• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI EFEKTIFITAS ANALGETIK EKSTRAK ETANOL 70% KULIT BUAH NAGA DAGING MERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI EFEKTIFITAS ANALGETIK EKSTRAK ETANOL 70% KULIT BUAH NAGA DAGING MERAH"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

UJI EFEKTIFITAS ANALGETIK EKSTRAK ETANOL 70%

KULIT BUAH NAGA DAGING MERAH (Hylocereus polyrhizus

Cortex) DENGAN METODE GELIAT PADA MENCIT JANTAN

GALUR SWISS WEBSTER

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

WESTI FAJRIN BAYU NUGRAHAINI

K 100110056

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

(2)
(3)

3

UJI EFEKTIFITAS ANALGETIK EKSTRAK ETANOL 70%

KULIT BUAH NAGA DAGING MERAH (Hylocereus polyrhizus Cortex) DENGAN METODE GELIAT PADA MENCIT JANTAN

GALUR SWISS WEBSTER

EFFECTIVENESS TEST of 70% ETHANOL EXTRACT ANALGETIK RED DRAGON FRUIT PELL (Hylocereus polyrhizus Cortex) WITH STRETCHING METHOD on MALE MICE SWISS

WEBSTER STRAIN

WESTI FAJRIN BAYU NUGRAHAINI dan TANTI AZIZAH

Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol Pos 1, Pabelan

Kartasura Surakarta 57102

ABSTRAK

Buah naga berdaging merah (Hylocereus polyrhizus) merupakan salah satu tumbuhan yang tumbuh di Indonesia dan sudah dimanfaatkan sebagai antioksidan dan pewarna alami makanan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya efek analgetik kulit buah naga pada mencit. Secara empiris buah naga mengandung flavonoid yang berpotensi untuk mengurangi nyeri. Subjek penelitian ini adalah 25 ekor mencit Swiss Webster yang dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok I diberi Na CMC 1% (kontrol negatif), kelompok II diberi parasetamol 65 mg/kgBB (kontrol positif), kelompok III, IV,dan V diberi ekstrak etanol kulit buah naga dengan dosis 0,25 g/kgBB, 0,5 g/kgBB, dan 1 g/kgBB. Kemudian semua kelompok diinduksi nyeri secara intraperitoneal dengan asam asetat 1% (0,1ml), dan dihitung jumlah geliat selama satu jam. Data persentase geliat dianalisis dengan Kruskal Wallis, Mann-Whitney, dan uji LSD dengan taraf kepercayaan 95% dengan aplikasi SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah naga daging merah mempunyai daya analgetik pada dosis 0.25, 0.5, dan 1 g/kgBB dengan daya proteksi sebesar 42,76%±2,04, 49,32%±1,42, 61,38%±1,37.

Kata kunci: nyeri, kulit buah naga, Hylocereus polyrhizus Cortex, analgetik.

Red fleshed dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) is a plant that grows in Indonesia and has been used as an antioxidant and natural food colorants. This study aims to prove the analgesic effect of dragon fruit peel in mice. Empirically dragon fruit contains flavonoids that have the potential to reduce pain. The subjects were 25 male mice Swiss Webster grouped into 5 groups: group I was given Na CMC 1% (negative control), group II was given paracetamol 65 mg / kgBW (positive control), group III, IV, and V were given ethanol extract dragon fruit peel with a dose of 0,25 g /kgBody Weight, 0,5 g /kgBody Weight and 1 g /kgBody Weight. Then all groups induced pain intraperitoneally by 1% acetic acid (0,1ml), and calculated the amount of stretching for one hour. Stretching percentage data were analyzed by Kruskal Wallis test and Mann-Whitney test with a 95% confidence level with SPSS applications. The results showed that the ethanol extract of red meat dragon fruit peel has an analgesic power at 0,25 dose, 0,5, and 1 g / kg with power protection by 42,76± 2,04; 49,32 ± 1,42; and 61,38 ± 1,37%.

