• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PEMBIBITAN SAPI POTONG SISTEM KOMUNAL DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN SRANDAKAN KABUPATEN BANTUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PEMBIBITAN SAPI POTONG SISTEM KOMUNAL DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN SRANDAKAN KABUPATEN BANTUL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PEMBIBITAN SAPI POTONG

SISTEM KOMUNAL DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN

SRANDAKAN KABUPATEN BANTUL

(Agribusiness Institutional of Cattle Beef Breeding with Communal System

at Coastal Land in Srandakan District Bantul Regency)

SINUNG RUSTIJARNO

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, Jl. Rajawali No. 28 Demangan Baru, Yogyakarta

ABSTRACT

Multi activity with multi actor and multi sector existing in coastal land. Development of coastal land in Yogyakarta Special Region Province has expanded, especially for cattle beef breeding. The objective of this research is to understand agribusiness aspect of cattle beef breeding in coastal land of Srandakan District, Bantul Regency. The research was done from January to April 2009. The survey method was used in this research, data are analyzed descriptively. The result showed livestock owner equal to 2.73/farmer, majority of cattle is female (90%) i.e Simental (42.7%), Peranakan Ongole/PO (32.8%) and Limousine (24.7%). In the periode of 2004 – 2008 the investment reach to 234.38%, Income of group farmer reach 853.76%, with asset value is Rp. 1.18 billions. Agribusiness has been institutionalised in “koperasi”. Partnership in beef cattle agribusiness has been linked, those include aspect of investment and the development of the institution.

Key Words: Agribusiness, Cattle Beef, Breeding, Coastal Land

ABSTRAK

Berbagai aktivitas yang bersifat multi aktor dan multi sektor terdapat di wilayah pesisir. Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang bersifat dinamis dan rentan terhadap berbagai perubahan karena saling pengaruh antara kedua ekosistem tersebut. Perkembangan di lahan pesisir pantai Provinsi D.I. Yogyakarta mulai banyak dimanfaatkan untuk kegiatan peternakan, khususnya pembibitan sapi potong. Tujuan penelitian adalah mengetahui dinamika usaha kelompok tani ternak sapi potong dengan pendekatan agribisnis di lahan pesisir. Penelitian dilakukan pada bulan Januari – April 2009 di Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Metode penelitian adalah survei, data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kepemilikan ternak 2,73 ekor per peternak. Jenis ternak yang dipelihara 90% dominan betina. Jenis sapi potong yang dipelihara terdiri dari keturunanSimental (42,7%), Peranakan Ongole/PO (32,8%), dan Limousine (24,7%). Status kepemilikan ternak 51% milik sendiri dan 49% kredit, pertumbuhan modal selama periode 2004 – 2008 mencapai 234,38%. Rata-rata pertumbuhan pendapatan kelompok selama periode yang sama mencapai 853,76% dengan nilai asset mencapai Rp. 1,18 milyar. Kelembagaan agribisnis terwadahi dalam bentuk koperasi tani yang telah mempunyai badan hukum. Kemitraan di bidang agribisnis sapi potong juga telah terjalin baik meliputi aspek permodalan dan pengembangan kelembagaan.

Kata Kunci: Kelembagaan, Agribisnis, Sapi Potong, Pembibitan, Lahan Pesisir

PENDAHULUAN

Peranan ternak sapi sebagai pemasok daging cukup besar. Selama kurun waktu 4 dasawarsa, populasi sapi Indonesia meningkat cukup signifikan, yaitu dari rata-rata 6,69 juta ekor pada kurun 1961 – 1970 menjadi lebih dari 11 juta ekor pada tahun 1991 – 2003.

Meskipun demikian, peningkatan populasi sapi ini tidak dapat mencukupi permintaan daging sapi penduduk, terlihat dari semakin meningkatnya jumlah impor sapi khususnya pasca tahun 1991 (HERMAWAN, 2005

unpublished). Pada tahun 1999 hingga 2001 pasokan daging sapi asal impor di Indonesia telah mencapai 15 – 22% dari kebutuhan daging

(2)

sapi (DITJEN BINA PRODUKSI PETERNAKAN, 2002). Secara nasional pada tahun 2002 kontribusi daging sapi dalam memasok daging menempati urutan kedua (23%) setelah unggas (56%) (FAPRI, 2004). Kondisi sapi potong lokal saat ini sangat beragam dan sebagian besar (99%) dikelola dan dikembangkan dengan pola peternakan rakyat (cow-calf operation) dalam skala usaha kecil dan terintegrasi dengan kegiatan lain, sehingga fungsi sapi potong sangat kompleks dalam menunjang kehidupan peternak (GUNAWAN, 2003). Selanjutnya dikatakan oleh GUNAWAN (2003) menurut perhitungan ekonomis, saat ini usaha dengan pola peternakan rakyat memberikan net present value (NPV) negatif atau sangat kecil. Oleh karena itu, dalam agribisnis peternakan khususnya dalam penyediaan bibit sapi potong peran peternakan rakyat sangat dominan.

