• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI ANJING PELACAK SEBAGAI ALAT BANTU PENYIDIKAN DALAM MENDAPATKAN BARANG BUKTI TINDAK PIDANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FUNGSI ANJING PELACAK SEBAGAI ALAT BANTU PENYIDIKAN DALAM MENDAPATKAN BARANG BUKTI TINDAK PIDANA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI ANJING PELACAK SEBAGAI ALAT BANTU PENYIDIKAN DALAM MENDAPATKAN BARANG BUKTI TINDAK PIDANA

Oldy Andrelin Newaherman , Diah Gusitiniati, Firganefi email: oldyandrelin_x5@yahoo.com

Abstrak

Fungsi anjing pelacak sebagai alat bantu penyelidikan dan penyidikan dalam mendapatkan barang bukti tindak pidana belum ada peraturan yang secara khusus yang mengaturnya dalam hal ini perundang-undangan untuk dapat menimbulkan suatu kepastian hukum. Pendekatan masalah yang digunakan untuk menjawab permasalahan di atas adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diketahui bahwa di dalam ruang lingkup di Polda Lampung, Polres Lampung Selatan dan Kejaksaan Pengadilan Negeri Lampung anjing pelacak berfungsi sebagai alat bantu penyelidikan dan penyidikan dalam mendapatkan barang bukti tindak pidana pencurian, narkotika, bahan peledak namun belum ada peraturan secara khusus yang mengaturnya dalam hal ini perundang-undangan. Peraturan masih sebatas Surat Keputusan Kapolri atau SKEP dan Peraturan Kapolri atau Perkap. Faktor-faktor penghambat dalam penyidikan terhadap barang bukti yang ditemukan anjing pelacak dalam hal ini peraturan mengenai penggunaan anjing pelacak yang hanya sebatas SKEP dan PERKAP seharusnya ada dasar hukum yang mengatur secara jelas tentang keabsahan atau penggunaan hukum didalamnya , faktor aparat penegak hukumnya dalam hal ini kurangnya polisi yang bertugas sebagai pawang anjing atau K-9 di Polda Lampung maupun di Polres Lampung Selatan, dan faktor sarana atau fasilitas yaitu masih kurangnya peralatan yang dibutuhkan anjing pelacak seperti kendaraan , serta faktor masyarakat yaitu kurangnya peran masyarakat akibat ketidaktahuan dan tidak adanya kerja sama yang baik antar masyarakat dengan pihak polisi K-9.

Saran penulis seharusnya penggunaan anjing pelacak dapat lebih dimaksimalkan penggunaannya dalam mencari barang bukti tindak pidana dengan adanya peraturan perundang-undangan khusus yang mengatur keabsahannya. Yang berupa landasan hukum yang seharusnya diakomodir dalam ketentuan Undang-undang Kepolisian. Selain itu seharusnya terdapat penambahan jumlah personil polisi pawang anjing pelacak yang berkompeten, peningkatan sarana dan prasarana, serta memberikan sosialisasi tentang penggunaan anjing pelacak.

(2)

THE FUNCTION OF BLOODHOUND AS AN INQUIRY AND INVESTIGATING TOOL IN FINDING OUT EVIDENCE

Oldy Andrelin Newaherman , Diah Gusitiniati, Firganefi email: oldyandrelin_x5@yahoo.com

Abstract

There are no specific regulations set in the legislation to give rise to a legal certainty about the function of bloodhound as an inquiry and investigating tool in finding out evidence. The approaches used to solve the problem above are normative and empirical judiciary. Based on the results of the research and the discussion, it can be seen that within the scope of police in Lampung, South Lampung Police and the Bandar Lampung State Attorney, bloodhound serves as an inquiry and investigating tool in finding out the evidence, in terms of the crime of theft, narcotics, explosives, but no specific regulations set in the legislation. Regulation is still a decree of Police chief (SKEP) and Police Regulation (PERKAP). Factors inhibiting in the inquiry and investigation on the evidence, found by bloodhound in the regulation regarding the use of bloodhound are only from SKEP and PERKAP that should form a clearly legal basis about the validity or the use of law, law enforcement officer factor, in terms of the lack of police who serve as a dog handler or K-9 in Lampung police and police in South Lampung, facility factor that is still a lack of necessary equipment needed by bloodhound, such as vehicle, and social factor, namely the lack of the role of society due to ignorance and lack of work cooperation among the citizens with the K-9 police.

The writer’s suggestion about the matter above is that the use of bloodhound can be maximized in search for the evidence with the presence of specific legislation regulating its validity. That is the legal basis which should be accommodated in the Police legislation. In addition, there should be an increasing of the number of police personnel which is competent of bloodhound handler, the improvement of facilities and infrastructure, as well as the provision of socialization about the use of bloodhound.

