• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian tindakan kelas (6). pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penelitian tindakan kelas (6). pdf"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

URGENSI CLASSROOM ACTION RESEARCH BAGI PENGEMBANGAN INTELEKTUAL MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Abstrak

Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila timbul perubahan tingkah laku positif pada peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Konteks ini pada dasarnya bergantung pada guru sebagai elemen penting dalam kegiatan pembelajaran. Memang saat ini sudah menjadi tidak lazim apabila seseorang guru menjadi dominator kegiatan pembelajaran di kelas, namun hal ini bukan berarti guru lepas tanggung jawab terhadap keberhasilan siswanya dalam belajar. Untuk mewujudkan tanggung jawab tersebut guru harus selalu proaktif dan responsive terhadap semua fenomena -fenomena yang dijumpai di kelas. Sejalan dengan pernyataan di atas, saat ini upaya perbaikan pendidikan dilakukan dengan pendekatan konstruktivis. Oleh karena itu guru tidak hanya sebagai penerima pembaharuan pendidikan, namun ikut bertanggungjawab dan berperan aktif dalam melakukan Pembaharuan pendidikan serta mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya melalui penelitian tindakan dalam pengelolaan pembelajaran di kelasnya.

Pendahuluan

Pendidikan merupakan kebutuhan yang fundamental bagi manusia. Dengan

pendidikan manusia bisa mengakses dunia dan kehidupan. Dengan pendidikan potensi

bawaan yang dimiliki manusia bisa terasah dengan baik. Lembaga pendidikan kemudian

menjadi media yang penting bagi masyarakat untuk mencetak dirinya menjadi manusia

seutuhnya. Karena itu lembaga pendidikan harus menyediakan atau memiliki kualitas untuk

memenuhi tugas humanisasinya tersebut. Terkait dengan itu, maka lembaga pendidikan saat

ini sedangan melakukan pembenahan secara mendalam dan fundamental dari berbagai aspek.

Salah satunya adalah model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) semakin menjadi trend

untuk dilakukan oleh para profesional sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan

mutu di berbagai bidang. Awal mulanya, PTK, ditujukan untuk mencari solusi terhadap

masalah sosial (pengangguran, kenakalan remaja, dan lain-lain) yang berkembang di

masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap masalah

tersebut secara sistematis. Kajian ini kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah

tersebut. Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah disusun, kemudian dilakukan suatu

(2)

2

terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini kemudian melandasi upaya

perbaikan dan peryempurnaan rencana tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan di atas

dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu

dapat tercapai.

Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran, PTK berkembang

sebagai suatu penelitian terapan. PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu

proses dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat

menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, dengan menerapkan

berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu sebagai

penelitian terapan, disamping guru melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak

perlu harus meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat

masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK,

guru mempunyai peran ganda : praktisi dan peneliti.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi

sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang

selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart,

John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya. PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade

80-an. Oleh karenanya, sampai dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis penelitian

masih sering menjadikan pro dan kontra, terutama jika dikaitkan dengan bobot

keilmiahannya.

Jenis penelitian ini juga dapat dilakukan didalam bidang pengembangan organisasi,

manejemen, kesehatan atau kedokteran, pendidikan, dan sebagainya. Di dalam bidang

pendidikan penelitian ini dapat dilakukan pada skala makro ataupun mikro. Dalam skala

mikro misalnya dilakukan di dalam kelas pada waktu berlangsungnya suatu kegiatan

belajar-mengajar untuk suatu pokok bahasan tertentu pada suatu mata kuliah. Untuk lebih detailnya

berikut ini akan dikemukan mengenai hakikat PTK.

Definisi dan Fungsi Penelitian Tindakan Kelas

(3)

3

individual action research dan collaborative action research (CAR). Jadi CAR bisa berarti dua hal, yaitu classroom action research dan collaborative action research; dua-duanya merujuk pada hal yang sama.

Action research termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Action research berbeda dengan penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general). Action research

lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk

digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimiliki peneliti.

Perbedaan antara penelitian formal dengan classroom action research disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Classroom Action Research

Penelitian Formal Classroom Action Research

Dilakukan oleh orang lain Dilakukan oleh guru/dosen

Sampel harus representatif Kerepresentatifan sampel tidak

diperhatikan

Instrumen harus valid dan reliabel Instrumen yang valid dan reliabel tidak

diperhatikan

Menuntut penggunaan analisis statistik Tidak diperlukan analisis statistik yang

rumit

(4)

4

Mengembangkan teori Memperbaiki praktik pembelajaran secara

langsung

Menurut John Elliot bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang situasi

sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya (Elliot, 1982).