Sistem agribisnis berbasis peternakan mencakup empat subsistem, yaitu (1) subsistem agribisnis hulu peternakan (2) subsistem usaha/produksi peternakan (3) sub-sistem agribisnis hilir peternakan dan (4) subsistem jasa (SARAGIH, 2000). Agribisnis peternakan juga terkait beberapa lembaga, antara lain lembaga produsen, lembaga konsumen, lembaga profesi, lembaga pemerintahan dan lembaga ekonomi (HANDAYANI dan PRIYANTI, 1995). Lembaga-lembaga terkait akan berperan aktif dalam pembinaan, sehingga dapat mencapai satu sasaran yang sama yaitu sistem usaha agribisnis peternakan yang berkelanjutan.

Program pengembangan kelompok peternakan berpeluang dalam pengembangan kekuatan organisasi kelompok melalui kegiatan agribisnis dan jalinan kemitraan yang saling menguntungkan dengan pihak yang terkait. Usaha berkelompok tersebut mempunyai pola spesifik sesuai dinamika masyarakat. Makalah ini memberikan gambaran kelembagaan agribisnis penyediaan bibit sapi potong pada kelompok tani ternak yang melakukan usaha dalam kawasan peternakan.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilakukan di Dusun Jopaten, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul di Kelompok Ternak Andini Mukti. Penelitian dilaksanakan pada bulan

Januari-April 2009. Metode penelitian menggunakan cara survai (SINGARIMBUN dan EFFENDIE, 1989) dengan jumlah responden yang merupakan anggota kelompok sebanyak 46 orang. Data yang diperoleh selanjutnya disajikan secara deskriptif analitis (NAZIR, 1998). Pengumpulan data meliputi data primer dan sekunder. Data primer meliputi jumlah anggota, jumlah ternak, tenaga kerja yang terlibat, sedangkan data sekunder (tahun 2004 – 2008) berasal dari instansi terkait meliputi modal, pendapatan kelompok dan dinamika kelompok.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum wilayah penelitian

Kecamatan Srandakan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Bantul dengan luas 1.831,60 ha, suhu rata-rata 29°C dengan curah hujan rata-rata 1.410 mm/tahun, merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan tanaman pangan, peternakan, perkebunan dan perikanan. Kondisi tanah agak masam dengan kisaran pH tanah 5,3 – 6,0 (BIPP BANTUL, 2005). Kecamatan Srandakan termasuk wilayah pesisir di Kabupaten Bantul. Wilayah pesisir atau coastal zone merupakan wilayah pertemuan antara ekosistem darat dan laut (SOEGIARTO, 1976). Batas lahan pesisir (coastal land) adalah lahan darat yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, air tanahnya mengandung garam dan dicirikan oleh jenis-jenis tumbuhan yang mampu bertoleransi terhadap air laut. Berbagai aktivitas yang bersifat multi aktor dan multi sektor terdapat di wilayah pesisir tersebut. Kegiatan tersebut diantaranya adalah pertanian, peternakan, perikanan, pariwisata, pertambangan, perindustrian dan lain-lain.

Tipe iklim di wilayah pesisir selatan Kecamatan Srandakan adalah adalah tipe Awa

yang dicirikan dengan musim kering yang lebih panjang dan lebih tegas, sehingga hujan dalam periode basah tidak cukup mengimbangi kekeringan. Kedalaman air tanah di wilayah penelitian berkisar antara 7 – 10 m, dengan fluktuasi air tanah bebas yang merupakan selisih kedalaman muka air tanah bebas yang diukur pada akhir musim kemarau dan pada musim hujan adalah 4 – 6 m.

(3)

Dari aspek hidrologi, wilayah penelitian yang dialiri satu sungai besar di sisi barat yaitu Sungai Progo dengan debit sungai bersifat

intermitten, artinya debit air sungai dipengaruhi oleh musim. Debit air rata-rata DAS Progo adalah 150 m3/tahun. Sungai Progo selain berfungsi untuk pengairan lahan pertanian, juga sangat rawan terhadap bencana banjir yang terjadi setiap tahun. Kondisi DAS Progo yang mempunyai kandungan sedimen material pasir dari Gunung Merapi dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mendapatkan penghasilan melalui penambangan pasir.

Kepadatan penduduk di wilayah Kecamatan Srandakan.mencapai 1.589 jiwa/km2, sedangkan kepadatan agraria mencapai 10 orang/ha. Oleh semakin sempitnya lahan usahatani, maka tipe petani di Kecamatan Srandakan adalah termasuk petani sambilan. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk yang menggantungkan mata pencaharian di sektor pertanian sebesar 26 %, sedangkan lainnya di sektor industri, perdagangan, jasa dan lain-lain. Berdasarkan kondisi yang ada, ketersediaan sumberdaya tanah dan air di wilayah tersebut berpotensi untuk kegiatan pertanian dan peternakan terutama peternakan di lahan pekarangan. Usaha peternakan di lahan pekarangan khususnya di Kecamatan Srandakan telah berkembang sejak tahun 1998 dengan dibangunnya kandang-kandang kelompok di lahan pasir yang marjinal. Pengembangan kawasan peternakan berbasis kandang kelompok ditujukan untuk mengoptimalkan potensi lahan sebagai areal budidaya dan peruntukan lain, dalam rangka menunjang pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Potensi sumberdaya manusia (SDM)

Karakteristik petani seperti sebaran umur relatif beragam, petani yang mempunyai umur produktif (15 – 64) tahun sebanyak 98%, petani yang berumur tidak produktif (> 65) tahun sebanyak 2%, dan petani yang berumur muda (< 15) tahun sebanyak 0%. Usia petani yang masuk kisaran produktif masih memungkinkan untuk meningkatkan usahatani dan melakukan kegiatan yang inovatif sehingga akan terjadi perubahan sosial kelembagaan, baik perubahan secara individu

maupun kelompok. Mata pencaharian utama adalah sebagai petani 38 orang (82,61%), pegawai negeri sipil 1 orang (2,17%), wiraswasta 4 orang (8,70 %), karyawan 1 orang (2,17) dan perangkat desa/pamong 2 orang (4,35%). Hasil analisis secara deskriptif diperoleh bahwa perubahan yang menunjukkan dinamika kelompok, ditandai dengan semakin aktifnya peran petani dalam menghadiri acara pertemuan-pertemuan kelompok mencapai 95%, kegiatan sosial kerja bakti atau gotong royong pembuatan instalasi biogas dan gudang pupuk organik.

Dinamika anggota dan populasi ternak Berdirinya kelompok pembibitan ternak sapi potong Andini Mukti diawali oleh inisiatif beberapa tokoh masyarakat untuk membuat kandang kelompok dengan memanfaatkan lahan kas desa Poncosari yang belum dimanfaatkan. Kelompok yang berdiri pada tanggal 27 Agustus 2002 mempunyai anggota 46 orang termasuk dalam klasifikasi kelas Madya (nilai 695). Tujuan pendirian kelompok adalah: 1) menjaga ketertiban lingkungan/ sanitasi, 2) meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat pada umumnya, 3) mengoptimalkan SDA dan SDM yang ada, 4) menjaga kestabilan perekonomian masyarakat. Berdasarkan kepemilikan ternak, rata-rata kepemilikan ternak di kelompok ini pada tahun 2004 – 2008 berkisar 1,4 – 3,8 per orang (Tabel 1). Jenis ternak yang dipelihara 90% dominan betina. Jenis sapi potong yang dipelihara terdiri dari keturunan Simental (42,7%), Peranakan Ongole/PO (32,8%), dan Limousine (24,7%).

Tabel 1. Rata-rata kepemilikan ternak Andini Mukti, Bantul tahun 2004 – 2008

Tahun Populasi (ekor) Jumlah peternak (orang) Rata-rata kepemilikan (ekor/orang) 2004 48 34 1,41 2005 83 33 2,52 2006 108 42 2,57 2007 158 47 3,36 2008 175 46 3,80 Rata-rata 114 40 2,73

(4)

Tabel 2. Perubahan jumlah ternak, kelahiran dan kematian pedet di kelompok ternak Andini Mukti, Bantul tahun 2004 – 2008 Jumlah (ekor) Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 Laju pertumbuhan (%) Jumlah induk 34 56 64 109 116 241,18 Jumlah dara 5 16 17 15 3 -40,00

Jumlah jantan muda - 2 3 3 - -

Jumlah anak jantan 6 5 9 11 35 483,33

Jumlah anak betina 3 4 17 10 21 600,00

Jumlah populasi 48 83 108 158 175 264,58

Jumlah sapi potong di Kelompok Ternak Andini Mukti pada tahun 2004 tercatat ada 34 ekor induk dewasa dan 5 ekor sapi dara dengan jumlah kelahiran pedet 9 ekor. Status kepemilikan ternak 90 ekor (51%) milik sendiri, dan sisanya 85 ekor (49%) berstatus kredit. Pola petani dalam pengelolaan ternak sapi potong masih bersifat tradisional yaitu memelihara ternak hanya sebagai kegiatan sambilan selain pekerjaan pokok di sektor pertanian. Produksi pupuk organik belum dimanfaatkan oleh anggota dan masih dipasarkan dalam bentuk tidak terolah. Berdasarkan potensi dan ketersediaan sapi potong di kawasan lahan pasir pantai Srandakan diperkirakan mampu memproduksi 1.575 ton kotoran ternak selama setahun, dengan asumsi satu ekor ternak sapi menghasilkan kotoran ternak 9 ton/tahun. Oleh karena itu, prospek pengembangan peternakan sapi potong ke arah agribisnis di tingkat petani sangat berpeluang.

Dinamika tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam pengelolaan usaha pembibitan ternak sapi potong di lahan pasir pantai selatan Kecamatan Srandakan terdiri dari tenaga kerja dewasa pria dibantu dewasa wanita dan anak-anak. Perkembangan keterlibatan jumlah tenaga kerja dewasa pria selama periode tahun 2004 – 2008 dari 34 orang menjadi 46 orang atau naik sebesar 24%. Tenaga kerja wanita terlibat dalam mencari dan memberi pakan ternak, dikarenakan sebagian tenaga pria dewasa mencari penghasilan di kegiatan pertanian. Tenaga kerja anak-anak juga dilibatkan

terutama dalam pengangkutan hijauan pakan ke lokasi kandang. Keterlibatan tenaga kerja selain pria menunjukkan pemberdayaan potensi sumberdaya keluarga dalam peningkatan alokasi waktu kerja dan pendapatan rumahtangga masyarakat.

Aspek permodalan

Aspek kelembagaan kelompok tani sangat bermanfaat dalam meningkatkan akses anggota ke arah sumber-sumber permodalan. Modal sendiri berupa ternak milik anggota dan tambahan modal diperoleh dari iuran hasil penjualan ternak sebesar Rp 10.000,- per anggota serta penjualan kotoran ternak/pupuk kandang senilai Rp 80-100 ribu/truk setara volume 4 ton. Modal kelompok pada tahun 2004 mencapai Rp 192 juta sedangkan pinjaman dari pihak lain yaitu PT ISM Bogasari sebesar Rp. 175 juta dan DIRSIT (direktorat sarana Industri ternak) berupa pengadaan sapi Brahman Cross (BC) sebanyak 50 ekor senilai Rp. 800 juta (Tabel 3), dengan tingkat pertumbuhan modal selama periode 2002 – 2004 mencapai 234,38%. Melihat banyaknya masukan berupa modal tambahan merupakan kesempatan yang baik untuk lebih meningkatkan dinamika kinerja anggota dan pengurus kelompok.

Pemupukan modal kelompok juga dilakukan dengan penyelenggaraan sistem arisan tiap pertemuan dengan sistem Rp. 5 ribu untuk kas kelompok dan Rp. 5 ribu untuk pemenang arisan. Selain itu, setiap penjualan pupuk kandang dibagi 50% untuk kelompok dan 50% untuk peternak.

(5)

Tabel 3. Perkembangan modal usaha Kelompok Ternak Andini Mukti, Bantul tahun 2004 – 2008 Jumlah modal usaha (Rp. 000)

Sumber modal

2004 2005 2006 2007 2008

Laju pertumbuhan (%)

Pinjaman bank - - - - - -

Pinjaman pihak lain (ISM Bogasari, DIRSIT)

- 175.000 - 800.000 - -

Modal kelompok 192.000 192.000 557.000 557.000 642.000 234,38 Jumlah 192.000 367.000 557.000 1.357.000 642.000 234,38

Pendapatan kelompok

Pendapatan pokok kelompok berasal dari hasil penjualan ternak dan pupuk kandang (Tabel 4). Pendapatan kelompok pada tahun 2004 sebesar Rp. 16,32 juta dengan kontribusi 98% dari penjualan ternak dan 2% dari penjualan pupuk kandang. Rata-rata pertumbuhan pendapatan kelompok selama periode 2004 – 2008 mencapai 853,76%.

Penjualan bibit ternak selama periode tahun 2004 – 2008 berkisar 4 – 50 ekor. Rata-rata penjualan bibit sapi potong mencapai 2 – 3 ekor/bulan dengan harga berkisar Rp. 3 – 6 juta/ekor. Terobosan untuk membuka akses pasar belum banyak dilakukan. Sistem penjualan ternak dan pupuk lebih banyak dilakukan di kandang dengan alasan kemudahan dan efisiensi jarak dan waktu.

Pertumbuhan asset kelompok

Tabel 5 menunjukkan pertumbuhan asset kelompok pada tahun 2008. Hasil analisis menunjukkan asset kelompok meningkat secara signifikan selama 5 tahun dengan adanya berbagai fasilitas. Penambahan asset

meliputi ruang pertemuan, gudang pupuk, lahan, mesin pompa air, bak penampung, kandang biogas, kompor biogas, kandang ternak, dan listrik. Penambahan asset yang cukup besar direncanakan untuk pengadaan fasilitas jalan produksi sepanjang 100 m yang berasal dari swadaya kelompok untuk menunjang aksesibilitas dan transportasi ke lokasi kandang.

Kelembagaan agribisnis

Kelembagaan agribisnis dibedakan menjadi kelembagaan agribisnis hulu, usaha/produksi dan hilir, kelembagaan agribisnis hulu antara lain menyangkut aspek sapronak (sarana produksi ternak) yaitu bibit, pakan dan obat-obatan. Kelembagaan agribisnis usaha mencakup proses budidaya (lahan, skala usaha, pemilihan bibit, perkandangan, dan IB). Kelembagaan agribisnis hilir mencakup panen dan pasca panen, pemasaran, akses informasi pasar dan pembentukan jaringan kelembagaan.

Kelembagaan agribisnis kelompok ternak Andini Mukti disajikan secara lengkap dalam Tabel 6

Tabel 4. Pendapatan kelompok Andini Mukti, Bantul dari penjualan ternak dan pupuk kandang Tahun 2004 – 2008

Uraian Tahun

Ternak (ekor) Nilai (Rp. 000) Pupuk kandang (truk) Nilai (Rp. 000)

Total pendapatan (Rp. 000) 2004 4 16.000 4 320 16.320 2005 16 72.000 8 720 72.720 2006 34 170.000 15 1.350 171.350 2007 50 300.000 10 900 300.900 2008 50 150.000 17 1.700 151.700 Jumlah 154 708.000 54 4.990 712.990

(6)

Tabel 5. Asset kelompok ternak Andini Mukti, Bantul Tahun 2008

Asset kelompok Jenis asset

Jumlah (ekor/unit/buah) Nilai (Rp)

Ternak sapi 175 980.000.000

Kandang ternak 50 125.500.000

Ruang pertemuan (8 x 7 m) 1 10.000.000

Gudang pupuk kandang (3 x 28 m) 1 20.000.000

Sumber mata air 6 12.000.000

Bangunan tower (8m3, tinggi 7 m) 1 15.000.000

Sub total 1.162.500.000 Lain-lain TV 21” Wireless Almari Diessel air

Chopper (merk Honda) Moower (merk Honda) Laptop 1 1 1 1 1 1 1 1.300.000 1.500.000 1.000.000 2.000.000 3.500.000 2.000.000 6.500.000 Subtotal 17.500.000 Jumlah (Rp) 1.180.000.000

Tabel 6. Kelembagaan agribisnis Kelompok Ternak sapi potong Andini Mukti Bantul

Kegiatan Uraian Agribisnis hulu a. Bibit

Sumber bibit berasal dari anggota kelompok dan dari kemitraan dengan kelompok lain

Jenis induk yang diusahakan kelompok terdiri dari: Keturunan Simmental (42,7%), keturunan Limousine (24,7%), keturunan PO (32,8%)

Pedoman pemilihan bibit: 1) penampilan secara keseluruhan sesuai dengan penampilan jenis/bangsanya; 2) kondisi sehat dan kuat; 3) kaki relatif pendek dan besar; 4) dagingnya padat; 5) puttingnya besar dan simetris; 6) temperamennya aktif lembut dan mempunyai sifat induk yang baik

Kelompok sudah melakukan pembibitan bekerjasama dengan petugas IB dan instansi terkait

Hasil IB yang baik dipergunakan sebagai peremajaan induk b. Pakan

Sumber pakan berasal dari hijauan lokal diadakan secara individu/kelompok

Jenis pakan yang diberikan berupa rumput gajah, rumput Raja, legum, hijauan pohon, limbah pertanian (jerami)

Lahan pakan hijauan juga teradapat di sepanjang delyta Sungai Progo

Pakan penguat berupa konsentrat hasil produksi kelompok sendiri, bahan baku pembuatan konsentrat dari sisa-sisa hasil pertanian dan limbah pertanian (limbah jagung, padi, kacang, kedelai, kopi, coklat dll).

(7)

Tabel 6. (lanjutan)

Kegiatan Uraian

c. Obat/vaksin

Sistem pengadaan obat-obatan/vaksin dengan cara : a) Untuk obat-obatan/vaksin pabrikan dengan cara membeli yang dikoordinir oleh seksi kesehatan bekerjasama dengan Poskeswan; b) Untuk obat-obtan tradisional seperti obat cacing, kembung dan lain-lain kelompok meramu sendiri dari bahan-bahan obat tradisional yang tersedia di lingkungan pekarangan tempat tinggal.

Agribisnis usaha a. Lahan

Lahan di kawasan pinggir desa dengan status lahan milik kas desa

Luas areal lahan untuk kandang kelompok 0,5 Ha dengan jumlah kandang 50 unit b. Skala Usaha

Skala usaha kelompok dengan jumlah ternak 150-200 ekor, pemeliharaan semi intensif

c. Pembibitan

Sistem seleksi, dipilih calon induk/induk yang baik untuk kelompok dan yang kurang baik dijual

Sistem Culling (pengafkiran induk yang sudah tidak produktif) Peremajaan, umur induk sudah tua atau beranak 5 – 6 kali

Recording, dilaksanakan dengan cara mengetahui dan mencatat asal usul ternak Faktor-faktor dalam pemilihan bibit: asal usul ternak/silsilah, bentuk eksterior (bentuk luar), umur ternak, harga ternak dan lain-lain

Cara seleksi bibit/bakalan: a) mengamati sifat individu seperti berat lahir, berat sapih dan pertumbuhannya; b) mengamati silsilahnya; c) mengamati daya reproduksi; d) mengamati bentuk eksteriornya/penampilan

d. Pembuatan kandang, dengan kriteria:

Sistem perkandangan yang ada adalah sistem komunal/berkelompok Lokasi aman (dari pencurian, banjir, kebisingan dll)

Pemilihan bahan kandang yang murah, kuat dan tersedia di lokasi, arah kandang menghadap ke timur dan barat agar cukup terkena sinar matahari

Lantai kandang dibuat dari semen/perkerasan dengan kemiringan sesuai rekomendasi yaitu maksimal 2% dari ukuran lebarnya

e. Pakan

Tempat pakan dibuat di depan dan tinggi agar terhindar dari cacing hati dan jamur Frekuensi pemberian pakan (HMT) dua kali sehari, ditambah pakan penguat sekali dan air minum selalu tersedia. Pakan hijauan diberikan 10% BB/hari dan konsentrat 1,5% BB/hari, pakan penguat konsentrat diberikan dalam bentuk agak basah

f. Penyakit

Dalam kasus insidental/keadaan darurat, peternak lapor pada Sie. Kesehatan Ternak, baru melapor ke Poskeswan

Sebagai tindakan pencegahan, diadakan Posyanduwan 3 bulan sekali g. Penanganan reproduksi

Sistem reproduksi ternak dilakukan dengan Inseminasi Buatan (IB) melalui jasa inseminator

Setelah 2 bulan dari proses IB diadakan PKB oleh dokter hewan, untuk mengetahui keberhasilan perkawinan tersebut

(8)

Tabel 6. (lanjutan)

Kegiatan Uraian Agribisnis hilir a. Panen dan Pascapanen

Panen meliputi penjualan ternak dan pupuk kandang, pasca panen belum dilaksanakan

Pengolahan limbah ternak oleh kelompok, limbah ternak diolah menjadi fine compost, hasil penjualan merupakan tambahan pendapatan kelompok

b. Pemasaran

Pemasaran dilakukan langsung oleh individu peternak sepengetahuan seksi pemasaran dengan mengacu pada harga tertinggi

Setiap ternak yang terjual, pemilik diwajibkan mengisi kas kelompok Rp 10.000,- Jumlah ternak yang terjual selama 5 tahun terakhir 154 ekor dengan nilai Rp 708 juta Jumlah pupuk yang terjual selama 5 tahun terakhir 54 truk dengan nilai Rp 4,99 juta Penjualan ternak dilaksanakan di wilayah DIY sedangkan pupuk kandang di dalam dan luar DIY (Temanggung, Wonosobo)

c. Jaringan kelembagaan

Jaringan kerjasama kelompok antara lain dengan PT ISM Bogasari Jakarta, DIRSIT, BB MEKTAN Bogor, BPTP Yogyakarta.

Hubungan kerjasama dilakukan secara tertulis atau tidak tertulis

Bentuk kemitraan kelompok antara lain : bantuan penguatan modal bagi kelompok berupa kredit lunak, pemeriksaan kesehatan ternak, penyediaan pakan ternak berupa konsentrat, pengolahan limbah ternak, penelitian pakan, reproduksi dan lain-lain. Sebagai salah satu kelompok pendamping lomba dokter hewan berprestasi tingkat Nasional tahun 2005

Kelompok aktif mengikuti pelatihan dari institusi (BPP, BIPP, Disnak, BPTP, BP2BPT) dan menerima magang dari luar

Hasil pelatihan yang telah diterapkan antara lain : pembuatan fine compost, waktu, jumlah dan cara pemberian konsentrat, pembuatan amoniasi jerami, cara penyimpanan jerami kering secara sederhana dan pelaksanaan IB yang tepat

Aspek kelembagaan

Bentuk kelembagaan peternak terwadahi dalam bentuk koperasi tani “Tani Manunggal” yang beranggotakan petani yang mengelola kandang ternak dalam kawasan kandang kelompok yang mencakup satu dusun yaitu Dusun Jopaten. Jumlah anggota sampai tahun 2008 sebanyak 46 orang. Badan hukum Koperasi “Tani Manunggal” terbentuk dengan SK Nomor: 080/BH/KDK/12.1/IX/1999 tertanggal 9 September 1999.

Aktivitas kelompok, frekuensi pertemuan kelompok dalam satu tahun, terlaksana 10 kali pertemuan anggota dan 2 kali pertemuan pengurus. Dalam pertemuan, permasalahan dan rencana kegiatan diselesaikan melalui musyawarah oleh anggota. Kegiatan lain yang

dilakukan adalah kelompok ronda, arisan senilai Rp 10 ribu/anggota dan gotong royong sanitasi kandang, penanaman pohon glyciridae, kelor sebagai tanaman pagar dan pengaman sekaligus menambah hijauan untuk ternak.

Model pengembangan kelembagaan yang dilakukan petani di lokasi pengkajian pembibitan sapi potong di lahan pasir adalah kemitraan antara kelompok dengan institusi terkait. Kemitraan yang dijalin terbagi 2 yaitu permodalan dan kegiatan penelitian/pengkajian. Kemitraan di bidang permodalan mencakup lembaga lain yaitu PT ISM Bogasari dan DIRSIT berupa bantuan penguatan modal dalam bentuk pinjaman lunak. Kemitraan di bidang penelitian/pengkajian diantaranya dengan BB Mektan Bogor, BPTP Yogyakarta dan koperasi Dinas Peternakan, Kelautan dan

(9)

Perikanan. Kegiatan yang dilakukan meliputi pemeriksaan hewan ternak, penyediaan pakan penguat, pengolahan limbah padat, cair dan gas dan pengkajian teknologi peternakan.

Rencana pengembangan kegiatan kelompok terbagi dalam jangka pendek, menengah dan panjang (Tabel 7).

Tabel 7. Rencana pengembangan kegiatan Kelompok Andini Mukti

Rencana Uraian kegiatan

Jangka pendek mengkaji dan memperbaharui administrasi kelompok sanitasi lingkungan membuat pagar pengaman dengan tanaman hijauan (kelor dll)

perbaikan jalan di lokasi maupun ke lokasi kandang Jangka menengah peningkatan populasi ternak

lokasi kelompok sebagai tempat magang/pembelajaran bagi kelompok lain

pembuatan gudang baru untuk proses pengolahan pupuk dan pembuatan konsentrat perluasan areal dari 0,5 ha menjadi 1 ha

Jangka panjang mengoptimalkan pembuatan pupuk kandang/fine compost dan konsentrat

penerapan agribisnis pada tingkat kelompok melalui kerjasama dengan kelompok lain dalam hal produksi hasil ternak

penumbuhan koperasi-koperasi yang berbadan hukum

pembuatan tower air untuk disalurkan ke masing-masing kandang

optimalisasi instalasi biogas pengajuan perluasan areal kandang tanah kas desa untuk pertanian organik

pengkaderan anggota

kelompok sebagai inseminator

Melalui model pengembangan kelembagaan kemitraan agribisnis kelompok kandang komunal berpeluang besar untuk peningkatan dan diversifikasi usaha kelompok. Pemanfaatan hasil samping ternak berupa pupuk padat dan cair, potensi gas bio, integrasi tanaman-ternak, pertanian organik, mini feed scale, perikanan kolam sekitar kandang, pembibitan tanaman menjadi aktivitas yang bernilai ekonomis dapat meningkatkan permodalan dan pendapatan kelompok.

KESIMPULAN

Pengembangan usaha pembibitan sapi potong di kawasan lahan pasir pantai selatan Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta mengalami perkembangan yang positif dengan rata-rata kepemilikan ternak 2,73 ekor/orang, tenaga kerja yang terlibat meningkat 24%, Status kepemilikan ternak 51% milik sendiri dan 49% kredit, pertumbuhan modal selama periode 2004 – 2008 mencapai 234,38%. Rata-rata pertumbuhan pendapatan kelompok selama periode yang sama mencapai 853,76% dengan nilai asset mencapai Rp. 1,18 milyar. Kelembagaan agribinis terwadahi dalam bentuk koperasi tani “Tani Manunggal” yang telah mempunyai badan hukum. Kemitraan di bidang agribisnis sapi potong juga telah terjalin baik meliputi aspek permodalan dan pengembangan kelembagaan.

DAFTAR PUSTAKA

BIPP Bantul. 2005. Rencana Kerja Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan BPP Kecamatan Srandakan Tahun 2005. Proyek Desentralisasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (DAFEP). Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Bantul Bantul.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2002. Pemantapan Program Mendesak Kecukupan Daging 2005. Bahan Rapat Kerja, Ditjend Bina Produksi Peternakan. Denpasar, Bali. FAPRI. 2004. World Livestock Outlook Text.

Department of Economic. Food and Agricultural Policy Research Institute. Iowa State University.

(10)

GUNAWAN. 2003. Model dan strategi kerjasama penelitian agribisnis sapi potong dalam era globalisasi. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 29 – 30 September 2003. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 278 – 283.

HANDAYANI,S.W. dan A.PRIYANTI. 1995. Strategi kemitraan dalam menunjang agroindustri peternakan: Tinjauan kelembagaan. Pros. Simposium Nasional Kemitraan Usaha Ternak. ISPI Bekerjasama Dengan Balai Penelitian Ternak, Bogor.

NAZIR. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. SARAGIH,B. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan:

Kumpulan Pemikiran. USESE Foundation dan Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

SINGARIMBUN, M dan S. EFFENDIE. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.

SOEGIARTO. 1976. Pedoman Umum Pengelolaan Wilayah Pesisir. Lembaga Oseanologi Nasional, Jakarta.

DISKUSI Pertanyaan:

Apakah sistem menejemen keuangan dikelola oleh kelompok sendiri atau kelembagaan lain, serta bagaimana arah pemeliharaan?

Jawaban:

Manajemen keuangan dikelola oleh kelompok sendiri, serta pemeliharaan diarahkan ke pembibitan.

Gambar

Tabel 1.  Rata-rata kepemilikan ternak Andini  Mukti, Bantul tahun 2004 – 2008
Tabel 2.  Perubahan jumlah ternak, kelahiran dan kematian pedet di kelompok ternak Andini Mukti, Bantul  tahun 2004 – 2008  Jumlah (ekor)  Uraian  2004 2005 2006  2007  2008  Laju pertumbuhan (%)  Jumlah  induk  34 56 64 109 116  241,18  Jumlah dara  5  16
Tabel 3.  Perkembangan modal usaha Kelompok Ternak Andini Mukti, Bantul tahun 2004 – 2008  Jumlah modal usaha (Rp
Tabel 5.  Asset kelompok ternak Andini Mukti, Bantul Tahun 2008
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mewujudkan Negara Republik Indonesia sebagai Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 guna

pendapatan bunga naik jadi Rp10,94 triliun dari pendapatan bunga tahun IHSG diprediksi akan bergerak mixed cenderung melemah pada perdagangan hari ini karena dibayangi oleh aksi

Seseorang yang bekerja dalam struktur birokrasi organisasi  besar tidak harus bertanggung jawab secara moral atas setiap tindakan perusahaan yang turut dia  bantu, seperti

Merancang sistem pengereman hidrolik yang sesuai dengan kendaraan bermotor roda tiga untuk penyandang disabilitas tidak hanya pembagian selang hidrolik ke rem cakram secara merata

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyususnan skripsi

Lowongan pekerjaan adalah pekerjaan atau jabatan yang belum ada orang yang melaksanakan atau belum cukup jumlah orang yang melaksanakan, hal ini terjadi

Analisis regresi berganda adalah pengembangan dari regresi sederhana untuk memprediksi per- mintaan yang akan datang berdasarkan data masa lalu untuk mengetahui pengaruh satu atau

* Akta yang dimintakan para pihak melanggar asusila atau moral.. e) Merahasiakan segala suatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna