• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPS SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPS SD"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 | A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o . J u n i 2 0 1 6

²penulis penanggungjawab 3

penulis penanggungjawab

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

DALAM PEMBELAJARAN IPS SD

Fatra Sedenayoga, Nono Harsono I , Ening Widaningsih2 Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Pendidikan Indonesia Email: fatrasedenayoga94@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji mengenai pengaruh dari penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri yang dilaksanakan di SDN Tawangheman 01 pada siswa kelas IV yang berjumlah 27 siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian yang akan dilaksanakan ini ialah bagaimana proses dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran berbasis inkuiri pada materi permasalahan sosial di kelas IV SDN Tawangheman 01. Penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis inkuiri ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi permasalahan sosial. Lebih lanjut, metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model PTK. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan desain model Kemmis & McTaggart. Terdapat tiga siklus dalam penelitian yang dilakukan, setiap siklus terdiri dari dua tindakan, sehingga jumlah tindakan yang dilakukan ada 6 tindakan. Hasil yang diperoleh dari instrumen dikaji dan dianalisis kemudian di paparkan secara kualitatif dan kuantitatif. Kemudian dalam ketiga aspek yang peneliti rumuskan untuk menilai proses belajar siswa yang diantaranya ada aspek bertanya, aspek mengemukakan pendapat dan aspek bekerjasama dalam kelompok memperoleh rata-rata nilai pada siklus I,II dan III dengan kriteria penilaian yang bagus, dimana setiap siklusnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sedangkan nilai hasil belajar siswa rata-rata dari siklus I tindakan 1 sampai dengan siklus III tindakan 2 secara berturut-turut yaitu, 64,75; 69,09; 72,4; 75,77; 76,31 dan 84,13. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, proses dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran berbasis inkuiri dalam pembelajaran IPS dapat direkomendasikan bagi guru dalam pembelajaran IPS serta bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan rujukan penelitian dalam bidang mata pelajaran lainnya.

Kata kunci: Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri, Proses dan Hasil belajar Siswa, serta Permasalahan Sosial1

(2)

THE APPLICATION OF INKUIRI-BASED LEARNING MODEL

TO IMPROVE THE LEARNING RESULTS OF STUDENTS IN

LEARNING IPS ELEMENTARY SCHOOL

Fatra Sedenayoga, Nono Harsono I , Ening Widaningsih2

Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Pendidikan Indonesia Email: fatrasedenayoga94@gmail.com

ABSTRACT

This research examines the impact of the application of the model regarding learning-based inkuiri were held in SDN 01 Tawangheman in grade IV of 27 students, consisting of 12 male students and female students. As for the formulation of the problem in the research that will be carried out is how the process and results of student learning by applying model-based learning material on the social problems of the inkuiri in the class IV SDN Tawangheman 01. The research was carried out using model-based learning, inkuiri aims to improve the learning results of students on social problems. Further, the methods used in this study i.e. model PTK. The research method used is to use the design model Kemmis & McTaggart. There are three cycles in a study conducted, each cycle consisting of two acts, so the number of actions taken there are 6 action. The results obtained from the instrument examined and analyzed then qualitatively and quantitatively describe. Then in third aspect that researchers deduce to assess the learning process of students among them there are aspects aspect suggested asking, and aspects of cooperation in the group gained an average of values in cycle I, II and III with a good assessment of criteria, where each cycle experienced significant improvement. While the value of learning results students average from cycle I action 1 to action 2 cycle III respectively i.e., 64.75; 69.09; 72.4; 75.77; 76.31 and 84.13. Based on the results of the research that has been done, the process and results of student learning during each cycle has increased. Therefore, the use of model-based learning inkuiri learning in the IPS can be recommended for teachers in the IPS as well as learning for the next researcher can be used as a reference in the field of research on other subjects

Keywords: Model Inkuiri-based learning, Student Learning Outcomes and Processes, as well as social problem.