(3)

I. PENDAHULUAN

Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini, berdasarkan Pasal 1 angka 5 KUHAP. Sedangkan Penyelidik adalah pejabat kepolisisan negara Republik Indonesia yang karena diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan berdasarkan Pasal 1 angka 4 KUHAP.1 Wewenang penyelidik yang dimaksud dalam Pasal 5 ayat 1 huruf a angka 4 yakni mengadakan tindakan lain yang bertanggung jawab adalah tindakan penyelidik untuk kepentingan penyelidikan dengan syarat:

a. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;

b. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengahruskan dilakukannya tindakan jabatannya;

c. Tindakan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;2

Penyelidikan dan penyidikan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Penyelidikan adalah sub sistem daripada penyidikan yang tujuannya tiada lain untuk mengumpulkan bahan-bahan yang nantinya akan dipergunakan pada tahap penyidikan, apabila ternyata suatu peristiwa yang diduga sebagaiu tindak pidana yang diselidikai itu benar-benar merupakan suatu tindak pidana dan berdasarkan hasil penyelidikan itu bahwa terhadap tindak pidana yang

1

Harun M. Husain, Penyidikan Dan Penuntutan

Dalam ProsesPidana,Jakarta,PT Rineka Cipta

1991,hlm.55.

2

Ibid, hlm .76.

diselidiki tersebut dapat ilakukan penyidikan3.

Penyidikan dipakai sebagai istilah yuridis atau hukum pada tahun 1961 yaitu sejak dimuat dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kepolisian Negara. Penyidikan menurut Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) mengatur sebagaimana dalam Pasal 1 angka 2 yang menyatakan “Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.” Selanjutnya pihak yang melakukan penyidikan diatur pula pada Pasal 1 angka 1 yang berbunyi “Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan”. Tindakan penyidikan dimaksudkan untuk mencari serta mengumpulkan bukti supaya tindak pidana yang ditemukan dapat menjadi terang dan jelas, serta agar dapat menemukan dan mentukan siapa pelakunya.4

3 Ibid, hlm 80.

4

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana

(4)

Bagian-bagian hukum acara pidana yang menyangkut penyidikan adalah :

1. Ketentuan tentang alat-alat penyidik 2. Ketentuan tentang diketahui

terjadinya delik.

3. Periksa di tempat kejadian.

4. Pemanggilan tersangksa atau terdakwa.

5. Penahanan sementara. 6. Penggeledahan.

7. Pemeriksan atau interogasi.

8. Berita acara ( penggeledahan, interogasi, dan pemeriksaan di tempat)

9. Penyitaan.

10. Penyampingan perkara

11. Pelimpahan perkara kepada penuntut umum dan pengembaliannya kepada penyidik untuk di sempurnakan.5 Selanjutnya dalam sebuah kasus perkara yang sudah pasti mengandung unsur pidana di dalamnya maka pihak penyidik yang mana dalam hal ini kepolisian wajib melakukan sebuah penyidikan. Selain kepolisian, penyidik juga dapat dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil yang diatur dalam undang-undang. Aparat penegak hukum yakni kepolisian tersebut yang bertugas melakukkan penyidikan tersebut berfungsi untuk mencari bukti-bukti yang menguatkan suatu tindak pidana serta mencari tersangkanya. Langkah penyidikan merupakan sebuah langkah penting karena setelah adanya sebuah penyidikan maka penyidik akan mengirim BAP (berkas acara pemeriksaan) kepada kejaksaan untuk kemudian kejaksaan membentuk penuntut umum yang kemudian membuat surat dakwaan dan diajukan pada pengadilan negeri dan ketua pengadilan membentuk majelis hakim yang bertugas memanggil terdakwa.

5

Ibid, hlm 49.

Langkah awal dalam sebuah penyidikan sendiri yaitu menemukan barang-barang dalam sebuah perkara tindak pidana yang merupakan barang bukti yang berindikasi sebagai bekas sebuah kejahatan yang ditemukan tertinggal di tempat kejadian perkara atau biasa disingkat TKP. TKP adalah semua tempat kejadian peristiwa baik yang berupa kejahatan, pelanggaran, maupun kecelakaan biasa yang menjadi urusan polisi.

Mengenai barang bukti KUHAP memang tidak menyebutkan secara jelas tentang apa yang dimaksud dengan barang bukti. Namun dalam Pasal 39 ayat (1) KUHAP disebutkan mengenai apa-apa saja yang dapat disita, yaitu:

a. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagianndiduga diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana

b. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya

c. Benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyelidikan tindak pidana

d. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana

e. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan

Benda-benda yang dapat disita seperti yang disebutkan dalam Pasal 39 ayat (1) KUHAP dapat disebut sebagai barang bukti.6 Selain itu di dalam Hetterziene in Landcsh

6

Ratna Nurul Afiah, Barang Bukti Dalam Proses

(5)

Regerment (HIR) juga terdapat perihal barang bukti. Dalam Pasal 42 HIR disebutkan bahwa para pegawai, pejabat atau pun orang-orang berwenang diharuskan mencari kejahatan dan pelanggaran kemudian selanjutnya mencari dan merampas barang-barang yang dipakai untuk melakukan suatu kejahatan serta barang-barang yang didapatkan dari sebuah kejahatan. Penjelasan Pasal 42 HIR menyebutkan barang-barang yang perlu di-beslag di antaranya:

a. Barang-barang yang menjadi sasaran tindak pidana (corpora delicti)

b. Barang-barang yang terjadi sebagai hasil dari tindak pidana (corpora delicti)

c. Barang-barang yang dipergunakan untuk melakukan tindak pidana (instrumenta delicti)

d. Barang-barang yang pada umumnya dapat dipergunakan untuk memberatkan atau meringankan kesalahan terdakwa (corpora delicti)

Selain dari pengertian-pengertian yang disebutkan oleh kitab undang-undang di atas, pengertian mengenai barang bukti juga dikemukakan dengan doktrin oleh beberapa Sarjana Hukum. Prof. Andi Hamzah mengatakan, barang bukti dalam perkara pidana adalah barang bukti mengenai mana delik tersebut dilakukan (objek delik) dan barang dengan mana delik dilakukan (alat yang dipakai untuk melakukan delik), termasuk juga barang yang merupakan hasil dari suatu delik. Ciri-ciri benda yang dapat menjadi barang bukti :

a. Merupakan objek materiil b. Berbicara untuk diri sendiri

c. Sarana pembuktian yang paling bernilai dibandingkan sarana pembuktian lainnya

d. Harus diidentifikasi dengan keterangan saksi dan keterangan terdakwa7

Fungsi barang bukti dalam sidang pengadilan adalah sebagai berikut :

1. Menguatkan kedudukan alat bukti yang sah (Pasal 184 ayat 1 KUHAP)

2. Mencari dan menemukan kebenaran materiil atas perkara sidang yang

Ditangani

3. Setelah barang bukti menjadi penunjang alat bukti yang sah maka barang bukti tersebut dapat menguatkan keyakinan hakim atas kesalahan yang didakwakan JPU.8 Macam-macam Alat Bukti

Alat Bukti (diatur dalam KUHAP Pasal 184) 1. Keterangan Saksi

2. Keterangan Ahli 3. Surat

4. Petunjuk

5. Keterangan Terdakwa

Dasar hukum terhadap alat bukti petunjuk terdapat dalam Pasal 184 ayat (1) huruf d dan Pasal 188 KUHAP. Petunjuk adalah perbuatan, kejadian, atau keadaan yang karena penyesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya, hal ini seperti apa yang tercantum dalam Pasal 188 ayat (1) KUHAP. 7 Ibid, hlm 254. 8http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4e8ec 99e4d2ae/apa-perbedaan-alat-bukti-dengan-barang-bukti diakses pada tanggal 12 November 2014

(6)

Menurut Andi Hamzah alat-alat bukti petunjuk dapat diperoleh dari beberapa hal, antara lain :

a. Surat-surat yang menguatkan tuduhan maupun yang meringankan terdakwa. Surat-surat dalam hal ini adalah segala bentuk tulisan yang berhubungan dengan kasus tersebut.

b. Keterangan dari saksi ahli yang berkompeten terhadap bidang yang berhubungan terhadap kasus tersebut.

c. Alat-alat lain yang digunakan dalam membantu penyidik dalam pengungkapan suatu kasus, contohnya penggunaan anjing pelacak dalam menemukan barang bukti yang tersembunyi.

Berdasarkan petunjuk-petunjuk tersebut maka akan menjadi bahan pertimbangan bagi hakim untuk memutuskan perkara. Sedang menurut pendapat ahli pidana Wirjono Projodikoro, alat bukti petunjuk merupakan alat bukti yang paling lemah. Penilaian atas penilaian pembuktian dari suatu ptunjuk dalam setiap keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif lagi bijaksana, setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan kesaksamaan berdasarkan hati nuraninya. Petunjuk merupakan alat bukti tidak langsung, karena hakim dalam mengambil kesimpulan tentang pembuktian, haruslah menghubungkan suatu alat bukti dengan alat bukti lanya dan memilih yang ada persesuaiannya satu sama lain.

Syarat-syarat untuk dapat dijadikannya petunjuk sebagai alat bukti haruslah :

a. Mempunyai persesuaian satu sama lain atas perbuatan yang terjadi

b. Keadaan-keadaan perbuatan itu berhubungan satu sama lain dengan kejahatan yang terjadi.

c. Berdasarkan pengamatan hakim baik dari keterangan terdakwa maupun saksi di persidangan.

Adanya petunjuk dapat diperoleh dari keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa (ayat 2). Keterangan seorang saksi saja dapat dijadikan petunjuk oleh hakim, jika berhubungan dengan alat bukti lainya. Demikian juga halnya dengan keterangan terdakwa yang diberikan di luar persidangan merupakan petunjuk bagi hakim atas kesalahan terdakwa.9

Kasus yang menggunakan anjing pelacak dalam penyelidikan dan penyidikan yakni : 1. Kasus Pencurian yang terjadi di Tataan

yakni pencurian Sapi 2 ekor . Serta kasus pencurian ayam 300 ekor di Jati Agung dalam hal ini anjing pelacak mengendus tangga yang dicurigai sebagai alat bantuan dalam melakukan tindak pidana dan mengidentifikasi bau si tersangka. 2. Kasus Narkotika yang terjadi di

Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan. Reserse beserta K-9 SQUAD menyita sekitar enam ton daun ganja kering asal Aceh yng akan dikirim ke Jakarta menggunakan truk kelapa. Pemgiriman daun ganja kering tersebut tertangkap pada Senin malam sekitar pukul 23.30 WIB di titik pemeriksaan Seaport Interdiction Pelabuhan Bakauheni. Ribuan paket ganja kering diangkut menggunakan truk fuso Mitsubishi berwarna coklat B 9215 yang ditutupi buah kelapa kupasan. Pihak kepolisian menangkap tersangka Andi Ismail (38)

9http://akubukanmanusiapurba.blogspot.com/2012/

04/alat-bukti-surat-petunjuk-dan.html diakses pada tanggal 15 November 2014

(7)

warga Desa Kandang kecamatan Cundak Lhoksumawe Aceh Utara. Adi Ismail merupakan sopir truk sekaligus sebagai kurir ganja.

3. Kasus Penemuan bahan peledak yang ditemukan di titik Seaport Interdiction Bakauheni Lampung Selatan dengan cara mengendus kendaraan yang melewati titik tersebu dan pada masa-masa kisruh bom Bali.

Penyidikan mengharuskan para penyidik untuk terjun langsung ke TKP. Dalam sebuah penyidikan kepolisian berhak dan mempunyai kewenangan menggunakan anjing pelacak sesuai dengan Undang-Undang RI No 2 Tahun 2002 Pasal 16 ayat 1 huruf l yang berbunyi “mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab”. Anjing pelacak sebagai mitra kerja kepolisian dapat meringankan tugas para penyidik karena keahlian yang dimiliki anjing. Dalam sebuah penyidikan yang menggunakan anjing pelacak akan melibatkan reserse dan K-9 SQUAD atau polisi yang memang khusus untuk melatih anjing tersebut dan yang akan memegang anjing tersebut selama proses penyidikan berlangsung. Anjing memiliki kemampuan khusus dalam indra penciumannya. Yakni diataranya dapat mendeteksi adanya indikasi seseorang membawa bahan peledak ataupun narkotika yang biasanya sering terjadi di pelabuhan lintas provinsi. Selain itu, dalam sebuah kasus pencurian maupun pembunuhan anjing pelacak dengan latihan khusus sangat membantu proses penyidikan dalam menemukan barang bukti serta dapat mengejar pelaku.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah fungsi anjing pelacak di penyelidikan dan penyidikan dalam menemukan barang bukti yang sah ? b. Apakah yang menjadi faktor penghambat

dalam penyelidikan dan penyidikan terhadap barang bukti yang ditemukan anjing pelacak?

C. Metode Penelitian

Pendekatan masalah yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam skripisi ini adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Sedangkan sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dengan studi pustaka, dan studi lapangan . Pengolahan data yaitu melalui editing dan sistematisasi data. Data yang sudah diolah kemudian disajikan dalam bentuk uraian, lalu diinterpretasikan untuk dianalisis secara kualitatif, kemudian selanjutnya untuk ditarik suatu kesimpulan.

II. PEMBAHASAN

A. Fungsi Anjing Pelacak Sebagai Alat

Bantu Penyidikan Dalam

Mendapatkan Barang Bukti Tindak Pidana

Fungsi anjing pelacak dalam membantu penyelidikan dan penyidikan perkara : a. sebagai alat untuk menyelidiki tempat

atau kedudukan diamana para pelaku peristiwa atau kejadian, korban dan barang bukti berada setelah peristiwa terjadi.

b. Sebagai alat bantu untuk menangkap para pelaku jika pelaku melarikan diri.

Anjing pelacak dalam membantu penyelidikan dan penyidikan perkara sebagai alat bantu untuk mencari bekas atau jejak, barang bukti, dan pelaku tindak pidana. Penyelidikan dan penyidikan dengan

(8)

menggunakan anjing pelacak dapat dikatakan berhasil dan sah jika :

a. Bekas-bekas atau jejak yang dilacak benar-benar bekas jejak pelaku peristiwa atau kejadian

b. Barang bukti yang dicari dan dapat ditemukan dalam pelacakan benar-benar ada hubungannya dengan peristiwa atau kejadian

c. Dapat dikatakan tersangka jika pada badan atau tempat tinggal orang yang dicurigai kedapatan barang bukti yang ada hubungannya degan peristiwa atau kejadian dan adanya pengakuan tanpa paksaan serta dikuatkan berdasarkan bukti-bukti.