Seluruh prosesnya, telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh

menciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan profesional.

Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart, yang mengatakan

bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta–pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan

terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut (Kemmis dan Taggart, 1988).

Menurut Carr dan Kemmis seperti yang dikutip oleh Siswojo Hardjodipuro, dikatakan

bahwa yang dimaksud dengan istilah PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan

oleh para partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk

pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau

pendidikan yang dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini,

dan (c) situasi-situasi ( dan lembaga-lembaga ) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan

(Harjodipuro, 1997).

Lebih lanjut, dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk

memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan

praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau utuk

mengubahnya. PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis

terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap

terhadap proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk

berani bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka

sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, jelaslah bahwa dilakukannya PTK adalah

dalam rangka guru bersedia untuk mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi

dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar diharapkan cukup

(5)

5

berpengaruh terhadap peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran;

keterampilan, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi

anak didik untuk menjadi dewasa.

Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga berkedudukan sebagai peneliti, yang

senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan

kualitas tersebut diharapkan dilakukan secara sistematis, realities, dan rasional, yang disertai dengan meneliti semua “ aksinya di depan kelas sehingga gurulah yang tahu persis

kekurangan-kekurangan dan kelebihannya. Apabila di dalam pelaksanaan “aksi” nya masih

terdapat kekurangan, dia akan bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam kelas yang

menjadi tanggungjawabnya tidak terjadi permasahan.

Sedangkan Tim Pelatih Proyek PGSM (1999) mengemukakan bahwa Penelitian

Tindakan kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang

dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam

melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan

itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan.

Sejalan dengan pengertian di atas, Prabowo (2001) mendefinisikan makna dari

penelitian tindakan yaitu suatu penelitian yang dilakukan kolektif oleh suatu kelompok sosial

(termasuk juga pendidikan) yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas kerja mereka serta

mengatasi berbagai permasalahan dalam kelompok tersebut.

Definisi tersebut diperjelas oleh pendapat kemmis dalam Kardi (2000) yang

menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah studi sistematik tentang upaya memperbaiki

praktik penddikan oleh sekelompok peneliti melalui kerja praktik mereka sendiri dan

merefleksinya untuk mengetahui pengaruh-pengaruh kegiatan tersebut. Atau bisa

disederhanakan dengan kalimat yaitu upaya mengujicobakan ide dalam praktik dengan tujuan

memperbaiki atau mengubah sesuatu, mencoba memperoleh pengaruh yang sebenarnyadalam

situasi tersebut.

Jika ditinjau dari aspek tujuan TPK, sebagaimana diisyaratkan di atas, PTK antara lain

bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik pembelajaran secara

berkesinambungan yang pada dasarnya ”melekat” penunaian misi profesional kependidikan yang diemban oleh guru. Dengan kata lain, tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan

(6)

6

untuk meningkatkan budaya meneliti bagi guru. Berikut ini adalah tujuan TPK secara

spesifik:

1. Memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran yang dilaksanakan guru

demi tercapainya tujuan pembelajaran.

2. Memperbaiki dan meningkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang dilaksanakan oleh

guru.

3. Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas

agar pembelajaran bermutu.

4. Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan

masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang

diajarnya.

5. Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran

(misalnya, pendekatan, metode, strategi, dan media) yang dapat dilakukan oleh guru

demi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran.

6. Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan strategi baru dalam pembelajaran untuk

meningkatkan mutu pembelajaran selain kemampuan inovatif guru.

7. Mengeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan atau berbasis penelitian agar

pembelajaran dapat bertumpu pada realitas empiris kelas, bukan semata-mata

bertumpu pada kesan umum atau asumsi.

Dari aspek manfaat PTK. Dengan tertumbuhkannya budaya meneliti yang merupakan

dampak bawaan dari pelaksanaan PTK secara berkesinambungan, maka PTK bermanfaat

sebagai inovasi pendidikan karena guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai

prakarsa profesional secara semakin mandiri. Dengan kata lain, karena para guru semakin

memiliki suatu kemandirian yang ditopang oleh rasa percaya diri. Di samping itu PTK juga

bermanfaat untuk pengembangan kurikulum dan untuk peningkatan profesionalisme calon

guru. Secara sepesifik terdapat beberapa manpaat PTK, diantaranya:

1. Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan guru untuk

meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat

menjadi bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan, antara lain

(7)

7

2. Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis

artikel ilmiah di kalangan guru. Hal ini telah ikut mendukung professionalisme dan

karir guru.

3. Mampu mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antar-guru dalam satu

sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah

pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.

4. Mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum atau program

pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini

memperkuat dan relevansi pembelajaran bagi kebutuhan siswa.

5. Dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan,

kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas

yang dilaksanakan guru. Hasil belajar siswa pun dapat meningkatkan.

6. Dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang,

nyaman, menyenangkan, dan melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan

atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih

secara sungguh-sungguh.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK

ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan

yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu

perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan

belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu,

dilaksanakannya PTK di antaranya untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran

yang diselenggarakan oleh guru/pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan

tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas.

Jenis dan Model PTK

Ada beberapa alasan mengapa PTK menjadi suatu kebutuhan bagi guru untuk

meningkatkan profesional seorang guru :

1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka tanggap terhadap dinamika

pembelajaran di kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap lakukan.apa yang

(8)

8

2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi

sebagai seorang praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama

bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneniliti di

bidangnya.

3. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses

pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terhadap apa yang

terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada

masalah aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya.

4. Pelaksanaan PTK tidak menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu

meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi

dengan pelaksanaan proses pembelajaran.

5. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk

melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan

teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.

6. Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk

memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara

berkesinambungan sehingga meningkatan mutu hasil instruksional; mengembangkan

keterampilan guru; meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi pengelolaan

instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.

Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis PTK memiliki karakteristik

yang relatif agak berbeda jika dibandingkan dengan jenis penelitian yang lain, misalnya

penelitian naturalistik, eksperimen survei, analisis isi, dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan

jenis penelitian yang lain PTK dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif dan

eksperimen. PTK dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data dianalisis

digunakan pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan statistik. Dikatakan sebagai penelitian

eksperimen, karena penelitian ini diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan terhadap

subjek penelitian, dan adanya evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan.

Ditinjau dari karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain:

1. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional.

2. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya.

3. Penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.

4. Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional.

(9)

9

Menurut Richart Winter ada enam karekteristik PTK, yaitu (1) kritik reflektif, (2)

kritik dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko, (5) susunan jamak, dan (6) internalisasi teori dan

praktek (Winter, 1996). Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat

karakteristik PTK tersebut.

1. Kritik Refeksi; salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan

khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan

kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan refleksi ialah

suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik sehingga

dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan-perubahan.

2. Kritik Dialektis; dengan adanyan kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia

melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan

bersedia melakukan pemeriksaan terhadap: (a) konteks hubungan secara menyeluruh

yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas, dan, (b) Struktur

kontradiksi internal, -maksudnya di balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya

kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit

tersebut bersifat stabil.

3. Kolaboratif; di dalam PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak

lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu

diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh

karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan bagian dari situasi

dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat,

tetapi dia juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja

sama atau kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang

menyebabkan suatu proses dapat berlangsung.Kolaborasi dalam kesempatan ini ialah

berupa sudut pandang yang disampaikan oleh setiap kolaborator. Selanjutnya, sudut

pandang ini dianggap sebagai andil yang sangat penting dalam upaya pemahaman

terhadap berbagai permasalahan yang muncul. Untuk itu, peneliti akan bersikap bahwa

tidak ada sudut pandang dari seseorang yang dapat digunakan untuk memahami sesuatu

masalah secara tuntas dan mampu dibandingkan dengan sudut pandang yang berasal;

dari berbagai pihak. Namun demikian memperoleh berbagai pandangan dari pada

kolaborator, peneliti tetap sebagai figur yang memiliki ,kewenangan dan tanggung

jawab untuk menentukan apakah sudut pandang dari kolaborator dipergunakan atau

(10)

10

pembantu di dalam PTK ini, bukan sebagai yang begitu menentukan terhadap

pelaksaanan dan berhasil tidaknya penelitian.

4. Resiko; dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani

mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang

mungkin ada diantaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk

melakukan suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses

penelitian, aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena ia

menyaksikan sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator dan

selanjutnya menyebabkan pandangannya berubah.

5. Susunan Jamak; pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur

tunggal karena ditentukan oleh suara tunggal, penelitinya. Akan tetapi, PTK memiliki

struktur jamak karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau

kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang

diteliti harus mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu

contoh, seandainya yang diteliti adalah situasi dan kondisi proses belajar-mengajar,

situasinya harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan

pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan

sebagainya.

6. Internalisasi Teori dan Praktik; Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori

dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya

merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi

untuk mendukung tranformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan para ahli

penelitian konvesional yang beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan dua hal

yang terpisah. Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula sebaliknya sehingga

keduanya dapat digunakan dan dikembangkan bersama.

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda dengan

bentuk penelitian yang lain, baik itu penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif

maupun paradigma kualitatif. Oleh karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi

diragukan, terutama sebagai upaya memperkaya khasanah kegiatan penelitian yang dapat

dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya.

Dari semua itu maka terlihat bahwa PTK menjadi penting untuk digunakan. Paling

(11)

11

merupakan langkah yang tepat dalam upaya memperbaiki atau meningkatkan mutu

pendidikan. Ketiga alasan tersebut adalah:

1. Guru berada di garis depan dan terlibat langsung dalam proses tindakan perbaikan

mutu pendidikan tersebut,

2. Penelitian pada umumnya dilakukan para ahli di perguruan tinggi/lembaga

pendidikan, sehingga guru tidak terlibat dalam pembentukan pengetahuan yang

merupakan hasil penelitian.

3. Penyebaran hasil penelitian ke kalangan praktisi di lapangan memerlukan waktu

lama.1

Model - Model Action Research

Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model action

research, terutama classroom action research. Dialah orang pertama yang memperkenalkan

action research. Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin terdiri dari empat

komponen, yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan

(observing), dan (4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang

sebagai satu siklus. Model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar

yang diperkenalkan Kurt lewin seperti yang diuraikan di atas, hanya saja komponen acting

dan observing dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak

terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama

Tahap-tahap Dalam Penelitian TPK

Penelitian Tindakan Kelas memiliki empat tahap yang dirumuskan oleh Lewin

(Kemmis dan Mc Taggar, 1992) yaitu planning (rencana), Action (tindakan), Observation (pengamatan) dan Reflection (Refleksi). Untuk lebih memperjelas mari kita perhatikan

tahapan-tahapan berikut:

a. Planning (rencana)

Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan

sesuatu. Diharapkan rencana tersebut berpandangan ke depan, serta fleksibel untuk menerima

efek-efek yang tak terduga dan dengan rencana tersebut secara dini kita dapat mengatasi

hambatan.

(12)

12 b. Action (Tindakan)

Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yang dapat

berupa suatu penerapan model pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki atau

menyempurnakan model yang sedang dijalankan. Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh

mereka yang terlibat langsung dalam pelaksanaan suatu model pembelajaran yang hasilnya

juga akan dipergunakan untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas.

c. Observation (Pengamatan)

Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-pengaruh

yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar

dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan

keadaan yang sesungguhnya.

d. Reflection (Refleksi)

Refleksi di sini meliputi kegiatan : analisis, sintesis, penafsiran (penginterpretasian),

menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap

perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja

guru pada pertemuan selanjutnya.

Selain itu PTK juga memeliki sejumlah karakteristik diantaranya :

1. Bersifat siklis, artinya PTK terlihat siklis-siklis (perencanaan, pemberian tindakan,

pengamatan dan refleksi), sebagai prosedur baku penelitian.

2. Bersifat longitudinal, artinya PTK harus berlangsung dalam jangka waktu tertentu

(misalnya 2-3 bulan) secara kontinyu untuk memperoleh data yang diperlukan, bukan “sekali tembak” selesai pelaksanaannya.

3. Bersifat partikular-spesifik jadi tidak bermaksud melakukan generalisasi dalam

rangka mendapatkan dalil-dalil. Hasilnyapun tidak untuk digenaralisasi meskipun

mungkin diterapkan oleh orang lain dan ditempat lain yang konteksnya mirip.

4. Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai peneliti sekali gus pelaku perubahan

dan sasaran yang perlu diubah. Ini berarti guru berperan ganda, yakni sebagai orang

(13)

13

5. Bersifat emik (bukan etik), artinya PTK memandang pembelajaran menurut sudut

pandang orang dalam yang tidak berjarak dengan yang diteliti; bukan menurut sudut

pandang orang luar yang berjarak dengan hal yang diteliti.

6. Bersifat kaloboratif atau kooperatif, artinya dalam pelaksanaan PTK selalu terjadi

kerja sama atau kerja bersama antara peneliti (guru) dan pihak lain demi keabsahan

dan tercapainya tujuan penelitian.

7. Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau tertentu dalam

pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru; menggarap

masalah-masalah besar.

8. Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang pelaksanaan PTK

tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi kebutuhan, kepentingan dan

tercapainya tujuan penelitian.

9. Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan untuk mencapai tujuan

penelitian, bukan kerepresentasifan (keterwakilan jumlah) sampel secara kuantitatif.

Sebab itu, PTK hanya menuntut penggunaan statistik yang sederhana, bukan yang

rumit.

10. Bermaksud mengubah kenyataan, dan situasi pembelajaran menjadi lebih baik dan

memenuhi harapan, bukan bermaksud membangun teori dan menguji hipotesis.

Prosedur Pelaksanaan PTK

1. Menyusun proposal PTK. Dalam kegiatan ini perlu dilakukan kegiatan pokok, yaitu:

(1) mendeskripsikan dan menemukan masalah PTK dengan berbagai metode atau

cara, (2) menentukan cara pemecahan masalah PTK dengan pendekatan, strategi,

media, atau kiat tertentu, (3) memilih dan merumuskan masalah PTK baik berupa

pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan masalah dan cara pemecahannya, (4)

menetapkan tujuan pelaksanaan PTK sesuai dengan masalah yang ditetapkan, (5)

memilih dan menyusun persfektif, konsep, dan perbandingan yang akan mendukung

dan melandasi pelaksanaan PTK, (6) menyusun siklus-siklus yang berisi

rencana-rencana tindakan yang diyakini dapat memecahkan masalah-masalah yang telah

dirumuskan, (7) menetapkan cara mengumpulkan data sekaligus menyusun instrumen

yang diperlukan untuk menjaring data PTK, (8) menetapkan dan menyusun cara-cara

(14)

14

2. Melaksanakan siklus (rencana tindakan) di dalam kelas. Dalam kegiatan ini

diterapkan rencana tindakan yang telah disusun dengan variasi tertentu sesuai dengan

kondisi kelas. Selama pelaksanaan tindakan dalam siklus dilakukan pula pengamatan

dan refleksi. baik pelaksanaan tindakan, pengamatan maupun refleksi dapat dilakukan

secara beiringan, bahkan bersamaan. Semua hal yang berkaitan dengan hal diatas

perlu dikumpulkan dengan sebaik-baiknya.

3. Menganalisis data yang telah dikumpulkan baik data tahap perencanaan, pelaksnaan

tindakan, pengamatan, maupun refleksi. Analisis data ini harus disesuaikan dengan

rumusan masalah yang telah ditetapkan. Hasil analisis data ini dipaparkan sebagai

hasil PTK. Setelah itu, perlu dibuat kesimpulan dan rumusan saran.

4. Menulis laporan PTK, yang dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan menganalisis

data. Dalam kegiatan ini pertama-tama perlu ditulis paparan hasil-hasil PTK. Paparan

hasil PTK ini disatukan dengan deskripsi masalah, rumusan masalah, tujuan, dan

kajian konsep atau teoritis. Inilah laporan PTK.

Adapun instrumen lain selain catatan anekdotal yang dapat digunakan dalam

pengumpulan data PTK dapat berwujud:

1. Pedoman Pengamatan. Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat

secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dapat dilaksanakan

dengan pedoman pengamatan (format, daftar cek), catatan lapangan, jurnal harian,

observasi aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, alat perekam

elektronik, atau pemetaan kelas (cf. Mills, 2004: 19). Pengamatan sangat cocok untuk

merekam data kualitatif, misalnya perilaku, aktivitas, dan proses lainnya. Catatan

lapangaan sebagai salah satu wujud dari pengamatan dapat digunakan untuk mencatat

data kualitatif, kasus istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses.

2. Pedoman Wawancara. Untuk memperoleh data dan atau informasi yang lebih rinci

dan untuk melengkapi data hasil observasi, tim peneliti dapat melakukan wawancara

kepada guru, siswa, kepala sekolah dan fasilitator yang berkolaborasi. Wawancara

digunakan untuk mengungkap data yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau

wawasan. Wawancara dapat dilakukan secara bebas atau terstruktur. Wawancara

hendaknya dapat dilakukan dalam situasi informal, wajar, dan peneliti berperan

sebagai mitra. Wawancara hendaknya dilakukan dengan mempergunakan pedoman

(15)

15

ada informasi yang kurang, dapat pula dilakukan secara bebas. Guru yang

berkolaborasi dapat berperan pula sebagai pewawancara terhadap siswanya. Namun

harus dapat menjaga agar hasil wawancara memiliki objektivitas yang tinggi.

3. Angket atau kuesioner. Indikator untuk angket atau kuesioner dikembangkan dari

permasalahan yang ingin digali.

4. Pedoman Pengkajian Data dokumen. Dokumen yang dikaji dapat berupa: daftar hadir,

silabus, hasil karya peserta didik, hasil karya guru, arsip, lembar kerja dll.

5. Tes dan Asesmen Alternatif. Pengambilan data yang berupa informasi mengenai

pengetahuan, sikap, bakat dan lainnya dapat dilakukan dengan tes atau pengukuran

bekal awal atau hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen (cf. Tim PGSM,

1999; Sumarno, 1997; Mills, 2004).

Prosedur Analisis dan Interpretasi Data Penelitian

Dalam PTK, perhatian lebih kepada kasus daripada sampel. Hal ini berimplikasi

bahwa metodologi yang dipakai lebih dapat diterapkan terhadap pemahaman situasi

problematik daripada atas dasar prediksi di dalam parameter.

1. Analisis Data Penelitian. Tahap-tahap analisis data penelitian meliputi:

a. validasi hipotesis dengan menggunakan teknik yang sesuai (saturasi,

triangulasi, atau jika memang perlu uji statistik). b. interpretasi dengan acuan

teori, menumbuhkan praktik, atau pendapat guru. c. tindakan untuk perbaikan

lebih lanjut yang juga dimonitor dengan teknik penelitian kelas. Analisis

dilakukan dengan menggunakan hasil pengumpulan informasi yang telah

dilakukan dalam tahap pengumpulan data. Misalnya, dengan memutar kembali

hasil rekaman proses pembelajaran dengan video tape recorder guru mengamati

kegiatan mengajarnya dan membahas masalah-masalah yang menjadi perhatian

penelitian bersama dengan dosen. Pada proses analisis dibahas apa yang

diharapkan terjadi, apa yang kemudian terjadi, mengapa terjadi tidak seperti yang

diharapkan, apa penyebabnya atau ternyata sudah terjadi seperti yang diharapkan,

dan apakah perlu dilakukan tindaklanjut

2. Validasi hipotesis. Validasi hipotesis adalah diterima atau ditolaknya suatu

hipotesis. Jika di dalam desain penelitian tindakan kelas diajukan hipotesis

(16)

16

maka perlu dilakukan validasi. Validasi ini dimaksudkan untuk menguji atau

memberikan bukti secara empirik apakah pernyataan keyakinan yang dirumuskan

dalam bentuk hipotesis tindakan itu benar. Validasi hipotesis tindakan dengan

menggunakan tehnik yang sesuai yaitu: saturasi, triangulasi dan jika perlu dengan

uji statistik tetapi bukan generalisasi atas hasil PTK. Saturasi, apakah tidak

ditemukan lagi data tambahan. Triangulasi, mempertentangkan persepsi

seseorang pelaku dalam situasi tertentu dengan aktor-aktor lain dalam situasi itu,

jadi data atau informasi yang telah diperoleh divalidasi dengan melakukan cek,

recek, dan cek silang dengan pihak terkait untuk memperoleh kesimpulan yang

objektif.

3. Interpretasi Data Penelitian. Interpretasi berarti mengartikan hasil penelitian

berdasarkan pemahaman yang dimiliki peneliti. Hal ini dilakukan dengan acuan

teori, dibandingkan dengan pengalaman, praktik, atau penilaian dan pendapat

guru. Hipotesis tindakan yang telah divalidasi dicocokkan dengan mengacu pada

kriteria, norma, dan nilai yang telah diterima oleh guru dan siswa yang dikenai

tindakan.

4. Penyusunan Laporan Penelitian. Di Bab Hasil dan Pembahasan Penelitian dalam

Laporan PTK pada umumnya peneliti terlebih dulu menyajikan paparan data yang

mendeskripsikan secara ringkas apa saja yang dilakukan peneliti sejak

pengamatan awal (sebelum penelitian) yaitu kondisi awal guru dan siswa diikuti

refleksi awal yang merupakan dasar perencanaan tindakan siklus I, dilanjutkan

dengan paparan mengenai pelaksanaan tindakan, hasil observasi kegiatan guru,

observasi situasi dan kondisi kelas dan hasil observasi kegiatan siswa. Paparan

data itu kemudian diringkas dalam bentuk temuan penelitian yang berisi

pokok-pokok hasil observasi dan evaluasi yang disarikan dari paparan data.

Berikutnya berdasarkan temuan data dilakukan refleksi hasil tindakan siklus 1

yang dijadikan dasar untuk merencanakan tindakan untuk siklus ke 2. Di sini

dapat dibandingkan hasil siklus 1 dengan indikator keberhasilan tindakan siklus 1

yang telah ditetapkan berdasarkan refleksi awal. Paparan data siklus dua juga

lengkap mulai perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi. Ringkasan

paparan data dicantumkan dalam bentuk temuan penelitian. Temuan ini menjadi

(17)

17

pelaksanaan tindakan untuk siklus ke 3. Peneliti dapat membandingkan hasil

siklus 2 ini dengan indikator keberhasilan tindakan siklus 2 yang telah ditetapkan

berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus ke 1. Jadi prosedur analisis dan

interpretasi data penelitian dilaksanakan secara deskriptif kualitatif dengan

meringkas data (reduksi data), saturasi dan triangulasi.

Penutup

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK

ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan

yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu

perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan

belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu,

dilaksanakannya PTK di antaranya untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran

yang diselenggarakan oleh guru/pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan

tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas. Ciri khas penelitian ini ialah adanya

masalah pembelajaran dan tindakan untuk memecahkan masalah tersebut. Tahapan penelitian

dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi refleksi yang dapat diulang

sebagai siklus. Refleksi merupakan pemaknaan dari hasil tindakan yang dilakukan dalam

rangka memecahkan masalah.

Daftar Pustaka

Abimanyu,S. (1999). Penelitian Praktis Untuk Perbaikan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti Proyek Pendidikan Guru SD.

Chotimah, Husnul, dkk. 2005. “Laporan Koordinator Bidang Studi Biologi Semester II Tahun Pelajaran 2004-2005”. Malang: Yayasan Pendidikan Universitas Negeri Malang: SMA Laboratorium UM.

Depdikbud. 1999. Bahan Pelatihan Penelitian Tindakan. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikdasmen, Dikmenum.

Kardi, Soeparman da Mohamad Nur. (2000) Pengajaran Langsung. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya, University Press

Raka Joni. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PCP PGSM Dikjen Dikti.

(18)

18

Suyanto. (1997). Pedoman Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Depdikbud.

Tim Biologi SMA Lab UM. 2005. “Jurnal Belajar Biologi Kelas X”. Malang:

Yayasan Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Tim PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek PGSM, Dikti.

Tim Pelatihan Proyek PGSM, (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Gambar

Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Classroom Action Research

Referensi

Dokumen terkait

Produk makanan memiliki 21 kata NDQVHL 6DQR 8HGD .DWD ² NDWD NDQVHL SDGD VHWLDS SURGXN DNDQ GLNODVLÀNDVLNDQ berdasarkan jenjang-jenjang kebutuhan 0DVORZ VHSHUWL SDGD 7DEHO

Dari hasil uji statistik didapatkan hasil ( P Value 0,091 > α 0,05), dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang berarti antara mutu pelayanan dengan pemilihan

Beside to securing international trade, global cooperation among countries also to en- sure protection of human rights especially rig-ht to take benefit of good health

Kedudukan dan fungsi Dewan Perwakilan Daerah diharapkan dapat secara optimal memperjuangkan aspirasi daerah-daerah, tetapi ternyata Undang-Undang tidak memberikan

“[B]etapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan

Software yang dihasilkan menggunakan bahasa pemrograman Delphi telah mampu untuk melakukan perhitungan economic dispatch yang mempertimbangkan batasan ramp-rate dan

Mereka miskin karena suatu hal yang disebabkan terjadi musibah, sedangkan fisik dan mentalnya masih berpotensi untuk bekerja dan berusaha, tetapi tidak memiliki modal, maka

Menimbang, bahwa Pembanding telah mengajukan memori banding tanggal 16 April 2008 yang diterima oleh Pengadilan Agama Kabupaten Limapuluh Kota tanggal 16 April 2008