(4)

4 PENDAHULUAN

Semakin berkembangnya zaman, pekerjaan semakin sibuk dan berat. Kadang beberapa aktifitas dari pekerjaan memberikan resiko seperti rematik dan nyeri. Nyeri adalah mekanisme perlindungan diri bagi tubuh dan dapat timbul apabila terjadi kerusakan jaringan sehingga menyebabkan individu tersebut merespon untuk menghilangkan nyeri (Guyton, 1991). Kadangkala kita memberi respon seperti memukul-mukul bagian yang nyeri yang justru dapat memperparah nyeri, sehingga seseorang membutuhkan analgetik, yaitu senyawa yang dapat meringankan serta menekan rasa nyeri dalam dosis terapetik (Gunawan et al., 2008).

Obat golongan NSAID merupakan salah satu obat yang sering digunakan untuk meredakan nyeri. Banyak efek samping yang muncul dari penggunaan aspirin, sehingga masyarakat memiliki minat lebih pada pengobatan yang tradisional dan alami. Beberapa tumbuhan sering digunakan masyarakat untuk sekedar penyegar sampai pengobatan. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan adalah kulit buah naga daging merah. Limbah kulit buah naga banyak terbuang dan tanpa dimanfaatkan, padahal pada kulit buah naga masih terkandung banyak senyawa seperti fenolik, flavonoid, betasianin, serat, dan prebiotik (Kunnika & Pranee, 2011).

Flavonoid merupakan salah satu senyawa yang terkandung pada seluruh bagian tanaman, termasuk juga kulit buah (Markham,1988). Flavonoid yang terkandung pada kulit buah naga daging merah diduga dapat menghambat enzim siklooksigenase yang mana enzim ini dapat menekan dan menurunkan sintesis postaglandin dan vasodilatasi, sehingga migrasi sel radang pada area radang akan menurun (Reynertson, 2007). Salah satu flavonoid juga memiliki kemampuan sebagai antioksidan, seperti betasianin. Betasianin dapat melindungi sel-sel tubuh dan jaringan dari kerusakan yang disebabkan oleh adanya radikal bebas dan spesies oksigen reaktif, sehingga betasianin juga dapat digunakan sebagai analgetik karena dapat melindungi dari kerusakan sel-sel tubuh dan jaringan (Rauen dan Groot, 2009).

Buah naga mempunyai manfaat umum untuk menyembuhkan rematik. Pada penyakit rematik biasanya penderita merasakan adanya nyeri yang diderita, sehingga buah naga dapat digunakan untuk meredakan nyeri (Wirakusumah, 2007). Keterangan empiris yang beredar tentang manfaat buah naga sebagai anti nyeri, maka perlu dibuktikan secara ilmiah daya analgetik dari kulit buah naga supaya kulit buah naga daging merah dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai analgetik.

(5)

5

METODE PENELITIAN

A. Kategori dan Variabel Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental secara post test dengan kontrol waktu selama 60 menit, untuk mengetahui efektifitas analgetik ekstrak etanol 70% kulit buah naga daging merah pada mencit jantan swiss webster.

Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : dosis ekstrak etanol 70% kulit buah naga daging merah 2. Variabel tergantung : kumulatif geliat mencit yang timbul akibat induksi dengan

asam asetat 1%

3. Variabel terkendali : galur mencit, jenis kelamin, umur mencit, berat badan 20-30 gram

B. Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan

Alat-alat gelas (Pyrex), seperangkat alat maserasi (toples dan pengaduk, stopwatch, spuit injeksi Terumo 1 ml, jarum oral dengan ujung tumpul, rotary evaporator, labu alas bulat, cawan porselin, waterbath.

2. Bahan yang digunakan

Mencit galur swiss umur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram, yang diperoleh dari UD.Wistar, kulit buah naga daging merah yang diperoleh dari Fresh Juice 78, Etanol 70%, parasetamol (teknis), asam asetat (p.a), Na CMC.

C. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

D. Jalannya Penelitian 1. Determinasi tanaman

Determinasi dilakukan untuk menentukan kebenaran bahwa tanaman yang digunakan adalah kulit buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus) Determinasi

(6)

6

dilakukan di Laboratorium Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Pengumpulan bahan

Kulit buah naga daging merah yang digunakan dalam penelitian ini diambil di daerah Baki, Sukoharjo pada tanggal 20 Agustus 2014.

Kulit buah naga daging merah yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Fresh Juice 78 di daerah Baki, Sukoharjo.

3. Preparasi ekstrak a. Pengeringan

Kulit buah naga daging merah dibersihkan terlebih dahulu, kemudian dikeringkan selama 3-4 hari pada suhu ruang.

b. Penyiapan ekstrak etanol 70% kulit buah naga

Dibuat ekstrak dari 500 gram kulit buah naga dengan cara maserasi atau perendaman selama 5 hari dengan pelarut etanol 70% dalam wadah tertutup. Selama proses perendaman, wadah disimpan pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya matahari. Setelah proses perendaman selesai dilakukan penyaringan hingga didapat maserat. Ampas dari proses penyaringan dilakukan maserasi kembali dengan pelarut yang sama hingga didapat hasil maserat yang jernih. Hasil seluruh maserat etanol 70% dicampur dan diuapkan dengan alat evaporator putar pada suhu 40⁰C sampai didapatkan hasil ekstrak etanol kental (Alit et al., 2013).

Pembuatan Larutan Na CMC 1%

Bahan-bahan yang tidak larut dalam air disuspensikan dengan Na CMC yang merupakan salah satu suspending agent yang akan digunakan. Larutan Na CMC 1% b/v dibuat dengan cara menimbang Na CMC sebanyak 1 gram kemudian ditambahkan sedikit akuadest, kemudian dipanaskan sampai larut dan ditambahkan akuadest hingga 100 ml.

c. Pembuatan larutan asam asetat 1%

Larutan uji asam asetat 1% dibuat dengan mengencerkan asam asetat 1mL dalam 100 mL aquades pada labu takar. BJ asam asetat 1050 mg/mL (Azizah et al. 2007) 1% = 1mL/100mL = 5.10-3mL/0,5mL = 5.10-3mL/20kgBB Dosis = 5.10 -3 mL/20kgBB = 0,25mL/kgBB x 1050mg/mL = 262.5 mg/kgBB

(7)

7 d. Pembuatan suspensi parasetamol

Sebagai kontrol Sebagai kontrol positif digunakan parasetamol. Dosis parasetamol yang digunakan oleh manusia dewasa adalah 500 mg untuk satu kali pakai (Tjay dan Rahardja, 2002). Parasetamol dibuat dengan cara mensuspensikan 250 mg serbuk asam mefenamat dalam 50 ml aquadest. Konversi dosis pada manusia dengan berat 70 kg ke mencit 20 gram adalah 0,0026 (Ponggele et al.,2013).

Perhitungan dosis konversi untuk berat mencit adalah :

500 mg x 0,0026 = 1,3 mg/ 20 gBB

Dosis asam mefenamat untuk mencit

Dosis untuk mencit dengan berat badan 20 gram (0,02 kg) adalah

65 mg/kgBB x 0,02 kg = 1,3 mg

Karena parasetamol tidak larut dalam air, maka serbuk parasetamol sebanyak 65 mg dicampur dengan larutan stok Na CMC 1% hingga diperoleh 25 ml kemudian diberikan pada mencit kelompok kontrol positifsebanyak 0,5 ml.

e. Pembuatan dosis ekstrak kulit buah naga b.

Takaran konversi dosis untuk manusia dengan berat 70 kg ke mencit 20 gram adalah 0,0026 (Ponggele et al.,2013). Rata-rata orang Indonesia memiliki berat 50 kg. Digunakan dosis bertingkat untuk ekstak kulit buah naga merah,

Kelompok 1 = 0,25 g/kgBB

Kelompok 2 = 0,5 g/kgBB

Kelompok 3 = 1 g/kgBB

a. Pengujian efek analgetik

Mencit sebagai hewan uji akan diberi dengan pemberian ekstrak kulit buah naga secara peroral. Setelah 20 menit perlakuan dilanjutkan dengan diinduksi nyeri dengan asam astat 1% melalui penyuntikan intraperitonial, dan ditempatkan pada kotak perlakuan. Jumlah geliat dihitung pada masing-masing kelompok perlakuan.

(8)

8

Satu geliat ditandai dengan kaki dan tangan mencit ditarik kedepan dan belakang disertai abdomen yang menyentuh lantai. Jumlah geliat dari tiap kelompok dirata-rata dan dibandingkan antara kelompok perlakuan dan kontrol. Jumlah geliat yang lebih sedikit dari kelompok kontrol menandakan adanya aktifitas analgetik pada hewan uji (Edijanti et al., 2011).

Hewan uji yang digunakan berjumlah 25 ekor mencit jantan galur swiss. Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ekor mencit. Dosis ekstrak etanol kulit buah naga diberikan pada 3 kelompok dengan 3 tingkatan dosis yang disesuaikan dengan uji orientasi, 1 kelompok diberi kontrol positif, dan 1 kelompok lagi diberi kontrol negatif.

Kelompok 1 : ekstrak etanol kulit buah naga dengan dosis 0,25 g/kgBB, diberikan secara per oral.

Kelompok 2 : ekstrak etanol kulit buah naga dengan dosis 0,5 g/kgBB, diberikan secara per oral.

Kelompok 3 : ekstrak etanol kulit buah naga dengan dosis 1 g/kgBB, diberikan secara per oral.

Kelompok 4 : kontrol positif dengan pemberian parasetamol dengan dosis 65mg/kgBB, diberikan secara per oral.

Kelompok 5 : kontrol negatif dengan pemberian Na CMC 1%, diberikan secara per oral.

Metode uji analgetik yang digunakan adalah metode induksi kimia. Mencit diberi perlakuan kontrol, setelah 20 menit mencit disuntik asam asetat 1% sebanyak 0,1mL secara intraperitonial, kemudian dihitung jumlah kumulatif geliat mencit selama 60 menit (Edijanti et al., 2011).

4. Analisis Data

Data yang dikumpulkan adalah kumulatif geliat mencit tiap kelompok perlakuan dan dihitung persentase daya analgetik (Turner, 1965). Presentase daya analgetik dapat dihitung sebagai berikut:

(9)

9

Dengan P = jumlah kumulatif geliat mencit setelah perlakuan

K = jumlah kumulatif geliat mencit kontrol negatif

Dari % analgetik dan kumulatif jumlah geliat dilakukan analisis Saphiro Wilk. Hasil menunjukkan data terdistribusi normal namun tidak homogen, sehingga dilanjutkan dengan analisis non parametrik dengan taraf kepercayaan 95% dan hasilnya menunjukkan perbedaan yang bermakna pada uji Kruskal-Walls. Data tidak terdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan analisa non parametrik dengan Mann-Whitney

dengan hasil yaitu terdapat perbedaan yang bermakna. Jumlah geliat yang lebih sedikit hingga 50% dari jumlah geliat dalam kelompok yang diberi ekstrak, menandakan adanya aktivitas analgetik pada hewan uji (Pudjiastuti et al., 1989).

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi

Berdasarkan surat determinasi yang telah dikeluarkan oleh Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan No: 465/A.E-1/LAB.BIO/VII/2014, bahwa tumbuhan yang digunakan untuk penelitian tersebut adalah benar buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus).

B. Uji Orientasi

Pada tahap uji pendahuluan, dilakukan orientasi terhadap kontrol positif, kontrol negatif, dan 3 tingkatan dosis. Hal ini perlu dilakukan mengingat Na-CMC 1% digunakan sebagai pelarut, sehingga akan dipastikan nantinya pengunaan Na-CMC 1% tidak mempunyai efek analgetik dan tidak mempengaruhi efek analgetik dari bahan yang dilarutkan.

(10)

10

Tabel 1. Data kumulatif geliat mencit orientasi setelah diinduksi Asam Asetat 1% Jumlah kumulatif geliat

No hewan uji Na-CMC 1%

Parasetamol 65 mg/kgBB

Ekstrak kulit buah naga

0,25 g/kgBB 0,5 g/kgBB 1 g/kgBB

1 91 58 51 44 36

Berdasarkan hasil kumulatif geliat pada tabel 1, kelompok Na-CMC 1% memiliki nilai geliat yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Dengan kumulatif geliat sebesar 91, dapat dikatakan bahwa Na-CMC 1% tidak memiliki efek analgetik. Uji t antara Na-CMC 1% (kontrol negatif) dan Parasetamol 65 mg/kgBB (kontrol positif) menunjukkan hasil yang signifikan (p=0,0000068). Nilai p menunjukkan antara kontrol negatif dan kontrol positif memiliki perbedaan bermakna.

Uji Daya Analgetik

Pada Tabel 2 menunjukkan rata-rata kumulatif geliat kelompok Na-CMC 1% memiliki nilai yang paling tinggi sebesar 91,2±1,64, diikuti dengan kelompok parasetamol 65mg/kgBB sebesar 59,8±0,84. Ekstrak etanol kulit buah naga 0,25 g/kgBB sebesar 52,2±1,48, 0,5 g/kgBB sebesar 46,2±0,84 , dan 1 g/kgBB sebesar 35,2±0,84.

Tabel 2. Data kumulatif geliat mencit tiap kelompok perlakuan setelah diinduksi Asam Asetat 1%

Jumlah kumulatif geliat

No hewan uji Na-CMC 1%

Parasetamol 65 mg/kgBB

Ekstrak kulit buah naga

0,25 g/kgBB 0,5 g/kgBB 1 g/kgBB 1 92 59 54 45 34 2 93 60 52 46 35 3 92 59 50 47 36 4 90 60 53 47 35 5 89 61 52 46 36 ±SD 91,2±1,64 59,8±0,84 52,2±1,48 46,2±0,84 35,2±0,84

Dari Tabel 2 dapat dihitung presentase daya proteksi, dan didapatkan hasil teringgi adalah ekstrak kulit buah naga dengan dosis 1 g/kgBB sebesar 61,38%, diikuti dengan dosis 0,5 g/kgBB sebesar 49,32%, dosis 0,25 g/kgBB sebesar 42,76%.

(11)

11

Gambar 1. Presentase Daya Analgetik Pada Mencit Kelompok Perlakuan

Nilai hasil analisis data pada uji normalitas diatas 0,05 , maka data dikatakan terdistribusi normal pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai probabilitas dari uji homogenitas adalah 0,022 yang lebih rendah dari 0,05, maka dikatakan bahwa varian dari kelompok populasi data adalah tidak sama dan tidak homogen. Analisis data dilanjutkan dengan analisis non parametrik. Pada analisis Kruskal Wallis didapatkan nilai probabilitas 0,000 lebih rendah dari 0,05, maka dikatakan kelima kelompok perlakuan memiliki daya analgetik berbeda secara signifikan. Analisis dilanjutkan kembali dengan uji Mann-Witney, didapatkan hasil 0,005 lebih rendah dari 0,05, maka dikatakan kelima kelompok memiliki daya analgetik berbeda secara signifikan.

Pada Gambar 1 hasil rerata dari 3 seri dosis lebih besar dari hasil kontrol positif parasetamol 65 mg/kgBB yaitu 34,38%. Dapat dikatakan ekstrak etanol kulit buah naga daging merah memiliki daya proteksi analgetik lebih besar dibanding parasetamol 65 mg/kgBB. Dari ketiga seri dosis hanya dosis 1 g/kgBB yang dapat dikatakan memiliki efek analgetik paling tinggi. Flavonoid yang terkandung pada kulit buah naga daging merah dapat menghambat enzim siklooksigenase yang mana enzim ini dapat menekan dan menurunkan sintesis postaglandin (Reynertson, 2007). Buah naga juga mengandung betasianin yang dapat melindungi sel-sel tubuh dan jaringan dari kerusakan yang disebabkan oleh adanya radikal bebas dan spesies oksigen reaktif, sehingga betasianin juga dapat digunakan sebagai analgetik karena dapat melindungi dari kerusakan sel-sel

0 10 20 30 40 50 60 70 Kontrol Positif Dosis Tingkat 1 Dosis Tingkat 2 Dosis Tingkat 3 Kontrol Negatif P e rsen ta se Da ya A n al ge ti k Parasetamol 65mg/kgBB Dosis 0,25g/kgBB Dosis 0,5g/kgBB Dosis 1 g/kgBB Na CMC 1%

(12)

12

tubuh dan jaringan (Rauen & Groot, 2009). Oleh karena itu ekstrak etanol kulit buah naga daging merah dapat dikembangkan sebagai analgetik.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah naga daging merah mempunyai daya analgetik pada dosis 0,2; 0,5, dan 1 g/kgBB dengan daya proteksi sebesar 42,76±2,04%, 49,32±1,42%, dan 61,38±1,37%.

B. Saran

Saran pada penelitian ini adalah:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan senyawa yang berperan aktif dalam aktivitas analgetik.

2. Perlu dilakukan studi lebih lanjut tentang efek analgetik ekstrak kulit buah naga daging merah dengan penyari lain.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah S, T., Hayuningtyas, R., & Purwatiningsih, 2007, Efek analgetik ekstrak etanol daun mindi (Melia azedarach L.) pada mencit putih jantan galur swiss. Pharmacon,

8, 13–17.

Alit S., Suma A, M., & Dharmayuda, O., 2013, identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Buah Naga Putih dan Pengaruhnya Terhadap Glukosa Darah Tikus Diabetes.

Indonesia Medicus Veterinus, 2(2), 151–161.

Edijanti, G., Chodidjah, & Susanto, H., 2011, Uji Efektifitas Analgetik Madu pada Tikus dengan Metoda Geliat Asetat, Universitas Sultan Agung, 3(1), 48–53.

Gunawan, S.G., Setiabudi, R., Nafrialdi, Elysabeh, editor, 2008, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departeme Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Guyton, A.C., 1991, Fisiologi Manusia dan MekanismePenyakit, Edisi III, 443, EGC , Jakarta.

Kunnika, S dan Pranee, A., 2011, Influence of enzyme treatment on bioactive compounds and colour stability of betacyanin in flesh and peel of red dragon fruit Hylocereus polyrhizus ( Weber ) Britton and Rose,International Food Research Journal,18(4), 1437–1448.

(13)

13

Markham,K.R., 1988, Cara mengidentifikasi Flavonoid, diterjemahkan oleh Kosasih Padawinata, 15, Penerbit ITB, Bandung

Ponggele, R. M., Wuisan, J.,Najoan.,J, 2013, Uji efek analgetik ekstrak kulit manggis(

Graciniamangostana L . ) pada mencit swiss ( Mus muscullus ), 3–9, Universitas Sam Ratulangi.

Pudjiastuti,B., Dzulkarnaen., Lucie Widyowati., 1989, Di dalam Goenarwo, E., Chodijah., Susanto, H., Uji Efektifitas Analgetik Madu pada Tikus dengan Metoda Geliat Asetat, Universitas Sultan Agung.

Rauen, U & Groot, H. de, 2009, Tissue injury by reactive oxygen species and the protective effects of flavonoids. Fundamental & Clinical Farmacology, 12(3), 249–376. doi:10.1111/j.1472-8206.1998.tb00951.x

Reynertson, 2007, Di dalam Sutrisna,E.M., Uji efek antiinflamasi ekstrak etil asetat buah semu jambu mete (Anacardium occidentale L.) terhadap edema pada kaki tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur wistar yang diinduksi karagenin.

Biomedika 2:33-37.

Tjay, T.H., Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting (Khasiat penggunaan dan efek-efek sampingnya), Edisi V, Cetakan Kedua, PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta, hal 259-296.

Turner,R.A., 1965, Screening Methods in Pharmacological, 112-116, Academic Press, New York

Gambar

Tabel 2. Data kumulatif geliat mencit tiap kelompok perlakuan setelah diinduksi  Asam Asetat 1%
Gambar 1. Presentase Daya Analgetik Pada Mencit Kelompok Perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

hubungan baik (studi deskriptif kualitatif) yang menjadi fokus dari penelitian ini pada unit-unit penetrasi sosial pada pembentukan relantionship development dalam menjalin

1. Menganalisis konversi energi batubara terhadap listrik di PLTU PT. Indorama Synthetics Tbk. Menganalisis perbandingan biaya bahan bakar terhadap tarif dasar.

[r]

Ø Sesuai arahan Presiden, rencana penyusunan RUU yang belum masuk Prolegnas, sebelum dilakukan pembahasan dengan panitia internkementerian/lembaga, Menteri/Pimpinan LPNK

Data mahasiswa tersebut tidak dapat dimasukkan ke dalam tabel sebab dia belum mengambil kuliah apapun (misalnya karena belum.. melakukan registrasi). Kondisi inilah yang

Client Server merupakan model jaringan yang menggunakan satu atau beberapa komputer sebagai server yang memberikan resource-nya kepada komputer lain (client) dalam jaringan,

346 Jawa Barat Bekasi Klinik Sierra Mitra (D/H Sapta Mitra Bekasi Utara) Jl.. 368 Jawa Barat Bekasi RS Juwita Jl. Rawa Julang Rt. Raya Imam Bonjol No. Legenda Raya, No. Adam Thalib

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya mengenai Pemanfaatan Sarana Prasarana dalam Proses Pembelajaran IPS di Kelas V SDN 145/1 Kampung Pulau di kelurahan