Macam-macam jenis peristiwa kejadian yang dapat dilacak dengan anjing pelacak: a. Pencurian b. Perampokan c. Penodongan d. Pemerkosaan e. Pembunuhan f. Pengerusakan

Menurut Suprayogi10 anjing pelacak dalam penyelidikan dan penyidikan berfungsi sebagai mitra polisi dalam satuan kepolisan K-9 yang dalam tugasnya salah satunya melacak jejak. Jejak atau bekas sangat erat kaitannya dengan pelacakan oleh anjing pelacak karena bekas atau jejak itulah yang akan dijadikan pangkal atau sumber untuk tugas pelacakan oleh anjing pelacak dan pawangnya yang dalam hal ini adalah polisi khusus yang memag diberi pendidikan untuk dapat melatih anjing. Jejak sendiri merupakan bekas-bekas yang ditinggalkan oleh makhluk hidup karena kepindahannya dari suatu tempat ke tempat lain.

Macam-macam bekas :

a. Bekas-bekas yang dapat dilihat 10

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 17 November 2014

1. Bekas telapak kaki, telapak tangan, sepatu dll.

2. Bekas tetesan darah, minyak dan lain-lain

3. Bekas terinjaknya rumput dan tumbuha-tumbuha lain

4. Barang-barang yang ditinggalkan oleh penjahat

b. Bekas yang sepintas lalu dapat dilihat Untuk bisa menimbulkan bekas tersebut harus menggunkan peralatan modern atau atau zat kimia supaya menjadi nyata dan bisa jelas dapat dilihat seperti bekas sidik jari.

c. Bekas-bekas yang tidak dapat dilihat Bekas ini merupakan rahasia besar bagi kita karena bekas ini tidak dapat dilihat dengan mata baik bentuk maupun warna nya, walaupun dengan menggunakan peralatan modern sekalipun, tetap manusia mengalami kesulitan untuk mengetahuinya. Tetapi walaupun bagaimana kecilnya bekas atau jejak tentu pasti mempunyai bau pada batas-batas tertentu. Untuk dapat menimbulkan bekas atau jejak tersebut satu-satunya dengan menggunakan hidung anjing, dengan jalan mengikuti aatau membaui. Polri menggunakan anjing pelacak dalam membantu tugasnya untuk mendeteksi jejak atau bekas penjahat yang oleh petugas lain tidak bisa dideteksi.

Ada beberapa bagian K-9 yang perlu diketahui antara lain:

1. Bagian pencarian dan penyelamatan (SAR) - anjing ini digunakan untuk menemukan orang-orang yang dinyatakan hilang atau hilang dalam bencana alam atau dalam kecelakaan. Anjing yang banyak digunakan labrador dan golden retriever.

(9)

2. Bagian Umum - anjing pelacak sering digunakan untuk beberapa anjing terlatih dalam pencarian tersangka, penangkapan, pengejaran, pencarian barang bukti dan pencarian mayat. Hidung anjing yang sangat sensitif sehingga ada beberapa anjing mampu mendeteksi benda yang berada di bawah air mengalir. Anjing yang digunakan rottweiler, german shepherd, belgian malinois, labrador. Masa efektif anjing di bidang ini tergolong cukup lama sehingga bisa mencapai 6-7 tahun. 3. Bagian deteksi bahan peledak (handak),

bom dan narkotika. Beberapa anjing yang digunakan untuk mendeteksi zat terlarang seperti obat-obatan atau bahan peledak yang dapat membahayakan. Tugas anjing ini dalam penanganan bom untuk deteksi awal apabila barang tersebut terdapat bahan peledak atau bom. Di banyak negara, Beagle digunakan di bandara untuk mengendus bagasi untuk barang-barang yang tidak diizinkan, karena sifat ramah dan penampilan. Bagian ini banyak menggunakan anjing yang kecil untuk mempermudah pergerakan. Rata-rata masa efektif anjing di bagian ini 3 tahun karena dalam latihan anjing dibidang ini dituntut mencium bahan peledak dan narkotika sehingga cepat merusak daya penciumannya.

4. Bagian pengendali massa (dalmas) anjing di bagian ini memiliki tempramental yang cukup tinggi namun memiliki obedience/kepatuhan yang tinggi karena anjing ini akan dikerahkan ikut langsung di belakang pasukan huru hara, tidak sedikit anjing yang cedera terkena lemparan batu, biasanya untuk anjing dan pawang akan di jaga 4-5 orang berpakaian lengkap.

B. Faktor-Faktor Penghambat Dalam Penyelidikan Dan Penyidikan terhadap Barang Bukti Yang Ditemukan Anjing Pelacak

Faktor-faktor penghambat dalam penyidikan terhadap barang bukti yang ditemukan anjing pelacak yakni diantaranya :

1. Apabila TKP tempat kejadian kejahatan atau perkara telah diacak oleh pihak yang tidak berkepentingan atau oleh si korban atau pelaku kejadian perkara tersebut

2. Barang bukti tertimpa hujan atau terkena hujan karena akan menyebabkan hilangnya bau dan jejak pelaku. Apabila terkena hujan, atau jejak bekas dan bau tersangka melewati sungai maka polisi menggunakan anjing pelacak penciuman atas melalui bantuan udara.

Menurut Suprayogi11 anjing pelacak sebagai alat bantu penyelidikan dan penyidikan terdapat pula kendala-kendala dalam penggunannya yang disebabkan faktor iklim dan biaya perawatan yang mahal untuk seekor anjing. Selain itu dalam pelaksanaan pelacakan harus diperhatikan faktor pendukung dan penghambat.

Faktor pendukung :

1. Kejadian dilaporkan lebih cepat lebih baik

2. Cuaca cerah

3. Kesediaan masyarakat untuk memberi keterangan atau informasi 4. TKP dalam keadaan status que 5. Waktu kejadian dengan pelaksanaan

pelacakan kurang lebih 8 jam Faktor Penghambat :

1. Cuaca Hujan

2. Terdapat bau-bauan menyengat, bau bahan-bahan kimia

11

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 17 November 2014

(10)

3. Upaya pelaku untuk mengagalkan dengan menggunakan

4. Jarak yang ditempuh anjing dengan TKP sangat jauh

Penyelidikan dan penyidikan merupakan salah satu langkah penegakan hukum dalam sistem peradilan di Indonesia. Dalam penegakan hukum terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan penegakan hukum dalam hal ini penyidikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum menurut Soejono Soekanto tersebut antara lain :

1. Faktor hukumnya sendiri 2. Faktor penegak hukum 3. Faktor sarana atau fasilitas 4. Faktor masyarakat

5. Faktor kebudayaan

Selanjutnya penulis akan memaparkan faktor penghambat dalam penyelidikan dan penyidikan terhadap barang bukti yang ditemukan anjing pelacak berkaitan dengan faktor-faktor tersebut.

1. Faktor hukumnya sendiri

Suprayogi mengatakan bahwa landasan hukum yang digunakan dalam pelaksanaan penggunaan anjing pelacak yakni berdasarkan surat keputusan polri atau biasa disingkat (SKEP). Yakni :

1. Buku Petunjuk Kegiatan Tentang Pengawalan Dengan Satwa POLRI (SKEP KAPOLRI NO. POL : / 245 /IV / 2004)

2. Buku Petunjuk Kegiatan Tentang DALMAS Menggunakan Satwa POLRI (SKEP KAPOLRI NO. POL : / 246 /IV / 2004)

3. Buku Petunjuk Kegiatan Tentang Pelacakan Narkoba Dengan Anjing POLRI (SKEP KAPOLRI NO. POL : / 251 /IV / 2004)

4. Buku Petunjuk Kegiatan Tentang Pelacakan Handak Dengan Anjing

POLRI (SKEP KAPOLRI NO. POL : / 252 /IV / 2004)

5. Buku Petunjuk Kegiatan Tentang Patroli Dengann Satwa POLRI (SKEP KAPOLRI NO. POL : / 253 /IV / 2004)

6. Buku Petunjuk Kegiatan Tentang Pelacakan SAR Dengan Anjing POLRI (SKEP KAPOLRI NO. POL : / 254 /IV / 2004)

7. Buku Petunjuk Kegiatan Tentang Penjagaan Dengan AnjingPOLRI (SKEP KAPOLRI NO. POL : / 255 /IV / 2004)

Landasan undang-undangnya menggunakan UU No.2 Tahun 2012 tentang Kepolisian Pasal 16 ayat 1 huruf l yang berbunyi “mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab”.

Menurut jaksa di pengadilan negeri lampung12 tentang anjing pelacak tidak perlu ada peraturan perundang-undangan yang mengatur secara khusus tentang anjing pelacak ataupun dimasukan dalam sebuah undang-undang tentang kepolisian karena hanya sebagai alat bantu penyelidik dan penyidik dalam penyelidikan dan penyidikan saja. Namun anjing pelacak dalam menemukan barang bukti atau petunjuk tetap sah kekuatan pembuktianya terhadap barang bukti yang ditemukan anjing pelacak itu sendiri dan diakui keabsahannya oleh aparat penegak hukum atau jaksa itu sendiri.

Penulis menganalisis bahwa pengaturannya masih sebatas SKEP atau surat keputusan polri. Menurut penulis seharusnya penggunaan anjing pelacak dalam penyidikan sebagai mitra polisi diatur pula

12Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 3

Desember 2014 di Kejaksaan Negeri Bandar Lampung

(11)

proses pelaksanaannya di undang-undang kepolisian sehingga dalam pelaksanaannya dapat menimbulkan suatu kepastian hukum dan tidak terabaikan dalam proses peradilan pidananya.

2. Faktor Penegak Hukum

Penulis telah memaparkan sebelumnya bahwa yang termasuk dalam penyidik merupakan:

1. pejabat pori tertentu dan 2. PPNS

Suprayogi13 menerangkan bahwa aparat penegak hukum dalam penyelidikan dan penyidikan yang dalam proses pelaksanaanya menggunakan anjing pelacak sebagai alat bantu dalam penyelidikan dan penyidikan yakni, meliputi pejabat polri yang dalam hal ini reserse dan polisi anjing yang memang khusus bertugas sebagai pawang atau polisi anjing.

Anjing pelacak dalam hal ini hanya bisa dipegang oleh satu orang pawang atau dalam hal ini polisi anjing biasa disebut dengan istilah one man dog. Anjing pelacak tidak dapat dipegang oleh pawang lain selain memang pawang yang khusus untuk anjing tesebut. Jadi tidak dapat sembarangan dapat memegang anjing pelacak karena tidak semua polisi dapat menjadi pawang atau polisi anjing butuh pelatihan khusus baik dari polisi nya dan juga dari anjing nya. Berdasarkan wawancara dengan Akp Gusti Putu Wartana14 saat ini polisi anjing yang khsusus bertugas sebagai pawang anjing di Polda Lampung berjumlah 8 orang.

13

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 17 November2014

14

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 16 Desember 2014

Penulis menganalisis bahwa jumlah polisi yang khusus memegang anjing pelacak atau bertugas menjadi polisi anjing sangat terbatas karena butuh menempuh pendidikan lagi untuk menjadi polisi anjing kurang lebih sembilan bulan dan tempat pelaksanaan pendidikan tersebut berada tidak di daerah Bandar Lampung melainkan di luar provinsi Lampung. Jadi dari segi aparat hukum khususnya polisi yang bertugas sebagai polisi anjing atau K-9 masih sangat kurang jumlahnya. Selain itu, faktor aparat penegak hukum dalam hal ini sebagian polisi yang beranggapan bahwa pengunaan anjing pelacak pada seorang muslim apakah diperbolehkan seperti yang kita ketahui masih mengalami perdebatan menggenai penggunaan anjing karena adanya larangan dalam sebuah agama mengenai anjing menyebabkan beberapa aparat mengurungkan niatnya menjadi polisi anjing atau menjadi bagian dari K-9.

3. Faktor Sarana atau Fasilitas

Faktor sarana merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas peradilan pidana atau penegakan hukum dalam hal ini penyidikan. Proses penegakan hukum dapat berjalan dengan baik salah satunya dikarenakan oleh faktor sarana atau fasilitas. Jika sarana atau fasilitas tidak memadai maka sulit penegakan hukum untuk dapat mencapai tujuannya. Sarana atau fasilitas dalam hal ini penyidikan yang menggunakan anjing pelacak meliputi tali penuntun,tali pelacak, rantai kalung leher, harnes (sarung dada), pakaian pelindung anjing peralatan ini khusus dipakai anjing pelacak dalam menunjang pelacakan di dalam penyidikan. Suprayogi15 menyatakan bahwa faktor sarana atau fasilitas yang dipakai untuk

15

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 17 November 2014

(12)

menunjang proses penyelidikan dan penyidikan yang menggunakan anjing pelacak yakni diantaranya seperti kendaraan mobil untuk membawa anjing pelacak kedaerah TKP fasilitas seperti itu masih kurang memadai jumlahnya. Sehingga menyulitkan penyidikan dan pelacakan itu sendiri.

Menurut responden Gusti Putu Wartana16 jumlah mobil yang dimiliki sabhara di Polda Lampung yang khusus digunakan untuk membawa anjing pelacak ke TKP atau tempat bekas perkara untuk melakukan pelacakan dalam sebuah penyidikan berjumlah 4 unit mobil dan 1 unit mobil dapat membawa 2 anjing pelacak. Anjing Pelacak di sabhara Polda lampung sendiri untuk sekarang berjumlah 8 ekor.

Menurut penulis dengan meningkatnya kasus tindak pidana dewasa ini jumlah sarana tersebut dirasa masih kurang untuk dapat menunjang penyelidikan dan penyidikan yang menggunakan anjing pelacak didalamnya. Selain itu faktor sarana dan prasarana yang lain seperti kelengkapan atau atribut yang dipakai anjing dalam pelacakan dirasa kurang lengkap dan menjadi sebuah hambatan dalam penyelidikan, penyidikan dan pelacakan yang dilakukan oleh anjing pelacak.

4. Faktor Masyarakat

Masyarakat memiliki peranan yang penting dalam membantu penegakan hukum di Indonesia dalam hal ini penyelidika dan penyidikan. Pada faktor masyarakat dalam hal ini penggunaan anjing pelacak, masyarakat sangat dibutuhkan kerja samanya seperti memberikan keterangan atau informasi berkaitan dengan tindak

16

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 16 Desember 2014

pidana. Serta tidak mengacak-ngacak tempat berkas perkara. Masyarakat diharapkan dapat bekerja sama dengan penyelidik dan penyidik dalam hal membantu penyidikan dengan memberikan informasi bila mengetahui tentang suatu tindak pidana.Untuk memudahkan proses penyelidikan dan penyidikan yang dijalankan oleh polisi dan anjing pelacak. Namun hambatan pada faktor masyarakat dalam hal ini adalah ketidaktahuan masyarakat akan hukum dan kepasifan masyarakat dalam menanggapi suatu kasus tindak pidana.

Menurut penulis masyarakat seakan tidak memperdulikan atau terkesan apatis dalam proses penangangan dan penegakan hukum pidana khususnya dalam membantu kepolisian dalam proses penyelidikan dan penyidikan. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh faktor pengetahuan masyarakat akan hukum baik peraturan perundang-undangan ataupun isu yang sedang berkembang sehingga hal tersebut menjadi penghambat kepolisian dalam rangka upaya kepolisian dalam proses penyidikan.

5. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan juga disini memiliki peranan yang cukup berpengaruh dalam hal penggunanan anjing pelacak. Sebagaimana bagi masyarakat di Indonesia tidak sepenuhnya memahami penggunaan dari anjing pelacak itu sendiri, dan oleh karenanya dalam hal ini masyarakat terkadang menolak dan tidak mau digunakannya anjing pelacak dengan berbagai alasan, oleh sebab itu pula maka penggunaan anjing pelacak juga menjadi tidak selalu sering dapat digunakan dalam membantu proses penyelidikan dan penyidikan.

(13)

Menurut penulis dari faktor kebudayaan yang dalam hal ini berkaitan erat dengan masyarakat, masyarakat seharusnya ada kerja sama dengan pihak penyelidik maupun penyidik untuk kesediannya serta dapat memberikan keterangan. Untuk dapat berkoordinasi dengan penyelidik dan penyidik agar dapat sejalan dengan pihak penyelidik maupun penyidik dalam membuat terang suatu kasus tindak pidana.

III. SIMPULAN

Beradasarkan hasil penelitian dan

pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut : 1 Fungsi anjing pelacak sebagai alat bantu

penyelidikan dan penyidikan dalam mendapatkan barang bukti tindak pidana :

a. sebagai alat untuk menyelidiki tempat atau kedudukan diamana para pelaku peristiwa atau kejadian, korban dan barang bukti berada setelah peristiwa terjadi.

b. sebagai alat bantu untuk menangkap para pelaku jika pelaku melarikan diri. Penyidikan merupakan langkah yang

dilakukan penyidik kepolisian dalam mengungkap tindak pidana. Penyidik kepolisian dalam melakukan penyidikan dapat melakukan kewenangan lain sesuai peraturan hukum yang berlaku yang dalam hal ini penggunaan anjing pelacak dalam proses penyidikan. Pelacakan adalah suatu upaya penyelidikan atau penyidikan dengan menggunakan bantuan anjing pelacak yang terlatih dengan cara mencari atau mengikuti bekas-bekas atau jejak yang ditinggalkan si pelaku di TKP dan sekitarnyaterhadap peristiwa atau kejadian yang dapat dikenakan hukuman atau tidak.

2. Faktor-faktor penghambat dalam penyidikan terhadap barang bukti yang

ditemukan anjing pelacak dalam hal ini faktor yang menghambat penegakan hukum penyidikan yakni faktor hukumnya sendiri, faktor aparat penegak hukumnya, faktor sarana atau fasilitas dan faktor masyarakat dan faktor budaya. Pengaturannya masih sebatas PERKAP atau Peraturan Kapolri dan SKEP atau surat keputusan polri. Tidak mengatut proses pelaksanaannya di undang-undang kepolisian. Hambatan lainnya yakni polisi yang khusus memegang anjing pelacak atau bertugas menjadi polisi atau pawang anjing K-9 masih kurang memadai jumlahnya. Selain itu kurangnya sarana atau fasilitas seperti mobil khusus yang mengangkut anjing pelacak tidak seimbang dengan perkara pidana yang semakin marak dewasa ini dan juga kurangnya peran masyarakat akibat ketidaktahuan dan kepasifan masyarakat akan hukum yang berkembang sejalan dengan kebudayaan.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku :

Afiah, Ratna Nurul. 1988. Barang Bukti Dalam Proses Pidana.Jakarta: Sinar Grafika.

Hamzah, Andi. 2008.Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Husain, Harun M.1991.Penyidikan Dan Penuntutan Dalam Proses Pidana.Jakarta: PT Rineka Cipta.

B. Internet:

http://www.hukumonline.com/

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses identifikasi sidik jari, kendala dan solusi dalam penyidikan sebagai alat bukti mengungkap kasus tindak pidana di Polres

bukti dalam penyidikan terhadap anak korban kekerasan psikis oleh orangA.

Fungsi identifikasi sidik jari dalam penyidikan terhadap tindak pidana pencurian adalah, barang bukti yang mempunyai kekuatan pembuktian di persidangan selain barang bukti yang

Di dalam Bab kedua, akan membahas rumusan masalah pertama yaitu Kualifikasi Alat Sebagai Alat Bukti Dalam Tindak Pidana Narkotika, dalam Bab dua ini akan menjabarkan terkait

Teknik penyadapan dalam penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dilakukan setelah terdapat bukti awal dengan cara menggunakan alat-alat elektronik sesuai

Alat bukti yang sah dalam pemeriksaan perkara tindak pidana teknologi informasi dalam penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan yaitu alat bukti

Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan penyidikan tindak pidana penipuan dengan pelaku wanita yang ditangani oleh Polresta Surakarta antara lain: (a) bukti yang

digunakan dalam penulisan penelitian dengan judul “Kekuatan sidik jari sebagai alat bukti Petunjuk dalam mengungkap tindak pidana di tingkat penyidikan”. Maka