• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kurnia NIM 29 Kepuasan Kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kurnia NIM 29 Kepuasan Kerja"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KEPUASAN KERJA

PSIKOLOGI INDUSTRI

Di Susun oleh : Kurnia (1605903030029)

P R O G R A M S T U D I R E G U L E R J U R U S A N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS TEUKU UMAR

(2)

DAFTAR ISI BAB 1

PENDAHULUAN...3

1.1. Latar belakang...3

1.2. Permasalahan...4

1.3. Tujuan...4

1.3.1. Bagi Perusahaan...4

1.3.2. Bagi Karyawan...4

BAB 2 LANDASAN TEORI...5

2.2. Dasar-Dasar Teori Kepuasan Kerja...6

BAB 3 PEMBAHASAN...8

3.1. Studi Kasus...8

3.1.1. Contoh Kasus...8

3.1.2. Analisa...9

BAB 4 PENUTUP...10

4.1. Kesimpulan...10

(3)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Perilaku organisasi merupakan suatu perilaku terapan yang dibangun atas sumbangan dari sejumlah disiplin perilkau, seperti yang menonjol psokologi, sosiologi, psikologi sosial, antropologi dan ilmu politik (Robbins.2001). sedangkan yang menyangkut kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan yang disumbangkan dalam psikologi. Selain itu diperluas juga yang mencangkup pembelajaran, persepsi, kepribadian, pelatihan, keefektifan kepemimpinan, kebutuhan dan kekuatan motivasi, proses pengambilan keputusan, penilaian kinerja, pengukuran sikap, teknik seleksi pegawai, desain pekerjaan dan stres kerja.

Setiap anggota organisasi dalam mencapai tujuan organisasi timbul adanya perasaan kepuasan kerja dan ketidak puasan. Oleh karena itulah setiap pimpinan atau manajer suatu organisasi perlu menciptakan suatu iklim yang sehat secara etis bagi anggotanya atau pegawainya, dimana mereka melakukan pekerjaan secara maksimal dan produktif. Hal ini sudah barang tentu adanya perilkau individu dalam organisasi yang merupakan interaksi antara karakteristik individu dan karakteristik organisasi (Thoha.1998).

Demikian pula organisasi pendidikan sebagai institusi penyelenggaraan pendidikan mengharapkan suatu outcome atau produktivitas yang memuaskan sebagaimana yang ditetapkan dalam tujuan pendidikan outcome atau produktivitas itu ditentukan baik oleh teknologi (sistem, kurikulum, sarana prasarana, pembiayaan dan manajemen) maupun tenaga kependidikan. Disini kepuasan kerja atau kepuasaan belajar mengajar merupakan salah satu indikator dari seperangkat kebutuhan manusia dalam organisasi pendidikan. Dengan perkataan lain kepuasaan harus menjadi tujuan utama organisasi setelahnya produktivitas.

(4)

1.2. Permasalahan

Permasalahan yang dikemukakan dalam makalah ini adalah bagaimana memahami konsep kepuasan kerja (job satisfaction) dalam perilaku organisasi, perusahaan berkaitan pula dengan relevansi dalam organisasi pendidikan.

1.3. Tujuan

1.3.1. Bagi Perusahaan

Adapun tujuan penulisan makalah ini bagi perusahaan yaitu, dengan mengetahui dan memahami konsep kepuasan kerja pihak perusahaan dapat menjaga hubungan antara pekerja dan atasan, sehingga pekerja akan merasa senang dengan pekerjaan yang dia lakukan.

1.3.2. Bagi Karyawan

(5)

BAB 2

LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kepuasan Kerja

Menurut istilah umum ketenagakerjaan, kepuasan kerja adalah derajat kepuasan yang dapat dirasakan oleh karyawan dalam memenuhi kebutuhan pribadi yang penting melalui pengalaman bekerja. Kebutuhan ini dapat mencakupi: kompensasi yang memadai dan adil; lingkungan kerja yang aman dan sehat; berkembangnya kemampuan diri sebagai manusia yang memungkinkan karyawan dapat menggunakan serta mengembangkan keterampilan serta pengetahuan mereka dan mempertahankan kepentingan diri pada kepentingan yang lebih tinggi; pertumbuhan dan keamanan (kesempatan berkembang dalam karier); adanya perlindungan hak-hak karyawan; dapat memenuhi tuntutan-tuntutan kerja yang masuk akal, dan sebagainya. (http://www.nakertrans.go.i d )

Kepuasan kerja sebagai satu set sikap yang dipegang oleh individu mengenai pekerjaannya. Kepuasan kerja adalah pelahiran psikologikal individu terhadap pekerjaannya yaitu bagaimana individu itu melihat pekerjaannya. Sikap seseorang pekerja boleh dibahagikan kepada dua bahagian yaitu sikap positif dan negatif.

Menurut Drs H Rusdi Lubis, kepuasan kerja dapat dilihat dari reaksi seseorang terhadap hasil kerjanya, oleh karenanya lebih bersifat emosional. Dalam hal tersebut, memberikan kesempatan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya dan menyelesaikannya sampai tahap akhir adalah kondisi yang diciptakan didalam organisasi, unit kerja atau perusahaan. (http://www.padang-ekspres.co.id).

(6)

2.2. Dasar-Dasar Teori Kepuasan Kerja

Wexley et all, telah mengkategorikan teori-teori kepuasan kerja kepada tiga kumpulan utama, yaitu :

1) Teori ketidaksesuaian (discrepancy)

Menurut Locke kepuasan atau ketidak puasan dengan aspek pekerjaan tergantung pada selisih (discrepancy) antara apa yang dianggap telah didapatkan dengan apa yang diinginkan. Jumlah yang “diinginkan” dari karakteristik pekerjaan didefinisikan sebagai jumlah minimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan anda. Seseorang akan terpuaskan jika tidak ada selisih antara kondisi-kondisi yang diinginkan dengan kondisi aktual. Semakin besar kekurangan dan semakin banyak hal-hal penting yang diinginkan, semakin besar ketidak puasannya, Jika lebih banyak jumlah faktor pekerjaan yang diterima secara minimal dan kelebihannya menguntungkan (misalnya : upah ekstra, jam kerja yang lebih lama) orang yang bersangkutan akan sama puasnya bila terdapat selisih dari jumlah yang diinginkan.

2) Teori keadilan (equity theory)

(7)

lain dan bahkan dengan dirinya sendiri dengan pekerjaan-pekerjaan pendahulunya

3) Teori Dua Faktor (two factor theory)

Teori ini diperkenalkan oleh Frederick Herzberg dalam tahun 1959, berdasarkan atas penelitian yang dilakukan terhadap 250 responden pada sembilan buah perusahaan di Pittsburg. Dalam penelitian tersebut Herzberg ingin menguji hubungan kepuasan dengan produktivitas.

Teori dua faktor menyatakan bahwa kepuasan kerja secara kualitatif berbeda dengan ketidak puasan kerja. Menurut teori ini, karakteristik pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yang satu dinamakan ‘disatisfier” atau “ hygiene factors” dan yang lainnya dinamakan ‘satisfier” atau ‘motivators”. Hygiene factor meliputi hal-hal seperti : gaji/upah, pengawasan, untuk memenuhi dorongan biologis serta kebutuhan dasar seseorang seperti kebutuhan keamanan dan berkelompok. Jika kebutuhan-kebutuhan ini tidak terpenuhi, seseorang tidak puas.

Namun jika besarnya hygiene factors memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut, seseorang tidak akan kecewa lagi tetapi belum tentu terpuaskan. Seseorang hanya terpuaskan jika terdapat jumlah yang memadai untuk faktor-faktor pekerjaan dinamakan satisfier.

(8)

BAB 3 mengaktualisasikan diri dan mendapatkan kepuasan pribadi.

Menurut survei yang dilakukan accenture “defining succes your way” tahun 2013, 53% perempuan yang bekerja sudah merasa puas dengan pekerjaan dan pencapaian mereka. “dibandingkan survei tahun lalu (2012), ditahun 2013 ini kepuasan kerja perempuan ternyata meningkat 10% . karenanya, mereka tidak berniat untuk mencari pekerjaan lain,” ungkap neneng goenadi, executive Director dan Country Lead Accenture Indonesia, di Jakarta, ketika itu.

Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa peningkatan kepuasan juga disebabkan oleh lingkungan kerja yang lebih mnyenangkan dan kondusif untuk meningkatkan kinerja mereka. Accenture juga mengungkapkan lingkungnan yang ideal dan paling diinginkan para pekrja untuk meningkatkan kinerja mereka dalam bekerja. Survei tersebut melaporkan bahwa 59% responden mengaku bhwa lingkungan kerja yan baik dan bisa memberikan dan bisa memberikan kepuasan kerja adalah yang tahu bagaimana cara menghargai karyawannya dalam segala hal. “ adanya pengertian dan penghargaan dari bos atau perusahaan bisa meningkatkan semangat pekerja untuk bisa lebih berprestasi, dan meningkatkan kinerja mereka dengan lebih baik”.

(9)

Tabel 3.1.1 Kondisi Yang Menyebabkan Kepuasan Kerja

3 Kehadiran partner kerja yang jujur 43%

4

Kehadiran partner kerja yang bisa dihandalkan dan

dipercaya 54%

5 Kehadiran partner kerja yang pandai 33%

(Sumber : http//fakkarnuansa.blogspot.co.id)

Survei online dari dari Accenture ini dilakukan terhadap 4.100 eksekutif dari organisasi menengah sampai besar dari 33 negara di dunia. Masing-masing negara yang berpartisipasi dalam survei ini memberikan 100 responden, yang kemudian di kelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan jabatan.

3.1.2. Analisa

(10)

BAB 4 PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat di ambil beberapa kesimpulan yaitu;

1) Dengan adanya kepuasan kerja akan miningkatkan kedisiplinan pekerja dalam dalam bekerja, dan dapat menciptakan keadaan positif dalam lingkungan kerja.

2) Perusahaan yang bisa mengerti dan menghargai karyawannya akan memiliki hubungan yang lebih erat dengan karyawan. Dengan demikian. Pada akhirnya semua pihak mendaptkan keuntungan saat mereka berhasil merekrut dan mempertahankan karyawan yang berkinerja baik.

3) Peningkatan kepuasan kerja juga disebabkan oleh lingkungan kerja yang lebih mnyenangkan dan kondusif untuk meningkatkan kinerja mereka. 4) Partner yang jujur lebih diinginkan dari pada parntner yang pandai. Bisa

dilihat dalam tabel hasil suvei Tabel 3.1.1.

5) Adanya pengertian dari bos atu perusahaan bisa meningkatkan semangat pekerja untuk lebih berprestasi, dan meningkatkan kinerja mereka dengan lebih baik

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Handoko, Hani (2001), Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta.BPFE

Thoha, Miftah (1998), Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada

Gambar

tabel 3.1.1 menunjukkan bahwa memiliki partner yang jujur dan lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan Aset, Profitabilitas, dan Pertumbuhan Penjualan tidak

Kajian ini berhasrat untuk memberi informasi yang penting terhadap semua pihak sama ada kepada mereka yang terlibat dalam proses penggubalan kurikulum, pelaksana

Secara teoretis hasil penelitian ini dapat menjadi pengembang khasanah ilmu, referensi, dan informasi baru berkait dengan Pengembangan Buku Cerita Anak Islami

Pada penelitian ini dirancang sebuah antena mikrostrip array 2 elemen yang bekerja pada frekuensi 1,8 GHz dengan menambahkan U-slot dan menggunakan teknik

Teknik pengolahan dan analisis data dengan menggunakan analisis jalur ( path analysis) dan uji hipotesis pada tingkat signifikansi sebesar 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

Faktor ini hanya berlaku untuk pendekat tipe P, tanpa median, tipe jalan dua arah; dan lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk, untuk Pada jalan dua arah

[r]

(b) sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama selain agama Islam dan/atau oleh Wajib Pajak badan dalam negeri yang