Makalah
Respiratory Distress Syndrom
(RDS)
Oleh :
Kelompok 11
Kiki Fatmawati Pakaya Sri Rizki Samatowa
Sri Ayu Dunggio
IIB D-IV keperawatan
Poltekkes Kemenkes Gorontalo
T.A 2015-2016
SINDROM DISTRES PERNAFASAN
KONSEP MEDIK 1. Definisi
Sindrom distress pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada system pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai hyaline membrane disesae (HMD)
Jadi berdasarkan dari beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa RDS adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakmaturan dan ketidakmampuan sel untuk menghasilkan surfaktan yang memadai.
2. Etiologi
Dihubungkan dengan usia kehamilan. Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram.Sering kali pada bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 gram. 20% berkembang dengan
bronchopulmonary dysplasia (BPD)
3. Patofisiologi
Pada bayi dengan RDS, dimana adanya ketidakmampuan paru untuk mengembang dan
alveoli terbuka. RDS pada bayi yang belum matur menyebabkan gagal pernafasan karena imaturnya dinding dada, parenchyma paru,dan imaturnya endotelium kapiler yang
menyebabkan kolaps paru pada akhir ekspirasi.
Pada bayi dengan RDS disebabkan oleh menurunnya jumlah surfaktan atau perubahan
kualitatif surfaktan,dengan demikian menimbulkan ketidakmampuan alveoi untuk ekspansi. Terjadi perubahan tekanan intra extra thoracic clan menurunnya pertukaran udara.
Secara alamiah perbaikan mulai setelah 24/48 jam. Sel yang rusak akan diganti. Membrane
hyaline,berisi debris dari sel yang nekrosis yang tertangkap dalam roteinaceous filtrate serum (saringan serum protein),di pagosit oleh makrofag. Sel cuboidal menempatkan pada alveolar yang rusak dan epitelium jalan nafas, kemudian terjadi perkembangan sel kapiler baru pada alveolar. Sintesis surfaktan memulai lagi clan kemudian membantu perbaikan alveoli untuk pengembangan.
Tegangan permukaan alveolus ↑
Ketidakseimbangan infasi saat inspirasi
Kolaps alveoli
Gangguan ventilasi pulmonal ↓
Kerusakan pertukaran gas ↓
Surfaktan menurun
Janin tidak dapat menjaga rongga paru tetap Mengembang
Usaha inspirasi lebih kuat
- Sukar bernapas - Dispnea - Retraksi dinding dada
- Kelelahan
- Pernapasan cuping hidung Metabolisme anaerob
Pola nafas tidak efektif ↓
Timbunan asam laktat Asidosis metabolik
Kurangnya cadangan glikogen dan lemak coklat
Respons menggigil pada bayi kurang/tidak ada
Bayi kehilangan panas tubuh/tidak dapat meningkatkan panas tubuh
↓
Hipothermi
Manifestasi klinis dari penyakit respiratory distress syndrome antara lain:
Pernafasan cepat (tachypnea)
Retraksi (tarikan) dada ( suprasternal,substernal,intercostal)
Dengkingan (grunting) pada saat ekspirasi, diamati pada saat bayi tidak dalam keadaan
menangis (disebabkan oleh penutupan glotis) merupakan tanda/indikasi awal penyakit, berkurangnya dengkingan mungkin merupakan tanda pertama perbaikan.
Pernafasan terlihat paradoks
Cuping hidung
Apnea
Murmur
Edema ekstremitas
Sianosis pucat
Pada foto rontgen ditemukan retikulogranular, gambaran bulat-bulat kecil dengan corakan
bronkogram udara
5. Komplikasi
Pneumothorax
Pneumomediastinum
Pulmonary interstitial dysplasia
Bronchopulmonary dysplasia (BPD)
Patent ductus arteriosus (PDA)
Hipotensi
Menurunnya pengeluaran urine
Asidosis
Hiponatremi
Hipernatremi
Hipokalemi
Hipoglikemi
Disseminated intravascular coagulation (DIC)
Kejang
Intraventricular hemorrhage
6. Pemeriksaan penunjang
1. Gambaran radiologis
Diagnosis yang tepat hanya dapat dibuat dengan pemeriksaan foto rontgen toraks. Pemeriksaan ini juga sangat penting untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang diobati dan
mempunyai gejala yang mirip penyakit membran hialin, misalnya pneumotoraks, hernia diafragmatika dan lain-lain. Gambaran klasik yang ditemukan pada foto rontgen paru ialah adanya bercak difus berupa infiltrate retikulogranuler ini, makin buruk prognosis bayi. Beberapa sarjana berpendapat bahwa pemeriksaan radiologis ini dapat dipakai untuk mendiagnosis dini penyakit membran hialin, walaupun manifestasi klinis belum jelas.
2. Gambaran laboratorium
Kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan laboratorium diantaranya adalah : a. Pemeriksaan darah
Kadar asam laktat dalam darah meninggi dan bila kadarnya lebih dari 45 mg%, prognosis lebih buruk, kadar bilirubin lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi normal dengan berat badan
yang sama. Kadar PaO2 menurun disebabkan kurangnya oksigenasi di dalam paru dan karena
adanya pirau arteri-vena.Kadar PaO2 meninggi, karena gangguan ventilasi dan pengeluaran CO2
sebagai akibat atelektasis paru.pH darah menurun dan defisit biasa meningkat akibat adanya asidosis respiratorik dan metabolik dalam tubuh.
b. Pemeriksaan fungsi paru
Pemeriksaan ini membutuhkan alat yang lengkap dan pelik, frekuensi pernapasan yang meninggi pada penyakit ini akan memperhatikan pula perubahan pada fungsi paru lainnya seperti ‘tidal volume’ menurun, ‘lung compliance’ berkurang, functional residual capacity’ merendah disertai ‘vital capacity’ yang terbatas. Demikian pula fungsi ventilasi dan perfusi paru akan terganggu. c. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler
Penyelidikan dengan kateterisasi jantung memperhatikan beberapa perubahan dalam fungsi kardiovaskuler berupa duktus arteriosus paten, pirau dari kiri ke kanan atau pirau kanan ke kiri (bergantung pada lanjutnya penyakit), menurunnya tekanan arteri paru dan sistemik.
Pada otopsi, gambaran dalam paru menunjukkan adanya atelektasis dan membran hialin di dalam alveolus dan duktus alveolaris.Di samping itu terdapat pula bagian paru yang mengalami
enfisema.Membran hialin yang ditemukan yang terdiri dari fibrin dan sel eosinofilik yang mungkin berasal dari darah atau sel epitel ductus yang nekrotik.
7. Penatalaksanaan
1.Penatalaksanaan medik tindakan yang perlu dilakukan
a. Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agar tetap
dalam batas normal (36,5o-37oC) dengan cara meletakkan bayi dalam inkubator. Kelembaban
ruangan juga harus adekuat (70-80%).
b. Pemberian oksigen. Pemberian oksigen harus dilakukan dengan hati-hati karena berpengaruh
kompleks terhadap bayi prematur. Pemberian O2 yang terlalu banyak dapat menimbulkan
komplikasi seperti : fibrosis paru, kerusakan retina (fibroplasias retrolental), dll.
c. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlut untuk mempertahankan homeostasis dan
menghindarkan dehidrasi. Pada permulaan diberikan glukosa 5-10% dengan jumlah yang disesuaikan dengan umur dan berat badan ialah 60-125 ml/kg BB/hari.asidosis metabolik yang
selalu dijumpai harus segera dikoreksi dengan memberikan NaHCO3 secara intravena.
d. Pemberian antibiotik. Bayi dengan PMH perlu mendapatkan antibiotik untuk mencegah
infeksi sekunder.Dapat diberikan penisilin dengan dosis 50.000-100.000 u/kg BB/hari atau ampisilin 100 mg/kg BB/hari, dengan atau tanpa gentamisin 3-5 mg/kg BB/hari.
e. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan eksogen
(surfaktan dari luar), obat ini sangat efektif, namun harganya amat mahal. 2. Penatalaksanaan keperawatan
Bayi dengan PMH adalah bayi prematur kecil, pada umumnya dengan berat badan lahir 1000-2000 gram dan masa kehamilan kurang dari 36 minggu.Oleh karena itu, bayi ini tergolong bayi berisiko tinggi.Apabila menerima bayi baru lahir yang demikian harus selalu waspada bahaya yang dapat timbul.Masalah yang perlu diperhatikan ialah bahaya kedinginan (dapat terjadi cold injury), risiko terjadi gangguan pernapasna, kesuakran dalam pemberian makanan, risiko terjadi infeksi, kebutuhan rasa aman dan nyaman (kebutuhan psikologik) (Ngastiyah, 2005).
KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian :
1) Identitas : lengkap, termasuk orang tua bayi 2) Riwayat kesehatan :
a. Keluhan utama, terutama sistem pernafasan : cyanosis, grunting , RR, cuping hidung b. Riwayat kesehatan : terutama umur kehamilan dan proses persalinan
3) Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan umum : kesadaran, vital sign
b. Pemeriksaan persistem : terutama pada sistem yang terlibat langsung
Sistem pernafasan :
- kesulitan dalam respirasi normal.
- Refraksi sternum dan interkosta,
- nafas cuping hidung,
- cyanosis pada udara kamar
- respirasi cepat atau lambat
Sistem kardiovaskulaer : - takikardia - nadi lemah/cepat - akral dingin/hangat - cyanosis perifer Sistem gastrointestinal : - Muntah - kembung peristaltik menurun/meningkat
Sistem perkemihan :
- keluaran urine
- warna
2. Diagnose keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis (defisiensi surfaktan dan ketidakstabilan alveolar)
2) Hipotermia berhubungan dengan berada di lingkungan yang dingin
3) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolar
Rencana Keperawatan N o Diagnose Keperawatan Tujuan Intervensi 1 Kerusakan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan perfusi ventilasi ketidakadekuatan kadar surfaktan Batasan karakteristik : - Takikardia - Hiperkapnea - Iritabilitas - Dispnea - Sianosis - Hipoksemia - Hiperkarbia Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam, pertukaran gas pasien menjadi efektif, dengan kriteria : Status Respirasi : Ventilasi (0403) : - Pasien menunjukkan peningkatan ventilasai dan oksigenasi adequat berdasarkan nilai AGD sesuai parameter normel pasien - Menunjukkan Monitor Respirasi (3350) :
1. Monitor rata-rata irama, kedalaman dan usaha untuk bernafas.
2. Catat gerakan dada, lihat
kesimetrisan, penggunaan otot bantu dan retraksi dinding dada.
3. Monitor suara nafas, saturasi oksigen, sianosis
4. Monitor kelemahan otot diafragma 5. Catat onset, karakteristik dan durasi batuk
6. Catat hasil foto rontgen
Terapi Oksigen (3320) :
1. Kelola humidifikasi oksigen sesuai peralatan
2. Siapkan peralatan oksigenasi 3. Kelola O2 sesuai indikasi
- Abnormal frek, irama, kedalaman nafas - Nafas cuping hidung
fungsi paru yang normal dan bebas dari tanda-tanda distres
pernafasan
tanda keracunan O2
Manajemen Jalan Nafas (3140) :
1. Bersihkan saluran nafas dan pastikan airway paten
2. Monitor perilaku dan status mental pasien, kelemahan
3. Posisikan klien dgn elevasi tempat tidur
4. Bila klien mengalami unilateral penyakit paru, berikan posisi semi fowlers dengan posisi lateral 10-15 derajat / sesuai tole-ransi
5. Monitor efek sedasi dan analgetik pada pola nafas klien
Manajemen Asam Basa (1910) :
1. Kelola pemeriksaan laboratorium 2. Monitor nilai AGD dan saturasi oksigen dalam batas normal
2 Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas (defisiensi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …..x 24
Manajemen Jalan Nafas (3140) :
surfaktan dan ketidak-stabilan alveolar). keterbatasan perkembangan otot penurunan energi/kelelahan Batasan karakteristik : - Bernafas mengguna-kan otot pernafasan tambahan - Dispnea - Nafas pendek - Pernafasan rata-rata < 25 atau > 60 kali permenit jam diharapkan pola nafas efektif denga kriteria hasil : Status Respirasi : Ventilasi (0403) : - Pernapasan pasien 30-60X/menit. - Pengembangan dada simetris. - Irama pernapasan teratur - Tidak ada retraksi dada saat bernapas - Inspirasi dalam tidak ditemukan - Saat bernapas tidak memakai otot napas tambahan - Bernapas mudah - Tidak ada suara napas tambahan
leher ektensi jika memungkinkan. 2. Posisikan klien untuk
memaksimalkan ventilasi dan mengurangi dispnea
3. Auskultasi suara nafas
4. Monitor respirasi dan status oksigen
Monitor Respirasi (3350) :
1. Monitoring kecepatan, irama, kedalaman dan upaya nafas.
2. Monitor pergerakan, kesimetrisan dada, retraksi dada dan alat bantu pernafasan
3. Monitor adanya cuping hidung 4. Monitor pola nafas : bradipnea, takipnea, hiperventilasi, respirasi kusmaul, apnea
5. Monitor adanya lelemahan otot diafragma
6. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan dan ketidak adanya ventilasi dan bunyi nafas
3 Hipotermia b.d berada di lingkungan yang dingin, penurunan lemak subkutan, peningkatan upaya pernapasan sekunder akibat RDS Batasan karakteristik : - Penurunan suhu tu-buh di bawah ren-tang normal -Pucat - Menggigil - Kulit dingin -Dasar kuku sianosis - pengisian kapiler lambat Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …..x 24 jam hipotermia tidak terjadi dengan kriteria : Termoregulasi Neonatus (0801) : - Suhu axila 36-37˚ C - RR : 30-60 X/menit - Warna kulit merah muda - Tidak ada distress respirasi - Tidak menggigil - Bayi tidak gelisah - Bayi tidak letargi Pengobatan Hipotermi (3800) :
1. Pindahkan bayi dari lingkungan yang dingin ke dalam lingkungan / tempat yang hangat (didalam inkubator atau lampu sorot)
2. Segera ganti pakaian bayi yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat dan kering, berikan selimut. 3. Monitor gejala dari hopotermia : fatigue, lemah, apatis, perubahan warna kulit
Daftar Pustaka
Suriadi, yuliana rita. (2010).asuhan keperawatan padaak edisi 2,Jakarta : penerbit Sagung
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-bayi-dengan.html