(3)

3 | A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o . J u n i 2 0 1 6

²penulis penanggungjawab 3

penulis penanggungjawab PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu aspek terpenting bagi kehidupan

manusia. Dengan pendidikan,

kehidupan manusia bisa jauh lebih terarah, karena pendidikan bisa menjadikan manusia memiliki kualitas hidup yang jauh lebih baik. Pendidikan dijadikan alat yang tepat untuk mengembangkan potensi manusia. Hal tersebut dapat dilihat dari tujuan pendidikan itu sendiri. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dijabarkan tujuan pendidikan nasional Indonesia sebagai berikut. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Salah satu jenjang pendidikan yang diberikan di sekolah adalah mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang sekolah dasar sampai pada jenjang yang lebih tinggi lagi. Pendidikan IPS diarahkan konstruktivisme sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang kehidupan sosial dalam lingkungan. Hal ini sejalan dengan tujuan dari mata pelajaran IPS berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai berikut.

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat lingkungannya. 2. Memiliki kemampuan dasar

berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan

kesadaran tentang nilai-nilai social dan kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan

berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.

Tujuan dari pembelajaran IPS tersebut dapat tercapai, maka guru sebagai ujung tombak dari pendidikan dituntut untuk dapat memilih model dan model yang tepat. Model dan model yang digunakan harus sebesar-besarnya melibatkan peran serta

peserta didik dalam proses

pembelajaran. Guru sebagai faktor utama dalam keberhasilan pengajaran

IPS dituntut untuk mampu

menyampaikan bahan pengajaran kepada peserta didik dengan baik.

Guru harus mampu melatih

keterampilan anak untuk berfikir kritis dan inovatif. Selain itu melalui pembelajaran IPS ini peserta didik dilatih untuk mengembangkan daya cipta dan jiwa sosialnya.

Namun pada kenyatannya di kelas IV SDN Tawang Heman 01 yang berjumlah 27 siswa, pembelajaran IPS masih belum sesuai dengan yang seharusnya. Berdasarkan pengamatan di lapangan, penulis mendapakan perolehan hasil pembelajaran IPS materi teknologi, informasi dan komunikasi, diantaranya adalah

(4)

sebagai berikut; 3 orang siswa mendapatkan hasil 85, 8 orang siswa memperoleh nilai 75, dan 16 orang siswa memperoleh nilai dibawah 60. Berdasarkan perolehan diatas, maka pembelajaran IPS dikelas tersebut masih belum maksimal, hal ini dapat terlihat dari rata-rata nilai peserta didik yang masih kurang dari KKM. Faktor yang mempengaruhi kurangnya nilai peserta didik di kelas karena dalam mengajar, guru masih mendominasi. Hal ini karena dalam pembelajaran, guru hanya fokus menjejali peserta didik dengan materi-materi saja. Interaksi antara guru dan peserta didik belum maksimal. Selain itu murid

diposisikan sebagai penerima

informasi saja, tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran sepenuhnya. Pembelajaran seperti ini menurut penulis sangat tidak bermakna.

Pembelajaran IPS lebih efektif apabila guru melakukan model yang tepat dalam pembelajarannya. Salah satu solusi untuk mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis inkuiri. Pada model ini siswa diminta mencari dan menemukan sendiri atas permasalahan yang mereka temukan. Lebih jauh W.Gulo (Anam, 2015 hlm. 11) menuturkan bahwa “pembelajaran berbasi inkuiri ini melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri”. Dengan demikian keterlibatan siswa secara langsung ini diharapkan siswa menjadi seorang peneliti sehingga ketika dalam kehidupan sehari-hari ia telah mampu

mengenali kondisi atas permasalahan dan mampu untuk menyelesaikannya serta mampu memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi.

Tujuan dari model ini juga dirasa tepat dan sejalan dengan tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial sendiri yaitu siswa mampu berpikir logis dan kritis,

mampu memecahkan masalah,

meningkatnya prestasi belajar serta terampil dalam kehidupan sehari-hari. Lebih jauh Anam (2015, hlm. 9) menuturkan bahwa tujuan model ini yaitu “siswa diharapkan dapat memahami permasalahan kemudian mengidentifikasi dengan cermat dan teliti, lalu diakhiri dengan memberikan jawaban atas permasalahan yang tersaji”. Keunggulan dari model ini yaitu memberikan kesempatan belajar yang bebas kepada siswa untuk menggali berbagai informasi sehingga

dalam proses pembelajarannya

menjadi hidup dan siswa akan terlibat aktif didalamnya.

Dengan model pembelajaran berbasis inkuiri ini siswa lebih terfokus terhadap permasalahan yang akan dibicarakan karena semuanya disiapkan dan dibimbing sertamerta oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis akan memilih dan menerapkan model pembelajaran berbasis inkuiri sebagai usaha meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Diharapakan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis inkuiri maka hal-hal yang menjadi masalah dalam pembelajaran IPS dapat teratasi bahkan dapat meningkatkan hasil belajar mereka.

