• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN PEMBELAJARAN PECAHAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK BAGI GURU-GURU SD DI DESA SUKADANA KECAMATAN KUBU KARANGASEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELATIHAN PEMBELAJARAN PECAHAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK BAGI GURU-GURU SD DI DESA SUKADANA KECAMATAN KUBU KARANGASEM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1233 I Made Sugiarta 1, I Made Suarsana 2, I Gusti Ngurah Pujawan 3

ABSTRACT

Fractions are one of the learning topics that are difficult for students to understand and difficult for teachers to learn. The situation analysis at 4 elementary schools in Sukadana Village shows that student achievement in learning fractions is still low and innovative breakthroughs have not been made by the teacher on this problem. Therefore, it is deemed necessary to strengthen mastery of fraction teaching materials and the learning strategy using a realistic approach. The method of implementing activities adopts a participatory rural appraisal model and a technology transfer model. The activity was carried out in 4 stages, namely (1) material preparation, (2) pre-test, (3) training, and (4) post-test. The percentage of participants who attended and attended the training in full had exceeded the target number and there had been an increase in mastery of fraction teaching materials and learning strategies with a realistic approach by teachers from 30.25% to 84.61%.

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Matematika sekolah dasar merupakan fondasi beajar matematika pada jenjang berikutnya. Bila matematika siswa lemah maka dapat diduga bahwa siswa akan mengalami masalah dalam belajar matematika lebih lanjut. Lemahnya pemahaman siswa dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang sangat strategis adalah faktor guru. Unjuk kerja siswa akan dipengaruhi oleh unjuk kerja guru, dan unjuk kerja guru dipengaruhi oleh kemampuannya, baik berkaitan dengan pengetahuan materi dan pengetahuan pedagogik.

Idealnya seorang guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik bila dia memiliki pengetahuan materi dan pengetahuan pedagogic dengan baik (Suarsana & Pujawan, 2017). Pelatihan bagi guru adalah alternatif untuk meningkatkan pengetahuan guru sehingga dapat melaksanakan pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran matematika di sekolah dasar mestinya dekat dengan kehidupan siswa, dalam arti pengalaman kehidupan siswa sehari-hari dibawa ke dalam kelas untuk dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari, selanjutnya pengetahuan yang dimiliki oleh siswa diaplikan untuk menjawab masalah sehari-hari.

PELATIHAN PEMBELAJARAN PECAHAN DENGAN PENDEKATAN

MATEMATIKA REALISTIK BAGI GURU-GURU SD DI DESA

SUKADANA KECAMATAN KUBU KARANGASEM

123Jurusan Matematika FMIPA UNDIKSHA Email:made.sugiarta@undiksha.ac.id

Keywords: primary school mathematics, fraction, realistic

Pecahan adalah salah satu topik pembelajaran yang sulit bagi siswa untuk memahaminya dan sukar bagi guru untuk membelajarkannya. Analisis situasi pada 4 sekolah dasar di Desa Sukadana menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dalam pembelajaran pecahan masih rendah dan belum dilakukan terobosan inovatif oleh guru terhadap permasalahan tersebut. Oleh karenanya dipandang perlu dilakukan pemantapan penguasaan materi ajar pecahan dan strategi pembelajarannnya menggunakan pendekatan realistik. Metode pelaksanaan kegiatan mengadopsi model partisipatory rural apprasial dan model technology transfer. Kegiatan dilaksanakan dalam 4 tahapan yaitu (1) penyusunan materi, (2) pre tes, (3) pelatihan, dan (4) post tes. Persentase jumlah peserta yang hadir dan mengikuti pelatihan secara penuh telah melampaui jumlah sasaran dan telah terjadi peningkatan penguasaan materi ajar pecahan dan strategi pembelajarannya dengan pendekatan realistik oleh guru-guru dari 30,25% menjadi 84,61%.

(2)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1234 Pembelajaran matematika realistik salah satu

pendekatan pembelajaran yang diawali dengan masalah yang fenomenanya dekat dengan kehidupan siswa, dan melalui matematisasi horizontal dan vertikal siswa diberi kesempatan untuk membangun pengetahuan matematika formal (Sembiring, 2010). Oleh karena itu, penting dipahami oleh guru, bagaimana

membuat perencanaan pembelajaran

matematika realistik memilih media yang mudah diperoleh sehingga pembelajaran menjadi bermakna sangat penting bagi guru.

Desa Sukadana merupakan satu dari sembilan desa yang masuk dalam wilayah Kecamatan Kubu. Terdapat 4 SD tersebar di desa Sukadana. Lokasinya sekitar 50 km dari Kota Amlapura dan 65 Km dari Kota Singaraja. SD-SD di desa ini masih jarang tersentuh program pengabdian dari Undiksha, khususnya Jurusan Matematika. Hasil observasi dan wawancara dengan Kepala Sekolah SD No. 2 Sukadana ditemukan bahwa minat masyarakat untuk mendidik putra putrinya di sekolah ini cukup tinggi. Karena permintaan masyarakat, kadangkala diterima lebih dari 30 anak. Kemampuan siswa secara umum, menengah ke atas, dalam beberapa kesempatan ikut berkompetisi dalam lomba-lomba tertentu. Akan tetapi dalam bidang matematika kemampuan siswa rendah, kemampuan berhitung sangat lemah terutama berhitung pecahan. Misalnya, menentukan hasil

penjumlahan/pengurangan dan

perkalian/pembagian pecahan. Beberapa Kit alat peraga misalnya untuk bangun-bangun geometri sudah ada, namun masih ada kendala dalam penggunaan. Cara yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk membantu siswa yang rendah dalam matematika adalah memberikan waktu tambahan di luar jam pelajaran, tetapi ini khusus untuk siswa kelas V dan VI. Dengan kata lain, rendahnya kemampuan siswa dalam berhitung pecahan belum mendapat penangan secara terencana dan berkelanjutan. Guru juga secara umum mengalami masalah dalam mengajarkan pecahan. Pernyataan Kepala Sekolah dipertegas kembali oleh Ni Made Wartini yang telah mengajar di kelas V sejak tahun 2011.

Permasalahan yang terjadi di SD N 2 Sukadana, Kecamatan Kubu, Karangasem sesungguhnya adalah persoalan yang juga dihadapi oleh 3 SD lainnya di Desa Sukadana. Persoalan ini perlu segera dicarikan solusi, sehingga pembelajaran matematika khususnya pembelajaran pecahan di SD tidak lagi menjadi pelajaran yang sulit dan membosankan. Penting untuk segera diadakan kegiatan pelatihan pembelajaran pecahan dengan pendekatan matematika realistik sehingga pengetahuan materi dan pedagogik guru-guru dapat meningkat.

METODE

Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran dari kegiatan ini adalah guru-guru kelas IV, V dan kelas VI SD-SD di Desa Sukadana yaitu sejumlah 12 orang.

Kerangka Pemecahan Masalah

Solusi yang ditawarkan adalah memberikan pelatihan dan pendampingan pembelajaran pecahan dengan matematika realistik dengan kerangka pemecahan sebagai berikut.

(1) Dalam hal membuat persiapan target luaran yang diharapkan adalah semua guru peserta pelatihan mampu:

a. Membuat lintasan pembelajaran pecahan

b. Memilih dan mengembangkan media pembelajaran yang murah, mudah diperoleh, menarik dan akrab dengan siswa

(2) Dalam bidang pelaksanaan pembelajaran, target luaran yang diharapkan adalah semua guru dapat melaksanakan pembelajaran matematika realistik serta menggunakan media pembelajaran yang menarik agar siswa belajar berhitung dengan menyenangkan dan bermakna atau dengan pengertian.

(3)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1235 Metode Kegiatan

Metode pelaksanaan kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan adalah sbb. (1) Model participatory rural appraisal

(Bergeron, 1999). Model ini digunakan untuk mengidentifikasi masalah yang dialami kelompok masyarakat. Dalam merumuskan masalah, mengatasi masalah, penentuan proses dan kriteria masalah, masyarakat dalam hal ini adalah guru diikutsertakan. Penggunaan model pendekatan ini diharapkan akan: (1) dikenalnya masalah secara tepat/efektif sesuai dengan persepsi, kehendak, dan ukuran/kemampuan serta kebutuhan mereka, (2) tumbuhnya kekuatan (empowering) guru dalam pengembangan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan

penggunaan media pembelajaran

matematika sebagai upaya

peningkatan/pertumbuhan diri dan kompetensinya, dan (3) efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya mitra atau kelompok masyarakat.

(2) Model Technology Transfer (TT). Model TT dilakukan agar mitra atau kelompok masyarakat menguasai prinsip-prinsip penerapan teknologi terutama yang berkaitan dengan program yang sedang/akan dilaksanakan. Transfer teknologi yang dilakukan adalah hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan Pendekatan Matematika Realistik efektif dalam pembelajaran matematika (Hidayat & Iksan, 2015; Maslihah, 2012; I G P Suharta & Putu, 2004). Menurut (Sembiring, 2010), reformasi pendidikan matematika dalam Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) beralaskan dua pilar yaitu, (1) kemampuan guru menciptakan budaya kelas yang berorientasi permasalahan dan mengajak siswa dalam pelajaran yang bersifat interaktif, dan (2) merancang pembelajaran yang dapat mendorong penemuan kembali matematika bersama dengan kemampuan guru menolong proses

penemuan kembali. Dalam konteks implementasi Kurikulum 2013 Pendekatan Realistik sangat sesuai (I Gusti Putu Suharta & Putu, 2001)

(3) Model pelatihan/diskusi kelompok. Melalui pelatihan/ dan pendampingan kepada guru

dikenalkan dan dilatih cara

mengembangkan lintasan pembelajaran matematika realistik serta pengembangan media pembelajaran.

Prosedur kegiatan ini adalah sebagai berikut. Persiapan

(1) Sosialisasi kegiatan kepada koordinator wilayah, pengawas, dan kepala sekolah. (2) Membuat petunjuk praktis menyusun

lintasan pembelajaran dan pengembangan media pembelajaran.

(3) Membuat pedoman pelaksanaan

pembelajaran Matematika Realistik. Pelaksanaan ini dikembangkan berdasarkan hasil-hasil penelitian pengembangan perangkat dengan matematika realistik. Pelaksanaan

(1) Melaksanakan pelatihan dan pedampingan dengan melibatkan semua guru kelas IV, V, VI SD No.1, 2, 3, 4 Sukadana.

(2) Memberikan penjelasan berkaitan dengan pembelajaran dengan matematika realistik, pengembangan dan penggunaan media, dan pelaksanaan pembelajaran matematika realistik.

(3) Memberikan contoh lintasan pembelajaran pecahan, media pembelajaran, dan simulasi pembelajaran matematika realistik

(4) Memberikan kesempatan kepada guru untuk membuat dugaan lintasan pembelajaran, mengembangkan media, dan melaksanakan pembelajaran dengan matematika realistik. Pemantauan

Memberikan pendampingan kepada para guru dalam mengembangkan hipotesis lintasan pembelajaran, media pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran..

Rancangan Evaluasi

Keberhasilan kegiatan pengabdian ini dilihat dari dua indikator yaitu:

(4)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1236 - Tersusunnya materi pelatihan pembelajaran

pecahan dengan pendekatan realistik - minimal 85% peserta yang disasar hadir, dan

minimal 70% peserta yang hadir mengikuti kegiatan secara penuh

- Terjadi peningkatan rata-rata skor dari pre tes ke post tes dan minimal skor post tes adalah 70%.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

a) Penyusunan Materi Pelatihan

Tim pengabdian menyusun analisis kebutuhan terhadap materi pelatihan yang diberikan kepada peserta. Materi pelatihan yang disusun berjudul “Pembelajaran Pecahan di SD dengan Pendekatan Realistik”. Materi yang dikembangkan memuat topik-topik yaitu (1) pengenalan pecahan, (2) pecahan senilai, (3) penjumlahan dan pengurangan pecahan, dan (5) perkalian dan pembagian pecahan.

b) Pelatihan Pembelajaran Pecahan dengan Pendekatan Realistik

Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 9 September 2020 di SD Negeri 2 Sukadana. Kegiatan dihadiri oleh 13 orang guru dari 12 orang guru sasaran dan seluruhnya telah mengikuti pelatihan secara penuh. Dengan demikian persentase pemenuhan melampaui 100%. Hal ini dikarenakan permintaan ketua gugus agar juga melibatkan guru-guru di luar Desa Sukadana, tetapi masih dalam lingkup Gugus II.

Acara ini dibuka secara resmi oleh Korwil kecamatan Kubu. Dalam sambutannya beliau menyampaikan terima kasih atas kepedulian dan sikap pro aktif Undiksha dalam menyikapi permasalahan yang dihadapi oleh guru-guru di sekolah binaannya melalui kegiatan diklat ini. Beliau juga memaparkan permasalahan lain yang saat ini sedang dihadapi guru-guru di antaranya kurangnya kemampuan guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas, oleh karenanya beliau berharap kerjasama berlanjut dalam bentuk pelatihan PTK.

Acara berikutnya adalah pre tes dan dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh tim pengabdian yang juga selaku tim narasumber. Narasumber menyampaikan materi secara lugas dan terstruktur sehingga peserta dapat mengikuti apa yang disajikan dengan baik. Narasumber juga menampilkan beberapa contoh desain lintasan pembelajaran dengan pendekatan realistik. Setelah pemaparan materi dilanjutkan dengan diskusi dan praktik menyusun lintasan belajar. Diskusi diawali oleh penanya Ibu Nengah Kelirik, menyampaikan permasalahan berkaitan dengan mengurutkan pecahan. Penanya II, Bapak Ketut Premana, menanyakan tentang makna dibalik perkalian pecahan dan Penanya III, Bapak I Gede Sutapa. Beliau menanyakan tentang permasalahn yang dihadapi di kelas berkaitan dengan sulitnya menanamkan konsep penjumlahan pecahan.

Ketiga pertanyaan ditanggapi oleh tim pengabdian secara gamblang dan penanya puas terhadap jawaban yang diberikan.

Pada akhir kegiatan dilakukan post tes untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelatihan berupa tes essay sejumlah 3 item soal.

c) Tingkat Penguasaan Materi Pelatihan Pre tes dan post tes berupa soal essai yang dengan tife soal tentang penguasaan materi dan pedagogiknya. Jawaban peserta selanjutnya diberikan skor dengan menggunakan rubrik holistik berikut (Suarsana, Pujawan, & Sukarta, 2019).

Skor Uraian

4 Jawaban benar dan lengkap

3 Jawaban benar namun masih

ditemukan beberapa kesalahan kecil

2 Hanya sebagian jawaban yang benar.

1 Hanya sebagian kecil jawaban yang benar, banyak syarat/kondisi belum dipergunakan.

0 Berusaha menjawab namun sama sekali tidak benar / tidak ada jawaban

(5)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1237 Sebaran nilai 13 peserta dari soal nomor 1

sampai nomor 3 adalah sebagai berikut. Tabel 2. Distribusi Skor Pre Tes

No soal

Banyak Peserta yang

Memperoleh Skor Skor Total Rata-rata 0 1 2 3 4 1. 1 4 8 0 0 20 1.54 2. 8 3 1 1 0 8 0.62 3. 3 1 9 0 0 19 1.46 Total 47 3.62

Tabel 3. Distribusi Skor Post Tes No

soal

Banyak Peserta yang

Memperoleh Skor Skor Total Rata-rata 0 1 2 3 4 1. 0 0 0 5 9 51 3.92 2. 0 2 6 4 2 34 2.62 3. 0 1 1 4 8 47 3.62 Total 132 10.15

Rata-rata skor pre tes peserta adalah 3,62 (30.25%) dari skor maksimum 12, sementara rata-rata skor post tesnya adalah 10.15 (84,61%). Dengan demikian telah terjadi peningkatan persentase penguasaan materi dari 30,25% menjadi 84,61%.

PEMBAHASAN

Indikator keberhasilan pertama dari kegiatan ini adalah tersusunnya materi materi pelatihan. Indikator ini telah tercapai dengan telah tersusunnya materi pelatihan sebagaimana diuraikan bagian hasil. Dalam penyusunan materinya beberapa acuan yang digunakan diantaranya Desain Pembelajaran Pecahan melalui Pendekatan Realistik di Kelas V (Warsito, Nuraini, & Sukirwan, 2019), Pembelajaran pengurangan pecahan melalui pendekatan realistik di kelas V sekolah dasar (Nalole, 2008), Desain Pembelajaran Materi Pecahan Menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) (Zabeta, Hartono, & Putri, 2015), Lintasan

Pembelajaran Pecahan Menggunakan

Matematika Realistik Konteks Permainan Tradisional Siki Doka (Edo & Samo, 2017) dan

Pembelajaran Pecahan di Sekolah Dasar dengan Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik (I G P Suharta & Putu, 2004; I Gusti Putu Suharta & Putu, 2001; I. Suharta & Putu, 2001). Materi telah diimplementasikan dalam pelatihan, dan tentu saja perlu dilakukan penyempurnaan lebih lanjut terutama variasi contoh lintasan belajar yang sesuai dengan konteks keseharian siswa di Desa Sukadana. Indikator kedua keberhasilan pengabdian ini berkaitan dengan tingkat partisipasi peserta, juga telah tercapai. Sebanyak 13 peserta hadir dari 12 peserta yang disasar dan seluruhnya mengikuti kegiatan secara penuh. Guru antusias dan aktif bertanya selama kegiatan. Dalam pengenalan pecahan digunakan konteks pizza, untuk konsep pecahan senilai diberikan aktivitas melipat kertas, memanipulasi juring pecahan, begitu juga dalam operasi pecahan, didekati dengan konteks keseharian yang dialami siswa. Guru diajak bersama-sama menggali dan merumuskan lintasan belajar untuk pembelajaran pecahan. Indikator keberhasilan ketiga kegiatan ini berkaitan dengan penguasaan materi pelatihan. Telah terjadi peningkatan skor penguasaan materi dari 30,25% menjadi 84,61%peningkatan ini sudah sangat signifikan. Peningkatan yang signifikan ini disinyalir disebabkan tingginya keterlibatan peserta dalam pelatihan mulai dari berdiskusi, dan juga praktek langsung mendesain pembelajaran pecahan dengan pendekatan PMRI.

SIMPULAN

Simpulan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah telah terjadi peningkatan pengetahuan guru tentang penguasaan materi dan strategi pembelajaran pecahan dengan pendekatan realistik

DAFTAR RUJUKAN

Bergeron, G. (1999). Rapid appraisal methods for the assessment, design, and evaluation

(6)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 1238 of food security programs. Technical

Guide, 6, 62.

Edo, S. I., & Samo, D. D. (2017). Lintasan Pembelajaran Pecahan Menggunakan Matematika Realistik Konteks Permainan Tradisional Siki Doka. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 6(3), 311–322. Hidayat, R., & Iksan, Z. H. (2015). The Effect

of Realistic Mathematic Education on Students’ Conceptual Understanding of Linear Programming. Creative Education,

6(22), 2438.

Maslihah, S. (2012). Pendidikan matematika realistik sebagai pendekatan belajar matematika. Phenomenon, 2(1), 110–112. Nalole, M. (2008). Pembelajaran pengurangan

pecahan melalui pendekatan realistik di kelas V sekolah dasar. Jurnal Inovasi,

5(3).

Sembiring, R. K. (2010). Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia (PMRI): Perkembangan dan Tantangannya.

Journal on Mathematics Education, 1(1), 11–16.

Suarsana, I. M., Pujawan, G. N., & Sukarta, I. N. (2019). Pengayaan Materi Olimpiade Matematika SD bagi Guru-Guru Gugus VI Kecamatan Baturiti. Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat, 4, 357– 361.

Suarsana, I. M., & Pujawan, I. G. N. (2017). Pendidikan dan Latihan Pembelajaran

Pecahan Bagi Guru-Guru Sekolah Dasar Gugus V Kecamatan Kubu. WIDYA LAKSANA, 6(1), 52–61.

Suharta, I. G. P., & Putu, G. (2001). Matematika Realistik: Apa dan Bagaimana. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Suharta, I. G. P., & Putu, G. (2004).

Pembelajaran Pecahan di Sekolah Dasar dengan Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi. Suharta, I., & Putu, G. (2001). Pembelajaran

pecahan dalam matematika realistik.

Makalah Disajikan Dalam Seminar Nasional Realistic Mathematics Education (RME), FMIPA UNESA, Surabaya, 24. Warsito, W., Nuraini, Y., & Sukirwan, S.

(2019). Desain Pembelajaran Pecahan melalui Pendekatan Realistik di Kelas V.

Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 8(1), 25–36.

Zabeta, M., Hartono, Y., & Putri, R. I. I. (2015). Desain Pembelajaran Materi Pecahan Menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Beta: Jurnal Tadris Matematika, 8(1), 86–99.

Referensi

Dokumen terkait

Besarnya peningkatan nilai MOR papan komposit pada suhu 130 0 C ini karena nilai kerapatan papan komposit yang dihasilkan juga semakin besar, disamping itu dalam

paling baik untuk mengadsorpsi asam lemak bebas sebesar 2,5 % dan beta karoten sebesar 39,6 % pada CPO dengan kondisi waktu kontak dan massa adsorben

Secara sederhana, imunostimulan merupakan suatu substan yang merangsang atau meningkatkan sistem imun dengan berinteraksi secara langsung dengan sel-sel yang

Penilaian Aspek Keterampilan (10%) terhadap peserta dilakukan atas dasar pengamatan oleh Pengajar, Penyelenggara, Asisten, Pengamat dan pihak lain yang secara fungsional

Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan metode riset dan pengembangan, dengan tahapan penelitian: (1) melakukan identifikasi masalah dan

Analisis kejadian hujan ekstrem pada hasil pemodelan iklim skenario HadCM3 dengan skenario emisi B2 menunjukkan bahwa semua stasiun hujan memiliki kecenderungan

Penyebab penyakit masih belum jelas, tetapi diduga karena infeksi virus Epstein-Barr (EBV) yang menyebabkan infeksi laten dan persisten sehingga dapat mengaktivasi

Jika akan membuktikan aspek materil dari akta, maka yang bersangkutan harus dapat membuktikan, bahwa notaris tidak menerangkan atau menyatakan yang sebenarnya dalam akta (akta