• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara multikultural, memiliki kebudayaan yang masih dipengaruhi oleh kepercayaan animisme (kepercayaan terhadap roh atau arwah) dan dinamisme (kepercayaan terhadap benda-benda yang memiliki kekuatan gaib) yang mengarah ke hal-hal mistik. Garna dalam (Anggraini 2013) menyatakan

“Perkembangan masyarakat Indonesia dari zaman dahulu, ketika dinasti-dinasti kerajaan masih berkuasa, sampai sekarang, selalu diwarnai dengan nuansa-nuansa mistik, kepercayaan pada hal-hal irasional. Hal ini merupakan bentuk kebudayaan turun temurun dari nenek moyang

Mengacu pada perkataan Garna dapat diketahui bahwa kepercayaan tentang hal-hal mistik memang sudah dipercayai masyarakat Indonesia sejak lama. Keterbatasan pengetahuan dan pola pikir manusia pada zaman dahulu memunculkan sebuah konsep pengetahuan tentang magis atau kepercayaan yang berbau mistik dan takhayul. Hingga kepercayaan tentang hal-hal mistis ini menjadi sebuah keyakinan yang melekat dan menjadi sebuah adat di daerah tertentu.

Kepercayaan tentang hal mistik tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan dan praktek keagamaan Hindu-Budha yang dahulu mendominasi masyarakat Indonesia. Sekalipun masyarakat Indonesia saat ini mayoritas beragama Islam dan telah mengetahui konsep keesaan Tuhan (Allah). Tetapi pada realitanya masyarakat sulit untuk menghapus kepercayaan tentang mistis atau magis, karena hal ini sudah berlangsung dari zaman pra sejarah sampai sekarang. Penanaman nilai-nilai tersebut juga terus diwariskan dari generasi ke generasi (Heldi & Alfitri 2006). Inilah yang menjadikan eksistensi kepercayaan mistis bertahan hingga saat ini.

Bahkan, di zaman modern ini pun banyak dari masyarakat Indonesia yang masih mempercayai hal-hal yang berbau mistis.

(2)

2

Menurut agama Islam, kepercayaan semacam ini mengarah kepada kesyirikan dan dapat merusak akidah umat. Dalam hal ini, kesyirikan merupakan dosa besar yang tidak akan diampuni oleh Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam surat An-Nisa’ ayat 48 yang berbunyi:

هِب َكَرْشُّي ْنَا ُرِفْغَ ي َلَ َهٰللّا َّنِا ٖ

ِدَقَ ف ِهٰللِّبِ ْكِرْشُّي ْنَمَو ۚ ُءۤاَشَّي ْنَمِل َكِلهذ َنْوُد اَم ُرِفْغَ يَو

اًمْيِظَع اًْثِْا ىٰٓهَتْفا

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki.

Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.

Melalui ayat di atas dapat kita ketahui bahwa Islam begitu menjaga kemurnian tauhid umatnya, sehingga hal-hal yang mengarah pada kesyirikan tidak dibenarkan dan dosanya tidak diampuni oleh Allah. Maka sebagai seorang muslim kita harus menjaga akidah dan menjahui perkara yang dapat menjerumuskan ke dalam kesyirikan.

Adapun hal yang dapat dilakukan untuk menjaga akidah adalah dengan cara memperluas pengetahuan tentang ajaran agama. Dalam Islam menuntut ilmu merupakan sebuah kewajiban, terutama ilmu agama, dikarenakan ilmu agama menjadi sarana utama dalam mencerdaskan umat dan menghindarkan diri dari hal-hal yang mengarah kepada ke-mudharath-an (Darani 2021). Adapun salah satu upaya untuk memperoleh ilmu agama adalah dengan cara mengikuti majelis-majelis ta’lim seperti pengajian.

Pengajian merupakan pendidikan nonformal khususnya dalam pendidikan agama. (Sukaca 2017) menyatakan bahwa pengajian merupkan media pembelajaran Islam, pembina kehidupan berjamaah, serta pendukung atmosfer kehidupan islami. Menurut (Pranowo 2009) pengajian merupakan hal yang penting, karena dengan pengajian kita bisa memahami arah yang

(3)

3

benar dalam kehidupan, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengajian adalah pendidikan nonformal yang menjadi salah satu media pembelajaran Islam yang dinilai penting untuk mengarahkan umat agar memahami ajaran Islam sesuai tuntunan syariah.

Sejak awal masuknya Islam ke Indonesia majelis ta’lim atau pengajian merupakan sarana yang sangat efektif untuk memperkenalkan ajaran Islam kepada masyarakat (Ridwan and Ulwiyah 2020). Seiring berjalannya waktu majlis ta’lim atau pengajian di Indonesia terus berkembang. Dari data yang ditemukan peneliti di SIMPENAIS (Sistem Informasi Manajemen Penerangan Agama Islam) tercatat bahwa setiap provinsi memiliki majelis ta’lim, dan jika dijumlahkan, total semua majelis ta’lim yang tercatat di Indonesia dalam SIMPENAIS berjumlah 54.331.

Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu provinsi kecil yang terdapat di Indonesia tidak luput dari keberadaan majelis ta’lim atau pengajian. Jika dilihat dari data SIMPENAIS jumlah majelis ta’lim di NTB adalah 233 majelis ta’lim dengan persentase tertinggi 34,76% di Kabupaten Lombok Timur.

Sembalun merupakan desa paling ujung di Kabupaten Lombok Timur yang berbatasan langsung dengan Lombok Utara pun tidak luput dari keberadaan pengajian. Berdasarkan wawancara dengan pak Idris Selaku Kepala Desa Sembalun Lawang mengungkapkan bahwa sejak dulu sudah terdapat pengajian sebagai wadah untuk menuntut ilmu agama di Desa Sembalun Lawang, akan tetapi pada saat itu belum memiliki partisipan yang begitu aktif dan jumlahnya sedikit. Masyarakat lebih tertarik untuk mengadiri upacara adat daripada hadir dalam pengajian.

Selain permasalahan di atas masyarakat Desa Sembalun Lawang yang mana 100% dari penduduknya memeluk agama Islam memiliki kepercayaan terhadap hal-hal mistis yang cenderung mengarah ke dalam kesyirikan. Salah satu faktor kepercayaan ini tetap bertahan, karena diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Sehingga hal ini

(4)

4

dianggap biasa dan dijadikan sebuah budaya yang berdampingan dengan agama. Selain itu, faktor lain adalah pengetahuan agama yang minim membuat masyarakat tidak sadar bahwa perbuatan yang mereka lakukan merupakan sebuah kesyirikan. Hal ini terjadi karena wadah pendidikan agama seperti pengajian tidak dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat Sembalun Lawang.

Namun, pada akhir tahun 2018 terjadi perubahan yang signifikan.

Ketika gempa melanda Lombok, di mana Sembalun menjadi salah satu daerah yang paling terdampak, sehingga banyak relawan yang berdatangan.

Beberapa diantara relawan ini membawa misi dakwah, kemudian mereka mendatangkan ustadz-ustadz untuk memberikan semangat, dukungan, serta menyampaikan dakwah kepada masyarakat Sembalun yang pada saat itu sedang terpuruk akibat gempa. Dari sinilah antusias masyarakat dalam mengikuti pengajian semakin besar. Sejak mengikuti pengajian sedikit demi sedikit perubahan mulai terlihat pada masyarakat, dari perubahan perilaku, sikap, dan mulai menjauhi kepercayaan mistis yang mereka percayai sejak dulu.

Pasca gempa Lombok pengajian di Sembalun terus berkembang, bahkan perkembangannya dapat dikatakan pesat. Dengan terjadinya musibah gempa ini banyak hal-hal yang dibutuhkan oleh masyarakat bukan hanya kebutuhan yang berkaitan dengan material tapi berkaitan juga dengan rohani. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan Ustadz Mariandi, salah satu tokoh agama di Sembalun, beliau mengungkapkan bahwa, ketika gempa terjadi semua masyarkat tidak hanya membutuhkan makanan dan pakaian akan tetapi juga membutuhkan bantuan psikologi dan rohani. Karena pada saat gempa terjadi semua masyarakat merasa trauma dan ketakutan yang begitu besar. Setiap hari suasana terasa mencekam. Oleh sebab itu, rohani masyarakat perlu di isi agar mendapat ketenangan, salah satau cara untuk mengisi rohani dengan megikuti majelis-majelis ilmu seperti pengajian. Salah satu faktor terbesar yang menyebabkan pengajian ini berkembang pesat memang karena kebutuhan rohani masyarakat. Tidak

(5)

5

ada paksaan dari manapun untuk mengikuti pengajian. Akan tetapi, kesadaran masyarakat sendiri, mereka merasa butuh sehingga antusias mengikuti pengajian.

Setelah peneliti melakukan penelitian pendahuluan, peneliti menyaksikan langsung keantusiasan masyarakat dalam mengikuti pengajian dan bahkan beberapa sektor perekonomian diberhentikan sementara agar dapat hadir ke pengeajian. Adapun pengjian di Sembalun ini rutin dilakukan seminggu sekali pada minggu sore ba’da ashar-selsai.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik unutuk mengkaji lebih mendalam tentang peran pengajian terhadap perubahan kepercayaan mistis masyarakat Sembalun Lawang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap pengajian?

2. Bagaimana peran pengajian terhadap perubahan kepercayaan mistis masyarakat Sembalun Lawang?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan tanggapan masyarakat Sembalun Lawang terhadap pengajian

2. Untuk mendeskripsikan peran pengajian terhadap perubahan kepercayaan masyarkat Sembalun Lawang

D. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

a. Dapat digunakan sebagai pedoman dalam memecahkan sutau permasalahan yang sepadan

b. Dapat menerapkan metode penelitian dalam menyelesaikan suatu masalah

2. Kegunaan Praktis

a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam Ilmu Pengetahuan terutama yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini

(6)

6

b. Sebagai upaya untuk memberikan pencerahan pemahaman tentang peran pengajian terhadap perubahan kepercayaan mistis masyarkat Sembalun Lawang.

c. Sebagai bahan evaluasi bagi panatia ataupun pengurus pengajian

E. Definisi Istilah a. Pengajian

Menurut KBBI, pengajian berasal dari kata “kaji” yang artinya pengajaran khsusnya dalam hal agama. Adapun menurut Sukaca pengajian merupakan media pembelajaran Islam, pembina kehidupan berjamaah, serta pendukung atmosfer kehidupan islami (Sukaca 2017).

Menurut Pranowo pengajian merupakan hal yang penting, karena dengan pengajian kita bisa memahami arah yang benar dalam kehidupan, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Allah dan Rasul-Nya (Pranowo 2009).

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pengajian merupakan media pembelajaran Islam yang dinilai penting untuk mengarahkan umat agar memahami ajaran Islam sesuai tuntunan syariah. Adapun fokus penelitian ini adalah ini pengajian rutin yang dilaksanakan di Sembalun Lawang Kabupaten Lombok Timur NTB.

b. Kepercayaan Mistis

Damisch dalam (Candra 2018) menyatakan mistis adalah kreasi pikiran irasional yang sering digunakan dalam rutinitas sehari-hari karena dipercaya dapat mendatangkan keberuntungan. Adapaun kepercayaan mistis merupakan suatu gagasan bahawa peristiwa dipengaruhi oleh suatu perilaku tertentu dan tidak memiliki hubungan yang logis. Tujuan dari perilaku ini adalah untuk menarik nasib baik atau menghalangi nasib buruk (Candra, 2018)..

Maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan mistis merupakan pikiran irasional yang menganggap bahwa suatu peristiwa dipengaruhi

(7)

7

perilaku tertentu dan tidak memiliki kaitan yang logis serta bisa membawa keberutungan. Adapun dalam penelitian ini fokus pada kepercayaan mistis masyarakat Sembalun Lawang

c. Masyarakat Sembalun Lawang

Masyarakat Sembalun Lawang adalah masyarakat yang tinggal di bawah kaki gunung Rinjani tepatnya di Kabupetan Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Masyarakat Sembalun sendiri merupakan suku sasak yang dalam kesehariannya menggunakan bahasa sasak. Berada di kawasan lereng Gunung Rinjani membuat desa Sembaluun menjadi Desa yang subur dan mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani.

Selain itu keindahan alam Sembalun menjadikan Desa ini sebagai salah satu destinasi wisata yang terkenal di Lombok.

Referensi

Dokumen terkait

Pemasang iklan biasanya lebih tertarik untuk mengetahui apakah audien yang menonton suatu program siaran itu pembeli yang potensial (prospek) bagi barang atau

Selain dibutuhkannya kerja sama yang baik antar anggota tim, dibutuhkan juga komunikasi yang efektif, agar tidak terjadi kesalahan dalam pengerjaan masing–masing tugas

Hoesin RG dan Witjaksana N juga melaporkan, lokasi kerusakan pada laserasi kanalikuli lebih sering terjadi pada kanalis lakrimalis inferior dibandingkan dengan

Dalam rancangan sistem, tool yang digunakan untuk mengelola database yaitu MySQL. Dengan tool ini akan lebih cepat dalam melakukan pengelolaan database. Tabel yang digunakan

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa capital adequacy ratio, non perfoming loan dan loan to depositratio secara

Hasan Sadikin Bandung mempunyai nilai fraksi ejeksi yang normal dan (2) pada sebagian besar (73,3%) anak KEP I sudah didapatkan nilai fraksi ejeksi yang menurun, dengan nilai

Tahun 2015” menyatakan bahwa hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan pengaruh terhadap struktur modal, (2)

Untuk itu perlu dilakukan kajian yang lebih terperinci hingga pada tingkat subsektor atau bahkan komoditas yang menjadi kontribusi terbesar dalam mendukung