(5)

5 | A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o . J u n i 2 0 1 6

²penulis penanggungjawab 3

penulis penanggungjawab

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana proses pembelajaran IPS di kelas IV SDN Tawang Heman 01 dengan penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri?

2. Bagaimana hasil pembelajaran IPS di kelas IV SDN Tawang Heman 01?

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk;

1. Mengetahui proses pembelajaran IPS di kelas IV SDN Tawang Heman 01 dengan penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri

2. Mengetahui hasil pembelajaran IPS di kelas IV SDN Tawang Heman 01

Inkuiri ini berasal dari bahasa Inggris yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat

mengarahkan pada kegiatan

penyelidikan terhadap obyek

pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Lebih lanjut Sanjaya (2008, hlm. 196) mengemukakan

bahwa “pembelajaran inkuiri

merupakan rangkaian kegiatan

pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan

analisis untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu

masalah yang dipertanyakan”. Lebih jauh Gulo (dalam Anam, 2015, hlm.

11) mengemukakan bahwa

“pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri”.

Keterlibatan siswa dalam setiap proses belajar merupakan bagian terpenting dalam pengembangan kemampuan siswa itu sendiri, karena keterlibatan tersebut merupakan kegiatan mental-intelektual dan sosial emosional. Dalam keterlibatan itu, siswa cenderung mengembangkan mental intelektualnya, yakni untuk secara berani dan meyakinkan menerima, menghayati, menelaah dan mengajukan solusi atas masalah yang ada. Pembelajaran berbasis inkuiri juga merupakan metode pembelajaran yang memberi ruang sebebas-bebasnya bagi siswa untuk menemukan gairah dan cara belajarnya masing-masing. Siswa tidak lagi dipaksa untuk belajar dengan gaya atau cara tertentu, mereka

dikembangkan untuk menjadi

pembelajar yang kreatif dan produktif. Nilai positifnya, mereka tidak hanya akan mengetahui, tetapi juga memahami intisari dari potensi-potensi pengembangan atas materi pelajaran tertentu.

Menurut Anam (2015, hlm. 13) ciri-ciri pembelajaran berbasis inkuiri dapat dilihat dari uraian sebagai berikut. (a) Strategi inkuiri menekankan pada aktivitas siswa yang menyeluruh untuk mencari dan menemukan. Sehingga siswa tidak dijadikan sebagai objek pembelajaran lagi; (b) Strategi inkuiri menempatkan

(6)

guru bukan sebagai satu-satunya sumber belajar. Posisi guru disini bertindak sebagai fasilitator dan motivator bagi peserta didik; (c) Tujuan dari penggunaan Strategi pembelajaran inkuiri ini adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.

Lebih lanjut Jauhar (2011, hlm. 166) merumuskan hal-hal yang harus dilakukan guru untuk mengaplikasikan model pembelajaran berbasis inkuiri sebagai berikut: (a) Orientasi; (b) Merumuskan masalah; c) Merumuskan Hipotesis; (d) Mengumpulkan data; (e) Menguji hipotesis; (f) Merumuskan kesimpulan.

Hasil belajar merupakan

penguasaan serta pemahaman

mengenai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku yang siswa dapatkan setelah melalui serangkaian

kegiatan pembelajaran yang

dikembangkan oleh guru. Adapun menurut Hamalik (2005) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran, misalnya perubahan dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Sedangkan menurut Sudjana (2009) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

METODE

Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode Penelitian Tindakan Kelas. Dengan metode penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat membangkitkan

suatu proses kegiatan pembelajaran dikelas dengan mengujicobakan pembelajaran berbasis inkuiri dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas.

Pemilihan jenis penelitian ini dikarenakan tujuan jenis penelitian ini sesuai dengan yang diharpakan yaitu untuk memperbaiki tindakan. Lebih jauh Arikunto (2009, hlm. 2) menyatakan bahwa “ada hal yang

sangat perlu dipahami bahwa

penelitian tindakan kelas bukan sekedar mengajar seperti biasa, tetapi harus mengandung suatu pengertian bahwa tindakan yang dilakukan atas dasar upaya meningkatkan hasil untuk lebih baik dari sebelumnya”.

Metode Penelitian Tindakan Kelas ini dipilih berdasarkan atas permasalahan-permasalahan yang ditemukan. Lemahnya hasil belajar siswa menjadi tujuan utama peneliti melakukan penelitian ini. Melalui penelitian yang dilakukan ini, peneliti berusaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga siswa bisa lebih aktif dalam pembelajaran IPS

dengan penggunaan model

pembelajaran yang menurut peneliti sesuai dengan permasalahan yang

ditemukan dikelas IV SDN

Tawangheman 01. Jenis desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada desain penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart yang terdiri dari 3 siklus di setiap siklus terdiri dari 1 tindakan.

Berdasarkan model Kemmis dan MC Taggart penelitian yang digunakan menggunakan 3 siklus yang pada setiap siklusnya

(7)

7 | A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o . J u n i 2 0 1 6

²penulis penanggungjawab 3

penulis penanggungjawab

dilakukan terdiri dari 1 tindakan.

Desain tersebut merupakan

gambaran dalam satu siklus. Akan tetapi karena materi Permasalahan Sosial pada mata pelajaran IPS ini menurut peneliti terlalu banyak, maka dalam penelitian ini peneliti menerapkan 2 tindakan dalam setiap siklusnya. Lebih lanjut untuk rincian langkah-langkah pelaksanaan penelitian dengan menggunakan model ini adalah sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan Tindakan Pada tahap perencanaan ini peneliti merumuskan segala sesuatu yang akan dilakukan dalam penelitian. Banyak hal yang harus dipersiapkan seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), instrumen yang akan digunakan dan penilaian. Semua proses direncanakan dari awal agar penelitian dapat berjalan dengan sesuai yang diharapkan. Pada penerapannya perencanaan ini dilakukan atau dibuat pada saat peneliti akan melakukan tindakan yang baru. Hal ini dilakukan

peneliti supaya dapat

meningkatkan hasil belajar yang telah diperoleh dari tindakan sebelumnya.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan tindakan yang telah dibuat atau direncanakan kepada siswa. Pada tahap ini peneliti melakukan

tindakan untuk memecahkan

masalah yang telah ditentukan sebelumnya. Implementasi ini dilakukan guna meningkatkan atau memperbaiki proses belajar

menggunakan tindakan yang

direncanakan. Pada penelitian tindakan kelas model Kemmis dan MC Taggart pelaksanaan tindakan dibagai kedalam tiga siklus yaitu sebagai berikut.

a. Siklus 1 Pengertian Masalah Sosial (contoh, dan penyebab), Kepadatan Penduduk.

b. Siklus 2 Mengidentifikasi Masalah Kemiskinan, dan Masalah Pengangguran.

c. Siklus 3 Mengidentifikasi Masalah Kenakalan Remaja

dan Masalah Pencemaran

Lingkungan

3. Tahap Pengamatan

Kegiatan pengamatan

dilaksanakan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan. Peneliti dan guru kelas sebagai observer bekerja sama untuk mengamati kegiatan pembelajaran materi permasalahan sosial dengan model pembelajaran berbasis inkuiri. 4. Tahap Refleksi

Peneliti dan guru mitra mengkaji atau menganalisis hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

Apakah ada kemajuan atau

perbaikan. Jika hasil tindakan belum mencapai keberhasilan maka harus dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Penelitian dilaksanakan di

Sekolah Dasar Negeri

Tawangheman 01, Jl. Sapan-Majalaya, RT 02 RW 08 Desa

Rancakasumba, Kecamatan

Solokan Jeruk, Kabupaten

Bandung. Lokasi sekolah berada tepat di pinggir jalan raya, dekat dengan Masjid Al-Khoir.

Subyek yang diteliti pada penelitian ini adalah siswa kelas IV

(8)

SDN Tawangheman 01 yang berjumlah 27 siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Alasan peneliti memilih lokasi dan subyek penelitian yang akan dilakukan adalah:

a. Peneliti sering mendengar keluhan dari orangtua siswa bahwa hasil belajar anaknya dalam mata pelajaran IPS kebanyakan kurang bagus dari mata pelajaran yang lainnya. b. Peneliti juga mendengar

langsung dari guru wali kelas tersebut bahwa perkembangan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS kebanyakan belum bisa memenuhi KKM. c. Karena peneliti pernah

mengenyam bangku

pendidikan di SD ini, maka peneliti ada rasa untuk mengabdi dan memperbaiki hasil belajar para siswa dalam pembelajaran IPS.

d. Pada saat peneliti melakukan observasi, peneliti menemukan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru masih terdapat kekurangan yang diantaranya pembelajaran masih berpusat pada guru dan siswa cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran.

e. Peneliti melihat dalam proses pembelajaran IPS dikelas IV SDN Tawangheman 01 ini, minat untuk mengikuti proses

pembelajaran dari para

siswanya masih kurang atau masih rendah.

TEMUAN

Temuan Esensial Siklus I Tindakan 1

Temuan Lapangan

- Siswa masih kebingungan dalam membuat pertanyaan, terutama pada saat siswa harus memilih pertanyaan tersebut sebagai bahan rumusan masalah yang akan siswa pecahkan bersama. - Anggota kelompok tidak

semuanya mengerjakan

permasalahan yang sedang dihadapi dan masih banyak yang diam serta malah main-main dengan siswa lain - Siswa masih sulit saat

menyampaikan hasil diskusi dan hasil belajarnya di depan kelas.

Temuan Esensial Siklus 1 Tindakan 2 Temuan Lapangan

- Beberapa siswa terlihat gaduh setelah peneliti selesai melakukan absensi.

- Siswa masih sungkan untuk

memberikan pertanyaan,

(9)

9 | A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o . J u n i 2 0 1 6 ²penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab menyampaikannya.

- Hanya beberapa anggota kelompok yang ikut dalam proses diskusi.

- Siswa masih ragu-ragu dan malu-malu saat diminta menyampaikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.

Temuan Esensial Siklus II Tindakan 1 Temuan Lapangan

- Beberapa siswa terlihat

mengantuk saat proses

pembelajaran.

- Siswa kebingungan dalam

menentukan narasumber

dalam kegiatan wawancara - Anggota kelompok tidak

semuanya mengerjakan

permasalahan dan masih banyak siswa yang diam serta main-main dengan siswa lain.

Temuan Esensial Siklus II Tindakan 2 Temuan Lapangan

- Salah satu siswa terlihat mengantuk atau tidak fokus - Siswa sudah mampu untuk

melontarkan pertanyaan

dengan baik

- Siswa sudah terlihat mampu untuk bekerjasama dalam kelompok dengan baik

- Masih ada salah satu siswa

yang malu-malu untuk

menyampaikan hasil diskusi kelompoknya.

Temuan Esensial Siklus III Tindakan 1 Temuan Lapangan

- Kebanyakan siswa sudah muncul rasa percaya dirinya

dengan menunjukan

keterampilan bertanya dan mengemukakan pendapatnya - Siswa terkejut saat peneliti

memberikan LKS

- Anggota kelompok tidak

semuanya mengerjakan

permasalahan dan masih ada siswa yang hanya diam.

Temuan Esensial Siklus III Tindakan 2 Temuan Lapangan

- Kebanyakan siswa telihat lebih antusias dari kegiatan awal sampai akhir

(10)

- Siswa terlihat sudah tidak mengalami kesulitan dan

kebingungan dalam

mengerjakan LKS ataupun mengerjakan soal evaluasi.

Evaluasi Akhir

Berdasarkan data yang

terkumpul dari hasil penelitian pada siklus 1 sampai siklus 3 maka diperoleh temuan-temuan yang didapat dari instrumen yang dibuat sebelumnya, adapun instrumen yang digunakan yaitu penilaian proses belajar, lembar observasi, catatan lapangan serta wawancara. Temuan yang pertama yaitu kebanyakan siswa sudah telihat lebih antusias dari kegiatan awal sampai akhir. Tidak sedikit juga siswa yang masih kurang fokus

dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran dari awal sampai akhir. Kemudian temuan yang selanjutnya sebagian siswa masih

mengalami kesulitan dalam

membuat pertanyaan serta dalam merumuskan masalah. Lebih lanjut situasi kelas lebih kondusif. Hal ini

terjadi karena kesadaran dan tanggung jawab siswa terhadap

proses pembelajaran yang

dilakukan. Temuan selanjutnya

dengan menggunakan model

inkuiri ini adalah sangat sulitnya mengubah gaya belajar siswa dari kebiasaan menerima informasi dari peneliti menjadi aktif mencari dan menemukan sendiri topik yang sedang dibahas, untuk itu maka peneliti harus lebih sabar dan lebih termotivasi lagi untuk merubah gaya belajar siswa kearah yang demikian. Dan temuan terakhir adalah kebebasan yang diberikan oleh peneliti kepada siswa dalam belajar tidak selamanya dapat dimanfaatkan secara optimal oleh siswa, hal ini terbukti dengan masih terlihatnya sebagian siswa yang hanya diam saja pada saat proses pembelajaran berlangsung. Akan tetapi didapatkan juga bahwa siswa terlihat sudah tidak

mengalami kesulitan dan

kebingungan dalam mengerjakan LKS ataupun mengerjakan soal

(11)

11 | A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o . J u n i 2 0 1 6

²penulis penanggungjawab 3

penulis penanggungjawab

evaluasi yang telah diberikan oleh peneliti.

Meskipun dalam siklus ketiga juga terdapat beberapa kelemahan, akan tetapi peneliti merasa cukup puas dengan hasil yang diperoleh siswa dari setiap siklusnya. Dalam penelitian

dengan menggunakan model

inkuiri ini ternyata pada setiap siklusnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan, untuk itu dalam penelitian ini peneliti

merasa tidak perlu untuk

melakukan tindakan kegiatan pembelajaran selanjutnya karena dirasa sudah mampu menjawab dari rumusan masalah yang telah peneliti berikan sebelumnya. PEMBAHASAN

Berdasarkan tindakan yang telah dilaksanakan dalam setiap siklus

dengan menggunakan model

pembelajaran berbasis inkuiri, terdapat suatu peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini ditunjukkan dari perbedaan proses dan hasil belajar siswa yang terjadi pada siklus I, siklus II dan siklus III yang mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya. Lebih lanjut untuk mengetahui hasil temuan-temuan esensial dari siklus 1 sampai siklus 3, dapat dilihat dari grafik sebagai berikut.

Grafik Nilai Rata-Rata Proses Belajar Siswa Pertindakan

Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan gambar yang

disajikan tersebut, maka dapat terlihat

bahwa penggunaan model

pembelajaran berbasis inkuiri dalam pembelajaran IPS disekolah dasar dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini terbukti dari peningkatan hasil belajar siswa yang cukup signifikan. Terlihat dari rata-rata nilai hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I tindakan pertama sebesar

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

Nilai Rata-Rata Proses Belajar Siswa

Siklus I Siklus II Siklus III

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 perolehan nilai siswa

(12)

64,75 pada tindakan kedua sebesar 69,09 dengan rata-rata peningkatan sebesar 4,34. Kemudian pada siklus II tindakan pertama memperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 72,4 dan tindakan kedua sebesar 75,77 dengan rata-rata peningkatan 3,37 setiap tindakannya. Selanjutnya pada siklus III tindakan pertama memperoleh nilai sebesar 76,31 dan tindakan kedua sebesar 84, 13 dengan rata-rata peningkatan sebesar 7,82 setiap tindakan. Terkait dengan apa yang sudah dipaparkan, maka dapat dimaknai bahwa rata-rata nilai hasil belajar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya yang cukup signifikan, terutama pada siklus III tindakan kedua yang memperoleh nilai terbesar yaitu 84,13.

Meningkatnya perolehan nilai rata-rata hasil belajar siswa tersebut, tidak terlepas dari berbagai upaya yang telah peneliti lakukan pada setiap siklusnya. Peneliti melakukan suatu perbaikan apa yang dirasa masih kurang pada setiap siklusnya. Perbaikan yang dilakukan oleh peneliti yaitu secara menyeluruh baik dalam proses pembelajaran maupun nilai hasil belajar siswa.

Dengan dilakukan perbaikan secara menyeluruh, peneliti berasumsi bahwa keberhasilan siswa dalam memperoleh nilai yang baik tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kecerdasan saja melainkan terdapat

faktor-faktor lain yang

mempengaruhinya. Hal ini senada dengan pendapat Wasliman (dalam Susanto, 2013) yang mengemukakan bahwa hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa merupakan hasil dari

interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) faktor dari luar diri siswa (eksternal).

Lebih lanjut faktor yang

mempengaruhi keberhasilan belajar siswa yakni motivasi dan ketertarikan siswa itu sendiri terhadap materi yang sedang dihadapi. Motivasi yang diberikan oleh peneliti berupa suatu dorongan yang positif, dorongan tersebut berupa pemberian semangat agar siswa tersebut merasa bahwa dirinya harus memiliki suatu tujuan yang akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya.

Lebih lanjut meningkatnya hasil belajar pada setiap siklus dengan menggunakan model pembelajaran berbasis inkuiri didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh kedua peneliti sebelumnya. Mimin Mintarsih pada Tahun 2010, beliau meneliti prestasi belajar siswa, dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa pada

mata pelajaran IPS dengan

menggunakan model inkuiri ini meningkat dari setiap siklus. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh oleh Sisca Rachmawati pada Tahun 2010 dengan menggunakan model inkuiri juga berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh kedua peneliti tersebut, model pembelajaran berbasis inkuiri sangat baik dijalankan karena mampu meningkatkan hasil belajar siswa, dan hasil tersebut dibuktikan pula oleh peneliti yang melakukan penelitian pada materi permasalahan sosial , dan hasil belajar siswa meningkat setiap siklusnya.

(13)

13 | A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o . J u n i 2 0 1 6 ²penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab KESIMPULAN

1. Dengan penerapan model

pembelajaran berbasis inkuiri, ternyata proses pembelajaran siswa semakin

baik dan selalu mengalami

peningkatan, baik itu pada aspek

mengajukan pertanyaan, aspek

mengemukakan pendapat maupun

pada aspek bekerjasama dalam kelompok. Hal ini dapat terlihat berdasarkan penelitian yang dilakukan selalu mengalami peningkatan setiap siklusnya, adapun pada aspek mengajukan pertanyaan dari siklus I tindakan 1 sampai siklus III tindakan 2 secara berturut-turut adalah sebagai berikut: 2,1; 2,27; 2,28; 2,53; 3,21; 3,26. Selanjutnya pada aspek

mengemukakan pendapat secara

berturut-turut adalah sebagai berikut; 1,75; 2; 2,04; 2,1; 3; 3,08. Serta yang terakhir pada aspek bekerjasama dalam kelompok perolehan nilai secara berturut-turut adalah sebagai berikut: 2,15; 2,3; 2,36; 2,46; 3; 3,39. Dengan

demikian, penerapan model

pembelajaran berbasis inkuiri pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan materi masalahan-masalah sosial ini dapat meningkatkan proses belajar siswa.

2. Model pembelajaran berbasis inkuiri ini selain dapat meningkatkan proses belajar siswa, model ini juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dengan diperolehnya data hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada setiap siklusnya meningkat. Perolehan nilai pada siklus I tindakan 1 adalah 64,75 dan tindakan 2 yaitu 69,09 kemudian pada siklus II

tindakan 1 adalah 72,4 dan tindakan 2 yaitu 75,77 dan yang terakhir pada siklus III tindakan 1 adalah 76,31 dan tindakan 2 yaitu 84,13. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

penerapan model pembelajaran

berbasis inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran materi permasalahan sosial.

REFERENSI

Anam, K. (2015). Pembelajaran Berbasis Inkuiri Metode dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. dkk. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, O. (2005). Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Mandar Maju Jauhar, M. (2011). Implementasi

Paikem dari Behavioristik sampai Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustakarya. Sanjaya, W. (2008). Strategi

Pembelajaran. Bandung: Kencana.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.

Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Tantya, H., & Winardi. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas 4 semester 2. Jakarta: Pusat Perbukuan

Departemen Pendidikan

Nasional.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Gambar

Grafik Nilai Rata-Rata Proses Belajar  Siswa Pertindakan

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan telah dilakukan Evaluasi Administrasi, Teknis dan Kewajaran Harga untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas yang Saudara tujukan kepada

[r]

Pengembangan teks dongeng Berbasis pendidikan karakter sebagai alternatif Bahan ajar prosa fiksi siswa smp kelas vii.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Disarankan kepada pihak sekolah SMA Negeri 1 Babalan untuk meningkatkan kegiatan promosi kesehatan melalui kegiatan upaya kesehatan sekolah (UKS) mengenai

Dengan adanya aplikasi ini bagi pemula yang menggemari bulu tangkis dapat mempelajari dengan baik dan benar, selain itu aplikasi ini juga memberikan informasi yang lengkap

Kepada peserta pelelangan yang keberatan atas penetapan pemenang pelelangan kegiatan tersebut diberikan kesempatan untuk mengadakan sanggahan secara tertulis

[r]

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara