• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang paling sulit untuk dipelajari dan dimengerti dari segala makhluk di bumi. Meskipun memiliki bentuk dan organ tubuh yang sama namun sifat dan sikap manusia bermacam-macam adanya dan sangat mudah mengalami perubahan, hampir setiap waktu, misalnya, seorang anak yang patuh dan pendiam namun setelah beranjak remaja berubah sikap menjadi anak yang agresif dan cenderung mencari-cari masalah untuk mendapat perhatian orang lain, tetapi di kemudian hari setelah masa dewasanya ia menjadi orang yang bertanggung jawab dan penuh perhatian terhadap orang lain. Bagaimana bisa demikian ?

Masa lalu yang dialami seseorang ternyata yang mengambil pengaruh besar dalam pembentukan kepribadian setiap orang secara khusus. Apa yang terjadi, baik suka maupun duka yang dialami di masa lalu itulah yang memaksa manusia harus mengambil sikap dalam menanggapinya. Proses dalam perjalanan mengambil sikap untuk menanggapi tiap pergumulan inilah yang perlu mendapat perhatian khusus.

Bagaimanapun juga setiap pribadi di masa kanak-kanak ini belum terbentuk dengan baik sehingga belum mampu mengambil sikap sendiri secara mandiri dan bertanggung jawab. Pribadi seorang anak jug dipengaruhi oleh cara orang tuanya mendidik anak, baik yang disadari, sebagai contoh, seorang ibu yang dengan sadar mengajari anak untuk menerima barang pemberian dengan tangan kanan ataupun yang tidak disadari, misal seorang ibu yang sering membentak anak oleh orang tua sebagai didikan terhadap anak. Pola didikan orang tua yang tidak disadari inilah yang seringkali memaksa anak untuk mengambil keputusan sendiri untuk menanggapinya.

(2)

Pembentukan itu terjadi setiap hari dan setiap saat dalam diri seorang anak hingga akhirnya mereka menjadi seorang remaja dan dewasa. Dalam menghadapi suka duka dimasa lalu ini setiap pribadi menanggapi dengan caranya masing-masing. Ada yang menghadapi masa lalunya dan menjadi semakin baik, ia belajar dari masa lalu dan menerimanya sebagai pelajaran hidup yang berharga, namun ada juga yang gagal mengatasi masa lalunya.

Pertengkaran dalam sebuah keluarga yang terjadi berulangkali dapat menimbulkan apa yang dinamakan luka hati dalam diri setiap orang di dalam keluarga tersebut. Luka hati sangat mempengaruhi pertumbuhan kepribadian setiap manusia, terutama dalam diri anak kecil yang belum mampu membedakan mana yang baik dan patut dicontoh atau mana yang buruk yang harus dihindari. Luka hati tidak hanya dapat membentuk kepribadian yang buruk saja namun juga memiliki sifat yang destruktif, karena setiap luka batin yang dialami seseorang akan cenderung semakin parah ketika harus berhadapan dengan dunia lingkungan sekitarnya dan tidak mendapatkan apa yang ia inginkan atau harapkan Luka hati daapt berakibat buruk tidak hanya terhadap diri sendiri saja namun juga dapat menjadi batu sandungan bagi orang lain.

Dalam diri seorang anak dalam keluarga yang tidak harmonis memiliki kesempatan besar untuk mengalami luka hati. Dengan situasi lingkungan keluarga yang negatif tentunya juga akan membentuk kepribadian yang cenderung negatif dalam diri anak tersebut. Gerald Corey dalam menanggapi pandangan behaviorisme radikal1

mengungkapkan juga bahwa memang benar jika manusia memiliki kemampuan untuk belajar bertingkah laku melalui kondisi-kondisi lingkungan sekitarnya.2 Dalam hal ini penulis berbicara tentang sebuah keluarga yang menjadi lingkungan utama bagi seorang anak berarti juga tempat belajar seorang anak dalam keluarga tersebut tentang bagaimana ia harus bertingkah laku.

1

ttg pembentukan kepribadian secara radikal/ekstrim.

2

(3)

Pendidikan atau bimbingan orang lain bagi anak dalam keluarga yang tidak harmonis tentu sangat diperlukan. Seorang anak akan belajar memilih apa yang baik (patut dicontoh dan dipegang) dan apa yang buruk (yang harus dihindari dan tidak dilakukan) melalui bimbingan orang lain yang ia percaya. Dalam hal ini pendidikan orang tua terhadap anaknya dapat berupa hal yang dilakukan secara sadar (seorang ayah yang mengajari anaknya untuk menerima barang dengan tangan kanan sebagai tanda kesopanan atau seorang ibu yang mengajari anaknya bagaimana memakai pakaiannya sendiri), namun juga lewat kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam keluarga tersebut yang secara tidak sadar dilakukan oleh orang tua (seorang ayah yang biasa bertindak kasar terhadap ibunya, atau juga seorang ibu yang sering memaki anaknya). Seorang anak cenderung akan meniru atau memusuhi apa yang ia alami dalam keluarganya baik suka maupun duka. Tanpa bimbingan orang tua secara sadar dan terarah, anak akan lebih mudah mengalami luka hati dalam dirinya ketika harus menghadapi hal-hal yang mengecewakan atau menyakitkan, contoh : seorang ayah yang selalu memarahi anaknya ketika berbuat salah, namun tidak pernah secara jelas menmberitahukan kepada anaknya bahwa tindakannya salah dan harus diperbaiki, hal ini dapat ditanggapi oleh anaknya bahwa ayahnya tidak menyayangi dia bahkan membenci dirinya sehingga anak tersebut membenci ayahnya.

Luka hati yang terbawa dari masa lalu seperti dijelaskan di atas memang dapat berakibat semakin buruk dalam diri seseorang ketika ia harus mengalami hal-hal yang tidak sesuai harapannya di masa sekarang. Ketika seseorang dengan luka hatinya tidak mendapat bimbingan dari orang yang dapat dipercayanya maka ia semakin lama akan semakin terpuruk dalam kenangan buruk masa lalunya yang dampaknya lebih lanjut akan mempengaruhi pola pikir dan juga perilakunya kehidupan ketika berhubungan sosial dengan orang lain di lingkungan sekitarnya.

Seseorang yang hidup dengan membawa luka hati dalam dirinya biasanya tidak sadar akan luka hatinya. Dalam menanggapi masalah kehidupannya ia cenderung mempersalahkan orang lain ketika ia menghadapi situasi yang tidak baik.

(4)

Kecenderungan berpikirnya tidak diarahkan kepada dirinya sendiri namun berorientasi pada kesalahan orang lain di sekitarnya. Namun ada juga yang jatuh pada ekstrim yang satunya lagi, yaitu justru selalu melihat pada dirinya sebagai orang yang lemah, bodoh, selalu bertindak salah, dan lain-lain.

Sebetulnya banyak hal yang dapat menjadi contoh yang sangat bervariasi ketika kita berbicara mengenai luka hati, namun dalam beberapa contoh ini tentu dapat kita ketahui bahwa ternyata setiap manusia tentu pernah mengalami sesuatu yang tidak baik atau menyakitkan di masa lalunya. Meskipun masa lalu dapat menjadi suatu pelajaran yang berharga namun tidak semua orang mampu mengatasinya, tetapi ada juga yang mengalami luka hati dari masa lalunya teresebut ketika ia gagal atau tidak mendapat bimbingan dari orang yang tepat.

Seseorang yang hidup dengan luka hati dalam dirinya secara rohani dapat dikatakan sebagai orang yang cacat. Ia menjadi orang yang tidak pernah merasakan damai dalam hatinya, penuh dengan kekuatiran yang tidak jelas alasannya. Dengan kata lain ia adalah orang yang sangat rapuh dan sangat mudah mengalami sakit hati melalui hal-hal kecil yang ada disekitarnya.

Suatu keprihatinan bagi penulis ketika melihat dalam kehidupan kita orang beriman pun tidak sedikit orang yang mengalami luka batin dalam kehidupannya. Luka batin yang seharusnya dapat diatasi sejak dini ternyata terabaikan dan menjadi bagian kehidupan yang menghancurkan. Manusia yang telah diselamatkan oleh Tuhan, yang merdeka, ternyata masih hidup dalam kekuatiran, dan kenangan-kenangan masa lalu yang mengekang diri dalam ketakutan. Menusia yang seharusnya berkembang menuju kepada kepribadian yang semakin baik dan semakin sempurna sesuai kehendak Tuhan3 ternyata dengan luka hatinya justru semakin lama semakin hancur dan terpuruk.

3

(5)

Membentuk suatu pribadi yang baik dan beriman dalam diri anak-anak harus di bina sejak ia di lahirkan supaya pada masa dewasanya dapat menjadi pribadi yang kuat. Dalam kehidupan menuju manusia dewasa inilah diperlukan 2 (dua) proses yang berjalan secara berdampingan. Pertama; pertumbuhan di sini dimaksudkan yaitu perubahan secara fisik, sedangkan kedua; perkembangan dimaksudkan perubahan secara psikis maupun intelegensi.4 Banyak orang tua yang terkadang kurang memperhatikan ke-2 proses tersebut secara bersamaan, atau mengerti akan kebutuhan proses tersebut namun tidak menjalankannya.

B. Permasalahan

Dari latar belakang tersebut penulis mlihat adanya permasalahan dalam kehidupan seseorang bernama Lili yang memiliki luka hati terhadap kehidupan keluarganya. Dari sini penulis memunculkan beberapa pertanyaan yang menjadi permasalahan untuk dibahas, yaitu :

1. Apa yang menyebabkan Lili mengalami luka hati ? 2. Bagaimana perkembangan kehidupan spiritualitas Lili ?

3. Apa dan bagaimana harapan dan tangapan Lili terhadap keluarganya ? 4. Apa yang seharusnya dilakukan dan yang seharusnya tidak dilakukan Lili ? Melalui beberapa pokok permasalahan inilah penulis akan mencoba untuk meneliti kasus lebih dalam supaya dapat menjawabnya.

C. Judul Skripsi

Penulis mengambil judul skripsi : “Luka Hati Lili Dalam Keluarga – Sebuah Studi Kasus”, dengan alasasan karena memang dalam skripsi ini tidak berbicara atau membahas lebih dalam tentang pertengkaran keluarga dalam keluarga Lili namun lebih terfokus pada luka hati yang dialami oleh Lili sendiri karena masalah keluarga di masa kecilnya. Lili yang memiliki luka hati dalam hal kehidupan berkeluarga yang menjadi sebuah kasus khusus bagi penulis untuk melakukan studi terhadap kasus tersebut.

4

(6)

D. Tujuan Penulisan Skripsi

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk :

1. Memahami kasus Lili yang hidup dengan luka hatinya. 2. Menganalisis dan menginterpretasikan kasus.

3. Menemukan aksi pastoral yang dapat dilakukan dalam menanggapi kasus tersebut serta menerapkan dalam kehidupan nyata.

E. Metode Penulisan

Metode yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah Metode Studi Kasus (selanjutnya disebutkan sebagai MSK). Adapun MSK adalah suatu metode ilmiah untuk melakukan penelitian teologi yang dimulai dari situasi konkrit yang ada di dalam diri manusia secara nyata yang hidup berhubungan dengan dirinya, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.5

Dalam hal ini ilmu teologi menggunakan MSK sebagai alat untuk kegiatan yang lebih lanjut dari ilmu teologi, yaitu sebuah pendampingan pastoral. Dimana pendampingan pastoral ini hanya memfasilitasi atau memperlancar proses pemecahan masalah bagi seseorang yang memiliki permasalahan.6 Pendampingan pastoral tidak hanya memiliki aspek horisontal (hubungan antar manusia) saja tetapi juga mewujudkan aspek vertikal (hubungan antara manusia dengan Tuhan).7

Namun perlu diketahui juga bahwa MSK memiliki tujuan yang utama bukan untuk menyelesaikan masalah namun yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana meneliti sebuah kasus secara kritis dan sistematis supaya dapat membantu orang lain

5

Tj.G.Hommes, Metodologi Riset Teologi Metode Studi Kasus, Majalah GEMA Duta Wacana, Yogyakarta no.42 1992. p.59

6

Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Holistik, Pusat Pastoral, Yogyakarta 2001, p.8

7

(7)

untuk mengambil keputusan yang lebih efektif8. Adapun MSK memiliki 4 langkah pokok untuk dilakukan, yaitu : Deskripsi, Analisa, Interpretasi dan Aksi Pastoral.

F. Sistematika Penulisan

Adapun penulisan skripsi ini disusun demikian :

Bab I Pendahuluan

Berisi latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, batasan permasalahan, tujuan dan metode serta sistematika penulisan skripsi.

Bab II Deskripsi Kasus

Berisi deskripsi kasus tentang “Luka Hati Lili Dalam Keluarga” yang diceritakan secara deskriptif, dan berisi fakta-fakta tentang pergumulan Lili yang perlu diketahui untuk memahami kasus..

Bab III Analisa

Berisi analisa dari berbagai segi / faktor yang mempengaruhi segala hal yang terjadi dalam kasus, sekaligus menguraikan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dalam kasus termasuk juga tokoh-tokoh yang terlibat dalam kasus serta bagaimana pandangan dan perasaan tiap tokoh tersebut.

Bab IV Interpretasi

Menguraikan pandangan dan pertimbangan penulis terhadap kasus berdasar tradisi Iman Kristen.

8

SEAGST Institute of Advanced Pastoral Studies & Panitia Metode Studi Kasus, SUMUT, STUDI KASUS PASTORAL I – SUMUT, BPK Gunung Mulia Jakarta 1985, p.4-6

(8)

Bab V Langkah-langkah Pastoral

Berisi tentang langkah-langkah pastoral yang mungkin untuk dilakukan dalam menanggapi kasus tersebut berdasarkan deskripsi, analisa dan interpretasi yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.

Bab VI Penutup

Referensi

Dokumen terkait

langsung menyajikan informasi tentang biaya tenaga kerja langsung yang harus dikeluarkan dalam satu periode anggaran untuk menunjang proses kegiatan produksi perusahaan.. Biaya

Yang dimaksud dengan jenis penilaian adalah berbagai tagihan yang harus dikerjakan oleh murid setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu jenis penilaian

Manakala Anda tidak mendapatkan teman untuk berbagi atau tidak ingin berbagi dengan teman Anda namun ingin mengeluarkan sampah batin, emosi negative Anda, maka

Oleh karena itu dalam program pelepasliaran burung kakatua hasil penyerahan masyarakat perlu dilakukan identifikasi secara morfologi dan teknik DNA molekuler untuk

Sejalan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 1/6/PBI/1999 tanggal 20 September 1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi

Jadi, dapat dikatakan bahwa penyewa tersebut diizinkan untuk menggunakan tanah, bahwa adalah mungkin untuk menyebutkan suatu penggunaan dengan tujuan khusus dalam akta

An cylostoma duodenal e dan Nector amer ican us (hookworm, cacing tambang) Larva infektif menembus kulit yang utuh, masuk sirkulasi, dan terbawa ke  paru; setelah matang, larva di

Webiste ini digunakan untuk mengupdate segala kegiatan KPI, memberikan edukasi tentang literasi media, Formulir aduan tayangan bermsalah, peraturan tentang penyiaran