• Tidak ada hasil yang ditemukan

Behavioral Research in Accounting TEORI AKUNTANSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Behavioral Research in Accounting TEORI AKUNTANSI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Behavioral Research in

Accounting

T

EORI

A

KUNTANSI

Oleh

Kelompok 2

X-B DIV Akuntansi Kurikulum

Khusus

Ade Sonny Martin (01)

Bravo Aldito (8)

M. Adib Mudakkir (19)

Risca Dessyanty (24)

Ruchan Yulabi (25)

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

TANGERANG SELATAN | 2015

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... ii

BAB IPENDAHULUAN... 1

BAB IIPEMBAHASAN... 2

A. BEHAVIOURAL ACCOUNTING RESEARCH: DEFINITION AND SCOPE...2

B. WHY IS BAR IMPORTANT ?...3

C. DEVELOPMENT OF BEHAVIOURAL ACCOUNTING RESEARCH (BAR)...3

D. The Brunswik Lens Model...4

1. Overview... 4

2. Studi Model Lens – Bukti...6

E. PROCESS TRACING METHOD...9

1. Overview... 9

2. Kajian mengenai Process Tracing Method...11

F. PROBABILISTIC JUDGEMENT...11

1. Overview...11

2. Probabilistic Judgement Studies (The Evidence)...12

3. Expert judgement and rules of thumb...14

G. FORMAT AND PRESENTATION OF FINANCIAL STATEMENT...14

H. AKUNTANSI DAN PERILAKU...17

I. KETERBATASAN BAR...17

BAB III PENUTUP...19

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

Akuntansi merupakan suatu fungsi penyediaan jasa informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan-keputusan ekonomik.Berdasarkan sudut pandang ini, informasi akuntansi dapat dibagi menjadi dua yaitu informasi akuntansi keuangan dan informasi akuntansi manajemen.Informasi akuntansi keuangan ditujukan secara khusus bagi pemakai eksternal, umumnya adalah pihak investor dan kreditor.Informasi akuntansi manajemen ditujukan bagi pihak internal, yaitu manajemen perusahaan.Informasi yang diberikan umumnya dalam bentuk kuantitatif yaitu dalam bentuksatuan unit moneter.Hal ini sejalan dengan definisi akuntansi yang dikemukakan oleh Accounting Principles Board (1970). “Accounting is a service activity. Its function is to provide quantitative information, primarily financial in nature, about economic entities that is intended to be useful in making economic decisions.”

Berbeda dengan akuntansi keuangan dan manajemen, akuntansi keperilakuan menyajikan informasi yang bersifat non keuangan. Informasi yang diberikan dapat berupa motivasi, tingkat turnover, absensi, gaya kepemimpinan, budaya organisasi, dan lain-lain, yang seringkali bersifat kualitatif. Informasi ini dapat digunakan sebagai pendamping informasi keuangan, sehingga meningkatkan kemampuan pemakai dalam pengambilan keputusan.Selain memperkaya informasi keuangan, mempelajari akuntansi keperilakuan dapat menambah wawasan akuntan pada saat pembuatan dan pendesainan sistem akuntansi.Misalnya, bagaimana partisipasi dalam penyusunan anggaran dapat meningkatkan kinerja manajerial merupakan salah satu topik akuntansi keperilakuan yang saat ini paling banyak diteliti.

Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai apa itu Behavioral Research in Accounting (BAR), bagaimana metode-metode pendekatan riset yang digunakan dalam pengambilan keputusan, serta format dan penyajian laporan keuangan.

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. BEHAVIOURAL ACCOUNTING RESEARCH: DEFINITION AND

SCOPE

Behavioural accounting research (BAR) didefinisikan sebagai studi mengenai perilaku dari akuntan atau non-akuntan dimana mereka dipengaruhi oleh fungsi akuntansi atau laporan akuntansi. Sebagai suatu bidang ilmu, akuntansi keperilakuan merupakan aplikasi ilmu-ilmu keperilakuan dalam konteks akuntansi.Konsep ilmu keperilakuan yang digunakan adalah psikologi, sosiologi, dan psikologi sosial.Maka tidaklah mengherankan bila dalam pengembangannya, penelitian-penelitian dalam bidang tersebut mendominasi penelitian dalam akuntansi keperilakuan.Behavioural accounting research (BAR), capital markets research dan agency theory research dapat disebut sebagai penelitian yang positif, dalam artian bahwa penelitian tersebut memiliki perhatian dalam menemukan fakta mengenai: Capital Market Research bertanya bagaimana sekuritas pasar bereaksi terhadap informasi akuntansi?; Agency Theory bertanya apa sajakah insentif ekonomi yang menentukan pilihan metode akuntansi?'; dan Behavioural Accounting Research bertanya tentang bagaimana sebenarnya orang menggunakan dan mengolah informasi akuntansi.

Ketiga penelitian tersebut juga berbeda dalam banyak hal. Misalnya, capital market research melihat pada level makro dari aggregate securities market sedangkan agency theory dan behavioural accounting berfokus pada level mikro dari individual manager dan perusahaan. Capital market research dan agency theory keduanya berasal dari displin ekonomi dan menyingkirkan motivasi dari masyarakat yang sesungguhnya dengan asumsi bahwa semua orang adalah rational wealth maximiser. Behavioural accounting research berasal dari disiplin ilmu lain seperti psikologi, sosiologi, dan teori organisasi, dan umumnya tidak membuat asumsi tentang bagaimana orang berperilaku, melainkan, tujuannya adalah untuk menemukan mengapa orang orang berperilaku seperti yang mereka lakukan.

Penelitian dalam behavioural accounting sangatlah besar dan telah mencakup berbagai bidang dalam kegiatan akuntansi. Diantaranya telah diterapkan dalam bidang audit dalam meningkatkan kemampuan auditor dalam pengambilan keputusan. Misalnya ketika auditor berencana untuk mengaudit

(5)

client tertentu, mereka harus menilai seberapa besar resiko yang terkait dengan client, semakin besar resiko semakin banyak pekerjaan audit yang harus diselesaikan. BAR digunakan untuk membantu menganalisis penilaian resiko dari auditor dan memperbaikinya. Area lainnya dari BAR adalah di bidang akuntansi manajemen. BAR digunakan untuk membantu mengeksplorasi dan memahami berbagai insentif dan disinsentif masalah terkait dengan berbagai jenis proses penganggaran dan bagaimana organisasi bentuk dan sistem akuntansi dapat mempengaruhi perilaku individu dalam perusahaan.

B. WHY IS BAR IMPORTANT ?

Ada banyak alasan mengapa BAR penting bagi praktisi akuntansi dan yang lainnya.

1. Metode riset akuntansi lain seperti capital markets dan agency theory tidak memiliki jawaban dari pertanyaan mengenai bagaimana orang-orang menggunakan dan memproses informasi akuntansi

2. Bar memberi pandangan yang berguna mengenai bagaimana pemegang keputusan yang berbeda-beda memproduksi, memproses, serta bereaksi kepada informasi akuntansi serta metode akuntansi tertentu

3. Bar menyediakan informasi yang berguna bagi regulator akuntansi dengan memberi informasi kepada mereka metode akuntansi dan pengungkapan mana yang terbukti berguna bagi pengguna laporan keuangan

4. Bar dapat memberi efisiensi bagi praktik akuntansi serta profesi lain

C. DEVELOPMENT OF BEHAVIOURAL ACCOUNTING RESEARCH

(BAR)

Bar mulai muncul dalam literatur pada tahun 1967 dan mulai berkembang semenjak saat itu.Disiplin ilmu lain memilki peran dalam pengembangan BAR , namun psikologi merupakan disiplin ilmu yang memberikan paling banyak kontribusi. Pertumbuhan dari riset Human Judgment Theory (HJT) sangat terbantu oleh model dari psikologi, yaitu Brunswilk lens model. Tujuan dari riset HJT ialah untuk menjelaskan bagaimana orang-orang menggunakan dan memproses informasi akuntansi dalam pengambilankeputusan tertentu. Penjelasan atas proses seseorang mengambil keputusan dalam hal ini merupakan suatu model. Jadi sebagai contoh, teknik riset HJT dapat digunakan untuk membuat model atau mewakilkan bagaimana seorang petugas peminjaman uang di bank memproses berbagai informasi seperti profit dan cash flow untuk membuat keputusan apakah menyetujui permohonan peminjaman uang yang diajukan suatu perusahaan.Selain Brunswilk lesn model, ada dua model lagi yang biasa

(6)

digunakan dalam penelitian mengenai pengambilan keputusan, yaitu process tracing dan probabilistic judgement. Masing-masing model akan dibahas secara lebih detail dalam tulisan ini.

D. The Brunswik Lens Model

1. Overview

Sejak pertengahan 1970-an, model lensa Brunswik telah digunakan sebagai kerangka kerja analisis serta dasar untuk studi penilaian yang kebanyakan melibatkan prediksi (misalnya kebangkrutan) dan/atau evaluasi (misalnya pengendalian internal). Peneliti menggunakan model lensa untuk menyelidiki hubungan antara beberapa isyarat (atau potongan informasi) dan keputusan, penilaian atau prediksi, dengan mencari keteraturan dalam tanggapan kepada isyarat ini. Para pengambil keputusan (misalnya petugas pinjaman bank) dipandang melihat melalui lensa isyarat (misalnya rasio keuangan) yang secara probabilitas dihubungkan dengan peristiwa, untuk mencapai suatu kesimpulan tentang peristiwa itu (misalnya kemungkinan kredit default/non-default). Representasi yang dijelaskan dalam gambar dibawah ini akan membantu membuat proses ini lebih jelas.

Dalam mengembangkan versi tertentu dari Brunswik Lens Model, subjek diminta untuk membuat penilaian untuk sejumlah besar kasus yang didasarkan pada seperangkat isyarat yang sama. Misalnya, mereka mungkin akan diminta untuk menilai apakah beberapa perusahaan cenderung mengalami kegagalan, dinilai dari modal kerja perusahaan, price-earnings, laba bersih per saham, quick

(7)

ratio, debt to equity dan rasio lainnya. Sebuah model linier, menggambarkan hubungan fungsional antara isyarat (rasio) dan tanggapan (kemungkinan kegagalan), kemudian dibangun sebagai sarana mewakili cara di mana informasi diproses oleh individu.

Menggunakan model diatas sebagai contoh, petugas pinjaman bank diberikan rasio keuangan dan informasi akuntansi lainnya untuk perusahaan yang berbeda. Petugas pinjaman bank diminta untuk membuat penilaian, atas dasar informasi ini, tentang perusahaan mana yang akan gagal membayar pinjaman mereka dan perusahaan mana tidak akan gagal. Sebuah analisis regresi kemudian dilakukan dengan menggunakan respon petugas bank (yaitu default / non-default) sebagai variabel dependen dan rasio keuangan dan data lainnya sebagai variabel independen yang berusaha untuk menjelaskan penilaian petugas. Sebagai hasil dari analisis kita mungkin, misalnya, sampai pada suatu model penilaian petugas kredit bank dalam bentuk persamaan sederhana berikut:

Likelihood of Default/non-default =

a constant term + 0.15 profit + 0.25 cash flow + 0.50 debt to equity ratio + … other information cues … + error

Masing-masing bobot beta dalam model regresi mewakili kepentingan relatif dari isyarat informasi kepada petugas pinjaman bank ketika membuat keputusan. Jadi, dalam persamaan di atas, rasio hutang terhadap ekuitas dipandang sebagai isyarat yang paling penting untuk petugas bank karena memiliki beta bobot tertinggi, diikuti oleh arus kas dan kemudian laba.

Bunswik Lens Model adalah alat yang sangat kuat untuk membantu kita memahami proses pengambilan keputusan dalam situasi yang sangat spesifik. Pikirkanlah tentang cara-cara model pada gambar diatas dapat digunakan untuk meningkatkan pengambilan keputusan. Pertama, melihat sisi kiri dari diagram, yaitu, hubungan antara hal kepentingan (default / non-default) dan variabel yang digunakan untuk menilai peristiwa itu. Seperangkat studi lensa dapat menguji hubungan antara peristiwa dan isyarat informasi yang digunakan oleh pengambil keputusan untuk melihat apakah isyarat yang “benar” telah digunakan, yaitu, apakah potongan informasi akuntansi merupakan indikator yang baik untuk peristiwa tersebut. Jika ada isyarat informasi yang tidak relevan dengan keputusan itu, maka para pengambil keputusan dapat diinformasikan mengenai hal ini dan memberi tahu potongan informasi apa yang lebih bermanfaat.

(8)

Perhatikan sisi kanan diagram, yaitu, hubungan antara pengambil keputusan dan isyarat informasi. Sebuah model pembelajaran lensa Brunswik dapat dilakukan untuk mempelajari bagaimana pengambil keputusan benar-benar menggunakan isyarat informasi akuntansi dan bobot yang mereka tetapkan untuk setiap isyarat.

Atas dasar set pertama studi kami, mungkin bisa menemukan bahwa pembuat keputusan tidak melakukan pembobotan isyarat dengan benar. Mungkin, misalnya, terlalu banyak penekanan pada angka laba ketika analisis tentang isyarat informasi menunjukkan bahwa lebih banyak penekanan harus diberikan kepada debt to equity ratio dan informasi arus kas operasi sebagai gantinya. Berbekal informasi ini, kita kemudian bisa melatih pengambil keputusan untuk mengubah bobot yang mereka berikan kepada isyarat informasi yang berbeda untuk meningkatkan akurasi penilaian. Selain itu, kita mungkin menemukan bahwa ada potongan informasi akuntansi berguna untuk pengambilan keputusan yang tidak digunakan oleh pembuat keputusan. Sekali lagi, informasi ini dapat digunakan dalam sesi pelatihan untuk meningkatkan kinerja pembuat keputusan. Secara umum, penggunaan Brunswik Lens Model

telah menyebabkan penemuan informasi berharga mengenai:  Pola isyarat digunakan secara jelas dalam berbagai tugas

 Bobot yang ditempatkan secara implisit oleh para pengambil keputusan di berbagai isyarat informasi

 Ketepatan relarif pengambil keputusan pada tingkat keahlian yang berbeda dalam memprediksi dan mengevaluasi berbagai tugas

 Kondisi di mana expert system dan/atau "model perilaku manusia" melebihi perilaku yang dilakukan manusia

 Stabilitas (konsistensi) dari penilaian manusia dari waktu ke waktu

 Tingkat pemahaman yang dimiliki para pengambil keputusan mengenai pola mereka menggunakan data

 Tingkat konsensus ditampilkan dalam berbagai tugas keputusan kelompok.

Karena informasi ini berguna dalam memahami proses pengambilan keputusan, peneliti telah (dan masih) mencoba untuk menentukan semua model keputusan atau proses keputusan yang digunakan oleh berbagai kelas pengguna.

(9)

2. Studi Model Lens – Bukti

Banyak penelitian telah menggunakan kerangka model lensa untuk memeriksa akurasi prediksi manusia tentang kegagalan bisnis. Tugas ini penting dan realistis bagi orang-orang seperti investor, petugas pinjaman bank, kreditur lain, dan auditor. Secara umum telah diteliti dengan memberikan subjek dengan sejumlah isyarat numerik seluruh kasus berulang dalam keberhasilan dan kegagalan bisnis yang sebenarnya, yang diambil dari data arsip. Dengan demikian, dalam tugas ini), sebuah solusi yang 'benar' ada sebagai tolok ukur untuk membandingkan kinerja manusia.

Menggunakan model lensa sebagai alat penelitian dengan cara ini memungkinkan analisis konsistensi dalam memberi penilaian, apakah 'model perilaku manusia' dapat memprediksi lebih akurat daripada manusia. Hal ini juga memungkinkan analisis kemampuan isyarat untuk memprediksi kejadian tersebut (‘prediktabilitas lingkungan’' menggunakan isyarat bobot ideal). Selain itu, dapat memberikan wawasan mengenai tingkat kesepakatan antara pengambil keputusan.

Model of human behaviour (Model Prilaku Manusia) dikembangkan menggunakan representasi matematis dari pola individu dalam penggunaan isyarat. Model ini kemudian diterapkan pada kasus-kasus tersebut. Bukti secara konsisten menunjukkan bahwa mereka (manusia) cukup mahir untuk mengembangkan prinsip-prinsip atau model untuk memecahkan keberhasilan/kegagalan dalam menggunakan rasio keuangan, namunlebih unggul ketika model mereka sendiri (disimpulkan dari pola penggunaan isyarat) diterapkan secara matematis karena dua alasan: mereka salah menimbang petunjuk, dan mereka tidak konsisten menerapkan aturan keputusan mereka karena faktor-faktor seperti kelelahan dan kebosanan. Aplikasi matematika baik model lingkungan (dengan pembobotan isyarat ideal) ataupun model prilaku manusia benar-benar konsisten dari waktu ke waktu, menghilangkan kesalahan acak.

Libby adalah yang pertama dalam meneliti tugas penilaian kegagalan bisnis, dan beberapa studi telah diikuti. Apa yang telah muncul dalam literatur adalah pertanyaan apakah pengungkapan kepada subjek tentang tingkat aktual kegagalan diperlukan untuk mencapai realisme dalam tugas. Tingkat aktual kegagalan usaha sangat rendah yaitu kurang dari 5 persen. Oleh karena itu

(10)

subjek sampai pada penilaian dengan harapan bahwa jumlah kasus kegagalan akan marjinal (kecil).

Di sisi lain, para peneliti tidak dapat berharap untuk mendapatkan bukti dari pengaturan tugas ini kecuali jumlah yang “wajar” atas kasus kegagalan yang sebenarnyatermasuk dalam bahan yang diberikan. Para peneliti umumnya menggunakan tingkat kegagalan antara 33 persen dan 50 persen, dan percobaan memanipulasi tingkat kegagalan dan pengungkapan/bukan pengungkapan sebelumnya telah dilakukan. Hasilnya tidak meyakinkan dalam hal sejauh mana pengungkapan sebelumnya dari hal tingkat kegagalan sampel berpengaruh, tetapi tampaknya prediktabilitas tugas dan keterwakilan informasi cukup berperan.

Variasi lain dari penelitian termasuk mengamati efek yang memungkinkan subjek untuk memilih rasio, memeriksa dampak dari informasi yang berlebihan, dan menganalisis tingkat keyakinan bahwa pengambil keputusan menempatkan pada penilaian mereka dan apakah akurasi mempengaruhi keyakinan. Abdel-Khalik dan El-Sheshai menyimpulkan bahwa itu adalah pilihan subjek informasi, daripada pengolahan isyarat yang dipilihnya, bahwa keakuratan terbatas. Simnett dan Trotman menemukan bahwa, meskipun subjek dapat menggunakan semua informasi dari rasio yang dipilih, mereka tidak dapat meningkatkan kinerja ketika diminta untuk menerapkan model isyarat-bobot yang ideal. Auditor menyimpulkan bahwa ketika subjek tidak dapat memilih rasio mereka sendiri maka dapat terjadi penurunan kinerja pemrosesan informasi mereka.

Literatur informasi yang berlebihan memiliki implikasi pada presentasi dan isu pengungkapan dalam akuntansi keuangan. Hal ini memberikan bukti konsensus rendah dan konsistensi pengambilan keputusan lebih rendah untuk individu mengalami yang overload. Diperkirakan bahwa, jumlah informasi meningkat, awalnya penggunaan dan integrasi informasi meningkat. Namun, di luar beberapa titik, hasil informasi tambahan dalam penurunan jumlah informasi diintegrasikan ke dalam tugas pengambilan keputusan. Chewning dan Harrel, dalam tugas prediksi financial distress, menemukan bukti dari teori di atas setelah subjek diberi lebih dari 8 petunjuk (rasio keuangan). Libby mencatat bahwa penambahan isyarat kurang valid untuk satu set yang berisi isyarat lebih valid dalam penurunan kinerja, namun, penelitian lain telah mendeteksi tidak ada hubungan seperti itu.

(11)

Secara keseluruhan, literatur tentang informasi yang berlebihan telah menghasilkan hasil yang kurang jelas. Salah satu alasan untuk kurangnya hasil yang jelas pada studi yang berbeda adalah bahwa sebagian besar peneliti tidak berusaha untuk menentukan apakah data tambahan yang disediakan benar-benar 'informatif' (yaitu relevan dengan keputusan di tangan). Selanjutnya, memiliki sedikit usaha untuk melihat apakah pengambil keputusan benar-benar menggunakan data tambahan yang disediakan oleh peneliti.

Penilaian literatur secara konsisten menemukan bahwa keduanya, baik ahli dan yang bukan ahli adalah subjek yang percaya diri akan kemampuan mereka dalam tugas-tugas penilaian tertentu. Terlalu percaya ini tampaknya berasal dari tiga faktor:

 Kecenderungan bagi manusia untuk mencari dan memandang berlebihan bobot umpan balik positif

 Terbatasnya sifat umpan balik dalam banyak kasus (misalnya dalam kegagalan atau sulitnya memprediksi keputusan yang tepat untuk tidak meminjamkan jarang dievaluasi)

 Variabel saling ketergantungan dari tindakan dan hasil (misalnya tindakan pinjaman/tidak meminjamkan mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan)

Libby dan Zimmer menemukan bahwa keakuratan penilaian meningkat dengan meningkatnya kepercayaan diri, tapi penelitian lain telah menunjukkan bahwa kepercayaan tidak berhubungan dengan akurasi.

Setelah memeriksa bukti model lensa yang dikumpulkan dari banyak keputusan, termasuk prediksi kegagalan, Libby meringkas temuan kategori penelitian ini, sebagai berikut:

 Dalam banyak situasi pengambilan keputusan penting, prediktabilitas lingkungan informasi yang tersedia rendah. Namun, dalam situasi di mana prediktabilitas lingkungan relatif tinggi,pencapaian penilaian/pandangan yang buruk adalah norma.

 Kedua inkonsistensi manusia dan kesalahan pembobotan merupakan isyarat berkontribusi pada pencapaian yang buruk. Mengkombinasikan informasi kuantitatif dalam tugas yang berulang tampaknya tidak menjadi fungsi yang dapat dilakukan orang-orang dengan baik. Dengan demikian, dalam situasi ini, menggantikan orang dengan model

(12)

(misalnya model regresi lingkungan, model manusia, dan model bobot yang sama) menunjukkan janji untuk meningkatkan akurasi prediksi.

Meskipun pernyataan ini dibuat pada tahun 1981, bukti-bukti yang diperoleh sejak saat itu tidak bertentangan dengan pengamatan Libby.

E. PROCESS TRACING METHOD

1. Overview

Process Tracing Method merupakan salah satu pendekatan riset selain Brunswick Lens Model yang umum digunakan untuk menyusun model pengambilan keputusan. Berbeda dengan Brunswik Lens Model yang menggunakan persamaan linear dalam membuat model pengambilan keputusan, pendekatan Process Tracing Method menggunakan diagram pohon. Penggunaan diagram pohon digunakan untuk menunjukkan proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sebagian besar orang, yaitu melalui proses yang bertahap.

Pendekatan Process Tracing Method ini memiliki kegunaan dalam menjelaskan bagaimana proses pengambilan keputusan dilakukan. Penjelasan mengenai proses pengambilan keputusan akan membantu dalam melakukan tindakan korektif atas kelemahan dalam pengambilan keputusan (misalnya dengan cara melakukan edukasi atau dengan pelatihan). Perbaikan terebut diharapkan akan meningkatan kemampuan memprediksi keputusan apa yang seharusnya diambil.

