• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PEMBAHASAN. Input Penyelenggaraan Makanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL PEMBAHASAN. Input Penyelenggaraan Makanan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Pekerja Penyelenggaraan Makanan

Input penyelenggaraan makanan terdiri atas pekerja penyelenggaraan makanan, anggaran dana, dan sarana fisik dan peralatan. Menurut Moehyi (1992) jenis tenaga kerja yang diperlukan dalam penyelenggaraan makanan adalah tenaga pengelola, pelaksana, dan pembantu pelaksana.

Pekerja yang terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan makanan berjumlah 36 orang yang terdiri dari tenaga pegelola 3 orang, pelaksana 11 orang, dan pembantu pelaksana 22 orang dengan jumlah pekerja laki-laki 78% dan perempuan 22%. Dalam merekrut pekerja, Pangansari Utama Catering Tambang Senakin lebih mengutamakan masyarakat lokal.

Persentase pekerja pada kelompok usia 19-29 tahun adalah 39%, 30-49 tahun adalah 39%, dan 50-64 tahun adalah 22%. Sebaran karakteristik pekerja dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran karakteristik pekerja Pangansari Utama Catering Tambang Senakin Karakteristik n % Jenis Kelamin Laki-laki 28 78 Perempuan 8 22 Kelompok Usia 19-29 tahun 14 39 30-49 tahun 14 39 50-64 tahun 8 22 Pendidikan Terakhir SD 0 0 SMP 0 0 SMA 34 94 Diploma/S1 2 6 Anggaran Dana

Biaya yang tersedia untuk penyelenggaraan makanan harus diperhitungan dengan baik. Penyelenggaraan makanan institusi telah ditetapkan biayanya dalam anggaran biaya tahunan. Makanan yang disajikan harus sesuai dengan jumlah anggaran yang tersedia (Moehyi 1992). Biaya untuk penyelenggaraan makanan ini berasal dari PT Arutmin Indonesia yang merupakan bagian dari upah konsumen. Biaya makan per orang per hari untuk tiga kali makan adalah US $11.

(2)

Sarana Fisik dan Peralatan

Perusahaan menetapkan sistem pengelolaan dan cara pelayanan makanan yang akan dilaksanakan sebelum menetapkan sarana fisik, peralatan, dan perlengkapan dalam pengelolaan makanan. Faktor tersebut berpengaruh dalam menentukan luas ruangan dan jenis peralatan yang dibutuhkan (Depkes 1991a). Sistem pengelolaan ini diselenggarakan oleh pihak jasa boga yaitu Pangansari Utama Catering Tambang Senakin. Pelayanan menggunakan cara prasmanan pada saat makan pagi dan malam serta menggunakan kotak makanan yang diantar oleh mobil makanan ke lokasi pekerjaan pada saat makan siang.

Sarana fisik dan peralatan yang digunakan Pangansari Utama Catering Tambang Senakin berasal dari PT Arutmin Indonesia dan masih belum memadai karena tidak adanya ruang penerimaan dan ruang ganti pakaian untuk tenaga kerja. Bahan makanan diterima oleh petugas di area belakang dapur dan langsung dimasukkan ke ruang penyimpanan. Sarana fisik yang disediakan oleh perusahaan antara lain:

1. Ruang makan memiliki luas 192 m2 dan merupakan bangunan semi permanen dengan 12 meja dan 48 kursi makan. Ruang makan yang digunakan oleh Pangansari Utama Catering Tambang Senakin telah memadai dengan jumlah karyawan yang makan 163 orang menggunakan sistem makan bergilir. Denah ruang makan dapat dilihat pada lampiran 2. 2. Dapur memilki luas 295 m2. Luas dapur mencakup ruang penyimpanan

bahan makanan, ruang pemasakan, ruang pencucian alat, ruang bakery, ruang administrasi, ruang istirahat petugas, ruang persiapan, dan kantor pimpinan penyelenggaraan makanan. Luas dapur sesuai dengan rekomendasi Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 dengan tenaga kerja sebanyak 36 orang. Denah dapur dapat dilihat pada lampiran 3.

Peralatan dapur telah memadai. Peralatan dapur yang dimiliki antara lain kompor, penggorengan, ketel, oven, kukusan, pisau, sendok sayur, parutan, sodet, alat-alat makan, lemari es, rak sayuran, rak bahan makanan kering, meja, meja prasmanan, hood, sink, dan troley. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.

(3)

Proses Penyelenggaraan Makanan Perencanaan Menu

Perencanaan menu adalah serangkaian kegiatan menyusun berbagai hidangan dengan variasi dan komposisi yang serasi seimbang untuk memenuhi pelaksanaan manajemen pelayanan makanan institusi (Depkes 1991a). Dalam praktiknya, Pangansari Utama Catering Tambang Senakin memiliki menu baku dan resep standar yang digunakan untuk membuat berbagai menu, namun resep standar ini tidak ada dalam bentuk tertulis, hanya mengandalkan memori para juru masak.

Siklus menu yang dipakai oleh Pangansari Utama Catering Tambang Senakin adalah 14 hari. Selengkapnya dapat dilihat lampiran 5. Perencanaan menu dilakukan bersama-sama oleh koki, supervisor, dan staf administrasi PT. Thiees (kontraktor Arutmin). Tahapan perencanaan menu tersebut adalah :

1. Pihak Pangansari Utama Catering Tambang Senakin menyusun menu kemudian diserahkan ke PT. Thiees selaku penanggung jawab penyelenggaraan makanan untuk mendapatkan pertimbangan/masukan-masukan terhadap susunan menu tersebut.

2. PT. Thiees memberikan masukan, persetujuan, dan penetapan terhadap menu yang disusun oleh Pangansari Utama Catering Tambang Senakin untuk kemudian dilaksanakan.

Pelaksanaan

Pembelian Bahan Pangan. Menurut Moehyi (1992), pembelian bahan pangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui leveransir dan pembelian langsung. Pembelian bahan pangan yang dilakukan oleh Pangansari Utama Catering Tambang Senakin adalah menggunakan kedua cara tersebut. Daging, ayam, dan bahan pangan kering dipasok secara rutin dari Pangansari Utama Balikpapan sedangkan pembelian langsung dilakukan di daerah Kotabaru. Frekuensi pembelian bahan pangan kering dilakukan 15 hari sekali sedangkan pembelian bahan pangan segar dilakukan 1 minggu sekali.

Penerimaan Bahan Pangan. Setelah pembelian bahan pangan, tahap selanjutnya adalah penerimaan bahan pangan. Penerimaan bahan pangan adalah menerima bahan pangan yang dipesan serta meneliti jumlah dan kualitas bahan pangan yang diterima sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam kontrak pembelian (Yuliati dan Santoso 1995). Pangansari Utama Tambang Senakin mempunyai petugas khusus untuk melakukan penerimaan

(4)

bahan pangan. Sistem penerimaan bahan pangan yang dilakukan menggunakan sistem konvesional. Petugas khusus penerimaan bahan pangan memeriksa secara rinci bahan pangan yang diterima baik kuantitas dan kualitas. Bahan pangan yang tidak sesuai dengan jumlah dan jenisnya akan dikembalikan kepada suppliernya.

Penyimpanan Bahan Pangan. Pangansari Utama Catering Tambang Senakin melakukan proses penyimpanan bahan pangan disebabkan tidak semua bahan tersebut diolah secara langsung. Alat/fasilitas penyimpanan yang dimiliki adalah penyimpanan kering (250C), chill room (80C), dan cold room (-50C). Tahapan proses penyimpanan bahan pangan adalah :

1. Melakukan pemisahan bahan pangan basah dan kering. Bahan pangan basah disimpan di dalam chill room dan cold room sedangkan bahan pangan kering ditaruh di rak-rak penyimpanan bahan pangan dan tidak menempel ke dinding (diberi jarak 20 cm).

2. Memberi label pada bahan pangan basah dan kering berupa tanggal pembelian dan waktu kadaluarsa.

3. Melakukan pengambilan bahan pangan dengan cara First In First Out (FIFO), maksudnya adalah bahan pangan yang disimpan terlebih dahulu akan diolah lebih dulu.

Persiapan Bahan Pangan. Menurut Yuliati dan Santoso (1995) langkah pertama sebelum proses pemasakan dimulai adalah mempersiapkan bahan pangan dan bahan-bahan lain yang diperlukan sesuai dengan menu yang telah direncanakan. Persiapan bahan pangan yang dilakukan meliputi pencucian bahan pangan seperti mencuci beras, penggilingan/penghalusan bumbu, pengadukan tepung, perebusan daging, pemotongan ikan, dan pengupasan bahan pangan seperti mengupas bawang, kentang, dan semangka.

Pengolahan. Pengolahan bahan pangan merupakan suatu kegiatan mengubah (memasak) bahan pangan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi. Tujuan pengolahan bahan pangan adalah mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi bahan pangan; meningkatkan nilai cerna; meningkatkan dan mempertahan warna; rasa; keempukan dan penampilan makanan; bebas dari organisme dan zat berbahaya untuk tubuh (Depkes 2003c).

Pengolahan bahan pangan dilakukan di dapur pada pukul 02.00-04.00 WITA untuk makan pagi, pukul 06.00-08.00 WITA untuk makan siang, dan pukul

(5)

15.00-17.00 WITA untuk makan malam. Bahan pangan yang telah dimasak dihabiskan untuk satu kali penyajian sehingga tidak ada makanan yang disimpanan untuk penyajian berikutnya.

Distribusi makanan. Tugas akhir penyelenggaraan makanan adalah penghidangan atau pendistribusian makanan kepada konsumen. Tahap ini mendapat perhatian sebaik-baiknya (Tarwodjo 1998). Makanan yang telah dimasak untuk makan siang dimasukkan ke dalam box makanan, setelah itu box makanan diantar oleh mobil makanan ke lokasi pekerjaan. Waktu penyajian makanan adalah pukul 04.00 WITA untuk makan pagi, pukul 11.00 WITA untuk makan siang, dan pukul 17.00 WITA untuk makan malam.

Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian yang tidak terpisah dari sistem penyelenggaraan makanan. Pencatatan dan pelaporan pada Pangansari Utama Catering Tambang Senakin terbagi atas:

1. Pencatatan dan pelaporan harian meliputi pemakaian bahan makanan, penerimaan bahan makanan, suhu penyimpanan, dan jumlah konsumen yang makan.

2. Pencatatan dan pelaporan bulanan meliputi pencatatan biaya penyelenggaraan makanan dalam satu bulan dan pencatatan inventaris alat. 3. Pencatatan dan pelaporan tahunan yaitu pencatatan tenaga

penyelenggaraan makanan.

Higiene dan Sanitasi Pangansari Utama Catering Tambang Senakin Penilaian terhadap higiene dan sanitasi dalam penyelenggaraan makanan di Pangansari Utama Catering Tambang Senakin merujuk pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 715/Menkes/SK/V/2003. Hasil penerapan sanitasi jasa boga yang dilaksanakan oleh Pangansari Utama Catering Tambang dapat dilihat pada lampiran 6.

Setelah dilakukan penilaian, skor yang didapat adalah 85. Total skor sebesar 85 berada dalam kisaran skor 83-92. Hal ini berarti Pangansari Utama Catering Tambang Senakin secara umum laik higiene dan sanitasi berdasarkan Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003.

Lokasi, Bangunan, dan Fasilitas

Lokasi. Berdasarkan Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003, syarat lokasi yang baik adalah minimal 500 meter dari sumber pencemaran seperti

(6)

tempat sampah umum, wc umum, bengkel cat, dan sumber pencemaran lainnya. Bangunan Pangansari Utama Catering Tambang Senakin telah sesuai dengan persyaratan Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 karena disekitar bangunan tidak terdapat sumber pencemaran. Bangunan terletak dekat dengan bangunan penginapan (mess) karyawan.

Bangunan dan Fasilitas. Secara umum bangunan Pangansari Utama Catering Tambang Senakin telah sesuai dengan Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 yaitu kuat, kokoh, memiliki papan nama perusahaan dan nomor izin usaha. Luas Bangunan Pangansari Utama Catering Tambang Senakin adalah 487 m2 yang terdiri dari ruang makan dan dapur. Bangunan memiliki halaman bersih, tidak banyak lalat, tersedia tempat sampah, tidak terdapat tumpukan barang-barang, memiliki pembuangan air kotor (limbah dapur dan kamar mandi), pembuangan air hujan lancar, dan tidak menimbulkan genangan air.

Lantai dan dinding. Lantai dapur dilapis portland cement dan epoxy yang memiliki karakteristik rapat air, halus, tidak licin dan mudah dibersihkan. Lantai ruang makan dilapisi parquete. Dinding bangunan adalah multipleks dilapisi melaminto sehingga permukaannya halus, kering/tidak menyerap air dan mudah dibersihkan. Pada ruang pencucian alat, ruang pencucian makanan, dan toilet yang permukaan dindingnya terkena percikan air dilapisi keramik setinggi 1,5 meter dari permukaan lantai. Hal ini tidak sesuai dengan Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 yang mengharuskan permukaan dinding yang terkena percikan air dilapisi bahan kedap air setinggi dua meter dari permukaan lantai.

Pintu dan Jendela. Bangunan memiliki akses berupa pintu dengan bukaan daun pintu mengarah ke luar. Kondisi lubang ventilasi pada jendela dan pintu tempat makanan diolah dilengkapi kassa dengan sistem knock out.Semua pintu akses dari ruang tempat pengolahan makanan ini dilengkapi sistem menutupsendiri dan tirai.

Pencahayaan dan penghawaan. Bangunan memiliki intensitas pencahayaan yang cukup untuk dapat melakukan pekerjaan, pemeriksaan, dan pembersihan secara efektif. Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan dilengkapi dengan exhaust fan dan cooker hood yang mengatur pertukaran udara, membuang bau, dan asap. Pencahayaan pada ruang pengolahan makanan memakai lampu T4 jenis tubular lamp (TL) daya 80 watt sebanyak 72 batang yang menghasilkan 705,6 foot candle dengan penempatan

(7)

pada ceiling setinggi 2,7 meter dari permukaan lantai. Hal ini telah sesuai dengan Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003.

Fasilitas Sanitasi

Fasilitas sanitasi adalah sarana fisik bangunan dan perlengkapannya yang digunakan untuk memelihara kualitas lingkungan atau mengendalikan faktor-faktor lingkungan fisik yang dapat merugikan kesehatan manusia antara lain sarana air bersih, jamban, peturasan, saluran limbah, tempat cuci tangan, bak sampah, kamar mandi, lemari pakaian kerja (locker), peralatan pencegahan terhadap lalat, tikus, hewan lainnya serta peralatan kebersihan (Depkes 2003c).

Air Bersih. Pangansari Utama Catering Tambang Senakin menggunakan air tanah yang ditampung di tempat penampungan. Jumlah air pada penampungan dikontrol agar selalu mencukupi, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. Air yang digunakan Pangansari Utama Catering Tambang Senakin adalah air bersih yang dibuktikan dengan kandungan E.Coli pada air kran 0 per 100 ml.

Pembuangan Air Limbah. Sistem pembuangan air limbah Pangansari Utama Catering Tambang Senakin sudah baik. Pembuangan air limbah dilengkapi dengan grease trap (penangkap lemak) dan salurannya tertutup.

Toilet. Pangansari Utama Catering Tambang Senakin memiliki 4 buah toilet dengan lantai keramik yang terpisah dari dapur, ruang persiapan makanan, dan ruang penyimpanan bahan makanan. Limbah toilet dialirkan ke septic tank yang berjarak 10 meter dari bangunan. Jumlah toilet yang ada di Pangansari Utama Catering Tambang Senakin sesuai dengan rekomendasi Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 dengan tenaga kerja sebanyak 36 orang.

Tempat Cuci Tangan. Bangunan memiliki tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat mencuci peralatan maupun bahan makanan, serta dilengkapi dengan kran dan saluran pembuangan tertutup. Bangunan memiliki 4 buah tempat cuci tangan. Jumlah tempat cuci tangan yang ada di Pangansari Utama Catering Tambang Senakin sesuai dengan rekomendasi Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 dengan tenaga kerja sebanyak 36 orang.

Tempat sampah. Bangunan dilengkapi tempat sampah tertutup yang dapat menghindari kemungkinan makanan tercemar oleh sampah. Tempat sampah terletak di dapur dan di ruang makan.

Fasilitas Pencucian Peralatan dan Bahan Makanan. Fasilitas pencucian peralatan dan bahan makanan terbuat dari stainless. Pencucian

(8)

peralatan menggunakan sabun cuci dan air panas 800C selama 2 menit. Pangansari Utama Catering Tambang Senakin hanya memiliki 2 bak pencuci. Hal ini tidak sesuai dengan Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 yang menyatakan fasilitas pencucian dibuat dengan 3 bak pencuci.

Ruangan Pengolahan Makanan

Bangunan memiliki tempat pengolahan makanan seluas 160 m2 sehingga memudahkan tenaga kerja melakukan pekerjaan. Ruang pengolahan makanan terpisah dengan ruang penyimpanan bahan makanan dan tidak berhubungan langsung dengan jamban dan kamar mandi.

Bahan Pangan

Pangansari Utama Catering Tambang Senakin memiliki sistem pengelolaan bahan pangan yang baik. Bahan pangan segar diperiksa agar kondisi bahan tersebut baik, tidak rusak, berubah bentuk, berubah warna dan rasa. Bahan pangan pabrik harus terdaftar, diperiksa labelnya, tanggal kadaluwarsa, kemasannya tidak rusak/pecah dan tidak kembung. Bahan makanan yang siap konsumsi (ready to eat dan ready to drink) diperiksa agar bahan tersebut baru, segar, tidak basi, tidak busuk, tidak rusak, tidak berjamur, serta tidak terkontaminasi contohnya juice ready to drink.

Penyimpanan Bahan Makanan

Pangansari Utama Catering Tambang Senakin memiliki kebijakan penyimpanan bahan makanan yang baik. Bahan makanan basah disimpan dalam chill room, cold room, dan refrigerator dengan suhu yang disesuaikan dengan jenis bahan makanannya. Suhu penyimpanan Pangansari Utama Catering Tambang Senakin disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5 Suhu penyimpanan bahan makanan di Pangansari Utama Catering Tambang Senakin

No Bahan Makanan Suhu

Penyimpanan

Suhu Standar

Lama Penyimpanan 1. Ayam dan daging Mentah -50C -50C s/d 00C 15 hari

2. Ikan -50C -50C s/d 00C 7 hari

3. Sayuran 80C 100C 7 hari

4. Bahan makanan kering 250C 250C 15 hari

Tempat penyimpanan (kulkas dan freezer) dibersihkan seminggu sekali untuk menjamin kebersihan dan selalu terpelihara dengan baik. Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa suhu penyimpanan yang dilakukan oleh Pangansari Utama telah sesuai dengan suhu yang disarankan oleh Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/2003.

(9)

Personal Higiene Sanitasi

Pada proses penyelenggaraan makanan, higiene dan sanitasi pekerja sangat diperlukan dan diperhatikan. Hal ini dikarenakan semua proses penyelenggaraan makanan mulai dari pembelian hingga penyajian makanan selalu melibatkan pekerja.

Tabel 6 Persentase pekerja Pangansari Utama Catering Tambang Senakin yang menerapkan higiene personal

No Perilaku n %

1 Memakai pakaian kerja 28 100

2 Menggunakan penjepit makanan 28 100

3 Memakai sarung tangan 0 0

4 Mengganti pakaian setiap hari 28 100

5 Memakai pelindung kepala 28 100

6 Memakai pakaian yang nyaman di badan 28 100

7 Menggunakan alas kaki yang tidak licin 28 100

8 Menggunakan celemek 26 93

9 Tidak merokok selama pengolahan makanan 28 100

10 Tidak makan/mengunyah selama pengolahan makanan 28 100

11 Tidak memakai aksesoris 28 100

12 Berkuku pendek 28 100

13 Mencuci tangan dengan sabun sebelum bekerja dan setelah keluar kamar mandi

28 100

Rata-rata 91.8

Jumlah pekerja catering yang terlibat langsung dalam pengelola makanan adalah 28 orang. Semua pekerja bebas dari penyakit infeksi, penyakit bisul, dan luka terbuka. Pemeriksaan kesehatan/berobat ke dokter wajib dilakukan pekerja apabila mereka dalam keadaan sakit. Berdasarkan persyaratan Kepmenkes Nomor 715/Menkes/SK/2003, pemeriksaan kesehatan rutin dilakukan setiap enam bulan sekali, sedangkan Pangansari Utama Catering Tambang Senakin pemeriksaan kesehatan rutin dilakukan setiap satu tahun sekali sehingga dapat dikatakan belum memenuhi persyaratan.

Persentase pekerja catering yang menerapkan higiene personal dapat dilihat pada Tabel 6. Persentase rata-rata pekerja yang menerapkan prinsip higiene personal adalah 91.8%. Sarung tangan plastik digunakan pada saat mengambil makanan. Pekerja yang tidak menggunakan celemek adalah pekerja yang bertugas dibagian penyimpanan bahan makanan.

Output Penyelenggaraan Makanan Ketersediaan Energi dan Protein

Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi adalah tersedianya pangan. Makanan yang dikonsumsi oleh contoh selama di perusahaan berasal dari makanan yang disediakan oleh Pangansari Utama Catering Tambang

(10)

Senakin.Ketersediaan makanan dilihat berdasarkan banyaknya jumlah makanan yang disediakan oleh pihak Pangansari Utama Catering Tambang Senakin untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dari contoh.

Rata-rata nasi, lauk, sayuran, dan buah yang disediakan oleh pihak catering adalah 300 g, 50 g, 100 g, dan 100g. Rata-rata ketersediaan makanan ini telah memenuhi standar penyediaan makanan untuk pekerja yaitu 100 g, 40 g, 100 g, dan 100 g untuk nasi, lauk, sayuran, dan buah (Depkes 2009). Berdasarkan hasil pengamatan terhadap makanan yang disediakan oleh pihak catering selama tujuh hari, berikut disajikan rata-rata ketersediaan makanan untuk tiap konsumen per hari.

Tabel 7 Ketersediaan makanan yang disediakan oleh Pangansari Utama Catering Tambang Senakin

Hari ke- Ketersediaan Kecukupan

Energi (kkal) Protein (g) Energi (kkal) Protein(g)

1 2523 83.6 2455 59.7 2 2607 86.0 2455 59.7 3 2838 90.6 2455 59.7 4 2484 89.1 2455 59.7 5 2689 74.7 2455 59.7 6 2591 86.4 2455 59.7 7 2551 86.9 2455 59.7 Rata-rata 2612 85.3 2455 59.7

Ketersediaan energi dan protein paling tinggi terdapat ketiga dimana salah satu menu yang disediakan adalah nasi goreng dan cumi-cumi. Nasi goreng memberikan kontribusi energi yang cukup tinggi yaitu sebesar 750 kkal dalam 300 g dan cumi-cumi memberikan kontribusi protein yang tinggi yaitu 265 dalam 100 g.

rata ketersediaan energi selama tujuh hari adalah 2612 kkal. Rata-rata ketersediaan protein selama tujuh hari adalah 85.3 g. Rata-Rata-rata ketersediaan energi di catering telah memenuhi 106% kecukupan energi contoh dan ketersediaan protein melebihi kecukupan protein contoh. Hal ini disebabkan karena menu yang disediakan memiliki kandungan protein yang tinggi seperti daging merah dan cumi-cumi. Pengamatan terhadap menu selama tujuh hari dapat dilihat pada Tabel 8.

(11)

Tabel 8 Pengamatan terhadap menu selama tujuh hari

Hari Ke

Waktu Makan

Pagi Siang Malam

1 Nasi uduk, semur telor, susu, jus buah

Nasi putih, ayam rica-rica, ikan bumbu merah, tempe goreng tepung, sayur asam, apel, roti

Nasi putih, rendang daging, telur dadar, cah sayur sayuran, cenil, semangka

2 Nasi kuning, ikan bumbu bali, susu, jus buah

Nasi putih, daging bumbu pedas, ikan goreng, mie goreng, sayur santan kacang panjang+kol, jeruk, roti

Nasi putih, ikan asam pedas, tempe goreng, tumis sayuran, black forrest cake, melon. 3 Nasi goreng,

sarden cabe hijau, susu, jus buah

Nasi putih, opor ayam, cah cumi-cumi cabe hijau, sambal goreng hati, sup sayuran, apel, roti

Nasi putih, ayam goreng ketumbar, bihun goreng,sayur santan pedas, sus, semangka

4 Nasi kuning, telor bumbu bali, susu, jus buah

Nasi putih, sambal goreng hati ayam, ikan rica-rica, dadar sayuran, tumis sayuran, apel, roti

Nasi putih, cumi goreng tepung, ikan asin, sayur bening, mocca cake, pepaya 5 Lontong sayur,

bakwan, susu, jus buah

Nasi putih, semur ayam pedas, ikan goreng tepung, tahu bumbu kecap, cah sayuran, jeruk, roti

Nasi putih, sop iga, bakwan sayur, sup macaroni, pais pisang, melon

6 Nasi putih,

sardenes in tomato sauce, susu, jus buah

Nasi putih, ikan acar kuning, kalio ayam, sambel goreng tempe, sayur bening, apel, roti

Nasi putih, ikan bakar, sate ayam, capcay, klepon, semangka 7 Nasi kuning,

telur bumbu bali, susu, jus buah

Nasi putih, ayam bumbu rendang, ikan goreng, tahu gimbal, tumis kangkung, jeruk, roti

Nasi putih, ikan goreng dabu-dabu, tumis sayuran, lumpia, pepaya

Karakteristik Contoh Usia

Gambar 2 menunjukkan sebaran contoh menurut usia. Usia contoh berkisar antara 22 sampai 56 tahun dengan rata-rata usia contoh adalah 34.6 tahun. Hampir separuh contoh (44%) berada pada usia dewasa madya yaitu antara 30 sampai 49 tahun, 42% berada pada usia dewasa muda yaitu antara 21 sampai 29 tahun, dan 15% diantaranya berusia 50-64 tahun. Pengelompokan usia tersebut disesuaikan dengan kebutuhan gizi berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) 2004 mengikuti rasionalisasi dan kesepakatan FAO/WHO/UNU 2001 dan harmonisasi RDA di Asia Tenggara (WNPG 2004).

(12)

Gambar 2 Sebaran contoh menurut usia

Aktivitas Fisik

Berdasarkan Depkes (2009), pengkategorian tingkat aktivitas fisik dibagi menjadi tiga yaitu ringan, sedang, dan berat. Aktivitas ringan: aktivitas kantor tanpa olahraga, aktivitas sedang: aktivitas kantor dengan olahraga, dan aktivitas berat: pekerjaan lapang.

Lebih dari separuh contoh (63%) memiliki tingkat aktivitas fisik dengan kategori sedang, 23% contoh memiliki tingkat aktivitas fisik dengan kategori berat dan sisanya (15%) termasuk kategori ringan (Gambar 3). Aktivitas fisik contoh dengan kategori ringan seperti duduk di depan komputer. Aktivitas fisik konsumen dengan kategori sedang seperti menyetir mobil ke lokasi pertambangan. Aktivitas fisik kategori berat seperti memperbaiki alat – alat pertambangan.

(13)

Konsumsi Energi dan Protein

Konsumsi contoh merupakan konsumsi selama 7 hari dengan rata-rata konsumsi energi dan protein adalah 1603±179 kkal/hari dan 58.3±8.4 g/hari. Kecukupan energi dan protein contoh yaitu 2455±253 kkal/hari dan 59.7±1.8 g/hari. Kebutuhan, konsumsi, dan tingkat kecukupan energi dan protein contoh dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Kecukupan, konsumsi, dan tingkat kecukupan energi dan protein contoh

Energi Protein

Kecukupan 2455±253 kkal/hari 59.7±1.8 g/hari Konsumsi 1603±179 kkal/hari 58.3±8.4 g/hari

Tingkat Kecukupan 65.9±9.5 97.7±13.9

Berdasarkan hasil pengamatan selama tujuh hari, rata-rata konsumsi energi dan protein paling tinggi terdapat pada hari ketujuh. Hal ini dapat disimpulkan bahwa menu pada hari ketujuh disukai oleh contoh. Rata-rata konsumsi energi dan protein contoh per hari dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel10 Rata-rata konsumsi energi dan protein contoh per hari

Hari Energi (kkal) Protein (g)

1 1649 60.2 2 1510 57.7 3 1565 58.4 4 1572 55.1 5 1599 55.9 6 1659 61.1 7 1667 64.5

Menu yang disediakan pada hari ketujuh adalah nasi kuning, telur bumbu bali, susu, dan jus buah untuk makan pagi; Nasi putih, ayam bumbu rendang, ikan goreng, tahu gimbal, tumis kangkung, jeruk, dan roti untuk makan siang; dan nasi putih, ikan goreng dabu-dabu, tumis sayuran, lumpia, dan pepaya untuk makan malam.

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein

Tingkat kecukupan energi didapatkan dari perbandingan total konsumsi energi sehari dengan kecukupan energi berdasarkan Pedoman Pemenuhan Kecukupan Gizi Pekerja Selama Bekerja. Tingkat kecukupan dikategorikan berdasarkan Depkes (1996) menjadi defisit tingkat berat (<70% AKG), defisit tingkat sedang (70-79% AKG), defisit tingkat ringan (80-89% AKG), normal (90-119% AKG) dan lebih (≥120%). Tabel 11 menunjukan sebagian besar contoh berada pada kategori defisit tingkat berat dengan persentase sebesar 69.4%. Hanya 1.6% contoh yang telah memenuhi kebutuhan energinya. Tidak ada contoh yang berada pada kategori lebih.

(14)

Besarnya persentase contoh yang mengalami defisit tingkat berat merupakan masalah yang perlu ditangani dengan serius. Manusia tidak dapat hidup dan bekerja secara optimal tanpa energi yang cukup. Hal ini akan berpengaruh pada penurunan kualitas kesehatan tubuh dengan kata lain meningkatkan morbiditas (Pergizi Pangan 1999). Oleh sebab itu, sebaiknya contoh mendapat penyuluhan gizi dari ahli gizi catering.

Tabel 11 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan energi

Tingkat Kecukupan Energi n % Defisit tingkat berat (< 70% AKG) 42 67.7 Defisit tingkat sedang (70-79% AKG) 14 22.6 Defisit tingkat ringan (80-89% AKG) 5 8.1

Normal (90-119% AKG) 1 1.6

Lebih (≥120% AKG) 0 0

Jumlah 62 100

AKG yang didapatkan untuk menentukan tingkat kecukupan protein contoh berdasarkan AKG 2004. Tingkat kecukupan protein rata-rata adalah 97.7% AKG mengindikasikan bahwa tingkat kecukupan protein contoh sudah baik. Tingkat kecukupan protein didapatkan dari perbandingan total konsumsi protein sehari dengan Angka Kecukupan Protein tahun 2004.

Tingkat kecukupan dikategorikan berdasarkan Depkes (1996) menjadi defisit tingkat berat (<70% AKG), defisit tingkat sedang (70-79% AKG), defisit tingkat ringan (80-89% AKG), normal (90-119% AKG) dan lebih (≥120%). Tabel 12 menunjukan 75.8% contoh sudah tercukupi kebutuhan proteinnya, 4.8% konsumen termasuk ke dalam defisit tingkat sedang, dan 19.35% termasuk defisit tingkat ringan. Hal ini menunjukan lebih dari separuh konsumen telah memenuhi kecukupan proteinnya. BPS (2006) menyatakan bahwa konsumsi makanan masyarakat dikatakan memadai jika memenuhi dua kriteria kecukupan, yaitu kecukupan energi dan protein.

Tabel 12 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan protein

Tingkat Kecukupan Protein n % Defisit tingkat berat (< 70% AKG) 0 0 Defisit tingkat sedang (70-79% AKG) 3 4.8 Defisit tingkat ringan (80-89% AKG) 12 19.4

Normal (90-119% AKG) 47 75.8

Lebih (≥120% AKG) 0 0

(15)

Daya Terima Makanan

Faktor utama yang mempengaruhi daya penerimaan terhadap makanan adalah rangsangan cita rasa yang ditimbulkan oleh makanan itu. Cita rasa makanan ditimbulkan oleh terjadinya rangsangan terhadap berbagai indera dalam tubuh manusia terutama indera penglihatan, indera pencium, dan indera pengecap. Makanan yang memiliki cita rasa tertinggi adalah makanan yang disajikan secara menarik, menyebarkan bau yang sedap, dan memberikan rasa yang lezat. Cita rasa makanan mencakup dua aspek utama yaitu penampilan makanan sewaktu dihidangkan dan rasa makanan sewaktu dimakan (Moehyi 1992).

Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan porsi makanan

Penampilan makanan dibagi atas lima kategori yaitu besar porsi makanan, konsistensi atau tekstur makanan, kombinasi warna makanan, bentuk makanan, dan penyajian makanan. Sebaran contoh berdasarkan porsi makanan dapat dilihat pada Gambar 4.

Sebagian besar contoh menyatakan cukup untuk porsi nasi (100%), sayur (68%), dan buah (69%). Sebagian besar contoh menyatakan terlalu kecil untuk porsi lauk hewani (98%) dan lauk nabati (60%). Hal ini disebabkan karena sebagian besar contoh berasal dari Suku Banjar yang memiliki kebiasaan makan dengan porsi lauk hewani (ikan) yang besar. Namun, hasil pengamatan terhadap lauk yang disediakan oleh pihak catering sudah sesuai dengan standar Angka Kecukupan Protein.

(16)

Gambar 5 Sebaran contoh berdasarkan tekstur, warna, bentuk, dan penyajian makanan

Sebaran contoh berdasarkan tekstur, warna, bentuk, dan penyajian makanan dapat dilihat pada Gambar 5. Sebagian besar contoh menyatakan tidak suka untuk kategori tekstur (60%), bentuk (55%), dan penyajian makanan (73%) sedangkan untuk kategori warna sebagian besar contoh menyatakan suka (53%).

Rasa makanan merupakan faktor kedua yang menentukan cita rasa makanan setelah penampilan makanan. Komponen yang berperan dalam penentuan rasa makanan adalah kerenyahan, aroma, suhu (temperatur), bumbu, keempukan, dan tingkat kematangan. Sebaran contoh terhadap komponen rasa makanan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan kerenyahan, aroma, bumbu, keempukan, dan tingkat kematangan makanan

(17)

Keseluruhan contoh (100%) menyatakan suka untuk kategori kerenyahan. Sebagian besar contoh menyatakan suka untuk kategori aroma (98%), bumbu (97%), keempukan (97%), dan tingkat kematangan (94%).

Gambar 7 Sebaran contoh terhadap suhu makanan

Suhu makanan dibagi menjadi dua kategori yaitu sesuai dan tidak sesuai. Gambar 7 menunjukkan persentase konsumen terhadap suhu makanan. Sebagian besar konsumen menyatakan tidak sesuai (71%) terhadap suhu makanan.

Hubungan Antar Variabel

Hubungan Konsumsi terhadap Kecukupan Energi dan Protein

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa konsumsi contoh tidak mempunyai hubungan yang signifikan (p>0.05) terhadap kecukupan energi dan protein contoh. Hal tersebut karena konsumsi contoh tidak hanya dipengaruhi oleh kecukupan energi dan protein contoh. Faktor lain yang mempengaruhi konsumsi contoh adalah pengetahuan gizi dan kebiasaan makan. Pengetahuan gizi adalah aspek kognitif yang menunjukkan pemahaman tentang gizi, makanan, dan kesehatan. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan prilaku dalam pemilihan makanan (Irawati et al 1992).

Hubungan Aktifitas Fisik terhadap Tingkat Kecukupan Energi

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan negatif antara aktifitas fisik dengan tingkat kecukupan energi (p<0.05, r= -0.34). Hal ini dikarenakan konsumsi contoh relatif rendah. Hasil tabulasi silang antara tingkat kecukupan energi dan aktivitas fisik disajikan pada Tabel 13.

(18)

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan aktivitas fisik

Aktivitas fisik

Tingkat Kecukupan Energi

Total Defisit Tingkat Berat Defisit Tingkat Sedang Defisit Tingkat Ringan normal lebih n % n % n % n % n % n % Ringan 3 4.8 3 4.8 3 4.8 0 0 0 0 9 15 Sedang 26 41.9 10 16.1 2 3.2 1 1.6 0 0 39 63 Berat 13 21 1 1.6 0 0 0 0 0 0 14 23 Total 42 67.7 14 22.6 5 8.1 1 1.6 0 0 62 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase terbesar (41.9%) konsumen dengan tingkat kecukupan energi defisit tingkat berat mempunyai aktivitas sedang.

Gambar

Tabel 8  Pengamatan terhadap menu selama tujuh hari  Hari
Gambar 2 Sebaran contoh menurut usia
Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan porsi makanan
Gambar  5  Sebaran  contoh  berdasarkan  tekstur,  warna,  bentuk,  dan  penyajian  makanan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Jika di bandingkan dengan institusi lain mungkin jenis samoah dan limbah rumah sakit adalah yang terlengkap,tempat yang paling banyak di kunjungi oleh masyarakat ketika sakit

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil uji chi-square diperoleh x² hitung sebesar 5,26 dan x² tabel dengan tingkat signifikan 0,05 sebesar 5,991, sehingga dapat

Pada tahun 2014, Indonesia merupakan negara tujuan ekspor terbesar ke-4 bagi Singapura, dengan pangsa sebesar 9,36%, dan merupakan negara asal impor terbesar ke-7

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul: “ Desain Fabrikasi dan

merah di daerah Bangka Tengah terjadi karena keadaan petani yang sebelumnya.. menaman cabai merah sebagai

al (2011) meneliti tentang corporate governance perusahaan perbankan dengan sampel 82 Bank islam yang dilakukan di 11 negara, yaitu Bahrain, Mesir, Iran, Yordania, Kuwait, Libanon,

Partisipasi dalam bentuk keterampilan dan kemahiran, ditunjukkan dengan adanya kemauan masyarakat untuk usaha kecil-kecilan yang menjual makanan dan minuman dalam

Hasil dari penelitian ini menjawab rumusan masalah tentang struktur, representasi kritik sosial dan model representasi kritik sosial dalam cerpen “Jasa- jasa buat