• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini akan diungkapkan mengenai analisis dari hasil yang ditemukan dalam penelitian. Seperti yang telah dikemukakan dalam bab III, maka bagian analisis terdiri dari dua bagian besar, analisis intra kasus dan analisis antar kasus. Pada analisis intrakasus peneliti melihat hasil wawancara subjek dan menghubungkan dengan teori yang telah disampaikan pada bab II. Sedangkan pada analisis antar kasus peneliti membandingkan hasil analisis setiap subjek dengan teori yang dipakai untuk melihat perbedaan pengalaman subjek.

4.1. Gambaran Identitas Subjek

Tabel 4.1 Gambaran Identitas Subjek

SUBJEK 1 SUBJEK 2 SUBJEK 3 SUBJEK 4

Inisial Subjek

MA FA ER Z

Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-laki

(2)

Usia 17 Tahun 17 Tahun 17 Tahun 17 Tahun Pendidikan

Terakhir SMP SMP SMP SMP

Pekerjaan Kasir Parkir Wirausaha IRT Kurir

Anak ke- 1 dari 3

bersaudara 9 dari 9 bersaudara 2 dari 4 bersaudara 2 dari 4 bersaudara

Agama Islam Islam Islam Islam

Suku Bangsa Betawi Betawi Sunda Betawi

Waktu Menikah Maret 2017 April 2017 Februari 2017 April 2017 Alamat Tomang, Jakarta Barat kelapa dua, Jakarta Barat kemanggisan, Jakarta Barat Cengkareng, Jakarta Barat

(3)

4.2. Analisis Intra Kasus Subjek

4.2.1. Gambaran dan Analisis Subjek MA

4.2.1.1. Gambaran Umum Subjek MA

MA adalah seorang laki-laki yang saat ini berusia tujuh belas tahun, beragama Islam dengan pendidikan terakhir SMP. MA merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Adik pertamanya yaitu perempuan, sementara adik keduanya adalah laki-laki. MA adalah tulang punggung keluarga semenjak Ayahnya meninggal pada saat dirinya kelas dua SMA. Sejak saat itu, MA mulai berhenti sekolah. Saat ini, MA bekerja sebagai kasir parkir di salah satu Mall di Jakarta untuk membiayai kehidupan keluarganya. MA juga memiliki kerjaan sampingan sebagai guru marawis. Berdasarkan hasil wawancara, pendidikan terakhir ibunya adalah Mts (Pesantren), ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga namun juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai guru mengaji. Sedangkan Almarhum ayahnya juga pada waktu itu tidak memiliki pekerjaan tetap, terkadang bekerja sebagai pemasang GPS.

MA memutuskan untuk menikah saat usia sudah beranjak 17 tahun. MA mengungkapkan bahwa dirinya menikah muda salah satunya karena ingin menjadi orangtua muda dan sekaligus bisa berperan sebagai teman cerita untuk anaknya. MA juga merasa pengalamannya menjadi pengganti ayahnya mendorong dirinya untuk mencoba peran baru dengan membangun keluarga baru. MA juga mendapatkan

(4)

dukungan dari keluarga perempuan, karena dari pihak perempuan sudah cukup mengenal MA

“…kalau gue nikah muda, ntar anak gue udah gede, gue sama inayah ngga terlalu tua, jadi masih bisa diajak main, diajak curhat gitu, kayak nyokap gue tuh sama adik-adik gue, jadi bisalah diajak cerita, misalnya anak gue punya masalah ya dia ngga canggung buat cerita ke orangtuanya”

“karena kemauan sendiri bukan tuntutan dari orang lain, insya Allah bisa, karena gue mikirnya sebelum gue nikah pun gue udah ngehidupin keluarga gue, gue udah belajar jadi pemimpinlah istilahnya kan ya, yauda kenapa engga, gue pengen nyoba ngebangun keluarga baru, walaupun gue belum hidup sendiri…”

4.2.1.2. Hasil Observasi Subjek MA

Dari segi fisik, MA memiliki perawakan tubuh yang tinggi dengan tinggi badan sekitar 175cm dan berat badan 58kg, warna kulitnya putih, MA juga memiliki wajah yang tampan dengan memiliki bentuk wajah yang lonjong, mata sipit, hidung mancung, dahi yang lebar, dan rambut hitam dengan potongan pendek. Pada saat observasi dan wawancara, MA memakai kaos berwarna putih dan celana pendek biru. Wawancara pertama dilakukan hari Minggu, 28 Mei 2017, sekitar pukul 10.00-11.30 WIB, Waktu dan tempat wawancara atas permintaan subjek. MA merupakan sepupu

(5)

dari teman peneliti, sehingga peneliti sudah menjelaskan maksud dan tujuan wawancara melalui whatsapp messenger.

Sesampainya dikediaman MA, baik MA dan keluarganya menyambut peneliti dengan ramah dan sopan. Pada saat itu juga ada Ibu, kedua adiknya dan istrinya. MA mempersilahkan peneliti duduk dan tidak lama setelah itu wawancara segera dilakukan mengingat waktu MA yang sangat sedikit karena pada hari itu MA mendapat jadwal kerja shift siang. Secara keseluruhan proses wawancara berjalan lancar, MA menjawab pertanyaan dengan jelas, dan panjang lebar. MA lebih terlihat antusias ketika menjawab pertanyaan seputar pekerjaan dan cita-citanya. MA juga sering menggerakkan tangannya pada saat menjelaskan jawabannya dan MA juga cukup sering menatap lawan bicara pada saat proses wawancara. Proses wawancara berjalan santai dan tidak canggung, hal itu juga dikarenakan karakter MA yang humoris.

4.2.1.3. Gambaran Identitas Diri Subjek MA

A. Physical Identity

Dalam hal penampilan, MA merasa penampilannya terkesan biasa saja (tidak

classy). Sebenarnya MA ada keinginan dalam dirinya untuk memiliki penampilan yang berbeda namun karena ia merasa keadaan ekonominya masih belum mencukupi untuk menunjang penampilannya lebih dari penampilan dia saat ini

(6)

biasa ajasih kalo gue, abis mau neko-neko ngga punya duit, gimane. Jadi ya…biasa ajasih

“dibilang biasa aja tuh maksudnya ngga kayak orang-orang yang harus apa-apa branded terus juga kalo mau bergaya masalah style mikir dua kali karena gue punya tanggungan”

pengen..pengen..pengen..gue pengen, apa ya, style gue pengen tampil beda gitu, cuma gue mikir yaudala ya mau ngapain, kerja juga ganti baju terus ganti seragam, pulang ganti lagi, pengen cuma lebih ke ekonominya kurang

Meskipun begitu, MA kelihatannya memiliki konsep diri yang positif karena ia merasa percaya diri terhadap penampilannya saat ini. Ia juga mengaku beberapa kali mendapatkan pujian dari partner kerjanya karena dirinya yang tampan.

perasaan gue? Ntar dikata PD lagi gue, ya kalo gue ngerasanye diri gue menarik, punya tampang gitu dah (tertawa), kalo kata temen-temen dikerjaan juga yang cewek “eh lo ganteng juga Li’ (tertawa)

MA merasa tampan saat dirinya tersenyum. Pada bagian fisiknya, MA tidak menyukai hidung dan kening. Namun, MA mengatasi bagian yang tidak disuka dengan berusaha untuk menanamkan rasa percaya diri dalam dirinya

“apaan ye, ngga ada..eh gue suka kalo pas gue lagi senyum, itu doang. Kenapa ya, ngga tahu..gue ngerasa kalo gue lagi senyum ganteng aje, suka senyum-senyum sendiri ngga jelas

idung sama jidat gue ngga suka, soalnya idung gue gede banget sama jidat gue lebar, cuma ya pas sama muka gue, gue ngerasa ganteng ya bodo amat…”

ya kalo gue lebih ke PD ajasih ngatasinnya, makanya kalo ada yang bilang idung gue gede atau apalah gue tanya balik ‘tapi gue ganteng ngga?”

MA menyadari dirinya sebagai individu yang memiliki badan yang kurus, oleh karena itu,dia menginginkan bentuk tubuh yang ideal yaitu memiliki badan yang

(7)

gemuk. Usaha yang telah dilakukan MA hanya sebatas minum suplemen dan menambah porsi makan tanpa melakukan olahraga, menurut MA usahanya tidak membuahkan hasil.

gue pengen gemuk, gue tinggi udah, makanya pengen gemuk cuma emang susah dari dulu…”

ada, minum suplemen udah gue minum, rajin makan juga udah tapi emang dasarnya susah gemuk, olahraga gue males

MA cenderung membandingkan penampilan dirinya dengan temannya. Menurut MA penampilan itu sangat penting terlebih pekerjaannya menuntut dirinya untuk selalu menjaga penampilan. Selain itu, MA merasa ada perubahan penampilan sebelum dan sesudah ia menikah. MA merasa setelah menikah, ia lebih cuek terhadap penampilannya

penting sih penampilan, masa iya mau dipandang gembel sih sama temen-temen gue, ngga mungkin dong, temen-temen-temen-temen gue ganteng-ganteng semua kalo kerja, stylish banget pokoknyanamanya biar kata diparkiran doang dari sepatu, celana, kalo gue paling kan sepatu converse, celana levis, jaket udah tas simple kan, gue mikirnya pulang kerja pulang ngga main, kalo mereka kan jomblo nyari pacar kali ngga ngerti deh gue

ya paling gue ngejaga penampilan kalo ditempat kerja doang karena kan kalo tukang parkir di Mall rambut mesti klimis, rapih, terus muka ngga boleh berminyak, paling gue bawa kertas minyak gitu buat muka yang buat ngilangin minyak, sama rambut paling pake pomemade biar ngga kering soalnya dituntut gitu kan ya, kalo dirumah ya gue bodo amat apa adanya, lebih cuek kalo dirumah, kalo dirumah rapih-rapih ntar gue diomelin bini “lu mau kemana lu?”

…waktu sebelum nikah ya gue mikir penampilan rapih bersih tuh nomer satu, cuma kalo sekarang gue udah laku punya bini, jadi dirumah lebih bodo amatan, kalo kemana-mana juga lebih simple

(8)

MA mengaku bahwa soal penampilan ia tidak pernah mengikuti perkembangan mode. Meskipun begitu, MA merasa penampilannya lebih baik dibanding temannya. MA sempat mengubah gaya rambutnya lantaran teman-teman satu profesinya pernah mengkritik mengenai gaya rambutnya yang tidak pernah berubah, tetapi A malah merasa gaya rambutnya yang baru membuat penampilannya semakin jelek.

kalo buat stylish, fashion gitu sih engga…”

standar sih sama, ada yang lebih jelek malah penampilannya, bukan muka ya. Gue masih ketolong sama muka guelah, walaupun penampilan gue apa adanya tapi muka gue masih mendinglah dibanding sama yang lain…” “…kok model rambut lu gitu-gitu terus sih Li, gamau nyoba hal baru? pernah gue nyoba hal baru jadi ngga pantes mukanya jadi jelek

Sesekali, MA juga pernah mengikuti style idolanya yaitu Michael Jackson, ia mencoba memiliki rambut gondrong layaknya Michael Jackson dan memakai celana cutbray namun ia merasa tidak pantas dengan dirinya

“(tertawa) gue pengen gitu ngikutin dia punya rambut gondrong cuma ngga boleh di tempat kerja kan rambut gondrong, stelan baju ada nih pernah gue ngikutin cutbray-cutbray gitu, pernah gue pake tapi jadi ngga pantes, jadi yauda buat idola aja

Meskipun begitu, MA kelihatannya dapat menerima keadaan fisiknya, karena ia memiliki rasa nyaman dengan dirinya sendiri

ya perasaan gue nyaman-nyaman aja sih, kelebihan gue, kekurangan gue, ya selama gue bisa hidup ya gue jalanin aje, kalopun ada pengen ngerubah misalnya soal penampilan”

(9)

Dari aspek ini, secara keseluruhan MA merasa sudah nyaman dengan penampilannya sendiri dan MA juga cukup percaya diri dan sejauh ini menerima kelebihan dan kekurangan fisiknya. MA melewati masa eksplorasinya terhadap penampilannya dengan mengikuti penampilan idolanya namun dirinya malah merasa tidak pantas.

B. Personal Identity

Dari sisi kepribadian, MA merasa cukup sulit menilai karakter dirinya sendiri. Menurutnya, berdasarkan penilaian teman-temannya dan Istrinya juga, MA memiliki karakter humoris. MA tidak menyukai karakter dirinya yang temperament, sulit mengontrol emosi dan suka berbicara kasar

“…Kalo gue kan ngga bisa ngenilai diri gue sendiri ya, tapi kalo kata orang yang gue tahu, temen-temen gue kalo ada masalah cerita ke gue, ada timbal baliknya buat ngasih masukan, lebih ke humoris orangnya kalo buat temen-temen gue, emang Inayah juga bilang gue humoris orangnye

“…kalo ngomong kasarlah, kalo lagi emosi nih gue ngomong kasar, apa adanya guw ngomong, namanye orang betawi ye ketemu orang Jawa noh lemes, kalo berantem ye dia diem gue berkoar, ye orang betawi didiemin gedek, kalo orang Jawa takut , yaude itu yang gue ngga suka itu satu

Disamping karakternya yang temperament, MA menyukai dirinya mudah berbaur dengan orang sekalipun dengan orang yang baru dikenalnya

karakter yang gue suka ya gue gampang nyatu sama oranglah, maksudnya ngga kaku, kalo ketemu orang baru ngga diem…”

(10)

Saat ini MA bekerja sebagai kasir parkir di Mall Neo Soho, Jakarta Barat. MA merasa nyaman dengan pekerjaannya saat ini karena lebih santai

ngejalaninnya nyaman-nyaman ajasih, karena pekerjaan gue ngga begitu berat ya, dibanding sama dulu-dulu yang di Grand Indonesia, di restaurant Jepang tuh”

Dalam hal pendidikan, MA kelihatannya memiliki perencanaan yang baik dengan memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi namun tetap tidak meninggalkan kewajibannya untuk mencari nafkah bagi keluarganya

“ada banget…ada banget. Rencana gue, kan gue masih utang motor nih, motor lunas baru gue ambil sekolah paket C dulu, terus kuliah, delapan bulan lagi…eh engga, masih lima bulan lagi apa cicilan motor gue, gue rencananya gitu, motor gue lunas, gue ambil paket C, terus daftar kuliah, tapi gue enggak kuliah doang nanti, gue sambil kerja, kalo gue berhenti kerja…ya meninggal” Hal diatas diperkuat dengan komitmen MA yang ingin mewujudkan cita-citanya menjadi seorang sastrawan. MA juga sudah memiliki gambaran dalam menetapkan jurusan dan universitas yang akan diambil. Motivasi MA ingin melanjutkan kuliah untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik

cita-cita gue…cita-cita gue pengen sastrawan sih, gue lebih suka bahasa, pengen nerusin aje jadi sastrawan gitu”

buat kuliah paling kalo ngga di BSI paling di UNPAM sana, ya paling ngambil jurusan Sastra…Sastra Indonesia, gue lebih suka bahasa sih

yaa..berharap sih ngga cuma jadi kasir parkir doang, makanya gue pengen kuliah kan biar ngga jadi kasir parkir doang, mentok di kerjaan ini, yang gajinya ngga cuma 3.1, pengen kali gue ngerasain gaji yang lebih gede namanya buat keluarga, ya ngga gampang emang, jalannya satu-satunya kuliah”

(11)

MA juga memiliki harapan yang lebih baik kedepannya mengenai karir. Menurutnya kuliah merupakan langkah yang tepat untuk dapat memiliki karir yang lebih baik. MA memiliki tekad yang kuat dalam mewujudkan hal itu selama doa dan usahanya juga berjalan.

harapan gue ya ngga cuma gini-gini aje, pengen kedepannya ya seenggaknya walaupun gue ngga kuliah, kerja gue lebih enaklah, entah itu kantoran atau di Bank, minimal di Bank lah ya, yang penting gue kerja enak ngga shif-shift kayak gini, libur ngga jelas, masuknya kapan ngga jelas, pengennya tuh pagi ya pagi, libur sabtu minggu sama gajinya lebih besar dikit buat keluarga

“buat ngeyakinin diri sendiri biar nanemin dihati gue ya…hhmm besar sih kalo gue yakin bisa ngewujudin itu cuma kan buat ngedapetin itu kan mesti kuliah, cuma balik lagi ke gue, kalo misalnya lu yakin pasti lu bisa ngewujudin itu nyokap gue sih selalu ngomong begitu, ya ibadahnya juga harus bener, Insya Allah dibantu Allah, gitu”

Dari sini terlihat pada aspek personal identity, MA terlihat sudah memantapkan cita-citanya dan sedang berusaha meraihnya. Selain itu, MA sudah memiliki rencana untuk melanjutkan pendidikannya sesuai dengan minatnya agar mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Komitmen MA untuk mengambil jurusan sastra karena sebelumnya ia pernah masuk jurusan kelas bahasa di tingkat SMA dan juga karena adanya rasa tanggung jawab dirinya terhadap keluarganya sebagai pengganti ayah yang telah tiada, sehingga secara tidak langsung ada dorongan dari keluarga untuk memiliki pekerjaan yang lebih baik untuk membiayai kebutuhan keluarga.

(12)

C. Social Identity

Dalam kehidupan sosialnya. MA merupakan tipe orang yang mudah bergaul, karena MA tidak pernah memilih-milih teman.. Ia merasa kelebihannya yang mudah berbaur dengan orang menjadikan dirinya mempunyai banyak teman.

ngga ada genk-genknya sih kalo gue, gue lebih ke netral orangnya, kalopun dikerjaan gue kan ya ada yang kubu sini kubu sini beda-beda ya kalo gue sih netral aja sama kubu sini kubu sini nyatu aja, gampang deket sama siapa aja gitu. Gue gimana ya emang orangnya gitu, temanan sama siapa aja, kalo dikerjaan aja sampe security kenal, jadi sama semuanya juga nyatu, sama tukang kantin, sama tukang bersih-bersih kenal gue, jadi nyatu sama siape aje gitu, enaknya begitu

Karakteristik teman yang baik menurut MA adalah yang bisa menerima dirinya dan tidak mudah tersinggung atau yang biasa dikenal dengan istilah “baper” dan bisa dijadikan tempat untuk curhat.

hmm awalnya yang gue lihat itu, dia bisa nerima gue, pokoknya yang pertama gue lihat itu nih orang enak ngga diajak ngomong, maksudnya ngga baperan, intinye orangnya ngga baperan, ada orang yang baru pertama kali ngobrol ditoyor dikit aje baperan, pertama gitu aja, diajak ngomongnye enak apa enggak, kalo misalnya udah enak gue coba-coba curhat nih, cocok apa enggak nih pikirannye, gue coba ajak ngobrol ngasih masukan enak apa engga, kalo enak ya gue jalanin terus…”

MA merasa waktu untuk berkumpul dengan teman-temannya cenderung sulit, selain karena waktunya yang terbatas, A juga terkadang tidak mendapatkan izin dari istrinya. Namun, menurut pengakuan istrinya MA masih sering berkumpul dengan teman-temannya

hmm jarang, cuma sekalinya nongkrong sampai pagi sih, kalo nongkrong dari jam 11 malem sampe jam 4 subuh…”

(13)

“…tapi pernah sih gue lagi pengen jalan banget sama temen, terus Inayah ngga ngizinin, gue nekat, karena gue kan mikirnye waktu gue ngga cuma buat lu doang, ntar gue mati yang ngurusin temen-temen gue, lu emang ngurusin, ya seenggaknya gue butuh temen juga, misalnya gue dipecat dari kerjaan, kan temen-temen gue juga yang bantu ngasih kerjaan, gituloh”

“Masih sering dia kayak gitu, sering nongkrong, apalagi kalo dia pulang kerja kadang gitu suka ngebohong, udah pulang jam segini bilangnya baru pulang”

Sejauh ini, MA mengaku memiliki hubungan sosial yang baik dilingkungan kerja dan lingkungan rumahnya. Dia juga memiliki teman dekat yang usianya jauh sebagai tempat sharing mengenai masalah ekonomi keluarganya. Dilingkungan rumahnya pun, MA juga sosok yang dikenal orang karena dia setiap hari sabtu malam mengajar anak-anak marawis.

baik-baik ajasih, ngga ada masalah, ngga ada cekcok engga, tapi emang dikerjaan gue lagi ada masalah kubu sini sama kubu sini, ya gue karena orangnya netral ya, gue mah nyatu sama siapa aja…”

“…gue punya temen tuh satu, cowok sih, namanya Doni, dia emang kalo buat nongkrong-nongkrong kurang, tapi kalo buat ngasih masukan enak dia, gue cerita apa-apa sama dia sekarang

Dirumah sama, sampe anak kecil, kan kalo malem minggu gue suka ngajar marawis disini, gue yang ngajar, makanya sampe anak kecil gue kenal, orangtua gue kenal, iseng aja sih gue

MA juga sangat berperan aktif di lingkungan kerjanya dan dilingkungan tempat tinggalnya. MA menyempatkan waktunya untuk mengikuti kegiatan Rohani Islam (Rohis) di tempat kerjanya pada waktu jam istirahat kerja, sementara dilingkungan rumahnya, MA mengikuti kegiatan karang taruna

kalo untuk dikerjaan gue ikut rohis, namanya kerjaan pasti ada ngaji-ngajinya dong, nanti kalo ada event-event kayak Maulidan ada yang ngejalanin, kayak kemarin gue ada acara Isra Miraj anak-anak yang ngejalanin, kalo disini

(14)

paling ya ngajar-ngajar marawis gitu, sama itu tuh apa ya pokoknya perkumpulan anak muda gitu yang suka kerja bakti disini

Pada aspek sosialnya, sejauh ini MA dapat membangun relasi sosial yang cukup baik walaupun waktu yang dimiliki terbatas dengan teman-temannya, MA juga memiliki teman-teman yang sesuai dengan kebutuhannya. MA juga mampu menciptakan persahabatan dengan teman sekitar, terlihat dari pengakuan MA yang memiliki teman dekat yang usianya jauh lebih tua untuk sharing masalah ekonomi keluarga. Selain itu, keikutsertaan MA dalam komunitas rohis juga merupakan suatu usaha untuk mengembangkan keterampilan sosialisasinya.

D. Familial Identity

Dalam keluarganya, MA lebih dekat dengan ibunya dibanding ayahnya. MA merasa nyaman bercerita apapun dengan ibunya. MA juga mengaku bahwa sosok ibunya adalah yang paling berharga untuk dirinya. Hal ini juga diperkuat dari informasi yang diberikan istrinya.

“ya emang kan dari dulu gue deket sama nyokap…”

he eh, selalu ke nyokap termasuk masalah tentang keluarga gue juga sih, ceritanya lebih banyak ke nyokap karena ngasih masukannya enak, ngga langsung marah-marah gitu engga, ngasih tahunya pelan-pelan tapi masuklah ke otak, kehati…gitu

“Kalo menurut aku sih ibunya, karena kan dia dari kecil ya deket banget sama ibunya dari dulu, apalagi waktu dulu katanya di sayang banget sama ibunya, jadi omongan ibunya tuh lebih ngaruh ke dia”

nyokap sih paling, paling berharga nyokap buat gue, jadi gue udah kehilangan bokap nih, berasa, walaupun gue ngga deket gue ngerasa gue punya banyak salah, belum minta maaf udah dipanggil, gitu. Nah sekarang

(15)

orangtua gue tinggal satu gituloh, sebisa mungkin gue jaga, karena cuma satu yang gue punya, yang berharga cuma nyokap gue”

Meskipun hubungan MA dengan ayahnya tidak dekat, tapi dalam beberapa hal

ayahnya menjadi role model untuk dirinya. MA meniru pengalaman Ayahnya yang

pada saat itu menikah diusia muda juga dan bisa menghidupi keluarganya.

“…bokap gue sih, gue mandang bokap gue, bokap gue nikah umur 17 tahun, dan dia tuh bisa ngehidupin anak tiga dan kerja yang pas-pasan yang ngga kerja dikantoran, engga. Gue mikirnya ya bokap gue bisa kenapa gue enggak”

Dalam mendidik anak, Ibu MA kelihatannya menerapkan pola asuh demokratis, hal itu terlihat dari sikap orangtua MA yang mendorong anaknya untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan tetapi juga . Ibunya juga mendukung MA untuk menikah muda,

nyokap gue ngga suka nuntut sih, tapi lebih sering gini “itu pilihan lo, lo udah gede, lo udah tahu mana yang bener mane yang enggak, kalopun lu mau ngelakuin dan lu ngerasa bener ya lakuin, pesen gue cuma satu jangan melenceng dari agama Islam” intinye tuh nyokap gue ngebebasin tapi satu jangan melenceng dari agama Islam

malah ngedukung gue, yauda selama masih ada jodohnya dinikahin aja, dia juga ngga muluk-muluk ngga neko-neko harus nikah digedung lah, nuntut apalah, ya karena didukung gue jadi makin berani buat nikah muda gitu ngga ragu

Sebenarnya, MA merasa terbebani dengan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga dalam dua keluarga sekaligus. Namun, MA mengambil hikmah positif atas kematian Ayahnya, Ia juga merasa termotivasi atas wejangan yang selalu diberikan ibunya. Menurut istrinya, MA memang merupakan sosok yang bertanggung jawab

(16)

jujur, kalo ngerasa beban sih ada, mau gimana…gue ambil positifnya aja sih, mungkin Allah ngambil bokap gue buat ngetest gue bisa ngga jadi pemimpin dikeluarga gue gituloh, ya jujur aja, kalo misalnya nih lihat temen-temen gue kerja ya, gajian jajan, jalan, gue pengen kayak gitu, cuma kan gue mikir nih duit buat keluarga gue, jadi ya gue jajan seadanya aja…

yaa…ya itu yang ngebuat gue termotivasi nyokap gue selalu nanemin ilmu agama sih intinya, Alhamdulillah sih jadi gue ngga terlalu tergiur sama jajan-jajan diluar, jalan-jalan kayak gitu, nyokap gue selalu bilang “lu kalo ngejar dunia tuh ngga ada habisnye, lu kerja nyari apaan?” ,“nyari duit Mak”, “bukan nyari duit, nyari berkah juga, jadi lu ngasih adek lu duit nih, sama aja lu dapet pahala banyak ki” kan gue itungannya anak yatim kalo gue bekerja keras ya Allah ngerti lah balesnye, ya itu yang jadi motivasi gue itu”

“Tanggung jawab sih dia orangnya…pokoknya apa ya eeee…tugas dia dilakuin, gitu. Ngga…ngga…ngga lari tanggung jawab. Jadi walaupun dia ngebiayain adik-adiknya tapi dia tetep ngasih ke aku juga”

MA merasa bahwa ada perubahan perlakuan dari ibunya, Namun, MA menyadari bahwa dirinya sudah harus bersikap lebih dewasa. Hubungan dengan adik-adiknya juga baik, kedua adik-adiknya sering bercerita mengenai masalah pribadi mereka

sekarang ada, kalo dulu nyokap gue dulu memperlakukan gue ya seakan-akan gue anak satu-satunya, nah pas adek-adek gue gede ya gue ngerasain, perhatiannya lebih ke anak bontot sih yang terakhir, ya gue mikir ya emang udah waktunya gue di…bukan dilupain juga tapi dikurangin sayangnya, tapi kan tugas gue kan emang gantiin bokap ya, ya gue ngga mikir apa-apa

Sama baik juga kok, kadang sering pada cerita masalah pribadi juga sama gue, jadi temen curhat sih sekarang sama dua-duanya, ngga cewek ngga cowok sama

MA merasa keluarga adalah segalanya bagi dirinya. MA merasa keluarganya sangat berpengaruh besar dikehidupannya

He’eh berpengaruh besar buat hidup gue karena kalo…mungkin kalo gue ngga punya keluarga ya, gue udah ngga jelas, udah luntang-lantung ngga jelaslah, ini karena gue punya keluarga…jadi gini nih kalo gue punya keluarga, gue stress, kalo gue diluar kan gue maunya bebas ajakan ya…”

(17)

Dari aspek familial identity, hubungan MA dengan anggota keluarganya berjalan baik, begitu juga hubungan MA dengan istrinya. Hubungan dengan orangtuanya yang positif menjadikan MA dapat memahami bagaimana menjalankan peran sosialnya. Sejauh ini, MA menerima peran yang harus dijalankan sebagai seorang suami dan sebagai pengganti ayahnya, sehingga ia dapat menjalankan tanggung jawabnya untuk mencari nafkah untuk keluarganya. Hal itu juga diperkuat dengan pernyataan istrinya yang mengatakan MA merupakan sosok yang bertanggung jawab terhadap keluarga. MA dan istrinya juga melakukan pembagian tugas rumah tangga. Sehingga satu sama lain tidak ada yang merasa terbebani.

E. Moral-Ethic Identity

Dalam nilai etika, MA menerapkan nilai etika dalam hidupnya. Namun, MA mengaku penerapan nilai etika yang ia pegang belum diterapkan sepenuhnya

hmm kalo gue gini prinsipnya selama orang itu baik sama gue, gue akan lebih baik sama itu orang, jadi kalo orang itu jahat gue akan lebih jahat, udah gitu aje. Kalopun orang tahu gue orangnya humoris, suka becanda, cuma kalo udah masalah nyakitin hati beda urusannya…

hmm…kalo gue mungkin dulu sering, kayak gue kan kalo marah suka ngga kekontrol misalnya dari bicara gue yang kasar kali ya, nah gue masih suka ngomong kasar, sama yang lebih tua gue juga kan kadang ngga pandang bulu, kayak tadi yang gue bilang ke atasan gue

Dalam hal beragama, sebagai orang yang beragama Islam. MA merasa dirinya kurang dekat dengan Allah. MA masih belum dapat menjalankan ibadah secara utuh. Menurutnya, sebagai anak muda ia pernah melanggar aturan agama

(18)

kalo hubungan gue sama Allah gitu ya..gue orangnya angot-angotan sama masalah agama, kalo misalnya lagi banyak dosa atau lagi galau gitu, gue rajin sholat tuh…rajin sholat, cuma kalo lagi ngerasa tenang-tenang aje gue jadi ngerasa jarang sholat cuma nyokap gue selalu ngingetin “rajin sholat Ki..sholat Ki” gitu, gue ngerasanya emang kurang sih, kurang deket sama Allah, karena gue sholatnya bolong-bolong, kan sholat kewajiban ya cuma gue sholat kalo lagi galau doang, gitu”

ada, ya anak muda kali ya. Dibilang jangan pacaran dalam Islam kan ngga ada pacaran pasti ya hampir setiap orang ngelanggar kali ya, ngelanggarnya itu..di agama kan ngga boleh pacaran gue pacaran

Padahal menurutnya agama sangat penting untuk kehidupannya. Meskipun begitu, MA merasa yakin dengan kepercayaannya dan MA juga merasa perlu untuk menambah pengetahuan agamanya

“…peran agama tuh penting banget, karena kan kalo ngga ada agama mau jadi apaan kita ntar, gue mati kan yang ditanya sholatnya, agamanye…” “kalo buat agama, gue yakin karena emang semua udah jelas di Al-qur’an agama yang paling sempurna itu agama Islam dan kenapa gue yakin buat ngejalanin agama Islam karena ganjaran dan balasan untuk pemegang agama Islam itu surga”

Kalo buat masalah agama masih bakal ngedalemin terus sedikit-sedikit gue suka kumpul sama anak rohis buat sharing masalah agama dari situ gue bisa nambah ilmu pengetahuan tentang agama”

MA mengatakan bahwa agama islam itu tidak memaksa berbeda dengan agama lain, aturan dan larangan yang ada diagamanya tidak neko-neko. Namun, disatu sisi MA juga merasa bahwa sulit menjauhi larangan untuk pacaran karena menurutnya budaya pacaran merupakan hal yang lumrah dilakukan diusia remaja

“sebenernya kalo yang gue tahu dari nyokap gue ya, Islam itu ngga memaksa, beda sama agama-agama yang lain gitu, kalo Islam lu mau masuk Islam lu ikutin aturan-aturan Islam, Islam ngga neko-neko kok, aturannya apaan paling…sholat, patuhin aturannya, jauhi larangannya, gitu doang. Sebenernya

(19)

simple, cuma kan orang mandangnya banyak larangan, kalo gue lebih ke…ya gue ikutin ajalah agama gue yang ditanemin nyokap gue, gitu. Ngga terlalu ambil pusing soal larangan, toh yang dilarang juga bener buat kebaikan kita juga ya gue ikutin”

“…Cuma gimane namanya manusia masa mau langsung nikah emang kita di Arab, beda di Arab. Walaupun pacaran istilahnya ngomongnya ngga ngapa-ngapain. Cuma kan pacaran kan ngga mungkin dong…pegangan tangan aje dosa kan. Cuma emang udah hal lumrah kali ye biasa pacar-pacaran, orang mandangnya biasa aja”

MA mengaku mengetahui batasan usia dini dalam aturan undang-undang perkawinan. Namun, MA merasa tidak salah walaupun sebenarnya ia melanggar ketentuan dalam undang-undang

“ya ngga ada yang salah sih selama tujuannya baik, gue awalnya juga ragu-ragu gimana gue ngejalanin kedepannya, tapi ya karena gue mandang bokap gue, bokap gue aja bisa, masa gue enggak…”

Pada aspek Moral-ethic, dalam nilai etika, MA mengaku menerapkan nilai etika yang diajarkan oleh orangtuanya dalam kehidupan sehari-hari, lain halnya dalam hal keagamaan, saat ini ia masih melakukan eksplorasi untuk lebih mendalami ajaran agamanya tapi ia masih belum mampu melakukan komitmen terhadap nilai etika dan ajaran agama yang ia jalani. MA masih belum konsisten dalam menjalankannya. MA memiliki pandangan positif mengenai pernikahan dini, ia merasa tidak masalah dengan menikah dini selama tujuan menikah itu baik artinya tidak adanya konflik dalam dirinya meskipun hal itu melanggar ketentuan batas usia yang berada dalam undang-undang.

Berdasarkan analisis dari kelima aspek tersebut, disimpulkan bahwa subjek MA berada pada status identitas foreclosure dimana subjek memiliki komitmen yang tinggi untuk memutuskan menikah diusianya yang masih muda dan sejauh ini dapat menjalankan perannya sebagai kepala keluarga, menafkahi keluarganya meskipun ia harus menafkahi ibu dan adik-adiknya juga, artinya sejauh ini ia masih mampu

(20)

bertahan dengan pilihannya. Namun disisi lain, MA masih belum terlalu jauh melakukan eksplorasi dalam hal karir maupun pekerjaan (personal identity) dan juga pada aspek moral identity, masih rendahnya penalaran moral karena masih rendahnya penghayatan agama dan pandangan positif tentang pernikahan dini menunjukkan bahwa MA kurang memiliki penalaran moral yang baik karena kurang memperhatikan dampak negatif yang ditimbulkan dari pernikahan dini itu sendiri.

4.2.1.4. Hasil Triangulasi

Berdasarkan triangulasi yang saya lakukan terhadap istri subjek, istrinya mengakui bahwa MA memang pribadi yang bertanggung jawab terhadap keluarganya. MA bertangggung jawab untuk membiayai kebutuhan sekolah adiknya namun MA juga tidak melupakan tanggung jawabnya untuk menafkahi istrinya. Disisi lain, istrinya juga mengakui bahwa MA tipe orang yang posesif dan kasar. Istrinya juga mengatakan semenjak menikah MA malah semakin posesif karena sering mengontrol sosial media milik istrinya. Meskipun begitu, dalam urusan rumah tangga, MA mau untuk ikut terlibat dalam pekerjaan rumah tangga seperti misalnya membersihkan rumah. Menurut istrinya, seseorang yang paling berpengaruh dalam hidup MA adalah ibunya. Karena sejak kecil memang MA paling dekat dengan ibunya.

(21)

4.2.2. Gambaran dan Analisis Subjek FA

4.2.2.1. Gambaran Umum Subjek FA

FA merupakan remaja yang murah senyum. Hal ini terlihat dari tutur katanya sewaktu berbicara dan menjawab setiap pertanyaan dari peneliti, penyampaian kata-kata FA kepada peneliti sangat ramah dan sopan. FA merupakan anak bungsu dari Sembilan bersaudara, sayang k\akak tertuanya sudah meninggal. Di dalam keluarganya, FA sangat dekat dengan kakak perempuan yang nomer lima. Karena menurut subjek dia yang paling mengenal karakter dirinya. Sayangnya FA merupakan anak yatim piatu. Ayah dan Ibunya meninggal dalam waktu yang berdekatan karena jatuh sakit pada tahun 2016 lalu. Pendidikan terakhir ayahnya SMP sedangkan pendidikan terakhir ibunya SD.

FA dan suami merupakan wirausaha yang menjual pakaian dan sate taichan. Usaha distronya telah dijalankan selama tiga tahun, sedangkan untuk usaha sate taichannya sendiri baru dijalankan selama lima bulan. Setelah kedua orangtuanya meninggal, FA menutuskan untuk menikah dengan Dimas. Saat ini FA tinggal bersama suaminya beserta dengan mertua dan adik suaminya serta tiga karyawannya. Pernikahannya juga didukung dari keluarganya sendiri maupun keluarga Dimas mengingat FA merupakan anak bungsu, sehingga keluarganya berpikir jika FA menikah akan yang ada mengurus dan bertanggung jawab terhadap FA

“…tapi kakak saya semua udah berkeluarga, tinggal saya doang yang belum berkeluarga, gitu, yang difikirin adik Bapak saya, ya kalo memang seperti itu

(22)

kenapa ngga dipercepat aja, gitu. Lagi juga mau nunggu apa lagi, secara pacaran juga udah lama, mungkin kalo saya dinikahkan ada yang bertanggung jawab untuk saya, saya juga ada yang ngurusin hidup saya, saya juga ada yang memperhatikan hidup saya…”

“Ya, kalo gue pribadi sih ya. Ibaratnya kan gue juga masih kuliah, ya rencana nikah sih ada emang pasti sama Firda, cuma gue mikirnya ya setelah gue lulus, tapi karena pada saat itu orangtuanya Firda meninggal dan Firda kan anak perempuan terakhir ya dari bokap nyokapnya, yauda terus dari keluarganya Firda juga nyaranin buat nikah aja kan biar ada yang tanggung jawab dan ngurusin dia juga…” (significant other subjek FA).

4.2.2.2. Hasil Observasi Subjek FA

Dari segi fisik, FA merupakan perempuan yang manis, memiliki rambut lurus potongan pendek sebahu dan berwarna hitam pekat. Kulitnya berwarna kecokelatan, mata yang cenderung belo dengan bola mata agak kecokelatan, berhidung mancung, dan bibir tipis. Pada wawancara pertama, FA menyambut peneliti dengan sangat ramah dan sopan. Pada saat itu, wawancara dilakukan pada hari Minggu, 4 Juni 2017 di kediaman suaminya, pada saat itu FA sedang sibuk melayani beberapa customers di kedainya. Pada saat wawancara, FA menyambut peneliti dengan ramah dan sopan. Terlihat tidak sedikitpun mengalami keberatan atau keterpaksaan dalam kesediaannya untuk diwawancarai, FA pun mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh peneliti dengan cepat dan tegas.

Pada saat itu, FA mengenakan pakaian yang santai menggunakan kaos berwarna putih dan celana pijamas pendek, kemudian subjek mempersilahkan peneliti untuk masuk kerumahnya dan melakukan wawancara diruang tamu. Sebelum

(23)

wawancara dimulai, peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada subjek, agar kiranya obrolan wawancara bersedia untuk direkam oleh alat perekam yang telah dibawa peneliti, dengan perjanjian untuk tidak disebarluaskan, setelah izin sudah diberikan kepada subjek, baru wawancara dilakukan. Wawancara berlangsung cukup lama mulai pukul 18.30-09.30 WIB dan saat itu FA cukup terbuka bahkan lebih banyak bercerita tanpa peneliti bertanya lebih jauh. FA juga tampak terlihat percaya diri terhadap orang baru sekali pun, karena FA sering menatap lawan bicara saat proses wawancara berlangsung.

4.2.2.3. Gambaran Identitas Diri Subjek FA

A. Physical Identity

Dari segi penampilan, FA mengungkapkan bahwa dalam berpenampilan dirinya tidak selalu harus menggunakan barang branded. FA merasa percaya diri tanpa perlu mengikuti trend saat ini

Firda sendiri nih pribadi orangnya ngga suka yang namanya neko-neko kak,

ya boleh sih maksudnya kayak bergaya gitu, cuma ngga yang namanya harus…apalagi zaman sekarang kan ya banyak banget yang dari ujung rambut sampe ujung kaki aja maunya yang serba branded apalah segala macem kan, cuma kalo saya pribadi sih ngga mau yang namanya sampai kayak begitu banget, boleh memang kita punya sesuatu yang apa yang kita inginkan cuma ngga harus semuanya kita milikin, karena ya menjadi diri sendiri aja apa adanya, gitu”

“…percaya diri apa kata diri sendiri aja, ngga mau yang namanya ‘sekarang lagi tren-nya apa sih’, nah terus kayak ngikut-ngikutin…”

(24)

Pada bagian fisiknya, FA menyukai rambutnya yang tebal, menurutnya rambut yang dimilikinya bisa membuat dirinya percaya diri. Sebaliknya, ia tidak menyukai bagian kantung matanya yang membuatnya tidak percaya diri

“hmm…kalo aku sih lebih suka sama rambut yah Kak, karena gimana ya, jujur saya pribadi pun ngerasain yang eemang…apalagi wanita ya

“mahkotanya kan dirambut dan rambut saya itu emang yang ngga perlu kayak orang-orang neko-nekoin harus diapainlah segala macem, gitukan. Rambut saya pun emang udah dasarnya tebal kak, yang bisa buat saya jadi lebih percaya diri, kadang tanpa make-up pun aja dengan gaya rambut saya pun ya bisa buat saya percaya diri”

ada sih, eee…mata, karena kalo mata kadang kalo kita suka kurang tidur aja bisa jadi kayak…ya pasti ngga kepengenlah namanya wanita ada kantong mata, itukan nantinya jadi jelek untuk penampilan kita jadi kita kurang percaya diri kan”

FA menginginkan bentuk tubuh yang ideal. FA berusaha mewujudkan hal itu dengan mengurangi asupan karbohidrat dan mengerjakan pekerjaan rumah tangganya “ohh, ada kalo yang ideal ada banget kok, pasti setiap wanita pengenlah “oh gue mau nih kayak gini”, cuma gimana ya kak, bentuk tubuh ideal pengen, pengen kurus tapi payudara sama bokong ngga ikut kecil, pengennya kayak gitu, terus misalnya pengen berisi tapi lengan, betis ngga ikut gede, nah kan mesti gimana tuh (tertawa)

“eee…kalo sejauh ini sih Alhamdulillah udah kak, untuk ngga makan nasi, minum air putih sehari pun bisa lebih dari delapan gelas, terus kalo olahraga masih belum dilakuin, tapi secara pribadi pun saya merasanya dengan saya nyuci, saya ngegosok, saya bebenah, itu menurut saya udah sama aja kayak olahraga, gitu (tertawa)”

Menurut FA menjaga penampilan itu penting apalagi sebagai wanita. Namun, FA mengatakan bahwa hidup berkeluarga membuat dirinya tidak memiliki waktu

(25)

untuk ke Salon sehingga ia memilih untuk melakukan perawatan tubuhnya sendiri dirumah.

penting sih, apalagi kita sebagai cewek gitu yaa

“ohh…kalo saya pribadi merawat tubuh sendiri ajasih kak, misalnya kita dari bangun tidur sampai mau tidur, apa nih yang harus kita lakuin, misalnya oh sebagai cewek harus bersihin muka terus sebelum tidur pun harus bersihin muka, saya pun pribadi sering-seringin untuk masker, kalo ke salon pun juga iya, cuma ngga hampir setiap minggu, kalo lagi pengen aja, karena yang namanya udah berkeluarga gini, pasti kan hidup udah ngga sendiri, yang namanya saya punya waktu yang ngga jelas, gabut, segala macem, gitu ajasih”

FA mengatakan penampilan sebelumnya yang dulu membuat dirinya tidak percaya diri. FA mengakui ada perubahan dalam berpenampilan

“hmm penampilan yang jelek yang ngga bagus itu ya yang pernah saya alamin kak (tertawa), pas waktu saya SMP, pertama saya waktu zaman SMP itu saya bener-bener gendut banget, itu bikin saya ngga PD, terus saya pas SMP pun belum kenal yang namanya Make Up, lipstick, pakai bedak pun sebisanya doang, itu yang kedua, ketiga, yang namanya fashion itu masih terlalu bodo amat, ya pakaian gue mau gimana kek, maksudnya bawahan sama atasan mau nyambung mau engga, ya ini gue, gitukan, ya kayak gitu aja sih”

yaa yang kayak sekarang nih, setelah nikah, yang mulai nyoba-nyoba pakai lipstick, udah yang nyoba pakai bedak, mau dandan, mau perawatan, terus suka cari tahu tentang fashion ‘oh sekarang apa sih yang lagi modern, sekarang apa sih yang lagi banyak orang sukain’, gitu aja sih”’

FA mengungkapkan bahwa ia tidak pernah mengikuti perkembangan mode. FA juga tidak berusaha untuk mengikuti cara berpenampilan idolanya

ohh..kalo saya pribadi ngga ngikutin perkembangan yang modern banget, misalnya kayak rambut nih lagi zamannya di ombre nih, pasti saya juga ngikutin dong langsung, tapi ini kan enggak, nah terus misalnya style baju lagi

(26)

model baju Sabrina nih, saya ngga ikutin, kalo saya ngga seperti itu, saya emang kepengen tapi saya ngga terlalu yang harus ditonjolkan banget gitu enggak, saya bukan orang yang seperti itu, gitu”

ada, dia beauty Vlogger namanya Abel Chantika…” “iya engga, cuma saya cukup sukai aja kak

FA merasa puas dengan kelebihan yang dimiliki dan dia juga merasa bisa menerima kekurangan dirinya. Secara keseluruhan, FA bersyukur dengan keadaannya saat ini.

Alhamdulillah sih saya selalu bersyukur, ngerasa puas atas diri saya yang udah saya…maksudnya atas kelebihan saya tuh apa, karena dengan kelebihan itu saya bisa masak, apalagi kan saya sekarang udah berkeluarga ya, dengan saya bisa masak, saya ngga cuma masak untuk berdua untuk bapak mertua saya, adiknya Dimas, terus karyawan saya juga bahkan lebih memuaskan sih masak daripada kita beli

“ya sampai saat ini sih masih bisa nerima, karena yang namanya kekurangan…jadi gini ya namanya hidup kita pribadi pasti ada dong kelebihan dan kekurangan, kejelekan dan kebaikan, ya tinggal gimana seseorang itu yang tinggal nanggepinnya aja…”

eee…perasaan tentang diri sendiri yang saya rasain apa ya…ya saya ngerasanya cuma bersyukur aja sih, bersyukurnya ya dengan apa yang saya punya, maksudnya ya saya udah bisa ngelakuin apa-apa, ya sekarang sih bersyukur aja ngga ada lagi kata-kata lain”

Dalam physical identity, Ia merasa ada perubahan terhadap penampilannya setelah menikah, dari mulai bentuk tubuhnya yang gemuk dan tidak peduli terhadap penampilan sampai akhirnya ia melakukan diet untuk mendapatkan tubuh idealnya dan saat ini ia lebih mengenal make-up. FA merasa puas memiliki kelebihan yang ia

(27)

miliki dan mengaku sejauh ini menerima kekurangannya. Secara keseluruhan ia bersyukur dengan apa yang ia punya.

B. Personal Identity

Dari sisi kepribadian, FA mengaku hanya mengenal dirinya yang cuek dengan orang yang belum dikenalnya, selebihnya ia tidak mengetahui karakter dirinya, menurutnya hanya orang lain yang bisa menilai dirinya

eee…karakter diri saya, saya orangnya tipe yang kalo memang belum kenal sama orang saya ngga bisa yang namanya sok-sok SKSD kak ‘oh ya gini gini’ nah saya ngga bisa tuh karakternya begitu, yang kedua orang banyak yang bilang “oh dia sombong ya..” padahal kalo udah jauh kenal diri saya orang bilang baik, saya pribadi pun bingung karakter diri saya seperti apa, menurut saya cukup orang aja yang menilai , karena kalau kita bilang yang bagus-bagus tentang diri kita kan ngga mungkin, setiap manusia kan punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, gitukak”

Dalam hal kepribadian, FA tidak menyukai dirinya yang suka marah berlarut-larut, ia mengaku karakternya memang tidak baik namun ia juga belum bisa mengubah hal tersebut karena menurutnya sifat bawaan susah untuk dirubah

hmm, ya…itu kadang saya suka berlarut-larut kalo marah sama orang suka berlarut-larut kak, saya pun juga kalo udah ngerasa udah ngga suka sama orang saya ngga bisa bermuka dua, baik didepan dibelakangnya kesel , jadi kalo saya marah saya bener-bener tunjukin didepan orangnya, gitu kak”

ya menurut saya kurang bagus, tapi kenapa ya…ya balik lagi kalo orang udah punya sifat dari bawaan mau sampai kapanpun kalau memang mau dirubah juga ngga bisa 100%, gitu, karena kalo sifatnya udah bawaan ngga bakal sepenuhnya bisa berubah

(28)

Disisi lain, FA menyukai karakter dirinya yang suka membantu orang lain, selebihnya ia tidak mengetahui karakter lain yang disuka. Namun, ia mengakui bahwa dirinya tidak pernah mencoba karakter diluar dirinya sendiri

“ya Alhamdulillah sih disaat orang butuh sama saya bisa membantu walaupun ngga sepenuhnya kak, disaat dia butuh saya dia minta temenin saya ataupun butuh dalam keuangan masih bisa membantu, gitu. itu kelebihannya, ya untuk itu saya juga kurang tahu sih, maksudnya ya orang kan bisa menilai, kalau ditanya karakter atau kelebihan kita apa ya pasti pengennya yang baik dong, gitu. ngga mungkin yang jelek sih”

engga kak…ngga pernah kan itu yang makanya saya bilang, saya bukan orang yang tipenya mau ngikutin orang, saya lebih baik ya jadi diri saya sendiri, gitu

Sehari-hari, FA sibuk menjalani usaha sate taichan dan distro dengan suaminya. FA mengakui bahwa dirinya memiliki keinginan untuk mencari pekerjaan lain, namun FA terlihat ragu, FA kelihatannya lebih menyukai pekerjaannya saat ini

kalo pekerjaan lain sampai saat ini keinginan sih ada, cuma belum tahu apa. tapi ya saya akuin saya yang namanya usaha kayak gini, mungkin enaknya karena masih sama-sama ngejalanin berdua, berbeda kalo kerja kan saya diatur sama atasan, terus kan kalo usaha gini pendapatan setiap hari, kalo kerja kan pendapatannya setiap bulan”

FA juga merasa bingung untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, ia belum mengetahui atau menentukan secara pasti jurusan dan universitas yang diinginkan. Disisi lain, ia juga tidak mempunyai planning untuk menambah usaha lain, menurutnya ia tidak mengetahui kedepannya apa yang sedang “booming

(29)

“Belum tahu sih, masih bingung lagian saya udah bisa usaha sendiri cari uang, kalo kuliah kan paling nanti saya kerja kantoran, ya kayak yang saya bilang saya ngga suka diatur atasan”

oh kalo sampai saat ini sih planning belum ada ya karena kan saya juga ngga tahu untuk kedepannya apa yang lagi booming, hits-hitsnya kan saya ngga tahu mungkin ya saya ngejalanin usaha yang ada dulu aja

Dalam aspek personal identity, FA kelihatannya belum mengetahui karakternya secara keseluruhan, artinya ia masih melakukan eksplorasi untuk lebih mengenal dirinya sendiri. Disisi lain, kedewasaan dalam berkomitmen dalam pendidikan maupun karirnya, FA belum memiliki komitmen yang jelas, karena ia sampai saat ini pun belum memiliki gambaran akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi atau tidak.

C. Social Identity

Dalam hubungan sosialnya, FA mengaku bahwa dirinya tidak mempunyai teman dekat, menurutnya teman itu tidak selamanya dapat dipercaya.

engga ada yang namanya oh dia temen deket gue banget, dia sohib gue… saya main sama siapapun…”

“…kalau menurut saya kalau punya temen deket pun ngga selamanya bisa percaya buat diri saya, karena ya gitu temen deket bisa jadi musuh sih…”

Menurut FA, teman yang baik adalah yang memiliki solidaritas, selalu ada baik dalam keadaan senang maupun susah dan bisa menjaga rahasia teman

(30)

“ya yang baik itu dia ada disaat kita lagi butuh , kita lagi susah pun dia ada terus disaat kita lagi cerita masalah pribadi entah masalah keluarga dia bisa menjaga seutuh-utuhnya, bukan yang ngumbar-ngumbar kesana kesini”

FA mengakui bahwa pernah berselisih paham dengan temannya dan kelihatannya masalah FA dengan temannya belum ada penyelesaian

iya pernah, kenapa saya ngga mau punya temen deket karena baru jadi temen biasa aja udah bisa menilai yang ngga sebenernya ngga saya lakuin gitu, padahal kan saya ngga lakuin apa yang dia bilang, tapi malah diomongin

“ya saya cukup diam aja dan dibicarakan juga kalo dari dirinya dia seperti itu ya percuma”

FA mengatakan bahwa dirinya tidak suka mengikuti kegiatan sosial. FA juga mengaku hubungan dengan temannya tidak terlalu intens lantaran jarang berkumpul dengan teman-temannya sehingga ia merasa tidak ada perbedaan yang terlalu jauh setelah dirinya menikah

“ohh..engga. saya orangnya ngga suka ikut-ikutan yang kayak gitu-gitu enggak, saya cukup buat ngurus diri saya, keluarga saya, dagangan saya”

iya, saya orangnya ngga yang terlalu kepengen banget mau main kesana kesini sama teman, enggak”

“perbedaan sih ya ngga terlalu beda banget sih, saya ngerasa biasa aja, soalnya kan saya berteman juga ngga yang tiap minggu kumpul waktu sebelum nikah karena emang berteman jugga ngga terlalu intens, dari dulu kan saya lebih menghabiskan waktunya sama Dimas, jangankan teman, ke keluarga aja masih lebih seringan ke Dimas kan”

Dalam aspek ini, FA tampaknya kurang peduli dengan lingkungan sekitar, ia hanya fokus dengan kehidupannya sendiri, FA kurang melakukan eksplorasi dalam

(31)

hubungan sosial dan memiliki minat yang kecil untuk melakukan interaksi dengan teman maupun lingkungan sekitarnya.

D. Familial Identity

Dalam hubungan keluarga, FA sangat dekat dengan orangtuanya, terlebih kepada ibunya. FA mengaku ketika ada masalah pribadi FA lebih sering sharing

kepada Ibunya, Ia merasa lebih nyaman karena sesama perempuan akan lebih bisa memahami.

kita kan sama-sama perempuan, apalagi saya udah berkeluarga, jadi mereka bisa ngasih solusi gimana sih kalau udah berkeluarga, harus kayak apa si, gitu. jadi lebih nyaman ke Ibu karena kita sama-sama tahu apa yang mesti kita lakuin

Menurut FA orangtuanya tidak keras dalam mendidik anaknya terkecuali soal agama. Meskipun begitu, orangtuanya tidak pernah memaksakan kehendak pada anaknya, tampaknya orangtua FA menerapkan pola asuh demokratis

“oh kalau cara mereka ngedidik sih ngga keras kecuali dalam soal agama, karena orangtua saya sampai saat ini pun ngaji, sholat itu karena didikan orangtua saya, bukan karena saya sekolah, saya ngaji, itu karena didikan orangtua saya, tapi selebihnya mereka fine-fine aja, ngga yang harus ngedidik ini itu segala macem, enggak. Yang penting saya bisa jaga diri”

“oh saya lebih keinginan sendiri bukan keinginan orangtua saya, karena orangtua saya pernah bilang kalau apa yang diinginkan orangtua tapi anaknya ngga sesuai yang ada nanti malah kepaksa, gitu”

iya selalu ngikutin keingingin anak, tapi kalau jalurnya ngga bener baru dia negor”

(32)

Sebenarnya, FA tidak suka dengan sikap orangtuanya yang tidak adil, FA merasa bahwa orangtuanya tidak pernah adil dalam memperlakukan anak-anaknya,

“ya..itu mungkin menurut mereka tuh udah adil, gitukan. tapi ya kita semua tuh ngerasanya tuh cuma fokus ke satu anak aja, gitu. apa-apa ke satu anak aja”

Meskipun begitu, FA mengakui bahwa orangtua adalah segalanya. Menurut FA orangtuanya sudah menganggap dirinya cukup dewasa. Ia juga mengakui bahwa dirinya siap mengurus keluarga. Hal itu diperkuat oleh informasi suaminya yang mengatakan bahwa FA memiliki rasa tanggung jawab

ohh…kalau menurut saya pribadi orangtua saya udah lebih menganggap cukup dewasa, ya…itu saya udah bisa masak sendiri, saya udah bisa”

“…sifat saya, kelakuan saya emang yang udah siap banget buat jadi seorang ibu, yaitu…saya udah bisa masak, saya udah bisa ngurus diri saya sendiri, ibaratnya kalau dia ngga bisa ngurus diri sendiri gimana dia mau ngurus keluarga, gitu kan, itu yang kedua, yang ketiga ya punya tanggung jawab sih sebenernya, ya memang dari pacaran pun saya juga saya akuin tanggung jawab saya untuk kesini tuh saya nomer satuin”

“Iya udah bagus sih sebagai istri, karena dia tanggung jawabnya ada sebagai istri walaupun usianya tuh masih muda”

Hubungan dengan kakak-kakaknya juga baik. FA juga mengatakan hubungan dengan kakak-kakanya semakin erat sepeninggal orangtuanya. FA mengaku lebih dekat dengan kakak perempuan yang nomer lima, karena menurutnya ia yang paling mengenal pribadi FA.

Alhamdulillah baik-baik aja sampai saat ini, bahkan setelah orangtua saya ngga ada dua-duanya pun ya saya lebih memperat kekeluargaan, yang tadinya suka ada problem, sekarang jadi malah bersatu”

(33)

hmm sama kakak perempuan saya yang nomer lima, karena menurut saya dia yang paling tahu tentang pribadi saya, dia yang bisa tahu apa yang dia mau, kadang dia yang paling bisa ngerti, tahu karakter saya banget tuh yang nomer lima kak”

FA mengakui bahwa keluarganya sangat berpengaruh besar bagi kehidupannya, karena masukan-masukan yang diberikan dari orangtua dan kakak-kakaknya dijadikan cerminan dan gambaran untuk dirinya dimasa depan

pengaruh banget, karena masukan-masukan dari orangtua, kakak-kakak saya pun jadi cerminan buat saya kedepannya mau jadi apa, harus kayak gimana, masukan-masukan mereka tuh penting buat hidup saya”

Dalam menjalani kehidupan berumah tangga, FA kelihatannya sudah mampu menjalankan perannya sebagai istri didalam rumah tangganya. Hal itu juga diperkuat oleh pernyataan suaminya

“…sekarang setelah nikah, kita dari bangun tidur pun sampai mau tidur kita harus ngeliatin, dari bangun tidur kita harus udah merhatiin suami, kalau emang suami minta untuk makan, kan kita harus ngelayanin, yang namanya seorang istri harus ngelayanin suami, itu yang pertama. Yang kedua, yang tadinya saya ngerasain baju, pakaian saya dicuciin sama mba, saya pun ngerasainnya ya saya jadi cuci sendiri, saya gosok sendiri, bahkan saya pun juga harus gosokin baju suami saya, yang ketiga disaat saya yang tadinya apa-apa tinggal minta, mau ini mau itu selalu diturutin saya harus mikir sekarang karena saya disini punya suami, kalaupun harus minta ke suami terus suami ngga ngizinin ngga mungkin dong saya marah kan yang namanya udah berkeluarga gitu ya surga dibawah telapak kaki suami…”

“Sebagai seorang istri ya dia udah bagus, udah kayak bener-bener…seorang istri, ngga kayak dulu pacaran udah beda semua, gituh”

(34)

Pada aspek ini, hubungan FA dengan orangtua maupun anggota keluarga yang lain terjalin sangat baik, begitu juga hubungan dengan suaminya. Hubungan keluarga dan suaminya yang positif mendorong FA untuk menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab, sehingga ia tahu bagaimana harus berperanmenjadi seorang istri di usia remajanya dan mampu menyesuaikan diri dengan tanggung jawab yang baru untuk mengurus rumah tangga.

E. Moral-Ethic Identity

FA mengatakan bahwa rasa tanggung jawab dalam melakukan apapun dan menjaga perasaan orang lain adalah nilai yang ia pegang dalam hidupnya

ya kalo dari keluarga yang Firda dapetin apa ya…rasa tanggung jawab. Mereka tanggung jawab dalam arti ya tanggung jawab dalam hal apapun, terus etika yang diajarin harus selalu jaga perasaan orang, jangan sampai nyakitin orang”

FA beragama Islam, dalam hal beragama FA mengaku masih menjalankan kewajiban sholat dan mengaji, namun terkadang kesibukannya membuat dirinya lupa mengerjakan kewajiban sholatnya. Menurut FA, agama sangat berperan penting bagi kehidupannya

ya sholat, ngaji, terus kayak sekarang lagi puasa, gitu sih

agama sangat berperan penting dihidup saya kak, karena kayak yang udah dilihat misalnya orangtua saya yang udah meninggal ya paling yang dibawa apa sih, palingan kan cuma amal ibadah bahkan harta-harta yang dipunya palingan cuma anak-anaknya aja yang nikmatin gitukan, jadi buat apa selama hidup kita nyia-nyian ngga sholat sama ngga ngaji, mungkin dengan sholat dan ngaji kita bisa lebih baik lagi, entah kita jadi lancarkan segala sesuatu yang

(35)

kita inginkan, apalagi saya udah berkeluarga, pasti agama yang paling penting banget…”

FA kelihatannya masih ragu dalam merealisasikan kewajiban dalam agama untuk menutup aurat sebagai seorang istri

“Kalo keinginan sih ada tapi masih bingung juga sih, belom dijalanin sampe sekarang, kayak untuk pake jilbab apalagi kankalo udah nikah perempuan kan harus nutup aurat, sebelum nikah lebih baik gitu kan malah, tapi belum sempet kepikiran”

FA menyadari bahwa dirinya belum menjalankan agama dengan benar, Ia masih jarang menjalankan kewajiban sholat dan mengaji, selain itu pada waktu berpacaran ia mengaku bahwa dirinya melakukan hal-hal negative

“ya kalo pribadi ngga semua yah bisa semua diikutin…maksudnya bisa ngelaksain aturan larangan agama, kan ngga mungkin orang pacaran langsung nikah, pasti orang udah pacaran lama pun pasti adalah ngelakuin hal-hal negative gitukan, ngga mungkin orang pacaran baru sebulan dua bulan mulus kayak gitu aja, pasti ada lah titik-titik hal negative gitu, ya ngga cuma saya aja pasti yang pacaran ga mungkin ngga kissing misalnya”

Menurut FA, menikah diusia dini tidak masalah selama hal itu tidak melanggar ajaran agamanya.

“ya gajadi masalah sih, karena di Islam pun juga ngga ada yang namanya dilarang nikah muda gitu kan , karena yang namanya nikah muda mau umur 17 atau 20 tahun pun ngga jadi masalah ya”

Pada aspek ini, karena FA tidak terlihat melakukan ekplorasi terhadap agama yang dijalankannya. Ia hanya menjalankan ajaran agamanya yang ia dapat dari orangtuanya, karena memang menurut pengakuannya, orangtuanya sangat keras dalam hal agama. Namun sejauh ini, FA belum melakukan eksplorasi untuk lebih

(36)

meningkatkan pengetahuan agamanya. Selain itu, FA menganggap menikah dini sebagai suatu hal yang positif, karena tidak melanggar ajaran yang ada diagamanya.

Berdasarkan analisis dari kelima aspek tersebut, disimpulkan bahwa subjek FA berada pada status identitas foreclosure dimana subjek memiliki komitmen yang tinggi untuk memutuskan menikah diusianya yang masih muda dan sejauh ini merasa mampu menyesuaikan dan menjalankan perannya sebagai istri yang mengurus hal-hal yang terkait rumah tangga, FA juga merasa dirinya semakin dewasa pasca menikah itu artinya pernikahannya memberikan hal positif untuk dirinya. Namun disisi lain masih sedikitnya eksplorasi yang dilakukan pada aspek personal identity, aspek moral identity, dan aspek social identity.

4.2.2.4. Hasil Triangulasi

Berdasarkan triangulasi yang saya lakukan terhadap suaminya, suaminya mengatakan bahwa mereka menikah karena pada saat itu orangtua FA meninggal sehingga ada dorongan dari keluarga FA juga untuk segera menikahi FA agar ada yang bisa menjaga dan mengurus FA. Menurut suaminya, setelah menikah FA berubah total menjadi lebih dewasa berbeda pada saat sebelum menikah. Menurutnya, FA sudah dapat berperan baik menjadi seorang istri. FA juga selalu pengertian terhadap dirinya, bertanggung jawab dan tidak menuntut macam-macam. Suaminya mengatakan bahwa dalam keluarga FA lebih dekat dengan ibunya dan kakak perempuannya yang nomor lima. Sedangkan, dalam hubungan dengan teman-temannya FA memang masih berhubungan baik namun jarang meluangkan waktu untuk berkumpul dengan teman-temannya karena sibuk berjualan.

(37)

4.2.3. Gambaran dan Analisis Subjek ER

4.2.3.1. Gambaran Umum Subjek ER

ER adalah seorang remaja berusia 17 tahun. Saat ini, ER bekerja sebagai ibu rumah tangga. ER merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Kakak pertamanya adalah laki-laki yang berusia 26 tahun dan merupakan mantan narapadina dengan kasus narkoba. Adik pertamanya yaitu laki-laki yang mengalami celebral palsy. Sedangkan Adik keduanya adalah perempuan yang saat ini duduk dibangku sekolah dasar. Sebelumnya ER merupakan seorang siswi di salah satu sekolah swasta di Jakarta Pusat.

Selama sekolah, ER selalu berusaha untuk membiayai kebutuhan sekolahnya sendiri. Pendapatannya ia dapat dari hasil kerja keras sendiri yaitu mencuci baju temannya. Namun, karena keadaan ekonomi yang memburuk dan Ayahnya sakit-sakitan, ER tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Akhirnya, setelah itu ER memilih untuk bekerja kemudian ER memutuskan untuk menikah pada saat usianya menginjak usia 17 tahun. Pernikahan ER diusia mudanya juga disetujui oleh ibunya.

“Mikir aja, udah pacaran lama, udah kerja enak, udah ngumpulin uang, dia juga ngumpulin sampe aku juga ngumpulin sampe bisa ngebiayain nikah berdua, yaudah”

“Ya gimana ya, soalnya kan dulu juga Bapak udah ngga ada, jadi dia…udah gitu dapet besan, mertuanya itu sayang, ibu lihat nih dari mertua laki-lakinya, makanya waktu itu ibu bilang “titip euis kalo emang kamu bener sayang jangan sampe nyakitin”, ya kalo ibu sih terserah, kalo mau nikah umur segitu

(38)

ya harus bisa mandiri, mau tinggal sama ibu atau mau ngontrak ya terserah” (Significant others subjek ER)

Suami ER berusia dua puluh tahun dan saat ini bekerja sebagai pedagang kaki lima di pasar Tanah Abang. Sebelumnya ER tinggal dikontrakan didaerah Jakarta Barat. Saat ini, keluarganya pun memutuskan untuk tinggal bersama orangtuanya sementara. Kegiatan ER sehari-hari membantu ibunya berjualan. Ayah ER bekerja sebagai kuli panggul, namun Ayahnya sudah meninggal sejak 2015 silam karena mengidap penyakit paru-paru dan Jantung, sementara ibunya bekerja sebagai pedagang.

4.2.3.2. Hasil Obsevasi Subjek ER

Dari segi fisik, ER merupakan sosok perempuan yang memiliki postur tidak terlalu tinggi, kira-kira tingginya 156cm dan mempunyai kulit berwarna cokelat, rambut berwarna hitam dan berponi dengan bentuk wajah sedikit kotak. Subjek yang selalu memakai make-up dalam kesehariannya. Subjek memiliki suara sedikit berat dan agak serak.

Wawancara dilakukan dirumahnya yang terletak persis berada dibantaran sungai dan berukuran kecil. Sementara dirumah tersebut ER tinggal bersama tiga orang neneknya, ibu, adiknya dua orang, dan suaminya. Pada saat itu, subjek memakai daster dikarenakan subjek juga sedang hamil. Waktu wawancara dilakukan sekitar pukul 18.40 WIB, hal itu disesuaikan dengan subjek mengetahui subjek yang sibuk membantu ibunya berjualan aneka macam makanan ta’jil. Peneliti tidak lupa

(39)

untuk meminta izin kepada ER untuk merekam proses wawancara dengan perjanjian tidak disebarluaskan. Selama proses wawancara, subjek sangat terbuka dalam menjawab setiap pertanyaan. ER juga terlihat tidak ada keterpaksaan atau keberatan untuk diwawancarai. ER pun sempat mengangis saat peneliti bertanya mengenai keluarga namun beberapa kali juga subjek sempat bercanda sehingga suasana wawancara pun tidak terlalu tegang dan kaku.

4.2.3.3. Gambaran Identitas Diri Subjek ER

A. Physical Identity

Dalam hal penampilan, ER merasa sulit untuk bergaya dalam penampilan, ER merasa sulit untuk membeli keperluan sendiri untuk menunjang penampilannya, karena setelah menikah ER sudah tidak diizinkan bekerja oleh suaminya, sehingga saat ini ia hanya mengandalkan penghasilan dari suami.

Kalo soal penampilan ya ada bedanya sih sama dulu…bedanya sekarang ngga bisa beli apa-apa sendiri karena emang ngga kerja, kalo kemarin kan kerja bisa kebeli sendiri apa yang dipengen, kalo sekarang harus nungguin gaji dari suami, Alhamdulillah sih sekarang dari harian, bisa. Kalo dulu tuh sampe beli emas bisa, beli baju sendiri bisa, ngumpulin perbulan gaji dari enam ratus sampe sejuta, suamiku juga begitu, ngumpulin-ngumpulin sampe akhirnya bisa biayain nikah sendiri, tanpa bantuan orangtua”

“Pengen kayak dulu sih, bisa kerja, bisa beli pakaian sendiri aja gitu tanpa perlu nungguin duit suami, karena lebih enak megang duit sendiri aja dibanding penghasilan dari suami, kalo penghasilan dari suami kan belom dipake buat uang setoran motor, buat ini, buat itu, gitu”

(40)

“…Ngga boleh sama suami. Prinsip dia nikah kalo lo emang udah jadi istri gue “kamu udah jadi istri aku, aku ngga bakal izinin kamu kerja”, kecuali dagang…”

Pada bagian fisiknya, ER menyukai alis dan pipinya, sementara bagian tubuh yang tidak disukanya yaitu ukuran badannya yang rendah. ER menginginkan postur tubuh yang tinggi, ER sudah melakukan berbagai macam olahraga namun hal itu tidak membuahkan hasil

Demen aje ngebentuk alis, terus kalo pipi pake shadow ngga terlalu tembem banget gitu..mungkin kalo sekarang karena bawaan lagi hamil jadi lagi chubby”

Apa ya…ada paling. Kurang tinggi aje, pengen tinggi

Udah dari SMP, aku ikut ekstrakurikulernya berenang, main basket aku ikut, sampe kata orang udah tujuh belas tahun udah ngga bisa, sampe udah minum susu masih segini-segini aja, soalnya Almarhum (Bapak) tinggi, jadi aku nurunnya ke mamah, kalo abang aku nurunnya ke Almarhum tinggi

ER juga menginginkan bentuk tubuh yang ideal. Ia juga mengaku ingin memiliki bentuk tubuh yang dulu sebelum dirinya menikah. Menurutnya, menjaga penampilan itu penting. ER juga mengaku bahwa suaminya juga menuntut dirinya untuk selalu menjaga penampilan

Ada..tinggi, terus rambut hitam panjang, terus ngga ‘ngabulayut’ perutnya, ngga gede perutnya maksudnya, itukan awal-awal emang dari perawan dari belum nikah, pengen kayak dulu aja perawan masih kecil, sampai akhirnya nikah, terus akhirnya ‘ngabulayut’ terus kurang ngurangin es, kata orang kalo perut gede itu akibat es, jadi mau kurusin lagi juga susah

(41)

Untuk menjaga penampilannya, ER berusaha untuk mengurangi makanan berlemak dan mengurangi makan malam. ER mulai menjaga penampilannya pada saat dirinya bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri

Kurangin makan lemak pertama biar ngga terlalu gemuk, kurangin makan malem, dikurangin

“Iya dari kerja, malah sempet kasarnya ngga kenal sandal jepit lah, pakenya sepatu mulu, mau sepatu sandal, sepatu merk ini..Nike.Dari Levis aja ber-merk semua, terus baju dress nih, aku paling suka. cuma kan namanya aku kerja enak itu dia mungkin suami aku demen sama aku karena aku bisa jaga penampilan, udah gitu walaupun sekerja kerasnya aku, panas tapi aku bisa jaga muka tetep bersih, ngga kumel, ngga terlalu hitam, malah kalo lagi pas kerja kan nyetok barang sampe pakai masker, gitu”

ER mengidolakan Olla Ramlan. Menurutnya, Olla Ramlan sangat berpengaruh untuk dirinya terutama dalam hal menjaga penampilan

Ada Olla Ramlan

Ada. Kalo misalnya dia lagi di wawancarain “kenapa sih bisa muda banget”, terus pasti kan dia jawab “ya jauhin ini..jauhin itu..” gitu kan. Ya aku ikutin apa yang dia lakuin, tapi ada obat yang disembunyiin dia, bukannya emang dia mau pamer tapi karena merk iklan takutnya promosi kali jadi ngga dikasih tahu. Pernah tuh aku gemuk 60 kg”

Menurutnya, ER sebelum menikah selalu mengikuti trend dalam

berpenampilan, namun setelah menikah ia lebih mementingkan untuk kepentingan anaknya nanti. Namun ER tetap merasa percaya diri dengan perubahan penampilannya

“Tadinya ngikutin, kalo lagi model-model nge-trend ngikutin, sekarang engga lebih mentingin kepentingan anak buat nanti aja”

Gambar

Tabel 4.1 Gambaran Identitas Subjek
Tabel 4.3. Gambaran Analisis Antar Subjek Pada Tiap Aspek

Referensi

Dokumen terkait

Salah satunya adalah pemerintah harus segera menyediakan payung hukum yang jelas mengenai perbatasan yang dapat menjadi rujukan dalam negosiasi dengan negara

Kurangnya penggunaan APD pada naan APD pada staf medis staf medis Staf medis se Staf medis secara umum telah cara umum telah menggunakan APD menggunakan APD dengan tepat.

Permasalahan yang terjadi yaitu stok asam semut yang banyak dan bahan baku lateks untuk produksi hanya sedikit menyebabkan menumpuknya bahan baku asam semut serta serta

Jalur langsung adalah jalur yang memiliki jalur khusus berupa trotoar yang menghubungkan langsung antar gedung asal dengan gedung yang menjadi tujuan pejalan

Trigonometri sebagai suatu metode dalam perhitungan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan- perbandingan pada bangun geometri, khususnya dalam

Penelitian cross sectional yang dilakukan oleh Hershkovich dkk di Israel menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peningkatan IMT dengan kejadian

Berdasarkan hasil analisis tes skala sikap siswa terhadap pembelajaran ILD berorientasi CC dapat disimpulkan bahwa sebanyak 96,67% (29 siswa) merasamampu menjelaskan