Riset yang dilakukan menggunakan pendekatan process tracing dapat dilakukan dengan cara memberikan studi kasus kepada para pengambil keputusan untuk dianalisis. Kemudian para pengambil keputusan tersebut harus menjelaskan mengenai langkah yang dilakukan dalam proses pengambilan keputusan. Deskripsi secara verbal (verbal description) atas langkah tersebut kemudian direkam oleh periset untuk dianalisis dan disederhanakan ke dalam bentuk diagram pohon (decision tree diagram). Berikut ini akan disajikan contoh diagram pohon terkait dengan pemberian pinjaman oleh bank kepada nasabah.

(13)

Dalam diagram tersebut terlihat poin-poin (nodes) yang menggambarkan pertanyaan yang harus dijawab untuk sampai kepada keputusan yang akan diambil (kotak). Keputusan yang diambil akan sangat tergantung kepada jawaban dari pertanyaan yang ada di dalam poin-poin tersebut.

Secara umum, diagram pohon yang dihasilkan dari Process Tracing Method merupakan alat yang cukup intuitif dalam menggambarkan mengenai proses pengambilan keputusan. Namun demikian, jika dibandingkan dengan model yang dihasilkan dari Brunswik Lens Method, model yang dihasilkan dari Process Tracing Method tidak selalu dapat memberikan prediksi yang tepat mengenai peristiwa yang diamati. Salah satu alasannya adalah karena para pengambil keputusan seringkali kesulitan dalam memberikan langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pengambilan keputusan. Kesulitan ini terutama dialami saat keputusan yang diambil merupakan kegiatan yang bersifat rutin dan familiar sehingga proses pengambilan keputusan dilakukan secara tidak sadar dan implisit di dalam pikiran pengambil keputusan.

Beberapa periset telah berusaha untuk menggabungkan antara Brunswik Lens dan Process Training Method untuk memperoleh yang terbak dari kedua metode tersebut (kemampuan memprediksi dan mendeskripsikan). Salah satu contohnya adalah dengan menggunakan salah satu metode statistic yang disebut dengan Classification and Regression Trees (CART). CART menggunakan metode statistic untuk membagi output para pengambil keputusan kedalam poin pertanyaan yang memaksimalkan penggunaan model untuk memprediksi pengklasifikasian kasus yang berbeda ke dalam keputusan yang tepat. Berikut ini disajikan contoh diagram CART terkait dengan rekomendasi tindakan atas saham di Australia.

(14)

Diagram tersebut menggambarkan mengenai bagaimana berbagai variable akuntansi digunakan untuk menganalisis proses pengambilan keputusan. CART menggabungkan kemampuan prediksi Brunswik Lens dan kemampuan mendeskripsikan Process Tracing. Namun demikian, diperlukan data yang lebih banyak untuk membuat model CART. Diagram pohon yang dihasilkan pun akan menjadi semakin rumit jika dibandingkan dengan pocess tracing method. Permasalahan kompleksitas diagram pohon merupakan permasalahan yang umum tanpa mempedulikan apakah process tracing atau CART yang digunakan untuk membuat model.

2. Kajian mengenai Process Tracing Method

Metode Brunswik Lens dan Process Tracing meupakan teknologi yang berbeda dalam menyusun model pengambilan keputusan secara lengkap. Brunswik Lens secara impisit menganggap bahwa proses pengambilan keputusan sebagai suatu proses linear kombinasi dari berbagai info (cues). Sementara itu, Process Tracing mengganggap bahwa prose pengambilan keputusan dilakukan secara bertahap, dimana setiap data saling terkait dengan data lainnya. Sebagian besar hasil studi yang telah menyelidiki mengenai linearitas penilaian pengambilan keputusan memperoleh kesimpulan bahwa hubungan linear telah dijustifikasi. Namun demikian ada beberapa studi yang menyatakan bahwa secara statistic terdapat hubungan antar data yang digunakan sebagai informasi sehingga process tracing dianggap dapat memberikan keuntungan dalam menyusun model pengambilan keputusan. Hal ini bisa jadi terkait dengan pernyataan bahwa pengambilan keputusan kadangkala mengharuskan para

(15)

pengambil keputusan menggunakan gaya dalam proses pengambilan keputusan yang berbeda pula.

F. PROBABILISTIC JUDGEMENT

1. Overview

Model probalistic judgement digunakan pada saat prediksi awal dari suatu perubahan yang disebabkan oleh adanya bukti baru yang timbul. Contoh, adanya perubahan keputusan investasi dari para investor akibat telah adanya kemungkinan hasil keputusan kasus hukum perusahaan.

Probabilistic dihitung dengan menggunakan Teorema Bayes.Teorema ini menyatakan seberapa jauh derajat kepercayaan subjektif harus berubah secara rasional ketika ada petunjuk baru. rumus yang digunakan untuk mengetahui probabilitas dari revisi adalah

Keterangan: Dalam notasi ini P(A|B) berarti peluang kejadian A bila B terjadi

P(B|A) peluang kejadian B bila A terjadi.

atau

Keterangan: Posterior odds : revised probability

Likelihood ratio : amount by which prior expextations should be revised

Prior odds : Initial probability or base rate

Contoh Kasus:

Dalam dunia pararel, Dikky adalah perjaka tampan yang memiliki IPK di bawah rata-rata.Ia adalah seorang playboy yang digandrungi para wanita. Tak kurang dari 20 wanita takluk dalam pelukannya.Rumor mengatakan bahwa ada 10% wanitanya selingkuh. Oleh karenanya, ia menggunakan alat pendeteksi kebohongan untuk mengetahui fakta tersebut. Penelitiannya menyatakan bahwa:

 20 persen dari pacar Dikky selingkuh

 Kemungkinan pacar Dikky berbohong saat diwawancarai (true positif) ;0.9

(16)

 Kemungkinan pacar Dikky tidak berbohong (false positif) : 0,12

Kemungkinan bahwa Pacar Dikky benar-benar selingkuh=(0.9/0.12) x (0.2/0.8)= 1.875

Probabilitas= 1.875/(1+1.875) = 65%.

2. Probabilistic Judgement Studies (The Evidence)

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, probabilistic judgement adalah sebuah analisis yang berdasar kepada kemugkinan manusia mengubah keyakinannya karena ada bukti baru. Manusia mampu mengubah tingkat keyakinannya mereka ke tingkat yang lebih rendah daripada teori Bayes. Konservatisme ini telah dihubungkan ke penggunaan rules of thumb dan bias yang diadopsikan sebagai sarana untuk mempermudah manusia dalam judgements yang kompleks. Berikut rules of thumb tentang probabilistic judgement:

a) Representativeness

Aturan ini menyatakan bahwa ketika penilaian probabilitas berasal dari populasi, penilaian orang akan ditentukan dengan sejauh mana item mewakili populasi. Item atau kejadian yang dilihat oleh pembuat keputusan more representative akan dinilai mempunyai probabilitas yang lebih besar kejadiannya daripada yang less representative. Peneliti menunjukkan bahwa penggunaan rule of thumb dapat membawa kepada keputusan yang jelek karena pembuat keputusan mengabaikan data lain yang relevan yang bukan bagian dari stereotype.

Evidence:

Kahneman dan Tversky adalah yang pertama melaporkan bahwa eksistensi keterwakilan dan kecenderungan untuk mengabaikan rate basis. Semenjak itu banyak penelitian, baik dalam bidang akuntansi atau psikologi, menginvestigasi fenomena ini. Akhirnya ditemukan bukti bahwa rate basis terkadang diabaikan dan terkadang digunakan untuk mengukur probabilitas suatu kejadian.

Joyce dan Biddle menggunakan penyesuaian yang bersifat akuntansi terhadap pendeteksi kecurangan pegawai untuk mengilustrasi teori Bayes. Pada contoh terkait manajemen fraud, diperkirakan bahwa seseorang akan memberikan perhatian yang rendah kepada rate basis rendah sehingga akan mempunyai

(17)

kemungkinan terjadinya tindakan kecurangan yang tinggi. Meskipun demikian Holt meragukan hasil tersebut karena mengarahkan pada ‘framing effect’.

Framing effect adalah perspektif kognitif yang ditimbulkan dari karakteristik pekerjaan.

b) Availability

Ketersediaan rule of thumb mengacu kepada probabilitas suatu kejadian berdasarkan kemudahan contoh-contoh seperti yang ada di pikiran. Konsekuensinya, probabilitas yang berhubungan dengan kejadian yang sensasional biasanya menjadi overestimated.

Evidence:

Dasar dari aturan ini adalah pertimbangan-yang-mungkin,dibuat dengan dasar pemulihan ingatan dari contoh yang relevan atau konstruksi scenario yang masuk akal. Semakin banyak sampel probabilitas, atau semakin mudah sampel didapatkan, maka akan meningkatkan akurasi prediksi. Moser meneliti hubungan aturan availability dengan pertimbangan prediksi investor. Hasilnya kelompok yang mengatakan profit perusahaan akan meningkat membuat prediksi dengan probabilitas yang tinggi tanpa alasan yang objektif karena hanya dipengaruhi oleh hasil yang nampak. Kesimpulannya adalah terdapat lingkungan sebagian perusahaan yang memberikan berita yang tidak proporsional yang mempengaruhi pertimbangan prediksi.

c) Anchoring and adjustment

Mengacu kepada proses judgement secara umum dimana proses awalnya dihasilkan atau diberikan repons seperti jangkar dan informasi lain digunakan untuk menyesuaikan respons. Akibatnya adalah adanya kemungkinan penyesuaian yang tidak mencukupi dalam perubahan keadaan.

Evidence:

Joyce dan Biddle meneliti dampak dari perubahan pengendalian internal terhadap tes substantif (tes audit yang didesain untuk mencari eksistensi kesalahan dolar pada suatu akun). Penyesuaian atas perubahan PI dilakukan dengan penyesuain lingkup audit namun hal ini tidak cukup untuk menetapkan PI awal.

3. Expert judgement and rules of thumb

Newel dan Simon menyediakan kerangka bahwa manusia memiliki ingatan jangka pendek dengan keterbatasan kapasitas dan ingatan jangka panjang yang tidak terbatas. Struktur ingatan dan karakteristik tugas dikombinasi sehingga

(18)

menentukan bagaimana sebuah permasalahan ditampilkan dalam ingatan dan bagaimana mereka diselesaikan. Bouwman menemukan perbedaan cara menganalisa kasus akuntansi oleh ahli dan pemula. Pada auditing, ahli audit menunjukkan bahwa bukti dari 3 rules of thumb tidak jelas sehingga hasilnya kurang berkualitas dalam pengambilan keputusan.

G. FORMAT AND PRESENTATION OF FINANCIAL STATEMENT

Pada tahun 1976 Libby mengamati ada 3 pilihan untuk meningkatkan pengambilan keputusan:

1) Mengubah penyajian dan jumlah informasi

2) Mengedukasi para pengambil keputusan

3) Mengganti pengambil keputusan, (baik model sendiri atau model pembobotanyang ideal)

Manfaat akuntansi sangat penting bagi akuntan, auditor, regulator dan pembuat standar, namun ternyata hanya terdapat sedikit penelitian yang dilakukan untuk menemukan format presentasi akuntansi yang ideal.Studi yang dilakukan cenderung untuk memeriksa perubahan yang radikal terhadap penyajian laporan keuangan dalam bentuk grafik multidimensional. Model Lens berguna dalam memeriksa isu penyajian laporan keuangan yang sama baiknya dengan analisa predictive judgement. Model Lens memungkinkan analisis keakuratan human judgement dalam menentukan sejauh mana individu mendeteksi tugas judgement yang penting dan secara konsisten menggunakan kebijakan judgement. Jika perubahan format informasi menghasilkan peningkatan kedua karakteristik tersebut maka human judgement seharusnya meningkat.

(19)

Chernoff faces menggambarkan perubahan dalam kondisi keuangan. Wajahnya terbentuk dari pemetaan perubahan variabel keuangan menjadi bentuk muka. Presisi matematis diwujudkan dengan panjangnya hidung, sudut alis dan bentuk mulut digunakan untuk merepresentasikan perubahan kondisi keuangan dari suatu periode ke periode berikutnya. Model ini berkembang pada tahun 1979 saat Moriarity melaporkan bahwa presentasi dengan model seperti itu diterima dengan baik. Pendekatan grafik multidimensional akan berguna ketika ketersediaan biaya atau data membuat model statistik yang tidak mungkin dibangun, terutama jika hasilnya menggunakan grafik multidimensional paling tidak sama bagusnya dengan hasil dari model (Stock dan Watson). Saat ini pembuat laporan keuangan tidak lagi menyiapkan grafik seperti muka chernoof tetapi dengan penggunaan warna dan grafik yang lebih konvesional.Beberapa peneliti statistik, psikologi, sistem informasi dan pendidikan meneliti keunggulan penggunaan presentasi grafik dan tabel pada data finansial dan non-finansial. Hasilnya bervariasi, secara umum menunjukkan penggunaan grafik yang bervariasi dan bentuk tabel akan mempengaruhi pengambilan keputusan.

Blocher, Moffie, dan Zmud meneliti dampak penggunaan format yang berbeda (tabel dan grafis) pada tingkat keakuratan dan bias keputusan internal auditor, hasilnya menunjukan efektivitas relatif dari format yang berbeda adalah fungsi dari banyaknya informasi yang dipresentasikan dan harus diproses oleh pembuat keputusan. Laporan dalam bentuk grafik berguna untuk tingkat kompleksitas yang rendah sedangkan laporan dalam bentuk tabel berguna untuk tingkat kompleksitas yang tinggi.

(20)

David, dengan bantuan mahasiswa MBA, meneliti akibat dari penggunaan tiga format grafik laporan keuangan (line graph, bar chart, dan pie chart) dan tabel konvensional.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertanyaan pengambil keputusan berusaha untuk menjawab dan mencari bentuk penyajian yang secara interaktif mempengaruhi kinerja.Namun, tidak ada salah satu format penyajian yang cocok untuk semua situasi.

Desanctis dan Jarvenpaa meneliti pengaruh penggunaan grafik balok dibandingkan tabel. Hasil temuannya adalah hanya ada perbaikan sedang pada akurasi prediksi keputusan yang terkait dengan format grafis, hal ini pun terjadi hanya setelah praktek dengan menggunakan format ini diberikan kepada subjek. Hal ini merupakan temuan yang mengejutkan terkait dugaan grafik untuk mendeteksi trend dan hubungan. Godfrey mengingatkan bahwa ketika data akuntansi dipresentasikan dalam format grafis, pengguna harus melalui penyesuaian atau proses pembelajaran sebelum informasi grafis menjadi bermakna.

Dalam konteks audit, Ricchiute menemukan bahwa pertimbangan mengenai penyesuaian terhadap akun dipengaruhi oleh model penyajian informasi kepada auditor yaitu visual dan atau audio. Sebagian besar penelitian audit menunjukkan materi tertulis pada subjek penelitian, kemungkinan hasil penelitian digeneralisasi.

Penelitian dalam hal dampak dari format dan model penyajian yang berbeda masih harus diteliti lebih spesifik. Dalam penelitian berdasarkan prediksi skenario kebangkrutan, So dan Smith meneliti dampak dari warna grafik, jenis kelamin, kerumitan dari tugas, dan perbedaan format presentasi dalam akurasi prediksi dengan sampel mahasiswa sekolah bisnis. Hasilnya adalah grafik yang berwarna tidak efektif ketika tugasnya kompleks dan wanita lebih tertarik terhadap grafik yang berwarna. Penelitian yang lain untuk mengonfirmasi penelitian Desanctis dan Jarvenpaa dilakukan dengan mengajak pembuat keputusan bekerja dengan satu dari seperangkat data; kombinasi tabel dan grafik balok, atau tabel dengan muka chernoff atau hanya tabel saja. Ketika situasi dimana kompleksitas dari informasi tinggi, penggunaan hanya dengan tabel membawa kepada keakuratan yang lebih tinggi, sedangkan penggunaan grafik dan gambaran yang merepresentasikan data menurunkan efektivitas pembuatan keputusan dari pengguna. Alasannya adalah pembuat keputusan memilih pilihan yang lebih mudah ketika situasi kompleks, tetapi grafik dan gambaran yang mewakili data terkadang lebih abstrak dan kurang detail dibandingkan informasi

(21)

yang disajikan dalam bentuk tabel. Contoh-contoh tersebut menegaskan pendapat Wainer dan Thiessen yang menyatakan tidak ada teori yang dikembangkan dan teruji cukup baik yang dapat menyimpulkan format penyajian seperti apa yang paling bagus. Sebagian besar penelitian audit dilakukan dalam kerangka probabilistic judgement.

H. AKUNTANSI DAN PERILAKU

Akuntansi hadir sebagai fungsi yang mengatur secara langsung untuk aktivitas-aktivitas individu maupun kelompok. Ada beberapa cara pandang yang berbeda tentang akuntansi, yang mengindikasikan adanya beberapa kemungkinan perspektif akuntansi. Isu utama adalah teknik apakah yang diadopsi dan interprestasi dari sebuah informasi yang dilaporkan. Selain itu, adanya perbedaan kepentingan diantara orang-orang yang memberikan interprestasi terhadap laporan keuangan yang dilaporkan oleh perusahaan. Pada dasarnya pengguna laporan keuangan merepresantasikan perspektif dan tujuan yang bervariasi mulai dari serikat pekerja, pemegang saham individual, grup investor sampai internal manajemen. Pembuat standar akuntansi seringkali berbeda pendapat tentang teknik yang tepat digunakan.

Informasi akuntansi akan memberikan pengaruh terhadap perilaku baik metode yang diadopsi dalam pengukuran maupun pelaporan informasi serta merespon informasi yang diberitahukan. Menurut Zimmerman, sistem akuntansi adalah komponen fundamental dari sebuah arsitektur organisasi dengan manajer yang secara konstan beradaptasi untuk memastikan struktur terbaik bagi perusahaan. Zimmerman menawarkan 2 pengamatan penting tentang faktor yang mempengaruhi sistem akuntansi, yaitu:

 Sistem akuntansi berubah ketika ada perubahan strategi bisnis perusahaan dan perubahan organisasi lainnya dalam waktu yang bersamaan, khususnya terkait dengan posisi keputusan yang benar, sistem evaluasi kinerja dan juga reward.

 Perubahan dalam arsitektur organisasi, termasuk perubahan di dalam sistem akuntansi disebabkan oleh adanya external shocks dari teknologi dan pergeseran kondisi pasar.

Informasi akuntansi secara signifikan mempengaruhi perilaku individu, baik di dalam entitas maupun eksternal. Bagaimanapun adanya pengaruh dua arah, untuk individu secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi struktur sistem akuntansi dan pengungkapan informasi.

(22)

I. KETERBATASAN BAR

Penelitian terhadap BAR telah menunjukkan bahwa ada peranan yang besar dari informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan. Proses informasi yang kompleks menyadarkan kita bahwa perkembangan penelitian teori-teori dan metode akuntansi saat ini masih belum cukup. BAR memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:

 Penelitian pada topik yang sama memberikan hasil yang kontradikitif, sehingga membingungkan saat pengambilan keputusan.

 Subjek dan kondisi percobaan yang digunakan dalam penelitian tersebut seringkali berbeda dengan kondisi pada saat pengambilan keputusan yang sebenarnya.

 Peneliti akuntansi mempertanyakan apakah kebijakan akuntansi harus dipengaruhi oleh hasil penelitian pada pembuat keputusan individu atau tidak.

Secara umum, keterbatasan terbesar BAR adalah tidak adanya satu landasan teori yang dapat membantu menggabungkan beragamnya pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian dan penemuan BAR. Tidak seperti teori tentang pasar modal dan teori agency yang mendasarkan penelitiannya pada landasan ilmu ekonomi. Peneliti BAR banyak meminjam pemikiran dari berbagai disiplin ilmu dan tidak memiliki persamaan kerangka satu sama lain. Hal ini menyebabkan sulitnya pengambilan kesimpulan atas penelitian terkait BAR bagi pembuat kebijakan. Walalupun begitu tidak dipungkiri bahwa metode BAR merupakan alat penelitian yang berharga. Metode BAR telah banyak digunakan oleh praktisi akuntansi maupun pembuat kebiajakan untuk mengembangkan pemrosesan informasi dan pelatihan di dunia pekerjaan. Selain itu BAR juga dapat menunjukkan eror pada sistem (seperti perbedaan peran praktek yang dibahas sebelumnya).

(23)

BAB III PENUTUP

SIMPULAN

Behavioural accounting research (BAR), penelitian pasar modal dan penelitian teori agency dapat disebut penelitian positif dalam pengertian bahwa mereka dikaitkan dengan menemukan fakta. Terdapat beberapa alasan yang sangat bagus bahwa BAR sangat pentig untuk praktisi akuntasi dan yang lain perlunya penelitian yang secara spesifik menguji aktivitas pengambilan keputusan; BAR dapat memberikan arti berharga dalam jenis cara yang berbeda pada hasil, proses, dan reaksi pengambil keputusan pada fakta-fakta (keterangan) informasi akuntansi dan metode komunikasi; BAR berpotensi menyediakan informasi yang bermanfaat untuk regulator akuntansi ; BAR juga dapat mengarahkan pada efisiensi dalampraktek kerja akuntan dan profesi yang yang lain. Terdapat 3 metode pendekatan riset yang digunakan dalam pengambilan keputusan, yaitu The Brunswik Lens Model, Process Tracing Model, dan Probabilistic Judgement.Brunswik Lens Model menggunakan persamaan linear dalam membuat model pengambilan keputusan, pendekatan Process Tracing Method menggunakan diagram pohon, sedangkan Probabilisticdihitung dengan menggunakan Teorema Bayes.

Penelitian terhadap BAR telah menunjukkan bahwa ada peranan yang besar dari informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan. Proses informasi yang kompleks menyadarkan kita bahwa perkembangan penelitian teori-teori dan metode akuntansi saat ini masih belum cukup.

Gambar

Diagram   tersebut   menggambarkan   mengenai   bagaimana   berbagai variable akuntansi digunakan untuk menganalisis proses pengambilan keputusan.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah untuk menganalisis pengembangan program homestay sebagai usaha pengembangan Desa Wisata Kandri dilihat dari tiga komponen

(4) Ketentuan penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit yang digunakan dalam penyelenggaraan telekomunikasi diatur dengan..

Sekalipun Anda tinggal di daerah yang panas, lantai yang dilapisi dengan cat epoxy tidak akan retak.Tentu saja proses pengecatan epoxy lantai harus dilakukan secara sempurna..

;< Calon Kepala Desa Suradita .ang memperoleh suara sah terban.ak ditetapkan sebagai Calon Calon Kepala Desa Suradita .ang memperoleh suara sah terban.ak ditetapkan sebagai

Patchwork atau tambal sulam umumnya dikembangkan dengan menggunakan pola berulang dan dibangun dengan berbagai warna dan bentuk potongan geometris dari pilihan tekstil

Kegiatan analisis di atas merupakan pekerjaan yang sangat komplek. Pengumpulan informasi harus dilakukan sejelas mungkin agar dalam pemberian pembiayaan dapat

PERANAN MEDIA FILM PADA PROSES PEMBELAJARAN PKN DALAM MENGEMBANGKAN SEMANGAT NASIONALISME SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |