. Setelah hasil statistik didapat selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan untuk ditafsirkan maknanya. Data kuantitatif dalam penelitian ini diolah dengan bantuan program software SPSS statistik. Berikut ini merupakan langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian.

1. Pertama, hasil tulisan siswa yang telah dinilai, dicari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai terendah (minimum), dan nilai tertinggi (maximum) setelah itu dideskripsikan.

(25)

distribusi Kolmogorov-Simirnov, sedangkan uji homogenitas dilakukan dengan cara mencari simpangan baku dari kedua data hasil penelitian. 3. Ketiga, setelah melakukan uji persyaratan data, maka selanjutnya

(26)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini dikemukakan tentang simpulan dan rekomendasi yang diperoleh berdasarkan temuan dan pembahasan. Adapun simpulan dan rekomendasi tersebut sebagai berikut.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat disimpulkan bahwa:

1. Metode bermain peran format bebas efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pengalaman pribadi. Siswa di kelas eksperimen mengalami peningkatan kemampuan yang signifikan dibandingkan dengan kelas kontrol. Kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan dengan menggunakan metode bermain peran format bebas mendapatkan N-gain sebesar 0,32 sedangkan kelas kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan mendapatkan N-gain sebesar 0,02.

2. Metode bermain peran format bebas efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Siswa di kelas eksperimen mengalami peningkatan kemampuan yang signifikan jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan dengan menggunakan metode bermain peran format bebas mendapatkan N-gain sebesar 0,16 sedangkan kelas kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan mendapatkan N-gain sebesar 0,01.

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan di lapangan dan hasil analisis penelitian, metode bermain peran format bebas dapat membantu untuk mengembangkan imajinasi dan mendapatkan ide dalam menulis. Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan guru pada khususnya.

(27)

Dengan demikian metode bermain peran format bebas dapat digunakan secara efektif baik dari segi proses maupun pembelajarannya sehingga pada penelitian selanjutnya dapat memperoleh hasil yang positif untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pengalaman pribadi dan berpikir kreatif.

Sebagai tindak lanjut dan masukan dari hasil penelitian ini, berikut peneliti kemukakan beberapa rekomendasi dengan harapan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.

1. Bagi guru

Metode bermain peran format bebas dapat dijadikan alternatif metode pembelajaran dan dapat diterapkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan terutama kemampuan menulis cerita pengalaman pribadi dan berpikir kreatif. Namun, dalam hal ini guru harus memperhatikan:

a. Tema atau judul. Guru harus memberikan tema yang sesuai dan efektif kepada siswa sebagai pembatas agar siswa tidak bermain di luar dari alur cerita dan mempunyai gambaran mengenai proses bermain peran, meskipun bermain peran yang dimainkan adalah format bebas.

b. Waktu. Guru harus memperhatikan waktu saat proses pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran format bebas, karena proses bermain peran akan membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama jika siswa tidak juga mendapatkan ide dalam memerankan suatu tokoh dalam cerita.

2. Bagi Kepala Sekolah

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.4 Rubrik Penilaian Kemampuan  Berpikir Kreatif dalam Menulis
Tabel 3.5 Lembar Observasi Berpikir Kreatif Segi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 1 angka 9 yang dimaksud Pegawai Tidak Tetap adalah pegawai yang tidak termasuk dokter PTT, diangkat oleh Walikota atau pejabat lain yang ditunjuk dan

Berbagai masalah perilaku akan muncul dalam penyusunan anggaran misalnya ketika bawahan yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan pernyataan bias pada

Menurut Sutanto (2002), bahwa PO dapat dipahami sebagai suatu praktek pertanian yang bersifat holistik mengingat kegiatan PO menyangkut berbagai aspek, antara lain :

Volume 3 / Nomor 01 / Juli 2014 | KOMUNIKATIF Jurnal Ilmiah Komunikasi.. Level-level ini berf ungsi secara hirarkis. Namun, kajian isi media bisa m enjadi t it ik aw al,

Yet in the past twenty years a growing number of critics have drawn attention to Clough’s modernity: John R.A.Yeoman finds an affinity of tone between MacNeice’s Autumn Journal and

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pengetahuan yang lebih bagi pihak perbankan khususnya Bank Umum Syariah mengenai pembiayaan bagi hasil

2 PERMENLH 12/2010 dalam bagian lampirannya memuat Pedoman Teknis Penetapan Baku Mutu Udara Ambien Daerah, Pedoman Inventarisasi Data Mutu Udara Ambien dan Sumber Pencemar

Untuk mencegah darah tinggi bagi Anda yang masih memiliki tekanan darah normal ataupun mengatasi darah tinggi bagi Anda yang sudah memiliki tekanan darah tinggi, maka saran